Hari minggu kemarin tiba-tiba aku merasa kesal dan bosan. Telepon teman sana sini, tapi semua pada sibuk. Semua dengan kegiatan masing-masing. Kadang kesal dan merasa tak adil punya teman yang egois sendiri. Saat mereka butuh aku, jam berapapun, aku harus bisa menemui mereka. Sedang apapun aku, aku harus siap menemani mereka. Tapi saat aku butuh mereka, mereka seperti ogah-ogahan. Kadang pingin pergi dari mereka. Tapi, aku selalu merasa kasihan pada mereka yang selalu dipenuhi masalah dalam hidupnya.
Akhirnya, aku membuka FB lama ku, ku cari-cari orang yang ku kenal, dan tiba-tiba aku mendapatkan 1pesan inbox, twrnyata itu mantanku. Dengan basa basi dia menanyakan keadaanku.
Hmmm, kufikir ini kesempatanku untuk bersenang-senang. Daripada manyun dirumah. Kami sepakat untuk bertemu dirumahnya. Kebetulan kedua orang tuanya sedang tidak ada.
"Makasih udah jemput." Kataku setiba dirumahnya.
"Sama-sama." Jawab Dudi, mantanku.
Aku duduk disofa ruang tamu yang sepi.
"Be, kamu ga kangen ke aku ya?" Kata Dudi tiba-tiba, sambil duduk disebelahku dan merangkulku.
"Engga." Jawabku singkat.
"Huft, kamu selalu begitu." Dudi manyun.
"Be, aku kangen ML ma kamu."
"Yang kamu kangenin cuma ML doang? Itu aja?" Kataku.
"Bukanlah Be. Aku kangen segalanya dari kamu. Hehe..." Jawabnya sambil tersenyum-senyum.
"Kamu kenapa sih Be? Tiap aku ajak ga pernah mau. 3 tahun aku terus menunggu kamu mau jalan lagi ma aku." Lanjut Dudi. Dia membelai rambutku dengan lembut. Membuat perasaan nyaman.
"Cwe mu kemana?" Kualihkan pembicaraan.
"Dia keluar kota, urusan kerjaan." Jawabnya.
"Oh." Jawabku singkat.
Dudi menciumi telinga dan leher sebelah kiriku, dia bwrusaha merangsang ku."Be, yuk kekamar." Ajak Dudi.
"Untuk berapa lama?" Tantangku.
"Ya sebentar aja, ntar keburu ada temen-temen." Jawabnya.
Dengan muka santai aku berkata "Hmmm, Dud, aku ini manusia, bukan sexdoll, aku juga butuh dipuaskan, bukan cuma memuaskan. Kalau kamu cuma mau sebentar-sebentar dan cuma mau pusas sendiri, lebih baik kamu beli boneka sex saja."
Dudi terlihat kaget. "Oh, jadi selama 3tahun kamu terua menolak aku itu karna masalah ini ya?"
"Iyalah. Kamu fikir apalagi? Cwekmu? Aku ga peduli cwemu." Jawabku sedikit ketus.
"Ya udah. Yuk yang lama." Ajaknya kembali.
Ahhh, aku memang lagi pingin bercinta. Kenapa engga aku terima saja ajakannya.
Akhirnya entah dari mana awalnya, aku dan Dudi sudah berciuman. Kami saling panggut bibir dan bertukar air liur. Hmmm, gak bisa kupingkiri kalau aku juga kangen Dudi.
Tak sabar rasanya memekku ini pingin dimasukin kontolnya lagi.
Kami pindah ke kamar Dudi karna takut tiba-tiba ada tamu.
Didalam kamar, kami melanjutkan saling cium. Berhubung kami mengejar waktu karna takut teman-teman datang, kamipun langsung melepaskan pakaian kami.
Aku naik keatas tubuh Dudi yang terlentang. Bersiap memasukkan kontolnya yang sudah tegang itu kedalam memekku. Tapi selalu meleset. Dudi tak sabar, dia membalikkan posisi dengan aku dibawah. Dia menuntun kontolnya untuk memaauki lubang memekku.
"Aaghh, be susah." Katanya. Dan akupun merasakan sedikit sakit.
Aku baru sadar, kalo sebelumnya aku sudah memakai tongkat madura untuk membuat memekku kesat.
"Pake kudah." Kataku.
Dudi meludahi kontolmya, dan aedikit semi sedikit dimasukkan kontolnya kedalam memekku.
Dan Bleeesssss, masuk dengan sedikit erangan sakit dariku.
Dudi akhirnya menggenjot memekku dengan kontolnya yang standar Indonesia itu.
"Aaaghhh, Dud, terussss.. Aku keenakan Duud." Desahku.
Dudi menggenjotku sambil menyusui payuaraku.
Udhh rasanya geli dan menambah rasa nikmat. Kami berganti posisi, waktunya aku diatas. Sama seperti pertama, sedikit susah dimasukkan, tapi aku tidak menyerah, aku makin membenamkan memekku pada kontolnya. Dan akhirnya aku menggenjot kontol Dudi.
"Ughh beee, cepetin be."
"Dud, kontolnya masuk banget, aaghh duudd. Jangan dihentakin gitu, rasanya kena ke ulu hatiku. Ughh duudddddd."
Dudi ikut bergoyang meski dia yang sedang berada dibawah, dia menghentakan pinggulnya keras-keras sampai mentok dan rasanya terasa seperti kena ulu hatiku. Enak banget, meski agak sedikit terkaget-kaget.
Tiba-tiba suara motor berhenti depan pintu. Dudi kaget. Aku pun ikut kaget. Dengan segera kami memakai pakaian kami dan berlali keruang tamu.
Aghhh gagal.
Diruang tamu, kami melihat keluar jendela, dan ga ada 1 pun yang bertamu. Siaaaalll, sial banget rasanya saat itu.
Dudi tidak menyerah, dia duduk dengan membuka setengah celananya, akupun menjilai kontolnya terlebih dahulu agar tegang kembali. Hmmm, kontolnya terasa nikmat. Mungkin karna rasa kangen yang menumpuk pada Dudi, jadi segala yang kami lakukan, rasanya nikmat sekali.
Kontol Dudi akhirnya tegak kembali, aku membuka celanaku, cukup hanya 1 kaki bagian celana yang ku buka.
Waktunya memasukkan kontol Dudi dari atas.
Memekku sudah siap pada posisinya, Dudi sudah memulainya dengan menyusu kembali pada payudara sebelah kiriku.
Dan tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang dibuka.
Oooghhjj shiiittttt, aku kebingungan. Kelimpungan dengan celana melorot sentengah. Gila, pingin tertawa dan kaget bercampur. Akhirnya aku lari kebelakang, ketoilet. Aku buka kamar mandi dan langsung jongkok menenangkan hati.
Tak lama kemudian Dudi masuk kekamar mandi.
"Siapa?" Tanyaku.
"Omi. Dia mau ambil jaketnya." Jawabnya.
"Gak liat aku kan?"
"Enggak."
Tanpa menunggu lama, aku menungging dengan sedikit berdiri karna bertumpu pada bak air yang tinggi sedadaku. Dudi memasukkan kembali kontolnya. Dan lancar.
Aaghhhh enak banget rasanya, Tapi kali ini Dudi mempercepat goyangannya. Sepertinya Dudi tidak ingin mensia-siakan waktunya lagi untuk orgasme. Dan akupun mau tidak mau harua menerima nya, meski aku gak ikut klimak.
Dudi akhirnya sedikit mendesah dengan menghentakan keras pinggulnya yang berdampak pada kontolnya yang menusuk dalam di memekku.
Ughhhhhhh, akhirnya aku harus mengalah lagi.
Dudi orgasme dan aku gigit jari.
Minggu itu, setelah 3tahun tidak bertemu. Tetap saja aku dikecewakannya.
Sialan kau Dud!
Akhirnya, aku membuka FB lama ku, ku cari-cari orang yang ku kenal, dan tiba-tiba aku mendapatkan 1pesan inbox, twrnyata itu mantanku. Dengan basa basi dia menanyakan keadaanku.
Hmmm, kufikir ini kesempatanku untuk bersenang-senang. Daripada manyun dirumah. Kami sepakat untuk bertemu dirumahnya. Kebetulan kedua orang tuanya sedang tidak ada.
"Makasih udah jemput." Kataku setiba dirumahnya.
"Sama-sama." Jawab Dudi, mantanku.
Aku duduk disofa ruang tamu yang sepi.
"Be, kamu ga kangen ke aku ya?" Kata Dudi tiba-tiba, sambil duduk disebelahku dan merangkulku.
"Engga." Jawabku singkat.
"Huft, kamu selalu begitu." Dudi manyun.
"Be, aku kangen ML ma kamu."
"Yang kamu kangenin cuma ML doang? Itu aja?" Kataku.
"Bukanlah Be. Aku kangen segalanya dari kamu. Hehe..." Jawabnya sambil tersenyum-senyum.
"Kamu kenapa sih Be? Tiap aku ajak ga pernah mau. 3 tahun aku terus menunggu kamu mau jalan lagi ma aku." Lanjut Dudi. Dia membelai rambutku dengan lembut. Membuat perasaan nyaman.
"Cwe mu kemana?" Kualihkan pembicaraan.
"Dia keluar kota, urusan kerjaan." Jawabnya.
"Oh." Jawabku singkat.
Dudi menciumi telinga dan leher sebelah kiriku, dia bwrusaha merangsang ku."Be, yuk kekamar." Ajak Dudi.
"Untuk berapa lama?" Tantangku.
"Ya sebentar aja, ntar keburu ada temen-temen." Jawabnya.
Dengan muka santai aku berkata "Hmmm, Dud, aku ini manusia, bukan sexdoll, aku juga butuh dipuaskan, bukan cuma memuaskan. Kalau kamu cuma mau sebentar-sebentar dan cuma mau pusas sendiri, lebih baik kamu beli boneka sex saja."
Dudi terlihat kaget. "Oh, jadi selama 3tahun kamu terua menolak aku itu karna masalah ini ya?"
"Iyalah. Kamu fikir apalagi? Cwekmu? Aku ga peduli cwemu." Jawabku sedikit ketus.
"Ya udah. Yuk yang lama." Ajaknya kembali.
Ahhh, aku memang lagi pingin bercinta. Kenapa engga aku terima saja ajakannya.
Akhirnya entah dari mana awalnya, aku dan Dudi sudah berciuman. Kami saling panggut bibir dan bertukar air liur. Hmmm, gak bisa kupingkiri kalau aku juga kangen Dudi.
Tak sabar rasanya memekku ini pingin dimasukin kontolnya lagi.
Kami pindah ke kamar Dudi karna takut tiba-tiba ada tamu.
Didalam kamar, kami melanjutkan saling cium. Berhubung kami mengejar waktu karna takut teman-teman datang, kamipun langsung melepaskan pakaian kami.
Aku naik keatas tubuh Dudi yang terlentang. Bersiap memasukkan kontolnya yang sudah tegang itu kedalam memekku. Tapi selalu meleset. Dudi tak sabar, dia membalikkan posisi dengan aku dibawah. Dia menuntun kontolnya untuk memaauki lubang memekku.
"Aaghh, be susah." Katanya. Dan akupun merasakan sedikit sakit.
Aku baru sadar, kalo sebelumnya aku sudah memakai tongkat madura untuk membuat memekku kesat.
"Pake kudah." Kataku.
Dudi meludahi kontolmya, dan aedikit semi sedikit dimasukkan kontolnya kedalam memekku.
Dan Bleeesssss, masuk dengan sedikit erangan sakit dariku.
Dudi akhirnya menggenjot memekku dengan kontolnya yang standar Indonesia itu.
"Aaaghhh, Dud, terussss.. Aku keenakan Duud." Desahku.
Dudi menggenjotku sambil menyusui payuaraku.
Udhh rasanya geli dan menambah rasa nikmat. Kami berganti posisi, waktunya aku diatas. Sama seperti pertama, sedikit susah dimasukkan, tapi aku tidak menyerah, aku makin membenamkan memekku pada kontolnya. Dan akhirnya aku menggenjot kontol Dudi.
"Ughh beee, cepetin be."
"Dud, kontolnya masuk banget, aaghh duudd. Jangan dihentakin gitu, rasanya kena ke ulu hatiku. Ughh duudddddd."
Dudi ikut bergoyang meski dia yang sedang berada dibawah, dia menghentakan pinggulnya keras-keras sampai mentok dan rasanya terasa seperti kena ulu hatiku. Enak banget, meski agak sedikit terkaget-kaget.
Tiba-tiba suara motor berhenti depan pintu. Dudi kaget. Aku pun ikut kaget. Dengan segera kami memakai pakaian kami dan berlali keruang tamu.
Aghhh gagal.
Diruang tamu, kami melihat keluar jendela, dan ga ada 1 pun yang bertamu. Siaaaalll, sial banget rasanya saat itu.
Dudi tidak menyerah, dia duduk dengan membuka setengah celananya, akupun menjilai kontolnya terlebih dahulu agar tegang kembali. Hmmm, kontolnya terasa nikmat. Mungkin karna rasa kangen yang menumpuk pada Dudi, jadi segala yang kami lakukan, rasanya nikmat sekali.
Kontol Dudi akhirnya tegak kembali, aku membuka celanaku, cukup hanya 1 kaki bagian celana yang ku buka.
Waktunya memasukkan kontol Dudi dari atas.
Memekku sudah siap pada posisinya, Dudi sudah memulainya dengan menyusu kembali pada payudara sebelah kiriku.
Dan tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang dibuka.
Oooghhjj shiiittttt, aku kebingungan. Kelimpungan dengan celana melorot sentengah. Gila, pingin tertawa dan kaget bercampur. Akhirnya aku lari kebelakang, ketoilet. Aku buka kamar mandi dan langsung jongkok menenangkan hati.
Tak lama kemudian Dudi masuk kekamar mandi.
"Siapa?" Tanyaku.
"Omi. Dia mau ambil jaketnya." Jawabnya.
"Gak liat aku kan?"
"Enggak."
Tanpa menunggu lama, aku menungging dengan sedikit berdiri karna bertumpu pada bak air yang tinggi sedadaku. Dudi memasukkan kembali kontolnya. Dan lancar.
Aaghhhh enak banget rasanya, Tapi kali ini Dudi mempercepat goyangannya. Sepertinya Dudi tidak ingin mensia-siakan waktunya lagi untuk orgasme. Dan akupun mau tidak mau harua menerima nya, meski aku gak ikut klimak.
Dudi akhirnya sedikit mendesah dengan menghentakan keras pinggulnya yang berdampak pada kontolnya yang menusuk dalam di memekku.
Ughhhhhhh, akhirnya aku harus mengalah lagi.
Dudi orgasme dan aku gigit jari.
Minggu itu, setelah 3tahun tidak bertemu. Tetap saja aku dikecewakannya.
Sialan kau Dud!
Terakhir diubah:
