Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

EPISODE 26 : I’ll Make you Remember

“Oi, Val! Ada restoran baru buka tuh deket kampus. Nyobain yok!” Kataku.

“Dibayarin?” Tanya Valensia.

“Buset, belom apa-apa udah malak aje lu.” Kataku.

“Hahahaha. Kidding, ko. Yuk kesono!” Kata Valensia sambil tersenyum.

“Naik bus aja yuk, Val. Males gua nyetir.” Kataku.

“Berhubung gw juga males nyetir, ayo deh naek bus aje.” Kata Valensia.

Kemudian, kami berdua berjalan menuju jalan raya. Kampus kami terletak dalam suatu komplek, sehingga membutuhkan jalan kaki untuk sampai ke jalan raya. Komplek ini cenderung sepi, karena itu sering sekali dijadikan lokasi begal atau kriminal. Yak, benar saja, dihadapan kami sekarang sudah berdiri anak-anak SMA bertampang preman. Haah, bukannya sekolah, malah berbuat tidak baik pada orang lain.

“Oi! HP, dompet, sini!” Kata salah satu anak SMA itu.

“Udeh, mendingan lu pada sekolah. Ortu lu udah susah-susah bayarin lu sekolah, lu-nya malah malak orang. Gimana sih?” Tanyaku.

Mendengar hal itu, anak SMA itu langsung berang. Akan tetapi, tiba-tiba salah satu kawannya membisiki dia sesuatu. Kemudian anak SMA itu sepertinya langsung tenang, kemudian ia melihat kearah Valensia.

“Oh, betul juga. Yaudah, lu boleh lewat. Tapi lu tinggalin cewe lu ama kita.” Kata anak SMA itu.

Oh My God!!! Separah itukah mental anak-anak zaman sekarang?

“Lu tanya aja ama dia, mao ga dia ditinggalin buat lu pada.” Kataku.

“Buset, segampang itukah lu menjual gw, ko?” Kata Valensia.

“Hahahaha. Siapa tau lu mao gitu.” Kataku.

“Kampret lu emang!” Kata Valensia.

“Hahahahaha.” Kataku.

“Eh lu pada! Denger ye! Gw nggak se-desperate itu sampe harus menjual diri gw sama lu pada! Gitu-gitu walo bangsat kaya dia, dia itu lumayan tanggung jawab dan baik. Mending gw sama dia daripada sama lu pada!” Kata Valensia kepada anak-anak SMA itu.

“Tumben lu muji gua.” Kataku.

“Tumben-tumbenan kan gw baik?” Tanya Valensia.

“Paling ada maksudnya.” Kataku.

“Yah siapa tau tiba-tiba mood lu jadi bagus, ko. Terus gw dapet traktiran.” Kata Valensia.

“Sayangnya kaga tuh.” Kataku.

“Oi lu berdua! Jangan banyak bacot!!” Kata anak SMA itu.

Kemudian, Valensia berjalan ke arah anak SMA itu, sampai betul-betul dekat dengan anak SMA itu.

“Cantik juga lu.” Kata anak SMA itu sambil mengulurkan tangannya untuk memegang pipi Valensia.

Akan tetapi, ketika tangan itu belum sampai memegang pipi Valensia, Valensia langsung menangkap tangan anak itu, dan memelintirnya. Anak SMA itu langsung memasang tampang kesakitan, mungkin karena saking kagetnya. Kemudian, Valensia langsung melancarkan tendangan berputarnya kearah pipi anak SMA itu, sehingga anak SMA itu langsung terjatuh. Haah, makanya jangan main-main sama Valensia, rasakan sendiri deh akibatnya.

Melihat hal itu, salah satu anak SMA itu pun maju dan hendak melancarkan pukulan ke perut Valensia. Sayangnya, pukulan yang mudah ditebak arahnya itu diantisipasi dengan mudah oleh Valensia. Ia langsung menangkap tinju anak itu, kemudian membuangnya kearah kiri sehingga tubuh anak SMA itu langsung terhempas ke kiri dan kehilangan keseimbangan. Saat itu, Valensia langsung melancarkan serangan lutut kearah perut anak SMA itu dan langsung mengenainya dengan telak. Oucchh, pasti sakit sekali itu.

Kemudian, tiga anak SMA pun mulai maju kearah Valensia. Valensia berhasil melancarkan tendangan yang sangat cepat ke wajah salah satu anak SMA itu. Kaki Valensia cukup panjang, sehingga sangat mudah baginya untuk melancarkan serangan mendadak seperti itu. Akan tetapi, sekarang Valensia kehilangan momentum akibat tendangan yang ia lancarkan itu, sementara dua anak SMA sudah siap menyerang dari arah kiri dan kanannya. Yaah, tentu saja nasib dua anak SMA itu tidak begitu baik. Aku langsung maju dan menyerang salah satu anak SMA itu dengan pukulan yang telak ke perutnya, kemudian langsung melancarkan tendangan tusukan melewati Valensia dan menghajar satu anak SMA lainnya.

“Ya ampun, ngelawan cewe masa keroyokan sih.” Kataku.

“Ternyata lu punya sisi gentleman juga ya, ko.” Kata Valensia.

“Mulut lu tuh emang ga pernah bersahabat ya, Val.” Kataku.

“Lah sekarang liat aja. Gw numbangin tiga orang, lu numbangin dua orang. Masa lu kalah sama gw?” Tanya Valensia.

“Heh... heh... heh...” Kataku.

“Gimana kalo kita sparring tarung, untuk nentuin finalnya. Yang kena pukul duluan kalah. Kalo lu menang, berarti impas. Kalo lu kalah, ya makin kalah telak sama gw.” Kata Valensia.

“Loh, kok gw yang dirugiin?” Tanyaku.

“Lah, logika aja lah, ko. Gw udah numbangin tiga orang, lu cuma dua. Kalo lu menang dari gw, berarti kan tiga sama. Kalo gw memang, yah berarti dua-empat dong. Gw berbaik hati nih, memberi kesempatan ke lu untuk paling nggak seri sama gw.” Kata Valensia.

“Halah, bilang aja lu belom puas berantem, Val.” Kataku sambil tersenyum mengejek.

“Heh, pinter lu, ko.” Kata Valensia.

Kemudian, kami sama-sama maju dan melancarkan tinju ke badan satu sama lain. Tinjuku berhasil ditahan olehnya, sementara juga tinjunya berhasil kutahan. Kami sama-sama mengadu kekuatan, berusaha melumpuhkan pertahanan masing-masing. Akan tetapi, kemudian kami sama-sama menyadari bahwa ini adalah tindakan yang tidak berguna. Sepertinya, kami sama-sama menyadari bahwa langkah terbaik adalah melepaskan pertahanan atas tinju lawan, memutar badan setengah kesamping, kemudian melancarkan serangan. Akan tetapi, diriku lebih cepat. Aku langsung melepaskan pertahananku, sehingga tinju Valensia menyosor kearah tubuhku. Aku memutar badanku setengah kekiri untuk menghindari tinjunya yang menyosor ke tubuhku itu, kemudian melancarkan tinju lagi kearah tubuhnya. Akan tetapi, ia berhasil menghindarinya dengan cara melompat dan memanfaatkan tinjuku yang masih ditahan olehnya. Ia melompat melewati tubuhku. Gerakan dan refleksnya cepat sekali. Begitu ia mendarat, ia langsung maju kearahku. Akan tetapi, tinjuku lebih cepat dan langsung menghantam telak dagunya. Valensia pun langsung terjatuh akibat tinjuku yang menghantam dagunya.

“Eh, Val! Sorry, Val. Refleks. Gua ga sengaja, serius sorry banget...” Kataku sambil panik dan membantunya berdiri.

Ah, sial. Aku terlalu terbawa suasana pertarungan dan malah melukainya.

“Heh, sial. Ternyata malah jadi seri ya.” Kata Valensia sambil tersenyum.

“Ah, udahlah. Ga penting itu. Yang penting, lu ga apa-apa, Val?” Tanyaku.

“Yah apa-apa lah! Sakit tau tinju lu, ko.” Kata Valensia sambil tertawa.

“Tapi lu sih kaya ga apa-apa tuh. Beneran apa-apa?” Tanyaku.

“Hahahaha. Ya gw nggak apa-apa kok, ko. Tinju lu emang sadis, tapi gw nggak apa-apa kok.” Kata Valensia.

Hah, syukurlah. Oh iya, aku memang sering sparring tanding begini dengan Valensia. Kami sama-sama lumayan tertarik dengan bela diri ala freestyle. Jadi kami cukup sering membicarakan soal bela diri, dan juga sering praktek juga hahaha.

“Yuk, Val. Kita makan yang enak, gw yang traktir!!” Kataku.

“Naahh, ini nih yang gw suka!! Yukk, ko!!!” Kata Valensia.

Kemudian, kami sama-sama berjalan menuju jalan raya dan menunggu bus.

Tidak kusangka, aku akan teringat pada kejadian itu. Kejadian yang sebetulnya menurutku tidak berkesan besar atau bagaimana pun. Akan tetapi, sekarang disinilah aku sedang berdiri, di tempat kejadian waktu itu. Aku memang sedang mendatangi area kampusku karena nostalgia yang tiba-tiba datang. Haah, dimana kamu sekarang, Val?

Saat aku hendak memalingkan badan dan hendak mulai berjalan ke jalan raya, aku melihat seseorang yang berjalan dari jalan raya menuju tempatku. Sebaiknya aku tidak terlalu memperhatikannya, karena aku saat ini buronan maka sebaiknya aku menghindari kontak wajah dengan orang lain. Aku pun berjalan kearah jalan raya, orang itu berjalan mendekatiku. Aku melihat kearah bawah, ke kaki orang itu. Hmmm, sepertinya dia wanita. Aku cukup penasaran, namanya juga laki-laki. Kalau melihat wanita, ya pasti penasaran dengan wajah dan tubuhnya. Aku melihat sedikit keatas untuk melihat wajahnya. Hah?? Tidak mungkin!!! Aku berusaha menutup mataku, kemudian membukanya lagi untuk memastikan bahwa aku sedang tidak bermimpi. Cih, ternyata tidak bermimpi aku. Orang itu pun juga memalingkan pandangannya kearah wajahku. Orang itu sama terkejutnya denganku. Kemudian, ia melakukan hal yang sama, yaitu menutup matanya dan membukanya kembali. Orang itu juga sama terkejutnya denganku, mungkin karena mengetahui bahwa orang yang ada dihadapannya bukanlah ilusi atau mimpi.

“Ko Jay...” Kata orang itu.

Aku hanya tersenyum.

“Lo ngapain disini, Val?” Tanyaku.

“Lu sendiri?” Tanya Valensia.

Kami sama-sama hening sejenak. Tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut kami. Kami hanya menatap mata masing-masing. Setelah beberapa lama, akhirnya aku memulai mengeluarkan perkataan dari mulutku.

“Val, tolong jelasin. Sebetulnya apa yang terjadi?” Tanyaku.

“Maksud lu, ko?” Tanya Valensia.

“Sebetulnya, lu ini sekarang lagi ngapain sih? Kenapa lu terlibat dengan orang-orang aneh macam mereka?” Tanyaku.

“Oh, cuma pengen melangkah ke jenjang dan pengembangan yang lebih baik buat gw.” Kata Valensia.

“Jadi, ini yang lo lakukan?” Tanyaku.

“Iya.” Jawab Valensia singkat.

“Kenapa?” Tanyaku.

Kemudian, Valensia menutup matanya.

“Gw udah cukup capek main-main sama orang-orang nggak jelas macem mereka berempat. Dan juga lu, ko.” Kata Valensia.

“Val, lo serius ngomong gitu? Martha dan Villy bener-bener nganggep lu, lho.” Kataku.

“Oh gitu? Kasian amat ya mereka. Bego banget sumpah.” Jawab Valensia dengan dingin.

“Satu pertanyaan lagi, Val.” Kataku.

“Apa?” Tanya Valensia.

Are you serious with your words you’ve said just now? (Lu serius dengan kata-kata yang baru aja lu ucapin?)” Tanyaku.

What if I do? (Kalo iya, kenapa?)” Tanya Valensia.

Fine. (Baiklah.)” Kataku sambil mengeluarkan kedua tanganku dari kantong celana panjangku.

You wanna fight? (Lu mao berantem?)” Tanya Valensia.

No. But, I’ll make you remember the taste of my punch that landed on your chin right here in this place few years ago. (Ga. Tapi, gua akan buat lu inget rasanya tinju gua di dagu lu beberapa tahun lalu di tempat ini.)” Kataku.

Heh. That’s the spirit. Bring it on. (Nah, gitu dong. Ayo sini.)” Kata Valensia.

BERSAMBUNG KE EPISODE-27
 
Mantab gan ngak sabar ane nunggu lanjutannya..
Terima kasih untuk cerita sekeren ini.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ditunggu tunggu malah pendek banget updet nya, nanggung lagi...
ada apa denganmu wahai suhu
 
Sip updatenya, Valensia ini malaikat yg kelima ya, bakalan ada BDSM ga nih koko ama Valensia. Yang berani khianati koko
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
hmmn sip dipotongnya passss
habis ini kluarin jurus super saiya.... dhueerr hehehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd