Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
Ma


Episode Terakhir Part 1

"Yuda, cepet!"
"Kamu pakai baju aja lama bangettt......!"

"Iya tante, ini sebentar lagi kok...!"

"Yaudah, kalau udah kelar, kamu langsung keluar yaa..."
"Jangan lama-lama, gak enak sama ibunya bayu nih, tante...",

"Iya, iya,.. aku tahu kok...", pagi hari yang teduh, tak sempat aku menikmati semilir angin yang berhembus melalui jendela kamarku, karena Kupikir bisa menentramkan hati yang sedang gelisah. Tak sempat pula aku tenggelam dalam suara kicauan burung di luar sana yang seolah sedang bernyanyi. Padahal, ku ingin dengar sebuah doa dari burung-burung itu karena hari ini ialah hari yang paling kutunggu dari semua hari yang telah terlewati. Sebuah kesempatan tuk menyelesaikan masalah bayu yang terkatung-katung selama ini sudah menantiku depan mata. Semoga saja kisahnya benar berakhir hari ini, mengakhiri segala cerita yang kukira awalnya tiada berkesudahan.

Aku coba matang-matangkan diriku. Tiada pilihan lain memang, kecuali berhadapan langsung dengan biang dari segala biang masalah yang ada ini. Ya, aku kan menemui pak arso di Garut, tidak untuk berlibur, tidak pula untuk mengambil fotonya yang sempat diminta pak ujang. Di samping itu, kedatanganku ke Garut ini berbarengan dengan ancaman yang dialamatkan pada ibunya bayu, bahwa pak arso menginginkan ibunya bayu mengunjunginya di Garut. Kalau tidak, anak-anak ibunya bayu, yang kini berada ditangan pak arso nyawanya kn terancam. Andai saja tidak ada ancaman itu, barang kali masalah ini kan kubiarkan berlarut-larut. Sebab, banyak hal yang masih belum kupahami.

Selesai mengenakan kaos polo bewarna biru gelap, meloloskan kepalaku melalui lubang kerah, sembari merapikan rambut aku keluar dari kamar, memperhatikan situasi yang membuatku terdesak harus cepat-cepat.

"Loh, kok si arif di sini?", selepas di depan pintu kamar, langkahku terhenti. Batinku dibuat terheran-heran melihat arif yang sedang duduk menunggu di sofa ruang tamu. Ada urusan apa ia di sini. Apakah tante linda yang mengajaknya kemari? Bukankah rencananya tante linda mau mengajak sekuriti kantornya?

"Ayo, yud..buruan yuk..."
"keburu kena macet di jalan kita nanti....", bujuk tante linda yang berjalan melintas di depanku bersama ibunya bayu.

"Tapi, tante? Itu kenapa malah jadi si arif? Bukannya tante linda mau....", tanyaku terpaku.

"Nanti tante jelasin, yang penting sekarang kita musti buru-buru berangkat, yuk...".

"Hmmm gitu, yaudah...", tante linda menunda jawaban atas pertanyaanku, karena waktu yang mepet menjadi prioritasnya.

Tak banyak persiapan khusus, terlebih tak ada rencana menginap, aku mengikuti langkah tante linda bersama ibunya bayu yang bermodal badan melengos pergi. Mereka berdua tampak berjalan menghampiri arif yang ternyata membawa mobil pak arso, mobil yang pernah kutumpangi bersama tante linda ke Jakarta. Mobil itu pula yang kan mengantar kami ke Garut hari ini. Timbul dalam benakku jangan-jangan si arif diperintah oleh pak arso untuk menjemput ibunya bayu. Akan tetapi, sifat arif yang kulihat terbilang santai meladeni tante linda berbicara begitu juga ibunya bayu, mengusir anggapan miringku tersebut. Maka, makin bertanya-tanya aku apa maksud dia menemani kami bertiga ke Garut. Bukankah dia yang misterius ini rentan berbahaya? Ditambah ia merupakan orang kepercayaan pak arso. Entahlah, kukira penjelasannya kan kudengar langsung dari tante linda nanti.

Bergerak keluar rumah tuk mengenakan alas kaki, aku masih tak habis pikir mengapa tante linda mau mengajak arif. Lalu, kemana sekuriti yang dijanjikan tante linda kan jadi partnerku? Sebab, kalau ia tidak datang, habislah aku yang tak punya kemampuan berkelahi menghadapi pak arso dan pak bejo. Justru, kulihat Arif sudah bersiap-siap. Ia berada di dalam mobil, mesin mobilnya juga sudah ia hidupkan. Sementara Ibunya bayu yang sudah menutup dan memgunci pintu rumah, beranjak tergesa-gesa masuk ke mobil, tak sabar menemui kedua anaknya. Sedangkan aku, masih menanti kehadiran sekuriti tante linda yang belum jua menampakkan batang hidungnya. Tante linda yang hendak menyusul ibunya bayu pun seketika menegurku.

"Kamu nunggu apaan, yud? Kok belum masuk ke mobil?"

"Sekuritinya tante linda kemana? Katanya mau ngikut..."

"Ohh...ini kita sekalian mau jemput dia...."

"Jemput? Katanya dia mau naik motor ngawal kita, ini gimana sih?"

"Nah itu, karena buru-buru, kita nanti kan mau lewat tol, yud..."
"Emangnya bisa motor lewat jalan tol? Enggakkan? Lagian kasian juga dia kita suruh naik motor dari jakarta ke Garut.."

"Hmm...bilang atuh dari tadi, ayo deh kita masuk ke mobil.."
"Ohh iya, itu arif gimana ceritanya?", aku menagih penjelasan tante linda, tetapi lagi-lagi ia belum mau menerangkan.
"Aduh yud, Itu nanti aja deh tante jelasin..."
"Sekarang kita musti sampe dulu aja di Garut..."

"Ck, Oke deh kalo gitu, tapi janji ya nanti jelasin?.."

"Iyaaaaa...!. yudaaa....!"

Setelah berbicara beberapa menit bersama tante linda, aku berjalan dengan tanteku itu menuju mobil yang kan mengangkut kami ke Garut seraya menatap sekeliling kali saja sekuriti tante linda muncul. Sesampainya di mobil tersebut, mulanya aku ingin duduk di dekat arif, tetapi Tante linda malah menyuruhku duduk di tengah menemani calon ibu baruku, ibunya bayu. Mencoba membangun kedekatan dan harmoni dari sekarang, begitulah kata tante linda. Oleh karena itu, Tante linda'lah yang kan duduk di depan, mendampingi arif yang menjadi supir sekaligus pemandu perjalanan kami. Sebelum berangkat, selagi mengingatkan, arif kembali menanyakan kesiapan kami semua yang berada di dalam mobil apakah ada sesuatu yang tertinggal sebelum ia melajukan mobilnya. Jeda sebentar, instruksi arif membuat kami memeriksa barang yang hendak dibawa, seperti dompet. Tak butuh waktu lama karena sedikit barang yang kami bawa, akhirnya kami putuskan untuk segera berangkat. Namun, terlebih dulu tujuan kami adalah untuk menjemput sekuriti kantor tante linda di tempat yang aku tidak tahu lokasinya.

"Kita berangkat yaa?!"

"Iyaaa.....!", serentak kami penumpangnya si arif menjawab.

Arif sudah menginjak pedal gas, mobil yang kan mengantar kami perlahan berjalan meninggalkan rumah ibunya bayu. Selama perjalanan menjemput sekuritinya tante linda, aku kira bakal terjadi obrolan di antara kami, menyangkut perjalanan ke Garut. Yang terjadi malah masing-masing dari kami menutup mulut, hanya tante linda yang berbicara sesekali dengan arif. Kupikir arif tak tahu maksud kunjungan kami ke Garut sehingga tak ada yang berniat menyambung obrolan dengannya. Atau, situasi batin ibunya bayu yang sedang begitu mencemaskan kedua anaknya sehingga ia begitu hemat bicara. Apalagi ia diminta menemui pak arso. Mungkin pak arso yang membawa trauma lama itu menghendakki ibunya bayu mau melayani nafsunya sekali lagi.

"Tante, yang sabar yaa...", ucapku berusaha menenangkan perasaan ibunya bayu. Jarang bicara, ia jadi cenderung melamun.

"Iya, makasih ya yuda...", balasnya teduh.

"Sama-sama, tante...", aku tersenyum menghibur hatinya.

Lalu, kubiarkan saja ibunya bayu menikmati kegalauan memikirkan sang anak. Kalaupun ingin menghibur lebih lanjut, aku takut salah bicara, tak bisa membaca situasi. Namun, entah mengapa justru dirinya yang mengajak diriku mengobrol. Mungkin itu cara ibunya bayu mengusir kepenatan dan kegelisahan yang sedang ia alami. Dan, tentang bapakkulah yang dipilihnya untuk dibahas. Sejujurnya aku tak mau membicarakan hal itu, sesuatu tentang bapak karena memang hubunganku dengannya belum membaik. Demi bayu, aku berubah pikiran. Rela saja aku kalau demi kebaikkan seseorang. Ditambah, hati kecilku mengatakan bahwa yang kan kuselamatkan ini calon saudaraku, yang sedang mengajakku bicara ini ibunya bayu yang rencananya kan jadi ibu tiriku.

Ya, yang jadinya ibunya bayu bicarakan tentang bapak kepadaku adalah apakah bapak mau menerima bilamana sosok istrinya kurang sempurna. Mendengar hal itu, aku sedikit heran karena jauh melenceng dari keadaan yang sedang kami hadapi. Akan tetapi, Aku menangkap maksud ibunya bayu, yakni terkait masa lalunya. Berpikir sesaat, aku langsung menjawab dengan lugas bahwasanya bapak kan menerima jikalau istrinya memang memiliki kekurangan. Lagipula kalau yang jadi sosok istrinya itu seperti ibunya bayu, bapak bakal abaikan kekurangan tersebut. Siapa sih yang tidak mau menikah dengan perempuan mapan? Udah gitu fisiknya tidak bikin mata jenuh memandangi lagi.

Mendapati jawabanku demikian ibunya bayu tak puas. Ia lekas bertanya lagi. Kali ini ia bertanya apakah bapak sosok pelindung yang baik bagi keluarganya.

"Jelas dong tante, sebagai seorang bapak sekaligus suami, bapak harus bisa ngelindungin keluarga, bisa bimbing istri dan anak, menjaga nama baik keluarga gitu..."
"Yaah..meski ada cacat sedikit gapapa lah ya.."
"Namanya juga manusia...", jawabku sesekali tersenyum.

"Iyaaa yaa.."
"Ooh ya yuda, tante pernah ketemu sama bapak kamu loh..."

"Oohh ya...?? Dimana? Kok bisa tante?", aku ingat tante linda sudah mengatakannya kemarin kepadaku bahwasanya ibunya bayu sudah bertemu dengan bapakku di suatu momen yang sifatnya tidak disengaja. Sayangnya kukira ia akan berkata jujur, ternyata tidak. Ia menutupi bahwasanya bapak telah menyelamatkan dirinya dari kebiadaban pak arso dan pak bejo. Barangkali, ia tidak menghendakkiku tahu akan hal itu. Atau, ia malu memgungkapkan dirinya hampir jadi budak nafsu.
"Ada deh pokoknya..."
"Bapak kamu kayaknya orangnya asyik ya kalau diajak ngobrol..."

"Ahh masa sih, tante...?", balasku tak percaya. Mungkin bapak cuma cari perhatian saja waktu itu karena kebetulan wanita yang ada di hadapan beliau parasnya cantik.

"Iyaa..., kayaknya bapak kamu itu tipikal suami idaman banget ya...", nampaknya hati ibunya bayu sudah kepincut dengan bapak, terlepas faktor utama apa yang melatarbelakanginya bisa jadi suka. Sepertinya, kalau masalah bayu sudah benar-benar selesai, pernikahan bapak dengan ibunya bayu bukanlah sesuatu yang dapat dihalang-halangi. Sebagai anak, kalau memang itu baik bagi mereka berdua, kenapa tidak. Tapi, masih ada satu hal yang mengganjal buatku secara pribadi.

"Hhmm tante boleh nanya gak, yud?", ibunya bayu hendak mengajukan pertanyaan kembali.

"Boleh, silahkan tante, dari tadi tante nanya kan aku jawab terus...", lapang hatiku menerima pertanyaan darinya berulang-ulang.

"Ibu kamu bagaimana kabarnya? Apa masih suka ketemu sama bapak dan kamunya?"

"Hah? Ibu? Ibu aku???"

....................​

"Ohh ini orangnya...", akhirnya aku melihat bentuk dan rupa satpam kantor tante linda, yang dari tadi kunantikan. Meskipun perutnya maju, tubuhnya yang besar, jengkal lengan yang berotot dan wajah yang sangar meyakinkan aku bahwa dia bisa dipercaya mengawal perjalanan kami ke Garut. Lebih dari itu, ia punya tugas lebih jika sewaktu-waktu terjadi perkelahian di villa pak arso.
"Saya yuda pak, keponakannya tante linda....", ucapku memperkenalkan diri. Pak arso yang kami jemput berada di kursi paling belakang mobil. Sementara aku duduk di depannya, kursi bagian tengah.
"Ohh keponakannya mbak linda..."
"Saya tigor de, satpam kantor tante kamu...", pak tigor menjabat tanganku, kuat sekali cengkaraman telapak tangannya seakan mau meremukkan.

"Bapak intinya udah tahu kan tugas bapak apa?", di depan pak tigor aku langsung bicara pada inti persoalan karena setahuku tante linda pasti sudah bercerita padanya.

"Iya sudah, mbak linda sudah cerita ke saya...."..

"Hmm..bagus deh.."
"Jadi gimana? Pak tigor kira-kira sanggup gak nih?", aku menagih kepastian akan kesanggupan pak tigor membantu kami. Sebab, perannya sangat krusial ketimbang peranku yang hanya mengandalkan otak ketimbang fisik. Karena ia jago berkelahi, sudah seharusnya ia dituntut lebih. Apalagi lelaki yang dipihak kami yang mempunyai kemampuan bela diri cuma dia seorang.

"Saya sanggup-sanggupin ajaa, masalahnya saya kan gak tahu juga orang yang kita hadepin ini bagaimana..."
"Bisa jadi mereka punya senjata api 'kan?"

"Iya juga sih pak..."
"Tapi kan....", aku membenarkan ucapkan pak tigor yang terkesan ragu-ragu, karena telah terlewatkan olehku bagaimana jika pak arso menggunakan senjata api untuk membela diri. Aku tak punya rencana menanggulangi hal tersebut. Tak lain memang karena aku begitu mengandalkannya. Lalai aku memikirkan hal tersebut.

"Sstt..."
"Yang di sebelah kamu itu ibu kamu..?", tiba-tiba pak tigor mengalihkan pembicaraan. Ia memandangi ibunya bayu yang duduk di sebelahku.
"Enghhh..., memangnya kenapa pak?", aku penasaran menanti reaksinya karena memang harus akui ibunya bayu memang selalu tampil menggairahkan walaupun penampilannya sudah sopan, jauh dari kesan seksi.

"Bohay juga itu perempuan..."
"Kalau dijadiin bini boleh juga tuh, ya? Hehe...", canda pak tigor di tengah pembicaraan kami yang kalang kabut belum menemui arah. Aku pun terpancing obrolannya.
"Memang bapak belum punya istri?", tanyaku melirik ke arah pak tigor.

"Kalau menurut kamu?", sambil nyengir pak tigor memintaku menebak. Sayangnya, aku teringat kembali pada fokus ke arah pembicaraan utama kami berdua.
"Huuuussshhh....ini jadinya gimana pak? Malah ngobrolin begituan..", sahutku menepuk angin di wajahnya.

"Heeemmm..."
"Gini de..Kalau masalah itu yaaa, kamu aturlah bagaimana bagusnya..."
"Saya ngikutin ade ajaa...", pasrah pak tigor.

"Lah si bapak??? Kok jadi nyerahin ke saya semua??", ternyata pak tigor tak mau ikut ambil pusing. Ia tak mau membahas seluk-beluk rencana kami berdua jikalau sudah berada di villa pak arso, seolah-olah ia sudah siap sedia kala pada segala sikon yang kemungkinan terjadi nanti. Dengan demikian, perjalanan panjang kan kami mulai. Harap dan cemas memenuhi relung batinku. Sampai-sampai tak menyangka diriku bisa bertindak sejauh ini.

Selanjutnya kuresapi awal perjalananku dengan menyandarkan tubuh di kursi mobil. Sambil menghirup nafas, Kuperhatikan arif dan tante linda begitu akrab bercengkarama di kursi bagian depan. Entah apa yang mereka bicarakan, namun aku tak berniat turut ambil bagian. Sementara ibunya yang berada di sebelahku sedang memejamkan matanya. Ia beristirahat sembari mengumpulkan tenaga sebelum menghadapi peristiwa yang sungguh riskan dalam kehidupannya, menyangkut hidup putra tercinta, bayu.

Sempat curi curi pandang aku kearah tubuhnya. Mengiyakan apa yang dikatakan pak tigor barusan. Bohay, ya itu. Aku terangsang di waktu yang tidak tepat. Cuma, aku berusaha keras kendalikan diriku. Apalagi ibunya bayu sudah baik baik kepadaku, masa aku membalasnya dengan perilaku kurang ajar. Biarlah ini jatah bapak. Aku mengalah. Kasihan bapak, ia sudah ditinggal oleh tante dahlia akibat perilaku buruknya di masa lalu. Belum lagi dicampakkan oleh tante marni. Kuharap ia kini sudah berubah, sesuai dengan yang ibunya bayu katakan padaku kemarin hari.

"Tenang aja de, gak usah tegang begitu..."
"Nanti pak tigor bakal bantu kok...", tiba-tiba pak tigor yang duduk di kursi belakang membisikkan sesuatu di telingaku. Aku yang menghadap ke depan, lantas menoleh ke wajahnya.

"Hmmm makasih banyak yaa pak...", balasku yang mulanya tadi sempat meragukan beliau.

"Iya sama-sama...."
"Posisi kita juga aman kok...., bakal ada yang bantu kita"..
"Makanya bapak nyantai..."

Aku tak mengerti maksud pak tigor, "aman? Aman bagaimana sih pak?"

"Lihat aja nanti.....",..
"......"
"Mendingan sekarang kita obrolin yang lain..."
"Yang sifatnya bisa mengurangi kecemasan ade..."

"Hhmmm gitu..."
"Ngobrolin apa ya pak kira-kira...", aku terpaksa mengikuti arah pembicaraan pak tigor. Ia sejujurnya ingin menenangkan diriku yang penasaran apa yang sedang ia tutupi sehingga memintaku santai saja menghadapi persoalan di depan mata. Dari masalah bayu, aku sekarang malah membahas tentang tante linda dengan pak tigor. Di balik itu semua, obrolan tante linda berhasil mengalihkan keteganganku terhadap masalah bayu. Apalagi terdengar pengakuan memgejutkan dari pak tigor

"Sssttt jangan kenceng-kenceng!!...", pak tigor memperingatkanku

"Eh? iya pak, maaf...."
"....."
"Jadi, Serius bapak pernah bersetubuh dengan tante linda?"

.....................​

Perjalanan dari Jakarta ke Garut betul-betul membosankan. Sifatnya yang genting, merupakan penyebab utamanya. Pemandangan sekitar yang dipenuhi hijaunya perbukitan dan indahnya panorama alam cukup sebagai pengusir rasa jenuh pikiran, walau tak sedang 'wah' di pelupuk mata sebagai kemahabesaran ciptaan Tuhan. Tujuan kedatangan kami kota ini genting, menyelamatkan nyawa seorang anak manusia, itu mengapa mengurangi greget gambaran alam sekitar yang luar biasa ini. Tak hanya itu, sunyi percakapan di antara kami. Barangkali tak mengenal dekat satu sama lain. Hanya tante linda yang paling aktif bicara. Itu pun berbicara tentang bayu. Bukan bicara mengenai kota Garut, dimana kami sudah tiba di kota ini. Beruntung, aku banyak mengobrol dengan pak tigor. Obrolan jorok banyak aku bicarakan dengannya, terutama mengenai tante linda. Tak habis pikir aku ia ternyata pernah bersebadan dengan tante linda. Lucunya lagi, ia hendak mengajakku berdua mengerjai tanteku tersebut. Ia pikir aku memendam hasrat dan nafsu dengan tanteku itu. Padahal, aku sudah jauh beetindak dari apa yang ia duga.

Meskipun bisa ditenangkan oleh selingan obrolan bersama pak tigor, Dalam pikiranku tetap terbungkus bagaimana menghadapi pak arso beserta dedengkot anak buahnya yang kuperkirakan banyak. Sedikit tak yakin, apalagi aku hanya mengandalkan pak tigor. Si arif kuduga akan berpihak pada pak arso. Apakah kami bakal tak berdaya? Bagaimana jika rencanaku dan tante linda gagal total? Ah, aku tak mau berpikir pesimistis. Lebih baik kujalani saja dulu. Terlebih, tak lama lagi kami sampai di villa pak arso. Tampak Arif menyetir mobilnya begitu santai, aku menebak-nebak seakan inilah yang ditugaskan pak arso pada arif, dan tugasnya pun sebentar lagi selesai. Alhasil, Aku kepengen menarik kerah baju arif, memaksanya berkata kepada siapa dia berpihak. Hmmmm... Namun, tak mungkin. Aku tak mau membuat rencana jadi berantakan karena kehadiran arif di sini sudah direstui oleh tante linda. Lagipula itu hanya dugaan negatifku.

"Akhirnya sampai juga kita.....", arif memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang villa pak arso. Kuperhatikan tak ada pengawalan ketat ala mafia di villa ini. Buktinya, ia keluar untuk membuka pintu gerbang seorang diri.

"Lin......", ibunya bayu saling bertatapan dengan tante linda. Ia tampak cemas sekali.

"Tetap tenang ya kamu, aku yakin semuanya bakal baik-baik aja..."

"Iya, tante..."
"Selama masih ada kita, tante gak perlu khawatir.."
"Aku yakin kok bayu masih baik-baik aja, nanti juga kita pulang sama-sama dia...", ucapku membantu tante linda menenangkan ibunya bayu.

Arif kembali ke kursi kemudinya usai dari luar membuka pintu gerbang villa pak arso. Kulihat ia berpandangan sebentar dan saling tersenyum dengan tante linda. Setelah itu, barulah ia lajukan kembali mobil yang kami tumpangi, memasuki wilayah villa pak arso. Entah mengapa aku sedikit deg-degan. Ditambah, suasana di dalam area villa pak arso nyatanya tak sesepi yang kukira. Bahkan, bisa kulihat pak arso sudah menunggu kedatangan kami bersama beberapa anak buahnya yang berpakaian ala preman berwarna kehitam-hitaman. Barangkali arif-lah yang memberitahukan bahwa kami hampir tiba, sehingga pak arso sudah menanti tepat pada waktunya. Kemudian mobil kami diparkirkan oleh arif tak jauh dari mereka.

Masih di dalam mobil, Jantungku makin berdegup kencang, namun mengapa tante linda dan pak tigor kalem-kalem saja. Sementara ibunya bayu, terlihat sudah tak sabaran ingin menemui anaknya. Maka, ketika kami serentak keluar dari dalam mobil, tak bisa dicegah, ibunya langsung berlari menghampiri pak arso, begundal bangsat itu.

"Nia! Tunggu dulu! Aduh kamu!", tante linda berusah mencegah, tetapi apa daya naluri seorang ibu tak bisa ditahan. Mendadak wajah kalem tante linda tadi berubah pucat. Suasana berubah tegang. Kini Kulihat, ibunya bayu sudah berdiri di hadapan pak arso, entah apa yang ia mau lakukan.
"Dimana anak-anak saya, pak arso?!!! Dimana?!!!", ibunya bayu meletupkan amarahnya.

"Hehe..., akhirnya kamu datang juga sayang..."
"Aku kangen sama kamu....", tak dijawab, pak arso malah mengelus pipi ibunya bayu.

"Mana pak arso?!! Dimana anak saya?!! Cepet kasih tahu!!", ibunya menarik-narik baju kemeja yang pak arso kenakann, mendesak pak arso segera memberitahu. Tak juga menjawab, pak arso justru memandangi kami yang datang menemani ibunya bayu. Sialnya, karena percakapan barusan dengan ibunya bayu, kami lengah. Pak arso tiba-tiba membawa ibunya masuk ke dalam. Ia seketika mendekap tubuh ibunya bayu, menyeretnya dengan dibantu oleh salah seorang anak buahnya.

"Kalian urus orang-orang ini!! aku ingin bersenang-senang dengan wanita ini terlebih dulu...."
"Hehe...", perintah pak arso pada seluruh anak buahnya yang berjumlah kira kira 8 orang.

"Nia?!!!!!", teriak tante linda panik. Sedangkan aku juga larut dalam situasi kepanikan dimana anak buah pak arso mulai berusaha menyergap kami. Kulihat sekelilingku. Pak tigor sudah bersiap siaga menghadang segala jurus yang kan dikerahkan anak buah pak arso. Di lain hal, Arif yang mengantarkan kami menghilang tanpa jejak. Kupikir ia kan menemani pak arso di dalam. Dasar bangsat orang itu!!! Benarlah sepertinya kecurigaanku sebelum berangkat ke villa pak arso. Aku jadi ingin menyalahkan tante linda. Sebab, ialah yang mengajak arif ikut.

"Mau kemana kalian?! Heh?!"
"Cari mati kalian datang ke sini!!", ucap salah seorang anak buah pak arso.

"Tante gimana ini?!!!!", aku jadi bingung dengan situasi sekarang seakan di luar perencanaan kami.

"Sepertinya wanita cantik yang di sana itu bisa bikin kita senang-senang malam ini kawan-kawan",..
"Hahahaa.....", ucap seorang anak buah pak arso sambil menatap ke arah tante linda. Tak lama ucapannya itu disambut gelak tawa kawan-kawannya.

"Kalian berdua tetep berada di belakang saya..!"
"Biar mereka-mereka ini saya yang hadapii...." pinta pak tigor yang sudah mengambil ancang-ancang, memgambil posisi kuda-kuda.

Ujungnya, karena tak bisa melawan, aku dan tante linda hanya bisa berlindung pada pak tigor. Di sisi lain, dalam perlindungan sekuriti itu, diiriku malah tak yakin pak tigor mampu melawan semua anak buah pak arso berdasarkan jumlah yang musti dihadapi. Benarlah adanya. Segera pak tigor dikepung anak buah pak arso. Aku dan tante linda hanya terdiam menyaksikan pak tigor beraksi macam aktor laga.

"Ayo pak!! Hajar mereka pak!! Terus!!"
Mulanya pak tigor menguasai keadaan. Satu per satu anak buah pak arso berjatuhan. Akan tetapi, entah mengapa pak tigor perlahan melemah. Barangkali penyebabnya adalah anak buah pak arso yang tak juga jera dan menyerah begitu saja, selalu berusaha bangkit lagi usai terjatuh. Situasi pun mulai berbalik. Tante linda dan aku yang awalnya bersemangat berubah pesimis.
"Aduh! Tante gimana ini?!!! Aduh hancur bener deh semua rencana kita!!!"
"Nyesel deh akuuu ke sini.....", aku sudah pasrah kan ditangkap oleh anak buah pak arso. Terlebih pak tigor tidak lagi memberi secuil harapan. Meskipun yang terjadi perkelahian tangan kosong, keadaan tak memungkinkan karena pak tigor dikeroyok, digebuki oleh mereka satu per satu.

Dalam posisi berat sebelah, aku tak tahu harus memohon pertolongan siapa lagi. Di lain hal, ibunya bayu sudah dibawa ke dalam oleh pak arso. Entah apa yang pak arso kan perbuat. Tak lama lagi kami kan menyusul dirinya. Aku sudah putus asa.

"Dooooor! Doorrr!!", tiba-tiba kudengar suara rentetan letusan senjata api. Nampaknya tamatlah diriku sekarang.

....................​

Syukurlah, Polisi datang membantu kami yang sudah kehilangan harapan. Polisi berhasil meringkus beberapa anak buah pak arso yang kuyakini tidak bisa kami hadapi semua. Arif, orang yang kusangka di awal punya niat jahat, ternyata dialah yang mengundang polisi kemari. Aku benar-benar salah menilai arif akibat menelan mentah-mentah cerita tante linda tentang keburukannya. Barangkali tante linda selalu berpikiran negatif tentang arif karena lelaki itu tak kenal lelah berusaha membuat hati tante linda luluh supaya suka padanya. Sekarang, arif telah membuktikan bahwa dugaanku salah, ia bukan orang jahat. Kini, setelah polisi berada di pihak kami, semua terasa menjadi mudah. aku tak buang waktuku untuk mencari bayu beserta adiknya di villa milik pak arso. Kemanakah mereka berdua disekap.

Tak ada perlawanan berarti, mendahului polisi, Aku inisiatif lebih dulu masuk ke dalam villa pak arso. Sesampainya di dalam, aku berusaha mencari ke segala ruangan yang ada di villa yang cukup besar ini. Tak peduli bakal bertemu pak arso ataupun anak buahnya yang mungkin masih tersisa. Namun, belum beranjak kumasukki semua, aku mendengar suara bayu berteriak minta tolong. Maka suara panik bayu membuatku berlari tanpa hadangan ke arah datangnya sumber suara di sebuah kamar yang terletak di pojok lantai dua, sembari ngos-ngosan menaiki tangga.

"Tolong! Tolooong!!!!"

Ketika kutemukan bayu, ia sedang dalam keadaan tersungkur di lantai. Tak berdaya diirinya karena kedua tangan dan kakinya sedang terikat.

"Eh lo, yud....?!"
"Buruan lepasin iketan gue?! Cepeet!!"

"Iyee!! Iye!!""
"...."
"Bay, sebenernya ini masalah gimana sih?!!"

"Pertanyaan itu nanti aja gue jawabnya, yud...!!"
"Yang terpenting kita sekarang musti nyelametin orang dulu...."

"Nyelametin orang???!! Siapa??!!!"

"ayo ikut gue, yud...!", bujuk bayu,
Baru saja simpul ikatan tali yang menjerat bayu kulepas, bayu langsung berlari terburu-buru ke luar ruangan seolah-olah tak memyempatkan diri menghela nafas. Aku pun terpaksa turut membuntutinya dari belakang. Saat berada di luar ruangan, Bayu menuruni tangga sangat tergesa-gesa, tak mengerti aku apa tujuannya sekarang.
"Mau kemana sih bay, buru-buru banget?!", tanyaku heran, tetapi bayu tak memggubris sama sekali.
Lalu, aku tetap menjaga jarak dengan bayu, terus berjalan mengikutinya langkah demi langkah hingga menuju ke area belakang villa dimana terdapat pintu keluar. Bayu lantas membuka pintu itu. Dan, sesampainya di area belakang villa, tepatnya di bagian luar, kulihat seorang lelaki sedang berbaring lemah, tersungkur seperti tak sadarkan diri di sebuah halaman. Melihat apa yang kulihat, Langkah bayu semakin cepat, ia menghampiri lelaki yang sedang terlentang dan tak berdaya tersebut. Mau tak mau aku mengikutinya juga.

Perlahan mendekat, entah mengapa rasa penasaranku memuncak seakan mengalahkan bayu, pandanganku pun membelalak ke arah tubuh orang tersebut. Sungguh kasihan lelaki ini, Ia seperti habis dipukuli beramai-ramai. Wajahnya pula bengap, dari mulut serta hidungnya menetes darah. Dan, entah mengapa aku merasa sangat mengenali orang tersebut. Orang yang kusayang sekaligus kubenci. Tetapi, Aku masih sangat tidak percaya walaupun firasatku memburuk terhadap orang tersebut. Tak heran justru aku berlari lebih cepat ketimbang bayu untuk memastikan bahwasanya orang tersebut benar tidak kukenal. Namun, sambaran petir siang itu seketika menimpaku!!

"Bapaaak??!!!! Paaaakkk!!! Bapaaaaaak!!"
"Bangun paaakk!!!!", air mataku lekas tumpah di hadapan bapak yang wajahnya bersimbah darah.

Bersambung

Mantab updatenya suhuuu giee!!!! Ditunggu last part endingnya yaa. Dan tentunya exe nya yudha bayu vs tante linda mama nia hehehe
 
IMO, ceritanya udah kelar ditulis am suhu Gee, tp ya gitu, seninya cerbung tu rilisnya bertahap.
yg komen negatif udah kena warning. hahaha.
good job hu.
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd