Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
asik nanti malam bakal update lagi nih
nyiapin kopi dulu ah buat mantenginnya
 
Thread Closed
 
Terakhir diubah:
Update



Pak Ngadimin


Ibu Melinda

Pak Ngadimin, laki-laki tua ini berusia 63 tahun. Dia adalah seorang penjaga sekolah senior dan dihormati di tempat yuda dan bayu menimba ilmu. Meskipun rambut terbilang menipis, sisanya berwarna keperakan, pak ngadimin masih tampak kuat dan bugar. Gerak tubuhnya agresif dan cekatan. Pagi hari dia rutin bertugas memgontrol kebersihan sekolah, baik itu di tiap kelas hingga halaman. Terkadang ia memotong rumput taman sekolah. Selain giat dan telaten, pak ngadimin merupakan orang yang ramah. Siswa atau guru jika bertemu dengannya pasti menyapa kalau bertemu. Sebaliknya, pak ngadimin tidak membeda-bedakan dengan siapa ia berbicara. Kalimat yang sering diutarakan pak ngadimin juga selalu mengandung pesan moral dan motivasi, sehingga Dia gampanf akrab kepada siapapun. Alhasil, pak ngadimin begitu populer di mata warga sekolah.

Sayangnya, akhir-akhir ini sedang berkembang isu tidak sedap mengenai pak ngadimin. Nama baik pak ngadimin selama ini tercoreng. Pak ngadimin dikabarkan berbuat cabul kepada beberapa orang siswi dan guru wanita yang mengajar. Namun, sangkaan tersebut belum bisa dibuktikan. Pak ngadimin juga sudah membantah keras kalau ia melakukan perbuatan hina itu. Korban-korbannya juga tidak jelas benar ada atau tidaknya, kecuali seorang ibu guru bernama Ibu Melinda yang mengaku telah dicabuli pak ngadimin.

Ibu Melinda adalah seorang janda berumur 37 tahun. Dia telah bercerai dari suaminya 10 tahun yang lalu. Di sekolah yuda dan bayu, ia seorang guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ibu melinda merupakan seorang guru yang dimutasi dari sekolah lain. Dia sudah mengajar di sekolah yuda dan bayu kurang lebih 1 setengah tahun. Ketika mengajar, dia terkesan tegas. Tak kenal ampun pada siswanya yang suka berbuat onar. Berbeda dengan ibu melinda, siswa laki-laki terutama suka cari perhatian dengan ibu guru mereka.

Barangkali karena ibu melinda ini seorang janda dan enak dilihat ketika mengajar, para remaja laki-laki suka mengambil foto ibu gurunya yang bohay ini secara diam-diam. Atau sesekali pura-pura salaman. Sedangkan mereka sebetulnya tengah mencoba meraba mulusnya telapak tangan ibu melinda. Tak aneh, ibu melinda rajin merawat tubuhnya. Bukan ramping melainkan padat. Ibu melinda terkenal sebagai wanita 'semok' di kalangan laki-laki sekolah, baik itu siswa maupun guru. Bokongnya pun ketika berjalan sulit bagi laki-laki untuk berkilah tidak mau melihat. Para siswa nakal mungkin kerap jadikan ibu melinda bahan onani mereka.

Ketika jam istirahat, di bawah terik matahari yang lumayan panas, yuda dan bayu ngobrol dengan pak ngadimin di pelataran aula gedung serba guna sekolah mereka. Yuda'lah yang berinisatif mengajak bayu berbicara dengan kakek tua itu. Tujuannya tak lain mengklarifikasi isu tidak sedap tentang pak ngadimin. Sebab, yuda kenal siapa pak ngadimin yang telah bekerja lama untuk sekolahnya. Ia sangat tak mempercayai isu yang mengatakan pak ngadimin telah berbuat cabul kepada beberapa siswa dan guru perempuan.

"Buat apa saya ngelakuin hal itu? Kalau betul saya ngelakuin kenapa tidak dari dulu saja. Apalagi saya sudah tua begini. Saya gak mau nambah-nambah dosa...", jawab pak ngadimin tenang.

"Tuh bay, lo denger sendiri kan kata pak ngadimin....", yuda menekan. Ia berharap bayu tidak lagi mempercayai isu tersebut.

"Iya sih yud....tapi apa mau dikata gosipnya udah nyebar duluan ke seluruh anak-anak dan guru-guru..." balas bayu seraya memegangi smartphone-nya. "Terus sikap pak ngadimin bagaimana pak? Apa bakal diem terus begini?"

"Saya kan udah bantah di depan kepala sekolah, tetapi kebanyakan masih tidak percaya..." pak ngadimin terbatuk. "Saya sekarang cuma pasrah saja. Intinya satu, saya selalu yakin kebenaran itu tidak bisa ditutup-tutupi...", bijak pak ngadimin menyikapi permasahan yang dihadapi. "Buktinya saya masih aman-aman saja kan? Kalau memang tuduhan kepada saya itu benar, polisi sudah kemari untuk menahan saya..."

"Heemm bener juga yaa....ayo pak...diminum dulu kopinya....", bayu menghidangkan secangkir kopi hangat untuk pak ngadimin agar luwes dan santai pembicaraan mereka.

"Lagian itu isu dari mana bay?", tanya yuda penasaran.

"Gak tahu juga yud, tahu-tahu udah nyebar aja di grup WA sekolah...", timpal bayu.

Di sisi lain, di sekolah pak ngadimin bukan hanya dituduh sebagai tukang cabul, tetapi ia diduga juga sebagai tukang hipnotis. Beberapa guru dan siswa kehilangan barang di sekolah seperti telepon genggam, laptop, dan uang. Walaupun CCTV sudah dipasang tetap saja kehilangan barang terus terjadi sehingga kepala sekolah terpaksa bekerja sama dengan pihak kepolisian, serta mengeluarkan edaran agar siswa atau guru tidak membawa benda berharga ke sekolah.

Usaha tersebut pun setidaknya cukup ampuh menghentikan tidak kejahatan yang masih diselidiki oleh pihak kepolisian. Pak ngadimin yang sudah menjalani pemeriksaan juga sudah terbebas dari tuduhan kalau ia pelakunya. Akan tetapi, kebanyakan warga sekolah masih percaya kalau pak ngadimin ialah pelaku sebenarnya. Mereka berpikir tidak-tidak bahwasanya pak ngadimin telah mengelabui polisi. Pihak kepolisian dikatakan berada di bawah kuasa hipnotis pak ngadimin.

"Tega banget ya yang ngelakuin ini semua, kasian kan pak ngadimin....", yuda menunjukkan simpatinya kepada pak ngadimin.

"Kamu gak usah khawatirin masalah saya...saya aja biasa aja ngadepinnya hehe...kamu lebih baik pikirin sekolah kamu, itu jauh lebih penting. Kamu mau dimarahin bapakmu lagi?", terkekeh pak ngadimin, lepas sekali tawanya.

Tiba-tiba melintas siswi baru yang jadi primadona di sekolah yuda dan bayu. Dia adalah Larasati yang akrab disapa Laras oleh kawan-kawan sebayanya. Tak asal lewat, gadis itu menegur sapa pak ngadimin. Lelaki yang amat dituakan di sekolah.

"Pak ngadimin.......", sapa laras dengan senyum tipis. Sedikit memperlihatkan giginya yang rapi.

"Iya. Nak laras habis darimana?", jawab pak ngadimin yang memang dikenal seantero sekolah.

"Dari fotokopian depan pak....ayo pak ngadimin, laras duluan....", laras hanya memperlambat jalannya. Lalu, ia meninggalkan yuda dan bayu yang terpaku memerhatikan.

Yuda tak merasa aneh jika pak ngadimin mengenal laras, meskipun gadis perempuan itu merupakan tergolong anak baru. Bagaimanapun, pak ngadimin tak malu-malu. Ia berusaha mengakrabkan diri kepada siswa-siswi. Bahkan, beberapa orang tua siswa-siswi dikenal dan mengenal baik pak ngadimin, termasuk bapaknya yuda, suhardi. Di lain hal, melihat laras, yuda kembali terkenang rina. Dia merasa tidak bisa diam saja dengan kerinduan yang tak tertahankan ini. Yuda musti berusaha mencari rina. Akan tetapi, bekal dari mana ia dapat informasi tentang keberadaan rina.

"Krrrrrringggggggggg............krrrrringggggggggg!!!", bel berbunyi keras, sontak menghentikan aktivitas siswa-siswi yang bersantai-santai.

"Udah bel nih pak, kita masuk dulu yaa.....lain kali kita ngobrol lagi". Tutur yuda beranjak berdiri setelah duduk di sebuah kursi yang biasa digunakan hadirin undangan resepsi pernikahan.

"Iya....saya juga selalu siap untuk diajak ngobrol"

"Makasih banyak ya pak. Mohon maaf juga nih saya awalnya percaya isu jelek tentang bapakk...tapi pas denger langsung gini saya jadi gak percaya....", bayu mencium tangan pak ngadimin sebagai isyarat permintaan maaf.

"Iya, lagipula bukan salah kamu juga....", tersenyum pak ngadimin. "Yaudah buru-buru deh kalian...entar malah gurunya yang duluan masuk kelas....", desak pak ngadimin meminta yuda dan bayu segera meninggalkannya. Belum beberapa jauh yuda dan bayu meninggalkan pak ngadimin, kakek tua itu berteriak, "nak bayu, makasih kopinya inih...!"

"Iyaa pak!!!", sahut bayu.

###​

"Kalo gue, punya keberanian lebih, itu guru gue perkosa....", ucap pelan seorang siswa tengil dan urakan bernama Deri. Wajahnya agak ndeso dengan seragam kumal seperti tidak diurus oleh kedua orang tuanya, sehingga sulit sampai hari ini untuknya memiliki pacar. "Ngaceng anjing...gue lihatin pantatnya bu melinda..".

"Lo mau dituduh cabul kayak pak ngadimin, Der?", kawan yang duduk di sebelahnya bernama Handoyo yang tak kalah badungnya. Remaja berambut keriting ini, seragamnya dibiarkan keluar. Ikat pinggang tak dipakai. Betapa anak ini bergajulan (berandal) dan tidak disiplin di sekolah.

"Aaalaaaahh, munafik lo.....kalau dikasih peluang sama bu melinda, lo juga bakal sikaaat...bodi entotable begitu, nyet...bener-bener gak nyesel gue diajarin sama dia", tak mau ketinggalan percakapan sunyi tersebut, Mian, lelaki kurus slengean ini adalah siswa paling disegani di kelas bayu. Atau, Anak ini boleh dikatakan pentolan/jagoan di sekolah. Derri dan handoyo merupakan teman duduk Mian di jajaran belakang. Termasuk, teman tongkrongannya juga kala cabut/bolos dari sekolah. Mereka berdua lebih mirip cecenguk Mian. Anak buah yang terbiasa disuruh-suruh. Fisik memang membuat Mian menakutkan buat deri dan handoyo. Tidak hanya paling tinggi. Mian yang dungu itu banyak bergaul dengan preman-preman karena rumahnya berada di kawasan kumuh yang tidak terawat.

"Mian, derri, handoyo! Kalian sedang ngomongin apa di belakang?! Heh?!", tegur keras ibu melinda di dekat papan tulis. Suara soprannya melengking. Suasana kelas mendadak hening. Walau mengenakan kemeja hitam lengan panjang, tak bisa ibu melinda menutupi kemolekan tubuh yang menantang. Tubuh gemuknya lebih asyik untuk fokus dipandang, ketimbang materi pelajaran yang membosankan. "Kalian itu udah jadi bahan omongan tahu di ruang guru! tapi masih aja! heemm....", geram ibu melinda terhadap sikap ketiga anak didiknya. "Kalian itu harus diapain sih supaya jadi bener?! Inget kalian itu udah kelas 3! Gak Kasian sama orang tua kalian!"

Mian nyengir. Ia tertawa meleceh, menyahut dalam hatinya,"supaya kita bener, ibu musti mau saya sodok pantatnya bu..hehe...".

"Mian! Apa yang lucu! Kenapa kamu senyum-senyum?! Kenapa?! Heh?! Kenapa?!". Mian terdiam. Ibu melinda memaki-maki anak itu. "Kamu ini emang siswa yang paling gak bisa dikasih tahu yaa....!". Ibu melinda yang berdiri tiba-tiba berjalan menuju mejanya. Bukan untuk duduk, ibu melinda memgambil perlengkapan mengajar yang ia bawa. Kemudian ia yang sudah terlampau kesal berjalan menuju pintu kelas, menengok sebentar ke arah siswa-siswi. "Pelajaran kita cukup sampai di sini...jangan lupa kalian kerjakan tugas yang tadi udah ibu kasih. Kamis besok ibu periksa". Lalu ibu melinda melotot. Ia menunjuk Mian. "Untuk kamu Mian! ibu bakal panggil bapakmu! Biar kamu sadar!".

Usai ibu melinda pergi, mian lekas berdiri. Ia mencela guru perempuan itu kepada kedua orang temannya yang tadi juga diomeli, Derri dan handoyo, yang cuma jadi pelampiasan Mian.
"Itu guru emang kontol! Pake bawa-bawa bapak gue lagik jadinya..! Taik! Mulutnya ngomel jadi pengen gue sodorin kontol anjing!"

Bayu yang berada di dalam kelas itu hanya mengamati dari kursi depan ulah anak-anak badung di jejeran kursi belakang yang memang terbiasa membuat masalah dengan guru. Sebentar melihat, kemudian ia mengobrol lagi dengan kompolotan diskusi di bagian kursi depan.

"Biar kapok itu si Mian, kalo gak digituin dia gak bakalan kapok...",

"Oh ya, emang bener ya kalau bu Melinda itu korban pencabulannya pak ngadimin...?"

"Denger-denger sih gitu..."

"Kasian ya bu melinda, kenapa dia gak lapor polisi aja ya....tapi malah didiemin aja pak ngadimin-nya...gue sih itu takutnya nanti ada korban lagi....."

"Susah, masalahnya gak ada bukti juga.... Kemarin aja pak ngadimin gak jadi ditangkap kan masalah kasus hipnotisnya..."

Bayu menyimak obrolan kawan-kawannya. Dia belum berani menyangkal bahwa pak ngadimin bukanlah pelaku pencabulan ataupun tukang hipnotis. Bayu ragu kawan-kawannya akan percaya yang dia katakan. Oleh karena itu, untuk untuk sementara waktu bayu memilih diam saja, tetapi ia sudah yakin kalau pak ngadimin tidak terlibat permasalahan kriminal di sekolah. Menurut bayu, masalah ini memang agak aneh. Untuk kasus pencabulan, katanya korbannya banyak. Kenyataannya cuma ibu melinda yang mengaku dicabuli. Bayu belum mendengar ada pengakuan dari guru wanita lain atau seorang siswi. Untuk kasus hipnotis, jelas ada korbannya. Akan tetapi, pelakunya masih belum diketahui. Namun, semenjak keamanan sekolah diperketat keadaan sekolah jadi lebih semakin aman. Kasus-kasus pencabulan dan hipnotis hilang tidak heboh lagi.

###​


Mas Sardi


Pak Cipto

Satu per satu siswa keluar dari gerbang sekolah. Ada yang menggunakan kuda besi. Ada yang menggunakan sepeda gunung. Ada yang berjalan kaki. Adapula yang memilih bertahan selagi menunggu seseorang, baik itu teman atau orang yang terkasih. Yuda sendiri sedang menanti bayu yang belum juga kelihatan. Dia melihat jam di pos jaga satpam sekolah. Yuda sudah melewati 10 menit sejak ia keluar dari kelas. Kedua saudara tak sekandung itu terbiasa pulang sekolah bersama sembari berbagi cerita apa saja yang terjadi di kelas masing-masing. Di dekat yuda berdiri, ada salah seorang office boy bernama Sardi. Umurnya 30 tahun. Lelaki berseragam hijau dengam kerah berwarna merah itu merupakan orang yang paling bertanggung jawab pada kebersihan sekolah setelah pak ngadimin. Dia yang mengomandoi dua orang office boy lainnya, baik menyapu dan mengepel.

Mas Sardi, dia lumayan senior di sekolah ini. 10 tahun sudah ia bekerja. Dia dibawa salah seorang kepala sekolah dulu yang kini sudah pensiun. Berbeda dengan pak ngadimin. Mas Sardi terbilang tegas untuk urusan kebersihan. Kalau tidak begitu, sekolah yuda dan bayu tidak akan mengemban juara 1 lomba kebersihan tingkat kotamadya.
Selain itu, Mas sardi tidak terlalu dekat dengan siswa-siswi. Barangkali memang dia yang memilih untuk tidak dekat. Lelaki itu hanya dekat dengan beberapa orang guru dan pegawai sekolah lainnya, termasuk pak ngadimin. Sekarang di dekat yuda, mas sardi bersiap membersihkan halaman dan lapangan sekolah. Sembunyi-sembunyi ia mengajak yuda ngobrol.

"Mas, nungguin siapa?", tanya mas sardi memegang bambu sebuah sapu lidi. Office boy sekolah itu menyapu sambil berkata kepada yuda.

"Oh ini mas sardi, nungguin bayu....", jawab yuda menatap sebentar mas sardi, kemudian pandangannya mencari-cari bayu lagi.

"Ohhmm.....mas, mas deket banget sama pak ngadimin. Hati-hati mas...", dia clingak-clinguk mendekati yuda. Kemudian menengok keadaaan sekitar. "Pak ngadimin itu bukan orang sembarangan..."

"Maksud mas sardi?", yuda teralih fokus.

"Lain kali nanti saya ceritain ke mas.....", mas sardi kembali menyapu. Sementara yuda dibuat melamun tak mengerti apa maksud perkataan mas sardi.

"Bayu kemana yaah.....", bayu belum juga tampak sosoknya. Yuda berpikir saudaranya itu sedang tertahan mengobrol dengan salah seorang teman.

Kemudian datang satpam sekolah, pak hamid. Umurnya 40 tahun. Ia berdiri di dekat yuda untuk mengatur lalu lalang gerombolan siswa yang pulang. Kali ini Pak hamid berjaga siang. Akan tetapi ia lebih sering berjaga malam. Laki-laki bertubuh tegap dan berambut cepak itu juga merupakan warga senior di sekolah ini. Dia dulu merupakan seorang jawara kampung yang memilih bekerja menjadi satpam sekolah. Pahit manis sudah ia rasakan selama bekerja. Entah itu maling dan pelaku kriminal lainnya sudah pernah ia hadapi. Namun, untuk kasus hipnotis dan pencabulan dia seperti kecolongan. Pak hamid lumayan dekat dengan pak ngadimin. Dia sedikit bingung ketika berkembang isu pak ngadimin diduga sebagai pelaku aksi kriminalitas di sekolah.

"Nak yuda, pulang nih......", sapa pak hamid sambil mengatur lalu lintas motor dan kendaraan yang keluar masuk.

"Iya pak....", pandangan yuda masih mencari-cari bayu.

"Nak yuda, pak hamid mau kasih tahu nih.....nak yuda gak usah terlampau deket sama pak ngadimin...."

"Kenapa pak emangnya?", kembali yuda dibuat heran.

"Ya nak yuda tahu sendiri, pak ngadimin sekarang kan lagi dituduh macem-macem...pak hamid cuma khawatir nak yuda nanti jadi sasaran hipnotis juga kalau takutnya bener yang dilakuin pak ngadimin", pak hamid sebagai kepala keamanan berharap yuda waspada.

"Eh? I-iya pak....hmmm", yuda menggeleng-geleng kepala. Dia penasaran mengapa orang-orang di sekolah masih saja percaya kalau pak ngadimin adalah biang dari segala kejahatan di sekolahnya. Yuda tergesa-gesa balik lagi ke dalam. Boleh jadi ia kesal dengan bayu. Namun, ia malah masuk semakin dalam area perkarangan sekolah. Bayu yang sedang berjalan dengan kawan-kawannya melihat yuda. Dia ingin menghentikan dan bertanya ada apa, yuda terburu-buru sekali. Adakah hal genting? Pikir bayu. Sebaliknya yuda, di menuju belakang sekolah, tepat dipojok ada sebuah bangunan sederhana tempat dimana pak ngadimin tinggal sementara. Yuda hendak menemui pak ngadimin. Dia berjalan semakin dekat, tetapi ia terhenti di depan pintu. Yuda melirik ke arah jendela. Ia lihat pak ngadimin duduk bersila seperti seseorang bersemedi. Matanya terpejam. Mulutnya komat kamit bagai mengucap azimat mantra.

Menatap apa yang dilakukan pak ngadimin, yuda termenung. Dia mulai menangkap apa maksud pak hamid dan mas sardi. Lama-kelamaan, yuda jadi berpikir ulang. Jangan-jangan benar pak ngadimin pelaku utama kejahatan pencabulan dan hipnotis. Kalau pak ngadimin jatuhnya seperti ini. Yuda jadi teringat pak ujang. Kakek tua sakti yang jahat itu. Yang nyaris membunuh bapaknya. Dugaan yuda. Mungkin pak ngadimin bisa lepas dari jeratan polisi karena dia dengan kesaktiannya berhasil mengelabui para polisi itu.

"Bener kayaknya pak ngadimin bukan orang baik lagi.....", gumam yuda. Dia langsung pergi. Tak jadi menemui pak ngadimin.

Bersambung.

Duh pa ngadimin... knp harus ada yg tua2 sih hu... model2 pa ujang haha...

Ttp semangat hu semoga ga macet :semangat::semangat::semangat:
 
Bimabet
Disisipkannya Pak Ngadimin supaya terjadi konflik.
kalo ngga ceritanya datar2 aja.
dan gara2 ada Pak Ngadimin pembaca jadi gregetan.
Hebat Om Gee n makasih Updatenya Om
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Balasan
5.906
Dilihat
5.147.713
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd