Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story sama Adek Cewek Gue Gan

Part 9C


Selepas maghrib aku berdandan serapih mungkin, hatiku sungguh tak karuan, ini mengingatkanku pada kencan pertama ku saat SMP dulu, apa kabar ya pacar pertamaku Maria? Semoga kamu sehat-sehat disana ya.
Yap, malam ini adalah malam minggu, ibuku & bu vera telah mengatur sedemikian rupa agar aku & Yunda bisa jalan malam ini, jadi aku berdandan sebaik mungkin untuk memberikan kesan yg baik. Padahal perasaanku dengan Yunda sebenarnya belum menentu, aku belum yakin bisa memberikan hatiku untuknya, begitupun sebaliknya, aku belum yakin apakah Yunda akan dapat mencintaiku karena yg ku tau kami menjalani acara malam ini dgn keterpaksaan. Namun aku mencoba sedikit rileks, tak ada salahnya dicoba, begitu batinku berkali-kali dalam hati. Untungnya aku & Yunda langsung bertemu di X*I tanpa harus aku menjemputnya dirumah, aku tak bisa membayangkan betapa canggungnya kami didalam mobil selama perjalanan andai aku harus menjemputnya. Akupun berangkat membawa livina milik ayahku, walau sebenarnya aku lebih suka menerobos malam dgn vario milikku, tapi sekali lagi demi kesan yg baik (atau gengsi) ibuku memaksa ku membawa mobil ayah. Untung saja saat ini Hana sedang taka da dirumah, lagi-lagi dia diminta menemani tanteku ke taman safari bogor untuk membantu anak-anaknya yg hyperaktif. Aku tak bisa bayangkan, alasan apa yg akan kuberikan pada adikku jika dia melihatku berdandan serapih ini dimalam minggu.
Tak sampai 30 menit aku tiba di mall tempat perjanjian aku & yunda, saat ini pukul tujuh kurang, andai membeli tiket sekarang pasti dapat jadwal di midnight. Akupun bergegas menuju lantai tempat sinema berada, di dalam lift aku mengontak nomor Yunda yg dikirim oleh ibuku, sekali duakali dering telpon di angkat “Halo Nda, gw udah di TKP nih, elu dimana?”tanyaku
“gw masih dijalan Ar, sorry ya, bisa gak lu nungguin gw d depan, biar k xx* nya bareng”
Sialan, batinku, aku sudah didalam lift dipaksa turun lagi k lantai satu demi menjemputnya, enak sekali dia, kataku dalam hati. Tapi sekali lagi demi sebuah kesan & aku tak ingin mengecewakan martabat ibuku, terpaksa aku turun lagi. Sampai dipintu masuk mall, aku menunggu Yunda d dekat restoran cepat saji, nampak banyak pasangan muda-mudi berlalu lalang didepanku, wajar saja inikan malam minggu, & aku seperti jomblo idiot yg berdiri sendirian disini menatap hampa kearah mereka, yg kurasakan sekarang adalah pasangan-pasangan itu seperti sedang menertawakan ku, aku memainkan Hp ku untuk menghilangkan tingkah seperti orang bingung. Untungnya penantianku cuma lima menit, karena tak berapa lama ada teriakan suara wanita yg sudah kutunggu-tunggu, “Arr!! Sorry ya lama, taxi nya jalannya kayak keong, sorry banget ya, udah lama nunggu?” akhirnya Yunda datang sambil langsung menodongkan ocehannya.
“gak kok belum lama” kataku dingin, aku sedikit kesa; karena naik turun lift hanya untuk hal seperti ini.. “yaudah kita naik aja langsung yuk” ajakku “okeh!” aku mulai melangkah, & Yunda berjalan disampingku.
Aku sekilas melirik Yunda, walau sedikit kesal padanya, tapi aku tak bisa membohongi betapa cantiknya Yunda malam ini, dia memakai semacam pashmina hitam dgn gamis putih panjang, serta cardigan abu-abu gelap, yg paling aku suka adalah betapa manis pipinya yg chubby dibalut pashmina seperti itu, hatiku jadi agak berdesir juga. Terlebih lagi sebenarnya berjalan bersama Yunda seperti ini cukup membuat pria lain iri padaku, & mata mereka tertawan cukup lama oleh penampilannya.

Benar dugaanku, kami mendapatkan waktu 21.15 untuk nonton. Kulirik jam masih pukul setengah delapan, aku & Yunda pun berunding mencari tempat yg enak untuk menghabiskan waktu, setelah perdebatan sebentar & tentu saja aku mengalah, kami menuju restoran donat untuk sekedar meminum kopi & makan cemilan. Padahal sebenarnya aku lapar, tapi demi mengikuti niat diet Yunda aku terpaksa mengalah, padahal hematku tubuh Yunda sudah sangat ideal, & tidak ada bagian tubuh manapun yg bisa dibilang gendut, itulah wanita, ideal menurut kita berbeda dgn ideal versi mereka. Tapi memang, andai tubuh Yunda seperti Hana adikku, maka dia akan sangat sempurna. Pesanan yg datang membuayarkan lamunan ku.
Saat-saat yg kubenci datang lagi, ternyata aku & Yunda belum bisa menghilangkan kecanggungan kami. Sebenarnya aku bisa saja bersikap cuek dgn mencoba mengajaknya bercanda, tapi aku tak pernah lupa balasan dinginnya saat di gazebo, saat dia menanggapi candaan ku dgn pandangan mencela. Begitupun Yunda, jangankan memulai percakapan, dia seperti sungkan bertatap mata denganku, yah sepertinya perjodohan ini sudah berakhir saat ini juga, aku & Yunda tidak akan cocok. Namun ternyata Yunda lebih berinisiatif membunuh kesunyian ini, dia mulai membuka mulut mengajakku bicara setelah meminum cappuccino nya.
“Ar, apa yg bikin lu mau nyoba ngejalanin rencana ibu kita?”
Walau sedikit kaget dgn pertanyaan Yunda yg to the point ini, tp aku mencoba tenang
“entahlah nda, gw jg gak tau” aku menjawab sejujurnya “sebenernya gw jg bingung harus bersikap apa, yg gw tau gw nyoba ga ngecewain nyokap gw, itu aja mungkin” aku menjelaskan,
“terus, sekarang kita udah ngejalanin kemauan nyokap masing-masing, apa lu udah punya jawaban pasti?” ah, seharusnya aku tahu percakapan seperti ini akan terjadi
“belum nda, gw sendiri masih bingung”
“yah, gw ngerti kok.. kita sama berarti” hening sesaat, sebelum obrolan kami berlanjut lagi
“tapi Ar, gw boleh gak tau pendapat pribadi lu tentang gw” jantungku berhenti sesaat mendengar pertanyaan Yunda seperti itu, “gw belom tau jg Nda, sorry” jawabku spontan & tergesa-gesa karena panik, ternyata jawabanku jelas bukan yg diharapkan Yunda, akibatnya sungguh fatal karena yg kudapat adalah pandangan hina dari Yunda sebelum dia membuang wajahnya dariku, sekarang dia benar-benar tampak tak sedang duduk didepanku. Aku sungguh menyesal dgn jawabanku tadi, hingga sisa waktu kami di donat factory tersebut kami hanya sibuk dgn ponsel masing-masing sambil sesekali menyeruput & menyendok hidangan didepan kami. Yunda menjadi sangat cuek, tak perduli berapkalipun aku mencoba mengajaknya bicara.
Jam sudah menunjukan pukul 21.00, lima belas menit lagi film kami akan dimulai, aku mengajak Yunda untuk kembali menuju sinema, “bentar lagi mulai nda, kita ke atas skrg yuk”
Yunda tak menjawab, dia hanya berdiri lalu berjalan agak didepan ku, sekarang kami seperti orang pacaran yg sedang marahan, jelas dia masih dongkol dgn kata-kataku tadi. Kacau! Kataku dalam hati, padahal ini bukan pertama kalinya aku jalan dgn wanita, tapi sebelumnya tak pernah berantakan seperti ini.
Aku mencoba mengurangi kemarahan Yunda dgn menawarinya popcorn & soda sbg cemilan didalam, “gw traktir nda” tambahku, walau hanya anggukan kepala yg kudapatkan tapi aku yakin itu tanda setuju. Dalam ruangan sinema aku memilih kursi pojok paling atas, aku beruntung mendapatkan posisi cukup enak, karena walau jam midnight tapi penonton tetap ramai, wajar ini weekend terakhir sebelum libur lebaran ini berakhir.
Aku merasa beruntung memilih film koalanya raditya dika, karena sepanjang film seisi bioskop dipenuhi gelak tawa, termasuk Yunda, namun aku sama sekali tak bisa menikmati film, aku masih benar-benar kepikiran dgn ekspresi Yunda akibat jawabanku tadi, sepanjang film aku hanya berpikir bagaimana caranya agar Yunda mau memaafkan ku.
Didalam bioskop aku sesekali melirik ke wajah Yunda, dia benar-benar sedang menikmati film, matanya berbinar & senyum tak pernah luntur dari bibirnya, jelas dia melupakan aku disebelahnya & lebih suka menikmati koala raditya dika. Aku pertama kali melihat wajah Yunda yg ceria lepas seperti itu, terakhir aku melihatnya tertawa lepas saat menangis haru mensyukuri kelulusan kami dari SMP, setelah itu aku & yunda benar-benar tak berjumpa lagi sampai dia bercerita tentang perjodohan kami tempo hari. Melihat Yunda ceria seperti itu aku merasakan dasar perutku naik turun, apalagi tertawanya yg menurutku lucu, seperti tertawa anak kecil, sungguh imut sekali. Sejak awal aku sudah mengakui perubahan fisik Yunda yg sekarang sangat mempesona, tapi sebelumnya aku benar-benar menganggapnya biasa saja, tak ada perasaan apa-apa, tapi kenapa sekarang aku begitu tertarik setelah melihatnya tertawa? Jangan-jangan kecanggungan seorang wanita bisa saja menghalangi pesona alami yg sebenarnya bisa saja dia miliki, pikirku. Tapi malam ini melihat Yunda yg tertawa perlahan aku mulai tersihir, baru aku sadar senyumnya yg indah & memikat. Lalu keindahan senyum itu menjalar ke pikiranku, rasa ego muncul, ingin rasanya memiliki senyumnya, apalagi tubuh Yunda yg padat berisi itu, terlebih dia wanita yg Cerdas & pintar, sungguh menambah daya tariknya, dia akan menjadi wanita yg pas sbg pendamping hidupku. Tapi aneh, bukankah fakta itu sudah lama aku tau, lalu kenapa perasaan ini baru muncul sekarang?
Lampu bioskop telah dinyalakan tanda film berakhir, aku merasa baru semenit duduk disitu, benar-benar tak menikmati film. Aku & Yunda masih duduk, karena kami duduk dipojok mau tak mau kami menunggu penonton yg duduk dideretan kursi kami keluar duluan.
Yunda menuju toilet tanpa berkata padaku, senyum & tawanya tadi sudah benar-benar sirna, berganti dgn ekspresi dingin seperti sebelumnya. Aku kesal juga lama-lama dgn sikap Yunda, ingin sekali ku membentaknya lalu meninggalkannya pergi lalu mengakhiri usaha perjodohan ini, namun aku terbayang ibuku, (sialnya aku benar-benar lupa pada adikku Hana saat itu) suara dipikiranku mengatakan itu bukanlah langkah yg jantan meninggalkan seorang wanita sendirian malam-malam begini, setidaknya biarkan aku mengantarnya pulang, demikian batinku.
Sekitar sepuluh menit aku menunggu didepan toilet Yunda keluar, sepertinya dia hanya membetulkan lipstick tipis dibibirnya. Kami melangkah keluar bioskop, sampai d gerbang mall, aku mencoba menawarinya tumpangan pulang, namun Yunda menolak,
“ga usah Ar, gw nelpon taksi aja” masih dgn ekspresi dinginnya,
“nda ini tuh udah malem, ntar kalo lu kenapa-kenapa gmn? Gw jg yg disalahin kan? Udah lu ikut gw aja” aku mencoba berkata selembut mungkin
“thx Ar, gw bs urus diri gw sendiri kok, bye” katanya sambil mencoba berlalu, tentu aku tak membiarkannya, aku mencoba menahannya dgn mengimbangi langkah cepatnya,
“nda tolong dengerin gw, gw minta maaf kalo gw salah ngomong tadi, tapi lu jg ga perlu sedingin itu sama gw dong” Yunda masih berjalan, wajahnya menunduk,
“nda sekali lg sorry kalo kata-kata gw td bikin lu ga suka, tapi plis lu jgn kaya gini dong”, Yunda masih tak berhenti, namun sambil berkata “gw tau lu ragu-ragu Ar, pasti lu masih bingung, sama gw juga, tapi gw bisa nyimpulin kok, sebenernya lu gak pernah ada disini, lu Cuma gak pengen nyokap lu jelek dihadapan nyokap gw, iya kan?”
Deg!! Kata-kata yg sungguh menancap, ini mulai diluar kendali, Yunda kembali melanjutkan kata-katanya,
“gw gak perlu sikap lu Ar, gw lebih suka lu nolak dari awal, jadi kita ga perlu jalan-jalan palsu kaya gini, & gw juga ga bikin lu buang-buang waktu lu sama gw, jadi gw ga perlu tumpangan dari lu Ar, thx sekali lagi”
Entah aku salah atau tidak, aku membaca sebuah harapan kecil dari Yunda, maksudku adalah Yunda berharap kepadaku agar kencan ini menjadi kesan yg menyenangkan, hanya sayangnya aku menghancurkan harapan tersebut dgn jawabanku. Benar, ketika dia bertanya bagaimana pendapatku tentangnya seharusnya aku menjawab lebih bijak, minimal aku mengawalinya dgn memuji penampilannya yg semakin menarik setelah lama tak berjumpa atau apalah yg membuatnya bahagia, tapi aku malah menjawab “belum tau” dgn nada seperti pengecut, aku bisa mengerti kenapa dia bisa sedingin itu akhirnya.
Rasa bersalahku kini menyatu dengan perasaan tertarikku yg mulai tumbuh pada Yunda, maka perlahan aku pegang tangan kanan Yunda dgn tangan kiriku, lalu dengan nekat aku berkata pada Yunda,
“Yunda, kalo aja perjodohan ini berhasil, gw ga akan nyesel dijodohin sama lu” Yunda kaget, dia menghentikan langkahnya, kini dia menoleh menatapku, aku melanjutkan
“Gw gak mau bohong nda, emang sekarang perasaan gw belum seutuhnya buat elu, tapi plis kasih gw waktu supaya gw bisa sayang sama lu” kini kedua tanganku memegang kedua tangannya. Yunda masih menatapku, dia benar-benar kaget mendengar kata-kataku,
“kenapa lu minta waktu ke gw supaya lu bs numbuhin perasaan lu dulu Ar? Gw gak mau maksa perasaan orang, inget Ar ibu kita gak maksa ini harus jadi kok” kata Yunda, kini nadanya penuh kesungguhan, tatapannya dipusatkan untukku, akhirnya aku mendapatkan perhatiannya.
“gw ga terpaksa Nda, ini emang kemauan gw aja”
“tapi kenapa Ar?”
“Gak ada alesan Nda, sekali lagi ini kemauan gw, ini pilihan yg gw ambil, & gw milih buat nyoba sayang sama lu”
Mendengar jawabanku, Yunda menunduk, tampaknya dia mulai terisak, aku melihat setetes air mata mengalir melalui dagunya, tapi mulutnya tersenyum, “lu emang ****** Ar”, sekejap kemudian dia memelukku, perlu beberapa saat kemudian baru aku membalas pelukannya. Sejujurnya perasaanku kembali tak karuan, padahal itu bukanlah pelukan pertama ku dgn wanita, tapi aku merasa berbeda dgn Yunda. Entah apa itu..
Namun sayang, setelah perdebatan sengit tadi baru aku menyadari kami masih berada di gerbang mall, walau sudah sepi karena penonton yg lain pasti sudah pulang, mau tak mau aku rishi juga, menyesal tak bisa menikmati pelukannya aku mencoba mengajak Yunda pulang.
“udah malem nda, kita pulang yuk”
“lu anterin gw kan Ar” kata Yunda dgn nada yg mulai ramah sambil melepas pelukannya, benar dia sedikit menangis karena setelah melepas pelukannya dia menyeka air matanya yg menetes, tapi aku yakin itu air mata haru, aku berhasil mengambil hatinya, kataku dalam hati.
“gak lah nih gw lg nelponin taksi buat lu” jawabku bercanda
“iiih apaan sih jahat banget deh Ar” sambil mencubit lenganku, kali ini nadanya mulai terdengar manja, & aku melihat wajahnya terutama pipinya yg chubby merona merah, menambah manis parasnya.
Dan akhirnya aku merasa dinding kecanggungan yg memisahkan aku & yunda selama ini telah runtuh..


Bersambung ke Part 9D

Update lagi di page 27 ya suhu..
Berasa baca novel best seller. Itu beneran hu? Apa di dramatrisir. Wkkekwkkw keren amat klo cara jadiannya kek gt dgn kata2 yg persis juga. Wjwj
 
Part 11


“Cam… cami… heyy…!!” teriakan Yunda membuyarkan lamunanku. Andai saja dia tak memukul-mukul pelan pipiku mungkin aku masih larut dalam pikiranku.

“eh iya bi.. kenapa tadi?” Kataku saat tersadar.

“kamu ngelamunin apa sih? Tumben amat kamu ngelamun kaya gitu. Semenjak kemaren loh aku liat kamu ngelamun. Kenapa? Nyesel udah lamaran?” interogasi kecurigaan khas wanita yg penasaran oleh Yunda.

“Enggaklah.. mana ada aku nyesel. Aku Cuma rada grogi aja bi. Abis lamaran kemaren, aku kepikiran nanti kalo kita udah resmi jd suami istri, apa aku bakal siap jadi kepala rumah tangga yg baik, terus kalo amit-amit nanti misalnya kondisi kita lagi gak bagus, aku takut gak siap ngehadepinnya” kataku meyakinkan, walau aku memang merasa demikian namun hal itu bukanlah alasan lamunanku tadi. Jadi sebenarnya aku sedang mencoba mengelak.

“ooh gitu.. iya juga sih cam. Aku juga rada grogi. Takut gak bisa jd istri yg baik buat kamu cam.

Tapi kamu mau tau gak alesan kenapa kita harus tetep ngelangkah maju?” Kata Yunda. Aku hanya menggeleng pelan.

“karena di kehidupan rumah tangga nanti, kamu gak akan ngehadepinnya sendirian cami ku, tapi kita berdua. Kita bersama yg bakal ngalamin pahit manisnya nanti. Aku gak khawatir, karena aku punya kamu & kamu jg gak usah khawatir karena nanti aku selalu ada buat kamu cam. Pokoknya kayak aku jadi pakaian kamu, kamu jadi pakaian aku” Yunda bicara sambil memeluk lenganku & menyandarkan kepalanya dibahuku.

“emmmmmhhh… so sweet deh kamu bi..” kataku membelai kepalanya.

Aku sedang berada di gazebo halaman belakang rumah Yunda saat ini. Hari ini hari sabtu, Kamis malam yg lalu adalah momen paling membahagiakan buat keluarga kami karena malam itu ayahku resmi meminang Yunda untuk menjadi calon istriku. Kejadian itu masih terekam jelas dalam benakku. Keluargaku sampai dirumah Yunda tepat pukul setengah Sembilan & langsung disambut hangat oleh Om Deden sekeluarga lengkap ku lihat ada kak hendi kakak Yunda hadir bersama istrinya teh Ela & anaknya yg baru berumur setahun Endra, minus Genta yg masih di Jogja.

Tak ada penyambutan besar-besaran, karena memang hanya dua keluarga inti yg hadir dalam acara lamaran ini. Kami datang membawa sekotak besar donat & satu Tupperware besar berisi kebab beku yg dibuat spesial oleh Ibu & Hana. Sedangkan keluarga Om Deden menjamu kami dengan cemilan-cemilan ringan seperti keripik pisang, kacang & roti bakar coklat hangat yg kata Bu Vera asli buatan Yunda. Sebenarnya Bu Vera sudah bilang pada ibu ku untuk tidak perlu repot membawa sesuatu yg sifatnya seperti “seserahan” buat lamaran ini, tapi ibu ngotot, beliau bilang malu kalau datang tanpa buah tangan. Saat Yunda & Hana saling bercipika-cipiki itulah kesedihanku bangkit kembali, aku memikirkan adikku lagi. Saat itu adikku memakai gamis merah tua dibalut oleh kerudung jingganya, manis sekali.

“Hana apa kabar, makin cantik yah kamu”
“Aku sehat mbak, ah ada juga mbak Yunda makin cantik. Tuh buktinya mas ku kesengsem sama mbak. Hehehehe”

Walau dalam getir aku masih mencoba tersenyum. Aku ingat saat SMP mereka berdua adalah duet maut yg sering mengharumkan sekolah kami dalam berbagai lomba di tingkat provinsi. Dua perempuan genius dengan segala pesona masing-masing yg keduanya mengahangatkan hatiku & mewarnai hidupku dengan caranya masing-masing. Dalam hati aku bingung juga, betapa beruntungnya aku bisa dikelilingi mereka berdua. Disaat jones-jones diluar sana berjuang mati-matian mencari pujaan hati, Hana & Yunda justru mampir begitu saja dalam hidupku.

Walau memang selama sebulan aku menjalin hubungan dengan Yunda, aku belum sempat mempertemukannya dengan Hana. Untungnya Yunda sendiri belum pernah merengek minta d ajak kerumah ku. Selama sebulan lebih berpacaran kami lebih sering di rumah Yunda saja, menikmati hidangan yg disajikan olehnya, makan malam bersama keluarga Om Deden lalu menikmati minuman hangat Yunda sambil bersenda gurau di gazebo belakang rumahnya. Selain sehat tentu irit biaya. Hehehehe..

Acara lamaran berlangsung santai tanpa formalitas, Yunda Nampak sangat anggun dalam balutan Jilbab panjang keperakan & gamis biru mudanya, Nampak serasi dengan baju koko biru muda ku. Memang sudah jauh-jauh hari Yunda menyiapkan pakaian ini untuk kami berdua, “biar kita couple-an Cam” kata Yunda dibutik waktu itu.

Setelah basa-basi sebentar Ayahku langsung menyampaikan maksud & tujuan kedatangan keluarga kami, sambil memohon maaf kalau kami tidak sopan atau lancing, beliau secara resmi meminta Yunda untuk dijadikan menantunya. Om Deden sendiri tak keberatan dengan lamaran dari Ayahku, namun sbg ayah yg tak mau memaksakan kehendak beliau mempersilahkan Yunda sendiri yg menentukan jawabannya. Aku ingat ekspresi Yunda tertunduk dalam saat itu, ada setetes air mata mengalir dari matanya, lalu perlahan dia membuka mulutnya.

“Bismilliahirrahmanirrohim, dengan mengharap ridho Nya, lamaran dari keluarga pak Irul (Samaran Ayahku) saya terima” Kata Yunda sambil terisak.

“Alhamdulillah” kata kedua belah keluarga kami secara bersamaan. Bu Vera langsung memeluk Yunda sambil berkaca-kaca, Ibu ku juga langsung memegang tanganku erat. Sedang Hana, dia tampak menunduk dalam di Sofa ujung. Sejujurnya aku tak mampu mebayangkan perasaannya saat itu. Memikirkan bagaimana nasib Hana kedepannya, itulah alasan mengapa aku melamun walau ada Yunda disebelahku saat itu. Tapi terlepas dari perasaan Hana yg jadi misteri saat itu, keluarga kami sepakat menetapkan bahwa akad serta resepsi pernikahanku & Yunda akan diselenggarakan pada bulan Januari tahun depan.

(Mohon do’anya ya dari warga semprot. Sorry OOT)





*****



“Haah..? Masak sih Hana masih jomblo Cam?” kata Yunda setengah berteriak tak percaya.

“Iya bi. Serius. Kasian dia.. aku sih pengennya bantu dia nyari cowok gitu. Kamu ada ide gak?”

Kataku.

“kamu tau kan aku sama Hana Cuma beda setahun doang. Dia cewek lagi, aku takut dia telat umur. Pengennya sih abis kita nikah, tahun depannya Hana langsung nyusul. Gitu bi”

“kamu perhatian banget sih sama adek kamu.. makin cinta deh cam” Yunda mendelik manja.

Akhirnya memang aku harus menumpahkan kegelisahanku pada Yunda, walau dengan cara yg seolah mencuci tangan & menutupi kebenarannya mengapa aku gelisah soal Hana.

Aku sendiri setelah acara lamaran tersebut belum berani mengajak adikku ngobrol lagi. Yang jelas aku tak lagi melihat senyum di wajah manisnya. & lebih parah terlihat jelas dia mencoba menghindariku. Saat berpapasan dirumah saja dia membuang wajahnya, menumbuh suburkan perasaan tak enak & bersalahku padanya. Aku bisa mengerti sebenarnya, kendati dia sudah berbesar hati melepaskan hubungan selama ini, namun ekspresi karena perasaan wanita tak mungkin dibohongi. Saat ini jelas adikku sedang dimakan perasaannya. Aku sungguh tak kuat melihatnya, terlebih lagi dia memendam kesakitan itu sendirian, hatiku yg harusnya berbunga-bunga justru semakin hancur. Makanya aku coba berinisiatif mencarikan teman pria untuk Hana.
“Kamu ada temen gak yg kira-kira cocok gitu buat Hana bi?”
“eemmmhhh… Coba deh nanti aku bantu cari” Kata Yunda masih menyandarkan kepalanya pada pundak ku.

Sore itu langit agak mendung, matahari enggan menampakan sinarnya yg hangat untuk penduduk bumi. Namun matahari disebelahku saat ini sudah lebih dari cukup untuk menentramkan batin ku yg sering kacau belakangan ini. Aku benar-benar memikirkan perasaan Hana.

Malam itu untuk kedua kalinya aku menemani Yunda yg sendirian di rumah. Om Deden sedang dinas malam, sedangkan Bu Vera harus menghadiri kegiatan ibu-ibu PKK di luar kota. Kami menghabiskan waktu dengan menonton film favorit Yunda, dia penggemar berat actor Tom Cruise, jadi selepas maghrib kami menikmati Mission Impossible sampai Edge of Tomorrow. Untungnya aku juga penikmat film action jadi tak terlalu bermasalah dengan selera film Yunda ini, hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 11.30 malam. Seperti dulu, Yunda memintaku untuk menyanyikan lagu romantis sebagai pengantar tidurnya. Setelah berganti pakaian tidur dia mengambil gitar dari kamar Genta & mempersilahkan aku masuk ke kamarnya. Aku sudah mempersiapkan lagu Celine Dion-My Heart Will Go On atau Lea Salonga-We Could Be In Love sebagai lagu pengantar tidurnya.

Di dalam kamarnya Yunda yg Nampak memakai celana basket selutut & kaos oblong hijau langsung naik ke ranjangnya & menutupi tubuhnya dengan selimut. Aku sendiri tersenyum, pakaian yg dikenakan Yunda membuat tubuh montoknya tercetak sempura, disisi lain jakunku naik turun, walau aku yakin bisa menahan birahiku sebenarnya. Toh dengan Hana sebenarnya sudah beberapa kali aku hampir khilaf merobek selaput daranya, namun bisa ku tahan juga akhirnya.

Aku baru saja duduk dipinggir kasurnya untuk memulai permainan gitarku, namun Yunda menahanku, dia memintaku untuk duduk disebelahnya yg sedang berbaring. Agak terkejut juga memang, mungkin dia berfikir status kami yg sudah resmi bertunangan melonggarkan dinding yg membatasi kami. Dengan canggung & gugup aku duduk di sebelah Yunda yg sengaja menggeser badannya demi menyisakan ruang buatku.

Petikan gitarku mengiringi lantunan suaraku yg menyanyikan lagu ost Titanic ini. Seperti sebelumnya, Yunda menyimak nyanyianku sambil tersenyum tipis dalam wajahnya yg diselimuti kantuk. Memang dia tipe orang yg cepat tertidur sebenarnya. Namun entah kenapa sampai lagu ini selesai dia belum tertidur juga, aku lanjutkan dengan menyanyikan lagu Lea Salonga sampai selesai bukannya makin sayu mata Yunda malah semakin terbuka. Saat lagu kedua berakhir inilah dia tiba-tiba bangkit lalu menyandarkan tubuhnya disebelahku.

“Cam, kamu mau tau gak?”

“Kenapa bi?”

“Kemaren, abis keluarga kamu pulang waktu lamaran, malemnya aku….” Tampak Yunda menyembunyikan sesuatu, entah apa itu yg pasti wajahnya merah padam. Aku jadi penasaran.

“Malemnya kamu kenapa bi? Kamu mimpiin aku ya? Hehehe” kataku mencoba bercanda.

“iya aku mimpiin kamu cam” aku tertawa renyah mendengarnya.

“hehehehe.. udah cinta mati nih yee” kataku meledeknya, Karena wajah Yunda tampak semakin memerah menahan malu.

“Tapi aku mimpiin kamu lagi…. Hubungan sex sama aku cam. Kita lagi berhubungan suami istri.. iiiih tuh kan aku cerita. Malu banget sebenernya.. hheeemmmhhh”

Mendengar pengakuan Yunda sontak tawaku hilang, tawa lenyap bangkitlah gairah ku yg tiba-tiba saja terbakar. Penisku tau-tau terasa menegang dalam celana boxer ku yg untungnya masih ditutupi jeans.

“Kamu mimpi basah? Sama aku?” kataku dengan nada bego, tak percaya dengan kata-katanya barusan.

“aaah.. udahlah ga usah dibahas lagi, malu tau.. Lagian kok aku bodoh banget sih sampe cerita-cerita.. haaaaahhh” Yunda tampak sangat menyesal, namun nada bicaranya yg manja malah menambah gairahku.

“udah gak usah malu bi.. aku gak akan ngetawain kamu kok”

“bener yah, awas kalo ketawa. Aku cubit nanti perut kamu” dia mengeluarkan ancamannya. FYI suhu, menurutku cubitan tangan Yunda ini super duper sekali sakitnya. Dulu waktu SMP saat aku tak sengaja membuatnya kesal karena usil menyembunyikan sepatu Hana di mushola sampai dia menangis, Yunda langsung perutku sampai kulitku memerah. Jujur, sakit sekali cubitannya, ditambah dia mencubit sambil memelintir tangannya, Arnold Schwarzaneger pun belum tentu kuat menahan cubitan Yunda. & tampaknya ancaman mencubit perutku tadi sengaja dia lakukan demi mengingat kenangan pahit cubitannya waktu SMP dulu. Hehehehe.

“aduuh apalagi pake di ancem kaya gitu. Suer deh aku gak akan ngetawain” Kataku agak ngeri. Wajah Yunda yg tadinya agak mirip Suzanna kini kembali teduh seperti sedia kala, dia tersenyum tipis lalu merebahkan kepalanya dipundakku lagi.

Sunyi untuk beberapa saat, sebelum aku bertanya lagi padanya.

“Gak ngantuk bi?”

“Gak tau kenapa aku gak bisa tidur cam”

“lagunya kurang enak ya buat tidur. Kamu request gih”

“Enggak bukan masalah itu.. aku… belakangan ini emang agak susah tidur. Kayaknya terlalu excited aja bakalan nikah sama kamu cam..”

Aku tersenyum haru mendengar kata-kata Yunda. Tak mampu lagi aku menahan hasrat ingin memagut bibirnya yg tebal & ranum, aku meraih dagunya lalu mendaratkan bibirku pada bibirnya, Yunda menyambut pagutanku dengan lembut.

Sebenarnya gairahku sudah sangat terbakar waktu itu, jujur saja tanganku sudah hamper nekad merebahkan tubuh Yunda & langsung menindihnya entah dia suka atau tidak. Namun ditengah pagutan kami aku teringat pesan WA Hana padaku tadi siang saat aku baru tiba dirumah Yunda.

“Mas, aku pamit dulu ya. Aku mau ke rumah Sofa temen kostan ku dulu di kampus di Ci*nj*r.

Adek jujur aja Mas, aku gak kuat deket-deket mas yg lagi bahagia. Bukan, bukan berarti aku gak bisa ikut bahagia buat kamu, tapi yah mas tau lah sebabnya kenapa. Mohon ngertiin perasaan adek ya mas. Semoga aku bisa cepet nerima keadaan ini, & kita bisa jadi adek kakak normal lagi sesuai janji kita.

Aku udah Wa mbak Yunda juga mas, aku udah nitipin mas ke dia. Mas harus inget janji kamu ya, Mas harus bisa cinta sama mbak Yunda ngelebihin cinta Mas ke adek, & Mas harus jagain dia ngelebihin mas jagain adek.

Terakhir, mas harus inget, kita wanita bukan sekedar mainan pelampiasan nafsu, tapi kita individu yg tercipta buat ngelengkapin kalian para pria. Adek bersyukur dulu mas memperlakukan aku seperti itu. Enjoy ya mas, salam buat mbak Yunda”



Rangkaian pesan panjang yg dia kirimkan siang tadi. Hana adikku sayang terpaksa mengungsi demi memberikan ruang kebahagiaan buatku. Dia tak ingin aku terus memikirkan perasaannya & memaksaku hanya memiliki Yunda saat dia tak ada. Dia pergi ke C*anj*r dengan alasan mendapat panggilan interview seingatku saat ku Tanya pada ibuku. Ooh Hana, wanita macam apa kamu ini, hati mu sungguh mulia, tapi mengapa kamu biarkan kakak mu ini sempat menorehkan noda dalam hati serta hidup mu. Perasaan bersalah & berdosa itu muncul kembali. Tak terasa air mataku meleleh setelah memagut bibir Yunda tadi. Aku sungguh merindukan Hana saat it.

“Cam, kamu nangis? Kenapa cam?” Yunda menatapku heran, namun penuh perhatian. Aku mencoba tersenyum dalam sendu, aku bertekad memenuhi amanat Hana, yaitu mencintai Yunda sepenuh hatiku. Dan pesan dari Hana itulah yg memadamkan birahiku, hatiku tiba-tiba hangat seolah dipenuhi perasaan & harapan dari adikku. Aku bernjanji akan memperlakukan Yunda dengan cinta, bukan dengan nafsu, hanya demi kamu, adikku tersayang. Hana.

END
Teruntuk Adikku tercinta "RL" yg sedang berjuang meraih hidup baru di Tanah perantauannya..
Mas kangen sekali dengan mu. Semoga kamu sehat & baik-baik saja disana dek.
Real story ini kutulis tanpa mengurangi atau menambah kejadian-kejadian inti yg memang terjadi. dramatisasi tambahan hanya sedikit sbg bumbu penyedap.
TS mengucapkan terimakasih atas atensi berupa like, comment, cendol, dll. Terimakasih sudah mau mampir di thread nubie yg hina ini.
Sejujurnya, aku menulis & mengawali thread ini karena benar-benar butuh tempat untuk mencurahkan isi hati yg tak mungkin ku ungkapkan secara langsung pada orang lain, beruntung seorang teman mengenalkan forum ini dimana aku bias bebas mencurahkan segalanya & tetap terjaga privasi ini.
sekali lagi aku mengapresiasi setiap reader baik itu yg meninggalkan jejak atau tidak, namun sudi menjadi "teman bicara" ku dengan mampir d thread ini. Semoga kalian semua bahagia. Trims.. Salam LockerKavyJones
Hana sekarang gmn hu? Dah nikah?
 
Ceritanya bagus banget hu, terharu gue bacanya. Sempet dulu juga pernah ada rasa suka sama sepupu sendiri tapi akhirnya tetep gamau membangun perasaan ke doi karena kita sodara gitu. Pokok e bagus banget neh cerita, gue tunggu cerita yang lain hu
 
Ya ampun baper banget gw aaaahh
Semoga yang terbaik deh buat suhu yunda dan buat hana terutamanya
 
ceritanya bagus sekali dan bikin terharu, semoga semuanya mendapatkan hasil dan takdir terbaik.
 
wah nice huuu..pengalaman yang sangat tabu dan berharga sekali..adiklu sumpah tulus banget..dan lu sebagai kakaknya gw akuin itu udah cara terbaik dibalik ke tabu an kalian untuk respect ke adiklu sebagai kakaknya..karena walau gimana ya kalian ini adik kakak..ya walaupun sudah sempat melampaui batas tapi gw yakin kalian tetap bakal jadi adik kakak yang normal lagi..semoga aja adiklu hana sekarang atau ke depan bisa dapet jodoh yang terbaik laa..hehe.."respect"
 
Lagi gak sibuk dikantor jadi bisa update.. seperti janji ane suhu, ane mau coba iseng bikin easter egg. semoga suhu semua antusias.

Jadi gini ceritanya, kemaren itu ane terpaksa pulang karena malem sebelumnya ibu ane nelpon, minta ane balik karena butuh bantuan buat acara keluarga, keluarga besar pada dateng kata ibu ane.
Yah walau males, tapi karena ini titah tak terbantah ya malem itu juga harus gas balik. Abis ijin sama pak Bos baru ane berangkat. nyampe rumah jam setengah empat malem. Nah karena ane dirumah otomatis ane ketemu dong sama adek tersayang, dan seharian itulah ane dapat something yg dengan baik hati akan ane share pada suhu semua.



ini ane dapet pas malem baru nyampe rumah, ane ambil diem-diem loh. Masih ada beberapa lagi yg ane punya, kan lumayan nih ilustrasi langsung real lagi. hehehehehe
Tertarik gak?
Kalo tertarik ada syaratnya. Syaratnya adalah:
Silahkan komen dgn ngutip adegan atau kejadian yg suhu paling suka dari cerita ane mulai part satu sampai delapan, lalu dari adegan itu silahkan bayangkan apa yg akan suhu lakukan pada Hana kalau suhu ada posisi ane saat itu. Silahkan gunakan fantasy terliar & ternakal suhu semua tentang adik ane. Hehehehe..
Ane kasih page dari page ini sampe page 19, sekalian ane apdet lagi kelanjutan ceritanya. Hihihihi

Silahkan Dimulai dari sekarang...!!!

Kalau ane tertarik sama bagian ini bang
"Mungkin para suhu bertanya kenapa aku tidak melepas CD adikku. Sungguh suhu, tubuh adikku yg half naked dgn celama dalam hitamnya membuat dia terlihat sangat menggairahkan.
Aku lanjutkan kembali permainanku dgn adikku. Di awali dengan kubangunkan adikku dr baringannya, kami duduk saling berhadapan, saling melingkarkan lengan dileher, lalu kami berpagut kembali. Kali ini adikku benar2 pasrah, selain kulumat bibirnya yg ranum, aku garap juga leher serta telinganya, suara lenguhan adikku kali ini kudengar lebih jelas & erotis.
Saat mulai kumainkan lagi payudaranya yg indah itu, adikku teriak "ooaaarrggghh!! Maaashhhh!! Yes, there..!!!" sambil membuang badan kebelakang & menggelayutkan lengannya di leherku, sedang penisku bergesekan dgn CD serta perutnya. Kami berdua benar2 menikmati posisi itu, sampai tiba2 tangan adikku memegang batang penisku, sontak aliran listrik seperti mengalir d tubuhku karena ini pertama kalinya penisku dipegang wanita." kalau ane bayangin suruh hadap belakang trus digesek2in ke pantatnya
 
Sori komen di trit lawas. Moga2 happy selalu ya TS dan istri, juga adiknya TS. Mudah-mudahan sudah menjadi lebih baik saat ini.
 
Ahh mantaapppp, yang kyk gini yg gua cari dari cersex" , roller coaster feeling, makasih suhuuu
 
Bimabet
Luar biasa, konak baper gw bacanya, gw jg udh liat foto hana di forum igo, mantap bgt bodinya, calon istri idaman gw.
Btw kabar hana skrg gmn gan?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd