Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Hah??? Della curiga?
Della baca cerpen ini hu?
Jangan-jangan membre sering mangkal di sini
Kyaknya karena twit**ter saya hu, suka di mention bawa-bawa Yusa sama teman. :nohope:
Hmm karena ini?

2696922838edd8e7b98f5ad8f96e6ccde257d886.png


Ehe bercanda :victory:
Iyanih mpen sakit, jadi gak tega kalo kasar-kasar hehe
kalo kak Yusa masih di curigain, ada ex-membre yang langsung bilang "wah, cara nulisnya elu ini." ke saya kak :(
jadi, yagitu~~~
Untung aja belom ekstrim begini sih :((
 
Ara ara. urusan yg di bawah jng di bawa ke atas bang, klo udah tanggung curiga ya mau gimana lagi, konsekuensi harus siap.
Ga usah khawatir, fiksi cuma fiksi.
 
Kyaknya karena twit**ter saya hu, suka di mention bawa-bawa Yusa sama teman. :nohope:

Lah terus ente tahunya dari mana gan kalau ente dicurigain sama Della?


Udah nulis dulu aja, ntar jg di notice

Alias

Eh cerita mau di publish kapan, gw penasaran loh ini haha

Tolong ngaca yha, saya masih menunggu aksi wanita yang berada di avatar saya
 
Ara ara. urusan yg di bawah jng di bawa ke atas bang, klo udah tanggung curiga ya mau gimana lagi, konsekuensi harus siap.
Ga usah khawatir, fiksi cuma fiksi.

Iya dibaca kok, paling juga diketawain doang kayak si... Kasih tau ga yaaaa~

=======

I made "monsters" here and I'm so not so proud.
 
Part 7.5: Surga Dunia Sesaat.



Feni meronta, ia berusaha melepaskan dekapanku pada tubuhnya. Tetapi tubuhnya yg kecil sama sekali tidak memberikan perlawanan padaku, semakin erat dekapanku pada tubuhnya. Tangannya yg tadi membalas pelukanku kini mendorong-dorong tubuhku untuk melepaskannya.


“Kak Yusa lepasin!” Feni terus meronta-ronta didalam dekapanku, ia meringis ketika penisku yg menegak dibalik celanaku menyentuh pahanya.


Aku tidak mengendurkan dekapanku pada Feni. Ku mulai ciumi wajahnya yg manis itu. Wajahnya yg selalu tertawa dan ceria itu kini semakin panik. Feni mengatupkan bibirnya dan berusaha menghindari ciumanku. Feni memejamkan matanya ketakutan, ku lepas tangan kananku dari tubuhnya dan memegang dagunya agar kepalanya diam. Ku cium bibir mungil berwarna merah segarnya itu. Feni tidak membalas ciumanku. Ku tekan kedua pipinya agar mulutnya terbuka dan kuterobos lidahku masuk ke dalam mulutnya. Ku absen satu persatu giginya yg putih bersih itu, gigi kelincinya pun tak luput dari sentuhan lidahku. Lidah Feni bergerak kesana kemari berusaha menghindari lidahku. Tetapi itu membuatku semakin mendalamkan ciumanku di bibirnya itu, lidahku semakin bergerilya untuk mengait lidahnya.


“mmnhhhh…” Desahannya tertahan ketika lidahku mulai bergumul dengan lidahnya.


Kulepaskan ciumanku setelah puas menikmati bibirnya yg manis dan empuk itu. Bibir dan dagunya telah banjir oleh saliva kami berdua. ku tatap matanya yg ketakutan itu. Feni terpejam dan tetap berusaha melepaskan dirinya. Kupandangi tubuhnya. Ia yg saat ini mengenakan pakaian model Sabrina berwarna merahnya yg begitu seksi dipadukan dengan rok kotak-kotak merah selutut memberikan kesan modis namun tetap seksi. Bagian tubuh atasnya sedikit terekspos dari pundak hingga dadanya yg putih bersih. Tubuhnya yg kurus membuat tulang dadanya terlihat. Feni yg sempat ketakutan dan meronta-ronta membuat tubuhnya kini sedikit berkeringat, membuat birahiku makin memuncak.

2697500521dbc918a414f576cb3b7cf80865f66d.jpg


Tanganku mulai menggerayangi tubuh mungilnya, ku remas-remas bongkahan pantatnya yg rata itu. Berbeda dengan Saktia dan Julie yg memiliki pantat sekal, bokong Feni memiliki sensasi berbeda. Perlahan tangan ku masuk ke balik rok jeansnya dan langsung menarik celana dalamnya turun. Ku lepas celana dalamnya dengan paksa, Feni tidak memberikan perlawanan sedikitpun padaku. Kini sebuah celana dalam kain warna putih telah berada di genggamanku dan amat basah. Kuhirup cd beraroma khas kewanitaannya yg segar dan sedikit asam, mungkin sedikit tercampur keringat.


“Gila, pasti bau memek kamu lebih seger lagi” Kataku di telinganya, wajahnya memerah mendengar perkataanku dan kakinya merapat gelisah.


Kembali ku gerayangi tubuh mungilnya itu. Ku genggam kedua payudaranya itu, aku dapat menggenggam seluruh payudaranya yg kecil itu. Aku merasakan putingnya mulai menegang, kucubit putingnya dari luar pakaiannya. Kupelintir keduanya hingga Feni mengerang hebat. Kugigiti bahunya yg terekspos itu dan kujilati keringatnya yg asin. Lehernya yg kurus tak luput dari jilatanku, bagaikan seekor anjing yg menjilati mangsanya. Kuhisap pundaknya yg putih mulus hingga berbekas kebiruan, begitupula bagian dadanya yg terbuka dan lehernya. Ada sekitar 4 garis hisapanku disana.


“akhirnya aku bisa ngerasain keringet kamu yg selalu banjir kalau perform” kataku sambil menjilati sela ketiaknya.

“Ternyata kamu nakal juga ya, gak pake BH. kamu gak usah takut sama aku, percaya aja, nanti enak kok” Bisikku di telinganya yg hanya di balas erangan olehnya.


Feni menggelinjang menerima perlakuanku. Tangannya yg tadi meronta-ronta dan melawanku kini berpegangan erat padaku agar tidak terjatuh dari pangkuanku, matanya mulai sayu, nafasnya memburu dan duduknya gelisah. Sepertinya Feni mulai terangsang akibat rangsangan bertubi-tubi yg kuberikan. Feni menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya keluar, nampaknya ia masih malu untuk mengakui bahwa ia menikmatinya. Tangan ku mulai menelusup kedalam pakaiannya. Begitu ku temukan, ku remas dengan kencang kedua payudaranya. Bibirku tetap mencumbu bibirnya, namun kini Feni telah pasrah dan bahkan membalas belitan lidahku di lidahnya. Lidah kami kini saling beradu tanpa paksaan, lidah kami bergulat saling belit dan tarik didalam sana, mulut kami saling menyedot dan mencampur adukan saliva kami berdua. Feni melepas pergumulan lidah kami untuk mengambil nafas.


“Ngggghhhh!!!” Feni menggigit tangannya sendiri untuk menahan desahannya ketika putingnya kucubit tiba-tiba.


Ku angkat bajunya hingga payudaranya terpampang didepan mataku. Ku remas payudara kirinya dengan keras dan ku hisap puting kanannya. Putingnya yg mulai mengeras menjadi santapanku, kujilati dengan cepat hingga membuatnya menggelinjang kegelian. Begitu pula dengan putingnya yg satu lagi tak henti-hentinya ku putar, kupilin, kujepit dengan jariku. Feni memegang kedua tanganku, tetapi ia tidak menyingkirkannya malah memintaku untuk melakukan lebih lagi. Feni mendesah tak karuan, mulutnya meracau dan kepalanya menggeleng kesana kemari.

269750043b1d5d72746d809b1de8455716c7be45.jpg


“aaaahhhh. Kak Yusaaa…”

“nnngggghhhh……. Ouuuuhhhh…..”

“mmmhhhh….. Aaaaahhhh teruussss….”

“sedooot…. Iseepp… ouuuuhhhhh iyaaaaah jilat lagi aaaahhhh….”


Feni meracau tak karuan. Sifatnya yg periang itu benar-benar terbawa, desahan dan racauannya benar-benar membuatku semakin terangsang. Kuhisap putingnya bergantian dan kusedot sekuat-kuatnya sambil lidahku tetap menjilati putingnya didalam sana. Feni menjambak rambutku dan menekannya untuk lebih memuaskannya. Payudaranya yg kecil itu begitu menantang, meski tidak berisi tapi payudara dan putingnya mencuat juga kenyal. Payudaranya itu begitu sensitif sehingga membuatnya meracau tanpa henti. Keringat bercucuran di tubuhnya. Leher dan pundaknya mengkilap, rambutnya mulai lepek oleh keringat.


“Aaaaaaaaaaarrrrggggghhhhhhhh…………”

“nnnngghhhhhh…. Kak Yusaaaaaaghhhhh”


Feni mencapai orgasmenya yg pertama ketika kupelintir puting kirinya dengan cukup kencang dan kuhisap puting kanannya kuat-kuat. Pinggulnya terangkat, wajahnya yg sangat merah dan basah oleh keringat menengadah keatas hingga tubuhnya mengejang, tubuhnya mengejang hebat hingga bergetar beberapa kali. Sepertinya Feni mengalami squirting karena cairannya membasahi celana pendekku dan mengalir melalui kakinya. Feni rebah didadaku sambil memelukku.


“enak kan?” bisikku di telinganya.

“hmmm…” Feni menatapku lemas dan memberikan sebuah senyuman simpul.

“Maaf ya kalau tadi kasar dan maksa kamu. Aku kebawa nafsu dan pengen muasin kamu aja” Kudekap tubuhnya yg masih di pangkuanku dan mengusap kepalanya.


Feni menyandarkan kepalanya didadaku, ia beristirahat setelah orgasmenya tadi. Ia mendekapku erat. Sesekali ia menatapku, memberikan sebuah senyuman dan kembali menyandarkan kepalanya. Nafasnya yg tersengal-sengal perlahan mulai teratur kembali. Ku rapikan kembali pakaiannya yg mulai berantakan dan ku pungut celana dalamnya yg tadi ku geletakan di lantai. Ku angkat tubuhnya yg masih dalam dekapan seperti koala, tubuhnya yg kecil benar-benar enteng. Tak ku hentikan usapanku di kepalanya itu. Ia mencium pipiku pelan.


“Kak, maaf tadi aku ketakutan. Aku takut kalau kakak nantinya kasar dan merkosa aku” Feni berkata padaku pelan.

“Maaf kalau aku bikin kamu takut, aku gak mungkin nyakitin kamu. Aku cuma mau bikin kamu enak dan nyaman” Balasku sambil menatapnya.

“iiih kak Yusa teh gombal pisan. Feni makin klepek-klepek sama Kakak Koki” Feni mulai kembali tertawa kecil.

“pindah dalem yuk, udah mulai gelap nih, dingin” ajakku sambil menggendong tubuhnya masuk.


Kini aku menggendong tubuhnya layaknya menggendong seorang putri raja, tangannya itu merangkul di leherku. Ku tidurkan tubuhnya di sofa ruang tamuku, perlahan-lahan aku naik keatasnya dan kembali menindih tubuhnya. Feni sedikit mendorong tubuhku.


“Kak Yusa… dikamar aja atuh, biar leluasa” Feni mendorong sedikit tubuhku menolak.

“ada Julie Fen, nanti kalo dia bangun dan minta ikutan gimana? Kan akunya enak” balasku sambil mengelus pahanya yg putih itu.

“Kak Yusa! Mesum pisan iiiihhhh…. Udah ada Mpen yg diberantakin masih pengen cewek lain juga!” Feni mencubit hidungku gemas.

“Hehe ya namanya juga cowok” Balasku.

“Nyesel ih Mpen dinakalin Kak Yusa, playboy!” Feni mendorong tubuhku hingga kembali duduk di sofa.


Feni bangun dari sofa dan meninggalkanku. Ia merapikan pakaiannya dan rambutnya lalu berjalan ke lantai atas menuju kamarku, meninggalkanku dalam kebingungan dan nafsu yg tak tersampaikan sekali lagi. Aku mengikutinya keatas menuju kamarku. Aku penasaran apa yg dia lakukan disana.


“Jul, bangun. Pindah atuh jangan tidur di kamar kak Yusa” Feni menggoyang goyangkan tubuh Julie yg tertidur.

“Jul pindah ayuk” Feni kembali menggoyangkan tubuh Julie.


Julie terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya yg setengah terpejam. Ia bangkit berdiri, merapikan rambutnya dan berjalan gontai, sesekali ia menguap menandakan ia masih ngantuk. Tapi aku tau bahwa dia hanya berpura-pura saja karena memang aku yg menyuruhnya. Ia sedikit melirik kearahku dan menguratkan sedikit senyuman memberikan kode padaku bahwa rencana kami lancar.


“Jul, ini kunci kamarnya. Kamu duluan aja ya.” Feni menyerahkan kunci kamarnya pada Julie.

“loh, mau ngapain kak?” Tanya Julie sambil menatapku curiga yg kubalas dengan mengangkat kedua bahuku.

“kepo! Udah, Julie teh balik duluan, ngantuk kan? Met bobo” Feni mendorong pelan tubuh Julie agar bergegas pergi.

“gak lama kok, Soalnya kalo lama-lama bahaya, kak Yusa teh mesum pisan!” Feni meledek ke arahku sambil mengarahkan Julie keluar.


Julie mengambil barang-barangnya serta kopernya dan pindah menuju kamar Feni. Feni melihatnya dari depan pintu kamarku sampai Julie masuk kamarnya dan menutup pintu. Di kuncinya kamar apartement ku dan ia kembali menuju ke atas, aku duduk di pinggiran tempat tidur menunggunya kembali.


Feni telah kembali ke ruang tidurku, tetapi kali ini tanpa balutan benang sedikitpun. Melihatnya telanjang bulat seperti itu membuatku darahku berdesir. Kubangkit berdiri dan melepaskan celanaku, membuat penisku terbebas. Sekarang kami berdua sama sama telanjang bulat di dalam kamar ini. Aku mendekati Feni secepat kilat, menangkap tubuhnya dan kuangkat tubuhnya ke kasurku. Feni pasrah, ia memejamkan matanya bersiap menerima serangan dariku.

Kuciumi perutnya yg kurus dan rata itu, kujilati pusarnya yg membuatnya menggeliat kegelian. Kubuka lebar pahanya sehingga terpampang lah vagina dihadapanku, sebuah vagina yg indah tanpa bulu, masih rapat, bersih, dan warnanya begitu menggoda diantara pahanya yg putih. Kutempelkan hidungku dan kuhirup dalam-dalam, benar-benar harum terawat, segar sekali. Feni menjambakku ketika kubuka lipatan vaginanya dan menyentuhkan lidahku di klitorisnya. Lidahku menyapu permukaan vaginanya naik turun. Kusedot sedot klitorisnya dan kuselingi dengan jilatan kembali di lubang vaginanya. Kuangkat sedikit pantatnya agar semakin lelusa lidahku menikmati vaginanya. Kutusuk lidahku dilubang vaginanya, kujilati dinding vaginanya itu dengan cepat, kuhisap lagi klitorisnya. Kukelitiki klitorisnya dan kujilat dengan cepat. Bunyi decakan mulutku menggema.


“Aaaaaaahhhh nggghhhh iyaaaah”

“ssssshhhssshhhh enaaakkk…..”

“Aaaaah jang…aannn… distuuhhh”


Racauannya benar-benar menggairahkan. Aku dapat merasakan kenikmatan yg diterimanya itu. Vaginanya kuhisap bagaikan sedang meminum air dengan cepat. Lidahku sesekali mencolok colok lubang vaginanya yg sempit lalu kemudian kembali menjilatinya cepat. Feni menekan kepalaku, kepalanya sendiri menggeleng tak karuan. Pahanya menjepit kepalaku. Wajahku saat ini terbenam di selangkangannya, vaginanya benar-benar membuatku kecanduan.


“Eeeeeeeehhhhh…… “

“Mpeeeen keluaaar lagiiii…… “


Pinggul Feni mengejang dan mengalirlah cairan vaginanya sekali lagi. Cairan vaginanya membanjir keluar dan langsung kuhabiskan. Rasanya sedikit asam dan hangat, kubersihkan vaginanya dengan lidahku. Feni merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya, ia mengatur nafasnya yg berat karena gelombang orgasme yg melandanya. Kutatap Feni yg sedang beristirahat, ia balas menatapku. Tangannya ia angkat keatas, kearahku. Ia memegang belakang kepalaku dan mendekatkan ke wajahnya. Kami kembali berciuman, kali ini ciuman kami begitu lembut dan mesra. Cukup lama kami berciuman hingga kami lepaskan untuk mengambil nafas.


Ku ajak ia turun dari kasur. Tubuhnya ku arahkan untuk berlutut didepan ku, Feni hanya menuruti perintahku dan berlutut didepan selangkanganku. Kuarahkan penisku ke wajahnya, perlahan tangannya yg mungil menyentuh penisku. Telapak tangannya tak sanggup untuk menggenggam penisku, hanya ¾ saja yg tergenggam olehnya. Dielusnya penisku itu dari ujung kepalanya hingga ke pangkal, diremas-remas pelan buah zakarku dengan tangannya. Feni perlahan mengocok penisku dengan kedua tangannya, sensasi dari tangan mungilnya benar benar membuatku tak karuan. Diciumnya kepala penisku, batang penisku hingga pangkalnya. Lidahnya menjulur dan mulai menjilat pangkal penisku, dijilatnya penisku memutar. Jilatannya begitu lembut menyapu kepala penisku, lidahnya menjilati kepala penisku dan lubangnya tak luput dari lidahnya.


“urrghh…” desahanku tak bisa kutahan ketika Feni mulai melahap kepala penisku.


Feni mengemut-emut kepala penisku. Diludahinya penisku beberapa kali, ia balurkan penisku dengan liurnya dan kembali mengocoknya. Penisku benar-benar termanjakan olehnya. Bila dilihat dari sifatnya yg kekanakan, cara bicaranya dan tingkahnya yg innocent, kau tak akan menyangka ia begitu mahir memuaskan sebuah penis.


“Isep dong Fen kontolnya nghhh” Aku menyodorkan penisku ke arah mulutnya.

“Gede banget kak, nanti mulut Mpen robek” Feni menolak seperti orang ketakutan.

“Muat kok! Pasti enak kalo mulutnya kecil gini” aku terus memintanya untuk memasukan penisku. “Kalo muat semuanya, nanti aku masakin setiap hari deh, gimana?”

“Mau!” Feni membalas dengan semangat.

“Tapi kalo gak muat, kamu harus coba terus sampe muat” Balasku percaya diri.

“Ih maunya! Muat ini mah pasti!” Feni mengepalkan tangannya tanda bersemangat.


Feni menatap penisku, matanya berubah menjadi tidak yakin. Ia menatap mataku dengan wajah takut, aku hanya membalasnya dengan menyunggingkan bibir meremehkannya. Wajahnya menjadi kesal, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan melahap penisku. Setengah lebih penisku masuk kedalam mulutnya.


“Sshhhh hhhh…. Fen….” Aku mengerang akibat perlakuan Feni.


Penisku kini telah berada didalam mulutnya. Mulutnya begitu hangat dan basah, seluruh bagian mulutnya begitu terasa di penisku. Feni memejamkan matanya berusaha mendorong penisku masuk lebih dalam. Kudorong pinggulku untuk memaksa penisku masuk lebih dalam.


“Nggggggnnn….” Feni membuka matanya panik, ia gelagapan.


Kutahan belakang kepalanya dengan kedua tanganku, aku terus memaksakan penisku masuk dimulutnya. Feni memukul mukul pahaku, wajahnya memucat dan matanya berair. Aku merasakan surga dunia sesaat ketika penisku menyentuk pangkal tenggorokannya. Feni memukul pahaku makin kencang. Kucabut penisku dari mulutnya dan mengocoknya cepat. Feni terbatuk-batuk dan mengambil udara banyak-banyak.


“Astaga kak Yusa! Feni kyak mau mati! haha” Feni tersengal-sengal sambil sedikit tertawa.

“Kamu kalah ya, cuma berhasil masuk setengah lebih dikit!” balasku dengan sombong, “berarti mulai besok kamu harus nyoba sampe muat”

“Ih maunya kak Yusa!” Feni menjulurkan lidah meledekku, “kalo gitu, Feni gak bakal bisa.”

“Kenapa gitu?” tanyaku kembali.

“Biar Feni teh boleh coba setiap hari hehe” Feni mengedipkan sebelah matanya dan kembali melahap penisku.


Kepala gadis kelahiran cianjur ini maju mundur menghisap penisku dengan cepat. Mulutnya mengocok penisku tanpa henti, lidahnya menggelitik penisku yg berada didalam mulutnya. Tangannya menggenggam pangkal penisku dan juga mengocoknya. Matanya menatap keatas kearahku yg sedang mendesah keenakan, wajahnya tampak bangga telah membuatku kewalahan dengan oral darinya. Feni mengocok penisku, menjilati buah zakarku dan sesekali mengemutnya. Ia menjilati permukaan bawah penisku. Kemudian ia kembali memasukan penisku kedalam mulutnya, kembali dioralnya penisku itu. Sungguh nikmat sekali perlakuannya di penisku. Kembali ku pegang bagian belakang kepalanya, kutahan kepala itu dan perlahan ku gerakan pinggulku maju mundur. Feni mengerti, ia berpegangan pada pahaku dan memejamkan matanya. Ku goyang pinggulku maju mundur, penisku menghujam mulutnya. Saat ini aku seperti sedang menyetubuhi mulutnya, ku genjot mulutnya itu dengan cepat. Feni mencengkram pahaku ketika genjotanku kupercepat dimulutnya, genjotanku semakin dalam hingga akhirnya aku merasakan kedutan di penisku. Ku tahan penisku dimulutnya dalam-dalam.


“Aaarrrggghhhh……” Penisku menyemburkan isinya didalam mulut Feni.


Sekitar 6 semburan memenuhi mulutnya, Feni menahan mulutnya agar spermaku tidak keluar dari mulutnya. Setelah orgasmeku berhenti, Feni menelan seluruh sperma yg kusemburkan dimulutnya. Ia membersihkan penisku dari sisa sisa orgasmeku dan mengecap sperma yg sedikit membasahi bibirnya. Ia menatapku dengan bangga sambil membuka mulutnya, menunjukan kalau spermaku sudah ditelan seluruhnya. Aku duduk dikasurku yg diikuti oleh Feni.


“Banyak banget kak, hampir aja Feni muntahin” Feni bergelayut ditanganku.

“Hehe ia nih soalnya dari tadi batal dikeluarin” balasku sambil mengusap rambutnya.

“Dari tadi? Hmm… jangan-jangan tadi pas Feni dateng, kak Yusa lagi mau mandi sambil coli ya, hayooo bayangin member siapa... Kak Sinka? Kak Shanju?” Feni menunjukku dengan wajah curiga.

“Hehe gak kok” balasku berbohong, padahal sebenarnya aku kentang karena batal mencapai orgasme saat menyetubuhi Julie tadi.

“Iiih bohong! Hayo bayangin siapa?!” Feni semakin memaksaku mengaku.

“Iya deh ngaku, aku kalo coli pasti bayangin… kamu hehe” balasku padanya.

“Iiiiih gombal! Mesum! Playboy!” balas Feni sambil mencubiti pinggangku pelan.

“Aduh… aduh… ya tapi gini gini udah bikin kamu keluar 2 kali hayoo.” Balasku sambil mendekap tubuhnya dari belakang.

“Iiih mesum kan peluk-peluk! Hehe, abis enak sih...” Feni membalasku sambil tersenyum.


Kurebahkan kembali tubuhnya di kasur, perlahan aku naik keatas tubuhnya. Feni menatapku sambil menggigit bibir bawahnya. Tubuh telanjangnya mengkilap penuh dengan keringat yg bercucuran, rambutnya telah basah dengan keringat. Feni benar-benar seksi sekali saat seperti ini.


“boleh?” tanyaku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.

“Pelan-pelan ya kak, jangan kyak tadi” Feni berkata padaku, namun matanya melihat kearah lain.

“Kalo kamu gak mau, gapapa kok” balasku sambil mengusap rambutnya, kubenarkan posisi bantal dikepalanya agar ia nyaman.

“Gapapa kak, Mpen percaya kok sama kak Yusa.” Feni menatap mataku dalam, bibirnya perlahan tersenyum lebar.

“Serius?”

“Iya gapapa, aku udah pernah kok hehe” Feni menyunggingkan kembali senyumnya, “tapi pelan-pelan ya, karena cuma sekali dan…”

“Dan apa?” tanyaku padanya bingung.

“Karena waktu itu aku teh masih polos, tapi sekarang udah pinter kok.” Feni tertawa kecil.


Kubasahi penisku dengan cairan vaginanya. Vaginanya rapat sekali, membuatku harus mendorong lebih keras. Perlahan-lahan kepala penisku masuk, erangannya mengiri masuknya penisku di vaginanya. Menutup mulutnya menahan desahannya keluar.


“Eeeeh… masuuukk….” Feni menatapku senang.

“gede banget nnggghhh…. Pelaan…” Feni mengerang ketika penisku mulai memompa vaginanya.


aku memeluk tubuh Feni, mulai menggenjot vaginanya serta saling melumat bibir pasangannya tanpa kenal lelah. Hingga Feni akhirnya menjadi tak berdaya dipelukkan ku. Tanganku mulai bergerilya meremasi payudara Feni dengan kasar, sambil sesekali melumat bibirnya yg manis itu. Aku terus menggenjot, meremas, melumat, membuat suasana kamar makin memanas. Genjotan demi genjotan. Remasanku yang makin kasar, diiringi dengan desahannya yang makin kencang. Aku pun makin kencang menggenjot tubuhnya, ku sedoti putingnya kuat-kuat bergantian. Feni semakin keras mendesah, menggeliat, bahkan menjambak rambutku. Kumainkan tempo keluar masuknya penisku. Saat keluar aku keluarkan dengan pelan, namun saat masuk kuhujamkan dengan kencang hingga membuat tubuh Feni bergetar. Kutingkatkan tempo permainanku hingga kedua pinggul kami beradu dan mengeluarkan bunyi kecipak yang cukup kencang. Terus kupacu pinggulku semaksimal mungkin. Kurasakan otot otot vaginanya mengencang dan mencengkeram penisku yang bolak balik masuk kedalamnya.


“Ngghhhhhnnnhhh…. Mau keluaaar……” Feni meracau, kepalanya menggeleng kuat.

“Tahan… aku juga mau sampe ouuuhh….” Kupompa makin cepat penisku di vaginanya.


Rasa gatal dipenisku semakin berkecamuk, kuhujam vaginanya kuat-kuat. Tubuhnya berguncang hebat, tangan Feni mencengkram punggungku. Desahannya makin kencang, ia menengadah dan matanya terpejam. Feni ikut menggoyangkan pinggulnya untuk memuaskan rasa gatal di vaginanya. Penisku berkedut, pertahananku jebol sampai disini saja.


“Nghhh… bareng kak!” Feni menyilangkan kakinya di pinggangku.

“Arrrggghhhhhh Fen….”

“AAAHHHHH KAK YUSAA………..”


Sebanyak 6 kali semburan penisku didalam sana, penisku menghamburkan muatannya ke dalam vagina Feni yang seperti tak sanggup lagi menampung banyaknya cairan yang penisku semprotkan. Vaginanya menjepit penisku kuat-kuat dan juga menyemburkan cairannya. Membuat spermaku itu meleleh keluar dari sela vagina Feni bercampur dengan cairan vaginanya sendiri, meski penisku belum dicabut dari sana. Semburan spermaku memenuhi setiap rongga dalam vagina Feni. Mataku terpejam meresapi rasa nikmat yang kini tengah menjalar di seluruh tubuh.

kucabut penisku dari kemaluan Feni, sisa-sisa sperma terlihat masih menetes dari ujungnya. kulihatnya tubuh wanita cantik dihadapanku, yang telah tergolek tak berdaya setelah beberapa kali dilanda orgasme. Rambutnya sangat berantakan, nafasnya berat dan matanya begitu sayu. Senyuman tipis merekah di bibirnya, menandakan bahwa ia juga menikmatinya. Membuatku tersenyum dengan bangga. Ku rebahkan tubuhku disamping Feni dan beristirahat setelah penisku telah mencapai orgasme yg kedua.


“Kak Yusa mau tau sesuatu gak?” tanya Feni padaku.

“Apa fen?” balasku bertanya.

“Aku teh gak tau ya lagi masa subur apa gak, lupa itung hehe” Feni memutar tubuhnya miring menghadapku.

“HAH SERIUS?!” aku balas menatapnya tak percaya.

“hehe iya lupa, abis enak banget” Feni bangkit terduduk disampingku, tubuhnya yg kurus itu mengkilap karena pantulan lampu.


Aku masih tak percaya akan perkataannya, apa yg akan terjadi kalau dia benar-benar hamil. Apa yg akan dikatakan oleh orang tuaku dan orang tuanya?

Apa yg akan terjadi dengan karirnya?

Hujatan apa yg akan aku terima dari fansnya?

Bagaimana ketika aku menonton theater dan bertemu gaby nantinya?

Bagaimana aku menikahinya yg berbeda agama?

Bagaimana aku menafkahinya?

Bagaimana aku merawat anak kami berdua nantinya?

.

.

.

Apa yg akan della katakan, apa dia akan sangat membenciku?


“Kak? Oy oy?” Feni membuyarkan lamunanku, ia telah memakai pakaiannya kembali dan merapikan dirinya.

“Ahh iya fen?” balasku yg sedikit terkejut.

“Haha jangan dipikirin kak, kak Yusa gak mau ya kalo sampe nikah sama Mpen? Emang nih ya mesum pisan, mau enaknya aja gak mau tanggung jawab! haha” Feni menjewer telingaku sambil tertawa.

“Yaudah kak, aku pulang dulu ya. Mau mandi mau beres-beres juga biar Julie gak curiga” Feni mengambil barang-barangnya.

“Mandi bareng gak?” tanyaku padanya yg dibalas dengan dengusan.

“Mesum pisan! Bandel!” balasnya sambil berjalan turun meninggalkan ruang tidurku, “kak Yusa mandi juga, trus spreinya ganti juga biar gak bau. Dadah!”


Aku merebahkan diriku di kasur, beristirahat setelah hari ini dipuaskan oleh Julie dan Feni. aku masih berfikir apakah ini sebuah mimpi? Menyetubuhi dua member jeketi berumur belasan meskipun mereka sudah legal. Seorang gadis manado yg seksi, berisi dan dewasa juga seorang gadis sunda yg bertubuh mungil, kurus, dan ceria. Aku memejamkan mataku, tersenyum bangga akan karisma ku sebagai cowok baik, ramah dan membuat nyaman orang-orang disekitarku, membuatku dapat berteman dengan banyak fans jkt48 lain maupun membernya sendiri.

Beberapa menit setelah beristirahat, ku rapikan kembali kasurku seperti yg Feni katakan dan bergegas turun untuk mandi. Kulihat jam di dinding menunjukan pukul setengah 9 malam. Cukup lama aku, Julie dan Feni “bermain”. Aku berjalan turun dan melewati ruang tamu dimana aku meletakan HPku disana, ah nanti sajalah ku buka yg penting saat ini mandi dulu. Didepan pintu menuju balkon, kulihat sebuah celana dalam kain berwarna putih tergeletak disana. Celana dalam milik Feni itu tertinggal di balkon apartementku. Ku ambil celana dalam itu agar ku laundry besok bersama pakaian dan spreiku.

Sekitar 15 menit kemudian aku selesai mandi dan kembali ke ruang tidurku, hari ini aku benar-benar merasa lelah setelah mengerjakan 3 recipe baru, Summer Risotto, Masakan Manado dan sebuah Masakan Sunda, hehe.


Sudah pasti bisa bertemu denganmu suatu hari disuatu tempat~

Percayalah pada kekuatan…



Aku mendengar bunyi telfon dari HPku dari ruang tamu, aku bergegas mengambilnya dan mengangkatnya. Ternyata itu dari Della.


Kenapa baru angkat?” kata suara diseberang sana.

“Baru selesai mandi la” balasku padanya.

Dari jam 6 kamu mandi? Telfon gak diangkat, chat gak dibales.” balasnya lagi.

“Aku tadi ngerjain recipe, trus abis itu istirahat sebentar, trus mandi” jelasku padanya, meskipun tidak mungkin kuceritakan semuanya.

Oh

“Kenapa del?”

Gapapa

“Serius kenapa?”

Gapapa

“Oke aku ngerti, maafin aku ya nyuekin kamu” balasku padanya.

Iya” balasnya singkat.

“Aku temenin sekarang deh sampe tidur” balasku lagi padanya.

Gak usah” balasnya kemudian memutuskan telfonku.


Lagi-lagi dia marah padaku. Sifatnya yg seperti itu benar-benar membingungkanku, tapi sifatnya itu pula yg membuatku tidak bisa berpaling darinya. Sifatnya yg tsundere, cuek dan terkadang seperti anak kecil itu benar-benar berhasil membuatku kembali memiliki rasa padanya. Aku merebahkan tubuhku dikasur untuk tidur. Sebelum tidur aku membuka twit**ter untuk berselancar disana sebentar. Ku buka profile twit**ter Della, ternyata ada 3 tweet darinya sepanjang hari ini.


@Della_JKT48
How’s ur day ?
18:12


@Della_JKT48
Dri tdi nnggu org tpi gk ad kbar,,
19:37


Dan sebuah tweet yg baru 5 menit lalu dikirim.


@Della_JKT48
yg ditnggu mncul, gni y klau klian nnggu aku ngtweet?
Met bobo,,



Tweetnya itu ia tunjukan untukku, membuatku tersenyum. Perhatiannya itu tidak pernah benar-benar ia tunjukan, tapi kau akan tau dan merasa ketika perhatian itu ia tunjukan untukmu. Seorang bersifat dingin yg sebenarnya pemalu dan hangat. Seorang introvert penyendiri yg tidak berani menunjukan perhatiannya. Ku telfon dia kembali.


Iya?” suaranya yg sedikit berat namun hangat itu menjawab telfonku.

“Hai” balasku.

Kenapa?” suaranya berubah bingung.

“Selamat tidur lala” balasku padanya.

Eh… hmm… iya, selamat tidur juga…” ia nampak sedikit terkejut.


Kami berdua terdiam beberapa menit tanpa mematikan telfon. Aku bingung ingin berkata apalagi padanya, tapi aku tidak ingin menyudahinya.


“La…”

Iya?

“Met bobo”

Kan tadi udah sa…

“Bingung hehe”

Hm… oh iya, jangan lupa ya lusa kamu ikut aku ketemu mbak Putri

“Mbak Putri? Oh manager, ngapain?” tanyaku bingung.

Ituloh, yg papa Jonathan bilang ke aku buat promosiin hotelnya yg di Surabaya pakai JKT48 sekalian pre-event anniversary ituloh” balas Della menjelaskan.

“Oh iya iya, aku harus ikut ya buat wakilin papa?” tanyaku lagi.

Iyalah Billy Christa Eyusa! Pokoknya jangan lupa ya!” balasnya lagi.

“Siap bos, apapun perintah bos Lala!” balasku padanya yg membuatnya tertawa kecil.

Lusa jam 3 sore ya, inget.” iya kembali mengingatkanku.

“Btw, papa Jonathan? Udah panggil papa lagi nih ceritanya?” ledekku padanya.

Apasih Yusa, udah kebiasaan aja itu” balasnya lagi.

“Ya gapapa kok La, siapa tau mau jadi anaknya beneran hehe”

Jadi anak angkat? Dari kecil juga udah kyak anaknya papa Jonathan sama Mama Yunita kan. Kamu juga manggil orang tua aku pakai Mama sama Papa kan” balasnya lagi.

“Iyasih, ya kirain kamu mau jadi anak angkatnya. Jadi menantunya juga boleh sih” balasku bercanda.

“...”


Tut…!


Della menutup telfonku tiba-tiba, sepertinya lagi-lagi aku membuatnya marah. Aku tidak mengerti apa yg membuatnya marah dan kenapa ia mudah sekali marah padaku. Kutaroh HP ku dipinggir kasur dan bersiap untuk tidur. Sepertinya hari-hariku kedepan akan panjang sebagai calon penerus bisnis ayahku. Dunia bisnis kuliner dan hotel adalah jalan yg orang tuaku pilih, juga menjadi pilihanku untuk masa depan sehingga aku mengambil kuliah Culinary. Ya bisa dibilang masa depanku cukup terjamin dan hanya perlu dikembangkan dan dijaga saja.


Tak berapa lama setelah memejamkan mata, aku terlelap. Mengakhiri hari yg panjang ini.


-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Bimabet
pada bahas kak della curiga sih jadinya kak della sama kak saktia grad deh tuh huhuhu...

:hua::hua:
gracia jangan sedih, gracia mau temenin kak yusa kalau della dan saktia gak ada?
ok cerita ini tamat :norose:
belom tamat kok, tagnya belom berubah hehe
The end of the devil's attack :((
Devil's Attack sudah tamat saat sisil keluar. sabtu malam Sisil datang ke theater menjemput kedua temannya ke "neraka". ketika ketiga iblis lengkap, bukankah itu sebuah kebangkitan? haha
Iya nih, gara-gara Yusa doang :groa:

Gracia jangan nangis dong
*puk puk Gracia
semua salah yusa :(
Yusa masih idup kan lu?
Takutnya kenapa kenapa nih kalo denger berita terbaru :sendirian::sendirian:
haha tenang, Yusa gak kaget kok. udah dapet sedikit "prevision" dari Della.
Yang sabar ya kak yusa :((
masa depan yg lebih baik sudah menunggu Della hu, tenang saja haha
Yusa jangan deprezee liat saktia della grad
mungkin terkejut dengan Saktianya sih, karena bukannya mau riya atau apa, cuma mau berbagi sedikit cerita. kebetulan Yusa udah di kasih tau Della jauh dari akhir tahun lalu. bukan tanggalnya tapi rencana graduatenya yg udah dikasih tau Della.
Udah hari minggu yusa kemana ya
hadir hu!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd