Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
------------------------------------------------------------

Cerita 85 – Kenangan Hitam Masa Lalu

Chapter 14 – Final

Hari
berganti pagi. Gatot sudah siap untuk mengantar Aisyah mengajar.
Ia membantu merapikan baju muslimah Aisyah. Kini setiap hari tugasnya adalah mengantar Aisyah ke mana saja.

Mengajar ke sekolah, berbelanja di pasar murah.. pokoknya kegiatan Aisyah tidak pernah lepas dari kontrolnya.
Biarpun mengantarnya hanya pakai motor.. tapi Gatot bahagia. Aisyah juga sangat bahagia.

“Sudah dipanasi motornya, Mas..?” Tanya Aisyah.
“Beres. Tinggal nambah bensin. Jam berapa kamu pulang..?” Tanya Gatot balik.

“Aku pulang lebih awal, Mas. Jemput saja jam sepuluh..” jawab Aisyah. Gadis itu sudah cantik dan rapi.
Gatot paling suka memandangi Aisyah kalau sudah memakai seragam.

Apalagi Aisyah pintar mengkreasi seragam kerjanya dengan paduan kerudung yang berganti-ganti tiap hari..
membuat Gatot tak pernah bosan.

“Nanti antar ke dokter ya, Mas..” kata Aisyah.
“Dokter apa..? Spesialis kulit..? Ahli penyakit dalam..? Atau dokter jiwa..?” Tanya Gatot menggoda.

“Entahlah, Mas. Aku sudah dua bulan tidak datang bulan..” sahut Aisyah tanpa bisa menyembunyikan senyumnya.
“Benarkah..?” Gatot ikut berbinar. Aisyah mengacungkan dua jarinya.

Gatot kembali membuka kancing-kancing seragam Aisyah dan meraba-raba perut perempuan cantik itu.
Memang ada yang berubah dari bentuk perut Aisyah. Tidak rata seperti biasanya.

“Semoga kamu hamil, Aish..” kata Gatot penuh harap.
Sebagai lelaki bisa menanamkan benih di rahim wanita adalah hal yang paling membanggakan.

Gatot berharap Aisyah benar-benar hamil dan memberinya keturunan.
Ia merasa belum menjadi lelaki sempurna bila belum bisa membuat istrinya itu hamil.
Dan Aisyah sudah dua bulan tidak datang bulan. Sebuah pertanda baik.

“Kita berdoa saja, Mas..” kata Aisyah sambil kembali mengancingkan baju seragamnya.
”Sudah ah, ayo berangkat. Nanti aku telat..”

Ia harus cepat karena tangan Gatot sekarang sudah mulai menjamahi gundukan payudaranya..
dan meremas-remas lembut di sana.

”Hehe, ini juga tambah besar..” sahut Gatot dengan wajah sumringah.
”Itu karena sering Mas pegang-pegang..!” Balas Aisyah.

Setelah tertawa bersama.. merekapun berangkat.

“Nanti kujemput, Aish. Jangan ke mana-mana sebelum aku datang..” ujar Gatot saat menurunkan Aisyah di depan sekolah.
“Iya, Mas. Hati-hati di jalan..” pesan Aisyah sebelum masuk kelas.

Gatot pulang tapi tidak ke rumahnya.. melainkan ke rumah lama milik Murti.
Boleh dibilang rumah itu kini jadi miliknya karena Aisyah telah membeli rumah itu seluruhnya.

Perlahan Gatot membuka pintu dan masuk.
Ada kerinduan dan kebencian tiapkali ia memasuki rumah ini.. rumah yang memberinya banyak kenangan.

Ia rindu kepada senyum dan tawa Murti.. rindu pada aroma keringat Murti.. dan rindu pada segala kebaikan Murti.
Tapi ia juga benci karena di rumah ini pula jadi ajang penumpukan dosa.
Setiap sudut rumah pernah ia jadikan tempat pelampiasan nafsu bersama Murti.

Mengingat hal itu Gatot jadi benci dirinya sendiri. Aisyah pernah berkata tidak akan menempati rumah yang dibelinya.
Aisyah takut karena rumah itu menjadi tempat kejadian tragis.. tempat Pak Camat bunuh diri setelah menyiksa Murti.
Aisyah takut kalau tinggal di rumah itu akan terbawa suasana buruk.

Gatot pun dilanda takut. Ia tidak berani membuka kamar yang ada.
Ia kembali dan keluar.. menutup dan mengunci pintu lalu berjalan menuju rumahnya sendiri.

“Tot, mampir kemari..!!” Seru suara seseorang.
Gatot menoleh ke arah asal suara dan melihat Ningsih melambaikan tangan memintanya menghampiri.
Dengan dibayangi ragu.. Gatot memenuhi panggilan Ningsih.

“Ada apa..?” Tanyanya begitu mereka sudah berdiri berhadapan.
“Aku butuh bantuanmu, Tot. Ayo ikut ke dalam..” sahut Ningsih ringan.

“Kok sepi..? Mana yang lain..?” Tanya Gatot sedikit agak curiga.
“Tidak ada. Aku sendirian di rumah. Makanya aku minta tolong ke kamu..” sahut Ningsih lagi.. masih tetap santai.

“Kalau aku bisa, pasti kubantu. Ada kesulitan apa..?” Tanya Gatot dibayangi ragu.
“Tolong perbaiki pintu kamarku, Tot. Nggak mau tertutup tuh..” jawab Ningsih.

Gatot membuntuti Ningsih sampai di depan sebuah kamar.
“Coba kulihat dulu..” Gatot memeriksa keadaan pintu yang sepertinya tidak ada masalah.

Tapi ningsih tidak bohong. Pintu kamar itu tidak bisa ditutup. “Coba kuperiksa dari dalam..”
Gatot masuk ke dalam kamar dan sekali lagi coba menutup pintu.
Aneh, justru dari dalam pintu kamar bisa tertutup, bahkan tidak bisa dibuka. Gatot jadi terjebak bersama Ningsih di dalam kamar.

“Bagaimana, Tot..?” Tanya Ningsih mengagetkan.
“Pintu kamarmu ini aneh. Tadinya nggak bisa ditutup.. sekarang malah nggak bisa dibuka..” kata Gatot sambil terus mengutak-atik.

“Jadi bagaimana..?” Desak Ningsih lagi.
“Biar kupikirkan dulu..” Gatot berpikir keras demi bisa secepatnya keluar dari kamar Ningsih.

Ia bisa saja menggunakan tenaganya yang luar biasa untuk mendobrak pintu itu..
tapi ia perlu mengkaji ulang untuk melakukannya karena konstruksi rumah yang tidak memungkinkan.
Bisa-bisa bukan cuma pintu yang jebol.. tapi dinding juga ikut jebol.

Gatot mencoba beberapa kunci yang diberikan Ningsih.. tapi tak satupun yang cocok.
Gatot mulai kesal.. apalagi Ningsih sama sekali tidak berusaha memberi saran.

Diminumnya segelas air yang disuguhkan Ningsih. Matanya seketika berkunang-kunang.
Sadarlah Gatot situasi telah berubah penuh bahaya. Ia sempat melihat Ningsih membuka pakaian.

Dengan kepala setengah pusing.. Gatot tidak berpikir apa-apa lagi dan menerjang pintu kamar yang seketika roboh.
Ia berlari keluar dari rumah Ningsih dan masuk ke rumahnya sendiri. Sampai di kamar ia jatuh.

Beberapa saat lamanya Gatot berada di dunia lain.
Tapi Gatot adalah lelaki yang tangguh dan kuat. Tidak sampai dua menit.. ia telah sadar kembali sepenuhnya.

Tega-teganya Ningsih menjebakku..! Batin Gatot penuh sesal.
Hampir saja ia jatuh ke lubang yang sama seperti beberapa bulan silam. Maafkan aku, Aisyah.. bisik hati Gatot lagi.

Sementara itu di dalam kamarnya, Ningsih terlihat sangat kecewa.
Usahanya menjebak Gatot gagal total. Minuman yang ia campuri obat tidur tidak bisa melumpuhkan Gatot.

Padahal ia sempat tersenyum lebar saat melihat Gatot mulai limbung.
Ia sudah siap menyuguhkan tubuhnya kepada Gatot. Akan tetapi sama sekali tidak ada hasil.

Ia juga sengaja mengakali pintu..
tapi sekarang ia bingung harus bilang apa nanti kalau seisi rumah bertanya kenapa pintu kamar hancur dan dinding rumah retak.

Gara-gara ingin mencelakai Gatot, ia harus mendapat masalah baru.
Ningsih kesal dan menumpahkan kekesalannya itu dengan merobek-robek pakaiannya dan membuang sisa air yang tadi diminum Gatot.

“Suatu saat kamu pasti jatuh, Tot..!” Bisiknya geram.
--------------

Aisyah mulai membereskan perlengkapan mengajarnya dari atas meja kerja.
Ia memasukkan buku dan laptop ke dalam tas, menoleh ke jam dinding yang hampir menunjuk angka sepuluh.
Saatnya untuk pulang dan menunggu Gatot di depan pintu gerbang.

Tapi sampai jam sepuluh lewat, Gatot tak kunjung datang menjemput.
Nah itu dia.. Aisyah girang melihat Gatot ngebut dari kejauhan.
Tak lama kemudian sampai di hadapannya.

“Kok lambat, Mas..?” Tanya Aisyah sabar.
“Maaf, Aish.. aku ketiduran. Mau langsung ke dokter..?” Balas Gatot.

“Boleh, Mas. Daripada bolak-balik..” jawab Aisyah.
“Ayo naik. Pelan-pelan saja..”

Gatot langsung mengantar Aisyah ke dokter.
Sebenarnya kepalanya masih terasa pusing akibat meminum air pemberian Ningsih tadi.. namun demi Aisyah ia memaksakan diri.

Gatot membawa Aisyah ke salah seorang dokter yang merupakan temannya.
Ia menuntun Aisyah ke ruang praktek dan disambut hangat seorang dokter wanita.

“Ya ampun, Gatot, lama sekali aku tidak bertemu kamu..!” Seru bu dokter gembira.
“Aku nganter istriku nih, sudah dua bulan telat..” jawab Gatot.

“Jadi mbak ini istrimu..? Kenalkan, Mbak.. saya Yuni. Teman sekolah Gatot..” kata bu dokter memperkenalkan diri pada Aisyah.
“Saya Aisyah..” balas Aisyah sopan.

“Sombong kamu, Tot. Mentang-mentang dapat istri cantik.. kamu tidak ngundang aku..” kata bu dokter Yuni.
“Nanti kuundang. Kebetulan minggu depan kami menggelar resepsi. Sudahlah, buruan periksa istriku..” jawab Gatot.
“Kalau mau jadi ayah harus sabar, Tot. Jangan brangasan..” kata Yuni.

Aisyah berbaring sesuai perintah dokter cantik itu. Gatot menunggu dengan harap-harap cemas.
Tak berapa lama bu dokter tersenyum dan selesai melakukan pemeriksaan.

Aisyah juga sudah mengenakan lagi pakaiannya dan sekarang duduk di dekat Gatot.. menunggu juga dengan harap-harap cemas.
Tapi senyum bu dokter membangkitkan sebuah harapan.

“Bagaimana hasilnya, Yun..?” Gatot semakin tak sabar.
“Positif. Istrimu hamil dua bulan..” jawab Yuni.

Gatot memeluk Aisyah dan menciumi wajah Aisyah dengan raut gembira.
“Kamu positif hamil, Aish..! Kamu hamil..!” Serunya riang seperti anak kecil.
“Alhamdulillah, Mas. Keinginan itu dikabulkan..” kata Aisyah tak kalah gembira.

“Itu baru satu kabar gembira. Kalian mau tau kabar yang lainnya..?” Tanya Yuni menebar teka-teki.
“Apa itu..!?” Kata Gatot dan Aisyah serempak dan kompak.

“Ini masih sebatas diagnosaku, Tot. Janin di rahim Aisyah kembar.
Untuk lebih meyakinkan.. cobalah USG saat usia kandungan Aisyah tiga bulan lebih..” kata Yuni.

Lengkaplah kebahagiaan Gatot dan Aisyah. Mereka berbincang-bincang sejenak dengan Yuni sebelum pulang.
Yuni tidak membebani biaya pemeriksaan. Yuni juga bersedia dipanggil kalau Gatot atau Aisyah butuh bantuan.

Gatot sangat berterimakasih. Mereka pulang dengan suasana hati riang.
Sengatan mentari tidak menyurutkan semangat mereka.
Pusing yang dirasakan Gatot seketika hilang.. terobati oleh senyum kebahagiaan yang dipancarkan Aisyah hingga tiba di kompleks.

“Mbak Yuni itu orang baik ya, Mas..” kata Aisyah.
“Dia sih nggak butuh duit. Orangtuanya pejabat. Yuni buka praktek hanya buat senang-senang..” jawab Gatot.

“Tapi kok masih ingat ya ke Mas Gatot..? Padahal mas kan cuma sekolah sampai kelas 2 SMP..” pancing Aisyah.
“Siapa sih yang bisa melupakan masmu yang ganteng ini..?” Goda Gatot.

Aisyah mencibir. Udara siang semakin panas dan terik.
Aisyah ingin sekali mandi untuk menghilangkan gerah, tapi Gatot melarang.
Akhirnya Aisyah memilih memakai daster dan duduk bersama Gatot di meja makan.

“Kok aku baru tau ya..?” Kata Gatot membuka pembicaraan.
“Baru tau apa, Mas..?” Tanya Aisyah.

“Baru tau kalau kamu cantik..!” Celetuk Gatot.
“Jadi selama ini Mas Gatot menilai aku jelek..?” Sungut Aisyah pura-pura.
“Iya..!” Gatot menanggapi dengan tersenyum.

“Biar jelek tapi aku ini istrimu, Mas. Calon ibu. Nih bayinya terasa bergerak-gerak..!”
Bisik Aisyah sambil menunjuk perutnya.

“Aku juga merasakannya, Aish..” Gatot memegangi perut itu.
”Mulai sekarang kamu hati-hati ya..” pesannya dengan tangan mulai merambat ke atas,
meraba bukit payudara Aisyah yang makin membusung indah.

“Mas Gatot ih, sukanya megangin yang ini..!” Pekik Aisyah kegelian.
”Habis enak sih..” Gatot nyengir.. tapi tetap meneruskan rabaan tangannya.

”Mas juga hati-hati ya. Jangan salah bicara. Ingat kata orang-orang tua, Mas.
Kalau istri lagi hamil, maka sang suami harus menahan diri dari perkataan buruk..
juga perbuatan buruk.. karena hal semacam itu bisa berpengaruh pada calon bayi..” kata Aisyah panjang lebar.

“Baiklah. Aku akan puasa bicara..” janji Gatot dengan sungguh-sungguh.
“Sanggup..?” Tagih Aisyah.

Gatot mengangguk.. dan setelah itu segera membopong tubuh montok Aisyah ke kamar..
sebelum wanita itu bertanya macam-macam lagi.

Siang nan terik tidak menghalangi hasrat dan keinginan mereka untuk merangkai harapan..
yang semakin tumbuh bermekaran memenuhi taman impian.

Sambil berciuman.. tangan Aisyah mulai melucuti kemeja Gatot..
kemudian tangannya menyusup ke balik celana panjang sang suami dan meraih penis Gatot yang sudah menegang penuh.

Aisyah meremas dan mengocok-ngocoknya lembut sambil mulai menjilati kepalanya..
yang kian membesar bagai pentungan secara perlahan-lahan.

”Ughh.. Aisy..ahh..!” Gatot mendesah.
Tak ingin kalah.. ia juga menurunkan rok panjang sang istri beserta celana dalamnya.

Dengan tubuh sudah setengah telanjang Aisyah terus memanjakan batang penis Gatot yang berurat tebal.
Lahap ia jilati setiap titik di batang penis itu.. sebelum akhirnya bibirnya mendarat di buah pelir Gatot.

Aisyah menjilatinya sambil terus mengocoknya.. hingga membuat penis Gatot jadi kian mengeras saja.
Mulut Aisyah terasa keluh saat mencoba menelan seluruh batang besar itu.

”Ahh.. Aish..!” Gatot kembali melenguh sambil kedua tangannya meremas rambut sang istri.
Apalagi saat Aisyah kian ganas mempermainkan penisnya..

Hingga akhirnya Gatot merasakan penisnya mulai berdenyut-denyut kencang..
Tanda kalau sebentar lagi akan segera meledak.

Cepat ia menghentikan permainan tangan dan mulut Aisyah yang kian nikmat sebelum ia menyemburkan spermanya.
“S-udah, Aish. Nanti aku keluar..” keluhnya.

Gatot segera menarik tubuh montok Aisyah dan merebahkannya di atas tempat tidur..
Lalu ia tindih dan mulai mengecupi mata serta bibirnya dengan lembut.

”Ehm.. Mas..” rintih Aisyah ketika merasakan tangan Gatot yang mulai meremas-remas buah dadanya..
sementara tangan satunya turun terus menuju paha..
Hingga akhirnya berhenti begitu menyentuh rambut vagina Aisyah yang tercukur rapi.

Gatot mengusap pelan belahan bibir hangat milik Aisyah.. juga biji klitorisnya yang mungil namun sangat menggemaskan.
”Ohh.. terus, Mas..!” Desah Aisyah sambil mengelus-elus rambut hitam Gatot.

Gatot meneruskan usapan dan gesekannya sampai Aisyah merintih pelan..
Tak lama kemudian. ”Sekarang, Mas..! Lakukan sekarang..! Aku tidak tahan lagi..!” Jeritnya kehilangan kontrol.

”Iya, Aish. Aku juga tak tahan..” balas Gatot sambil membuka kedua paha Aisyah lebih lebar..
hingga belahan vaginanya jadi makin nampak menganga sempurna.

Dan sebelum Aisyah meminta duakali.. Gatot segera mengarahkan batang penisnya ke sana.

Dengan penuh perasaan ia gesek-gesekkan kepala penisnya ke bibir vagina Aisyah..
lalu mulai mendorongnya pelan saat dilihatnya Aisyah sudah menggelinjang geli.

”Ohh.. Mas..! Masukkan penismu.. Cepat, aku nggak tahan lagi..!!”
Erang Aisyah sambil menekan pantatnya.. hingga amblaslah seluruh penis Gatot ke dalam liang vaginanya.

”Ahh.. hmmp..” Aisyah mendesah nikmat di balik kecupan bibir liar Gatot.

Luar biasa, mengetahui kehamilannya membuat Aisyah bercinta dengan penuh gairah.
Sedikit gesekan pada vaginanya saja sudah memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa.

Aisyah benar-benar dibuai permainan Gatot..
setiap remasan dan kenyotan laki-laki itu pada payudaranya membuat Aisyah menggelinjang nikmat.

Goyangan pinggul dan pantat Gatot juga membuat nafas Aisyah turun naik.
Hari itu setiap sentuhan maupun hujaman Gatot terasa lebih nikmat sejuta kali dibanding biasanya.
Maka beberapa saat saja, Aisyah sudah berada di ambang klimaksnya.

”Aaahh..” Orgasme yang begitu hebat menerpa tubuh montok Aisyah..
membuatnya jadi mendesah-desah dengan tubuh menggelinjang dahsyat.

Cairan kewanitaannya keluar dengan deras dan banyak sekali..
yang langsung membasahi batang penis Gatot yang masih menancap dalam.

Aisyah terus memejamkan mata menikmati sisa-sisa orgasmenya saat Gatot mulai kembali menggerakkan pinggulnya.
Laki-laki itu memang belum keluar, dan Aisyah tentu saja bisa mengerti.

”Bagaimana, Aish, enak kan..?” Tanya Gatot sambil tangannya meremas payudara Aisyah yang membusung indah.
”Ssh.. iya, Mas. Enak..!” Aisyah mengangguk mengiyakan sambil mulai menggeliat.

Gatot semakin mempercepat kocokannya. Tetap terasa lembut tapi lebih dalam.
Aisyah jadi kembali menikmati. Perlahan nafsunya jadi timbul kembali.

Ia semakin rileks ketika penis panjang Gatot terbenam semakin dalam di lorong liang vaginanya.
Aisyah benar-benar pasrah diperlakukan apapun oleh suaminya, yang penting ia terus mendapat kenikmatan seperti ini.

Gatot menekan lebih dalam lagi serta terasa semakin bertenaga..
bahkan sampai membuat tubuh molek Aisyah ikut terguncang-guncang hebat.

Semakin lama juga menjadi semakin cepat.. terkadang batangnya dikeluarkan dari vagina Aisyah..
kemudian dihujamkan lagi dalam-dalam hingga membuat Aisyah melenguh dan merintih berkepanjangan.

Tak selang beberapa lama.. terlihat badan Gatot mulai bergetar sebelum tiba-tiba melolong panjang..
sambil kedua tangannya mencengkeram payudara Aisyah kuat-kuat.

Dengan penis terbenam seluruhnya.. laki-laki itu melepaskan orgasmenya.
”Aahhh… aku keluar, Aish..! Ahh.. ahh..” rintih Gatot penuh kenikmatan.

Dengan badan lemas dan dua kaki tetap melingkar di pantat Gatot..
Aisyah bisa merasakan kemaluan Gatot yang menyemburkan cairan spermanya..
Ia dapat merasakan setiap semprotannya dengan begitu jelas.

Gatot memang pandai memuaskan wanita.
Meski dengan penis mulai melemas.. ia masih terus menggoyang..
sampai akhirnya Aisyah mendapatkan kenikmatannya yang kedua tak lama kemudian.

”Aarghh..” erangnya dengan mata terpejam.
Liang vagina Aisyah terasa begitu becek dan penuh. Bercinta kali ini sungguh memberikan sensasi lebih yang sangat-sangat nikmat.

Mereka berpelukan dan saling berciuman kecil menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda..
sampai Aisyah teringat kalau mereka ada acara yang harus dihadiri tidak lama lagi.

Di luar, malam sudah menjelang. Dari ujung komplek terdengar suara lagu berkumandang.
Kompleks memang ada gawe. Ada resepsi pernikahan.

Aisyah segera mengajak Gatot untuk bersiap-siap.
Setelah mandi bersama dan Aisyah sempat menolak permintaan Gatot yang mau minta nambah.. mereka berganti baju di kamar.
Mereka akan menghadiri resepsi pernikahan Dewi yang digelar malam ini.

“Bagaimana kalau nanti ketemu Bu Murti ya, Mas..?” Tanya Aisyah di sela-sela merias diri.
“Bersikap biasa saja kayak dulu, Aish..” balas Gatot.

Mereka berangkat bersama-sama menuju ujung komplek di mana pesta berlangsung.
Yang datang memenuhi undangan ternyata cukup banyak..
bahkan yang bukan warga kompleks dan bukan tamu undangan juga datang berdesakan di sekitar rumah Dewi.

Ada selentingan yang mengatakan kalau Murti akan datang.
Berita itulah yang menyedot antusiasme warga sekitar komplek.
Acara resepsi tidaklah terlalu menarik.. justru kemunculan Murti yang paling ditunggu-tunggu.

Sampai akhirnya saat itupun tiba. Orang-orang yang berjubel berdesakan serentak mengarahkan mata ke satu tujuan..
ke arah di mana seorang wanita melangkah dari kejauhan.

Gatot dan Aisyah menahan rasa hati yang berdebar-debar.
Semakin dekat wanita itu, maka semakin riuhlah orang-orang menyebut satu nama.
”Murti..! Murti..!” Panggil orang-orang.

Tapi Murti tak menoleh sama sekali dan tetap berjalan lurus menuju pelaminan..
melewati Gatot dan Aisyah yang berdiri dan tersenyum padanya.

Murti seolah-olah tidak melihat senyum yang tulus itu.
Gatot kecewa dalam hati.. begitu pula Aisyah. Mereka sama sekali tidak menyangka Murti akan sedemikian angkuh.

“Ayo nyanyi, Murti..! Goyang..! Joget..!” Teriak orang-orang tak sabar ingin segera melihat penampilan Murti.
Murti telah didaulat naik ke atas panggung hiburan.
Penontonpun mulai bersorak ketika Murti bernyanyi dan bergoyang dengan gerak tubuh yang mengundang.

Di bawah sorotan lampu yang terang, seisi tubuh Murti juga terang membayang dari balik baju merah menyala yang tipis dan transparan.
Hingar bingar dan teriakan-teriakan semakin liar.. bahkan panggung telah dipenuhi orang-orang yang berjoget bersama Murti.

Gatot dan Aisyah pulang tanpa menonton tarian Murti yang liar. Mereka pulang dengan hati sedih.
Bukan sedih karena dilupakan oleh Murti.. tetapi sedih karena Murti telah terseret dalam gemerlap dunia yang penuh petaka.

Betapa cepat Murti berubah.. sementara mereka masih tetap menganggap Murti sebagai sahabat lama..
sahabat yang pernah bersama-sama merasakan suka duka.. bahagia dan derita. Murti seakan lupa itu semua.

“Semoga Bu Murti menemukan jalan ya, Mas..” kata Aisyah sedih.
“Kita doakan saja, Aish. Bagaimanapun Murti sangat berjasa pada kita, terutama padaku..” balas Gatot.

“Aku yakin Bu Murti hanya khilaf, Mas. Tak mungkin beliau lupa begitu saja pada kita..” lirih Aisyah.
“Yah semoga saja, Aisyah. Minumlah obatmu, biar bayi di perutmu sehat..” kata Gatot.

Telinga mereka telah terkunci dari suara-suara yang mengusik hati.
Malam mengantar mereka ke dalam mimpi.
Tapi itu cuma semalam, karena keesokan harinya, kota dilanda prahara.
Di mana-mana banyak sekali kerumunan massa.

Di depan gedung DPRD, ribuan orang berdemonstrasi menuntut pencabutan izin sebuah majalah remaja.
Poster-poster yang bertuliskan anti pornoaksi.. anti pornografi dan sejenisnya banyak diusung para demonstran yang mulai anarkis.

Gambar Murti dalam berbagai pose menantang juga bertebaran di mana-mana.
Foto topless Murti yang dimuat sebuah majalah dewasa memancing kontroversi.. menyulut kemarahan penduduk kota.

’USIR MURTI. USIR BUDAK SETAN. JANGAN BIARKAN KOTA JADI AJANG MAKSIAT..’

Gatot dan Aisyah terperangah. Mereka sama sekali tidak menyangka Murti akan berani senekad itu..
melukai hati penduduk kota dengan ulahnya yang mencari popularitas belaka.
Mereka sangat sedih, sangat terpukul mendengar Murti dihujat di sana-sini.. namun sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.

Gambar Murti dilempari dengan telur busuk dan dicoret-coret dengan tinta merah.
Penduduk kota juga menuntut pengusiran Murti sesegera mungkin..
dan secepat cepatnya dari kota. Penduduk telah sampai pada puncak amarahnya.

“Ya Tuhan..! Bu Murti, Mas..” ratap Aisyah tak percaya.
“Iya, Aish, entah setan apa yang merasuki jiwa Murti sampai nekad seperti itu..” balas Gatot.

“Kita harus bagaimana, Mas..?” tanya Aisyah.
“Harus bagaimana lagi..?” Gatot mengidikkan bahu.
”Murti sudah melupakan kita, Aish. Dia sudah asyik dengan dunianya sendiri. Apa daya kita untuk menolongnya..?”

“Andai kita bisa melakukan sesuatu ya, Mas. Tapi penduduk kota sudah terlanjur marah..” sesal Aisyah.
“Tidak ada yang bisa kita lakukan, Aish. Kita hanya bisa berdoa dan berharap semoga Murti mau meminta maaf dan kembali seperti dulu..” jawab Gatot sambil merangkul istrinya itu.

Tetapi Murti sudah gelap mata dan keras kepala.
Ia tidak bersedia memenuhi tuntutan warga untuk meminta maaf secara terbuka.
Bahkan Murti balas menantang warga. Tentu saja warga marah.

Tidak sampai setengah hari, kota telah dilanda huru-hara.
Ratusan bahkan ribuan orang berduyun-duyun mendatangi perumahan Residence.

Semakin bertambahlah massa yang ada di depan rumah Murti.
Tapi Murti tidak mau menemui massa. Murti sudah benar-benar dibutakan oleh nafsu angkara.

Entah darimana asalnya.. dalam sekejap api mulai menjalar dan membakar rumah mewah berlantai tiga itu.
Di dalam rumah.. Murti agak panik karena api sangat cepat menyebar.

Ia tergopoh-gopoh memberesi pakaian dan dokumen-dokumen penting..
lalu dengan kenekatan yang sangat berani dan luar biasa..
ia menerobos kerumunan massa itu dengan memacu mobil sekencang-kencangnya..
membuat orang-orang semburat seraya mengumpat dan melempari mobilnya.

Murti selamat dari amukan massa.. tapi tidak dengan rumah mewahnya yang hangus tanpa sisa..
meninggalkan puing-puing yang membara.

Kriiiingng..!! Handphone di saku baju Aisyah berdering.
Gatot memberi isyarat agar Aisyah mengangkat telepon itu.

“Assalamualaikum..” sapa Aisyah.
“Waalaikumsalam, Aisyah..”

“Bu Murti..!?” Seru Aisyah antara gembira dan tak percaya. Gatot ikut terperangah tak percaya. “Bagaimana kabar ibu..?” Tanya Aisyah.
“Aku hanya mau minta maaf padamu, Aisyah. Pada Gatot juga..” sahut Murti.

“Ini Mas Gatot mau bicara sama Ibu..” Aisyah memberikan telepon pada Gatot, tapi…
“Jangan, Aish. Selamat tinggal ya..”
“Bu Murti..! Bu..! Dengar dulu..!” Aisyah berteriak-teriak.. namun tidak ada suara Murti lagi.

Telepon terputus begitu saja. Aisyah coba menelpon balik tapi terlambat.
Nomor HP Murti sudah tidak aktif dan di luar jangkauan. Aisyah bersandar lesu dan sedih di dada Gatot.

“Bu Murti telah pergi, Mas..” bisik Aisyah sambil terisak sedih.
“Apa yang dia bilang..?” Tanya Gatot.

“Tidak bilang apa-apa, Mas. Bu Murti hanya minta maaf pada kita dan mengatakan selamat tinggal..” jawab Aisyah.
“Mungkin memang sudah saatnya dia pergi, Aish. Dan dia pasti kembali. Yakinlah..”
Gatot yakin Murti pergi hanya untuk menenangkan hati.

Ia yakin Murti akan kembali ke kota.. kembali ke kompleks dengan sikap seperti dulu.
Ia mencintai Murti dalam hati terdalam.
Mengasihi Murti yang telah memberi banyak sekali jasa pada kehidupannya.

Gatot sadar bahwa tanpa Murti ia bukanlah siapa-siapa.
Murti telah mengangkatnya dari kebobrokan. Murti pula yang telah mempertemukannya dengan Aisyah.. istri tercintanya.

Di gerbang batas kota Murti berhenti dan menangis seorang diri di dalam mobilnya.
Meratap dalam hati. Dunia berputar terlalu cepat baginya.. membolak-balik halaman kehidupan yang berganti begitu saja.

Betapa cepat kebahagiaan datang bertandang.. namun secepat itu pula kebahagiaan pergi dan menghilang..
berganti dengan kesedihan yang terus-terusan menggerogoti perasaan.
Murti menyesali dirinya sendiri yang telah melupakan begitu banyak orang hanya demi sebuah pelarian.

Kematian Pak Camat, suaminya.. memang cukup mengguncang jiwa..
namun yang paling menyakitkan adalah siksaan yang ia terima yang kini membuatnya trauma.

Murti menghela napas dan mencoba tegar..
mencoba melupakan apa yang terjadi hari ini dan bersiap menyongsong hari-hari yang terus berganti.

Dengan berat hati ia tinggalkan kota yang memberinya begitu banyak memori.
Ia telah putuskan untuk pergi ke kota lain di mana bisa meneruskan hidupnya yang sesaat lalu berhenti. Hidup harus dimulai kembali.
Ia mengusap air mata dan menjalankan mobil, benar-benar meninggalkan kota.

Di dalam kota, huru-hara perlahan tapi pasti telah berhenti dan situasi yang sempat mencekam mulai pulih kembali.
Orang-orang mulai pulang ke rumah masing-masing setelah memastikan Murti telah pergi.

Majalah dewasa yang memuat foto-foto seksi Murti juga telah menutup kantornya.
Izin terbit majalah itu telah dicabut. Penduduk kota lega dan ketenangan kota kembali terkendali.
Jalanan kota kembali sepi.. menyisakan sampah di sana-sini. Sampah yang dipenuhi wajah Murti.

Beberapa orang iseng memungut sampah itu dan menempelkan di sepanjang tembok trotoar.
Murti telah dianggap sampah oleh masyarakat kota.. dan mereka sukses membuang sampah itu dengan cara yang hina.

Mungkin hanya Gatot dan Aisyah saja yang tidak menganggap Murti sampah.
Bagi keduanya Murti adalah korban yang lebih pantas dikasihani.

Menurut mereka.. apa yang dilakukan oleh Murti hanyalah tak lebih dari sekedar pelarian hati yang tersakiti.
Sakit hati itu yang mendorong Murti lari dari kehidupannya yang hakiki..
mencari kepuasan demi bisa menyembuhkan luka batin dan Murti pasti ingin menghapus trauma.

Itulah pemikiran Gatot dan Aisyah.

Mereka berjanji tidak akan pernah membenci Murti. Mereka berharap Murti segera kembali.
Sebuah harapan yang bakal lama terwujud. Murti tak mungkin secepat itu kembali.

Murti telah terlalu jauh pergi meninggalkan kota.. meninggalkan mereka..
Dan meninggalkan semua kenangan yang pernah ada. = T@M@T (. ) ( .)
---------------------------------------------------------
 
Kayaknya masih panjang lagi ya hu..kalo ndak salah nanti gatot ketemu ayahnya, trus gatot juga punya saudara kandung
 
Kayaknya masih panjang lagi ya hu..kalo ndak salah nanti gatot ketemu ayahnya, trus gatot juga punya saudara kandung

:kacau: Sebenernya sih iya, brada..
Judulnya 'Duka Tak Bertepi'.

Sayangnya dengan sangat menyesal nggak bisa Nubi masukin di trit ini..
Ditambah lagi ceritanya yang sempat Nubi save terhenti di Chapter 9.. dan masih menggantung banget..

:ampun: Mangapkan yaaaaa..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd