Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
wow ikut meramaikan comment dulu.. sebenarnya mau ditahan-tahan ga ingin baca dulu sampai beberapa chapter di update biar ga gantung pas baca ceritanya karena nunggu update.. tapi apalah daya makhluk yg hina ini.. karena terlalu penasaran dan kangen sama rein.. hiks..hiks.. baca juga walaupun harus nunggu update baru
 
Huuuuu bolehhh ngasih sedikit saran?

Gaya pengetikannya jgn berubah dong huu, buat model struktur penulisannya kyk yang di “lembaran baru”

Biarr ga pusing aku bacannya

Maaf lohhh bukan bermasksud tdk sopan apalg tak menghargai karya suhu
 
Semoga dukanya lekas berganti suka, sehatnya lekas berganti sehat dan sibuknya lekas berganti senggang... Ayo suhuuu ditunggu cerita lanjutannya...
 
3
SHUTDOWN!



Setelah mandi dan berpakaian, aku segera turun menuju ruang makan sambil menikmati aroma sabun di tubuhku yang sangat segar. Sesampainya dia ruang makan, aku tidak menemukan Rein disana. Aku juga tidak mendapati makanan yang dijanjikan Rein di atas meja. Aku jadi terheran-heran. Di atas meja itu hanya terdapat sebuah piring putih dengan sebuah pesan pada selembar kertas kecil diatas piring itu.

MAKANAN UNTUKMU ADA DI KAMARKU

Seperti itulah bunyi pesan di kertas itu. Aku semakin heran dengan Rein. Kenapa dikamarnya? Apakah Dia ingin aku makan di kamarnya? Dan Kenapa dia tidak memberitahuku dari tadi? Aku kan tidak perlu repot-repot turun ke lantai bawah. Pftttt,

Dengan langkah yang berat aku kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya Rein. Begitu sampai di depan kamarnya Rein, aku langsung membuka pintu kamarnya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Aku mendapati Rein sedang duduk mendekap kedua kakinya di bawah tempat tidur sedang menatap pintu kamar seolah sudah menunggu kedatanganku.



Dia hanya mengenakan Bra dan karena dia merapatkan kedua kakinya, aku masih belum bisa jelas melihat apakah dia memakai celana dalam atau malah tidak memakai bawahan sama sekali. Rein semakin membuatku kebingungan, aku sama sekali tidak melihat ada makanan di dalam kamarnya.

“mana sarapan untukku Rein?” tanyaku padanya.

Dia hanya tersenyum mendengar pertanyaanku dan kemudian membuka lebar kedua kakinya. Ternyata Rein sudah melepaskan celana dalamnya.

“Sarapan spesial untukmu Dek” Ucapnya.


Shit, pemandangan yang sangat indah. Organ kewanitaan diantara kedua pahanya terlihat sangat jelas. Rein mempunyai memek yang Begitu cantik dan mulus tanpa bulu. Salah satu cewek dengan memek terindah yang pernah kulihat atau yang pernah kurasakan. Hanya memandangnya saja membuat penisku berontak.

“Atau mau aku buatin Nasi Goreng saja nih?” Ucapnya menggodaku lalu merapatkan lagi kedua kakinya.

Kudekati Tubuh kakakku yang pagi ini begitu mengggoda itu. Dia hanya tersenyum menatapku ketika aku duduk bersila dihadapannya. Kedua Tanganku memegang masing-masing lututnya dan kubuka lebar kedua kakinya, dia tidak menahanku.

“ini” ibu jariku mengusap garis belahan memeknya “lebih nikmat daripada sepiring nasi goreng di pagi hari” ucapku sambil menatap wajahnya.

Momen seperti ini mengingatkanku saat masih sekolah dulu. Hampir setiap malam aku tidur berdua dengan Rein dan pagi harinya ketika bangun tidur selalu kami sempatkan untuk bercinta sebelum berangkat ke sekolah, sebelum sarapan pagi atau sebelum mandi. Walaupun terkadang membuatku mengantuk saat di kelas, tapi morning sex kilat dengan Rein sangat seru dan menyenangkan. Dia mengajarkanku banyak hal tentang bagaimana cara memuaskan seorang cewek di ranjang.

”Nikmati sarapanmu Dek !! ” Serunya.

Kemudian Tanganku yang lain memegang pipinya lalu kudekatkan wajaku ke wajahnya. Aku bisa merasakan nafasnya yang hangat di wajahku saat bibirku bersentuhan dengan bibirnya Rein. Bibir kami sudah saling mengunci dan sepertinya bakal susah untuk terlepas selama beberapa saat. Ahhh Aku sangat merindukan bibir lembutnya ini. Permainan bibir dan lidah kami semakin memanas. Kurasakan lidahnya Rein masuk ke dalam rongga mulutku

Engghhhhhhh”

Rein melenguh saat lidahnya itu kuhisap bersamaan dengan jariku di memeknya yang kini menyentuh klitorisnya.

Setelah itu ciumanku berpindah ke lehernya. Kukecup dan kuhisap kulit lehernya Rein yang mulus di beberapa tempat sampai Rein tak kuasa menahan rasa gelinya. Dia menarik wajahku lagi ke wajahnya dan menciumku lagi, seolah dia masih belum puas bereuni dengan bibirku. Sedangkan di bawah sana jariku masih menyentuh nyentuh klitorisnya, sengaja tidak kumasukkan jariku ke dalam memeknya agar dia tersiksa dengan birahinya sendiri.

Nafasnya Rein semakin memburu ketika bibirku bermain di bawah telinganya, kugigit gigit kecil kulit di area itu yang katanya salah satu bagian sensitif dari seorang cewek. Kemudian kedua tanganku mengusap kedua lengan Rein yang licin dari bawah sampai ke atas dan berhenti di bagian dalam pangkal lengannya lalu kuangkat tubuh Rein agar dia duduk di tepian ranjang. Aku memposisikan duduk di antara kedua kakinya Rein. Kupegang belakang pinggulnya lalu kutarik agar lebih dekat lagi denganku atau agar memeknya lebih dekat dengan wajahku.

Kini memeknya Rein pas mengahadap ke wajahku. terlihat sangat jelas garis belahan memeknya yang masih rapat, membuat penisku semakin menegang. Apalagi aroma memeknya Rein yang harum tercium menusuk nusuk hidungku. Aku tau Rein selalu rajin merawat kebersihan organ paling intim ditubuhnya itu dengan sabun khusus alat kelamin cewek. Bibirnya tadi aja sudah sangat enak, apalagi bibirnya yang bawah ini? aku jadi semakin tidak sabar mencicipi bibir bawahnya ini.

Dekk !! kok Cuma diliatin?? ” Tanya Rein

Terus mau diapain… Kak? ” tanyaku menggodanya.

Jilatin punya kakak” Pintanya dengan nada bicara yang sangat manja, sambil kedua pahanya mengapit kepalaku. Aku tersenyum mendengar permintaannya, kembali mengingatkanku akan saat dulu awal mula dia mengajariku bercinta.

Kulirik sebentar wajahnya Rein, dia seperti sudah tidak sabar dan berharap agar aku segera memanjakan memeknya dengan mulutku. Pertama Kukecup bagian dalam paha kakakku yang mulus tepat disebelah memeknya, lalu kukecup sekali belahan memeknya Rein lalu lidahku menyapu lipatan memeknya dari bawah sampai ujung atas kemudian kupandang wajah kakakku. Rein menggigit bibir bawahnya sendiri. Dari bawah sini aku bisa melihat kedua payudaranya yang besar mengembang dan mengempis dengan cepat, nafasnya sudah semakin memburu.

Kemudian kumainkan lidahku di memeknya Rein. Lidahku menjilati klitorisnya dan sesekali masuk menyapu sebagian dinding lobang kenikmatannya ini.

“Achhhh sshhh Deeeeekkk”

Rein sudah mulai mendesah dan meracau dengan keras. Kurasakan kedua pahanya semakin mengapit kepalaku dengan kuat sambil dia menjambak rambutku.

“Enak Rein?” tanyaku

“Banget, terusin Dekkk sshh”

Beberapa menit berlalu, mulutku masih ‘menyantap’ hidangan spesial yang telah disiapkan oleh kakakku yang cantik ini. Lenguhan dan desahan dari mulutnya Rein semakin tidak terbendung saat jari tengah tanganku keluar masuk menusuk ke dalam memeknya sambil lidahku tetap menjilati tombol klitorisnya. Rein pasti sedang merasakan ledakan gairah yang sangat dahsyat saat bagian bagian sensitif di tubuhnya sedang dirangsang. Semakin kusiksa kakakku dengan satu tanganku yang masih terbebas kini mremas dengan kuat salah satu payudaranya yang masih tertutupi bra.

“aaaaccccchhhhhhhhhhhhh dekkkkkkkkkkkkkkk”

Kali ini Rein mendesah dengan keras. Seolah belum puas menyiksanya, sekarang dua jari tanganku yang menusuk ke dalam memeknya Rein. Dia semakin kesetanan dengan menjambak rambutku dengan kuat. Tak mau kalah, kuremas dengan kuat payudaranya yang besar.

Achhhh achhhhhhhh ahhhhhhhhhhh”

Memeknya Rein sudah sangat basah, rasanya seperti madu yang manis. Membuatku bertambah bersemangat untuk menjilati memeknya yang basah. Dia semakin berteriak kencang dan bergerak tak karuan merasakan kenikmatan yang tiada tara di pangkal pahanya.

“Achhhhh Dekkk dikiit lagi, jangan berenti. achhhh“

Kurasakan memeknya Rein semakin menyempit, rasanya seperti memeknya sedang memijat kedua jariku di dalam sana. Kedua paha Rein juga semakin kuat mengapit kepalaku. Kupercepat gerakan jariku hingga akhirnya kurasakan cairan kental dan hangat mengalir membasahi kedua jariku. Berbarengan dengan itu, Rein mendesah panjang dan terkulai lemas ke belakang ranjang. Akhirnya dia mencapai orgasmenya yang pertama, kedua pahanya juga telah membebaskan kepalaku. Aku menjilati cairan yang keluar dari memeknya Rein sampai kering. Sedangkan Rein masih terkulai lemas memejamkan matanya dengan mulut sedikit terbuka dan nafasnya yang masih berat.

Aku ikut merebahkan tubuhku di sebelahnya. Kupandangi kakakku dari samping, dia masih menikmati sisa sisa orgasmenya. Beberapa menit kemudian dia masih terdiam namun nafasnya sudah mulai teratur.

Rein?”

Bentar ya Dekk,” ucapnya

Kamu keliatan letih Rein? Kamu gpp?”

Dia terlihat sangat kecapek’an. Hanya karena sekali orgasme tanpa penetrasi dia bisa langsung terlihat lelah? Sepertinya tidak mungkin. Mungkin dia sedang tidak enak badan, atau aku tadi terlalu berlebihan?.

gpp kok, aku Cuma sedikit mengantuk” ucapnya sambil tetap memejamkan mata.

“emangnya Kamu tadi bangun jam berapa?” tanyaku. Dia pasti bangun pagi sekali untuk menjemputku di bandara tadi.

“Sebenarnya aku belum tidur dari semalam” ucapnya “bahkan beberapa hari ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak” Ucapnya. Astaga, dia belum tidur?.

“pasti karena kamu teralalu mengkhawatirkanku” ucapku merasa bersalah.

Jadi disaat aku bersenang-senang bersama Luna dan yang lain di acara Dreamfields itu, disini Rein setiap hari mengkhawatrikanku. Aku semakin merasa bersalah kepadanya karena saat itu Rein memintaku untuk tidak pergi ke acara itu, tapi aku tetap berangkat meskipun dia melarangku.

“Aku takut terjadi apa apa denganmu dek, kamu masih dalam masa pemulihan setelah keluar dari rumah sakit. tapi aku lega di bandara tadi aku melihatmu berjalan dengan kakimu sendiri. Tidak dengan kursi roda atau tidak bersama ranjang dorong rumah sakit”

Apakah dia menangis saat mengkhawatirkanku? Ahh sudah Pasti dia sedih dan menangis. Kenapa hanya itu yang bisa kulakukan untuknya. Membuatnya menangis dan selalu menjadi beban hidupnya.

“Maaf” ucapku sambil mengusap tangannya yang ada di atas perutnya “Kenapa kamu tidak memarahiku di bandara tadi Rein? Seharusnya kamu marah kepadaku, aku akan diam dan menerimanya”

Akhirnya Rein membuka matanya, dan tidur menyamping menghadapku.

itu yang membuatku tidak bisa tidur semalaman, tapi karena itu juga aku jadi tersadar kalau selama ini aku terlalu berlebihan membatasi kebebasanmu, padahal kamu sudah bukan anak kecil lagi. Aku juga menyadari betapa egoisnya aku tidak ada waktu untukmu disaat kamu membutuhkanku.”

Rein mengusap usap wajahku.

Aku tidak ingin kamu menderita lagi dek, aku janji akan berusaha selalu ada untukmu. Sampai dengan semester baru dimulai minggu depan, aku akan menemanimu disini.”

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Rein. Dia adalah segalanya di hidupku, dan aku sangat menyayanginya.

Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya dia

“Rein, meskipun kita bukan saudara kandung, tapi aku merasakan sebuah ikatan yang sangat kuat diantara kita” ucapku padanya.

“Sebenarnya aku juga merasakannya dek, dan aku senang dengan itu. Aku merasakannya sejak pertama kali kamu datang ke rumah ini, datang ke kehidupanku dan merubah segalanya. Walaupun masih belum begitu lama kita bersama, tapi telah banyak yang kita lalui. Aku senang tumbuh dewasa bersamamu Dek”

Kudekatkan wajhaku ke wajahnya Rein, kukecup sekali bibirnya.

“Terima kasih Kak, aku juga senang bisa menjadi dewasa bersamamu, jangan pernah menyerah denganku ya Rein. Sekarang lebih baik kamu tidur” ucapku padanya.

Nggak mau !” Serunya “Selesein dulu sarapanmu, setelah itu temenin aku tidur”

“Eh? Rein !! kamu kan belum tidur semalaman. Kita lanjutkan lagi nanti setelah kamu bangun tidur. Oke??”

“Dekk, tidurku akan terasa lebih nyenyak setelah kita menuntaskan apa yang kita mulai tadi. Ayolah, kamu nggak pengen ngewein ini?”
tanya dia sambil memegang kedua payudaranya.



“Kamu nggak pengen punyamu ada didalam sini?” tanyanya lagi sambil memasukkan telunjuknya di dalam mulutnya.

Dan kamu nggak kangen keluar didalam sini?” tanya dia lagi sambil memasukkan jarinya tadi ke dalam memeknya.

“hmm? Emang boleh keluar didalem?” tanyaku antusias.

Hahaha dasar kamu ini, Cuma hari ini, besok udah nggak bisa” ucapnya

Berarti hari ini adalah hari pertama seusai Rein menstruasi. Dulu kami sering menantikan hari hari seperti ini karena aku bebas mengeluarkan sperma di dalam memeknya Rein. Meskipun pada awalanya aku khawatir dengan teori ini, namun nyatanya kami selalu melakukannya dan Rein tidak hamil. Tapi aku tidak pernah mencoba teori ini dengan cewek lain selain Rein.

Gimana? Mau?” Tanya dia. Kemudian aku menggerakkan tubuhku untuk menindih tubuhnya.

bagaimana aku bisa menolak sesuatu yang sangat nikmat? asal kamu jangan terlalu banyak gerak, nanti kamu capek”

iya iya,, bawel banget sih !! padahal Aku cuman kurang tidur,” ucapnya sambil cemberut.

“Aku Cuma gak pengen kamu sakit Rein”

“bagian badanku yang sakit Cuma disini Dek”
Ucapnya sambil mengusap memeknya. “cepat lepas pakaianmu lalu suntik kakakmu ini dengan punyamu”

Aku sampai geleng-geleng mendengar ucapannya yang nakal. Dengan cepat aku menanggalkan semua pakaianku lalu merangkak di atas tubuhnya yang terlentang diatas tempat tidur. Kedua tanganku menyusup dibagian bawah tubuh Rein lalu berusasah melepas kait bra yang daritadi menutupi payudara indahnya. Saat bra itu sudah terlepas, aku menindih tubuhnya. Kami berdua sudah sama sama polos seperti bayi baru lahir. Kulit telanjang kami bertemu untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Dan kini wajahku tepat diatas wajahnya.

Kamu cantik sekali Rein” Ucapku memuji kecantikan wajahnya.

“Hmmm? Ini pertama kalinya kamu berkata seperti itu kepadaku” Ucapnya Heran.

Benarkah? Padahal selama ini aku memuja muja kecantikan wajah kakakku ini bahkan saat pertama kali Bunda mengenalkanku dengannya beberapa tahun yang lalu. Dan aku sekalipun tidak pernah mengatakan langsung kepadanya?.

“atau itu tadi semacam password yang selalu kamu ucapkan saat kamu berada diatas tubuh telanjang seorang cewek?”

“Hah? Aku serius Rein,”

“Lalu kenapa baru mengucapkannya sekarang?”
Tanya dia, kutangkap ekpresi cemberut diwajahnya. Aku juga tidak tau mengapa baru sekarang aku memuji kecantikannya secara langsung.

jadi dari dulu kamu mengharapkan aku berkata seperti itu?”

Rein tampak terkejut dengan pertanyaanku. Aku bisa melihat pipinya merona karena malu. Dia tidak menjawabku, dia angkat sedikit wajahnya lalu menangkap bibirku dengan bibirnya, lalu melepasnya. Lalu dia hanya memandangku dengan senyum merekah di wajah cantiknya.

Namun anehnya sampai sekarang Rein masih belum punya pacar. Padahal dia punya segalanya yang menjadikan dia sebagai cewek idaman setiap cowok atau bahkan istri idaman. Wajahnya cantik, tubuh yang sangat sempurna, pintar, bisa masak, penuh kasih sayang, permainan diatas ranjang pun tidak perlu ditanya lagi. Sempat kukira dia berpacaran dengan cowok yang selalu dia ajak kesini, ternyata aku salah, cowok itu bukan kekasihnya. Dulu kadang aku bertanya-tanya, apakah dia masih mencintaiku?

“mikirin apa kamu?” tanya dia. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Lalu menyerbu bibirnya yang rasanya manis seperti coklat itu.

Aku dan Ren kembali berciuman panas sambil saling menggesekkan tubuh polos kami, penisku menggesek perutnya Rein menimbulkan sensasi enak samapi membuat penisku menegang.

Beberapa saat kemudian aku sedikit merangkak ke bawah tubuhnya. Kini wajahku tepat di atas kedua payudaranya yang besar. Kurasakan kedua tangan Rein mengusap punggung dan bokongku.

“Kamu punya tetek terindah di dunia.” Ucapku mengagumi kedua payudara yang dimilik Rein. Lalu kedua tanganku menopang bagian bawah kedua bulatan payudaranya lalu kutekan ke atas secara perlahan. Sangat lembut.

“Haha, aku senang kamu menyukainya”
Ucapnya

“Siapa coba cowok yang tidak suka tetek sebesar ini” Ucapku lalu mulai kuremas pelan kedua payudaranya. Dia mendesis merasakan pijatan tanganku di payudaranya.

“kukira kamu lebih suka yang kecil”

Eh? Dia mengira seperti itu pasti karena selama ini aku dekat dengan wanita ber-payudara kecil. Kemudian tanganku berpindah menekan bagian atas payudaranya, dengan setiap ibu jari dan telunjukku menyentuh masing masing putingnya. Dia semakin mendesis seperti orang yang sedang kepedesan.

“Aku tidak pernah komplain dengan ukuran”

“Yang penting bisa ngewe ya? Dasar cowok” Ucapnya, membuatku syok dengan kesimpulannya. “ Isepin Dek” Pintanya.

Kuturuti permintannya, kuawali dengan menjilati belahan payudaranya kemudian lidahku menjilati setiap inci bagian salah satu payudaranya yang bulat sempurna itu. Melingkari ujung payudaranya lalu lidahku menjilat putingnya yang sudah mengeras itu. Tanganku tak tinggal diam mulai merangsang klitorisnya agar memeknya basah lagi. Puas menjilati dan menggigit, kini putingnya itu kuhisap dengan kuat. Rein Melenguh keras.

“Enghhhhh sshh Dekk”

Beberapa menit kemudian aku masih asik menjelajahi kedua payudaranya sampai setiap inci payudaranya itu mengkilap dan lembab karena jilatan lidahku. Aku menyempatkan membuat tanda merah tepat diatas salah satu putting payudaranya.

Kemudian aku bergerak untuk duduk diatas badan langsingnya Rein. Memposisikan penisku yang sudah menegang tepat diantara bulatan kedua payudaranya.

“basahin dulu sini” Ucapnya sambil mengusap penisku, seakan mengerti apa yang akan aku lakukan.

Kemudian kugeser dudukku agar penisku bisa tepat di mulutnya. Rein menatapku saat penisku yang sudah tegang masuk ke dalam mulutnya. Dia hanya diam pasrah saat aku menggerakkan pinggulku. Dia menempatkan Kedua tangannya diatas kepalanya sehingga ketiaknya yang mulus terlihat sangat jelas.

“Achhhhh” Aku mendesah merasakan nikmatnya penisku keluar masuk di dalam mulut kakakku yang hangat dan basah. Tapi aku tidak memasukkanya terlalu dalam, walaupun sebenarnya Rein tidak akan keberatan aku melakukan itu.

Beberapa menit kemudian aku masih menggenjot mulut kakakku yang mungil ini, yang semakin lama rasanya semakin sangat nikmat. Sangking nikmatnya aku sampai lupa kalau tujuanku sebenarnya memasukkan penisku ke dalam mulutnya adalah untuk sekedar membuat penisku basah agar bisa enak menjepitkannya diantara kedua payudaranya yang besar.

“Sshhh achhh, enak banget Rein” Genjotan penisku di memeknya semakin cepat. Saat itu tiba-tiba Kedua tangan Rein memegang pinggulku dan menarik pinggulku hingga membuat penisku masuk sangat dalam didalam mulutnya hampir menyentuh tenggorokannya. Fuck. Umpatku dalam hati. Deepthroat memang blowjob yang paling nikmat. Mungkin Rein tau kalau daritadi aku ragu-ragu dalam menggenjot mulutnya, sampai dia turun tangan langsung membantuku. Akibatnya, kurasakan aku semakin mencapai klimaks. Gawat, pikirku. Segera kutarik keluar penisku dari mulutnya Rein, lalu aku berpindah duduk di sebelah tubuhnya.

“belum keluar Kok udah dicabut?” tanya Rein. Gilakk, jadi dia memang berharap agar aku orgasme di dalam mulutnya.

“Aku kan pengen keluar didalem punyamu” jawabku.

“hufft, yauda ayuk masukin” Perintahnya

Kembali kuposisikan tubuhku di atas tubuh kakakku. Kedua tangan Rein melingkar di leherku saat tanganku berusaha memandu penisku agar masuk ke dalam memeknya Rein. Perlahan tapi pasti penisku mulai terbenam di dalam memeknya Rein.

“Accccchhhhhhhh” Rein mendesah panjang merasakan besarnya batang penisku menyeruak masuk ke dalam memeknya. Matanya terpejam dengan mulut terbuka lebar.

Lobang memeknya Rein masih sangat sempit, hangat dan rasanya luar biasa. Akhirnya aku merasakan lagi memeknya kakakku ini setelah sekian lama. Dulu saat Rein sudah tinggal di asrama kampusnya, aku sering membayangkan bagaiaman Rein melampiaskan nafsunya yang menurutku gede. Membayangkan seorang cowok menempatkan penisnya ke dalam memek kakakku ini, yang terkadang membuatku sangat cemburu saat semakin memikirkannya.

Aku mulai menggerakkan pinggulku. Penisku sudah keluar masuk di dalam memeknya. Rein masih terpejam sambil menggigit bibir bawahnya, berusaha memcoba menahan kenimatan yang luar biasa yang dia rasakan di memeknya. Tapi dia tidak bisa menahannya terlalu lama, desahan dan lenguhan keluar lagi dari mulutnya.

“Achhh. Achhhhh..shhhhhh.. lebih kenceng Dekk”

Aku sedikit menambah kecepatan genjotan pinggulku dengan sesekali menekan memeknya sangat dalam yang membuat Rein kesetanan sampai tangannya mencakar pundakku, semua cewek memang suka saat penis pasangannya masuk sangat dalam didalam memeknya.

Sambil tetap menggenjot memeknya, kuturunkan sedikit tubuhku agar tubuhku bersentuhan dengan bagian depan tubuhnya. Aku menggenjotnya sambil tubuhku menindihnya dengan rapat agar bisa mencium bibirnya yang daritadi mengeluarkan suara suara yang sangat seksi, hanya bagian pinggulku yang bergerak. Puas mencium bibirnya, mulutku bermain main lagi di kedua payudaranya. Kuhisap kuat salah satu puting payudaranya yang sudah sangat mengeras.

Beberapa menit kemudian kami berganti posisi, kali ini Rein request agar aku menyetubuhiya dari belakang. Namun karena aku tidak pingin dia terlalu capek, jadi kami melakukannya dengan menyamping. Aku menggenjot memeknya Rein dari belakang tubuhnya dengan posisi tubuh kami saling membelakangi diatas tempat tidur. Orang-orang menyebut posisi bercinta seperti ini dengan sebutan Spooning.

Dengan posisi seperti ini, selain agar dia tidak terlalu banyak bergerak, aku dan Rein merasakan semakin intim satu sama lain karena dengan posisi ini aku bisa memeluknya dari belakang sambil sesekali meremas kedua payudaranya dari belakang.

“Achhh Deekkk.. sshh,,engghhhh ”

Rein tak henti-hentinya mendesah sambil memanggil manggil namaku. Sedangkan aku mendesah tepat di belakang telinganya yang semakin membuatnya bergairah. Satu tanganku berpindah mengusap klit kakakku dari belakang. Aku usap tombol klitoris itu dengan telunjukku secara cepat.


Rein semakin menggila karenanya. Beberapa menit berlalu kami tetap berada dalam posisi ini. Pinggulku masih bersemangat menggenjot memeknya Rein yang sudah semakin becek. Suara desahan dan lenguhan diantara kami berdua memenuhi seluruh ruangan bahkan mungkin terdengar sampai keluar kamar, aku tidak takut lagi Mbak Tina tau apa yang kami lakukan karena memang dia sudah tau. Suara decitan ranjang yang bergoyang juga terdengar, tak lupa suara pertemuan kulit tubuh kami saat pinggulku menggenjot memeknya. Semua suara-suara itu seperti sebuah simfoni alunan lagu yang sangat indah terdengar di telinga .

“achhhh sshhh“

“Deeekk,, achhhhhhh achhhhh dikit lagi shhh”


Rein memberi aba-aba kalau dia akan segera sampai ke orgasme keduanya. Segera kucabup penisku, Rein terlihat sesal dengan tindakanku. Tapi tidak lama, aku hanya berganti posisi menindih tubuhnya lagi, karena aku ingin orgasme dengan posisi seperti ini, dan aku ingin keluar bersamaan dengannya.

“Bareng2 ya?” Tanyaku. Rein hanya menggangguk.

Rein melingkarkan lagi kedua tangannya di leherku sambil sesekali menatap penisku keluar masuk didalam memeknya. Birahiku sudah semakin meninggi, nafasku juga semakin tidak teratur begitu juga dengan Rein. Kurasa aku tidak akan bertahan lebih lama lagi, semakin kupercepat gerakan pinggulku yang membuat Rein meracau tiap penisku menghujam memeknya.

achh”

achh”

achh”

“Aku mau keluar Rein”
Ucapku padanya, Rein sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Kami saling berpandangan. Aku merasakan memeknya Rein semakin menjepit penisku. Dan tiga kali hentakan berikutnya penisku kuhujamkan sangat dalam di dalam memeknya dan menyemburkan banyak sekali sperma di dalam rahimnya. Dibarengi teriakan desahan Rein yang sangat panjang.

aacccccchhhhchhhhhhhhhhhhhh”

Rein juga orgasme disaat yang sama seperti yang kami harapkan. Tubuhnya bergetar hebat selama beberapa saat hingga akhirnya dia terkulai lemas. Begitu juga denganku yang terkulai tak berdaya diatas tubuhnya. Aku biarkan penisku masih terbenam di dalam memeknya Rein. Aku dan dia masih mengatur nafas kami, sesekali dia mengusap punggungku.

“Enak banget Rein” Ucapku padanya sambil masih terpejam.

Beberapa saat kemudian kucabut penisku dari dalam memeknya, cairan spermaku meleleh keluar dari dalam memeknya. Segera aku ambil tisu di atas meja belajarnya lalu membersihkan memeknya itu. Setelah bersih, kukecup bibir memeknya yang baru saja memberiku kenikmatan yang sangat luar biasa. Lalu Rein memintaku untuk memeluknya seperti posisi spooning tadi. Kuturuti kemauannya, sebelum itu kutarik selimut panjang untuk menutupi tubuh telanjang kami.

Setelah itu kami hanya berbincang-bincang kecil, Rein memberitahu kalau Melly juga kuliah di tempat yang sama dengan aku kuliah. Membuatku sedikit kaget saat mengetahuinya,karena aku tidak pernah bertemu dengannya di kampus selama setahun ke belakang. Sebenarnya aku sering ‘main-main’ dengannya saat aku kelas 12, tapi dia tidak pernah menyebut tempatnya kuliah.

Melly juga mengatakan hal yang sama, dia tidak pernah melihatmu di kampus” Ucap Rein.

“Mungkin karena aku tidak pernah berkeliaran di sekitar gedung fakultas sastra, bagamana kabarnya? Apakah dia masih menjadi seorang Lady Escort?” tanyaku

“Masih. Bahkan dia cerita kalau sedang dekat dan jatuh cinta dengan salah satu kliennya”

“Bukankah itu bagus untuknya?”

“Klien yang sudah punya istri dan anak”
Jelas Rein.

“what?? Kok bisa?”

“entahlah, Btw bicara tentang itu, kamu masih melakukannya dengan Mbak Tina ?”
Tanya Rein, aku langsung syok tiba-tiba dia bertanya seperti itu.

“Enggak Rein aku Cuma sekali melakukannya dengan Mbak Tina” Ucapku berbohong pada kakakku, padahal lebih dari sekali.

“Kamu tau Mbak Tina punya suami di kampung kan Dek?”

“Iya-iya maaf, waktu itu aku sedang mabuk dan tidak bisa menahan diri”
Pertama kali memang aku sedikit memaksa Mbak Tina karena saat itu aku mabuk berat, tapi yang kedua kali dan berikutnya terjadi karena Mbak Tina yang memintaku, aku sudah menolaknya tapi dia mengancam akan memberitahukan kepada Bunda kalau selama ini aku dan Rein sering bercinta. Terpaksa aku meladeni nafsu Mbak Tina yang ternyata sangat besar itu. Tapi aku tidak ingin Rein tau akan hal itu.

Beberapa saat kemudian aku dan Rein tertidur sambil berpelukan.

.

.

.

.

MALAM HARINYA

------POV WINRY-----


Pintu mobil kutup pelan. Akhirnya kembali ke tempat dimana keberadaanku sudah tidak berarti lagi disini. Hanya ada Bi Tati yang menyambut kedatanganku ketika aku melewati pintu rumah. Senyumnya sudah cukup meringankan rasa lelah yang kurasakan setelah seharian menjalani hari pertama kegiatan Ospek di kampus. Bi Tati memberiku kunci kamar yang tadi pagi kuberikan padanya saat dia bersikeras untuk membantuku membersihkan kamarku yang terlihat seperti gudang yang berantakan.

“Makasih ya Bi’. maaf sudah merepotkan, pokoknya lain kali aku akan lebih rajin membersihkan kamarku sendiri ” Janjiku padanya.

Jangan segan-segan minta bantuan Bibi, neng Winry udah makan?”

“Sudah Bi’. Aku tadi makan dirumahnya Mira” jawabku. Tadi setelah dari kampus, Mira mengajakku ke rumahnya yang tak jauh dari kampus untuk bersama sama menyiapkan tugas kegiatan ospek besok. Mamanya Mira memasak-kan makanan untuk kami berdua. Mamanya Mira sangat baik kepadaku dan tak jarang memintaku untuk menginap di rumahnya.

Setelah itu aku naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarku. Pertama kali yang kurasakan saat masuk ke dalam kamar adalah aroma yang sangat harum, lantai kamarku juga bersih, komik dan novel yang sebelumnya tergeletak di mana-mana kini tertata rapi di rak. Tidak kulihat satupun pakaian dan jaket yang tadi tadi pagi tersebar di mana-mana. Kuhempaskan tubuhku yang kecil diatas tempat tidur, bahkan Bi Tati juga mengganti sprei dan bed cover tempat tidurku. Ahhhh, aku tidak pernah merasakan kamarku sebersih dan seharum ini. Seperti seorang cewek yang baru saja ditembak cowok idamannya, Aku senyum senyum sendiri sambil memeluk gulingku dan berguling-guling ke kanan kiri diatas tempat tidur. Terbayang kan betapa minimnya kebahagiaan di hidupku? sampai hal kecil seperti ini bisa membuatku begitu bahagia.

Hmmm? Aku melihat sesuatu diatas meja belajarku. Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan memeriksa sebuah amplop coklat besar disana. Kurogoh isi amplop itu dan aku mendapati sebuah buku tabungan sebuah Bank ternama dengan bertuliskan namaku dibalik covernya. Yang membuatku sangat terkejut adalah jumlah saldo terakhir yang tertulis di buku itu. Bahkan aku sampai menghitung jumlah angka yang tertulis di saldo terakhir untuk memastikan jika aku tidak salah membaca jumlahnya. Dan ternyata benar, uang ini sangat banyak. Bagaimana aku memiliki tabungan uang sebanyak ini? padahal aku tidak pernah menabung atau sekalipun membuka rekening Bank. Apa maksudnya? Siapa yang menaruhnya disini? Seingatku aku tidak pernah lupa mengunci kamarku saat aku tidak dirumah.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang membuat badanku merinding. Bi Tati. Dia pasti mempunyai jawaban atas kebingunganku, itu sebabnya tadi pagi dia memaksa untuk membersihkan kamarku. Aku harus bertanya kepadanya. Saat aku berbalik badan bermaksud untuk keluar kamar, Bi Tati sudah berdiri di dekat pintu kamarku. Dia mendekatiku.

“Itu dari mamanya Neng winry yang dititipkan ke Bibi’. Saat itu mamanya Neng Winry tidak bisa memberikannya langsung ke eneng karena eneng masih kecil. Mamanya eneng juga tidak memberikannya ke Bapak karena takut tidak akan pernah sampai ke eneng. Jadi Mamanya neng Winry meminta Bibi memberikan ke eneng saat eneng sudah besar dan mandiri, atau pada saat-saat seperti ini, dimana neng Winry tidak mendapat perhatian yang seharusnya dari Bapak. Sebenarnya itu adalah uang yang diberikan keluarga besarnya mamanya Neng Winry untuk biaya berobat mamanya Neng Winry sampai sembuh, tapi sama sekali tidak digunakan oleh mamanya Neng Winry dan memilih menyimpannya untuk masa depan Neng Winry”

Tak terasa air mataku menetes mendengar penjelasan Bibi, ternyata saat mama sedang berjuang melawan penyakitnya mama masih memikirkanku. Aku sangat tau kalau mama begitu menyayangiku, tapi setelah mendengar penjelasan Bibi, kasih sayang mama ternyata lebih besar dari yang kukira. Mama rela berkorban demi masa depanku. Mamaku adalah malaikat hidupku. Pengorbanan mama begitu besar untukku. Dengan uang sebanyak ini, aku bisa menjalani hidupku sendiri tanpa bergantung lagi dengan papa tiriku.

“Bibi yakin dan percaya kalau eneng akan menggunakkannya sebaik mungkin, karena Bibi tau kalau neng Winry tidak akan pernah mengecewakan mamanya Neng Winry.”

“Dengan ini, Aku bisa pergi dari sini Bi’“
ucapku masih dengan air mata menetes membasahi wajahku.

“Sebaiknya neng Winry pikirkan dulu matang-matang, tapi jika memang itu yang terbaik buat eneng, Bibi tidak akan menahan eneng untuk pergi, karena keluarga rumah ini dari dulu baik kepada Bibi’, tapi tidak kepada eneng”

“Makasih Bi”
ucapku lalu memeluknya.

Ternyata dunia ini masih baik kepadaku dengan memberikan sebuah kesempatan untukku. Kesempatan untuk menjalani hidup seperti yang kuinginkan. Jujur aku merasa sangat antusias dengan kesempatan ini, namun juga merasakan nervous diwaktu yang sama.

.

.

.

DUA HARI KEMUDIAN

-----MASIH POV WINRY----


Di pagi hari ini Aku sedang berdiri sendirian menunggu Mira di jalan setapak menuju Graha Geni, sebuah gedung tertinggi yang letaknya berada di tengah-tengah kampus. Ada juga yang menyebutnya dengan ‘Gedung G’, karena setiap gedung di kampus ini diberi simbol berdasarkan alfabet yang sangat berguna bagi kami mahasiswa baru agar tidak tersesat di kampus yang mendapat predikat universitas swasta terluas kedua di negeri ini.

Kami mahasiswa baru sempat diajak berkeliling kampus dan mengunjungi gedung itu. Saat itu aku merasakan perasaan aneh yang menyelinap pada diriku saat mendatagi gedung G. Aku merasakan hal buruk pernah terjadi atau akan akan terjadi di gedung itu. Padahal gedung ini masih terlihat baru, namun rasanya seperti gedung yang sudah tua yang terlihat menyeramkan. Atau hanya perasaanku saja karena teringat kejadian heboh setahun yang lalu tentang seorang cewek cantik yang merupakan mahasiswa baru di temukan tewas meloncat dari atas gedung itu tanpa sehelai pakaian menutupi tubuhnya. Entahlah, namun aku memang sering merasakan perasaan seperti ini, perasaan peka dan lebih sensitif terhadap hal-hal diluar kewajaran orang normal.

Saat sedang menunggu, aku teringat akan janjiku untuk mengirimkan sebuah foto. Kuraih ponsel di saku celanaku lalu aku mencari salah satu fotoku di galeri. Aku menemukan foto sesuai permintannya lalu kukirimkan melalui pesan.









Semalam dia memintaku untuk mengirim fotoku setahun yang lalu saat rambutku kubiarkan panjang. Katanya, dia merindukan rambut panjangku. Tak lama, aku melihat Mira dari kejauhan baru saja keluar dari mobil yang mengantarnya, aku bisa menebak kalau mamanya Mira yang mengantarnya karena mereka hanya tinggal berdua dirumah.



Mira yang melihatku berdiri didekat jalan masuk menuju Gedung G langsung menghampiriku. Cewek yang selalu terlihat ceria dengan tas yang penuh dengan coklat itu adalah satu-satunya sahabatku di Dunia ini, kami sudah berteman sejak duduk di bangku SMP dan tidak pernah terpisah sampai sekarang. Bahkan saat aku memutuskan untuk pindah sekolah saat kelas 10, Mira juga ikut pindah. Aku merasa cocok dan nyaman berteman dengan Mira, aku dan dia sudah saling mengerti dan menerima satu sama lain. Kami pernah berjanji untuk tidak menghancurkan jalinan persahabatan ini hanya karena seorang cowok. Selama ini sih aku dan Mira tidak pernah bertengkar hanya karena cowok. Semoga hal semacam itu tidak terjadi antara aku dan Mira.

Meskipun dia begitu menyukai coklat, tapi anehnya dia tidak pernah bermasalah dengan berat badan. Mira pernah berkata kalau dia bercita-cita ingin menjadi seorang model profesional. Dan salah satu alasan Mira memilih kuliah di kampus ini adalah karena disini terdapat UKM Modeling yang cukup terkenal mampu melahirkan bibit-bibit model yang berbakat.

“Mira-Chan, Ohayou !!” ucapku kepada Mira saat dia menghampiriku. Mendengar salamku, dia berhenti berjalan lalu mencubit hidungnya sendiri.

“Dasar Wibu bau bawang” ucapnya kepadaku. Aku hanya tersenyum mendengar cemoohannya.

“Mira !! tidak semua yang hobi baca manga dan nonton anime itu disebut Wibu.” Ucapku “Wibu lebih luas dari itu”

Sebenarnya Wibu adalah sebutan bagi orang-orang mempunyai obsesi yang berlebihan terhadap kebudayaan Jepang. Aku memang dari dulu suka baca manga dan menonton anime. Seorang cowok berhasil meracuniku dengan semua itu. Berawal dari dipaksa untuk menonton anime bersamanya, lama kelamaan aku menjadi suka dan sekarang jadi tergila-gila dengan kartun khas negeri jepang itu. Anime mengisi hari-hariku yang sepi dan membosankan. Bahkan hari-hari menjelang Ujian Nasional, aku tidak berhenti menonton anime, akibatnya aku lulus sekolah dengan nilai yang biasa-biasa saja. Seandainya mama masih ada, mama pasti marah besar melihat hasil ujianku.

Mira mendekatiku dan menatapku tajam.

“Hobi baca komik dan anime. CHECK. Sering bicara dengan bahasa Jepang. CHECK. Suka dengerin One OK Rock, CHECK. Punya kimono di lemari, CHECK. Foto Profil di twit**ter gambar kartun Jepang, CHECK . Bercita cita pindah ke Jepang. CHECK. FIX KAMU ITU WIBU AKUT” Ucap Mira dengan nada yang semakin meninggi, sampai ada beberapa maba lain yang sedang berjalan menuju gedung G melihat ke arah kami.

Aku sampai terkejut mendengar ucapan Mira yang tidak satupun ada yang salah dari list yang dia sebutkan tentangku. apakah aku sendiri tidak menyadari jika aku adalah seorang Wibu? Huaaaaaa.

“Kalau aku memang Wibu terus kenapa? salah? yang penting kan nggak berlebihan. Lalu apa bedanya sama kamu yang hobi dengerin K-Pop dan nonton drama korea sampai bikin kamu nangis dan baper berhari-hari? Huh?”

“Idih.. jangan sama samain drakor dengan anime yah, gak level. Anime gak ada apa apanya dibandingkan dengan dramanya oppa oppa ganteng. Ngidol kok sama karakter 2D.


“Daripada kamu, fanatik sama Cowok wajah plastik yang gayanya lembek kayak cewek” balasku

“Biarin !! yang penting cute” serunya sambil sedikit menjulurkan lidahnya.

“Udah ayo, acaranya udah mau dimulai” segera kuakhiri perdebatan antara anime vs drakor dengan Mira. Kegiatan ospek hari ketiga ini diawali dengan seminar dari beberapa sumber termasuk dari KPK dan BNN. Seluruh peserta ospek disuruh berkumpul di depan Gedung Graha Geni.

Wait, coba tebak” Ucap Mira menahanku sambil tersenyum menatapku.

“Apa?” tanyaku

Mira hanya melihat kebawah sambil merapikan lipatan kemeja putihnya. Aku masih tidak mengerti apa yang dia maksud.

“Apaan sih Mir? Kamu ditembak cowok??” Tanyaku. Selama Dua hari ospek, Mira sudah berhasil mendapatkan banyak teman baru, terutama cowok. Dan beberapa dari mereka adalah kakak kelas yang bertugas mengawal kegiatan ospek. Sedangkan aku, beberapa cowok yang juga maba lain sempat mendekatiku, mengajak ngobrol dan ingin kenal lebih jauh denganku, tapi aku pasif dengan mereka dan kebanyakan diam karena aku memang tidak terbiasa bergaul atau dekat dengan kenalan baru. Aku jamin mereka pasti tidak nyaman dan akward ketika ngobrol denganku karena aku tidak berusaha menggapi mereka karena aku tidak terbiasa berbasa basi, apalagi dengan orang yang baru pertama kukenal.

Mira kelihatan cemberut mendengar tebakanku, berarti tebakanku salah. Kemudian dia membusungkan dadanya. Astaga.

“Gila ! kamu gak pake… bra?”
tanyaku dengan menurunkan volume suaraku pada kata bra. Aku bisa melihat tonjolan ujung payudaranya mencuat di balik kemeja putihnya. Miranda mempunyai payudara yang tidak begitu besar, namun masih kelihatan bulat tidak seperti punyaku yang rata. Bagaimana aku bisa tau? Karena kami berdua sering tidur satu ranjang dan tak jarang berbagi kamar mandi bersama sambil curhat.

Aku kaget dan tak menyangka Mira nekat tidak memakai bra ke kampus.

“Kamu pengen semua cowok sekampus melihat tetekmu yang kecil itu, iya? Itu sama saja kamu mengundang para cowok untuk tidur denganmu” ucapku agak kesal atas tingkahnya yang nakal. Aku masih merendahkan volume suaraku hampir seperti berbisik-bisik padanya.

“Aku nggak semurah itu tau’.. dengerin ya Win, kita sebagai cewek itu berhak menentukan tidur dengan cowok yang kita inginkan,” ucapnya dengan cemberut, setelah aku memarahinya

“Tapi cowok tidur dengan cewek manapun tanpa perlu alasan” Seruku.

“ Ishh, kayak kamu pernah ngelakuinnya aja sih. Bahkan kamu belum pernah ciuman, ya kan?” Tanya dia meminta persetujuan atas kesimpulannya.

Mira memang selalu terbuka dan berbagi tentang apapun kepadaku, termasuk tentang asmara dan kehidupan pribadinya. Sebenarnya terlalu banyak yang dia ungkap kepadaku sampai dia menceritakan kalau pernah tidur atau bercinta dengan cowok termasuk dengan kak Adit, mantannya yang terakhir. Bahkan terkadang dia terlalu detail menceritakan apa yang dia lakukan bersama mantan-mantannya, yang selalu membuatku merinding. Aku tidak bisa seperti Mira yang begitu terbuka tentang hal-hal pribadi. Aku lebih mem-filter apa yang harus aku ceritakan atau aku bagikan kepada orang lain termasuk kepada Mira sahabatku. Tapi pertanyaan Mira seketika membawaku kembali mengingat hari itu.

.

.

.






FLASHBACK



"kamu masih marah? ” tanya dia "kamu boleh percaya dengan apa yang kamu lihat minggu lalu, tapi aku ingin kamu percaya dengan apa yang kamu yakini selama ini, bahwa Aku hanya milikmu sayang, hatiku ini seluruhnya milikmu dan hanya untukmu. ”

Kembali kutatap wajahnya. Senyum diwajahnya kulihat semakin lebar. Kemudian dia mengusap rambut diatas kepalaku.

Wajahnya yang sudah dekat kini semakin mendekat. Seketika jantungku berdetak kencang, apalagi kini dia memiringkan wajahnya sambil tetap menatapku. Dia akan menciumku? Di tempat seperti ini? Gawattt. Meskipun ini bukan pertama kalinya kami saling mempertemukan bibir kami, tetapi kami tidak pernah melakukannya di pinggir jalan umum seperti ini. Tapi aku tidak bisa menolaknya, aku hanya diam terpaku menantikan apa yang akan dia lakukan kepadaku.

Saat wajahnya sudah semakin dekat, kututup mataku. Perlahan aku merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Dia pasti juga merasakan hembusan nafasku yang memburu di wajahnya. Aku semakin kacau dan bergetar menantikan tiap detik waktu berputar. Tetapi saat beberapa detik waktu berlalu aku tidak merasakan apa-apa. Aku tidak merasakan bibirnya yang lembut di bibirku. Perlahan kubuka mataku.

Kulihat dia sudah menjauhkan wajahnya dan tersenyum menatapku.

“Kamu sungguh mau melakukannya? di sini? Ckckck amazing, kamu benar benar cinta sejatiku ” Ucapnya kemudian dia tertawa sangat puas setelah berhasil mengerjaiku. Aku sangat terkejut, dia pasti bisa melihat wajahku memerah.

“SENNNNNIIIIIIIIOOORRRRRRRRRR”

Dia masih tertawa puas sambil menatapku. Aku sangat kesal dan malu kepadanya, pasti dia tadi melihat ekpresiku yang terlihat seperti sedang mengharapkan ciuman darinya. Ohh tidak… aahhhhhhh, membayangkan hal itu membuatku semakin kesal dan memasang muka cemberut dihadapannya. Gemas sekali rasanya, kenapa sih dia selalu menggodaku? Menyebalkan.

TINN! TINN! TIIINNNNN
!

Suara klakson mobil mengagetkan kami berdua. Entah kenapa saat itu aku tiba-tiba memegang tangannya begitu erat. Dia menatapku lagi.

"Jangan pergi Senior!! ." ucapku

.

.

.

AKHIR DARI FLASHBACK






TINN! TINN! TIIINNNNN!

Suara klakson mobil membuyarkan lamunanku, aku dan Mira reflek berpindah posisi agak ke pinggir. Sebuah mobil besar berwarna putih bertuliskan RANGE ROVER di bagian depannya melintasi kami menuju ke arah Gedung G. Kemudian aku dan Mira berjalan ke arah yang sama dituju mobil itu, ke arah Graha Geni yang gedungnya sudah terlihat dari kejauhan.

“Kamu lihat berita pagi tadi? Serem yah.. sampai jadi trending nomor satu di twit**ter” Tanya Mira kepadaku.

“Ya, banyak orang yang terkena dampaknya” balasku. Mungkin Ayah tiriku juga terkena dampak dari serangan itu, tadi sebelum berangkat dia kelihatan sangat syok, mondar mandir di dalam rumah sambil bicara melalui telepon genggamnya.

Aku dan Mira sudah berada di halaman Gedung G yang biasa digunakan untuk parkir mobil. Tenda raksasa yang sangat besar sudah berdiri kokoh hampir menutupi luasnya halaman gedung. Kemudian Aku dan Mira mencari segera mencari tempat duduk yang kosong di bawah tenda yang memang khusus disediakan untuk mahasiswa baru yang jumlahnya lebih dari seribu mahasiswa. Harusnya acara hari ketiga ospek sudah dimulai tujuh menit yang lalu, namun panitia masih sibuk mempersiapkan panggung dan mengatur tempat duduk para dosen, Rektor dan Dekan yang berada di samping panggung. Di samping panggung yang lain adalah tempat duduk untuk panitia ospek yang terdiri dari BEM, HIMA dan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang lain.

Beberapa menit kemudian akhirnya acara pun di mulai dengan mendengar sambutan dari rektor. Para mahasiswa baru, mahasiswa tingkat atas, dosen sudah duduk di tempatnya masing-masing. Ada yang serius mendengarkan nasehat dari rektor untuk para mahasiswa baru, ada juga yang cuek dan asik berbicara dengan yang lain. Saat sedang mendengarkan Rektor berbicara, Tiba-tiba Mira menyenggol lenganku dengan lengannya.

“Apa?” tanyaku

“Tuh !! seniormu” Ucap Mira sambil menunjuk ke arah tempat duduk para kakak kelas.

Kak Rega. Aku melihatnya di baris kedua tempat duduk para kakak kelas. Posisi tempat dudukku dan Mira dengan Kak Rega tidak terlalu jauh, jadi aku bisa melihatnya dengan jelas. Sebenarnya sudah lama aku dan Mira mengetahui kalau dia kuliah di kampus ini. Sejak hari pertama Ospek, aku dan Mira mengetahui kalau Kak rega menjadi salah satu mahasiswa yang bertugas mengawal kegiatan ospek. Nama dan foto Kak Rega ada di dalam list panitia ospek yang tercantum di buku panduan kegiatanospek yang dibagikan kepada semua mahasiswa baru.

“Mungkinkah dia pacaran dengan Kak Luna? Kak Luna emang cantik banget sih, aku aja cewek suka banget lihat muka cantiknya”

Cewek cantik bernama Luna yang dikatakan Mira itu sedang menyandarkan kepalanya di pundak Kak Rega. Semua mahasiswa baru sudah mengenal Kak Luna sejak hari pertama ospek. Wajah cantiknya selalu mengiringi kegiatan kami sejak hari senin. Namun aku tidak terlalu mempedulikan kedekatannya dengan kak Rega, karena aku sedang fokus memandang mata Kak Rega. Mata itu lagi, Sejak pertama kali mengenalnya saat masih sekolah dulu, aku tidak bisa berhenti untuk memandang matanya. Memandang matanya rasanya seperti melihat langit malam yang penuh dengan bintang, begitu indah. Terkadang, saat dia menatapku, aku melihat indahnya langit saat sunrise, sangat menyejukkan. Memang begitu banyak yang bisa dikatakan oleh sebuah tatapan mata. Namun setelah yang sudah kami lalui bersama selama sekolah dulu, nyatanya aku belum begitu mengenalnya.

“Beda banget ya Kak Rega, sekarang dia keliatan lebih bahagia. Mungkin dia sudah move on sama Kak Luna.. Inget kan saat terakhir kali bertemu dengannya di acara Reuni itu? dia datang dalam keadaan setengah mabuk dan berantakan, tapi yang paling aku ingat itu apa yang dilakukan Kak Manda padanya,, nyeremin, sampai masuk rumah sakit loh dia” Ucap Mira lagi.

Kak Rega memang sekarang lebih kelihatan bahagia daripada sebelumnya. Tawanya terlihat begitu lepas saat dia bercanda dengan teman-temannya termasuk dengan Kak Luna. Sejak tadi aku melihat Kak Rega saling bertatap muka agak lama dengan cewek cantik itu sambil tersenyum. Mungkin benar kata Mira, dia sudah move on.

“Aku nggak nyangka, sampai segitunya kak Rega kehilangan Kak AL. Sampai mabuk mabukan untuk menghilangkan kesedihannya” Ucap Mira.

“Kesedihan atau penyesalan?” ucapku pada Mira.

Hmm?” Mira heran dengan ucapanku.

Aku masih ingat ketika kami tersesat di hutan ketika study tour. Saat itu dengan kedua mataku sendiri aku melihat Kak Rega bercumbu di tengah hutan bersama Kak Ressa, padahal saat itu dia sedang menjalin kasih dengan Kak Alexa. Bahkan sehari sebelumnya, aku melihat dia pergi berdua bersama Guru PPL, dan tidak melihat mereka lagi sampai keesokan harinya. Ada yang bilang kalau saat itu kak Rega menginap di kamarnya guru PPL itu. Jika memang Kak Rega mencintai kak AL, kenapa dia begitu mudah bercumbu dengan cewek lain? Padahal Kak Alexa itu cantik banget. Hmmm terkadang Aku memang tidak begitu mengerti cara berpikir seorang cowok. Mereka begitu mudah mengkhianati kesucian cinta dan selingkuh dari pasangannya hanya karena tidak bisa menahan gairah seksualnya atau godaan seksual dari cewek cewek disekitarnya. Walaupun tidak semua cowok seperti itu sih. Mungkin karena hal itu juga Kak rega merasakan penyesalan yang begitu dalam setelah kepergian Kak AL. Atau karena hal lain.

“Menyesal karena tidak bisa menyelamatkan kak AL” ucapku pada Mira.

“Iya juga sih.. Kebayang gak sih rasanya ?? seorang yang kamu cintai meninggal di pelukanmu, dan kamu tidak bisa berbuat apa2.. hmm, kasian banget kak Rega, dia pasti teringat kejadian itu seumur hidupnya” ucap Mira.

“eh Win,, sorry,, sorry aku tidak bermaksud” Ucap Mira merasa bersalah, sambil menatapku.

“Iya gapapa kok Mir“ balasku



“..STOP MELIHAT DADAKU..”


Aku, Mira dan semua orang sangat kaget mendengar suara yang sangat keras itu.

.

.

.

.

BEBERAPA SAAT YANG LALU

----POV REGA----


Sial. Kenapa jadi dag dig dug gini yah. Bukan karena aku sakit atau belum makan, bukan juga karena aku kecapek’an semalaman bercinta dengan kakakku yang seksi itu. Tapi jantungku berdebar karena cewek secantik Luna sedang menyandarkan kepalanya di pundakku.

Aku heran, kenapa Luna memilih duduk bersama aku dan Dicky dibandingkan dengan teman-temannya yang selalu bersama dia setiap berada di kampus. Malahan dia tidak ragu menyadarkan kepalanya di pundakku. Dia yang menyadarkan kepalanya tapi kenapa aku yang merasakan nyaman ya? Haha. Gila, bahkan daritadi Dicky yang duduk di depanku tak henti hentinya melirik ke arah aku dan Luna yang terlihat seperti sedang bermesra mesraan. Dan tidak hanya Dicky, mahasiswa lain juga pasti melirik ke arah kami. Termasuk semua cowok yang ngefans dengan Luna. Gawat, bisa dikeroyok orang banyak kalau gini terus. Padahal kukira kedekatanku dengan Luna hanya sebatas di pulau Dewata.

“capek ya Ga? Maaf jadi keterusan, habisnya pundakmu nyaman banget sih,” Ucap Luna, kemudian bibirnya tersenyum manis banget kayak permen yang pasti enak untuk diemut. Astaga, mikir apaan sih aku pagi ini?



“ehh, gapapa kok Lun, lanjutin aja kalau kamu mau” ucapku padanya

“Kalau aku ketiduran dipundakmu gimana?” tanya dia dengan manja.

“Lantai 9 kosong tuh, enak kali tidur berdua disana, anget” celoteh Dicky dari depan. Langsung kudorong kursinya dari belakang. Mulutnya gak bisa dikondosikan tuh anak. Aku sampai malu dengan Luna. Lantai 9 gedung G ini memang terkenal tempatnya para mahasiswa mengadu kasih bahkan sampai mengadu kelamin. Tidak hanya di lantai 9 gedung G, banyak tempat di kampus ini yang digunakan sebagai tempat mesum. Untungnya Luna tidak marah mendengar ucapan Dicky, dia hanya tersenyum tapi menatapku tajam. Kira-kira apa yang ada dipikarannya? Ahh sialan Dicky, semoga Luna tidak berpikiran macam-macam. Tiba-tiba ada pesan masuk di handphoneku. Hmm Bu Fiona?




Hari senin aku tunggu di ruang Dosen




Aku disuruh menemui Bu Fiona, Dosen Waliku. Ini pasti karena nilai IPK ku yang menurun drastis. Pfttt. Segera kubalas pesan dosen cantik itu.

“Daritadi aku tidak melihat Beni?” tanyaku sambil melihat sekeliling. Aku hanya melihat temab-teman yang selalu terlihat bersamanya.

“kamu tidak melihat berita di TV atau twit**ter?” tanya Luna.

“Berita? Apa?” tanyaku

“Mana pernah dia update berita, update bokep terbaru , hmmm sering.” Ucap Dicky. Langsung kudorong lagi dari belakang kursinya. Kali ini agak keras, sumpah kesel banget sama Dicky. Padahal disebelahku sedang ada Luna, masih aja dia bercanda yang tidak-tidak.

“Semalem UNI-BANK diserang” Ucap Luna.

UNI-BANK adalah salah satu Bank Multinasional asal Inggris yang mempunyai cabang di negeri ini. Bank tersebut cukup populer disini dengan produk unggulannya yaitu pinjaman atau kredit dengan bunga rendah. Hal tersebut membuat Uni-Bank mampu disejajarkan dengan Bank-Bank lokal lainnya.

“Diserang? Maksudnya perampokan?” Tanyaku.

“Lebih parah dari itu, UNI-BANK diserang oleh Hacker yang membuat hilangnya data finansial semua Nasabah, akibatnya semua uang nasabah lenyap” Jelas Luna kepadaku.

Astaga, serius? Gila,, pantesan tadi waktu berangkat kesini jalanan sepi, toko-toko juga pada tutup tidak seperti biasanya” Ucapku begitu kaget. Aku langsung mengambil handphoneku untuk mencari berita tersebut.

“Lebih gilanya lagi, Serangan itu terjadi secara masif. Tidak hanya terjadi di negara ini, tapi juga di negara-negara cabangnya. Lu bayangin bro, bangun tidur ngelihat isi rekening ditabunganmu itu tiba-tiba nol? Untung gua gak nyimpen uang di Uni-Bank” Ucap Dicky “Kalian bagaimana?”

“Ayahku punya deposito disana, tapi jumlahnya tidak mengkhawatirkan”
Ucap Luna. Semua orang tau kalau Luna berasal dari keluarga yang tajir. Mungkin kehilangan sedikit deposito tidak begitu berarti bagi keluarganya.

“Seingatku keluargaku juga tidak pernah menyimpan uang disana” Ucapku “Apakah serangan ini tidak bisa diperbaiki?”

“semoga saja bisa segera diperbaiki, kasihan orang-orang yang sudah susah susah menabung uang namun lenyap begitu saja”
Ucap Luna.

“Bukankah Negara ini punya lembaga yang menjamin simpanan nasabah? Mereka pasti membantu kan?” Tanyaku. Dicky tampak kebingungan dengan pertanyaanku.

“ aku terkejut kamu tau tentang itu ” Ucap Luna “Ya. Kita punya Lembaga Penjamin Simpanan yang menjamin simpanan uang nasabah di Bank. Tapi ada nilai maksimal yang dijamin mereka untuk tiap nasabahnya. Menjamin uang seluruh nasabah yang hilang? umm pasti bakalan panjang prosesnya dan sangat lama, apalagi Uni-Bank adalah Bank Luar negeri, aku juga belum tau mereka terdaftar di LPS atau tidak”

“tapi ada hikmahnya bro, akibat serangan itu sistem kartu kredit bank itu mengalami gangguan, sepertinya data pinjaman atau kredit nasabah juga ikut lenyap. Seakan mereka tidak punya hutang lagi. Gokil kan? Pasti mereka yang punya hutang banyak berharap data Bank itu lenyap selamanya. hahaha”
Dicky menanggapi dari depan.

“Uhmm ini bakalan merembet ke mana-mana” Ucap Luna serius“ semoga hal ini tidak terjadi, tetapi Akibat kejadian ini pasti tingkat kepercayaan Masyarakat terhadap Bank bakalan menurun. Bank yang seharusnya tempat paling aman untuk menyimpan uang tidak bisa lagi diandalkan, bahkan bisa merugikan nasabah. Coba kalian bayangkan, Orang-orang yang menyimpan uangnya di Bank lain akan menarik semua uang mereka karena takut serangan itu juga terjadi pada Bank tempat mereka menyimpan uang. Dan Bank lain juga bakalan lebih giat menagih kredit macet para nasabahnya. Jika semua itu terjadi, Industri perbankan bakal mengalami fase kebangkrutan seperti yang terjadi ada tahun 97-98. Dan yang selanjutnya terjadi adalahFinancial Disaster

Aku dan Dicky saling berpandangan setelah mendengar penjelasan dari Luna. Begitu luasnya dampak yang bisa ditimbulkan sampai bisa menimbukkan krisis keuangan?, badanku merinding saat membayangkannya. Selain mempesona, Luna memang cerdas dan otaknya sangat encer. Tidak seperti aku dan Dicky. Aku selalu kagum dengan cewek yang pintar dengan pengetahuan yang luas, seperti Alexa.

“Hahaha, kenapa kalian jadi bengong gitu sih? Aku kan bilang semoga tidak terjadi. Tapi jika benar-benar terjadi, sebagai anak ekonomi, tugas berat sudah menanti didepan kita” ucap Luna. Dicky langsung terlihat lemas.

“Pasti semua dosen bakalan ngasih tugas makalah tentang kejadian ini” Ucap Dicky

“lalu apa hubungannya dengan Beni?” tanyaku.

“Lu kan pernah ikut ke rumahnya Beni? Kok gak tau sih? Ah elu sih, Pasti gara-gara Kebanyakan gaul dengan AL”

Eh? Sial. Padahal dia sudah aku peringatkan untuk tidak menyebut namanya lagi. Luna langsung menatapku serius setelah mendengar ucapan Dicky.

“Orang tuanya Beni itu pemilik Perusahaan Keamanan Cyber yang jasanya disewa oleh Uni-Bank. Bayangin betapa buruknya saat perusahaan keamanan cyber tidak bisa menangkal serangan hacker. Bakalan pusing banget tuh orang tuanya Beni dimintai pertanggung jawaban.”

“Bener bener hacker yang sangat berbahaya sampai bisa menembus keamanan sebuah bank dan melakukan serangan yang sangat sangat merusak”
ucapku.

“Lebih hebatnya lagi mereka tidak banyak meninggalkan jejak kejahatan mereka, bahkan mereka tidak menyebutkan motif kenapa melakukan serangan semalam. mereka hanya menyebut serangan ini dengan ‘Shutdown!’ Ucap Luna.

“Tim Cyber Crime pasti sedang lembur sekarang menyelidiki kasus ini, sibuk memperbaiki kerusakan dan sibuk mencari mencari pelakunya, kira-kira siapa ya pelakunya?” Ucap Dicky.

…. ANGELA NAFANDRA Terdengar Suara MC acara kegiatan ospek diatas panggung menyebut nama seseorang, kemudian semua orang bertepuk tangan setelah mendengar nama itu disebut. Aku masih belum tau kenapa semua orang bertepuk tangan.

“Angela ? siapa?” tanyaku.

“itu yang duduk dibelakang” Ucap Dicky “Dia anak teknik satu angkatan dengan kita, dia akan mendapatkan penghargaan sekaligus menjadi contoh sempurna bagi mahasiswa baru karena berturut turut selama dua semester mendapat nilai IP sempurna.” Jelas Dicky kepadaku.

Dua semester berturut turut mendapat nilai 4? Gilakkkk. Pinter banget tuh anak. Aku langsung menoleh ke belakang setelah mendengar penjelasan dari Dicky. Aku melihat satu satunya mahasiswa yang duduk sambil memejamkan matanya di deretan kursi paling belakang.



“Cewek yang sedang tidur itu?” tanyaku.

“ya, dia juga selalu seperti itu di dalam kelas. Semester kemarin gw sekelas sama dia di matkul Bahasa. Pasti karena dia selalu giat belajar tiap malam sampai dia mengantuk saat di kelas. Cantik kan bro? Teteknya juga gede. ” Jelas Dicky kepadaku.

Benar yang dikatakan Dicky. Cewek itu mempunya ukuran payudara yang besar seperti Rein. Atau bahkan mungkin lebih besar daripada Rein.

Iya, gede banget” ucapku mengagumi besarnya kedua bulatan payudara cewek itu yang tercetak dibajunya yang ketat.

“Rega !! mulutnya” Seru Luna.

“eh, enggak, sorry” Sial. Akibat terlalu asik memandang payudara cewek itu, sampai lupa kalau aku sedang bersama Luna. Dia langsung menatapku tajam.

ANGELA?” Pembawa acara diatas panggung masih berusaha memanggil cewek itu, namun cewek itu masih tertidur pulas. Hingga akhirnya seseorang membangunkannya. Dengan lucunya, dia berusaha membuka matanya lalu melihat sekeliling.

Dia pun berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju panggung. Semua orang yang ada disini pasti sedang memandang tubuhnya yang tinggi dan langsing. Kedua payudaranya yang besar menambahkan kesan seksi pada dirinya.

“Satu-satunya mahasiswa yang membawa ROVER ke kampus. Lu tau rumah mewah di pusat kota kan? Denger-denger dia tinggal disana, tajir banget keluarganya.” Ucap Dicky.

Semua orang di kota ini pasti tau dengan rumah besar di pusat kota itu. Jadi dia tinggal di istana itu? dan dia ternyata pemilik mobil mewah yang sering kulihat mondar mandir di dalam kampus. Benar-benar anak konglomerat, aku jadi penasaran seperti apa pekerjaan orang tuanya.

Di atas panggung, cewek yang bernama Angela itu menerima sebuah plakat yang dibawah oleh Rektor sebagai penghargaan karena telah mendapatkan nilai sempurna berturut-turut. Suara tepuk tangan bergemuruh setelah dia menerima plakat itu. Tapi dengan tingkat kecerdasan diatas rata-rata kenapa dia malah kuliah di universitas swasta ya? aneh. Kemudian dia dipersilahkan oleh pembawa acara untuk membagi tips kepada para mahasiswa baru agar bisa mendapat nilai bagus seperti dirinya.

Dengan mic ditangannya, dia memandang lebih dari seribu mahasiswa baru didepannya. Semua mata sedang tertuju padanya, menantikan apa yang akan dia katakan. Namun aku masih belum bisa beranjak dari memandang payudaranya yang besar, apalagi saat ini aku melihatnya dari samping tubuhnya. Bulatan payudara cewek itu terlihat sangat jelas besarnya. Mungkin tidak hanya aku, semua cowok normal pasti sedang melihat pemandangan yang sama denganku.

“Jika kalian ingin mendapatkan Indeks Prestasi yang bagus, mulai sekarang lihatlah buku kalian masing-masing. STOP MELIHAT DADAKU...” Ucapnya dengan nada meninggi pada kalimat terakhir. Kemudian dia menyerahkan mic itu begitu saja kepada pembawa acara lalu turun dari panggung. Aku begitu kaget sampai melongo dengan apa yang dia ucapkan. Tidak hanya aku, semua pasti terkejut dengan ucapannya, termasuk para dosen.

“Ya memang seperti itulah Angel. Cantik tapi terkenal jutek, mirip kakakmu bro. Itu sebabnya dia tidak punya teman di kampus. Dia selalu sendirian. Bagaimana kita bisa berhenti melihat teteknya, jika teteknya itu terlihat begitu jelas bentuknya bagai gambar 3D, ya kan? Apalagi saat teteknya itu ikut bergerak saat dia berjalan, nyaman banget ngelihatnya. hahaha ” Ucap Dicky, aku masih melihat Angel yang sedang berjalan meninggalkan tempat ini.

“Tidak semua cewek suka dengan pandangan mata cowok pada tubuhnya, hal itu akan semakin membuatnya tidak nyaman. kalian harus tahu itu” Ucap Luna disebelahku.

“bagaimana denganmu?” Tanyaku kepadanya. Luna tersenyum sambil menatapku.

“Bukankah itu yang daritadi kamu lakukan? Jika aku merasa tidak nyaman, aku sudah pergi dari sini sejak pandanganmu yang pertama” Ucapnya. Damn, Luna benar-benar membuatku penasaran. Aku masih tidak mengerti apa maksud dengan kedekatannya denganku akhir-akhir ini. Benarkah dia punya perasaan kepadaku? Tidak, tidak mungkin. Tapi jika memang seperti itu, apakah Luna adalah cewek yang tepat bagiku untuk belajar mencintai lagi? Entahlah, bagaimana menurut kalian?

.

.

.

MALAM HARINYA

----POV WINRY----


Hari sudah malam saat aku pulang ke rumah. Setelah seharian mengikuti hari terkahir kegiatan Ospek yang begitu padat dan melelahkan. Berbagai seminar dan kegiatan yang dicetuskan oleh para kakak kelas yang menurutku sangat nggak penting banget bagi mahasiswa baru. Ada jeda waktu sampai dengan hari senin sebelum perkuliahan dimulai. Akan kugunakan waktu beberapa hari itu untuk mencari tempat tinggal atau tempat kos yang bisa kutinggali, Mira akan membantuku. Dengan uang dari Mama, aku sudah bertekad untuk hidup mandiri tidak bergantung lagi dengan keluarga ini. Aku pasti bisa melakukannya, toh dari dulu aku juga sudah sendiri di Dunia ini. Aku akan berjuang menjalani hidupku sendiri sesuai dengan apa yang kuinginkan.

Sebenarnya setelah aku menceritakan rencanaku untuk mencari tempat kos kepada Mira, dia memaksaku untuk tinggal di rumahnya. Dia sampai meminta bantuan mamanya untuk membujukku tinggal bersamanya. Namun aku berhasil meyakinkannya untuk membiarkan aku mencobanya terlebih dahulu, dan berjanji untuk tinggal bersamanya jika aku gagal dalam proses menjalani hidup mandiri. Dan akhirnya dengan berat hati dia merelakanku.

Setelah itu aku bergegas mandi, tubuhku yang letih membutuhkan penyegaran. Selesai mandi aku ambil novel berjudul Deception Point di rak. Kemudian aku beranjak ke atas tempat tidur dan memposisikan tubuhku senyaman mungkin dengan duduk bersandar di kepala ranjang, menarik selimut panjang menutupi sebagian besar tubuhku kemudian melanjutkan membaca novel karya Dan Brown ini.

Beberapa menit membolak balikan lembar demi lembar halaman novel tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Aku begitu kaget saat pintu itu terbuka. Astaga aku lupa mengunci pintu kamarku lagi, pikirku. Kukira Bi Tati yang masuk, tapi aku salah. Ternyata Dion yang merupakan kakak tiriku yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ataupun memberi peringatan kalau dia akan masuk. Aku sedikit kesal dengannya, bagaimana jika dia masuk saat aku sedang ganti pakaian?.

Kalau boleh jujur aku tidak begitu dekat dengannya. Dia juga tidak begitu dekat dengan Mama, walaupun mama tetap berusaha baik kepadanya. Aku berpikir kalau sebenarnya dia tidak setuju papanya menikah dengan mamaku.

“What?” Tanyaku padanya saat dia duduk di tepian ranjang di sebelahku. Aku tidak perlu berbasa basi denganya atau tanya baik-baik maksud kedatangannya. Karena dia juga tidak ada itikad baik masuk ke dalam kamar seorang cewek. Dia masih diam sambil menatapku.

Tanpa menjelaskan maksud kedatangannya, tiba-tiba dia mengusap rambutku dengan tangannya. Aku yang tidak nyaman dengan apa yang dia lakukan langsung menepis tanganya itu.

“Apa-apaan sih?” bentakku padanya. Sekilas aku merasakan aroma alkohol saat tangannya mengusap rambutku.

Kemudian dia membuatku terkejut dan begitu ketakutan saat tiba-tiba dia membekap mulutku dengan tangannya yang besar itu. Lalu dengan cepat dia naik ke atas ranjang dan merangkak di atas tubuhku kemudian menindihku. Aku meronta, aku berusaha mendorong tubuhnya tapi tanganku yang kecil tidak akan bisa mendorong tubuhnya yang lebih besar dari tubuhku.

Tangannya yang lain mulai mengusap dan menekan payudaraku lalu tangannya itu menyusup melalui bagian bawah kaosku. Aku bisa merasakan telapak tangannya mengusap kulit perutku lalu disana tangannya menyentuh dan meremas dengan kuat bra yang menutupi payudaraku. Aku semakin ketakutan dengan semua yang dia lakukan, aku tidak bisa meronta ataupun berteriak meminta pertolongan.

BERSAMBUNG

Judul Chapter berikutnya ada di PageOne ya :matabelo:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mankasih ssdh up disela2 RL yg padat. Jd kejadian di keluarga Winry yg membuatnya pergi ke Jepang ya. Ditunggu nih detail lanjutnya:beer::beer::beer::beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd