Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Reality ACT II

Part 12: Janganlah Saling Jatuh Cinta

IMG-20160117-210451.jpg


TINN!!! TINN!!! TINN!!!

TINN!!! TINN!!! TINN!!!

Suara klakson yang terdengar saling bersahutan bukan diakibatkan oleh kemacetan. Jalanan saat ini bisa dibilang agak lenggang. Lalu kenapa suara klakson masih terdengar?
Itu karena orang-orang yang membunyikannya,... Bagaimana mengatakannya ya agar terdengar lebih sopan? Bodoh. Ya, aku tidak bisa menemukan kata lain selain itu. Kata yang lebih parah? Banyak.
Kenapa aku mengatakan kalau orang-orang yang membunyikan klakson mereka saat ini adalah orang yang bodoh? Itu karena,...
Mungkin kita coba tanya kepada gadis yang sedang kubonceng dibelakangku saat ini saja ya.

"Gre" panggilku.

"Ya, kak?" balas Gracia. "Kenapa? Kangen aku ya" tuduhnya tiba-tiba.

"Gue mau tanya,..."

"Tanya apa?"

"Emang klakson itu fungsinya buat ngerubah lampu merah jadi lampu hijau ya?" tanyaku.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Gracia malah memberikan cubitan kecil pada pinggangku.

"Aawww... Sakit, Gre"

Hal itu diiringi dengan banyak tatapan sinis dari pengendara yang lain.

Bodo amat!, batinku.

Nah, sekarang kalian sudah tahu kan alasanku mengatakan kalau orang-orang itu adalah orang bodoh.
Karena mereka melakukan tindakan sia-sia. Apa salahnya mencoba untuk bersabar selama beberapa menit?
Kenapa harus buru-buru? Tidak sabaran seperti itu? Sebanyak apapun kalian membunyikan klakson, kalau memang belum waktunya untuk berubah menjadi hijau, kendaraan didepan kalian tidak akan maju.

Kalau aku boleh memberi saran, sebenarnya ada dua cara untuk mengubah lampu merah.
Yang pertama, coba dibuat marah.
Mungkin nanti akan berubah jadi hijau.
Hulk kalau marah jadi hijau bukan.

Cara yang kedua, coba diberi obat tetes mata.
Supaya tidak merah lagi kan.

Dicoba dulu saja dua cara tadi, dijamin...
Berhasil? Ya enggak lah.
Dijamin dikira orang gila. Hehehe.

Selain tidak sabaran, mereka juga suka seenaknya mengambil hak orang lain. Terutama hak pejalan kaki.
Ada yang motornya dinaikkan ke trotoar lah, maju sampai melewati batas zebra cross lah.
Ada-ada saja kelakuannya memang.

"Woi, mas" sapa sebuah suara dari arah sebelah kanan.

Aku menoleh ke sumber suara. Dan ternyata dia adalah,...

"Oh, jadi sekarang pacaran sama mbak yang ini ya?" tanya si abang Gojek yang ternyata muncul lagi di season 2 ini.

Abang Gojek idola kalian semua.
Siapa?
Bastian Oscar Yunior alias BOY.
Boleh mulai dinyalakan lagi obornya, kita bakar sama-sama orang ini.

Kenapa pake muncul lagi sih?, batinku.

Tanpa memperdulikan ucapannya, aku kembali mengarahkan pandanganku kedepan menunggu lampu menjadi hijau dengan sabar.

"Mbak, kok bisa akhirnya situ yang menangin hati mas-nya?" tanya si abang Gojek pada Gracia.

Seperti diriku, Gracia juga tidak memperdulikan semua ucapan dari si abang Gojek.

"Udah, bang. Perhatiin lampunya aja, nanti kalo jadi hijau malah gak tau" omel ibu-ibu yang sedang dibonceng si abang Gojek. Penumpangnya mungkin.

"Tenang, bu. Saya ini sigap, nanti begitu lampu hijau, langsung saya gas" jawab si abang Gojek.

"Awas ya" ancam si ibu-ibu.

"Oooooohhhhhh,....... Mbak yang waktu itu tiba-tiba meluk mas-nya ya?" kata si abang Gojek tiba-tiba.

Tetap tanpa memperdulikan si abang Gojek, Gracia diam tidak menjawabnya. Bahkan aku bisa merasakan dari punggungku yang menjadi sandaran kepala Gracia kalau dia sedang mengubah posisi kepalanya yang sebelumnya menghadap ke kanan menjadi menghadap ke kiri.

Tidak lama kemudian, saat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau, aku langsung melajukan motorku. Tapi sepertinya si abang Gojek tadi tidak ikut melaju.
Saat kulihat dari spion, ternyata dia malah sibuk menstarter motornya yang sepertinya mogok. Tindakannya itu tentu diiringi dengan omelan dari ibu-ibu penumpang yang sedang diboncengnya itu.

Bodo amatlah.
.
.
.
.
.
Jalanan sehabis hujan memang terkadang menyebabkan terbentuknya genangan-genangan air akibat jalan yang tidak rata. Hal itu menimbulkan satu ide muncul dikepalaku.

"Siap-siap, Gre"

"Hah?"

"Pegangan yang kenceng!"

Aku menambah kecepatan motor dan,...

"Jurus Phoenix!!" teriakku saat melewati genangan air bekas hujan tadi.

"Apa'an sih kak!!" protes Gracia setengah berteriak. "Kayak anak kecil aja main becekan!"

"Seru tau, cipratan air di kanan kiri tadi kayak sayap phoenix kan" jelasku.

"Ooohh...."

Ya, meskipun tidak ada burung phoenix yang berasal dari air sih. Tapi tetap saja seru melakukannya. Cobain deh, cobain.
Tapi sebelum melakukannya, kalian harus memperhatikan keadaan sekitar terlebih dahulu. Apakah ada pengendara lain disamping kalian atau tidak, jika kalian melakukannya tanpa lihat-lihat terlebih dahulu, nanti bisa mengakibatkan keributan jika sampai mereka terkena cipratan.

"Phoenix itu apa kak?" tanya Gracia tiba-tiba.

Kirain tadi jawab 'Ooohh....' itu ngerti, batinku.

"Phoenix itu sejenis burung, hewan mitos lah intinya" jawabku. "Sama kayak unicorn, pegasus, naga, kraken, loch ness, cerberus"

Aduh!! Gue pake nyebutin kraken, loch ness, sama cerberus lagi. Belum tentu Gracia ngerti, batinku.

"Ooohh...."

Awas gak ngerti lagi ya, batinku.

"Tapi kenapa phoenix, kak? Kan ada banyak burung yang lain. Elang, rajawali, garuda" tanya Gracia lagi.

"Ya gapapa, keren aja kalo phoenix" jawabku.

"Hmm,... Kak Ads!!" panggil Gracia tiba-tiba.

"Ya" jawabku.

"Nanti... kalo ada becekan lagi gitu lagi ya, jadi phoenix lagi!" pintanya.

"Hah?!! Iya, iya"

Malah nagih nih anak, batinku.

"Kak kak!! Itu ada lagi! Ayo!!" ajak Gracia sambil menunjuk genangan air beberapa meter didepan kami.

"Siap-siap ya!" aba-abaku.

"Jurus Phoenix!!" teriakku dan Gracia bersamaan.
.
.
.
.
.
Air kembali turun dari langit. Apakah akan hujan lagi?
Mudah-mudahan tidak. Semoga hanya gerimis saja.

"Kak, kak, kak, ada polisi" kata Gracia tiba-tiba.

"Ya terus kenapa?" sahutku.

Kan memang sudah tugasnya untuk mengatur lalu lintas, batinku.

"Kok kenapa sih" balas Gracia. "Nanti kalo ditilang, aku gak ikut-ikutan ya"

Lah, perasaan gue gak ngelakuin pelanggaran apa-apa, kenapa harus takut ditilang?, pikirku.

"Kakak sih, pake jadi phoenix segala" kata Gracia.

Kan dia yang...
Ah, sudahlah.
Mana mungkin juga aku tega untuk menyalahkan Gracia.
Lagipula memangnya yang itu tadi termasuk pelanggaran lalu lintas ya?
Sepertinya tidak.
Bodo amatlah, lanjut terus...

Tapi ternyata,...

"Permisi, mas boleh minggir sebentar" kata si bapak polisi.

Langsung kuturuti saja permintaan si bapak polisi tersebut. Gara-gara tadi hujan dan jalanannya sepi, aku diberhentikan juga.
Tapi karena aku tidak merasa melanggar apa-apa, jadi aku bersikap santai saja. Tapi,... kalau ternyata memang ditilang... berarti si bapak polisi ini adalah tipe yang suka minta 'uang rokok'. Dan kalau memang seperti itu, aku suruh Gracia untuk merekam tindakannya saja agar viral. Hehehe.

Hmm,.. tapi jangan deh. Nanti kalau memang benar viral, hubunganku dengan Gracia bisa ketahuan. Aku yang repot nanti.

Dan lagi, jika memang ternyata aku memang terbukti melanggar dan beliau bisa menjelaskan. Artinya aku harus menerima untuk ditilang, tidak perlu marah-marah apalagi sampai membongkar motor. Ini kan motor buka puzzle.

Yang terpenting sekarang adalah,... firasatku tidak enak. Karena biasanya kalau karakter bapak-bapak dicerita ini,...

"Selamat siang, mas" sapa si bapak polisi.

"Sore pak" jawabku. Karena memang hari sebenarnya sudah mulai sore.

"Eh?!" si bapak polisi lalu melihat langit. "Emang udah sore ya ini?" tanyanya kemudian.

"Ya, hampir sore sih pak" jawabku.

"Oh.. Oh iya, sampai mana tadi?"

Tuh kan, tingkahnya udah gak bener.

"Maaf mengganggu perjalanannya sebentar. Boleh saya lihat surat-suratnya" tanya si pak polisi.

Nah, gitu dong. Setidaknya lakukan sesuai SOP dulu, batinku.

"Surat?" tanya Gracia.

"SIM dan STNK" kata si bapak polisi.

"Oh,.."

"Ini pak" kataku seraya menyerahkan SIM dan STNK pada si bapak polisi.

"Emang kita salah apa ya pak?" tanya Gracia lagi.

"Oh, enggak kok, dek. Pacarnya gak salah apa-apa kok" jawab si bapak polisi.

"Tuh!! Kak Ads! Pak polisi aja nyuruh kita pacaran" celetuk Gracia.

Itu bukan menyuruh, tapi dia yang sok tau aja, batinku.

"Ayo tembak aku!!" pinta Gracia.

"Lho, belum pacaran?" tanya si bapak polisi.

Kenapa situ jadi kepo?, batinku.

"Belum pak polisi. Kak Ads aku ini cemen" ejek Gracia. "Gak berani nembak"

"Wah, jangan gitu mas. Kalo jadi cowok harus berani" sahut si bapak polisi. "Kalo keduluan yang lain nanti nyesel lho" tambahnya mengingatkan.

"Hmm.. Udah pernah dulu" celetukku pelan.

"Kenapa kak?" tanya Gracia.

"Mau ditembak sekarang?" tanyaku balik pada Gracia.

"Eh? Beneran kak?" tanya Gracia memastikan. "Pak polisi jadi saksi ya" pintanya kemudian.

Si bapak polisi hanya mengacungkan jempolnya sebagai tanda setuju.

"Ya udah, pak polisi ada pistol enggak? Saya boleh pinjem? Ada yang minta ditembak nih" kataku bercanda.

"Iiihh... kak Ads kok gitu sih..." keluh Gracia.

"Pak polisi, tangkep aja ini! Masa aku mau ditembak pake pistol. Tangkep aja, masukin penjara" kata Gracia.

"Ditangkep? Emangnya gue salah apa?" elakku.

"Nyuri lah. Nyuri hati aku" balas Gracia. "Biarin, biar kakak dipenjara. Tapi penjaranya dihati aku" tambahnya.

"Hahaha, pasangan yang aneh" sahut si bapak polisi. "Ya udah, saya lihat dulu ini SIM sama STNK-nya ya"

Lo yang aneh!!, batinku.

"Kenapa kita diberhentiin sih pak polisi?" tanya Gracia tiba-tiba.

"Gapapa kok, paca- calon pacarnya gak salah kok, dek. Ini cuma patroli rutin aja" jawab si bapak polisi lalu kembali memeriksa kecocokan antara STNK dan kendaraanku.

"Kayak operasi zebra ya pak" balas Gracia.

"Iya"

Wah, ngerti istilah operasi zebra juga. Makin pinter nih anak, batinku.

Saat si bapak polisi memeriksa SIM dan STNK-ku, aku memperhatikan rekan-rekan polisinya yang lain yang juga sedang menjalankan tugas yang sama. Jadi bukan hanya aku saja yang diberhentikan. Ada beberapa pengendara yang lain juga.

Yang kasihan adalah, ada satu pengemudi pick-up yang barang bawaannya melebihi kapasitas.
Ya, serba salah sih. Karena dia hanya melaksanakan tugas dari atasannya. Mau bagaimana lagi?
Kalau tidak dituruti, nanti kena marah oleh atasannya. Kalau dituruti, jadinya seperti ini. Ditilang.
Jadi mending mana? Dimarahi atau ditilang?
Tapi sebenarnya kalau tidak mau kena tilang, harusnya dia tidak lewat jalan besar seperti ini. Dia harusnya melewati jalan kecil agar tidak bertemu polisi.
Oke, kembali ke si pengemudi pick-up.

Jadi bagaimana nasibnya?
Ya, tetap kena tilang dan dia menerimanya. Tapi dia sempat menolak jika yang ditahan adalah SIM-nya, dia lebih memilih untuk menyerahkan STNK-nya. Padahal peraturannya sudah jelas, kalau kena tilang yang pertama ditahan adalah SIM-nya dulu baru kalau kena tilang lagi, STNK-nya yang ditahan.
Tapi alasan si pengemudi pick-up sebenarnya cukup masuk akal juga, karena kalau SIM milik pribadi, sedangkan kalau STNK adalah milik perusahaan.
Pinter juga dia.

Tunggu, aku mendengar sesuatu yang aneh. Percakapan dua orang. Mereka seperti membicarakan sesuatu yang tidak asing.
Sesuatu tentang,... Tugas? Jalanan? Sebar? Paku? Sepi?
Apa maksudnya? Darimana asalnya?

Aku melihat kiri-kanan mencari sumber suara. Dan akhirnya,... Ketemu! Dari seberang jalan.
Ada satu tempat tambal ban. Dan terlihat dua orang yang sedang bercakap-cakap. Atau lebih tepatnya, ada satu orang yang sedang dimarahi oleh orang yang satu lagi.
Tunggu, apa maksud dari percakapan mereka adalah,...
Apa jangan-jangan?
Apa aku perlu melaporkan pada polisi?
Mumpung ada polisi disini kan.

Tapi setelah kupikir lagi, biarkan sajalah. Lagipula aku juga tidak mempunyai bukti yang konkrit kalau itu salah mereka.
Dan juga, dari percakapan mereka, sepertinya rencana mereka itu tidak berjalan lancar.
Dan kalau diingat-ingat lagi, beberapa meter sebelum tempat mereka,... ada tempat tambal ban yang lain.
Tempat tambal ban yang beberapa hari lalu kukunjungi. Pantas saja ramai. Gara-gara mereka ternyata.
Jadi,... mereka yang menyebar paku? Dan si bapak di tempat tambal ban yang sebelumnya yang mendapat pelanggan?
Mereka bodoh atau apa? Harusnya kan mereka memperhitungkan hal itu juga.

"Surat-suratnya lengkap dan masih berlaku semua" kata si bapak polisi tiba-tiba seraya mengembalikan SIM dan STNK-ku.

"AH?! Oh iya, pak" jawabku sambil menerima SIM dan STNK-ku lalu menaruhnya kembali ke dompet.

"Silahkan melanjutkan perjalanan kembali dan hati-hati di jalan. Jangan terlalu cepat membawa kendaraannya, berbahaya. Jalanannya licin karena tadi hujan" himbau si bapak polisi kemudian.

"Makasih, pak. Semangat juga kerjanya pak" jawabku.

"Permisi, pak boleh minggir sebentar" kata si bapak polisi yang kembali melanjutkan tugasnya.

Dia mendapati satu orang pelanggar lalu lintas.

"Selamat,... sore" sapanya.

Lah, ada jedanya? Mikir dulu apa gimana?, batinku.

"Maaf mengganggu perjalanannya. Boleh lihat surat-suratnya" kata si bapak polisi "Hmm,... Bapak tau kesalahan bapak apa?" tanyanya kemudian sesaat setelah melihat STNK bapak pengendara motor..

"Apa ya, pak?" tanya balik si bapak.

"Tenang! Tidak perlu risau, tidak perlu cemas. Ada pilihan jawabannya,... A. Bapak gak bawa helm B. Bapak gak bawa motor C. Bapak gak bawa bapak"

Lah, kok malah jadi kayak kuis? Aneh lagi pilihan jawabannya, pikirku.

Ternyata pak polisi ini sama saja dengan karakter bapak-bapak yang lain. Sama anehnya.
Hanya saja yang satu ini harus ada pemicunya. Dan pemicunya adalah kalau bertemu dengan bapak-bapak yang lain.

"Hmm,... saya pake helm. Saya juga bawa motor,.. Saya juga bawa saya" gumam bapak tersebut "Pas deh, pak. Saya nyerah"

"Jawabannya, kesalahan bapak adalah,..." kata si bapak polisi menggantung.

Dengan diiringi bunyi drum,... (Apa'an coba)

"Pajak kendaraan anda sudah lewat, STNK anda mati, SIM-nya juga sudah tidak berlaku dan belum diperpanjang" lanjut si bapak polisi.

Ngapain dikasih pilihan jawaban kayak gitu?!!!, batinku.

Ikut emosi lho jadinya.

Untung yang ditilang bapak-bapak, bukan ibu-ibu.
Apalagi kalau ibu-ibu yang suka semaunya sendiri kalau berada di jalan.

Aku pernah melihat ibu-ibu seperti itu dijalan.
Spionnya cuma satu... Yang tengah doang(?) Buat apa coba.
Udah gitu ngeselin, jalannya ditengah, pelan lagi. Kalau ada tronton dibelakangnya, diklakson dianya kaget. Kaget tapi gak mau minggir nengok doang. Kan ngeselin ya.
Apalagi kalau pas belok, belok gak nyalain lampu sen. Pas nyalain lampu sen,... lampu sen orang. Malah rusuh.
sen ke kiri beloknya ke kanan, sen ke kanan belok ke,... bawah. Ternyata nyusruk.

Kalau ibu-ibu yang seperti itu yang ditilang dengan cara seperti tadi, bisa-bisa debat kalau cara menilangnya seperti barusan.
Dan berakhir dengan si bapak polisi yang stres dan akhirnya mengambil pistolnya lalu menembak dirinya sendiri. 'Aku mau gak jadi pacar aku'.

"Kak, ayo" ajak Gracia karena aku belum kembali menjalankan motorku.

"Hah? Oh iya. Mari, pak" salamku pada si bapak polisi tadi.

"Oh, iya. Mari mas"

Lah, merk dong.
.
.
.
.
.
.
.
Kulihat disampingku, Gracia terlihat begitu senang saat helm-nya selesai dicuci. Bahkan dia langsung memeluknya dengan erat.
Aku jadi iri dengan helm. Baru kali ini lho aku merasa iri dengan sebuah helm.

"Seneng banget sih yang helm-nya baru selesai dicuci" sindirku.

"Hehe" balas Gracia cengengesan "Helm-nya udah bersih kayak baru lagi. Pokoknya helm ini cuma boleh aku aja yang pake mulai sekarang" tambahnya menegaskan.

"Duh,... Segitunya sih sama helm doang" sindirku lagi sambil menelus kepalanya.

"Awas ya kak Ads sampe ngijinin orang lain pake helm ini" ancam Gracia sambil sedikit melotot ke arahku.

"Aduh takut gue. Iya iya, ampun" balasku pura-pura ketakutan.

Bagiku, itu seperti sebuah pesan tersirat yang berarti,...
'Jangan boncengin cewek lain selain aku!!'

Baru calon pacar lho udah posesif gini.
Bagaimana nanti saat sudah benar-benar berpacaran?

"Sekarang kita tinggal nunggu Phoenix-chan selesai mandi" kata Gracia.

"P..Phoenix-chan?"

"Maksudnya motor-nya kak Ads. Aku namain gitu, hehehe" terangnya.

"Tapi nanti jangan minta 'Jurus Phoenix' lagi ya. Nanti Phoenix-chan kotor lagi" kataku mengingatkannya.

"Hehe, iya!" jawabnya. "Kapan-kapan aja lagi ya"

Jadi maksudnya Phoenix-chan itu adalah sebutannya untuk motorku.
Dan Phoenix-chan yang sedang mandi itu maksudnya motorku yang sedang dicuci.
Iya dong dicuci, kan tadi habis kena cipratan air. Banyak. Banyak cipratannya, karena Gracia minta 'Jurus Phoenix' berkali-kali.
Jadi sekalian lah, cuci helm, cuci motor juga.

"Jadi kakak dulu pernah kerja disini juga?" tanya Gracia.

"Iya. Tapi disebelah, dibengkel" jawabku.

"Kakak pekerja keras ya" tambahnya.

"Ya, bisa dibilang gitu" balasku.

Oh, aku belum pernah bercerita ya kalau aku dulu juga pernah bekerja di bengkel. Sebenarnya banyak pekerjaan yang aku lakukan dari dulu. Waktu SMP aku pernah menjaga warnet, enak lho bisa internetan gratis.
Lalu SMA casual di restoran yang di part sebelumnya sudah pernah aku ceritakan, tapi tidak lama. Alasannya juga sudah kujelaskan di part sebelumnya juga kan.
Selain itu, aku juga pernah casual di hotel menjadi bell boy, tugasnya membawakan tas atau koper dan membersihkan kamar yang sudah selesai dipakai.
Nah, barulah saat kuliah, aku bekerja di bengkel. Pemilik bengkelnya adalah ayah dari temanku.

Tidak setiap hari aku melakukannya, hanya dikala masa liburan saja atau saat tidak ada kuliah. Alasanku bekerja paruh waktu dari masa sekolah adalah hanya karena saat itu aku ingin membeli PS. Hehehe.
Habisnya dulu aku sering dimarahi ibuku jika pergi ke rental PS. Salahku juga sih karena hampir setiap hari aku kesana. Nah, karena dimarahi itulah aku akhirnya meminta untuk dibelikan PS sendiri, tapi ayahku pelit. Dia tidak mau membelikanku PS dengan alasan takut mengganggu jam belajarku.
Dari sanalah akhirnya aku berkeinginan untuk menabung dan membeli PS dengan uang hasil kerja keras sendiri. Sampai akhirnya terkumpullah uangnya dan aku membeli,... motor (Phoenix-chan).

Hah? Kenapa?
Karena uangnya terkumpul saat aku sudah SMA dan aku sudah tidak terlalu menginginkan PS. Dan akhirnya aku malah membeli motor dengan tambahan uang dari ayahku. Ternyata ayahju bukanlah orang yang pelit. Aku saja yang su'udzon.
Oh iya, tentunya kegiatanku bekerja paruh waktu itu aku usahakan untuk tidak mengganggu jam belajarku. Karena mau bagaimana pun juga, percuma saja memiliki uang jika kita menjadi orang yang bodoh bukan.

Sekarang?
Sekarang aku sudah tidak melakukannya. Karena uang bulanan kiriman dari ayahku sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari dan untuk ditabung.
Jadi aku bisa sedikit bersantai. Hehehe.

Tunggu, firasat ku kenapa mendadak jadi tidak enak ya.

"Ya udah ya, gua pulang dulu. Ujannya udah reda nih" kata sebuah suara dari arah sebelah.

Kampret lah!!
Pura-pura gak tau aja deh, pikirku.

Tutupin kepala pake hoodie.

Kulihat kakinya berjalan perlahan melewatiku. Tapi,... Kenapa dia tiba-tiba berhenti. Dia sepertinya menyadari keberadaanku dan menghentikan langkahnya.

"Ei, Kampret!! Kenapa lu pake nutupin muka lu!" teriaknya. "Ketahuan kali dari jaket yang lu pake"

Iya juga ya, batinku.

"Hai, Ted" sapaku.

Ya, memang Tedi. Mau siapa lagi coba.
Kan tadi sudah kusebutkan kalau aku dan Gracia menunggu motorku yang sedang dicuci. Artinya kami ada ditempat pencucian motor.
Aku juga menyebutkan kalau disebelah ada bengkel dan bengkel itu milik ayah dari temanku.
Fix, Tedi lah yang muncul.

Tedi hanya memandangku tajam tanpa membalas sapaanku.

"Gak usah sinis gitu dong" kataku.

"Mata gua emang gini" balasnya dengan nada datar.

"Muka lo kenapa? Ketumpahan oli?" tanyaku bercanda.

"Ketumpahan...?" tanya Tedi sambil mengusap wajahnya. "Malah rasis" tambahnya saat mengerti bercandaanku.

"K-Kak Ads, i-itu siapa? Kakak kenal?" tanya Gracia yang sepertinya,... ketakutan(?)

"Gapapa kok, Gre. Ini temen aku" balasku sambil berusaha menenangkan Gracia.

"Kok beda sama yang waktu itu?" tanya Gracia.

"Beda?"

"Yang pernah ke rumah waktu kakak ke Malang"

"Kan temen aku gak cuma satu, Gre"

"O-Oohhh,..."

"Gre? Gracia?? Oh, jadi ini? Ini pacar lu?" tanya Tedi tiba-tiba.

Lah, masih disini ternyata. Kirain udah pergi, batinku.

"Lu kesini mau pamer?" tanya Tedi lagi.

"Enggaklah. Gue gak sekejam itu kali, gue ngerti kok kalo lo bakal jomblo sampe akhir hayat lo" balasku bercanda. "Lagian kan lo waktu itu nanyain"

"Amit-amit anjir!! Sembarangan lu!!" kata Tedi tidak terima. "Makanya, lu bantuin gua nyari pacar kampret!!" mohonnya.

Cara meminta tolong macam apa yang membentak-bentak seperti itu.

"Susah, Ted. Susah. Sehebat apapun gue, bakal susah kalo bantuin lo masalah itu" jawabku.

"Sialan lu. Trus ngapain lu kesini kalo gak mau pamer?" tanya Tedi lagi.

"Ngebantu perekonomian keluarga lo lah" jawabku sekenanya.

"Alah, bilang aja biar dapet potongan harga" balas Tedi.

Nah, itu lo tau, batinku.

"Ayolah, Dri. Bantuin gua nyari pacar" kata Tedi memohon.

"Kenapa harus gue sih? Kenapa gak minta bantuan Samuel, kan dia punya banyak kenalan cewek" tolakku.

"Bagi tips lah biar bisa narik perhatian banyak cewek" balasnya.

Ya, itu kan faktor lain lagi, batinku.

"Rahasia lu apa sih?" tambah Tedi. "Kenapa lu kalo di kampus cuma duduk diem doang di kantin, tapi banyak cewek yang ngeliatin lu"

"HEH?!!"

Memangnya aku seperti itu ya?

"Kak Ads,..."

"Gak gitu, Gre. Maksudnya-"

"Atau gini deh, pacar lu ini masa gak punya temen yang jomblo" potong Tedi. "Atau sahabatnya gitu"

"Gak! Gak!! Kalo sahabatnya enggak" tolakku.

Ya kali anjir.

"Lah, kenapa lu marah?" tanya Tedi.

"Sahabat aku udah punya,... tunangan" sahut Gracia yang seperti berat untuk mengatakannya. "Tapi, temen aku banyak yang jomblo sih" tambahnya.

Ya iyalah. Kalau yang dimaksud teman yang ada di JKT. Pasti banyak yang jomblo. Kan ada Golden Rules.

"Tapi,... kayaknya jangan deh. Aku gak tega sama temen-temen aku" tambah Gracia lalu memeluk lenganku dan sedikit melirik ketakutan kearah Tedi. "Habis... Habis mukanya serem"

"Pffftt..."

"Lu yang ngajarin ya" tuduh Tedi sambil menunjuk ke arahku. "Cantik cantik omongannya pedes nih cewek" tambahnya yang sepertinya mulai menyerah.

"Gak usah, nunjuk-nunjuk!" balasku yang langsung menepis tangan Tedi. "Iya. Emang gue yang ngajarin. Gue ngajarin dia buat ngomong jujur" tambahku sedikit bercanda.

"Kampret lu. Ya udah lah, gua pergi aja deh" kata Tedi yang sepertinya sudah benar-benar menyerah.

"Iya pergi sono" usirku. "Gangguin aja lo"

"Ngeliat lu pacaran. Malah makin kasihan gua sama diri gua sendiri" tambah Tedi dengan nada sedih lalu berjalan menjauh dengan sangat pelan.

Kampret emang!
Kan bikin gak tega jadinya. Mau bagaimanapun juga, dia tetep temanku.
Kalau dibiarkan, bisa-bisa Tedi mencari tali tambang(?) Atau mencari pohon yang tinggi(?) Atau malah dia berniat pergi ke sungai yang arusnya deras(?) Atau pergi ke gedung yang atapnya tinggi(?) Oh iya, kalau tidak salah didekat sini juga ada lintasan kereta api.
Bahaya, bahaya!!

"Ted!" panggilku.

"Apa'an? Lu mau bantuin gua?" tanya Tedi lalu berbalik badan menghadap ke arahku dengan sedikit bersemangat.

"Rasanya enak tau dapet kasih sayang dari orang lain itu" balasku sambil merangkul pundak Gracia.

"Kampret lu!! Malah makin pamer!" kata Tedi sedikit emosi.

"Hehe, bercanda gue bercanda" jawabku sambil tertawa. "gue gak bisa bantuin lo, soalnya gue cuma modal tampang doang,..."

"Omongan lu ada benernya sih, tapi... Kok gue kesel ya dengernya?"

"Gue bisa kasih saran" kataku. "Lo kalo mau minta tips atau bantuan gitu, sama yang tampangnya gak terlalu jauh beda sama lo" tambahku.

"Maksudnya?" tanya Tedi yang tidak mengerti.

"Minta bantuan si playboy tampang pas-pasan sono!" balasku.

"Siapa?" tanya Tedi lagi.

"Siapa lagi, ya Jose lah" jawabku. "Rafli aja diajarin Jose dikit, sekarang punya pacar"

"Oh iya juga ya. Oke makasih, Dri" balas Tedi yang kembali bersemangat.

Setidaknya dengan begitu, Tedi masih punya harapan untuk melanjutkan hidupnya.

"Temen kak Ads ada berapa sih?" tanya Gracia tiba-tiba setelah Tedi sudah benar-benar pergi.

"Yang di kampus? Emp- Lima" jawabku.

"Yang tadi itu, yang katanya kenalan ceweknya banyak, yang playboy, sama yang dibantuin dapet pacar sama yang playboy" gumam Gracia sambil menghitung dengan jarinya.

Tunggu, dia benar-benar memperhatikan apa yang kubicarakan dengan Tedi tadi?
Gracia melakukan hal tersebut?

"Cuma empat kak. Satu lagi?" tanya Gracia lagi.

"Rahasia dong" jawabku.

"Iihh,.. sekarang pake rahasia-rahasiaan sama aku" kata Gracia sambil cemberut.

Lo sendiri juga punya rahasia sama Shani yang disembunyiin dari gue kan, batinku.

"Yang satu itu cewek ya?!!" tuduh Gracia tiba-tiba.

"Gak. Cowok kok" jawabku tenang. "Kalo yang cewek lebih banyak lagi" tambahku sedikit bercanda.

"Eeehh,... kak Ads!!"

"Kan cuma temen, Gre" balasku.

Gracia masih cemberut dan memanyunkan bibirnya.

"Masih mau ngambek?" tanyaku sambil mendekatkan jari-jari tanganku ke belakang lehernya.

"Iya iya. Aaahh,... kak Ads mah. Orang lagi bercanda juga" balas Gracia menyerah. "Oh, yang satu lagi itu yang pernah ke rumah" tambahnya menarik kesimpulan.

"Ehh,..."

Sebenarnya bukan sih. Kan itu Rafli, orang yang sama dengan 'yang dibantuin dapet pacar sama yang playboy'.
Tapi ya sudahlah.

"Iya. Anggep aja gitu" jawabku.

"Ngomong-ngomong makasih ya kak Ads" katanya sambil tersenyum.

"Makasih buat?"

"Nyuruh aku pake jaket. Jadi aku gak kedinginan habis hujan" terangnya.

"Ooh... Iya" balasku.

"Padahal kan kalo aku kedinginan, aku bisa minta kak Ads meluk aku biar anget. Atau kak Ads bisa minjemin aku jaket yang kakak pake"

"Gak. Gak bisa, Gre" bantahku.

"Eh?!"

"Gue gak mungkin minjemin lo jaket yang gue pake"

"Ke-Kenap-"

"Soalnya gue sendiri gak kuat dingin" jelasku.

"Kak Ads gampang kena flu?" tanya Gracia.

"Enggak juga. Cuma badan gue gampang menggigil aja kalo kena hawa dingin" jawabku lalu kembali mengelus kepalanya.

Bahkan seingatku,... Aku tidak pernah sakit sebelumnya.
Maksudku, tidak pernah sakit karena penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh virus atau kuman.
Tapi kalau sakit karena disakiti secara fisik. Cukup sering.
Apalagi disakiti karena,...
Ya, kalian tahu lah ya apa maksudnya.

"Eh, liat kak Ads. Ada pelangi!" katanya sambil menunjuk kearah langit.

"Ya, terus kenapa? Kan wajar habis hujan" jawabku datar.

"Tapi kak, sebenernya aku gak begitu suka sama pelangi lho" kata Gracia lirih. "Tau gak kenapa?" tanyanya.

"Soalnya pelangi ada tujuh warna, sedangkan lo sukanya cuma warna ungu" jawabku setengah bercanda.

"Iya, karna itu juga sih" balasnya.

Lah, bener ternyata.

"Tapi ada alasan lain lagi kak" kata Gracia. "Bentuk pelangi itu berbanding terbalik sama slogan aku, Always Smile" tambahnya. "Bentuknya gak kayak senyuman, lebih kayak wajah yang sedih. Jadi aku gak suka"

"Gue juga gak terlalu suka sama pelangi kok" balasku. "Soalnya buat ngeliat pelangi, kita harus nunggu hujan berhenti dulu" tambahku.

Itu ibarat kalau kita mau melihat sesuatu yang indah, kita harus mengalami sesuatu yang kurang bagus terlebih dahulu.
Sebelum mendapat suatu hal yang menyenangkan, kita harus mengalami kesedihan terlebih dahulu.
Kenapa harus seperti itu?
Apa karena tidak akan ada kesenangan tanpa adanya kesedihan?
Tidak ada putih kalau tidak ada hitam. Tidak ada yang baik kalau tidak ada yang buruk. Dan lain sebagainya.
Tapi itulah yang dinamakan kehidupan.

"Aku,... Aku pengen terus tersenyum kak" kata Gracia lirih.

"Gre, sambil nungguin mot- Phoenix-chan selesai mandinya, mau dengerin lagu gak?" tawarku pada Gracia.

"Lagu apa kak?" tanya Gracia.

"Dengerin aja dulu ya" jawabku.

Kemudian kuambil HP dan earphone-ku dan memasangnya ditelingaku, lalu aku memberikan sebelah earphone kepada Gracia untuk dia pakai.
Setelah itu, kubuka aplikasi pemutar musik dan men-scrool layar HP-ku mencari lagu yang ingin kusampaikan pada Gracia. Saat sudah ketemu, langsung kuputar lagu tersebut,...


Janganlah saling jatuh cinta~
Karena kita baru dekat
Sebenarnya ku sedikit takut,
Maafkanlah aku


"Kak..?"

"Sst,... Dengerin aja dulu"


Jangan berjanji tuk setia~
Tak tahu esok bagaimana
Namun ku jujur saat berkata,
'Ku sayang padamu'

Janganlah kau bertanya lagi
Ku tak akan menjawab
Karna kita telah merasa bahagia~

Jangan coba memilikiku
Aku ingin tetap seperti ini
Ku tak ingin membuatmu terluka~

Bertemu lalu berpisah
Berulang kali terluka
Aku takkan pernah mengerti perasaan cinta~
Kenapa slalu datangkan luka?
Semua rasa kan jadi sama
Hanya di hari ini saja kuingin kau ada~

Janganlah saling jatuh cinta~
Karena kita baru dekat
Sebenarnya ku sedikit takut,
Maafkanlah aku

Jangan berjanji tuk setia~
Tak tahu esok bagaimana
Namun ku jujur saat berkata,
'Ku sayang padamu'

Janganlah kau sering tersenyum
Karna ku takkan rela
Jika senyumanmu jadi air mata~

Jangan coba satukan kita
Didalam sebuah ikatan cinta
Karna sekarang ku belum bisa~

(Biarkanlah kita saling berteman saja)

Ku merasa bahagia, meski khawatir juga
Ku tergoda tuk mencoba, tapi takut gagal akhirnya
Dan hari-hari pun berlalu
Kau slalu saja memaksaku
Hanya di malam ini saja kuingin kau ada~

Jangan terlalu berharap padaku
Aku tak mau kehilanganmu
Dan sebelum engkau terluka, janganlah....
Percaya padaku~


Maafin aku, Gre.
Kamu gak salah, aku yang salah.
Maafin aku yang gak mau ngertiin perasaan kamu, batinku sambil melihat kearah Gracia yang ternyata juga melihat ke arahku.


Janganlah saling jatuh cinta~
Karena kita baru dekat (Kita baru dekat~)
Sebenarnya ku sedikit takut,
Maafkanlah aku (Maafkanlah aku~)

Jangan berjanji tuk setia~ (Berjanji tuk setia)
Tak tahu esok bagaimana (Esok bagaimana)
Namun ku jujur saat berkata,
'Ku sayang padamu' (Ku sayang padamu)


Begitu lagu selesai, Gracia langsung melepas earphone dari telinganya sendiri.

"Intinya,... kakak jujur waktu kakak bilang kalo kakak sayang sama aku kan" kata Gracia lirih.

"Ehh,... I-Iya, Gre" jawabku sedikit tergagap.

Bukan itu intinya, Gre.
Tapi hal itu juga ada benarnya.
Aku memang sayang pada Gracia. Sangat. Sangat sayang!!

Tapi permasalahannya adalah,...
Masih ada yang membuatku ragu.
Masih ada yang membuatku bingung.
Sebenarnya, rasa sayang yang seperti apa yang kumiliki pada Gracia?

"Aaahh..." kaget Gracia saat ada sinar matahari yang tiba-tiba menerpa wajahnya. Sepertinya awan mendung mulai menghilang.

Secara reflek, aku langsung berusaha menutupi wajahnya dengan menggunakan telapak tanganku. Melindunginya dari silaunya sinar matahari.

Gre, kamu harus kuat.
Aku gak tau besok masih ada disisi kamu atau enggak.

"Makasih ya, kak" kata Gracia sambil tersenyum ke arahku.

Sekali lagi.
Maafin aku ya Gre, batinku.


-Bersambung-
 
Catatan Penulis:


Maaf maaf, nunggu lama ya updatenya?
Bodo amatlah, yang penting kan saya akhirnya update
Kalian juga masih nungguin
Gimana-gimana? rasa kangen kalian pada si BOY sedikit teratasi kan
Okelah gitu aja



Makasih
• TTD H4N53N


BTW Kenapa sekarang banyak yang jadi merah ya?
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd