Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BUDHE ANAH JANDA DESA BERTUBUH IBU KOTA. BUDI HARTAWAN (The Series 3)

Bimabet
saran aja nih hu untuk lanjutan kisahnya atau series nya mending nggak usah dibuat thread baru dilanjut di thread ini tapi cuma diganti judul sama di kasih daftar didepan atau dipage 1 hmmm misal nih kayak karya suhu @Neena dia bikinnya dalam 1 thread meski udah bukan dijudul yg sama atau karya @majumundurcantik coba dilihat itu bisa dijadikan referensi buat daftar isinya dia bikinnya per cerita meski berhubungan antara satu cerita ke cerita lain dia bikin thread yg beda tapi di setiap seriesnya yg baru dikasih daftar isi dari cerita lama jadi untuk pembaca lebih mudah untuk mencari atau menbaca karya ente
Saran diterima gan, cuma belum ada waktu aja buat ngerapihin, mungkin setelah bagian akhir TRILOGY ini habis lah:beer::adek:
 
Nih agan2 dan suhu2 sepengecrotan, ay apdet agak tebel nih...
Jangan lupa kasih cendol yang banyak ya?

LOGI 3 Bagian 8
NGENTOT BERTIGA (3 some)
AKHIR DARI BAGIAN AWAL
Petualangan Seks BUDI HARTAWAN
The Series (Season 01)
(TRILOGY)


BUDI POV

Terkapar sudah ibuku pagi ini, puas rasanya menyetubuhi perempuan paruh baya bertubuh bahenol dengan susu besar itu. Saking lelahnya, ia cepat sekali kembali terlelap setelah memeknya kujilati sampai kering dari sisa-sisa lendir yang keluar dari hasil orgasme kami tadi.

Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan dan menyegarkan badan. Tak mandi, hanya sekedar meraup wajah yang terasa lengket karena keringat dan sisa lendir yang kujilati dari memek ibu.

Aku keluar kamar menuju taman belakang villa, maksudku ingin makan karena perut terasa lapar setelah semalam suntuk ngentotin kedua ibu-ibu paruhbaya bertoked gede dan bermemek lezat itu.



Namun belum sampai pintu ruang belakang yang menuju teras, pandanganku terbentur pada adegan erotis dua orang perempuan paruhbaya yang sangat kukenal, Bu Hesti yang duduk di korsi makan teras belakang, sedang dijilatin memeknya oleh Budhe Anah yang masih berpakaian kebaya lengkap!

Oumaigaaattt!!! Tak kusangka ternyata Budhe Anah adalah perempuan yang cukup binal! Atau jangan-jangan ia dipaksa menjilati memek ibu dosenku yang gatelan itu? Ah aku tak ingin main tuduh. Lebih baik menyaksikan adegan itu dari balik jendela besar berkaca gelap dan berlapis gorden transparan ruang belakang ini. Mereka tak mungkin tahu aku sedang menontonnya karena cahaya diluar lebih terang daripada pencahayaan di dalam bangunan villa ini.

Bu Hesti terlihat mendongak-dongakkan wajah menahan nikmatnya jilatan Budhe Anah pada memeknya, sementara wajah Budhe Anah tertutup oleh kepitan paha besar ibu dosenku yang kini berteriak-teriak histeris menikmati setiap milimeter jilatan lidah dan mungkin juga sedotan mulut Budhe yang berbibir seksi itu.

Benar-benar kejutan indah untukku di pagi yang cerah ini, karena baru kutahu ternyata Budhe Anah bisa diajak ber’binal-ria’ seperti yang kulihat, bahkan ‘main jorok’ menjilati memek sahabat nyonya besarnya sendiri yang tanpa malu-malu berteriak-teriak keras sambil menjambak rambut Budhe yang masih disanggul gaya Jawa! Aaaaahhhh! Sungguh pemandangan yang luar biasa sensasional!!!

Kontolku yang tadinya mulai menunduk usai membantai memek ibu berkali-kali di tempat tidur, jadi bangun, mengeras dan tegang lagi! Bagaimana tidak, melihat pantat besar Budhe Anah bergoyang-goyang sambil menyedot memek Bu Hesti dengan posisi kepala Budhe terjepit paha itu membuat aku teringat akan kejadian 2 bulan lalu saat ‘memperkosa’ Bu Siska di Hotel Patra Jasa Semarang waktu menghadiri pesta pernikahan anak sahabatnya!! Ketika itu ibu masih mengenakan pakaian kebaya lengkap!!!

Kupegangi kontolku dan membelai sambil membayangkan diriku mengangkat kain jarik Budhe keatas, lalu melepas celana dalamnya dan menusuk memek yang pastilah tembem plus empuk seperti memek ibuku! Baru kusadari juga ternyata pantat perempuan desa berumur paruhbaya itu lebih besar dari bokong ibu, kulitnya juga ternyata sedikit lebih cerah dari Bu Hesti, kulit mulus yang membuatnya tak pantas dibilang ‘orang kampung’ karena tampak begitu sempurna terawat!

Rasanya sudah tak sabar ingin bergabung dengan mereka! Tapi aku ragu dan langsung ingat janjiku pada diri sendiri bahwa setiap aku ingin ngentotin wanita lain, aku harus meminta ijin atau istilah Jawa nya kulo nuwun pada ibu sebagai ‘pemilik sah kontolku’ (selain Rani tentunya... hehehe). Jadi kuurungkan niat tersebut dan cuma bisa menonton, menunggu mereka selesai...

Seperti biasa, tak sampai 10 menit dijilati seperti itu, Bu Hesti sudah orgame dengan hebat! Ia menekan dan menjejalkan wajah Budhe Anah di pangkal selangkangannya, pahanya menjepit wajah perempuan yang lebih tua darinya itu dengan keras, matanya terpejam menahan ledakan puncak birahi hasil tarian lidah Bude di memeknya!!!

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh akuuu kellluaarr mbaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkk!!!! Ooooooohhhh ennaknyaaahhh!!!” Jerit Bu Hesti panjang.

Sesaat kemudian tampaklah wajah Budhe Anah menjauh dari jepitan paha Bu Hesti. Secercah senyum Budhe tampak manis sekali ia berikan pada sahabat bossnya yang baru saja ia puaskan. Oumaicrot!!! Manis sekali wajah Budhe!

Tak cuma sampai disana, Bu Hesti lalu meraih pipi Budhe dengan kedua tangannnya, menariknya keatas, saling mendekatkan wajah... Mereka berciuman, berebut saling menyedot lidah, mengadu bibir penuh gairah! Bu Hesti menjilati sekujur wajah Budhe Anah yang dengan antusias juga meremas-remas susu ibu dosenku itu. Bu Hesti masih dalam keadaan setengah telanjang, hanya mengenakan seutas BH hitam penyangga susu.

Damn!!! Meski hampir tiap hari sudah sering meremas tetek mirip pepaya Solo itu aku masih saja gatal ingin meremas payudara Bu Hesti! Menjepitkan kontolku disana dan menyemprotkan sperma ke mulut seksi milik dosen akuntansi bertubuh sintal itu!



Braakkk! Tak sengaja tanganku menyenggol gelas yang ada di meja dekat tempatku berdiri mengintip mereka. Bunyi itu terdengar Budhe Anah yang rupanya langsung menghentikan aktivitasnya, ia baru saja mulai menyedot puting susu Bu Hesti. Tergesa-gesa pembantu paruhbaya bertubuh bohay itu berdiri lalu merapikan kebaya dan kain jariknya yang awut-awutan. Kemudian tanpa permisi berjalan cepat kearah kamarnya jauh di belakang sana meninggalkan Bu Hesti yang tampak dengan tenang mengenakan kembali lingerie yang tadi terlempar berserakan di meja makan besar itu.

Aku tergopoh-gopoh masuk ke kamar mandi yang berada di dekat pintu keluar menuju teras tempat mereka memadu seks sejenis itu dengan maksud jika kepergok Bu Hesti, aku pura-pura saja baru habis kencing. Dalam otakku, dengan cepat tersusun rencana mengentotnya di meja wastafel depan kamar mandi itu.

Benar saja, kuintip dari balik pintu toilet yang terbuka sedikit, Bu Hesti berjalan masuk dari arah teras dan celingukan memeriksa sekiranya bunyi gubrak apa yang tadi membuyarkan keasikan mereka. Tapi telat, aku sudah merapikan gelas yang jatuh tadi ke tempat sampah di toilet ini. Jadi ia tampak bingung lalu melangkah memasuki toilet tempatku berada, namun begitu ia sampai di depan wastafel, aku muncul dari arah belakang dan langsung menyergap, memegang pinggulnya dan sedikit menggerakkan badan sintal dosenku itu agar mendekat kearah meja beton wastafel berlapis marmer disana. Meski sempat sejenak gelagapan, ia mengerti juga keinginanku. Bu Hesti naik dan duduk dengan kaki yang sebelah menjuntai dan sebelah lagi dinaikkan ke pinggir meja wastafel. Otomatis pahanya terbuka, menunjukkan memeknya yang tampak masih basah.

“Kamu ngapain di toilet sini sayang?” ujarnya bertanya sambil meraih batang kontolku yang sudah tegang.

“BAB tante..., di kamar tadi ibu pakai toilet, jadi saya kesini... sudah gak tahan... hehehe....” jawabku sekenanya

“Kamu pasti abis ngentotin ibumu ya, nih masih keras gini....” katanya mengomentari kontolku yang mengacung-acung kearah memeknya.

Ia lalu menempelkan kepala kontol itu di bibir memeknya, aku langsung menusuk masuk dan menggoyang.

“Aaaahhhh iyyah tanteee.... tadi ibuku sudah KO, sekarang giliran tante... memek tante kenapa sudah licin juga?” tanyaku

“Iyyah sayaang aaauuuhhhhh..... tante juga dari tadi terangsang, abis renang pengen diewek kamu... uuuhhhh yeeesssssss” katanya berbohong, padahal itu kan bekas jilatan Budhe Anah... Hehehe....

“Nanti setelah tante orgasme aku jilatin ya? Aku pengen banget minum lendir tante, sejak kemarin kan aku belum sempat sedotin lendir dari memek tante ini...” celotehku sambil terus bergoyang maju mundur.

Tinggi permukaan meja beton berlapis marmer alam berwarnya krem itu memang sejajar dengan posisi kontolku jika aku berdiri, dan memek Bu Hesti persis berada diatas dan agak menempel di pinggir meja beton berlapis marmer mahal itu.

“iyyaaaah Buuuddd, kamu mauuu minum cairan memek tante?”

“Ya dong....”

“Kalau gitu ayo genjot yang keras dan cepat, tante sudah sebentar lagi rasanya....”

Akupun menambah kecepatan bergoyang maju mundur dan memperkuat hempasan pinggangku, membuat ujung kepala kontolku sangat terasa membentur dasar liang memek wanita paruhbaya yang mudah orgasme ini.

Lima menit saja setelah kugoyang dengan lebih cepat, Bu hesti sudah berteriak keras, orgasme dahsyat melanda seluruh tubuhnya, wanita itu bergetar hebat sambil berteriak panjang menyebut kata-kata kotor tentang kelamin dan senggama yang dalam bahasa gaulnya kontol-memek dan ngentot atau ngewek!

Seperti permintaanku yang diiyakan Bu Hesti tadi, segera setelah nafasnya tenang, kulepas tautan antara memeknya dan kontolku lalu aku berjongkok dengan lutut sebagai tumpuan berdiri. Wajahku jadi sejajar dengan pangkal paha Bu Hesti, ia mengangkang, menunjukkan betapa merangsangnya dinding dan isi dalam vagina yang kini menganga lebar di depanku. Mulailah aku menikmati tetes demi tetes cairan kental yang mengalir dari dalam kemaluan perempuan berjembut itu. Kujilat, kuemut dan kusedot semua lendir yang mengalir ataupun menempel di daerah paling sensitifnya, sementara pemilik memek itu mendesah desah dan terkadang berteriak kegelian.

Tak lama setelah kuhisap habis sisa-sisa lendir di memeknya, permukaan pangkal selangkangan Bu Hesti terasa agak kesat. Lendirnya habis kutelan, rasanya kadang asin kadang tawar, baunya bercampur dengan wewangian mewah dari parfum mahal yang ia kenakan dan aroma keringat wanita berlibido tinggi itu. Aaah, jilat memek atau disingkat JILMEK ini memang aktivitas seksual yang sangat kugemari, hingga setiap kali sebelum ngentotin siapa saja, aku selalu menyempatkan diri melakukannya! Malah kadang wanita yang kujilati itu mengalami orgasme berkali-kali sebelum akhirnya kuentot....

Puas menjilati memek nikmat Bu Hesti, kuminta ia turun dari meja dan menungging membelakangiku, posisinya menunduk berpegangan pada pinggiran wastafel, aku masuk lewat belakang, tetap sambil berdiri dan mengocok kemaluan nikmat milik ibu dosen binal yang diluar kampus kupanggil tante ini.

Oiya, sejak beberapa waktu belakangan, karena Bu Siska seringkali bertanya berapa kocokan yang kulakukan sampai aku berhasil membuatnya orgasme, aku jadi sering menghitung sambil mengentot. Kalau selama ini kami menghitung daya tahan masing-masing dengan satuan menit atau jam, kini kami jadi punya satuan lain yaitu kocokan kontolku ke memek wanita-wanita haus seks itu. Beberapa kali aku mengocok sambil menghitung di kocokan yang keberapa mereka biasanya orgasme, aku jadi tahu kalau Bu Siska biasanya mencapai klimaks di kocokan ke 800 hingga 1000 kali dengan 2-3 kali perubahan gaya ngentot. Sementara Bu Hesti lebih singkat, seringkali ia sudah kejang-kejang orgasme saat kocokanku di memeknya baru mencapai angka 700.

Begitu pula saat ini ketika aku melakukannya dengan posisi semi doggy style di dalam rest room villa, pada kocokan ke 291 Bu Hesti ternyata sudah muncak lagi untuk yang ketiga kali.

Karena ia bilang lelah berdiri maka kutunda berejakulasi lalu mengajaknya menemani aku sarapan, ia sendiri bilang sudah menyantap makan paginya sejam yang lalu akibat terlalu lapar.

Kunaikkan celana kolorku yang tadi melorot sebatas lutut saat mengentotinya dan bertelanjang dada kusantap sarapan yang telah disiapkan Budhe Anah di meja makan. Bu Hesti menemani, duduk di sebelahku sembari menikmati beberapa irisan buah segar. Sesekali ia menyuapi aku diselingi dengan keusilannya mencium dan menjilat dadaku. Aku paham maksudnya, mungkin agar kontolku tetap tegang hingga selesai sarapan dan ia juga sudah siap kuentot kembali.

Benar saja, setelah menghabiskan sepiring sarapan sehat, Bu Hesti menarik tanganku menuju sebuah pojokan di sudut taman belakang villa, dari sana kami bisa melihat semua area seluas kira-kira 2000 meter persegi yang merupakan halaman belakang samping kiri bangunan utama. Bu Hesti membawa matras selebar 1,5m dan panjang 2m yang entah dimana ia dapat, lalu sesampai di sebuah area terbuka yang dikelilingi pohon bonsai berdaun cukup lebat dengan rumput ditengahnya, ia menggelar matras itu disana.

Seperti tak sabaran ingin segera dicoblos, Bu Hesti berbaring telentang menghadap atas beralaskan matras tadi, kedua kakinya ia angkat keatas dan dibentangkan kiri kanan, pahanya terbuka lebar menunjukkan padaku betapa sensasionalnya posisi ‘nantang’ itu!

Akupun dengan sigap menempatkan diri diatas tubuhnya, memasukkan kontolku ke memeknya dan mulai memompa sambil mendesah-desah keenakan, demikian pula ia. Ibu dosen binal itu meraih pinggangku dengan kedua tangannya, seperti menuntun gerak pinggulku dan ingin mengatur kecepatan kocokan kontolku keluar masuk memeknya sekaligus menekan keras saat aku menghempaskan paha ke selangkangannya.

Dengan gaya missionaris itulah, pagi ini aku tuntaskan birahi wanita paruhbaya kedua yang merupakan partner seks utamaku setelah Bu Siska.

2 jam saja di pagi ini aku sudah membuat Bu Siska 4 kali orgasme, dan Bu Hesti 3 kali (itu yang kurasakan dari denyutan memeknya saat kuentot tadi, padahal menurut pengakuannya ia sudah 5 kali ngecrot didalam sana). Sementara aku sendiri tak menuntaskan birahiku di memek Bu Hesti, karena memang sejak pertama mengenal seks, seperti juga yang sering dipuji oleh perempuan-perempuan penikmat kontolku, salah satu kemampuan lebih yang kumiliki dalam hal senggama adalah kemampuan mengatur kapan mau klimaks dan menyemprotkan spermaku, aku sudah bisa memisahkan antara ejakulasi dan klimaksku sendiri. Aku bisa merasakan kepuasan ngentot tanpa harus mengeluarkan sperma. Itulah salah satu keistimewaan yang kumiliki secara alami, tanpa pernah belajar atau latihan, sejak awal memang begitu, entah kenapa!



Puas menggarap dan memuaskan birahi perempuan dewasa beranak 5 yang juga dosen akuntansiku ini, aku segera beranjak menuju kolam. Sejenak kulakukan pemanasan sebelum menceburkan diri dan berenang mengitari kolam yang kelilingnya saja memiliki panjang 310 meter. Aku berenang dengan berbagai gaya sampai berhasil 4 kali berputar menyusuri sepanjang garis tepian dan 2 kali diagonal kolam, artinya aku berenang total 1,5km lebih pagi ini! Badanku terasa sangat segar setelahnya...
 
Satu yang masih mengganjal dan jadi keinginan kuatku sejak hari itu adalah menikmati tubuh Budhe Anah, kepala asisten rumah tangga ibuku!

Bodynya yang baru akhir-akhir ini sering kuperhatikan, walau sesaat, bukanlah body biasanya perempuan desa, apalagi di usia yang tak lagi terbilang muda, Budhe Anah ternyata tak sama sekali menunjukkan gejala tak sedap lagi untuk dinikmati secara birahi. Sebaliknya, Budhe Anah yang setahuku berusia 6-7 tahun lebih tua dari Bu Hesti dan Bu Siska, masih terlalu banyak menyisakan pesona seksual (sex appeal) bagi setiap lelaki penikmat STW seperti aku. Kulitnya yang putih bersih cenderung kuning langsat dan cerah tampak sangat mulus terawat. Dari sekelebat pengelihatanku saat ia tadi berciuman dengan Bu Hesti aku juga bisa menebak kira-kira seperti apa mulusnya badan Budhe dari penampakan kulit punggung lehernya. Pun ketika ia menyajikan hidangan santap siang kami hari ini, diam-diam kutatapi wajah manisnya sambil menilai seberapa menggiurkan ‘dalaman’ badan yang sering berbungkus pakaian kebaya itu melalui tangan dan jemarinya. Ah, kuyakin sekali, tubuh dan memek perempuan paruhbaya ini tak kalah molek dan merangsangnya jika dibanding ibuku dan Bu Hesti! Maka kuputuskan mulai saat ini aku akan berusaha mendapatkan kesempatan memasukkan dan menjejalkan kontol besarku kedalam memeknya yang pasti tak kalah tembem dari memek Bu Siska!



Hari itu dan hari-hari selanjutnya sampai hari keenam, kegiatan kami tak lebih dari ngentot, tidur dan makan. Lebih sering ngentot bertiga tapi diselingi ngentot berdua saat salah satu dari Bu Hesti atau ibuku terlalu lelah untuk melanjutkan. Aku lebih sering main berdua dengan ibuku, karena disamping staminanya lebih kuat dari Bu Hesti, aku juga benar-benar serius ingin menghamili ibu angkatku sekaligus calon mertuaku dan juga istri gelapku ini... Masalah bagaimana dengan Rani itu urusan belakang, nanti ibu yang akan mengatur segala sesuatunya. Pokoknya tugasku hanya bercumbu, bercinta, mengentoti dan menghamilinya!



Pengalaman pesta seks di villa itu membuatku punya obsesi baru, ngentot di alam terbuka! Disamping tentunya obsesi untuk bisa menikmati tubuh montok Budhe Anah. Itu gara-gara Bu Siska seringkali minta disetubuhi di halaman belakang villa yang luasnya mencapai 1 hektar lebih! Dengan tembok keliling yang tingginya 3,5 meter, tentu apa yang kami lakukan disana jadi tak tampak oleh orang lain yang berada diluar komplek villa. Juga demikian halnya dengan perumahan pekerja villa yang memang berlokasi di tempat sama di sisi paling belakang halaman, antara taman luas dan perumahan itu terpisah tembok tinggi dengan pintu masuk yang hanya dipegang oleh Budhe Anah. Itu juga tadinya aku sempat bertanya-tanya yang akhirnya kutahu ternyata Budhe Anah sebenarnya adalah orang ke 3 yang sangat tahu hubunganku dengan Rina, ibu dan Bu Hesti. Suatu ketika, ibu memang menceritakannya padaku bahwa sejak lama Budhe Anah adalah satu-satunya orang tempat ia sering curhat di rumah. Ibu bilang, ia sudah merasa seperti adik Budhe sehingga seringkali Budhe menjadi orang tempat ia menumpahkan kesedihan tatkala ibu bertengkar dengan Om Jimmy. Tentu sebelum aku dan ibu jadi ‘suami istri’ seperti sekarang. Dan meski Bu Hesti, sahabat terdekat ibu itu kini hadir dalam kehidupan sehari-harinya dan menjadi tempat curhat bahkan berbagi kenikmatan, karena mereka berdua sama-sama wanita karier yang sibuk, di waktu luangnya, ibu tetap saja lebih sering ngobrol berlama-lama dengan Budhe Anah. Baginya, Budhe Anah adalah kakak yang bijak dan sangat perhatian.
 
Setelah mengerti benar kedekatan ibu dengan Budhe Anah, aku tak canggung lagi bermesra-mesra bahkan mencabuli ibu di depannya, disamping karena aku sering tak tahan menyaksikan pantat ibu dari belakang saat ia memasak di dapur, mencumbui ibu di depan Budhe Anah juga kumaksudkan agar perempuan bersusu besar itu ikut terangsang! Dengan kenyataan diatas maka tak aneh pula bila ibu tak sama sekali keberatan akan hal ini, ia tanpa malu-malu membalas kecabulanku di depan Budhe.

Seperti yang terjadi pagi ini di hari terakhir kami berada di villa. Ibu sedang asik memasak, aroma seafood dari sup sayur bercampur udang yang sedang dibuatnya itu mengundangku berjalan dari arah kamar menuju dapur. Sampai disana kulihat ibu sedang mengaduk masakan, sementara Budhe Anah sedang mencuci piring-piring kotor sisa makan kami semalam. Mereka berdiri saling membelakangi.

Aku masuk ke dapur dan langsung mendekati ibu, memeluknya dari belakang lalu langsung menjilat dan mencium permukaan lehernya persis diatas punggung.

“Heeeeehhhhhh.... kamu sudah bangun rupanya....,” kata ibu setengah mendesah.

“Gimana tidurnya sayang?” lanjutnya bertanya sambil menggerakkan tangan kearah belakang, meraba dan langsung meremas kontolku dari luar celana kolor yang kukenakan.

“Enak lah Bu, tidur sambil netekin susu Bu Hesti.... hehehe...” jawabku, sengaja dengan suara agak keras agar terdengar jelas oleh Budhe yang ada persis di belakang kami.

“Duuhhhh ini barang cepat banget bangunnya....” ujar ibu merasakan kontolku yang memang sudah keras sejak bangun tidur tadi.

Aku merabai pantat ibu, masih dari luar daster tipis yang ia kenakan. Kuremas dengan cukup keras menggunakan tangan kiri, sementara tangan kananku kedepan badannya dan meraih susu ibu, lalu meremas juga.

“Auuuhhhh sssss hhhhh” desah ibu tanpa menoleh kebelakang, kulihat matanya terpejam menikmati rabaan di pantat dan remasan di susunya. Kuyakin Budhe Anah pasti sedang memelototi kelakuan kami saat ini.

“Ada Budhe Anah tuh, gak malu apa.... mbak ini loh, anakku ini nakal banget sih, ibunya lagi masak kok digangguin begini....” Kata ibu, sekarang dia menoleh kearah Budhe yang masih mencuci piring. Akupun ikut menoleh kearahnya, Budhe tersenyum saja... tapi tatapan matanya padaku membuat kuberpikir bahwa perempuan itu sepertinya iri dan tergiur ingin juga diperlakukan sama dengan nyonya bossnya...

“Iya ih den Budi... masa ibu sendiri diusilin gitu.... hihihi.... nakal banget anak laki nyonya...” kata Budhe akhirnya bersuara.

Kulihat pandangan mata Budhe tertuju pada tanganku yang tengah meremas-remas pantat ibu.

Remasan dan rabaan pada pantat dan susunya rupanya membuat ibu jadi tak tahan, terbukti saat aku mencoba menyusupkan tangan ke celah bagian atas daster yang ia kenakan, lalu menjepit puting susunya yang sudah terasa keras, ibu mendesah tanpa malu-malu...

“Auuuhhhhh sayaaang..... ayo di kamar....” ujar ibu sambil menarik tanganku, kami berjalan menuju ruang tengah.

Sebelum keluar dapur ibu sempat bilang ke Budhe Anah.

“Mbak, aku tidurin si nakal ini dulu ya? Biar gak rewel gini... hihihi” Kata ibu

“Njih Nyah.... kasi pelajaran dia Nyah, dijewer aja.... hehehe” sahut Budhe Anah.

Sebelum keluar dari pintu dapur, kusempatkan mengedipkan mata kearah Budhe, tatapan mata kami bertemu, meski sebentar, tampak ia tersenyum sambil menggeleng... matanya seperti berkata padaku “kapan giliran Budhe, deennnnn???”



“Aden nakal....” katanya padaku sambil pura-pura mendelik. Kujulurkan lidah tanda mencandainya....

“Budhe mau ikutan?” kataku sambil terus berjalan mengikuti langkah ibu.

“Hussshhh ngawur aja... anak nakal!” Katanya. Budhe membalikkan badan dan kembali asik dengan pekerjaan dapur. Kuyakin setelah ini, Budhe pasti akan berlari ke kamarnya, mencolok-colok memeknya dengan terong atau buah pare, bermasturbasi sambil membayangkan aku menindihnya! Hehehe....GR banget sih gue???



Sementara, sesampai di ruang tengah, ibu langsung membantingku ke tempat tidur luas bersprei putih bersih itu. Ditariknya celana kolor yang kukenakan, lalu tanpa meminta persetujuan, ibu langsung menyedot kontolku yang sudah tegang itu dengan mulutnya.

Aku balas meraih kepala itu, menjambak rambutnya dan menekan-nekan kepalanya sehingga kontolku jadi terasa membentur dinding bagian terjauh dalam mulut atau ujung atas tenggorokannya, mungkin itu yang dinamakan deep throath! Mulutnya tampak sesak dijejali kontol besarku, Ibu sampai tersedak dan mengeluarkan penis yang sudah tegang itu, ia terbatuk 2 kali. Tapi sesaat kemudian ia kembali menjilat, mengulum dan menyedotnya berulang-ulang.

Maka bermainlah kami satu ronde sebelum sarapan pagi, Bu Hesti masih tidur di kamar, aku dan ibu ngentot di kasur ruang tengah yang terletak di pinggir kolam indoor tempat kami ngentot bertiga pada hari pertama.

Diawali gaya missionaris, aku memompakan kontol ke memek ibu dengan keras, ibu berteriak, ganti gaya nungging, ibu semakin histeris, ganti lagi gaya miring sambil berbaring, ibu menjerit. Sampai 15 menit kemudian, kutuntaskan birahi wanita stw yang juga ibu angkat dan calon mertuaku itu sampai 5 kali ia orgasme!

Aku belum! Dengan tergesa-gesa aku mencabut kontol dari memeknya dan berjalan kearah kamar tidur, Bu Hesti rupanya sudah bangun, tanpa pemanasan sedikitpun, langsung kutindih dia dan mengangkangkan kedua kakinya kearah kiri kanan, memeknya terbuka, kuludahi sedikit bibir memek yang masih tampak tertutup itu agar tak perih saat nanti dimasukin kontolku, ditambah juga kontolku masih belepotan lendir dari memek ibu sehingga tak terlalu susah saat kumasukkan kedalam memek Bu Hesti.

Sreeeeppppp Bleessssss!!!! Aku langsung bergoyang turun naik, mengocok kemaluan sempit dosenku itu. Mulanya ia sekedar mendesah keenakan, namun jadi berteriak kemudian saat ritme kocokan kontolku di memeknya kunaikkan semakin cepat, ia berteriak panjang, pahanya terasa merapat ke tubuhku, kemaluannya terasa menjepit didalam sana, aaahhh... baru 300an kali kocokan saja dosenku itu sudah menggelepar meraih orgasme!

Aku belum, dan ini terasa tanggung karena sebetulnya aku sudah menjelang puncak juga, maka aku kembali keluar kamar menuju ibu yang masih tergolek di tempat tidur samping kolam. Kuentot lagi ia dengan mesra disana, aku menggenjot kuat, ibu kembali mendesah dan menjerit. Hampir hampir hampir dan.... bersamaan setelah orgasme kelima baginya itu, aku juga melepas spermaku dalam rahimnya! Yesssss!!! Nambah lagi bibit anakku! Ibupun melepas untuk kali kelima pagi ini. Kami puasss!
 
Selesai sarapan kami segera berkemas, setelah semua siap, sebelum menaiki mobil, kami pamitan pada Budhe Anah dan Siti. Saat itulah aku dengan nekat mencium bibir Budhe! Di hadapan ibu dan Bu Hesti, bukan di pipinya, tapi di bibirnya! Perempuan paruhbaya berwajah manis itu tampak sangat kaget, tak menyangka aku akan melumat bibir sebelum menyalaminya.

“Aaaahhhhh den Budi nakaaaaalllllllll!!! Jeritnya seperti merengek sesaat setelah lumatanku berakhir. Budhe pura-pura marah, dan dengan wajah lucu ia berteriak pada Bu Siska...

“Nyaaaaahhhhh Den Budi nakaaallllll!!!” jeritnya, Budhe mencubit perutku.

“Awas ya? Nanti Budhe balas!” candanya, kulirik ke arah ibu yang sudah berada di dalam mobil, ia cuma tersenyum lucu pada kami sambil menjulurkan lidah, ia tertawa dan mencandai Budhe Anah. Pastinya ibu tidak marah.... malah tampak senang...

“Si Budi naksir kamu Mbak!” Bu Hesti menambahi, mendengar itu Budhe malah melongo beberapa saat sebelum melambaikan tangan ketika mobil itu mulai melaju menuju gerbang villa.



Kali ini Bu Hesti yang menyetir, Ibu duduk di bangku kiri depan, aku di belakang. Sampai di jalan tol, ditengah keasikan mereka mendengar musik dari audio mobil itu, aku meraih susu ibu dari arah belakangnya. Kususupkan tangan dan meraih putingnya, langsung memelintir.

“aaauuuhhhhhh Budiiiihhhhhh..... masih kurang juga kamu sayaaang???”

“Hehehe.... rasain lu Sis, punya anak laki nafsu gede begini.... repot kan?” Ujar Bu Hesti sambil menyetir.

Aku malah pindah kebelakang bangku dosenku itu, melakukan hal yang sama terhadapnya.

“Aaauuuwwwww Buddiiiiiiihhhhh kurang ajjar kamuuuhhh aaahhh,” Ia menjerit saat tanganku berhasil meraih susunya yang ternyata tak disangga BH.

“Ini susu gondal gandul nantang banget jadi pengen jepit kontol disini” jawabku tak mengacuhkan ocehannya. Tangan kiriku malah meluncur kearah selangkangan Bu Hesti yang sedang menyetir, jemariku meraba-raba dan woowww! Bu Hesti juga tak pakai celana dalam rupanya.

“Ah Tante ini gak pakai cd, pasti ada maksud nih... hehehe... biar gampang ngentot dijalan yak?” Kataku spontan

“Hahahahaha.... kebongkar kartu Lu Hes!!” Ibu ikutan mengejek Bu Hesti

“Emang kalau iya kenappaahhhh...??? Lu mau liatin gue ngewek dalem mobil?” Jawab Bu Hesti, kepalang basah rupanya. 2 Jemariku kini malah sudah ada dalam celah memeknya.

“Boleeeh kalau emang lu mau.... gimana Bud? Siap?” Tanya ibu padaku.

“Budi mah mau aja Bu, siapa yang nolak diajak enak....” sahutku santai.

Bu Hesti menginjak pedal rem, mobil itu menepi dengan perlahan, kami sudah memasuki tol. Ibu mengambil alih steer sekarang, Bu Hesti pindah ke bangku belakang. Mobil melaju... Bu Hesti yang rupanya memang bermaksud ingin dientot dalam mobil itu segera melorotkan celana pendekku sampai lutut. Aku tak memakai cd, karena kupikir toh kami akan langsung pulang ke rumah.

Segera setelah mendapati kontolku yang ternyata sudah pula tegang maksimal, Bu Hesti langsung berjongkok, kaki, lutut dan pahanya mengapit pahaku. Otomatis posisi kontolku jadi tepat berhadapan dan siap memasuki memeknya. Sleeppp Blesssss!!! Masuk dan ia langsung menggenjot turun naik diatas pahaku. Kulepas ikatan tali bahu dan melorotkan daster pendek yang dikenakannya itu kebawah, maka payudara panjang yang sering kupakai jepit kontol itu tersaji tepat di depan wajahku. Langsung kuterkam dan dengan ganas menyerbu puting susunya kiri kanan, sedot, remas, jilat.... pemiliknya asik menggoyang turun naik sambil berteriak teriak mirip orang kesurupan!

“Oooouuuoooohhhhhhhh settaaaannnn anjiiiingggggg kontoolll loe ennaak bangeeettttttttt budiiiihhhhhhh aaahhhhh yeessss yeesss yesss yess oouuhhh Siskaaaa!!! kontol anak loe ennaaakkkkk!!! aaahhhhh kontooll kontool kontoolll innih pernah bikin memek gue robbeekk sisssss aahhhhh settaaaannnn anjiiing bangsaaatttt!!! ooohhhhh buddiiihhhh enaak banget kontolmuuu bangsaaaattttttttt!!!!” jeritnya keras mengalahkan suara musik Rock&Roll dari audio mobil. Kulirik ibu yang sedang menyetir sambil tertawa menyaksikan gilanya aksi Bu Hesti. Kaca spion tengah mobil diarahkan ibu agak kebawah, maksudnya agar ia lebih jelas bisa menonton semua adegan ngentot kami sambil tetap menyetir.



“Aaaaaahhhhhh ayyooohhhh dosen binalllkuuuhh ayyooh genjotin memekmu yang keras bu dosen lonteeeeee!!! Kamu Dosen pecun anjing betina memek sempit ooouuhhhhh enaknyaah memek mu Tante Hestikuuh lontekuuhhh!!” aku balas berteriak tak mau kalah seru menimpali kata-kata joroknya.

“Hiiiyaaahhhh lu lonte pecun laki budi anjing bangsat kontol lu enak bangeeetttt anjiiing aaahhhhhhh, Gue pengen telen kontol lu yang enak ini anjing bangsaaattttttt!!!! Aaaaaaaaaaaaaahhhhhh yessssss aaahhh yesssss aaaahhhhhh”

“woooowww mantaaapppppp!!!” teriak Bu Siska dari arah depan.

Seperti yang kulakukan dengan ibu saat perjalanan dari Jakarta ke Villa enam hari lalu, main di dalam mobil yang sedang berjalan memang sangat asik. Berteriak sekencang kencangnya sambil menggenjot kemaluan lawan dan memandangi mobil yang lalu lalang di sekitar kita.

Sayangnya, saat kuhitung baru 100 kali kocokan kontolku di memeknya, Bu Hesti sudah orgasme. Rupanya ia terlalu semangat menggenjot hingga tak sempat mengontrol diri, tapi itulah seninya ngentot, tak perlu membatasi diri dengan waktu dan daya tahan, yang penting puas puas dan puas!



Setelah nafasnya agak tenang, Bu Hesti menarik pantatnya dan melepaskan jepitan memeknya pada kontolku. Ia lalu terduduk lemas disampingku dengan nafas masih ngos ngosan.

“Sis, lu gak pengen?” Tawarnya pada ibu.

“Emang lu udah siap nyetir lagi?”

“Iyyaaaaahhhhh...”

Ibu pun melambatkan laju mobil dan menepi, berhenti sejenak untuk menukar posisi. Bu Hesti kembali mengambil alih steer mobil, ibuku pindah ke belakang.

Mobil kembali berjalan, aku dan ibu memulainya dengan ciuman...

“Yang santai aja sayang, paling cepat kita nyampe di rumah 1 jam dari sekarang....” katanya disela-sela bibir kami yang saling sedot.

Tanganku kebawah dan meraih ujung gaun yang ia kenakan, kuangkat sebatas pinggang, ibu rupanya memakai pakaian dalam lengkap dibalik gaun pendek model konservativ itu, maka kulorotkan celana dalamnya hingga terlepas. Kulepas dua buah kancing yang ada di bahu gaun itu, otomatis terbuka bagian atas tubuhnya, BH nya kubiarkan, hanya melorotkan penyangga susu itu ke bawah dengan cara menyisihkan talinya saja dari kedua bahu ibu. Tersembullah payudara besar berukuran 40B itu. Aku langsung menerkam puting susunya yang kanan, ibu mendesah, lalu tangan kiriku meremas buah dada yang lain, begitu terus selama 5 menit. Ia hanya bisa membalas dengan meremas-remas kontolku.

Puas memainkan buah dada, aku memintanya berbaring telentang di jok belakang yang panjang. Ibu mengerti kalau aku ingin menjilat memeknya. Maka aku berjongkok di lantai mobil dengan kepala mendekati selangkangannya yang terbuka lebar seolah menunggu serbuan lidah dan mulutku. Dan mulailah aku menjilat kemaluan perempuan beranak dua yang segera akan mengandung bayi dari hasil entot-entotan ku selama 2 minggu terakhir sejak ia melepas alat kontrasepsi. Cukup lama kuservice ibu dengan menjilat sekujur luar dalam memeknya, daerah seputaran kemaluan itu pun tampak bercak-bercak merah akibat kucupang dengan sedotan-sedotan keras mulutku. 15 menit setelahnya ibu tak tahan lalu minta segera kusetubuhi.

Tak seperti Bu Hesti yang menduduki kontolku, ibu ingin dientot dengan posisi dibawah, alasannya agar jika aku sampai orgasme maka spermaku bisa langsung masuk ke rahimnya. Ibu benar-benar serius ingin dibuntingi oleh aku! Anak angkatnya, calon menantunya, selingkuhannya, suami gelapnya, pemuas nafsu birahinya, tukang ngentotin memeknya dan calon ayah dari bayi yang dikandungnya!

Kugenjot dengan pelan pada awalnya, berbeda dari permainan Bu Hesti tadi, kami melakukannya dengan santai, lembut, dan mesra, diiringi desahan-desahan pendek dan kata-kata sayang.....

Hmmmm... dengan Bu Hesti tadi aku NGENTOT, sekarang dengan Bu Siska kami bercinta...

40 menit lebih kami bersetubuh dalam mobil yang berjalan, disetiri oleh ibu dosen binal itu. Akhirnya aku melepas juga secara bersamaan dengan ibu yang tengah meraih orgasme. Kutahan kontolku 5 menit sejak spermaku menyembur, kami berpelukan erat, tujuannya agar sel-sel sperma dan sel-sel telur kami benar-benar bertemu dan membentuk benih bayi yang akan tumbuh dalam rahimnya nanti.

Bu Hesti kulihat sampai menggeleng-gelengkan kepala dan mengungkapkan kekagumannya pada teknik bercinta kami. Ia minta suatu saat bisa diperlakukan semesra itu olehku. Bu Siska pun mengiyakan. Apa yang diinginkan Bu Hesti memang selalu didukung oleh ibu, sebagai sahabat sejati mereka benar-benar kompak. Hal ini bisa terlihat dari kisah-kisah petualangan seks kami selanjutnya.

Tak lama setelah aku dan Bu Siska tuntas bercinta, mobil sudah memasuki halaman rumah. Kembali sudah kami ke Jakarta, masih tersisa 2 hari lagi aku akan masuk kuliah.



Acara pesta seks bertiga atau 3some party antara aku, Bu Siska dan Bu Hesti selama enam hari di villa itu berlangsung dengan seru, banyak variasi-variasi ngentot dan bercinta gaya baru yang sebelumnya tak pernah kami lakukan terjadi disana. Namun demikian kami sepakat mengakhiri cerita berjudul TRILOGY diatas sampai disini agar tak jadi membosankan karena cuma mengisahkan permainan kami bertiga. Kata Trilogy yang berarti 3 kisah/sudut pandang (logy) juga sebenarnya sudah tuntas dengan masuknya Bu Hesti menjadi partner seks tetapku setelah aku mengenal permainan birahi dengan Rani calon istriku dan Bu Siska ibu angkatku yang kini bahkan akan menjadi ibu dari anak pertamaku, karena sebulan sejak acara 3some di villa itu, ibu positif hamil.

TRILOGY TAMAT SAMPAI DISINI

Bagaimana kelanjutan kisahku dengan Budhe Anah dan perempuan- paruhbaya lain di seputar keluarga Bu Siska & Bu Hesti? Pembaca bisa ikuti cerita-cerita selanjutnya dengan judul yang berbeda-beda berdasarkan pemeran perempuan dan momentum seksnya masing-masing. Judul besarnya masih “BUDI HARTAWAN The Series” dengan sub-judul yang berbeda pula.
 
Catatan Penulis:

Pembaca tak perlu khawatir, petualangan seks Budi ini masih tetap akan berlanjut dengan masuknya perempuan-perempuan lain dalam kehidupan seksualku. Dan seperti yang sering kutulis pada beberapa alenia di chapter-chapter sebelum ini, aku adalah penggila wanita STW berumur 40 tahun keatas. Saat kisah ini pertama kali terjadi, umurku baru 17 tahun, Bu Siska dan Bu Hesti saat itu berumur sekitar 45-46 tahun. Cerita panjang ini akan terus berlanjut hingga kedua ibu paruhbaya tadi berumur 59 tahun.

Aku berharap pembaca dapat memaklumi “kelainan seks”ku yang lazim disebut Oedipus Complex ini menyebabkan alur cerita didominasi oleh kehadiran wanita-wanita dewasa yang berumur jauh diatasku, mereka lebih tua minimal 20 tahun lebih dariku. Sementara kisahku dengan Rani dan wanita seumur atau lebih muda dariku tak terlalu kutonjolkan karena alasan diatas, meski ada juga beberapa wanita yang kusetubuhi berumur sedikit saja lebih tua dariku, tapi tetap saja kisah-kisah yang kutulis didominasi perempuan paruhbaya berpayudara, pinggul dan pantat besar, berbadan subur, bahenol, bohay, sintal, sedikit gemuk alias tambun tapi tidak gendut, gembrot apalagi obesitas. Karena perempuan type itulah seleraku sejak kecil, sejak mengenal seks. Pembaca bisa melihat hal ini pada cerita-cerita karanganku yang lain berjudul:

Bu Linda
Dokter Miranti
Memuasi Nafsu Kakak-kakak perempuan ayahku
Bibi Marlinda
Tante Sofie
Bu Ifa, Istri Pejabat yang Dilalaikan
Ibu Kepala Sekolahku Yang Jutek Tapi Manis
Aku digilir Guru STW Sekecamatan
Bu Menteri, perempuan STW berwajah lembut
Atasanku, Istri Gelapku
Aku Lelaki Simpanan Ibu-ibu Kaya
Bau Mesum Kantor Bu Kim
Petualangan Seks Bu Henny & Temannya
Keluarga Bu Lisa
Arisan Seks Akhwat Bersuami (STW Arab)
3 Ibu Guruku STW Binal
Ustadzah STW berlibido tinggi
Skandal Incest Ibuku dan Guru Ngaji STW
Birahi Bu Intan
3 STW lintas Etnis
Budhe Retno, Bi Hajjah Marni & Bu Haji Romlah
Pemuas Nafsu STW Hajjah Halimah
Antara Pacarku, Ibu dan Tantenya
Istri-istri Pakde Nono
Aku Pemuas Nafsu Ibu-ibu STW
Balada Istri-istri bossku
Budheku, Perempuan Bermemek Panas

Dan lain-lain yang file-file nya banyak hilang karena rusaknya enternal harddisk ku

Sebagian besar dari tulisan-tulisanku diatas sudah banyak dicopas dan direpost oleh orang lain tanpa menyertakan identitas pengarang aslinya saat aku mengunggah di beberapa situs dewasa yang sekarang sudah tiada. Nama-nama yang pernah kupakai sebagai ID pengarang saat itu antara lain INDRIANI, SISCAJANDA, SURYA, MEMEKIBUSTW, PENCINTA STW, IBU_IBUBINAL, PEMUAS NAFSU STW, DLL



Akhir kata...Selamat menikmati kecrotan-kecrotan kontol Budi selancrotnya... :tegang: :semangat::coli::pantat::Peace:
 
Bakal jadi buku kalo udah selesai semua sequel perjalanan kisah sex budi kayaknya...semangat suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd