Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

Part 22: Bingung kan?

Pov: Bram Kusuma

Aku sampai rumah mertua Sriyono sudah sepi dan tertutup rapat, aku ketuk pintu depan dan Sriyono sendiri yang membukakan pintu.

“Bagai mana udah ada jawaban dari bapak mertuamu?” tanya Sriyono

“Sudah, sambutannya sangat welcome, aku jadi muda banget mas” kataku

“Emang nya kamu udah tua tho, wong masih muda juga masih 30 tahun kan” goda Sriyono

“Ngak 18 tahun sekalian” kataku

“ Ha ha ha itu resikomu mau mengambil Tasya jadi istrimu” jawab Sriyono dengan tertawa.

“Tadi sampai di sana setelah menjemput Tasya, aku sedikit terkejut setelah ibu Sulastri memanggil aku dengan nak Bram” kataku, lanjutnya “Tasya sendiri memanggi aku yang biasanya dengan eyang kakung kalau ada orang lain malah tadi memanggil aku dengan sebutan mas” kataku

Disambut dengan suara tertawa Sriyono tambah keras: “Jadi aku memanggik kamu dengan cucuk ya” ledek Sriyono

“Ya eyang kakung” balasku tambah kesel.

Tak lama kemudian Maharani bangun dan keluar dari kamar mendengar suata ketawa suaminya dengan keras

“Eh… eyang putri bangun tho” ledek Bram ke Maharani

“Apa sih mas Bram, ngak lucu ah” ucap Maharani yang tidak tau duduk permasalanya.

“Gini jeng, Sulastri tadi memanggil Bram dengan sebutan nak Bram” kata Sriyono

“Serius mas” kata Maharani terbengong

Aku hanya bisa mengangukkan kepala sambil tersenyum kecut.

“Padahal Lastri kemenalanmu kan, jadi Bram harus memanggil kamu eyang putri dong” kata Sriyono

Kami pun tertawa lagi, sampai mules perutku dengan ketawa yang ngak ada habis habis nya, setelah tertawa kami reda

“Mas, bawa uang kes 10 juta ngak” kata ku kemudian

“Untuk apa malam lagi” kata Sriyono

“Tasya tadi minta aku uang kes 10 jutanan gitu katanya untuk ibunya sebagai tanda kasih gitu” kataku

“Kalau 10 juta sih ngak ada kalau 5 jutaan mungkin ada, Bram” kata Sriyono

“Ya udah ngak papa aku pinjam dulu kekuranganya aku ambil di ATM aja, kalau bisa begitu banyaknya ngak mungkin harus ambl berapa kali coba, kalau 5 juta kan Cuma 3 atau 4 kali saja” kataku.

“Ok besok ya, nanti deh tak siapkan dulu” kata Sriyono

“Sebenarnya sih ngak perlu ngasih uang segitu banyaknya, sebab aku tahu persis 18 tahun yang lalu istrimu Niken telah memberi dia sebidang tanah seluas 7 bahu ya kira kira 0,5 ha ran, sekitar itu lah, itu 18 tahu yang lalu, sekarang tanah yang 7 bahu itu sudah berkembang menjadi 25 bahu sekitar 3 atau 4 hektar tidak hanya di dukuh ini saja tapi juga di dukuh sebelah sebelahnya, bukan hanya itu saja, dia juga punya penggilingan padi, sapi, kambing dan ungags. sapinya aja ada 30 ekor, coba bayangkan kalau harga sapi sekarang 10 jutaan itu bisa membeli mobil jepang berapa biji coba itu dari peternak sapi saja belun yang lain lain, tapi ya memang penampilannya sangat sederhana sekali orangnya ngak pernah neko neko anaknya saya sekolah nail angkot padahal dia bisa beli 10 sepeda montor sekali gus, dia pun hanya punya 1 sepeda montor itupun sudah jadul, kamu ingat ngak ketika kita datang dia pergi ke balai desa, artinya dia orang terpandang di kampung nya sehingga kelurahan mengundangnya” kata Sriyono

Aku terbengong mendengar cerita Sriyono, luar biasa bapak mertuaku ini batiku

“Lalu bagainana mas, kalau menurut mas aku harus bagainama?” tanyaku

“Karena ini permintaan cucumu sendiri dan cucumu tidak tau apa yang terjadi penilainya hanya menilainya dari luar saja, kalau menurut aku di beri saja lah, dan yang diberi juga bukan orang lain kok, dia adalah calon mertuamu juga kan, kamu ngak mengabulkan permintaan Tasya dikira kamu ngak mau membantu nya walau sebetuknya bantuan itu mubadir, cobalah sedikit demi sedikit beri penjelasan dan wawasan kepada Tasya tapi jangan cepat cepat nanti skock dia” ucap Sriyono bijaksana

“Baik mas aku akan mengikuti saranmu, ini demi Tasya yang kelihatannya sangat bahagia setelah bertemu dengan Sulastri dan Margono dan aku juga merasa senang kalau melihat Tasya senang” kataku kemudian, lanjutnya “besok pagi pagi aku pinjam mobilmu lagi ya”

“Ya boleh asal penui bensinnya” lelakar Sriyono

“Beres itu mah” jawan Bram sambil mengacungkan jempolmya

“Sana tidur, aku juga udah ngantuk he he he” kata Sriyono

“Siap ndan” jawab ku sambil mengangkat tanganya dan di dekatkan dengan pelipisnya sambil berdiri masuk ke kamar yang di sediakan untukku.

----skip----

Pagi harinya aku sudah ada di dalam mobil menuju kota Wonosobo mencari sebuah Bank yang mengeluarkan buku tabung bersama ATM ku, setelah puter puter akhirnya mememukan bank yang di maksud dan berhenti menanyakan apakah bisa ambil Tunai, dan ternyata bank itu bisa melayani pengambilan tunai buka jam 8 – 10 saja kerena libur bersama,Aku pun menanti bank itu buka sebentar lagi kemudian aku bisa ambil 10 juta melalui tarik tunai, setelah mendapatkan uang itu aku pun meluncur kembali ke rumah langsung ke rumah Margono calon mertuaku dan memberikan bungkusan itu ke Tasya, pagi itu Tasya memakai pakaina model baby doll yang sudah kekecilan sehingga lekuk tubuhnya kelihatan merangsang sekali,

“Mas, kok udah datang pagi pagi gini, katanya berangkat jam 10 an” kata Tasya

“Ia jeng aku tadi dari Wonosobo mengambil pesananmu kemarin” kata ku ambil menyerahkan amplop coklat kepada Tasya.

“Duduk dulu mas, pasti belum sempat ngopi kan” kata Tasya

“He he he kok tau aja nih pacar aku ini” kataku

Akupun masuk rumah dan duduk di korsi tamu di rumah itu, sebentar Tasya masuk kerumah membuatkan secangkir kopi sedikit gula

“Eh nak Bram, dari mana nih pagi pagi gini” kata Sulastri

“Dari Wonosobo tadi mengambil pesanan jeng Tasya” kataku sambil menahan senyum lucu soalnya.

Tasya pun keluar dari dalam rumah membawa secangkir kopi di tangannya

“Mas diminum dulu” kata Tasya

“Baik” kataku sambil mengambil kopi buatan Tasya, meminumnya sedikit karena terlalu panas. dan menaruhnya kembali di meja.

“Bapak mana bu” kataku

“Bapak udah dari pagi tadi katanya mau jagain orang orang pada tandur” kata Sulastri

“Luas ya bu, tanah bapak” tanyaku

“Ya ngak lah Cuma beberapa aja kok” jawab Sulastri, lanjutnya “Dibelakaung ada roti sumbu, mungkin nak Bram mau”

“Roti sumbu bu, mau aku, udah lama banget nyak makan roti sumbu” kata ku

“Roti sumbu itu apasih, kok ngak pernah dengar” kata Tasya

Aku dan Sulastri tertawa

“Apa sih kok malah ketawa, orang ngak ngeri juga malah di ketawain” ucap Tasya sewot

“Roti sumbu itu yang kamu makan tadi pagi bersama putri, sayang” kata Sulastri

“Itu bukan ketela ya bu” tanya Tasya

“Ya itu benar dimakan dengan parutan kelapa wah enak tenan” lanjut Sulastri

“Mbak Tasya lebey deh, dasar orang kota ngak tau roti simbu taunya berger” ledek Putri keluar dari kamar

“Putri” teriak Tasya, lanjutnya” awas kau” sambil melototkan matanya ke arah putri

Putri berlalu dengan senyum ke arah Tasya sambil bawa anduk masuk kamar mandi, Tasya pun bangkit dari duduknya ke dapur lagi mengambil ketela rebus di taruh diatas piring dan di taburi kelapa parut

“Ini kan roti sumbunya mas” kata Tasya sambil menaruh di atas meja

“Ini namanya roti sumbu jeng, kalau di belah tu kelihatan sumbunya” kata ku sambil mengambil ketela rebus dan parutan kelapa dan memakannya

“Ibu, ini ada sedikit uang dari aku untuk ibu, sebagai tanda kasih aku harap ibu mau menerimanya” kata Tasya sambil mengacungkan tangannya untuk memberikan amplop coklat yang terletak di atas meja.

Sulastri menangis sambil menerima amplop itu

“Sini sayang duduk di samping ibu” kata Sulastri sambil membangunkan Tasya yang tersimpuh di bawah kaki Sulasri

“Sebenarnya ngak usah pakai ini juga, ibu sudah senang kamu datang dan mengakui aku sebagai ibu mu walau kamu bukan keluar dari rahimku tapi aku yang memberimu asi sejak kamu lahir di dunia ini, ibu sangat senang sekali kamu udah datang rasanya tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan dari itu” kata Sulastri sambil memeluk Tasya yang duduk disampingnya.

“Ini ngak seberapa bila di bandingkan dengan kasih ibu yang tulus ke aku, dan juga bapak dan adik adik aku semuanya walau baru kali ini aku bisa datang kemari” jawab Tasya sambil menanis di pelukan Sulastri

Aku melihat adegan itu menjadi sangat terharu, sebagai laki laki aku merasakan ketulusan kasih yang begitu nyata, aku hanya diam sambil menikmati kopi dan roti sumbu di atas meja. Tiba tiba smartphone ku bergetar ada nada panggilan masuk

“Assalamualaikum mas” kataku setelah mengangkat smartphoneku

“Walaikumsalam, kamu dimama Bram” kata penilpun

“Aku masih dirumah bapak Margono, sebentar lagi pulang nih” jawabku

“Yo wis, Assalamualaikum” jawabnya

“Walaikunsalam” kataku sambil menutup telpun ku

“Ibu, saya mau minta ijin untuk pulang dulu ke Solo nanti besama jeng Tasya, sebab masih banyak urusan yang harus saya selesaikan dan lagi jeng Tasya harus sekolah dulu nanti kalau ada hari libur yang agak panjang aku berjanji akan datang kembali bersama jeng Tasya” kataku

“Jam berapa mau pulang” kata Sulastri

“Selitar jam 10 an bu, mau ke Jogya dulu bersama mas Sriyono dan mbakyu Maharani, kemudian sorenya akan langsung ke pulang ke Solo” kata ku

“Kok cepat sekali sih, seperti mimpi aja, kangenku belum hilang juga” kata Sulastri

“Nanti kalau ada liburan aku dan mas Bram berjanji akan datang lagi, gimana lagi bu aku harus sekolah juga liburan sudah hampir habis” kata Tasya

“Masih satu jam lagi, aku tak pulang ke rumahnya mbakyu Maharani jemput mereka dan kamu jeng siap siap ya nanti aku kesini lagi” kataku

Aku pulang ke kumah mertua Sriyono 10 menit kemudian aku sudah sampai di tempat Sriyono

“Gima cuk udah beres urusannya” kata Sriyono begitu aku turun dari dalam mobil

“Asem” jawabku, lanjutnya ”Udah eyang kakung he he he, aku ngak jadi pinjam karena aku tadi bisa tarik tunai di bank langsung hanya buka sampai jam 10”

“Sama mandi, terus sarapan udah di tungga eyang putri, he he he” ledek Sriyono

“Terus, terus, tak bakar mobilmu” jawabku sambil tertawa bersama

“Ada apa to” kata Maharani yang baru keluar dari rumah

“Nih suamimu ngedekin aku teus, cuk, cuk” kataku

“Udah to mas” kata Maharani sambil menahan tertawa sampai matanya berair.

Aku masuk kamar, ambil ganti dan anduk dan masuk kamar mandi, setelah selesai Maharani ngajak sarapan dulu dan setelahnya berangkat meniju rumah Margono

Aku datang memarkir mobil Sriyono di depan rumah, Margono, Sulastri, Tasya, Putri dan Bagas sudah menanti ledatanganku di teras rumah.

“Kok tergesa gesa to nak Bram” kata Margono

“Ia bapak, masih banyak tugas yang menunggu di Solo, kan akhir tahun juga tutup buku” kata ku memberi alasan, aku melirik ke arah Sriyono dan Maharani menahan tertawa lucu.

“Bapak, ibu aku pamit dulu, aku berjanji akan datang lagi setelah ini” kata Tasya sambil menjabat tangan ke Sulastri dam Margono sambil mencium biku biku tangannya, kemudian ke Putri dan Bagas sambil mencium keningnya dan dibalas cium biku biku tangan Tasya oleh ke dua adiknya

Aku pun lansung menyodorkan tanganku hendak mencium biku biku tangan Margono tapi di tahan dengan rangkulan di pundakku,
“Jangan kapok ya nak Bram” kata ayah calon mertuaku Margono dan aku jawab
“Ia pak” aku melangkah ke Sulastri aku hendak menciun biku biku tangannya tapi juga di tahan dengan memegang ke dua lenganku
“Hati hati di jalan, ngak usah ngebut dan jagain Tasya untuk ibu ya” jawabku
“Ia buk” dan untuk ke dua adik Tasya mencium tangnku dan aku mencium kening mereka masing masing dengan berujar
“Rajin belajar ya, jangan main layangan terus” kataku
“ya om” jawab mereka berdua

“Paklik terima kasih telah mempertemukan kembali anakku Tasya” kata Sulastri sambil menjabat tangan Sriyono dan dan Maharani sambil mencium biku biku tangannya, demikian juga Margono dan kedua tangannya.

“Kami pamit dulu ya No” kata Sriyono dan Maharani

Aku pun mengankat tas Tasya dan memasukkan di begasi, Sriyono dan Maharani masuk ke dalam mobil duduk di bangku tengah, Tasya kebingungan

“Tasya kamu didepan disamping masmu” kata Maharani

Tasya pun menganggukan kepalanya dan masuk di bangku depan sebelah kiriku, aku masuk ke mobil langsung ke tempat duduk pengemudi, aku memandang Sriyono dan Maharani mereka berdua tersenyum mengejek, asem batinku.

Mobil pun berjalan dengan pelan meninggalkan pekarangan rumah Margono dan Sulastri, setelah sampai jalan Raya menuju magelang dengan kecepatan sedang. Aku mengemudikan mobil dengan sekali kali melirik ke Tasya yang asik memainkan smartphonenya sebentar bentar tersenyum sendiri setelah membaca WA group yang diikutinya.

“Tasya, kamu ngak haus, beli munun gih di Aprilmart depan” kata ku sambil memecahkan keheningan

“Ya, eyang kakung haus ya, baik nanti beli munuman di Aprilmart aja” jawab Tasya

“Lho kok kembali lagi panggilannya” Kata tante Maharani

“Apa sih tan” kata Tasya

“Tadi aku dengar Tasya memanggil mas pada eyang kakungmu” kata Maharani, lanjutnya “Biar eyang kakungmu awet muda dan kalian tu sudah sepadan kok, yang satu cantik yang lain ganteng, yang satu muda belia yang lain sudah tua hix hix hix, tapi memang benar kata pujangga cinta tidak memerlukan alasan, perbedaan usia, asalkan hati sudah bicara itulah cinta”

“Aku takut keterusan tante, kalau di depan orang banyak apa jadinya kata orang” bantah Tasya

“Ngak masalah Tasya, biar mereka tahu bahwa kamu saling mencintai, jangam takut kata orang, bener ngak Bram” kata Maharani

“Bener sih, ngapain harus dengar kata orang, tapi ya jangan distrutif gitu pelan pelan saja asal selamat” kataku

“Tapi kan kini hanya ada kami yang mendukungmu dan mencarikan jalan keluar dari masalahmu Bram, jadi ngak ada salahnya kamu dan Tasya bermesra mesra an di depan kami, apalagi kamu Bram sudah lama di tinggal Niken, kalau kanu mau ciuman bibir didepan kami kami akan maklum kok Bram, Niken sahabatku dia selalu selalu terbuka pada aku sehingga aku tau masalahmu sebelum kamu datang ke aku sebab Niken juga pernah minta tolong ke aku untuk menjagamu Bram untuk cucunya Tasya itu dikatakan ketika aku menjenguk istrimu di rumah sakit menjelang ajalnya dan tanpa di minta ke dua kali aku langsung mencarikan jalan keluar ketika pertama kali kamu telpun ke mas Sriyomo beberapa hari sebelun kamu dan Tasyya ke Jakarta” kata Maharani.

“Asem kowe Sri, ngak mau crita ke aku” kata Bram

“Salahmu sendiri ngak mau tanya, dan setelah kamu tanya kan aku terus aku juga mendukungmu kan” kata Sryono

“Udah Jeng itu ada Aprilmart di depan, berhenti dulu ya” kataku

“Baik Mas, tante mau minum apa” kata Tasya ke Maharani

“Aku juga mau keluar pilih sendiri he he he” jawab Maharani

Setelah mobil di parkir di depan Aprilmart Tasya dan Maharani keluar dari mobil membeli minuman dan cemilan untuk mengusir rasa ngatuk dan jemu.

“Tak belikan kopi mas, biar ngak ngantuk dijalan juga untuk om Sri juga” kata Tasya

Setelah mobil berjalan kembali

“Bram mampir di tape Muntilan ya beli oleh oleh untuk cucuku” kata Maharini

“Siap eyang putri” kata Bram sambil tersenyum

“Kok eyang putri sih” kata Tasya

“La ia to jeng, ibumu Sulastri adalah kemenakan Maharani dan kamu merupakan anak dari Sulastri jadi kamu cucu kepenakan dari Maharani dan aku jadi suamimu kan seharusnya aku panggil eyang juga sama Sriyono dan Maharani. Beda juga kalau di hubungkan dengan Niken merupakam saudara sepupu dengan Sriyono dan Niken istriku, jadi aku juga saudara sepupunya Sriyono dan kamu juga istriku jadi kamu juga adik dari Sriyono jadi kamu berhak panggil mas ke Sriyono dan Mbak ke Maharani, bingung kan, tapi menurut aku apa sih arti sebuah panggilan dan sebaiknya panggil aja seperti biasanya kalau kamu biasa panggil om ke Sriyono ya panggil om aja kalau kamu biasanya panggil tante ke Maharani ya panggil tante aja, gitu kok repot” kata Bram.

“Benar Bram apa sih arti panggilan kalau bikin repot” tegas Sriyono

“Ya mas aku baru sadar sekarang” jawab Tasya, lanjutnya ”Tapi aku sudah jatuh cinta ke eyang kakung dan tak mungkin bisa kembali lagi dan akan terus berjalan mengikuti suara hatiku”

“Siapa yang suruh Jeng Tasya untuk kembali lagi, akupun ngak mungkin berbalik arah da akan terus berjalan sampat stasiun akhir dari cinta kita” kata ku

Tasya menggemgam tanganku dan menyadarkan kepalaku di lengan sebelah kiri

“Ia mas sampai saat ini semua lancar bahkan aku rasa ngak ada halanga yang berarti tapi siapa tahu kedepanya” kata Tasya

“Kita hadapi bersama Tasya” kata Bram

“Cie cie romantic banget nih kayak senetron FTV” canda Maharani

“He he he “ kata Tasya sambil menolah ke belakang

“Mas nanti di SPBU bernenti sebentar ya mau kebelakang” kata Tasya

“Boleh sekalian beli bensin, aku sudah janji ke pak bos mau ngisi bensin sampai penuh” kataku

“Ngak perlu Bram, tadi kan cuma canda” kata Sriyono

“Di isi juga ngak apa apa kok om” saut Tasya

“Tu bu boss owner sudah beri lampu hijau” kata Bram

“Apa sih mas” jawan Tasya sambil mencubit lenganku dengan mesra

“Ya deh terserah bu boss aja, prahurit kan nurut sana bu boss” canda Sriyono

“Bu boss apaan” kata Tasya.

Sebentar kemudian mereka melihat SPBU di kiri jalan, langsung Bram memberi tanda belok ke kiri, mobil pun berhenti di dekat toilet, menurunkan Tasya dan Maharani yang ingin ke toilet, mobil di bawa ke antrian untuk mengisi bensin. Setelah selesai mobil kembali parkir dekat toilet kembali.

Setelah Tasya dan Maharani kembali duduk di dalam mobil dan mobil pun berjalan kembali san setengah jam kemudian sampai di muntilan

“Mbak Rani udah sampai di muntilan jadi beli tape ngak” kataku

“Jadi dong Bram cucuku paling suka tape ketan ijo” kata Maharani

Setelah sampai depan conter tape ketan muntilan Maharani dan Tasya turun masuk conter aku dan Sriyono tetap di dalam mobil

“Mas aku nanti turun di stasiun tugu aja mau naik kereta pramek” kataku

“Lho kok ngak mampir dulu” kata Sriyono

“Lain kali aja mas, nanti malam ada acara pergantian taun di kantor Larasati Group, ajang tahunan mas, sekali waktu biar anak anak rilek dan saling kenal satu sama lainya” kata ku

“Oh gitu ya, ya ngak papa nanti turun di stasiun tugu” kata Sriyono

“Mas aku beli satu ya tape kentan ijo, kek nya kok enak gitu” kata Tasya setelah menghampiriku

“Ngak papa Tasya kalau satu, besok kalau pingin tak beliin yang banyak kalau bawa mobil sendiri ngak ribet” kataku

Setelah itu kamipun masuk ke mobil kembali dan aku masih menjadi sopir satu jam kemudian aku sudah sampai du Stasiun Tugu dan turun dari mobil mengabil tasku dan tas Tasya dan kembali ke tempat Tasya, Sriyono dan Maharani

“Makasih mas, telah mengantar aku dan Tasya ke tempat bapak mertuaku” kataku

“He, ngak apa apa lah kita kan bersodara apaun masalah mu juga mejadi masalahku dan demikan sebaliknya, semoga berhasil dan sukses” kata Sriyono sambil memeluk tubuhku

“Terima kasih mbak atas atensi dan selalu mendukungku bersama Tasya, jasa mbak ngak akan aku lupakan, begitu ya Jeng” kata ku sambil menyalami tangan Maharani.

“Ya sama sama Bram, hidup ini kan saling tolong menolong dan saling bantu memnantu, sekarang ini aku bisa bantu kau, tapi lain kali aku akan mimta bantuanmu Bram” kata Maharani,

“Om terima kasih atas bantuannya, sehingga aku dapat bertemu kembali dengan ibuku” kata Tasya sambil mengulurkan tangannya dan mencium biku biku tangannya

“Tasya sudah layak dan pantas aku mendukungmu” kata Sriyono

“Tante terima kasih atas semuanya” kata Tasya sambil berciuman di pipi

“Sama sama Tasya” jawab Maharani

Kami pun berpisah aku dan Tasya masuk stasiun Tugu dan Sriyono masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan Stasiun Tugu. Aku membeli tiket ke Solo dengan Pramek memeng jurusan Solo Jogya dan menanti kedatangan kereta.

Dua jam kemudian aku dan Tasya sudah sampai ke stasium Balapan dengan menggunakan taksi online akhir aku sampai juga sampai dirumah

“Tasya sekarang istirahat dulu nanti malam ada acara pergantian tahun di kantor Larasati Group” kataku

“Oh ia, kok baru dengar mas” kata Tasya

“Ini acara tahunan yang setiap tahun diadakan, ini sudah tahun ke tiga, tujuannya saling mengakrapkan diri dengan sesame karyawan baik karyawan tetap, kontrak dan lepas baik yang di kantor ataupun di outlet outlet milik Larasati group, nanti memberi sambutan ya sebagai owner Larasati Group” kataku

“Siap” jawab Tasya,


Bersambung dulu, selamat malam minggu.
Kalau ngak ada aral melintang Minggu besok Update lagi

Selamat menikmati dan Semoga berkenan

Thank
ROO238
 
Lanjut para suhu, reader pencinta cerita ane

Part 23: Pergantian Tahun

Pov : Tasya Anggraeni

Jam menunjujkan jam 16.30 ketika aku dan mas Bram tiba kembali di rumah ini karena hampir 10 hari aku dan mas Bram melakukan perjalalan yang sangat melelahkan tapi juga sangat menyenagkan kerena aku dapat bertemu kembali dengan orang orang yang sangat berarti dalam hidup ini dan itu membuat aku merasa bangga, terutama sekali aku bertemu ibu yang pernah menyusui aku memberikan asi kehidupan ketika aku masih bayi.

Dan yang lebih penting aku mendapat kepastian yang lebih serius dengan hubunganku dengan mas Bram ku, Bapak susuanku sudah bersedia menjadi wali aku dalam menyatukan niatku menjadi istri syah dari mas Bramku sudah di depan mata dan aku sangat bahagia sekali.

Aku marasa bersukur atas kemudahan yang diberikan semesta yang masih berpihak padaku dan pada mas Bram ku yang bener benar aku cintai dengan sepenuh hati, ketika aku pertama kali memanggil mas pada mas Bram ditelingaku merasa aneh dan lucu sehingga aku tertawa sendiri di dalam hati, terdengar sangat lucu ketika mas Bram memaggil ku dengan Jeng seperti eyang kakung memanggil eyang putri Niken panggilan ini terasa aneh tapi aku suka, lama lama panggilan itu mulai terbiasa di dalam telingaku.

Baru sampai dirumah mas Bram ini di sambut oleh mbak Surti di depan pendopo langsung meminta tas ku dan tas mas Bram yang di bawa keluar dari taksi yang mengantar aku dan mas Bram dari stasiun Balapan tadi, aku langsung masuk kamar ku dan mas Bram juga masuk ke kamatnya dan segera melepas pakaianku dan melihat pembalut yang aku pakai masih terlihat semburat semburat bercak warna merah di sana sini padahal aku pakai setelah mandi pagi di rumah bapak Margono, Aku langsung masuk kamar mandi dan segera mandi dan rasa segar di sekujur tubuhku, mengerinkan tubuh ke dengan handuk yang baru aku keluarkan dari lamari pakaianku, dan mengganti pembalut dan celana dalamku dan memakai kimono warna putih dengan hiasan bunga sakura.

Aku keluar dari kamarku menuju dapur membuatkan miniman kopi kesukaan mas Bram dan membuat susu coklat kesukaanku sendiri dan membawabya di ruang keluarga dan duduk disana sambil menikmati acara TV sore itu.

Sebentar lemudian eyang kakung keluar dari kamarnya memakai kimono berwarna putih dan duduk disampinku

“Mas, itu kopinya udah tak buatin” Kataku

“Terima kasih jeng, istriku tersayang” jawab mas Bram sambil memegang kepalaku dan mencium keningku dan duduk di sampingku.

“Bagaimana perasaanmu sukarang, jeng” kata mas Bram

“Terima kasih mas, sekarang sudah ngak ada penghalang sama sekali walau mama ngak setuju pernikahan ini tapi kan bapak dan ibu ku sudah merestui rencana kita untuk membangun rumah tangga bersama mas Bram tercinta” Kataku sambol memegang kangan kirinya yang ada di sebelahku

“Tetap lah jeng aku masih mengharapkan persetujuan dari anak Rini biar tidak ada masalah di kemudian hari dan melakukan pelanggaran hukum yang berakibat fatal” kata mas Bram

“Mas aku punya berita bagus nih, mau dengar ngak” kataku

“Mau dong, berita bagus ya” kata mas Bram

“Aku sudah besih hanya tinggal plek plek sedkit” kata ku

“Oh ya berati aku bisa tengok tengok dulu dong” kata mas Bram sambil tersenyum senang

“Ngak boleh, katanya akan pasang IUD dulu” kataku

“Ya sebentar tak hubungi Dr Ayu dulu akhli kebidanan” kata mas Bram sambil melangkah meninggalkan aku dan masu kamarnya kembali mengambil smsrtphone nya dan menghunungi seseorang.

Seperempat jam kemudian eyang kakung keluar dari kamar dengan wajah seria

“Nanti jam 7 nan di tunggau ditempat prakteknya” kata mas Bram

“Siapa sih Dr Ayu ity mas” kayaku

“Dr Ayu adalah sahabat eyang putri Niken semasa di SMA seperti juga Masella, dan atas bantuan eyang putri Niken dia berhasil mengambil spesialisnya sebagai dokter spesialis kandungan dan kini mendirika Rumah sakit bersalin itu pun atas bantuan eyang putrimu” kata eyang kakung

“Waduh, ternyata eyang putri itu keren banget ya, semua sahabatnya di bantu dan aku salut dan angkat topi setinggi tingginya ke eyang putri Niken” kataku

“Oleh sebab itu ngak ada penolakan untuk memasang IUD untuk dirimu jeng, tapi katanya sebaiknya kamu di akui sebagai istri ku yang masih kuliah gitu dan menunda kelahiran, sebab dr Ayu sekarang sedang berada di Surabaya di tempat anaknya, tapi tadi berjanji akan menghubungi bidan yang bertugas malam ini atau dr kandungan yang lain untuk pemasangan IUD, biar ngak ada pertanyaan macam macam dari mereka” kata mas Bram

“Jadi malam ini ya mas, sebelum acara di kantor” kataku

“Ia “ jawab mas Bran

“Kesukaan tu burung garudanya mas Bram sangkarnya udah di upgrade lagi” he he he “ kata ku sambil menyandarkan kepalaku di bahu kiri mas Bram

“Sok tau aja” jawan nas Bran sambil mencubil pelan hidungku

“Rencana pulang ke Semarang kapan Jeng” kata mas Bram

“Sekarang kan hari Selasa tanggal 31, nanti aja sekitar tanggal 3 gitu mas, soalnya hari senin tanggal 6” kata ku

“Kalau mamamu pulang kapan” kata mas Bram

“Menurut rencana sih juga tanggal 3 an gitu” kataku

“Kalau giti kamu pulang tanggal 4 aja dan sambil menanti keputusan mamanu kapan pulangnya” kata mas Bram

“Ia deh, aku setuju” kataku

----skip----

Jam 7 malam ini malam pergantuan tahun terlihat mas Bram dan aku sudah siap untuk berangkat menuju klinil bersalin milik Dr Ayu dengan menggunakan mobil dan nas Bram yang mengemiudikam mobil itu, setengah jam kemudian kami sudah sampai di Rumah Sakit Ibu dan Anak, aku dan mas Bram turun dan menggandeng tanganku menuju lobby rumah sakit itu dan bertemu dengan resepsionis rumah sakit itu yang di jaga seorang perawat

“Malam mbak” ucap mas Bram

“Malam pak, apa yang bisa bantu” kata perawat yang menjaga

“Saya Bram Kusuma, tadi saya udah telpun dr Ayu dan saya disuruh kemari oleh dr Ayu bertemu dengan bidan jaga” kata mas Bram

“Sebentar ya” jawab perawat itu dan menghubungi seseorang dengan menggunakan telpun

“Silahkan pak bu Bidan Nurningsih sudah menunggu di ruang prateknya” kata perawat itu

Aku dan mas Bram langsung melangkah menuju ruang praktek bidan Nurningsih setelah mas Bram mengetuk salah satu pintu dan terdengar suara wanita mempersilahkan masuk

“Hallo pak Bram” kata Bidan itu

“Hallo Nur” kata mas Bram sambil bersalaman

“Kapan merit nya kok ngak ada undangan sih” kata Bidan Nur

“Memang ngak dirayain kok, yang penting syahnya dulu, hanya keluarga dan teman dekat saja yang aku undang” kata mas Bram penuh kebohongan, aku hanya tersenyum mendengar jawaban mas Bram, lanjutnya“Kenalkan ini, istriku Tasya”

Tasya pun mengulurkan tangannya untuk saling berjabatan tangan dengan bidan Nur

“Gini mbak Nur kan aku masih kuliah baru semester 3 dan aku mau menunda kehamilamku dengan mas Bram” kataku

“Oh gitu” tanya budan Nur, lanjutnya “Berapa usiamu”

“Baru 20 tahun, mbak” jawab ku bohong

“Terus kapan men terakhir” kata mbak Nur

“Baru bersih tadi siang, tadi pagi masih plek plek sedikit, tapi sekarang udah bersih” kataku

“Yok, bu Tasya ikut aku” kata bidan Nur

Aku dan bidan Nur mesuk di sebuah ruang yang hanya di sekat dengan korden warna putih, bidan Nur menutup korden tersebut dan mempersilahkan aku tiduran di ranjang periksa. Tak beberapa lama bidan Nur mengankat kedua kakiku ke atas ditumpangkan ke tumpangan dari besi untuk menahan ke dua kaki ku katas dan mengabil suatu alat dan menunjukkan kepada aku

“Ini IUD bu, aku pasang ya” kata bidan Nur

Aku hanya mengangguk meniyakan, tak lama hanya 15 menit selesai proses pemasangan IUD ter sebut, dan aku dipersilahkan kembali ke tempat sumula duduk disamping mas Bram.

“Ini pak Bram dan Bu Tasya, ini ada obat di minum, yang ini anti peradangan dan ini pengurang rasa sakit, diminum setelah ini, tapi setelah 6 jam ada rasa nyeri atau apa obatnya di minum lagi kalau ngak ada keluhan ya ngak usah di minum, dan ini di berikan oleh perawat yang jaga di depan ya” kata bidan Nur

“Terima kasih Nur, aku permisi dulu” kata mas Bram sambik menyalami tangannya

“Terima kasih mbak Nur” kata ku sambil menyalam tangannya

“Sama sama pak Bram dan bu Tasya” jawab bidan Nur

Setelah selesai aku dan mas Bram kembali ke meja resepsionis umtuk memberikan surat dari bidan Nur

“Jadi semuanya xxxx rupiah, tolong di bayar di kasir pak” kata perawat tadi

“Itu sedanga dengan obatnya” kata mas Bram

“Sudah pak, nanti obatnya di ambil di sini” kata perawat tadi

Setelah mas Bram membayar dan mengambil obatnya aku dan mas Bram pergi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak tersebut

“Makan dulu ya jeng untuk minum obatnya” kata mas Bram

“Makan di mana mas” jawabku

“Mau makan apa” tanya mas Bram

“Disiap saji aja mas, MD “ kata ku

“Ok” kata mas Bram, sambil menjalankan mobilnya menuju sebuah mall yang ada MDnya

Sesampainya di mall tersebut mas Bram turun dan melangkah ke samping pintu penumpang dan memapah aku turun dari mobil, tangan kiriku memegang tangan kanan mas Bram dan turun dari mobil, setelah menutup bobil mas Bram menekan kunci otomatis dan menggandeng tanganku memasuki mall ternyata mall masih sepi hanya terlihat berapa orang yang ada dalam mall

Aku dan mas Bram melangkah ke konter MD dan memesan makanan siap saji tersebut dan memilh tempat duduk yang pojok, mas Bram menarik korsi dan mempersilakam aku untuk duduk karena aku yang membawa makanan yang aku pesan tadi dan mas Bram duduk di depanku

Acara makan pun segera di mulai, dengan penuh canda dan tawa

“Ngak nyangka kalau mas Bram seromantis ini ke aku” kataku

“Ia kan jeng, kalau berjalan dengan istri tercinta memang harus romantic”jawab mas Bram

Setelah makan selesai aku ambil pil yang diberi oleh bidan Nur dan meminumnya, aku dan Mas Bram kembali ke mobil untuk menuju ke kantor Larasati Group untuk menyambut tahun baru bersama sekuruh keluarga besat Larasati Group
Setengah jam kemudian Aku dan mas Bram sudah berada di plataran Larasati Group dan sudah banyak juga yang datang pada acara ini memang acara tidak resmi hanya kumpul kumpul dan omomg omong kosong dengan teman atau saudara dan banyak juga mereka yang datang dengan pacarnya atau tunangannya karena semua karyawan kalau dipersetasikan 75 % adakah bekum berkeluarga dan masih bujangan.

Aku sangat senang melihat banyak karyawan Larasati Group yang berwajah ceria dan saling canda tawa mereka saling bergerombol gerombol membentuk kelompok masing masing. Aku duduk bersama para manager yang datang dan disebelah setalan ada panggung kecil dan di atas panggung ada ogan tunggal yang dimaikan juga dari karyawan Larasati Group. Memeng mas Bram yang selalu mamberi dorongan ke semua karyawan untuk selalu berinofatif untuk kemajuan bersama semua solo orgen yang semula di usulkan oleh tante Luna untuk resepsi perkawinan dari pada sewa salo organ dari luar maka mas Bram membeli seperangkat orgen untuk keperluan itu, ada karyawan yang hobby bermain organ dan ada juga karyawan yang hobbynya menyayi bisa di salurkan juga mendapat tambahan penghasilan.

Malam itu malam tahun baru dan tepat jam 11.30 acara solo organ di hentikan sebentar dan pembawa acara menyatakan ada pesan dari pemilik Larasati Group dan Tasya dipersilahkan tampil kedepan panggung

Akr melangkah mendekati panggung dan memegang microfon dan mulai memberi kata sembutan

“Yang terhormat dan tercinta eyang kakung Bram Kusuma selaku direktur Larasati Group, kepada semua meneger yang tergabung dalam Larasati Group dan semua teman teman seluruh karyawan dan karyawati Larasati Group, Assalamualaikum dan salam sejahtera bagi kita semua, saya bersyukur atas Rahmat dan Karunianya semua nikmat yang telah kita terima bersama sama, saya hanya akan menyampaikan satu hal, mari sama merenungkan apa yang sudah kita perbuat demi ke keluarga dan demi kekesejahteraan kita bersama, kita tingkatkan semua yang kita anggap baik dan kita tinggalkan apa yang kita anggap tidak baik dan semua yang kita kerjakan itu berdampak positif untuk keluarga kita masing masing untuk mensejahterakan keluarga

.…..

Sambutanku di sambut tepuk tangan cukup meriah

Jam 12.00 aku diminta menyalakan lilin yang cukup besar bertuliskan tahun ini dan mas Bram menyalan kembang api di tengah tengah lapangan yang memang sudah dipersiapkan dan setelah iti saling bersalaman satu dengan yang lain saling mengucapkan selamat tahun baru.

Kegiatan menyambut tahun baru ini di lanjut kan tapi aku dan mas Bram pulang dahulu karena badan sudah tidak kuat dari tadi pagi belum istirahat sampai di rumah sudah menunjukan pukul 02.00 lebih sampai aku tertidur di mobil yang mas Bram kemudikan karena terjebak macet di tengah pejalanan pulang.

Sampai dirumah dan setelah memasukan mobile yang kakung menggendong aku dan di bawa masuk ke kamarku, setelah mas Bram melepas semua pakaianku dan melepas pakaiannya sendiri dalam keadaan sama sama telanjang aku dan mas Bram tertidur saling berpelukan selayaknya sepasang suami istri, tanpa ada kegiatan sex karena kecapaian

Pagi harinya aku bangun jam 10 an dengan badan cukup segar, dan aku melihat mas Bram masih terdidur disamping ku dan enak sekali tidur dalam pelukanku, pelan pelan aku mengalihkan tangan mas Bram yang menindih tubuhku dan turun dari tempat tidur setelah membetulkan letak selimut yang aku pakai semalam aku langsung masuk kamar mandi, dan membersihkan tubuhku dengan menyiram tubuh ku dengan air dingin dan terasa sugar sehabis mandi aku pakai kimono putih yang kemarin sore aku pakai tanpa memakai CD dan Braku, aku keluar dari kamar, suasana masih sepi sekali semua lampu masih menyala dan mbak Darsih ngak datang pagi ini karena libur tahun baru, aku bikin kopi kesukaan mas Bram dan membuat coklat panas setelah mematikan lampu dan membuka jendela di semua ruangan termasu kamar ku dan kamar mas Bram biar udara berganti segar.

Aku bangunkan mas Bram dengan ciuman di bibir dengan lembut dan mas Bram membuka matanya dan mengucapkan

“Selamat tahun Baru Tasya, kekasihku, istriku yang tercinta” kata mas Bram sambil mencium keningku lama

“Selamat tahun baru suamiku tercinta mas Bram Kusuma” kataku sambil mencium bibir mas Bram dan menyambut ciumanku dan menariknya sehingga aku jatuh di atas tubuh telanjangnya.

“Mas bangun sudah jam 11 lho” kata ku, lanjutnya ”Mandi mas biar seger”

Mas Bram menjawabnya dengan angguan kepalanya dan bangun dari tempat tidur dan melangkah masuk kamar mandi masih dalam keadaan telanjang, aku memperhatikan dan ingin tertawa melihat penis mas Bram yang tegang bergoyang ke kiri dan ke kanan lucu.

Setelah selesai aku menyodorkan kimono putih yang di pakai kemarin sore dan keluar dari dalam kamarku dengan bergandengan tangan mesra kemudian duduk di ruang keluarga sambil menikmati kopi buatanku dan beberapa makanan ringan yang aku beli kemarin siang di stasium Tugu.

“Capai sekali aku, mas” kataku, lanjutnya “Tapi sekarang sudah seger sekali

“Ada keluahan ngak, kemarin pasang IUD nya” kata mas Bram

“Ngak tu mas, biasa aja ngak terasa” kataku

“Jeng ngak lapar” kata mas Bram

“Oh, ia aku kemarin di bawain makanan dari kantor oleh tante Marsel, masih di mobil belum di keluari” kataku sambil melangkah menuju garasi tempat mobile mas Bram di parkir, aku buka mobil mas Bram yang tidak di kunci, tadi malam ngak sempat menguncinya aku ambil bingkisan tas kresek yang di taruh di jok tengah dan aku bawa ke dapur dan memanasinya semua lauk dan nasi yang di bawakan dari kantor kemarin, setelah semua nya siap aku melangkah ke tempat mas Bram duduk dan menggandengnya ke meja makan dan kami makan bersama.

----skip----

Siang itu setelah makan siang aku dan mas Bram duduk kembali di ruang keluarga aku duduk di samping mas Bram dan merebahkan kepalaku di pangkuannya terasa nyaman terlindungi tangan mas Bram berada di kepalaku dan menusap ngusap dengan lembut mataku yang selalu memandang mas Bram dan merasa kagum dengan mas ku yang satu ini, badan tegap, kulit agak gelap, hidung mancunng agak melebar bibir tebal, rambut sudah dua warna putih dan hitam itu yang membuat eyang kakung tambah ganteng, orang pasti tidak mengira kalau umurnya sudah setengah abat lebih bukan karena pandai merawat diri tapi hobbymas Bram ku adalah olah raga sehingg badan menjadi tetap fit itu menyebabkan segala keriput pada wajahnya begitu cepat menghilang hiburan satu satunya mas Bram adalah olah raga hampir semua jenis olah raga mas Bram kuasai tapi hanya beberapa saja yang mas Bram tekuni.

“Mas, ingat ngak ketika mas pulang dari tugas dan berdansa dengan eyang putri, waktu itu aku ada rasa cemburu mas dengan eyang putri Niken, begitu mesranya mas memeluk eyang puteri Niken dalam iringan lagu romantic, masih terbayang sampai sekarang mas Bram memperlakukan eyang putri seakan eyang putri seoarng putri dan itu membuat aku selalu ingin merasakan menjadi eyang putri yang selalu di lindungi oleh pangeran tercinta” kataku

Mas Bram memandang mataku begitu dalam seakan pandangan itu tembus sampai di ujung hati yang paling dalam menembus jantung dan aku merasa berdaran jantungku semakin cepat terpicu hormone adernalin, tatapan mata mas Bram pun aku balas dengan senyuman yang akan meningkatkan sexualitas dan menggugah singa jantan dari tidurnya, mas Bram menundukkan kepalanya berusaha mencium keningku

“Tasya, Waktu itu telah berlalu dan semua yang terjadi dengan eyang putrimu NIken telah menjadi kenengan di lubuh hati sebagai lembaran masa lalu dan kini aku berhadapan dengan kekasih hatiku yang masih muda belia dan selelu menggairahkan” kata mas Bram, lanjutnya ”Tasya maukah kamu berdansa denganku siang ini sambil mengenang ketulusan cinta eyang putrimu NIken”

“Mau mas, aku mau berdansa dengan mas saat ini” kata ku

Kami pun bediri dan mas Bram melangkah mematikan TV yang sedang di lihatnya menghidupkan oudio set di ruangan itu dan memilh lagu dengan irama wols yang segera mengalun lagu romantic di ruangan itu dengan suara yang pelan, dan melangkah medekatiku dan mengganeng tanganku di bawanya agak jauh dari korsi dan sofa di ruang keluarga tersebut.

Mas Bram memeluk pinggangku dengan ke dua tamggannya dan aku menyesuaikan diri ke dua tangan ku berada di pundahnya, tinggi aku hampir seimbang hanya terpaut 5 – 6 cm saja sehingga mas Bram tidak perlu menunduk ketika mas Bram mencium bibir aku pun dengan santai memerima ciuman lembut dengan penuh perasaan

Aku melangkah sesuai dengan irama wols yang lambat seakan badan kami terayun ayun dalam pelukan mas Bram begitu rapat nya memeluk tubuhku, tangan mas Bram menarik tali kimonoku dan kimono yang di pakainya sendiri otomatis belahan dada ku dan mas Bram terbuka dan aku merasakan gesekan tubuh bagian depan mas Bram langsung bergesekan dengan tubuhku, payudaraku yang sanagt sensitive langsung bergesekan dengan dada bidang mas Bram tanganku yang ada di pundah mas Bram menarik kimono yang dipakai mas Bram ke belakang sehingga kimono mas Bram terlepas meninggalkan tubuh atlis mas Bram dan tangan mas Bram punmenarik komono yang aku pakai ke belakang dengan sangat sukses komono yang aku pakai meninggalkan tubuh ku dan kami pun bertelanjang karena dari bangun mandi aku dan mas Bram sudah tidak memakai apa apa lagi baik CD dan Bra demilinan juga mas Bram juga sudah tidak memakai cd

Mas Bram meremasi bongkahan pantat ku yang semakim membesar karena setelah ritual kari Kalimantan dan kedua tanganku juga menekan dada mas Bram sehingga payudaraku menempel langsung dengan dada mas Bram yang bidang dan berbulu tipis dan gesekan putting ku dengan bulu bulu mas Bram membuat bulu dukuku meriding nikmat

“Pas, enak di remas pantatmu jeng di tangan ku” kata mas Bram

“Bulu bulu dada mas Bram juga bikin aku merinding yang nikmat” kataku

“Jeng, suka” kata mas Bram, aku menjawabnya dengan mengangukan mepala

“Maaf ya mas, kalau di bandingkan dengan punya eyang putri “ kata ku

“11 – 12 lah Jeng dalam remasan mas Bram, malah aku juga masih merasakan pantatmu persis sama dengan pantat eyang putrimu setelah ritual kamarin” jawab mas Bram sambil melumat bibirku yang merapat dan selalu menempel di bibir mas Bram, tak terasa suara leguanku tertahan di selah selah nafasku yang mulai memburu

“Kalau nenenku mas” kataku

Sakah satu tangan mas Bram pindah ke payudaraku dan meremasnya denan lembut

“Sama juga, sekarang nenenmu udah tambah besar setelah ritual kemarin dan aku senang kamu mau ikut ke Kalimantan sementara eyang putrimu terlalu sibuk untuk meninggalkan kota ini dan selelu menolak ketika ku ajak ke Kalimantan” kata mas Bram

Aku dan mas Bram masih berdansa tanpa menggunakan baju, aku telanjang dan mas Bram juga telanjang terasa lebih nikmat berdansa dengan keadaan begini tanganku bisa meraba apa saja yang ada di depanku demikian pula dengan mas Bram bisa meraba semua bagian tubuh ku tanpa penggalang, tangan nakal mas Bram mulai merabai memekku dan mulai menjamah itilku aku merasakan seperti terbang melayang di awang awang terus berdansa langkah kakiku terus bergerak seirama lagu wals yang masih terdengar secara perlahan di telingaku rangkulanku ke tubuh mas Bram lebih erat lagi dan ciuman bibirmu pun lebih mendadam lagi aku melepas ciumamku dan kini tangan kiriku turun kebawah dan mulai memegang penis mas Bram yang semakin mengeras dalam genggamanku.

“Maassss, aku ingin ini, tapi tidak disini di dalam kamr biar lebih terasa” kata ku manja

Tanpa menjawab mas Bram mengankat tubuhku dengan tumpuan pantatku yang dinaikan keatas sehingga badanku ikut naik ke atas dan mas Bram membawaku ke kamar mas Bram dan aku pun membuka pintu kamar mas Bram dengan tanganku dan menutupnya lembali dan mas Bram langsung menurunkan aku di samping tempat tidurnya.

Mendorong tubuh ke supaya terlentang di atas tempat tidur dengan spei biru muda menutupi spring bad, aku naikan kaki ke atas segingga memeku terlihat jelas tanpa aba aba mas Bram mendekati belahan memek putihku yang sedikit di rumbui rambut, sejenak mas Bram memandang memekku yang polos, dan bibirnya mulai menyentuh bibir memekku dan lidahnya menjalur masuk kedalam belahan memekku, aku merasa kan sesuatu yang nikmat sentuhan bibir mas Bram ke bibir memekku. Badan mas Bram semakin merendah sejajar dengan tempat tidut tangannya menyusup kebawah pinggulku dan menerobos sampai menyentuh putting susuku dan melai meremas dan memainkan pentil susuku dengan pelan dan ini membawa sensasi yang sangat menggairahkan, bibir mas Bram menyentuh itikku dan memberi sedotan yang sangat kuat sehingga badanku tertarik ke atas matamu terpejam merasakan sensani yang sangat menyenangkan ini. Demikian dilakukan berulang ulang lama sampai mulutku ikut mendesah saking enaknya apa yang di lalukan mas Bram terhadap tubuh telanjangku

Ditariknya tangan kanannya dari teteku dan kini di masukan dua jari ke dalam lubang memekku dan menggosoknya pelan, interaksi antara jari jari mas Bram dengan daging dalam memekku membuat cepat basah aku rasa cairan cinta mulai tumpah di celah celah percintaan kami.

“Maaaasssss… “ kataku diantara desahan desahanku

Taka da jawaban dari mas Bram, malah semakin cepat menusuk lubang vaginaku semakin laman terasa cepat dan bibir mas Bram masih menciumi kelentit yang mulai membesar dan kadang kadang di sedot sangat kuat.

“Maaaassssss….” ucapku sambil punggungku melengkung ke atas mata terpejam dan kepalaku secara otomatis menggeleng ke kanan dan kiri, tangan kananku meremas kelapa mas Bram dan mendorongnya masuk lebih dalam dan tangan kiriku meremas bantal yang aku pakai, indah dan nikmat sekali

“Maaaassssss…..” suara leguanku semakin panjang disertai keluarnya cairan cintaku tumpah ke muka mas Bram, sreeeeeeeerrrrrr ….. panjang pinggulku naik ke atas menekam bibir mas Bram dan mulut mas Bram membuka menerima cairan citaku dan menelannya dan membersihkan lipatan memekku yang semakim memerah.

Mas Bram memegakkan tubuhnya memendang aku dengan pandangan dan senyuman ke puasan, aku meraih kepala mas Bram menariknya mendekat bibirku ke bibirnya dan aku membuka bibirku mengeluarkan lidahku menerima ciuman mas Bram tanpa terasa penis berar mas Bram menyentuk lubang vaginaku yang membuka dangan gerakan pelan didorongnya kepala penis nya menusuk ke lubang vaginaku tapi meleset di ulangnya berkali kali tapi tetap ngak bisa masuk. Tangan kakan ku kebawah menyentuh penis mas Bram dan memegangya, mengarahkan kepala penis mas Bram pas pada lubang vaginaku dan aku mengangguk pelan, mas Bram mengerti akan isyaratku dan mendorongnya pelan sehingga kepala penis mas Bram segera menguak memesuki lobang vaginaku denga sangat sukses, aku menahan nafas ketika kepala penis besar mulai memesuki tubuhku melalui celah sempit begitu juga mas Bram. Setelah setengah lebih batang penis mas Bram memesuki diriku, mas Bram menghentikan tekanannya ke lubang vaginaku, kesempatan itu aku gunakan untuk menaik nafas yang dalam mengisi oksigin dalam paru paruku demikian juga dengan mas Bram.

Digoyangnya pinggul mas Bram pelahan lahan sambil sedikit sedikit menesukan penis mas Bram semakin mendalam memasuki lubang vaginaku yang semakin membesar seukuran besarnya penis mas Bram dan suatu saat penis mas Bram berhenti menyentuk dasar liang senggamaku

“Mentok jeng” kata mas Bram sambil tersenyum, akupun hanya tersenyum manis melihat ekspresi mas Bram yang sangat puas akan hasil yang di capainya.

Pinggul mas Bram secara otomatis mulai menggoyang naik turun dengan irama yang mula mula pelan semalin lama semalin cepat seiring dengan melimpahnya cairan cintaku memenui lubang vaginaku. Tangan kiri mas Bram berada di bawah punggungku singga wajah mas Bram sangat dekat dengan wajahku sekali kali bibir kami bertemu dan tangan kanan mas Bram yang bebas meremas remas tetek ku dan memainkan putting ku sebelah kiri, terasa nikmat tak terhingga. Setelan 10 – 15 menit dalam posisis misionaris ini yang begitu menyenagkan aku bisa memandang wajah mas Bram dengan lebih seksama melihat ekspresi wajahnya membuat kepuasan tersendiri, ke dua kakiku melingkar pada pinggul mas Bram dan mengkait satu sama lainnya, pinggul mas Bram terus maju mundur semakin lama tanpa irama dan semakin liar goyangan pinggulnya tak terasa kaki ku yang terkait lerleps sendiri dan mulai menekan keatas disertai goyangan pinggulku ke kiri dan ke kanan sesuai dengan irama hentakan pinggul mas Bram ke arah memekku dan pada saat yang bersamaan pinggulku menekan keatas disertai leguan yang panjang dan pada saat yang bersamaan pinggul mas Bram juga menekan kebawah dengan tekanan yang hampir sama.

“Ahhhhhh…..” sura leguakku dan leguan mas Bram secara bersama sama Seeeerrrrrr, Chooooooot, berlaki kali kedua kelamin bersatu saling menekan satu sama lain dan setelah itu mas Bram tergulir kesamping kananku sambil memegang kepalaku dan ciuman panjang pun tak dapat dihindari lagi, ada senyum kepuasan menyertai didalamnya.

Lelehan cairan cintaku dan sperma mas Bram berhamburan keluar dari vaginaku kental putih meluncur keluar membasai sprei biru diatas springbet mas Bram

“Banyak sekali Mas spermanya” kataku sambil memandang lelehan cairan cintaku dan sperma mas Bram keluar dari memekku yang merekah merah muda mas Bram pun duduk disampingku juga memendang lelehan cairan yang keluar dari lubang vaginaku.

Di pegangnya kepalaku dan di ciuman bibirku dengan tembut dan aku membalas ciumannya ke dua tanganku berada di pundaknya dan kedua tanggan mas Bram berada di pinggangku, direbahkan tubuhku di sampingnya dan ciuman pun terus berlanjut.

Mas Bram terlentang tubuhnya menghadap atas dan aku merebahkan kepalaku di atas dadanya yang bidang, aku usap dada bidangnya yang basak karena keringat yang mengucur deras membuat basah sprei dengan tanganku, dan kami saling berpelukan lagi keningku mendapat ciman hangatnya dari bibirnya.

“Terima kasih istriku” ucapnya pelan di di telingaku, aku angkat kepalaku melihat wajahnya yang tersenyum kepuasan

“Sama sama suamiku, puas banget setelah 5 hari berpuasa” kataku

“Ia, Mas juga merasakan hal yang sama” kata mas Bram sambil menari kepalaku dan mencium bibirmu dengan kelembutan.

Aku turunkan kembali kepalaku dan memeluk pria tua disampingku ini dengan pesaraan bangga yang menyelimuti tubuh telanjangku. Aku naikan salah satu kakiku ke atas pahanya dan akupun tertidur dengan sebuah senyuman kepuasan.

Entah beberapa lama aku tertidur dalam posisi memeluk mas Bram juga tertidut kelelahan di samping kiriku kedua tangannya tak lepas memeluk tubuh telanjangku dan dengan tangan kirinya tepat berada di atas tetekku, aku cium keningnya dan mengucap pelan “Terima kasih pejantan tuaku”

Aku singkirkan tangan kirinya dan aku terlentangkan tubuhnya diatas kasurAku duduk tersimpuh di sampung memendang lelaki tua disampungku dengan pesaraan bangga semua cita cita ku untuk mendapatkan diri dirinya semakin jelas hanya tinggal satu langkah kedepan yang mungkin menjadi batu sandungan, aku pandangi tubuh telanjang kekasih tuaku dari ujung rambut sampai ujung kaki semua sempurna “perfect”

Mataku langsung tertuju pada penis kekasihku yang masih tertidur, aku pegang pelan dan aku goyang ke kiri dan kanan dengan usapan usapan halus dan lambat, kepalaku mendekatti penis mas Bram dan berbisik pelan dan berguman “Ayo bangun sayang kekesihmu menanti keperkasammu”

Pelan tapi pasti burung garuda mulai mengeliat di ujung jari jariku, aku mulai mencium kepala burung yang semakin membesar menampakan ayap yang gagah ingin terbang dengan kekasih hatinya, aku kulum penis mas Bram dan tangan ku yang satu lagi mengarah ke memekku dan menyentuh kelentitku sendiri lama 5 menitan memek ku terasa basah dan aku berdiri dan melngkahi pinggul mas Bram dan memasukan burung garuda gagah pada sangkarnya yang mungil agak sulit juga tapi lama ke lamaan masuk juga penis mas Bram tertelan semua ke dalam memekku, mas Bram terbangun dari tidurnya dan melihat aku duduk di pinggulnya dan mengangkat wajahnya sedikit melihat penis yang besar sudah hilang tertelan oleh ganasnya memekku.

“Kebiasaan nih” usapnya pelan. Aku hanya tersenyum, lalu duduk bertumpu pada siku siku tangannya meraih tubuhku dan merapatkannya mencium bibirku dan aku menerima ciumam mas Bram dengan sukacita. Aku mulai menggoyan pinggulku naik terun berirama mas Bram memeluk tubuhku semakin erat

“Mas, minum susu dulu haus kan” aku raih kelapanya aku dekatkan ke putting ku yang begoyang seirama dengan goyangan pinggulku.

“Mas ini enak sekali, maaasssss, ahh, ahh, ahh” mulutku mulai meracau saling enaknya.

“Ia jeng ini enak sekali, 5 hari puasa sekarang rapelan kan” kata mas Bram di antara ke dua putting ku yang di gigit pelan sambil di sedot sedot dan di kenyot kenyut bergantian dari liri ke kenan dan kembali lagi ke kiri secara terus menrus

Tak terasa pinggul ku bergerak semakin cepat seiring membanjirnya cairan cinta ku memenui memeku

“Terus sayang” kata mas Bram memberi semangat sambil memegang pinggulku dan bibirnya menciumi nenenku dan memberi beberapa cupangan di antara ke dua bukit kembarku yang dapat menambah sensati lebih nikmat.

“Maaaassssss “ kataku setelah 15 menit berlalu.

“Enak jeng” katanya sambil tersenyum, mata kami saling bertemu dan bibir kami saling bertukar senyum yang menggairahkan. lanjutnya” Terus jeng, jangan berhenti”

Peluhku melai bercucuran si sekujur tubuh ku, diangkatnya tangan kiriku ke atas dan bibir mas Bram mendarat disitu menciumi dan menjilat peluh yang ada di ketiakku sesaca bergantian ketiak kiri sebentar dan ketiak kanak selanjutnya. Gerakanku semakin menggila dan akhirnya aku tekan vaginaku sedalam dalamnya sehingg penis mas Bram menyentuh peranakanku dan tubuhku bergetar, sseeeeeerrrrr, sseeeerrrrr, empat kali terus menerus membuat badanmu lemas dan jatuh dalam pelukan mas Bram.

Dengan sigap mas Bram mengangkat tubuhku dan membalikannya sehingga posisiku menjadi rebahan di bawah tertindik badan mas Bram, tanpa aba aba mas Bram menggnjot tubuhku dengan gerakan pinggulnya sangat sepat sehingga tak sampai 2 menit aku merasakan cairan cintaku akan leluar lagi, tubuhku merespon dengan megerakan pinggul, dada dan kepala menyambut orgasme yang ke dua

“Mmaaaaaassssss …. ennnaaaaakkkkk Baaaanngggeeeettttt”kataku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan yang tak terhingga.

Mas Bram berhenti sebentar mencium bibirku dan ber bisik “Kamu tengkurap, sayang” sambil melepas penis besarnya yang penuh lendir cintaku

Dengan pelan aku cium bibirnya sambil menggerakan tubuhku dalam posisi tengkurap, ditariknya pinggulku ke atas segingga lubang vaginaku sejajar dengan penis mas Bram, tanpa lama lama di masukkan penis yang besar ke dalam vaginaku setelah jari jarinya menyusup ke belahan memekku. Aku meleguk ketika penis besar masuk ke memekku dengan memegang pada pinggulku mas Bram memaju mundurkan pinggulnya dengan penis sudah ada di dalam vaginaku, aku ngak kuat menahan tubuhku aku sandarkan kepalaku ke bantal yang ada di depanku.

Gaya ini yang paling aku suka setelah WOT tadi baru saja selesai, penis mas Bram terasa masuk lebih dalam ke dalam memekku dan pinggulku merasa bebas untuk bergoyang kekiri dan ke kanan sesuai keinginanku Akhirnya aku tekan pinggulku ke belakang dan itu membuat goyangan penggul mas Bram berhenti

“Massssss keelllluuuuaaaarrrrr lllaaaggiiiii” teriakku disertai nafas yang memburu dan akhrirnya aku tumbang dan pantatku jatuh ke tempat tidur dan penis mas Bram terlepas dari memeku

Mas Bram berbaring di sampingku dan mulutnya mengarah ke mulutku dan menciumnya dengan lembut.

Diantara ciuman mas Bram yang lembut aku bertanya

“Mas belum keluar ya” kataku

Hanya angguan kepala nya untuk memjawab pertanyaaku

“Mau di memek atau di mulut mas” kata ku

“Dimemekmu aja Jeng, lebih seru” kata mas Bram sambil meneruskan ciumam di mulutku, aku merubah pusisi menjadi terlentang dan mengbuka pahaku semakin melebar sehingga jari jari mas Bram memainkan itilku dan ciuman juga berdeser kearah putting ku yang sudah keras, mas Bram mengangkat pinggulnya dan memenpatkan kontol mas Bram yang masih tegang di antara pahaku yang masih terbuka lebar.

“Mas masukin ya sayang” kata Mas Bram

Aku menjawabnya dengan anggukan kepala

Sambil bibir kamu bertemu kembali dan tangan kiri mas Bram sebagai tumpuan berat badannya dan tangan satunya lagi memainkan putting susuku penis eyang kakung sudah menempel di mulut vaginaku, aku pegang kontol mas Bram pelan dan mengarahkan pada tempat yang benar dengan sekali dorong kontol mas Bram masuk ke dalam libang memekku dengan sempurna, dan mulai memainkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan sedang, semakin lama semakin cepat seperti gelombang samodra yang hendak sampai ke pantai makin besar gelombangnya semakin mendekati pantai, demikian juga dengan persetubuhan ini gerakan pinggul mas Bram makin lama makin cepat dan cepat sekingga tedengar suara deritan ranjang mas Bram yang semakin lama semalin bergoyang seirama denga goyangan dan tekanan kontol mas Bram di dalam memekku, aku pun mulai merespon pingul mas Bram dengan goyangan ku semakin sepat menimbulkan gesekan antara kelamin kami yang sedang berpacu menuju pantai orgamus. Aku tekan pantatku ke atas sehingga pantat mas Bram yang tadinya bergoyang semakin melemah diganti dengan tekanan yang maha dasyat kearah memekku, kelamin kami bersatu dalan kenikmatan yang sesungguhnya seakan tubuh ku melayang menggapai bintang dan meraihnya bersama mas Bram.

“Masssss, ahhh, iinnniii luuuaaarrr biiiaaassssaaaa…..” kataku disertai suara dari alam kelaminku sseeerrrttt, ssseeeerrrrttt. beberapa kali.

“Iyaaaa jenngggg, iinnniiii llluuuaarrrr bbiiaaasssaaa…..” erangan eyang kakung cukup kencang dan dari kelamin eyang kakung mutah lahar panasnya memenui rahim ku chhhooottttt, chooottttt beberapa kali semprotan pelukan eyang kakung serasa meremukan badanku saling liarnya mas Bram memeluk tubuhku yang berkejotan di antara pelukan dan ketegangga otot pinggul mas Bram “Orgamus yang sempurna” batinku sambil tersenyum

Masih tersegal segal aku raih mulut mas Bram yang berada disamping mulutku dan ciuman panjang pun terjadi diantara ke dua bibir kami dan lidah kamu saling membelit satu sama yang lain

Malam harinya aku dan eyang kakung masuh sempat bermain sampai tuga ronde lagi dan tertidur setelah tengah malam capai tapi puas sekali mas Bram menjadi tambah perkasa setiap permainan aku pasti kalah telak 3 – 1 atau bahkan juga pernah 4 – 1, aku sungguh puas dan semakin cinta kepada mas Bram yang memang cinta ku semenjak dulu.

Pagi harinya aku ke kantor Larasati Group tapi aku hanya sebentar sampai jam 11 san padahal aku berangkat dari rumah sudah jam 9, terpaksa mas Bram aku tinggal karena masih harus bertemu dengan pihak kontraktor untuk membahas pelaksanaan pembuatan café Larasati di depan kantor kami.

Setelah mendapat ijin dari mas Bram, ya calon suamiku sendiri adengan menggunakan taksi online yang di pesan oleh mas Bram untuk mengantar aku pulang ke rumah, sesampainya dirumah langsung masuk kamarku berganti pakainan memekai kimono setelah semua pakaian ku lepas semua termasik bra dan cdku dan tertidur sangat nyaman sekali.


Bersambung ....

Semoga terhibur suhu dan para reader pencinta cerita inin

Salam .....
ROO238
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd