Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

Part 25: Mencari kebenaran

Bram Kusuma pov.

Aku pulang kerumah sudah jam 3 sore aku cari Tasya kekasih kesayanganku dimana mana akhirnya aku menemukan kasihku dalam keadan tertidur pulas di tempat tidurku layak aku cari di kamarnya tidak ada. Aku dekati Tasya dan memberi ciuman pada bibirnya yang tersenyum dalam tidurnya. Aku berdiri dan melepas pakainanku semua termasuk CD dan kaus singlet yang aku pakai menggantinya dengan kimono yang masih tersipan di almari pakaian ku dan mendekati tubuh cucuku dan tidur di sampingnya tanganku meraih tubuh nya dam memeluknya dari belakang dan aku pun tertidur juga dalam posisi memeluk Tasya dari belakang

Aku bangun ketika Tasya sudah duduk ditepi tempat tidurku dan tersnyum manis melihatku bangun dan membelai kepalaku dan memberi ciuman di keningku

“Jam berapa jeng” kataku

“Udah magrib mas, bangun dan mandi sekalian dan sholat berjemah” kata Tasya

“Sebentar” kataku melangkah masuk kamar mandi dan mandi dan keluar berganti dengan pakaian koko dan sarong baru dari almari

Aku dan Tasya melakukan sholat berjemahah berdua di dalam kamarku, sehabis sholat Tasya mencium tanganku

“Mas mau minum apa” katanya

“Seadanya aja jeng, asalkan anget” kata ku

“Minum wedang jae saja ya, aku tadi mampir ke supermarket depan membeli serbuk jahe instan” kata Tasya

“Mau jeng” kataku

Aku melangkah keluar kamar dan duduk di ruang keluarga menghidupkan TV melihat berita hari ini, seperempat jam kemudian Tasya membawa 2 cangkir Jahe angat dan menaruhnya di depan meja.

“Mas besok jadi ngantar aku pulang ke Semarang” kata Tasya

“Jadi dong, kan tadi semua pekerjaan sedah mas selesaikan jadi besol langsung berangkat” kataku

“Jam 12 san aja mas, aku ingin ketemu dengan tante Puji sahabat mama” kata Tasya

“Lho ada apa dengan Puji” jawab ku

“Mas lupa ya, tante puji sahabat mama ketika masih di SMA dulu, aku akan tanya tentang Yudistra ayah biologisku” kata Tasya

“Kalau sudah tau untuk apa” kataku

“Ya mau tahu peristiwa yang sebenarnya yang menimpa diriku to mas” kata Tasya

“Terus kamu mau mencarinya kalau sudah tau” kata ku penuh selidik

“Ngak juga kok mas, hanya sekedar ingin tahu saja, aku males ketemu ayahku yang membuataku ngak bahagia, bukan mendendam, dendampun percuma karena tidak dapat mengubahku menjadi lebih baik” kata Tasya

Aku raih wajahnya dan aku cium keningnya “Betul Tasya pendapatmu kalaupun kamu bertemu ngak akan merubah apapun, jalani saja yang sekarang ini yang jelas aku Bram Kusuma akan menjagamu sepenuh hati” kata ku

“Terima kasih, mas” kata Tasya sambil rebahkan kepalanya di dadaku, dan aku mengusap air matanya.

“Sudah jangan menangis lagi, ngak pantas orang semacam Yudistra mendapat air matamu” kata ku

“Ini bukan untuk dia mas, aku terharu akan sikap mas yang melindung aku ketika hati ini rapuh” kata Tasya

“Ya udah ngak usah dipikirkan lagi ya” kata ku memberi semangat

“Jeng ada makan ngak, aku laper he seharian ngak makan tadi siang waktu jam makan aku malah ke luar dengan pak Raharjo si komtraktor itu” kataku

“Ada mas tadi mbak Darsi masak gulai ayam, sambel Tarsi dan tempe tahu goreng dan lalapannya juga, sebentas aku siapkan dulu“ kata Tasya

Tasya meninggalkanku dan melangkah menuju dapur, seperempat jam kemudian “Makanan siap jendral” kata Tasya sambil memberi hormat ala militer

“Yok kapten, temani jendral makan ya” kataku

“Siap jendral” kata Tasya

Kami melangkah bersama sambil bergandengan tangan menuju ruang makan yang sudah tertata rapi. aku menarik korsi yang biasanya di pakai Tasya dan menarik korsiku sendiri duduk berdampingan.

Tasya meraih piring di depanku mengisinya dengan nasi yang masih kelihatan hangat dan menaruh kembali piring tersebut di dipanku Aku menganbil gulai ayam kesukaanku dan menaruh di piring ku dangan mengambil sambel trasi buatan mbak Darsih Tasyapun dengan sangat cekatan mengisi piringnya sendiri dan nasi dan mengambil lauknya sekalian.

“Makan yang banyak mas biar strong genjotnya nanti” kata Tasya sambil tersenyum

“Kamu in ada ada saja Tasya, mau berapa ronde sih” kataku sambil meraih hidungnya dan menyubitnya pelan

“Semampu mas, mau berapa ronde lagi malam ini” kata Tasya

“Pokoknya sampai kamu ngak bisa bergerak deh” jawab ku

Tanpa banyak bicara lagi aku dan Tasya menghabiskan nasi dan lauk yang tersedia di depan kami, setelah selesai makan Tasya menyingkirkan semua piring kotor di wastafel dekat dapur dan mencucinya sendiri, Aku langsung kembali ke ruang keluarga dan menikmati malam ini sambil meminum wedang jahe bikinan Tasya.

“Mas yok sholat dulu terus bercinta” kata Tasya sambil menarik tanganku

Aku berdiri mengambil air wudhu di kamar mandi, demikian juga Tasya mengambil air wudhu dan memakai mukenenya setelah melepas semua pakain yang yang melekat di tubuhnya. dan berjalan ke kamarku untuk melakukan sholat berjemah.

Sehabis sholat aku berdiri dan menarik tangan Tasya berdiri untuk juga berdiri dan Tangan ku meraih kepala Tasya dan mencium keningnya, Tasya melingkarkan tangannya dipundak ku dan mencium bibirnya lembut dan berucap

“Terima kasih kasih ku, kau selalu ada untuk ku” setelah melepas ciumannya

Tangan ku merabai pantat yang masih tertutup mukene dan mengangkat mukena yang dan mendapatkan pantat Tasya ngak memekai apa ada di balik mukenamya

“Nakal sekali ya” kata ku

Dengan berani Tasya membalik dan menarik sarung hingga terlepas dan terpampang gurung garudagu sudah menggeliat dan tangan Taya langsung memegang penis ku yang sudah mulai merangkah besar sekali

“Tuh lihat mas, burungnya mau terbang melulu” kata Tasya sambil tersenyum

Aku dorong tubuh Tasya kearah tempat tidur sehingga tidur terlentang dan menyingkapkan mukena yang Tasya pakai sampai sebatas perut aku sergam vagina Tasya dengan ciuman mautku, dan terdengar erangan Tasya dan melihat perbuatkanku dan senyum manis ketika mata kami bertemu

“Sini” Kata Tasya sambil mendekatkan mulutnya dalam posisis 69 pun langsung terjadi masing masing membuat enak pada lawan mainnya aku dan Tasya pun mulai kehilangan control desaham dan leguan pun sering terdengar diselinggi teriakan

“Ah …. mas ….” desah Tasya

“Enak jeng serponganmu” kata ku pelan masih bibir ku pada vagina dan bibir Tasya pada penisku main oral masing masing bagai hendak berlomba ngak ada yang mau kalah ingin membuat pasanganya orgamus terlebih dahulu.

“Masssss enaaaakkk” teriak Tasya sambil mengangkat pahanya ke atas

“Jengggg enaaaakkk” keriaku sambil menyodok penis ku ke dalam mulut Tasya

Seeeerrrrrtt, seeeerrrrttt, seeeerrrrt berrapa kali semburan caitan cita Tasya menyembur memenui kulut ku yang sengaja ke bika supaya cairan cita Tasya masuk ke dalam mulutku.

Choooot, chooot choooot beberapa kali semburan spermaku masuk ke dalam mulut Tasya

Dan setelah itu aku mengubah posisiku tiduran di samping Tasya. Tasya duduk melepas mukenamya dari tubuhnya dan aku melepas kaus yang aku pakai dan mempar ke lantai. aku dan Tasya sudah telanjang bulat tak bosan bosannya aku mememdang tubuh Tasya setelah ritual kemarin, payudara yang besar dan sangat kencang dengan putting warna merah muda menghiasi pucuk payudara Tasya, memeknya masih di tumbui rambut tapi tertata rapi berada di atas belahan Vagina yang semakin tembem.Tasya masih duduk diatas tempat tidur dan aku rebahan di pangkuannya, terlentang di sampingnya sekali dan tanganku menbelai wjah ayunya dengan ranburt terurai panjang sebahu

“Kamu kok tambah gemesin to” kataku

Tasya hanya tersenyum dan tangan Tasya ada di atas penisku yang masih tidur sambil menggosok gosok dan memeinkan jari jari tangannya, aku tarik badan Tasya supaya mendekat payudara Tasya ke mulutku, aku kulum dan aku kebyot kenyot bagai bayi yang baru nyusu ibunya lima menit kemudian penisku sudah tegang kembali

“ Tuh Jeng sudah tegang harus bertanggung jawab” kataku

“Ia ya mas aku akan bertanggung jawab sepenuhnya” katanya sambil berdiri dan melangkai pinggulku dan segera memesukkan penis ku ke lubang vagina yang sudah basah karena baru saja orgasme tadi.

“Ah….” suara Tasya menggema seiring masuknya penisku ke dalam vagina Tasya tak beberpa lama eranganTasya mulai terdengan lebih keras deburan jantungnya semakin cepat dan goyangan pinggul Tasya semakin tak beaturan dan pada akhirnya badan Tasya melengkung ke belakang dan dengan sigap aku tahan badan Tasya supaya condong ke depan dan jatuk ke dalam peluakanku, aku berdiri dan membimbing Tasya dalam posisi nungging dan aku masukan penis besarku ke dalam vagina Taya yang sunggung nikmat, masih terasa menjepit kontolku terasa di peras peras di dalam vagina yang lembut tanpa sadar aku meleguk keras ketika penisku sudah masuk sepenugnya sehingga bongkahan pantat Tasya begitu menempel dengan sempurna dengan pinggul depanku aku berhenti sebentar merasakan sensai remasan vagina Tasya ke penisku yang masuk sempurna. Aku mulai menggoyangkan pinggul ku maju mundur dan berirama tidak terlalu cepat dan juga tidak begitu lambat.

Pada saat yang bersamaan aku merasaka air maniku sedah diambang pintu keluar aku percepat sodokaku dengan segenap tenagaku benturan pantat Tasya dan pinggul depanku semakin keras dipadu dengan suara berderit dari goyangan tempat tidurku menehan beban kami berdua Tasya dan aku, goyangan pinggul Tasya semakin cepat sesuai dengan kecepatan sodokan pinggul ku pada pantat Tasya. Dan akhirnya tubuh kamu sama kejang aku ngak kuat menahan tubuhku lagi dan jatuh menmpa Tasya dalam posisis tertelungkup dan aku menindih dari belakang dan penisku masih menancap sempurna pada vagina Tasya yang berkedut cairan cinta kami besatu dalam meraih maraih puncak kepuasan yang sempurna.

Setengah jam kemudian mataku sudah ngak tahan lagi untuk terpejam tapi samar samar aku melihat Tasya mengambil selimut di pojok bawah tempat tidurku dan menyelimuti tubuh telanjangku dan melangkag kelar kamar mungkin memetikan semua lampu yang ada didalam rumah dan setelahnya berbaring di sampingku membuka selimut dan menurtupi tubuh telanjangnya dan memelukku dan kepalanya berada di dadaku nyaman sekali.

Pagi harinya aku terbangun masih jam tiga pagi tapi badanku terasa ringan dan rasa capai hilang setelah pertempuranku dengan Tasya semalam hanya dua ronde tapi berkesan menguras banyak tenaga karena sore hanya istirahat sebentar saja. Aku singkirkan tubuh Tasya yang masih menindih tubuhku dan aku duduk di tepi ranjangku, memereksa email dan notifikasi yang sejak kemarin sore belum sempat aku buka, membalas beberapa email. satu jam lebih aku duduk di tepi tempat tidur dan aku pindah di depan tempat didurku duduk di korsi dekat meja kerjaku dan menikmati tubuh indah cucuku yang tertidur dalam keadaan telanjang.

Dalam ketelanjanganya Tasya cucuku yang kini menjadi pacar dan calom isstri penganti Niken tertidur dengan sangat damai, bibir mungilnya tersenyum, aku pandang wajahnya dan ini tekatku ingin selalu melindunginya setiap saat baik dari semua masalah yang di hadapi sekarang ataupun yang akan datang, aku pandang wajah ayunya dan mulai merenung semua kejadian yang berlangsung sangat cepat dalam kurun waktu tidak lebih dari 2 minggu ini perkembangan hubungaku dengan Tasya semakin dekat sudah layak hubungan suami istri, kalau dipikir lagi memang hubungan ini aku sebagai suaminya dan Tasya sebagai istriku suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri dan apa reaksi mama Tasya, Rini putriku sendiri ya ibu dari Tasya. Suatu tantangan yang cukup berat bagi gadis kecilku untuk menghadapi tantangan ini, dan aku wajib menjadi pelindungnya, insting sebagai tentara yang sudah 25 tahun mengabdi pada Negara menyatakan Tasya akan di coret dari daftar keluarga anakku Rini, tapi di lain pihak ibu Sulastri memerima dengan tangan terbuka.

Setengah jam berlalu aku kembali tidur terlentang di samping Tasya dan mengecup keningnya dengan lembut dan selimut tebal sudah berada di atas badanku, Tasya mengeliat dan membuka matanya sambil mengucap

“Jam berapa mas” kata Tasya

“Masih pagi sayang, tidur lagi ya” kata ku lembut sambil mengusap pipinya dan mencium keningnya dengan lembut, tangan Tasya bergerak menindih tubuk telanjangku dan kembali tertidur tak lama kemudian mataku pun terasa berat dan tertidur kembali.

Jam 7 aku bangun dan Tasya sudah tidak ada di sampingku dan aku mendengar suara air dari dalam kamar mandi yang berada di ruangan ini.

Ketika Tasya keluar dari kamar mandi aku sudah duduk di tepi ranjang

“Selamat pagi, sayang” kataku

“Selamat pagi juga mas” balasnya

“Aku mau olah raga dulu setegah jam ya” kata ku sambil mengambil cenala boxser yang tergantung di capstok kamarku.

“Mau minum apa mas” katanya

“Biasa lah kopi aja dengan gula sedikit ya” kataku

Aku melangkah keluar dari kamar ku dan melangkah ke ruang fitnes di dekat kolam renang

Tak lama kemudian Tasya menyusul aku sudah menggunakan kimono yang dipakainya kemarin sore dengan membawa secangkir kopi pesan ku tadi

“Mas diminum dulu” kata Tasya

“Ditaruh di situ dulu sayang” kata ku dan Tasya meninggalkan aku lagi entah apa yang di kerjakan.

Setenga jam kemudian aku sudah selesai olah raga ringan mendapatkan Tasya yang berada di dapur membuat sarapan pagi, aku peluk tubuh Tasya dari belakang sambil mencium leher di bawah telinga kanan mula mula Tasya terkejut kemudian tau aku yang memeluknya dan tersenyum manja di bibirnya

“Masssss ih ngangu aja” kata Tasya sambil menggelendot manja di pelukanku

“Terkejut ya” kataku

Hanya angguan untuk menjawab pertanyakku dan menghentikan sejenak kegatannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan lembut

“Dari bangun tidur belum cium bibirku, kok malah olah raga dulu sih” katanya cemberut

“Ya maafin ya, nih cium bibir adik ku sayang ku kekesihku” kaya ku sambil mencium ganas bibir mungilnya sambil tanganku memegang gundukan payudaranya di balik komono

“Ih, … nakal nih” sambil menapis tanganku yang ada di payudaranya

“Sana mandi bau” katanya

Aku lepas pelukanku dan pergi ke kamar mandi dan melakukan ritual mandiku, selesai aku keluar dengan memakai celana pendek boxser dan kaus dan duduk di pendopo membaca koran pagi adalah ritualku setiap pagi sejak dulu dari masih dinas, sehabis olah raga buka koran

Tasya datang mendekatiku dan merangkul dari belakang ke dua tangannya ada di pundaku dan kepala nya menunduk mencium pipi kiriku, aku terkejut atas keberanian Tasya mencium pipiku di pendompo yang berbatasan denga jalan raya

“Tasya, inget dong” kataku

Tasya hanya tersenyum sambil menggeser duduk di sampingku

“He he he sorry ya mas” kata Tasya

“Ingat Tasya kita orang timur tabu berciuman di muka umum apalagi orang jawa” kataku

“Ia ia Aku ngrti kok mas, sorri tadi terbawa suasana romantic yang mas berikan ketika aku masah” kata Tasya

“Ya udah ngak papa, tapi jangan di ulang ya” kataku

“Ia ia mas Bram” kata Tasya sambil tersenyum manis tambah gemesin

“Udah selesai masaknya, mas laper nih ingin ngrsain cheff Tasya” kata ku

“Sudah siap kok mas, makanya aku kemari untuk memberi tahu mas kalau makanan sudah siap” kata Tasya

“Ayo” kataku

Aku merik tangan Tasya membawanya masuk rumah dan menuju ke ruang makan sesampainya di ruang makan aku pegang tangan Tasya secara tiba tiba, Tasya menghentikan langkahnya dan menarik tubuh Tasya merapat ke tubuh ku dan memberi ciuman di bibir nya yang terbuka siap menerma ciumanku.

“Mas mau makan atau mau ciuman aku” kata Tasya

“Ya makan ya ciuman dulu he he he”kataku

Aku langsung melangkah mendekati korsi yang di peruntukan untuk ku dan duduk di atasnya, Tasya menarik korsi yang berada di sampingku dan mendudukinya, Tasya mengambil piring yang ada di depanku mengisi nasi dan dan menaruhnya di depamku lagi, lalu mengambil nasi untuk dirinya sendiri

Ritual makan pun berjalan dengan lambat yang diselingi oleh gurauan yang menyegarkan

“Jeng sudah siap barang barang yang akan di bawa pulang” kataku

“Belum mas, nanti sehabis makan aku pakking pakaina yang akan aku bawa ke Semarang, sekalian pakking pakaian mas yang akan dibawa” kata Tasya

“Yang penting baju baju mu duku, baju mas gampang lah” kataku

“Mas mau berapa hari di Semarang” kataku

“Fleksibel jeng sesuai kebutuhan popoknya kamu tenang mas baru akan pelang, kalau kehabisan pakaian, di CL kan masih buka dapat pesan on line aja yang gampang” kataku

“Ya deh nanti disiapkan 5 setel pakaina ya” kata Tasya


“Gitu juga boleh” kataku, lanjutnya” Nanti pakai mobil barumu aja sekalian cobain jeng di jalan toll biar nanti ngak kaku ya”

“Gitu ya mas, nanti mas pulangnya gimana” kata Tasya

“Gampang mas sih pulangnya travel apa saja bisa kok, pokoknya jeng ngak perlu kawatir ya” kata ku

Tasya tersenyum ke padaku sambil menyentuk pipiku dengan mesra.

Pov: Tasya Anggraeni

Aku lega setelah mendapatkan penjelasan dari mas Bram akan pulang setelah urusanku dengan mama selesai dan itu yang membuatku bangga terhadap sosok mas Bram yang satu ini, begitu romantic, begitu sayang ke aku juga ngayomi membuat hati tentram kalau berada di sampingnya. Memang mas Btam layak memdapat cinta sejati dari eyang putri sebab mas Bram selalu ada buat eyang putri dan selalu mendukung nya.

Setelah selesai makam aku bergegas masuk kamar dan menyiapkan semua pakaian ku yang akan aku bawa pulang ke Semarang pakainanku bertambah banayak yang aku bawa ada dua koper sendiri semua pakain yang di belikan mas Bram, berupa pakaian tidur yang tipis tipis sampai pakaian seragam kowad juga aku bawa. Setelah selesai berkemas aku masuk kamar mas Bram dan mempersiapkan pakaian mas Bram yang akan di bawa, jadi aku teringat pada waktu aku masih kecil kalau mas Bram mau pergi dinas ke luar kota selalu eyang putri menyiapkan pakaian mas Bram baik itu seragam dinas kemiliteran ataupun pakaian untuk di rumah akau di mess.

Setengah jam kemudian aku telah selesai berkemas dan segera ganti baju kerja untuk hari ini, aku datang ke kantor sebagai owner dan tujuanku untuk ketemu tante Puji yang kemarin tidak datang ke kantor . Aku keluar kamar dan mas Bram juga sudah siap untuk berangkat ke kator bersamaku

“Jeng, nanti langsung aja dari kantor langsung berangkat ya ngak usah pulang dulu dan semua tas koper dn keperluan lainnya udah di masukan ke mobil ya” kata mas Bram

“Baik mas, aku sudah siap kok” kataku sambil melangkah kembali ke dalam kamar mengambil koper ku dan tas dan peralatan lainnya yang akan aku bawa ke Semarang pulang ke rumah mamaku.

“Sudah semua masuk, jeng, ngak ada yang ketinggalan” kata mas Bram

“Siap udah semua masuk” kataku

Jam sudah menunjukkan jam 9 lebih aku dan mas Bram sudah berada di mobil dan aku yang mengemudikan mobil ini sekalian melanyahkan menjalankan mobil ini, mas Bram duduk manis di samping kiriku. Tak lama kemudian aku dan mas Bram sudah sampai di tempat parkir Larasati Group, dan keluar dari dalam mobil dengan bergandengan Tangan, banyak mata mata memandang aku dan mas Bram dengan berbagai pertanyaan di benaknya tapi aku dan mas Bram cuek saja tanganku berada di lengan kiri mas Bram melangkah seperti biasa.

Aku masuk ke dalam ruangan owner memang ruang kerjaku dan mas Bram masuk ke ruangannya sendiri. Ku anggat telpun dari ruanganku dan menghubungi mbak Nurmala sekretris pribadiku

“Mbak Nur, Tante Puji udah datang apa belum” kataku

“Udah mbak tadi pagi aku sudah melihat kehadirannya, ada perlu apa ya” kata Nurmala

“Ngak aku ingin ketemu beliau: kataku
“Apa perlu di panggilkam” kata Nurmala

“Ngak usah mbak Nur biar aku yang kesana, terma kasih ya” kata ku sambil memutup telpum antar ruang

Aku keluar dari dalam ruanganku dan masuk ke ruangan Keuangan dan ketika aku masuk semua karyawan yang ada disitu berjumlah 5 orang termasuk tante Puji berdiri dan mengucapkan salam dan aku jawab dengan senyum ramah dan mengucapkan salam balik, aku dekati meja tante Puji yang agak terpisah dari karyawan lainnya.

“Tante aku mau tanyak sesuatu boleh” kata ku

“Boleh dong masak tanyak ngak boleh mbak” kata tante Puji

“Ini agak pribadi dan ngak ada sangkut pautnya dengan Larasati Group” kataku

“Boleh aja” kata tante Puji

“Tapi ngak disini tante, sebaiknya tante ke ruangan ku aja biar enek” kata ku

“Ya boleh kok, nanti sekalian aku juga akan melaporkan keuagan kepada mbak Tasya” kata tante Puji

“Ya udah aku tinggal dulu ya” kataku

“Ya, sebentar namti saya susul” kata tante Puji

Aku kembali ke ruanganku dan duduk di sofa dekat TV tidak di depan meja kerjaku, sebentar kemudia tante puji masuk dengan membawa beberapa berkas untuk laporan.

“Silahkan duduk Tante” kata ku

“Baik” jawab tante Puji dan duduk di korsi tepat di depanku

“Duduknya di sampingku aja tante” kataku

Tante puji pun pendah korsi yang didudulinya sekarang kami saling bersebelahan

“Kok kelihatannya serius sekali sih, mbak Tasya, saya sampai takut” kata tante Puji

“Ngak kok tante santai aja, ini ngak ada hubungannya dengan pekerjaan” kataku

“Boleh saya tebak, ini ada hubunganya dengan mamamu kan” kata tante Puji

“Benar sekali tante, aku pikir hanya tante yang bisa memberi informasi ini sebab tante Puji adalah sahabat mama ketika masih di SMA, bahkan pernah duduk sebangku juga” kataku

“Kalau boleh tau soal apa ya, kalau aku tau pasti aku sampaikan tapi kalau aku ngak tau yang maaf“ kata tante Puji

“Begini Tante, aku pernah tanya mamah siapa sih orang tuaku, maksudku ayahku, kan dalam akte ku terulis nama bukan nama papa dan mamahku, tapi jawabannya malah marah ngak jelas, suatu rahasia yang besar buatku, sampai kemarin aku ketemu dengan om dan dan tante yang tau benar akan nama yang tertulis di akta kelahiranku dan juga sudah ketemu dengan ayah dan ibu yang namanya tertera di aktaku, tapi aku masih ingin bertanya tentang seseorang yang kabarnya menjadi ayah biologisku dan sampai sekarang aku masih buta tentang lelaki yang tak punya rasa tanggung jawab itu” kata ku tanpa menyebutkan nama lelaki itu

“Tante Puji terkejut mendengar keteranganku dan melotot matanya sambil menutupi mulutnya dengan ke dua tangannya. Tante Puji terdiam kelihatannya berpikir keras dan mengiant basib sahabatnya kala itu, aku masih diam melihat reaksi tante puji seperti itu akhirnya

“Maaf mbak Tasya, mbak memeng berhak tau semuanya tapi sebaiknya dari mamamu sendiri bukan dari orang ketiga seperti aku” kata tante Puji

“Kalau aku tunggu sampai mama buka mulut sampai kapan tante, nanti malah aku kena marah lagi ngak jelas” kata ku sambil memegang ke dua tangan tante Puji, lanjutnya “Saya mohon Tante”

“Bukan aku ngak mau cerita tentang masa lalu mamamu, tapi ….“ kata tante Puji terputus

“Tapia pa tante” kataku

“Ini cerita aip seseorang mbak” kata tante Puji

“Memang benar ini aip mamaku tapi puja dampak ke aku tante, tolong” kataku

“Oke aku akan cerita walau aku harus melangga janji ku ke mamamu dulu, tapi kalau dipikir lagi aku tidak melanggar janjiku tapi membuka tabir ke benaran mungkin juga akan berdampak sangat menyakitkan untuk mu mbak Tasya tapi setelah aku tadi mendengar mbak Tasya sudah tau asal usul orang tua yang mengupdopsi mbak Tasya aku jadi yakin kalau mbak Tasya akan kuat menerima cobaan yang menurut aku sungguh berat, dan mungkin juga kalau ini terjadi ke aku aku juga ngak akan sanggup menerimanya” kata tante Puji

“Aku mulai dari mana ya” kata tante Puji

“Dari Siapa lelaki yang bernama Yudistra itu tante” kata ku

“Eh, mbak Tasya sudah tau nama lelaki itu?” kata tante Puji

Aku hanya menganggkan kepala dan siap mendengar keterangan dari tante Puji

“Yudistra ya Yudistra, lelaki bajingan yang menghamili mamamu ketika mamamu di kelas 3 SMA, dia bukan orang jawa tapi pendatang yang sedang kuliah disini, keluarganya dari Menado sebagai mahasiswa falkultas XXX di Universitas YYY yang terkenal, aku ngak tau juga perkenalan mamamu dengan Yudistra yang aku tahu, setelah Yudistra sering menjemput mamamu pulang sekolah 2 – 3 bulan sebelum ulangan umum semester gasal, Hubungan mereka begitu ronantis sehingga banyak teman teman yang suka ke mamamu pada cemburu tapi mamamu injoi saja sampai pada suatu ketika mamamu bolos sekolah ngak taunya mamamu mencari keberadaan Yudistra yang menghilang seperti di telan oleh bumi, kami pun akhirnya bertoleransi juga mencari keberadaan Yudistra sampai ke kampus menanyakan di kost kostanya, sampai ke sahabat sahabatnya, akhirnya mamamu juga menghilang dari sekolah tapi kami berlima sahabat sahabat mamamu tau kalau mamamu sedang di ungsikan oleh nenekmu ke suatu tempat yang di rahasiakan sementata kami para sahabat mamamu lost kontak dengan mamamu, sudah sekian lama kami mendapat kabar kalau Yudstra telah meninggal dunia kecelakaan di Surabaya tabrak lagi, berita ini sangat mengejutkan kami berlima sahabat sahabat mamamu tapi kami ngal bisa menggubungi mamamu, sampai kamu datang sebagai owner perusahaan ini makanya kemarin aku cuma menduga kalau kamu anaknya Rini sahabaiku dulu ketika di SMA, begitah, cerita yang aku aku sampaikan kepadamu mbak Tasya tidak aku tamba dan aku kurangi sebab hanya itu yang aku tahu sampai saat ini” kata Tante Puji

“Terima kasih tante, telah mau membuka identitas siapa sebenarnya orang tuaku” kataku
“Tindakan apa yang akan mbak lakukan setelah tau cerita sebenarnya sekarang” kata tante Puji

“Aku tidak akan melaukan tidakan apapun percuma juga orangnya sudah melinggal dunia” kataku

“Ya udah kalau itu yang kamu anggap baik apalagi masa depanmu sudah begitu cerah untuk apa mengungkit luka lama” Nasehat tante Puji

“Oh, ia tante tadi mau laporan tentang apa” kata ku

“Gini mbak Tasya, kemarin dalam pemaparanku tentang keuangan Larasati Group ini itu hamya biaya operasional saja bukan termasuk kekayaan seluruhnya dari Larasati Group ini, dana yang tersimpan di tempaku yang setiap harinya bergulir untuk operasional belum termasuk surat surat berharga dan benda benda non bergerak termasuk bangunan, tanah yang semuanya tercantum dalam kekayaan Larasati Group ini” kata tante Puji

“Jadi itu bukan kekayaan Larasati Group ini uang yang di sebutkan hanya 75 M saja tapi sebenarnya berapa sih tante” kataku

Kalau di lihat dari strutur pajak, untuk kanah dan bangunan mencapai 5 T mbak, kurang lebihnya” kata tante Puji, lanjutnya “ temasuk surat surat berharga yang di miliki oleh Larasati Group ini, semuanya atas nama Ibu Niken Larasati, tapi dengan akta pemilikan Larasati Group yang sekarang dipegang oleh mbak Tasya jadi secara otomatis semua kekayaan ibu Niken Larasati sudah pindah pemiliknya menjadi kepunyaan mbak Tasya sebagai owner perusahaan ini dan itu baru diurus oleh anak buah saya dan pihak Notaris Haris Nasution sebagai kuasa hukum dari Larasati Group ini” kata tantr Puji

“Bukan nya aku malah bingung sekarang untuk kedepannya, mudah mudahan aku bisa mengembangkannya dengan baik dan benar suatu tanggung jawab yang besar tante untuk menghidupi 200 karyawan yang tergantung di dalamnya” kata ku

“Memang benar mbak tanggung jawab yang cukup besar di tangan mbak Tasya, tapi aku percaya kok mbak Tasya mampu memajukan perusahaan ini kearah posif lebih baik lagi” kata tante Puji

Tak terasa sudah 2 jam aku dan tante puji berrbicara hampir semua persoalan Larasati Group ini dari gajih setiap karyawan, pembagian deviden perusaan ini, dan aku juga berjanji mulai tahun ini 10 persen dari laba bersih akan aku kembalikan ke karyawan tapi tidak berupa gajih akan di masukan ke dalam koperasi karyawan sehingga sebagai modal kerja koperasi karyawan untuk meningkatan kesejahteraan setiap anggota koperasi baik koperasi senpan pinjam atau koperasi pengadaan sarana kebutuhan sehari hari yang nantinya akan kembali sebagai SHU dari koperasi itu.

Aku puas dan tante Puji juga senang akan sikap keterbukaanku untuk mensejahterakan semua karyawan Larasati Group, dan itu akan berdampak kinerja semua karyawan Larasati Group ini

Setelah tante Puji pamit meninggalkan ruanganku aku memanggil mbak Nurmala untuk ke ruanaku

“Slamat siang mbak Tasya” kata Nirmala

“Selamat siang juga mbak, silahkan duduk” kataku

Aku duduk di keja kerjaku dan mbak Nurmala duduk didepanku

“Begini mbak Nurmala, aku besok akan pulang ke Semarang untuk menyelesaikan sekolahku dulu, nanti kalau ada surat surat yang harus saya tandatangai tolong segera kirim ke email saya atau di titip kan ke eyang kakung ya, dan sementara aku ngak ada mbak bisa bantu tante Murti saya lihat dengan pelaksanaan pembangunan Café dan prosese perijinan Gedung Pertemuan tante Murti akan kerepotan juga, jadi bantu tante Murti kedepannya, akan beda tugas yang sama di kerjakan seorang diri dengan dikerjakan dua orang, mengerti maksudku” kata ku

“Mengerti mbak, seperti biasanya atau sebelumnya pun aku selalu bantu pekerjaan tante Murti mbak Tasya, sampai saat ini kan pekerjaan dari mbak Tasya belum ada dan mbak Tasya baru menyeesaikan sekolahnya dulu otomatis aku ngak ada pekerjaan, saat ini pun aku selelu membantu tante Murti kok mbak, tanpa disuruh akupun tau tugas ku, tenang aja mbak Tasya aku dan tante Murti sudah aku anggap sebagai tante sendiri dan tante Murti pun kalau suruan sudah ngak sungkan sungkan lagi dan memang tugasku yang dulu juga membantu tante Murti kok” kata Nurmala

“Bagus itu mbak Nur, maaf mbak Nur kalau aku yang muda terlalu cerewet soalnya mengingat perkejaan kantor ke depannya banyak terutama pekejaan kekretariatan pasti akan selelu sibuk sekali” kata ku

“Kapan mbak Tasya mau ke Semaramg” tanya Nurmala

“Nanti sehabis jumatan mbak” kata ku

“Dengan pak Bram” kata Nurmala

“Ya hanya ngantar aku aja kok mbak , kalau urusann aku di Semrang selesai ya eyang kakung pulang lagi “ kata ku

“Mbak kalau ngak ada yang lain aku pamit dulu” kata Nurmala

“Ya silahkan mbak Nur” kataku

Bersambung ......
 
Terakhir diubah:
Menunggu kelanjutan cerita decision of heart,semoga tidak lama.....
 
Part 26: Penolakan

Pov: Tasya Anggraeni

Jam 4 aku dan mas Bram sampai di rumah di jalan Sultan Agung Semarang, rumah papa Jhon dan mama Rini baru aja mobil aku parkir di halaman depan rumah di sambut teriakan oleh Dion adik ku

“Mbak Tasssyyaaa “ teriakan Dion menggemparkan dunia

Aku buka pintu pengemudi dan mas Bram keluar dari pintu penumpang

“Mobil siapa nih mbak baru ya” kata Dion

“Mobil mbak to, mobil dari perusahaan eyang kakung to sebagai infentarisku” kata ku bangga

“Jadi montor mbak untuk aku dong” kata Dion

“Boleh, asal dapat ijim dari papa dan mama” kataku sambil ku ulurkan tanganku menyambut uluran tangannya, lalu aku cium keningnya

“Eyang kakung, selamat datang yang” kata Dion sambil mengulurkan tangan nya dan mencium biku biku tangan mas Bram

“Iya Dion, mama dan papamu ada di rumah” kata mas Bram

“Ada kok eyang” kata Dion sambil berlalri mauk ke dalam rumah sambil berteriak

Aku dan mas Bram masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan, aku berani menunjukkan kemesranku di rumah mamaku, ingin tau reaksi mereka kalau melihat aku datang berdua dengan kemesraan ini

Aku duduk di sebelah mas Bram dan tangan kanan ku berada di pangkuan mas Bram yang tetap menggenggam tanganku dengan mesra senyuman kasih sayang terpancar dari sikap dan tindakan mas Bram bukan lagi seorang kakek tapi kasih sayang seorang pacar dan ini membuat aku bertambah kuat dan akan terus berjuang dengan apa yang menjadi cita cita ku selama ini

Papa dan Mama keluar dari dalam kamarnya dan menyambut kedatanganku dengan wajah ceria, aku segera melepaskan genggaman tangan mas Bram dan mengnyodorkan tanganku ke tangan mamaku dan mencium biku biku tangannya dan mama mencium keningku dan setelahnya aku cium biku biku tangan papa jhon.

“Rasanya kok kamu tambah cantik sih Tasya” kata mama

“Anak siapa dulu dong ma, anak mama yang ngak pernah mama harapkan” kataku

“Kamu kok bisa ngomong gitu si ke mama, mama yang melahirkanmu, tau!” kata mama

“Ya memeng mama yang melahirkan aku ke dunia ini, tapi mama ngak pernah mengharapkan kehadiranku ke dunia ini, dan mama meninggalkanku seorang diri ke dunia ini tanpa kasih sayang mama bahkan asi mamapun ngak pernag mama berikan ke aku di biarkan mubadir dari pada menyusui anaknya sendiri yang di kandungnya sendiri, gitu kan ma” kataku tanpa emosi tapi dingin

“Eh, kamu dapat cerita dari mana nih?” kata mama

“Mama ngak usah menutupi masalah ini, aku kemarin ketemu denga ibu Sulastri dan bapak Margono yang menyayangiku seperti putrinya sendiri walau tidak melahirkanku tapi memberikan asi nya untuk aku dan memberi kuhidupan ini” kataku selanjutnya

Rini mamaku terdiam dan jatuh duduk di korsi di belakangnya, dengan pandangan kosong dan aku mendengar tangisnya tapi aku diamkan saja, papa Jhon mendekati mama dan dan duduk di sampingnya

“Apa kata ku, akan lebih menyakitkan kalau dengar dari orang lain dari pada dengar dari mu sendiri ma” kata papa Jhon.

“Kamu tau apa Tasya, aku punya alasan sendiri untuk tidak memberimu asi aku” kata mama

“Iya memeng itu hak mama untuk membenci ke seseorang bajingan, tapi mama telah mengorbankan aku seorang anak yang tak mengerti apa apa masalah mama, lalu apa kesalahanku ke mama, kalau mau jujur aku pun ngak minta di lahirkan ke dunia ini melallui rahim mama kok” kataku

Mama hanya diam tak bersuara hanya menunduk kan kepalanya.

“Ada satu lagi ma, aku sekarang pewaris tunggal dari perusahaan Larasati Group dan aku sudah menjadi pemilik perusahaan itu sekarang” kata ku

Itu membuat mama dan papa terkejut seperti mendengar halilintar di siang bolong

“Ah, kamu pembual, dasar anak haram” kata mama.

Senggung menyakitkan sekali ucapan mama yang menyatakan aku anak haram, aku pun tambah geram lagi.

“Dan mama perlu ketahui kalau saat ini aku sudah menjadi istri dari eyang kakung Bram sesuai surat wasiat dari eyang putri Niken Larasati” kataku

Mama diam tak bisa berbicara apa apa, tiga kali kejutan yang membuat sok pada mama dan aku diam menahan emosi ku yang meluap, tapi eyang kakung memegang tanganku dan di genggamnya erat erat dan mengajakku duduk di sampingnya, tangan mas Bram mengusap ramputku pelan dan berulang ulang sambil aku dengar suara desis san dari mas Bram dan itu bisa membuatku aku menagis di dalam pelukannya.

“Rini, ini bukan kehendakku tapi kehendak ibumu Niken yang menginginkan Tasya menjadi pengganti dirinya menjadi istriku, salah satu pertimbanganyan ibumu Niken ngak mau hal serupa akan menimpa pada diri Tasya, sepertimu dulu hamil di luar Nikah yan membuat masalah besar pada keluarga, atas dasar itu lah ibumu Niken menjodokan aku dengan cucu kesayangannya” kata Mas Bram penuh wibawa.

Rini hanya diam mendengar penjelasan dari mas Bram dan akhirnya

“Keluar kau Tasya aku tidak punya anak sepertimu keluar dati rumahku sekarang juga aku ngak mau melihat wajahmu hai anak haram” kata mama sambil bertera teriaak seperti seorang kesurupan

“Baik ma, aku akan pergi dari sini, tapi sebentar aku ambil semua bukuku dulu dan bebepa pakaian seragamku dari pada mubadir di sini” kata ku sambil melangkah masuk kamarku di lantai 2, dan tidak lama hanya 10 menit aku sudah keluar dari dalam kamar sambil membawa kardus isi buku buku dan beberapa seragam sekolahku.

Aku pamit ke papa jhon samba mencium tangannya, ketika aku dekati mama hendak menjabat tangannya malah aku didorongnya dengan keras hingga hampir jatuh untung mas Bram di belakangku dengan sigap tuhuhku di pegangganya aku pun diam dan aku dekati adik Dion aku cium keningnya sambil berbisik

“Mbak pergi dulu ya dik, jaga mama dan papa ya” kataku

“Mbak mau kemana” kata dion

“Ngak tau lah mbak mau kemana, yang penting mbak harus pergi dari rumah ini, kan tadi kamu mendengar sendiri kalau mbak di usir dari rumah ini dik” kataku

“Hati hati ya mbak” kata Dion

Ketika mas Bram menjabat tangan papa jhon menyambutnya layaknya seorang sahabat sudah tidak ada cium tangan papa Jhon ke mas Bram dan ketika akan menjabat tangan Rini mamaku dan juga anak nya malah di tapisnya tangan mas Bram hanya bisa bergelengkan kepalanya.

Dion pun menyalimi mas Bram seperti biasanya mencium biku biku tangan mas Bram.

Mas Bram melangkah keluar rumah sambil mengakat kardus isi pakaian dan maju seragamku dan aku berjalan di sampingnya sambil berpegangan pada lengan kirinya.

Setelah memesukan barang barang ku ke dalam begasi dan mas Bram meminta kunci kontak mobil dan mas Bram bilang

“Jeng kamu duduk di korsi penumpang, kamu baru emosi takut kenapa kenapa jadi aku yang mengemudikan mobilnya” kata mas Bram

“Ia mas, terima kasih, sudah ada untuk aku” kata ku

“Ya nanti kita bicara di dalam mobil aja” kata mas Bram

Aku pun masuk ke dalam mobil bersama mas Bram dan aku tengok ke rumah ngak ada seorangpu yang ada di luar rumah baik itu Dion, papa apalagi mama

Mobilpun berjalan dengan pelan.

“Kemana kita mas” kataku

“Cari hotel dulu biar tenang sambil memekirkan langkah apa yang harus kita ambil” kata mas Bram

Mas Bram mecari hotel di kawasan Bisnis kota Semarang Simpang Lima dan masuk di salah satu hotel berbintang 5. Aku dan mas Bram pun turun mengeluarkan tas yang perlu saja dan membawanya keluar dari mobil menuju resepsionis hotel bintang 5 tersebut

“Hallo pak Bram, apa kabar” kata seseorang menyapa mas Bram

“Hallo Dra, apa kabarmu” kata mas Bram

“Mau menginap nih” kata orang Tadi

“Ia nih Dra” kata mas Bram, lanjurtnya “Masih ada kamar nih”

“Buat pak Bram pasti ada kok” jawannya

“Eh kenalkan ini cucu saya” kata mas Bram

Dan aku menjabat tangan dari teman mas Bram

“Indra” katanya

“Tasya” jawabku

“Kanu duduk dulu gih” kata mas Bram ke aku

Akupun duduk di korsi yang tersedia di lobby, mas Bram asik ngomong dengan Indra temannya di selingi oleh ketawa ketawa dan sekali kali mas Bram dan temannya Indra melirik ke arahku.

“Yok Tasya udah dapat kamar nih” kata nas Bram sambil menggandeng tanganku menuju kamar lantai 2 namar nomer 38. adalah salah satu kamar bertipe de lux.

Setelah aku dan mas Bram masuk ke kamar

“Mas, ngomong apa sih tadi dengan Indra kok sambil pandangi aku, jadi risi nih” kataku

“Tadi ya, di kira aku membawa cewek untuk berkencan tapi setelah mas jelaskan baru jelas dan memberi potongan 20% dari harga senenarnya, dan mas tadi mita waktu untuk ketemu dengan nya kan dia GM dari hotel ini biasanya punya relasi property gitu, mas mau menanyakan kos kosan yang bisa di sewa untuk tempat tinggalmu sementara” kata mas Bram

Tasya hanya memandang dengan pandangan sayu penuh cinta

“Udah jeng ngak usah di pikirkan lagi mas Bram percaya kok pasti ada jalan keluar untuk menuntaskan mamamu” kata mas Bram lagi

Aku hanya diam sambil menundukan wajahku dan menagis dengan isekan pelan, mas Bram bergeser duduk di sampingku dan meraih kepalaku di taruhnya ke dada bidangnya sambil mengusap kepalaku dengan lembut, tangisanku tidak reda malah menjadi lebih keras dari yang tadi tapi aku merasa terlindungi oleh mas Bram suamiku, kekasihku dan juga eyang kakungku yang selalu ada untuk aku, aku ngak ngerti andaikata hal ini terjadi tanpa adanya mas Btam di sampingku aku ngak bisa bayangkan nasibku akan bagaimana.

Lama aku dalam pelukan mas Bram membiakanku untuk mengeluarkan segala kesedihan hatiku dan semua emosiku tersalurkan dadaku yang tadi masih terasa sesesk kini menjadi longgar dan nafasku menjadi normal kembali dan aku tertidur di dalam pelukan dan kasih sayang mas Bram rasa damai dan nyaman yang aku rasakan kini

Bangun dari tidur sudah gelap dan aku berbaring di tempat tidurku dan pakaianku sudah terlepas semua hanya menggunakan celana dalam dan bra yang masih melekat di tubuhku aku cari keberadaan mas Bram ngak ketemu aku cari HP ku dan menghubungi mas Bram melalui HP

“Mas Dimama” kataku kawatir

“Mas baru ketemuan dengan Indra di sky garden” kata mas Bram

“Masih lama mas” tanya ku lagi

“Ini udah selesai jeng, tunggu ya 15 menit lagi mas kembali ke kamar” kata mas Bram

“Mas belikan makanan dong aku lapar” kataku

“Nanti pesan aja di restorasi hotel akat mau makan di luar” tanya mas Bram

“Aku ingin makan di luar mas di simpang lima gitu” kataku

“Ya udah siap siap kalau gitu kita keluar cari makan, mas juga belum makan kok” kata mas Bram

“Ok, mas 15 menit aku siap” kata ku sambil menutup telpun ku.

Aku langsung masuk kamr mandi dan menyelesaikan ritual madiku dengan cepat dan berganti berpakaian, aku menanti mas Bram datang dan tidak lama kemudian mas Bram masuk ke kamar hotel itu

“Mas jahat hik, ninggal aku sendiri di hotel ini” kataku

“Kamu itu jeng tidur nyenyak banget tidurnya ngak tega deh mbangunin kamu” jawab mas Bram santai, lanjutnya “Ayo berangkat sudah jam 9.30 lagi takutnya kamu malah sakit terlambat makan”

Aku berdiri menggandeng tangan mas Bram dari kamar hotel menuju parkiran tempat mobil ku terparkir, mas Bram yang mengemudikan mobil langsung ke Simpang lima cari makan malam

“Mau makan apa jeng” kata Bram

“Aku ingin makan nasi pecel mas, udah lama ngak makan nasi pecel” kata ku

“Ok, sebelah mana sih” kata mas Bram

“Nanti deh aku arahin” jawabku

Tidak lebih dari seperempat jam aku dan mas Bram sudah duduk di nasi pecel lesehan di pinggir simpang lima, aku memesan nasi pecel dua porsi dengan lauknya sekalian dan minum 2 teh manis hangat. Selesai makan aku dan mas Bram pulang ke hotel untuk istirahat.

Begitu masuk kamar hotel aku langsung mencium bibir mas Bram sambil mengucap

“Terima kasih Mas” kataku

Mas Bram membalas ciumanku dan

“Untuk apa jeng” kata mas Bram

“Ya untuk sumuanya, mas Bram selalu ada untuk ku” kataku sambil duduk di sofa hotel

“Bagaimana tadi pertemuannya dengan Indra” kataku

“Indra tidk punya akses ke kos kosan, mungkin ada di daerah tembalang gitu, kan jauh sekali tapi dia mengusulkan sebuah apartemen, gimana” kata mas Bram

“Apartemen Mas, kalau aptermen sentralend aku mau, tapi harganya mahal mas” kata ku

“Kan sekalian untuk infestasi juga jeng, kalau nanti jeng udah lulus bisa disewakan kok atau di pakai sendiri kalau ke kota ini ngak perlu ke hotel jeng” kata mas Bram

“Kalau menurut mas gimana” tanyaku

“Apertemen yang di tawarkan ke aku memeng apartement sentraland, memeng tempatnya sunggung stategis dekat simpang lima, CL dan terpenting juga dekat SMA mu, tapi lita lihat dulu besok pagi, indra mau menghubungi pihak pengelola nya yang merupakan teman bisnisnya” kata mas Bram

“Kalau aku punya apartemen mas ke kota ini langsung ke apartemenku ya” kataku

“Kan jeng sebagai owner Larasati Group harus punya wibawa, masak owner perusahaan sebesar Larasati mau tinggal di kos kosan yang saling berdempetan satu sama lainnya, mas yang ngak setuju dan tunjukan pada mamamu kalau kamu bisa mandiri sebagai calon istri Bram Kusuma seorang mamtan jendral TNI, dan masalah mamamu nanti dengan pelan pelan kita cari jalan keluarnya pasti ada jalan keluarnya, semua orang itu punya kelemahan masing masing hanya saja kita belum menemukan celah untuk ke sana” kata mas Bram

Membuat hati bangga dengan mas Bram selalu melangkah jauhke depan 2 – 3 langkah ke depan

“Mungkin ini adalah celah itu, kemarin ketika mas datang ke ulang tahun mu sebulan yang lalu papamu mengeluh mencari dana untuk mengirin barang ke amerika dan eropa kayaknya kekurang dana entah kenaapa dia kekurang dana aku juga ngak tau, besok saja senin aku akan mengadakan pertemuan dengan papamu sendiri tanpa mamamu, kalau hanya 2 M aku sanggup memberi bantuan dana tanpa harus kridit, tapi dengan syarat mamamu harus menyetujui perkawinanku dengan mu jeng, dan harus hitam di atas putih” kata mas Bram

“Aku yang sering ketemu aja ngak tau kalau papa punya masalah keuangan dan pada hal setauku papa tu punya menegement yang bagus apa tertipu orang ya” kata ku

“Ngak tau lah jeng, mas juga bingung kok, nanti aja mas tanyakan langsung ke papamu” kata mas Bram, lanjutnya “Yok ah tidur, ngantuk”

“Bener nih mas Bram ngantuk mau tidur, ngak kangen sama nenen aku” kata aku sambil tersenum manja dan memegang payudaraku sendiri

“Kangen dong sayang boleh nenen ya” kata mas Bram dengan wajah berseri

“Boleh lah kan ini milik mas Bram juga” kataku

Mas Bram mencium keningku dan mengangkat tubuhku dibarngkannya di tempat tidur dan mulai mencium bibirku dan aku membalas ciuman mas Bram, kedua tangan mas Bram membuka kaos yang aku kenakan dengan melepas melalui kepalaku aku pun berbuat yang sama melepas kaos yang di pakai setelah telanjang dadamas Bram mencium lagi telinga kananku sambil tangan yang satu melepas ikatan braku yang ada di belakang punggung dengan sekali tekan “klik” terlepas ikatan braku dengan hati hati melepasnya tadi dan melempar ke samping tempat tidur.

Aku didorongnya tidur di tempat tidut dan mas Bram mencium bibirku kembali dan tangan nakalnya berada di atas payudaraku dan memeinkan putting nya, ke dua tanganku bebes dan hanya bisa meremasi rambut kepala mas Bram dan mendesah nikmat. Mulut mas Bram turun ke bawah menciumi leher bagian depan dan memindahkan lagi ke buah dadaku sebelah kiri di ciumnya dan di sedotnya berkali kali, tangan mas Bram lepas dari buah dadaku langsung merabai vaginaku yang masih tertutup oleh celana yang aku pakau dan berusaha melepas celana yang aku pakai beserta celana dalam sekalian berhasil juga dengan bantuan kaki nya mas Bram menarik celana dan celana dalam ku terlepas dari tubuhku dan membiarkan tergeletak di lntai bawah kakiku.

Tangannya kini berada di atas vaginaku yang sangat terbuka karena selangkanganku terbuka lebar lebar sehingga vaginaku terlihat jelas temben dan ditumbui bulu yang tertata rapi berbebtuk segitiga terbalik, mas Bram berhenti mengulun buah dadaku dan kini memendang vaginaku yang terbuka lebar aku mengamati apa yang di kalukan mas Bram dan secara refek aku menutupi vaginaku tapi mas Bram langsung memegang tanganku yang berusaha menutupi vaginaku sendiri tangannya mulai merabai vaginaku dan mulutnya kini berada perutku dan mencium dan menjilati seluruh permukaan perut hingga basah aku ngak tahan sangat geli seakan di gelitik

“Mas, ahhhh….geli bangaet …” kataku sambil memegang kepalanya mengusapi rambut mas Bram dengan penuh perasaan yang semakin melayang layang ke angkasa

Mas Bram pun menurunkan ciumannyake bawah tapi tidak langsung ke area vaginaku malah menciumi bulu bulu yang ada di atas vaginaku, tapi tangan yang satu beradadi bongkahan pantat ku dan meremas lembut sedang tangan yang lain berada di atas vaginaku mengusap halus celah melintang dari atas ke bawag terus meneros sehingga mayora sudah membuka berwarna merah bagai bunga mawar yang baru merekah menenti setetes embun untuk menyemai menjadi buah.

Mas Bram tersenyum kepada ku dan aku membalas senyumannya juga, tak lama kemudian bibirnya menyerbu kelentit ku yang sudah mulai membesar dan mengeras aku merasakan sentuhan lidahnya pada permukaan kelentit dan aku tak kuasa menahan leguah kenikmatan

“Ahhhh…..mas….mas…..mas….” rancau dari mulutku

Itu menambah semangat mas Bram dalam menciumi dan menjilati kelentit ku dengan lidah yang terasa kasar di permukaan vaginaku, di sapunya lidah nya dari bawah celah ke aras sampai ke kelentitku dan berhenti sebentar untuk menyedot kelentikku dengan lembut, itu di lakukan berulang ualang, aku hanya bisa menahan nafas dan meremas remas rambutnya karena sensasi yang berbeda.

“Ahhhhh….mas….mas….” ucapku ngak bisa menehan kenikmatan yang di berikan saat ini, aku sudah melupakan perseteruanku dengan mama hanya bisa mendengsis dengan manja dan pinggulku mulai bergoyang secara otomatis menikmati jilatan jilatan panjang dari lidah mas Bram yang semakin efektif menyentuk area vaginaku daerah yang paling sensitive untuk semua wanita.

Mas Bram mulai mulai melepas celana yang di pakai dengan satu tangannya sekalian celana dalamnya dan aku membantu mendorong celana dan celana dalamnya terleps dari tubuhnya, setelah lepas nas Bram menggeser pinggulnya dan memposisikan pinggulnya di atas wajahku sehingga penis besar mengacung dengan gagah di depan wajahku dan tanpa di perintah lagi aku melai mengulum penis mas Bram dengan mulut lidahku bermain main si sepanjang batang penis nya dan tanganku meremas halus kantong pelir dan menciuninya, aku angkat punggul mas Bram menjauh dari mukaku agar aku bisa memesukkan batang penisnya ke mulutku tapi mengalami kesulitan aku pun mendorong tuhuh mas Bram dari atas tubuhku agar posisiku di atas dan mas Bram tau maksudku menghentikam sapuannya ke vaginaku sambil rebahan dan mengangkat pinggulku ke atas sehingga aku berada di atas tubuhnya

Posisi 69 kami saling mengeksplotasi kemaluan lawan main masing masing, aku menaikan wajahku sehingga penis mas Bram berada tepat di depan mulutku dam aku membukanya dan mulai mengulum penis mas Bram yang gagah dan perkasa. Tangan mas Bram menggeser membuka celah vaginaku dan menjilati belahannya, di tusuk susuknya lubang vaginaku dengan jari jari mas Bram sehing aku mulai merasakan ada sesuatu yang mendorong keluar dari vaginaku.

“Mas…. eeennnaaaakkk…. mas ….teruuuusss ahhhh….” rancauku

Aku mulai menggoyang pinggul ku ke kiri dan kanan tapi di tahan dengan tangan mas Bram yang memegang pingul ku dan menyedot kelentitku dengan keras dan aku merasakan orgasme ku sudah semain dekat dan

“Ooooohhhhhh…. mas Braaaammmm” teriaku sambil menekan pantatku lebih dalam dan seeerrrttt ….. seerrrrrttt…. menimpa muka mas Bram dan mediamkan saya sehingga tekanan pantatku melemah sendiri, aku segera membalikan badanku dan kami saling berhadap hadapan mas Bram duduk dengan kaki terbuka lebar, setelah membalik aku menciumi muka mas Bram yang belepotan dengan cairan cintaku di seluruh muka mas Bram dan akhirnya ciuman panjang mendarat di bibirnya dan aku merasa penis mas Bram yang dari tadi tegang aku pegang aku arahkan ke memeku dan mendorongnya ke dalam sehingga penis mas Bram tepat masuk ke lubang vaginaku dan bibir mas Bram yang berada di depan buah dadaku dan mengecup putingku dengan penuh perasaan, aku pun mulai menggoyang pantanku naim turun kadang memetar dan kadang ku gesek gesekkan ke arah yang paling enak tidak lama kemudian aku mempercepat gerakanku dan orgasme ku yang ke dua akan segera muncul lagi tanpa bisa aku cegah, mas Bram nenehan tubuh ku supaya tidak roboh 2 – 3 menit kemudian mas Bram mengangkat badanku dan menelentangkan tubuhku di atas penpat tidur dan segera memasukak penis nya kembali ke dalam vaginaku dan mulai menggenjot nya dengan pelan dan secara bertahap mempercepat genjotannya ke dalam vaginaku.

Kecepatan gerak pinggulnya membuat aku benar benar melayang layang ke angkasa dan sebentar kemudianaku merasakan oegame ku yang ke tiga akan muncul kembali dalam waktu yang relative singkat aku menekan panpat ku ke atas disertai goyangan pantatku ke kiri dan ke kanan benda keras selelu mennyundul nyndul d dalam rahimku dan

“Ahhhhhhh….mmaaaaaasss ……”teriakku, seeerrrttt. seerrrttt. …..

“Jennnnggggg,,,, eeennnnaaaakkkkk” teriakan masBram menggema seantero kamar, choooort….chooort….. choooort…..

Nafas kami putus merasakan orgamus kamu yang sangat berkwalitas bareng dalam satu titik kebersamaan memadu cita menyatukan penis dan vagina secara bersama sama.

Mas Bram kelelahan dan bergulir roboh di sampingku dan memegang wajahku dan cebuah ciuman yang sangat panjang dan mesra aku dapatkan dari bibir mas Bram yang menyatu dengan bibirku

Aku pun tersenyum sambil keleluk leleki tua ini dengan penuh kasih sayang setelah istirahat sebentar aku mulai meremas remas penisnya sebentar kemudian sudah tegang lagi, mas Bram berdiri dan berjungkok dan memohon aku supaya menungging di depannya dan setubuh kami lakukan lagi higga benar benar melelahan dan tertidur dalam pelukan dan penispun masih bersangkar di dalam rahimku.

----skip----

Pov : Rini Kusumawardani

Sepeninggalan Tasya anakku yang masih duduk di kelas XII di SMA Negeri XX, pikiranku tambah kacau, hanya tangisan yang dan penyesalan dalam hidup ini, mengapa aku tidak bisa berterus terang ke Tasya anakku sendiri, memeng semenjak bayi aku sudah menolak kehadiran Tasya di dunia ini, aku ingin menggugurkan kandunganku tapi ibu selalu menghalangi keingnanku, rasa cinta seorang ibu ke anak kandungnya sendiri telah aku padamkan, ketika mas Jhon meminta Tasya untuk di asuhnya sebenarnya aku sudah menolah nya tapi mas Jhon terus mendesak katanya sebagai kewajiban orang tua harus mendidik dan membesarkan anaknya dan sebagai teman aku ketika mas Jhon keluar kota

Sebuah kenyataan pait yang sekarang aku rasakan Tasya anak ku dengan dukungan ibu dan ayah kandungku sendiri melawan aku kenyataan pait ini membuat aku sangat terpuruk lebih dalam lagi, Tasya telah tau siapa dirinya, siapa ayah biologisnya laki laki bajingan yang mencampakan aku di lembah paling nista dan membiarkan aku sediri dalam ketidak pastian hidup. Kenyataan ke dua Tasya telah memilh pasangan hidup nya yang menurut aku tidak lumrah bukan dari segi usia dan vinansial saja tapi dari hubungan mereka ayahku sendiri kakeknya dari Tasya anakku yang akan menjadi suaminya, bulsid lah ini atas kemaiuan ibu ku Niken itu hanya alasan belaka memang dari dulu aku sudah curiga kedekatan Tasya dengan ayah Bram kedekatan yang lain yang aku rasakan aku melihat Tasya selalu duduk di pangkuak ayah ku sampai sewasa aku sudah mencoba menegurnya tapi ngak pernah di hiraukan malah ayah selalu membelanya Tasya kan cucu kesayagan ayah dan ibu jadi wajarlah kalau Tasya selalu dekat dengan aku begitu selalu di katakanya ayah ku ketika aku memegurnya tapi dalam hatiku yang menjadi tenang sedikit Tasya dekat eyang kakungny sendiri ingin melindungi Tasya. Tapi kini kenyataan menjadi lain ketika Tasya menyatakan dirinya sudah menjadi istri eyang kakung atas pesetujuan ibu ku Niken, dan kini Tasya mendapat seluruh warisa dari ayah dan ibuku sendiri, memeng aku pernah diberi modal untuk mendirikan perusahaan suamiku 15 tahun yang lalu dan aku menyatakan ngak akan memintanya warisan apapun dari ibu dan ayahku dan itu tertuang di atas surat bermetrai, dan yang menjadi aku ngak mengerti jalan pikiran ke dua orang tuaku masalah ini di kaitkan dengan masa laluku yang begitu kelam.

Hatiku resah sekali hingga malam itu aku menutup diri di kamar, suami da anakku dion ngak berani mengusik aku mereka menjalankan aktifitas sendiri aku mengurung di dalam kamar selama tiga hari merenungkan semua peristiwa yang terjadi dan hanya keluar untuk makan tanpa banyak bicara dan masuk kamar lagi sampai dengan kesimpulan aku tetap akan menentang hubungan yang lazim ini.

Hari senin pagi hatiku sudah mulai bisa diajak kompromi aku menghubung Lionif pacar gelap ku pria ganteng masih muda yang bisa membawa aku ke angka raya mengarungi samodra birahi dan mendapatkan ketenagan batin.

“HalloTante Rini” kata Lionif setelah aku hubungi

“Posisi kamu dimana lion” kataku

“Aku masih di kampus tante” kata Lionif

“Selesai kuliah jam berapa sih” kataku

“Jam 11 san tante, kangen ya” jawab Lionif sambil tertawa

“Aku ingin jurhat ke kamu Leonif” kataku

“Ada masalah apa tante” kata Lionif

“Masalah keluarga Lion, hanya kamu yang aku percaya untuk masalah ini, suamiku juga sudah ngak bisa di percaya dan anakku Dion juga ngak bisa, hanya kamu yang bisa membuat hati ku tenang” kataku

“Oke Tante nanti jam 11.30 an kita ketemu di tempat biasa ya” kata lionif

“Aku tunggu ya, awas kalau bohong” kataku

“Mana berani aku bohong ke tante yang cantik” katanya, sambil menutup telpun selulernya

Pagi ini aku merasa lebih tenag sudah tiga hari ini hatiku gundah aku tersenyum sendiri

Jam 11.30 aku sudah ada di dalam café di tempat ini aku dan Leonif sering mengadakan pertemuan rahasia, tempatnya agak tertutup dari jalan raya café ini memeng konsumsi para mahasiswa dari unniversitas swasta di kota ku.

Aku dudu di pojok café tempat paling nyaman untuk mengadakan pertemuan di dalam café ini aku bisa bermesraan tanpa takut di lihat orang. Disuatu kamar privat yang tertutup dari luar

Setengah jam kemudian Leonif muncul di hadapanku langsing mencium bibirku denag mesra, mememg aku sudah sebulan ini ngak ketemu dengan nya rasa kangen menyelimuti aku selama ini.

“Ada masalah apa sayang, suami mu ya” kata Leonif

“Bukan masalah suamiku, tapi masalah anak ku yang sulung, udah tau kan” kata ku

“Aku tau dari foto yang di perlihatkan oleh tante dan aku tau juga dari instagram miliknya” kata Lionif

“Lion aku harus berbuat apa coba, Tasya anakku kini sudah menjadi istri kakeknya sendiri” kata ku sambil meneteskan air mata.

Lionif tampak terbengong bengong mendengar aku berkata begitu.

“Kok bisa tante” kata Lionof ngak percaya

“Aku sendiri ngak mudeng sebab sebab nya, kemari datang datang membawa masalah yang menyatakan bahwa anakku Tasya sudah menjadi istri ayahku senduri dan sekarang minta doa restu ku sebagai ibu dari anak ku, tapi aku menolak karena aku anggap ini hubungan yang tidak wajar dan suamiku cenderung menyetujuinya hubungan antara anak ku dan kakeknya itu, aku marah Lion” kataku

“Udah tante sudah ngak usah di pirkan juga biar kan saja, nanti kalau bosan juga akan pisah sendiri tante” kata Lionif, lanjutnya “Dari pada mikir mereka lebih baik kita mikir diri kita sendiri aja tante, aku sudah kangen sama tante, kita ke kos kosan ku aja lebih nyaman” kata lion sambil menciumi bibirku dan leher jenjangku, akupun mulai medesah karena kegelian,

“Sudah ah Lion, kita ke kos kosan mu saja” kataku

Memeng Lion hidup sendiri di kota ini dan dia tinggal di kos kosan dengan 2 orang temannya yang sama sama provisi sebagai gigoo gateng di kota ini disamping sebagai mahasiswa swasta di kota ku. Bahkan sebagian danaku sudah masuk ke Lion untuk melengkapi perabot dan elektronika yang Lion butuhkan sebagai seorang mahasiswa.

Aku langsung ke kasir untuk membayar pesannanku dan tempat privat room ini, setelah membayar aku dan Lionif bergegas menuju kos kosan setelah Lionif bertemu dengan temannya untuk membawakan montornya dan menyerahkan kunci montor nya ke temannya.

Lionif membawa mobil ku menuju ke kos kosan yang lumayan dekat dari café sekitar kampus ini. Aku sempat berciuman di dalam mobil yang berkaca gelap ini. tidak ada 10 menit aku dan Lionif sudah sampai di tempat kos nya.

Lionif membukakan pintu dan mengajaknya ku masuk ke dalam rumag kos kosan dan terlihat sepi sebab teman temannya pada kuliah.

Sesampainya di kamar Lionif mencium aku dengan begitu bergairah demikian juga aku tak kalah bergairahnya. Sambil berciuman Lionih membuka baju yang aku pakai dan membuangnya di sembarang tempat demikian juga dengan aku aku tarik kaus Lionif ke atas dan melepaskan melelui kepala yang sedikit menunduk untuk mempermudah aku melepaskan tangan Leonif bergeserke arah punggung dan sekali sentuh “klik” terlepes ikata braku dan melepasnya kelantai, ke dua tanngan leonih merabai buah dadaku yang besar dan sekal sekali di pijit pijitnya putting ku bergantia kiri dan kanan terus menerus membuat amelepas gseper dan ku mendesak desak ke enakan,
Leonif sangat pandai membuat aku horny begitu cepat tanpa di sadarinya tanganku sudah merabai selakangannya yang berisi penis yang sudah menegang

“Buka cenamamu Lionif kasian tu burung terjepit ngak bisa nafas” kata ku menggoda

“Ini bukan burung, tante sayang tapi kontol” kata Lionif dengan bangga saat menyebut burungnya dengan kontol.

“Ia ya kontol mu” kataku

Dengan segera Lionif dan menarik celana panjang yang di gunakan bessama celana dalamnya dan terlihat kontol Lionif yang panjang menjulang keluar dari sangkarnya yang berwarna coklat tua dihiasi dengan kepala kontol nya yang merekah badai jamur indah. Leonif berjongkok di depanku sambil melepas rok sepan yang aku pakai melepasnya bersama sama dengan celana dalam ku sekaluan, kami pun sama sama telanjang.

Leonif mengangkau kaki kananku dan menaruhnya di pudak kirinya dan aku memegang kepala Leonih untuk menjaga keseimbanganku, lidah Lionof langsung menyerbu vagina ku yang sudah basah, menciumi kelentitku dan menyodok lubang peranakanku denga dua jarinya.

“Ahhhh …. Liiioooonnnn …. terus ….. ya ya ya ….. diii siiittt ttttuu beeee nnnnaaaarrrrrr…” kata ku terputus putus sambil mengatur nafas yang kian memburu “Eee nnnnaaaakkkk…” kata ku terputus putus sambil mengatur nafas yang kian memburu.


Bersambung dulu
Part 27
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd