Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,6%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,7%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 144 42,2%

  • Total voters
    341
ini kenapa yak banyak penggemar mesum disini dengan orentasi grup itu.
asli bacanya ketawa mulu kagak jadi coli deh
:baca:
 
Yah gagal eksekusi lalanya... Sayang banget hu. bisa juga mainin emosi pembaca nih suhu. selanjutnya jangan kebanyakan ngewe kapten ah, tar kebablasan bahaya, kasian lala
 
kakak juga aku ga nyangka :kacau:
Ah Angel bisa aja... Jadi pengen masukin Angel ke cerita ini deh
Hemmm hu, ijin minta kopi ya biar betah nunggu updatenya..
Kalau ngopi buat nunggu update cerita ini sih bisa2 kembung hu
Kaklala belum pecah tel000r, Ayaba tinggal colok, dan mantan bernama Vin
Kalala kan supesial
Waini, ada Kalala
Ada dong
ini kenapa yak banyak penggemar mesum disini dengan orentasi grup itu.
asli bacanya ketawa mulu kagak jadi coli deh
:baca:
Mana saya tahu? Saya kan ikan
Menarik menarik
Makasih Hu
Ayana digarap terus ni hhaa, alias ditunggu pecah darah sucinya kak Lala gan hhee
Ditunggu saja... Pelan-pelan
Izin nandain
Monggo
Yah gagal eksekusi lalanya... Sayang banget hu. bisa juga mainin emosi pembaca nih suhu. selanjutnya jangan kebanyakan ngewe kapten ah, tar kebablasan bahaya, kasian lala
Kapten goyangannya ajib Hu
ijin nendaa hu
Monggo
potensi hu ceritanya wkwk
Trimaksih suhu... Pantengin terus ya
 
Part 7 - Semesta Bercanda

Aku membuka tutup botol minuman bersoda dan meneguknya dengan cepat. Sial, kenapa aku dan dia harus bertemu sekarang. Di depan minimarket ini aku duduk termenung menunggu Lala dan Brielle.

Aku terpaksa menunggu mereka disini karena aku tak kuat berhadapan dengan Viny. Aku belum siap melihat dia. Bayangan dirinya di masa lalu yang membuat hatiku hancur itu terus datang saat melihat dia.

Sebuah mobil datang, dari mobil itu keluarlah Lala dan Brielle yang kemudian menghampiriku.

"Kak Egi kenapa kok malah nunggu disini sih! Kan percuma tadi kita jadi harus naik GO-JEK juga." Omel Brielle

Aku bingung harus menjawab aja. Aku tidak mungkin bilang aku menunggu disini karena menghindari Viny.

"Udah ah, bawel Cimol. Yuk" Aku mengajak Lala dan Brielle masuk ke dalam mobil.

Saat membukakan pintu untuk Lala, entah kenapa Lala menatap dalam kepadaku. Raut wajahnya jadi bersedih seolah sedang merasakan apa yang aku rasakan kini. Lala tak berkata sepatah kata pun, hanya menatap.

Setelah itu, Lala langsung masuk ke dalam mobil. Ia duduk di depan bersamaku. Mobil melaju dijalanan kota, Brielle sudah tidur di kursi belakang dari awal mobil ini melaju. Lala tak berbicara seperti biasanya. Ia hanya mengusap pahaku seolah memberikan energi untuk kuat.

Brielle dan Lala minta menginap di apartemenku karena apartemenku lebih dekat dan mereka ingin segera istirahat. Mau bagaimana lagi, tentunya aku menuruti keinginan mereka.

Kami sudah sampai di apartemenku. Aku terpaksa menggendong Brielle yang sudah tidur ini. Dia susah sekali dibangunkan. Sampai di kamarku aku langsung membaringkannya di kasur.

"Kamu juga, istirahat langsung ya, La. Keliatannya hari ini latihannya cukup berat ya."

Lala tiba-tiba memelukku dengan eratnya.

"La?"

Aku membalas pelukannya. Kepala Lala mengadah melihat kearahku.

"Kamu kenapa? Kamu keliatan sedih"

"Tau darimana?"

"Sorot mata kamu jelas nunjukin itu"

Aku mengeratkan pelukanku pada Lala. Tak terasa air mata perlahan menetes dari mataku. Aku menangis di pelukan Lala. Lala mengusap punggungku.

"Ada aku. Kamu bisa cerita kapan pun sama aku"

Pelukan Lala begitu lembut dan hangat.

"A...aku ketemu sama dia, La" Lala mengusap rambutku

"Mantan kamu member JKT48 juga?" Lala mengatakannya dengan hati-hati takut menyinggung perasaanku.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan. Lala memegang kepalaku kemudian menempelkan dahi kami berdua. Hidung kami pun ikut menyatu. Lala terlihat dekat, sangat dekat. Aku bisa merasakan deru nafasnya. Dia tersenyum. Senyum yang sangat indah seakan mengatakan semua baik-baik saja.

Perlahan aku mulai merasa tenang. Lala langsung menarik tanganku menuju ruang tengah. Ia mengambil nasi goreng yang tadi sudah kubeli. Tak lupa ia siapkan piring, sendok dan garpu.

"Makan dulu, yuk"

Lala membuka satu bungkus nasi goreng diatas piring. Satu bungkus itu dimakan oleh kami berdua. Lala bergantian menyuapi ku dan menyuapi dirinya sendiri. Senyum yang hangat itu terus menempel di bibirnya.

Aku bersyukur bisa bertemu dengan Lala. Dia tampak begitu tulus mencintaiku. Aku sudah punya Lala. Harusnya aku tak perlu khawatir lagi pada orang itu. Tapi tetap saja, cinta pertama memang sulit dilupakan.

"Viny. 3 tahun yang lalu, La." Aku mulai membuka cerita, aku tak bisa terus menyembunyikan ini dari Lala.

***

Semesta memang sosok yang jahil. Ia suka sekali bercanda denganku. Candaan ini dimulai saat usiaku belum genap 10 tahun. Aku sedang berada di rumah sakit waktu itu, Ibuku mengalami gagal ginjal sehingga aku sering menemaninya untuk cuci darah di rumah sakit. Aku sedang
berjalan-jalan di taman rumah sakit sampai aku melihat seorang gadis kecil, mungkin seusia denganku sedang duduk di bangku sambil membaca buku. Ia kelihatan asik sekali membaca, kadang tertawa, kadang ia tampak kesal. Seperti dia masuk kedalam cerita yang dibacanya.

Aku hanya melihat gadis itu dari jauh, tak berani mendekat untuk sekedar berkenalan. Wajahnya begitu manis dengan tubuh mungilnya. Ia mengenakan baju putih. Tanpa sadar lama sekali aku memandangi nya dari bangku yang jauh ini. Begitulah aku menghabiskan hari itu.

Di hari lain, di rumah sakit, aku tidak pernah menemukan lagi gadis itu. Aku sempat iseng menjelajahi seluruh rumah sakit yang sangat luas itu. Tapi gadis itu tak kutemukan juga.

Sudah kubilang, semesta memang suka bercanda. Aku kembali bertemu dia saat ada kegiatan lomba cerdas cermat SD tingkat kota. Aku menjadi perwakilan SD ku saat itu. Dari situ aku bisa tahu namanya. Ratu Vienny Fitrilya. Nama yang begitu anggun. Aku juga jadi bisa tahu dimana dia sekolah. Tapi aku masih belum punya keberanian untuk berkenalan.

Sejak saat itu entah kenapa semesta benar-benar senang bermain denganku. Aku sering kali bertemu dia dimana pun. Di mall, di jalanan, di angkutan umum. Berlanjut ketika aku masuk SMP bahkan SMA.

Satu kali. Satu kali aku pernah berinteraksi dengannya. Itu adalah saat aku menghadiri suatu acara festival ulang tahun SMA lain. Aku diajak oleh teman SMP-ku yang sekolah disana. Saat itu tiap kelas di sekolah itu menyulap ruang kelas mereka menjadi sebuah cafe. Saat aku sedang berjalan melihat-lihat, aku melihat dia sedang menarik pengunjung dengan teriakannya.



"Ayo, kak. Kesiniiiiiii!!!! Disini menunya enak-enak loh. Paduan cita rasa lokal dan internasional"

Aku berhenti berjalan, pandanganku terpaku pada dia. Dia sadar akan pandanganku. Mata kami bertemu dan saling menatap beberapa detik hingga akhirnya dia menawarkan aku untuk masuk.

"E... Ayo kak. Menu kita disini perpaduan makanan tradisional Indonesia sama terkenal dunia. "

Aku malah berbalik badan dan berjalan cepat menjauh. Entah kenapa, aku pun bingung. Aku tak mengerti. Rasanya ada sesuatu yang bergejolak di hati.

Bayangan wajahnya tak bisa hilang dari kepalaku. Rambutnya yang panjang terurai, senyumnya yang begitu manis, dan suaranya yang unik. Aku benar-benar bingung perasaan apa ini.

Itu jadi pertemuan terakhirku dengan dia. Selama aku duduk di kelas 2 SMA, pertemuan-pertemuan random dengan dia sudah tidak pernah aku rasakan lagi. Aku merasakan suatu kehilangan. Mungkin juga bisa dibilang kerinduan. Entah kemana dia. Beberapa kali aku sengaja datang ke sekolah itu lagi dengan berbagai alasan pun aku tidak pernah melihat dia. Ya salahku sendiri juga sebenarnya yang tidak berani bertanya pada temanku yang sekolah disini. Padahal mungkin dia bisa tahu.

Sampai 4 tahun yang lalu. Aku sedang mengerjakan suatu tugas kuliah di sebuah cafe, ditemani segelas kopi dan beberapa potong kentang goreng. Aku yang duduk menghadap ke pintu bisa melihat dengan jelas gadis saat gadis itu masuk.

Rambutnya sekarang pendek, dan dia jauh lebih kelihatan dewasa. Namun wajah itu tidak pernah berubah. Wajah yang begitu manis. Ia duduk di sebuah bangku dan membaca buku. Ia sangat serius membaca buku itu. Sama seperti 10 tahun lalu saat aku melihat dia pertama kali.



Kini, ada sesuatu yang mendorongku untuk menghampirinya.

"Permisi."

Gadis itu menoleh, menatapku curiga.

"Y-ya?"

"Ratu Vienny Fitrilya, yah?" Persetan aku tidak tahu nama panggilannya.

"Betul" Ia makin curiga saat aku menyebutkan namanya.

"Ada yang mau aku bicarain, boleh?"

Entah ide gila apa yang aku miliki. Bicara seperti ini pada orang yang tidak mengenalku. Tanpa permisi aku duduk di hadapannya. Aku tak mau mundur. Aku tak mau membiarkan dia pergi lagi. Aku harus mengeluarkan ganjalan di hatiku selama ini.

"Bicara soal apa ya?"

Aku menceritakan dari awal aku melihat dia sampai kejadian itu tidak pernah terjadi lagi sampai hari ini. Gadis itu menyimak dengan baik setiap ceritaku. Tatapan curiganya perlahan menghilang sampai dia terlihat sangat antusias mendengar ceritaku.

"Aneh. Kok bisa kaya gitu, ya?" Komentarnya setelah aku selesai bercerita.

"Mana aku tau. Semesta emang suka bercanda"

Dia tertawa, matanya yang bagus itu menghilang saat ia tertawa. Manis. Manis sekali.

"Oh iya, kita belum kenalan. Ya walau kamu udah tau nama lengkap aku. Kenalin, aku Viny" Viny mengulurkan tangannya

Aku menyambut tangan Viny "Nama aku Egi"

Perkenalan singkat itu dilanjutkan dengan obrolan ringan. Dari obrolan itu aku bisa tahu bahwa sekarang Viny sedang berkuliah. Yang unik adalah ternyata tanggal dan tahun lahir kita sama 23 Februari 1996. Sudah kubilang semesta senang sekali bercanda.

Viny berkata ia harus pergi. Kami berpisah, tapi kini tidak benar-benar berpisah karena kami sudah bertukar kontak.

Kami makin dekat dan kadang juga kami keluar bersama untuk sekedar ngopi atau nonton. Kedekatan itu berlangsung hampir setengah tahun.

Di cafe pertama kali aku mengobrol dengan dia, kuputuskan untuk menembaknya. Sebuah bunga matahari kuberikan padanya sambil ku utarakan perasaanku. Entah kenapa aku memilih bunga matahari, bukan bunga mawar seperti kebanyakan orang. Yang jelas aku mencintai dia.

Dia menerima bunga itu dengan perasaan senang. Aku bisa melihat air matanya menetes karena bahagia. Ia langsung memelukku dan mengatakan bahwa dia menerima cintaku. Hari itu menjadi hari yang begitu bahagia untuk kami.

Setengah tahun sudah kami berpacaran. Waktu itu berlalu dengan indah. Kami sering menyempatkan waktu untuk bertemu setidaknya seminggu sekali. Kadang kita jalan bersama, kadang pula hanya nonton series atau ngobrol di apartemenku. Walau sudah setengah tahun berpacaran aku tak pernah berani melakukan hal yang aneh-aneh pada Viny. Ya paling mentok kami hanya berciuman sebentar.

Aku sudah sangat percaya dengan Viny sampai-sampai aku memberikan kunci cadangan apartemenku pada Viny.

Sudah kubilang semesta suka bercanda. Hari pertama aku menyerahkan kunci itu malah terjadi hal yang tidak terduga. Aku yang sudah bekerja di kantor lupa membawa laptop dan saat aku hendak mengambil laptop tersebut aku mendapati Viny, Pacarku, yang sangat aku sayangi sedang bersetubuh dengan orang lain. Rasanya mati rasa. Aku sudah tak kepikiran apa-apa. Aku ambil laptop dan pergi begitu saja tanpa mempedulikan Viny yang terus memanggil-manggilku. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk mengganti seluruh akun dan nomorku. Memblokir Viny. Menjual apartemen dan pindah ke tempat lain. Aku benar-benar menghapus Viny. Tak bersisa.


***

Lala yang sedari tadi memelukku sambil mendengarkan cerita kini makin erat memeluk. Aku tahu dia sedang berusaha menguatkanku. Aku mengelus kepalanya memberi isyarat aku baik-baik saja.

Rasanya lega sekali bisa menceritakan ini. Lala adalah orang pertama yang tahu tentang ini. Aku akhirnya bisa selangkah melangkah untuk berdamai dengan diri sendiri. Ya walau beberapa saat air mataku tak terbendung saat aku bercerita. Tapi kini tak apa, aku sudah lega.

"Eh, La. Itu sebungkus lagi punya Brielle makan aja yuk nasgornya. Abis cerita jadi lapar lagi"

"Ih, dasar rakus" Lala mencubit perutku

"Awww... Ye kan daripada kebuang"

"Iya juga sih. Aku juga udah lapar lagi sih"

"Ye dasar sama aja. Rakus" Aku membalas mencubit perut Lala.

Lala langsung berlari menghindar sekalian menuju ke dapur untuk mengambil sebungkus nasgor yang tadinya dibeli untuk Brielle.

Kami makan sampai habis nasi goreng itu. Dasarnya pada doyan makan emang.

"Udah kenyang enaknya tidur" Aku langsung tiduran di sofa setelah membasuh muka dan gosok gigi.

"Ih. Gaboleh langsung tidur tau" Lala menarik lenganku, berusaha membuatku bangun.

"Ngantuk Laaaaa!!!" Aku tetap mempertahankan posisi tidurku

"Ya tapi tunggu bentar dulu. Duduk!" Lala masih berusaha menarik tanganku.

Kini aku tak mau kalah aku menarik tangan Lala hingga ia jatuh ke sofa. Badannya itu langsung kupeluk. Aku ciumi wajahnya yang lucu itu.

"Ih genit. Cium-cium"

"Biarin.... Wleeeee.... " Aku kembali menciumi seluruh wajah Lala.

Lala tertawa saja menerima itu. Kami terus saling memandang dalam posisi ini.

"Iiiihhh itunya keras"

Aku tersadar, penisku yang mulai menegang ini menempel di paha Lala. Ide jail terlintas di pikiranku.

"Pegang coba, La."

"Ngapain dih."

"Ya pegang aja. Dimainin gitu" Aku melepas pelukanku pada Lala. Membiarkan tubuhku telentang "Ayo, pegang coba."

Lala ragu-ragu, tangannya perlahan mendekat ke arah penisku. Dengan telapak tangannya itu ia memegang penisku yang menonjol di celana.

"Terus?" Ucap Lala malu-malu

"Diusap-usap coba"

Dengan lugunya Lala mengikuti perintahku. Perlahan ia menggerak-gerakan tangannya. Perasaan nikmat mengalir ke otakku.

"Gini." Aku mengarahkan tangan Lala supaya mengusap barang penisku naik turun.

"Aahhhh"

Aku mulai melepaskan tangan Lala. Ia cepat mengerti.

Lala terlihat menahan tawa saat melihat kearahku.

"Kenapa?" Tanyaku

"Muka kamu lucu jadinya. Hihi"

"Dasar" Aku menyentil jidat Lala "Buka La celana akunya"

Lala perlahan membuka kancing celanaku dan juga menurunkan resletingnya. Tangan Lala kembali meraba penisku dari luar celana dalam. Ia mempelajari setiap lekuknya.

"Keluarin aja, La. Mau liat kan?"

Lala terlihat penasaran namun masih malu-malu. Celana dalamku ia buka sedikit lalu mengintip ke dalamnya. Ia tampak sangat tertarik. Perlahan Lala menurunkan celana dalamku. Penisku sudah sempurna mengacung keatas. Lala terlihat terkesima melihat itu

"Gede, kan?" Ucapku dengan pedenya

Lala mengangguk kecil sambil tertawa. Ia menggenggam barang penisku dan memijitnya perlahan.

"Eummmhhhh"

Aku langsung melumat bibir Lala yang mungil nan lucu itu. Lala membalas ciumanku. Bibir kami berpagutan, liur kami bercampur menjadi satu. Hawa ruangan jadi terasa lebih panas. Aku mengangkat kaos dan BH pink yang dikenakan Lala. Langsung saja aku mainkan kedua payudaranya yang menggemaskan itu.

"Euuhhhh, sayaanggghhh"

Lala masih memainkan penisku, makin gemas dia. Jempolnya bermain di lubang pipisku yang perlahan sudah mengeluarkan cairan pelumas.

"Laaaa... Ahhhhhhhh... Emut dong"

"Emut? Ininya? Gak mau ah. Jijik" Lala sedikit menolak, tapi aku bisa melihat masih ada rasa penasaran dalam dirinya.

"Cobain dulu aja"

Lala melepaskan penisku. Aku segera duduk diujung sofa yang sudah aku set seperti kasur ini. Aku menuntun Lala untuk duduk di depan selangkanganku.

Wajah Lala kini persis di depan penisku yang sudah mengacung. Lala memperhatikan penisku dari dekat. Beberapa detik pandangannya terus menatap lekat-lekat pada benda tumpul ini.

Lidah Lala keluar dari mulutnya, perlahan menyapu batang penisku. Lala terus menjilati setiap sisinya sampai akhirnya lidah itu melewati lubang pipisku. Lala memainkan lidahnya disana. Ia terus menerus menggoyangkan lidahnya.

"EmHhhhhh... Enak banget La... Masukin ke dalem mulut kamu"

Lala langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ia menatapku seolah berkata apa yang selanjutnya harus ia lakukan.

"Maju mundurin kepala kamu."

Kini Lala mengikuti perintahku tanpa ragu. Penisku keluar masuk di mulutnya. Mulut Lala yang mungil itu terasa sangat hangat, dan sempit.



Aku tak bisa menahan desahan kenikmatan ini. Lala dari bawah terus menerus melihatku, ia tampak senang sekali melihatku sedang keenakan begini.

Lala bereksperimen dengan kulumannya itu. Lidahnya ia pakai menari-nari di barang penisku. Mulutnya kadang menyedot-nyedot. Tangannya juga ikut bantu mengocok barang penisku.

Aku makin-makin tak berdaya dibuatnya. Lala terus mencari gerakan-gerakan yang membuatku tambah merasa enak. Sepertinya berbakat sekali dia.

Wajahnya yang sedang mengulum, ditambah tatapannya yang langsung mengarah kepadamu sangat membuat aku bergairah.

"Aaaaahhhhh Iyaaahhh Laaa... Terussss... Terussss"

Aku sedikit bangkit untuk meraih kedua payudara Lala. Aku remas-remas payudaranya yang berukuran sedang itu. Tak lupa putingnya ku cubit dan ku plintir. Lala juga terlihat langsung merasakan kenikmatan tanpa melepas kulumannya.

Aku sudah tak tahan. Darah mendesir kuat di batang penisku. Aku akan keluar segera.

Aku mengeluarkan penisku dari mulut Lala dan langsung menembakan spermaku ke arah wajahnya.

Croootttt crooottt

Sperma itu berceceran ke rambut, bahkan juga menetes ke kaos Lala. Wajah Lala benar-benar dipenuhi oleh cairan kental berwarna putih itu.

"Iiiiiihhhh Kak Egiiiiiiii"

"Maaf, La. Abisnya gak tahan"

Lala mengusap sperma di pipinya. Ia melihat sperma itu,memainkannya dengan heran, lalu mencium baunya. Ia tampak jijik

"Jilat coba, La" Ucapku iseng

Diluar dugaan, Lala langsung saja menjilat sperma ditangannya.

"Wleeekkk... Aneh rasanya. Aku mau cuci muka dulu ya, Kak"

Lala pun bergegas menuju kamar mandi.

Kali ini semesta sedang berbaik hati padaku.

.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd