Part 25: Mencari kebenaran
Bram Kusuma pov.
Aku pulang kerumah sudah jam 3 sore aku cari Tasya kekasih kesayanganku dimana mana akhirnya aku menemukan kasihku dalam keadan tertidur pulas di tempat tidurku layak aku cari di kamarnya tidak ada. Aku dekati Tasya dan memberi ciuman pada bibirnya yang tersenyum dalam tidurnya. Aku berdiri dan melepas pakainanku semua termasuk CD dan kaus singlet yang aku pakai menggantinya dengan kimono yang masih tersipan di almari pakaian ku dan mendekati tubuh cucuku dan tidur di sampingnya tanganku meraih tubuh nya dam memeluknya dari belakang dan aku pun tertidur juga dalam posisi memeluk Tasya dari belakang
Aku bangun ketika Tasya sudah duduk ditepi tempat tidurku dan tersnyum manis melihatku bangun dan membelai kepalaku dan memberi ciuman di keningku
“Jam berapa jeng” kataku
“Udah magrib mas, bangun dan mandi sekalian dan sholat berjemah” kata Tasya
“Sebentar” kataku melangkah masuk kamar mandi dan mandi dan keluar berganti dengan pakaian koko dan sarong baru dari almari
Aku dan Tasya melakukan sholat berjemahah berdua di dalam kamarku, sehabis sholat Tasya mencium tanganku
“Mas mau minum apa” katanya
“Seadanya aja jeng, asalkan anget” kata ku
“Minum wedang jae saja ya, aku tadi mampir ke supermarket depan membeli serbuk jahe instan” kata Tasya
“Mau jeng” kataku
Aku melangkah keluar kamar dan duduk di ruang keluarga menghidupkan TV melihat berita hari ini, seperempat jam kemudian Tasya membawa 2 cangkir Jahe angat dan menaruhnya di depan meja.
“Mas besok jadi ngantar aku pulang ke Semarang” kata Tasya
“Jadi dong, kan tadi semua pekerjaan sedah mas selesaikan jadi besol langsung berangkat” kataku
“Jam 12 san aja mas, aku ingin ketemu dengan tante Puji sahabat mama” kata Tasya
“Lho ada apa dengan Puji” jawab ku
“Mas lupa ya, tante puji sahabat mama ketika masih di SMA dulu, aku akan tanya tentang Yudistra ayah biologisku” kata Tasya
“Kalau sudah tau untuk apa” kataku
“Ya mau tahu peristiwa yang sebenarnya yang menimpa diriku to mas” kata Tasya
“Terus kamu mau mencarinya kalau sudah tau” kata ku penuh selidik
“Ngak juga kok mas, hanya sekedar ingin tahu saja, aku males ketemu ayahku yang membuataku ngak bahagia, bukan mendendam, dendampun percuma karena tidak dapat mengubahku menjadi lebih baik” kata Tasya
Aku raih wajahnya dan aku cium keningnya “Betul Tasya pendapatmu kalaupun kamu bertemu ngak akan merubah apapun, jalani saja yang sekarang ini yang jelas aku Bram Kusuma akan menjagamu sepenuh hati” kata ku
“Terima kasih, mas” kata Tasya sambil rebahkan kepalanya di dadaku, dan aku mengusap air matanya.
“Sudah jangan menangis lagi, ngak pantas orang semacam Yudistra mendapat air matamu” kata ku
“Ini bukan untuk dia mas, aku terharu akan sikap mas yang melindung aku ketika hati ini rapuh” kata Tasya
“Ya udah ngak usah dipikirkan lagi ya” kata ku memberi semangat
“Jeng ada makan ngak, aku laper he seharian ngak makan tadi siang waktu jam makan aku malah ke luar dengan pak Raharjo si komtraktor itu” kataku
“Ada mas tadi mbak Darsi masak gulai ayam, sambel Tarsi dan tempe tahu goreng dan lalapannya juga, sebentas aku siapkan dulu“ kata Tasya
Tasya meninggalkanku dan melangkah menuju dapur, seperempat jam kemudian “Makanan siap jendral” kata Tasya sambil memberi hormat ala militer
“Yok kapten, temani jendral makan ya” kataku
“Siap jendral” kata Tasya
Kami melangkah bersama sambil bergandengan tangan menuju ruang makan yang sudah tertata rapi. aku menarik korsi yang biasanya di pakai Tasya dan menarik korsiku sendiri duduk berdampingan.
Tasya meraih piring di depanku mengisinya dengan nasi yang masih kelihatan hangat dan menaruh kembali piring tersebut di dipanku Aku menganbil gulai ayam kesukaanku dan menaruh di piring ku dangan mengambil sambel trasi buatan mbak Darsih Tasyapun dengan sangat cekatan mengisi piringnya sendiri dan nasi dan mengambil lauknya sekalian.
“Makan yang banyak mas biar strong genjotnya nanti” kata Tasya sambil tersenyum
“Kamu in ada ada saja Tasya, mau berapa ronde sih” kataku sambil meraih hidungnya dan menyubitnya pelan
“Semampu mas, mau berapa ronde lagi malam ini” kata Tasya
“Pokoknya sampai kamu ngak bisa bergerak deh” jawab ku
Tanpa banyak bicara lagi aku dan Tasya menghabiskan nasi dan lauk yang tersedia di depan kami, setelah selesai makan Tasya menyingkirkan semua piring kotor di wastafel dekat dapur dan mencucinya sendiri, Aku langsung kembali ke ruang keluarga dan menikmati malam ini sambil meminum wedang jahe bikinan Tasya.
“Mas yok sholat dulu terus bercinta” kata Tasya sambil menarik tanganku
Aku berdiri mengambil air wudhu di kamar mandi, demikian juga Tasya mengambil air wudhu dan memakai mukenenya setelah melepas semua pakain yang yang melekat di tubuhnya. dan berjalan ke kamarku untuk melakukan sholat berjemah.
Sehabis sholat aku berdiri dan menarik tangan Tasya berdiri untuk juga berdiri dan Tangan ku meraih kepala Tasya dan mencium keningnya, Tasya melingkarkan tangannya dipundak ku dan mencium bibirnya lembut dan berucap
“Terima kasih kasih ku, kau selalu ada untuk ku” setelah melepas ciumannya
Tangan ku merabai pantat yang masih tertutup mukene dan mengangkat mukena yang dan mendapatkan pantat Tasya ngak memekai apa ada di balik mukenamya
“Nakal sekali ya” kata ku
Dengan berani Tasya membalik dan menarik sarung hingga terlepas dan terpampang gurung garudagu sudah menggeliat dan tangan Taya langsung memegang penis ku yang sudah mulai merangkah besar sekali
“Tuh lihat mas, burungnya mau terbang melulu” kata Tasya sambil tersenyum
Aku dorong tubuh Tasya kearah tempat tidur sehingga tidur terlentang dan menyingkapkan mukena yang Tasya pakai sampai sebatas perut aku sergam vagina Tasya dengan ciuman mautku, dan terdengar erangan Tasya dan melihat perbuatkanku dan senyum manis ketika mata kami bertemu
“Sini” Kata Tasya sambil mendekatkan mulutnya dalam posisis 69 pun langsung terjadi masing masing membuat enak pada lawan mainnya aku dan Tasya pun mulai kehilangan control desaham dan leguan pun sering terdengar diselinggi teriakan
“Ah …. mas ….” desah Tasya
“Enak jeng serponganmu” kata ku pelan masih bibir ku pada vagina dan bibir Tasya pada penisku main oral masing masing bagai hendak berlomba ngak ada yang mau kalah ingin membuat pasanganya orgamus terlebih dahulu.
“Masssss enaaaakkk” teriak Tasya sambil mengangkat pahanya ke atas
“Jengggg enaaaakkk” keriaku sambil menyodok penis ku ke dalam mulut Tasya
Seeeerrrrrtt, seeeerrrrttt, seeeerrrrt berrapa kali semburan caitan cita Tasya menyembur memenui kulut ku yang sengaja ke bika supaya cairan cita Tasya masuk ke dalam mulutku.
Choooot, chooot choooot beberapa kali semburan spermaku masuk ke dalam mulut Tasya
Dan setelah itu aku mengubah posisiku tiduran di samping Tasya. Tasya duduk melepas mukenamya dari tubuhnya dan aku melepas kaus yang aku pakai dan mempar ke lantai. aku dan Tasya sudah telanjang bulat tak bosan bosannya aku mememdang tubuh Tasya setelah ritual kemarin, payudara yang besar dan sangat kencang dengan putting warna merah muda menghiasi pucuk payudara Tasya, memeknya masih di tumbui rambut tapi tertata rapi berada di atas belahan Vagina yang semakin tembem.Tasya masih duduk diatas tempat tidur dan aku rebahan di pangkuannya, terlentang di sampingnya sekali dan tanganku menbelai wjah ayunya dengan ranburt terurai panjang sebahu
“Kamu kok tambah gemesin to” kataku
Tasya hanya tersenyum dan tangan Tasya ada di atas penisku yang masih tidur sambil menggosok gosok dan memeinkan jari jari tangannya, aku tarik badan Tasya supaya mendekat payudara Tasya ke mulutku, aku kulum dan aku kebyot kenyot bagai bayi yang baru nyusu ibunya lima menit kemudian penisku sudah tegang kembali
“ Tuh Jeng sudah tegang harus bertanggung jawab” kataku
“Ia ya mas aku akan bertanggung jawab sepenuhnya” katanya sambil berdiri dan melangkai pinggulku dan segera memesukkan penis ku ke lubang vagina yang sudah basah karena baru saja orgasme tadi.
“Ah….” suara Tasya menggema seiring masuknya penisku ke dalam vagina Tasya tak beberpa lama eranganTasya mulai terdengan lebih keras deburan jantungnya semakin cepat dan goyangan pinggul Tasya semakin tak beaturan dan pada akhirnya badan Tasya melengkung ke belakang dan dengan sigap aku tahan badan Tasya supaya condong ke depan dan jatuk ke dalam peluakanku, aku berdiri dan membimbing Tasya dalam posisi nungging dan aku masukan penis besarku ke dalam vagina Taya yang sunggung nikmat, masih terasa menjepit kontolku terasa di peras peras di dalam vagina yang lembut tanpa sadar aku meleguk keras ketika penisku sudah masuk sepenugnya sehingga bongkahan pantat Tasya begitu menempel dengan sempurna dengan pinggul depanku aku berhenti sebentar merasakan sensai remasan vagina Tasya ke penisku yang masuk sempurna. Aku mulai menggoyangkan pinggul ku maju mundur dan berirama tidak terlalu cepat dan juga tidak begitu lambat.
Pada saat yang bersamaan aku merasaka air maniku sedah diambang pintu keluar aku percepat sodokaku dengan segenap tenagaku benturan pantat Tasya dan pinggul depanku semakin keras dipadu dengan suara berderit dari goyangan tempat tidurku menehan beban kami berdua Tasya dan aku, goyangan pinggul Tasya semakin cepat sesuai dengan kecepatan sodokan pinggul ku pada pantat Tasya. Dan akhirnya tubuh kamu sama kejang aku ngak kuat menahan tubuhku lagi dan jatuh menmpa Tasya dalam posisis tertelungkup dan aku menindih dari belakang dan penisku masih menancap sempurna pada vagina Tasya yang berkedut cairan cinta kami besatu dalam meraih maraih puncak kepuasan yang sempurna.
Setengah jam kemudian mataku sudah ngak tahan lagi untuk terpejam tapi samar samar aku melihat Tasya mengambil selimut di pojok bawah tempat tidurku dan menyelimuti tubuh telanjangku dan melangkag kelar kamar mungkin memetikan semua lampu yang ada didalam rumah dan setelahnya berbaring di sampingku membuka selimut dan menurtupi tubuh telanjangnya dan memelukku dan kepalanya berada di dadaku nyaman sekali.
Pagi harinya aku terbangun masih jam tiga pagi tapi badanku terasa ringan dan rasa capai hilang setelah pertempuranku dengan Tasya semalam hanya dua ronde tapi berkesan menguras banyak tenaga karena sore hanya istirahat sebentar saja. Aku singkirkan tubuh Tasya yang masih menindih tubuhku dan aku duduk di tepi ranjangku, memereksa email dan notifikasi yang sejak kemarin sore belum sempat aku buka, membalas beberapa email. satu jam lebih aku duduk di tepi tempat tidur dan aku pindah di depan tempat didurku duduk di korsi dekat meja kerjaku dan menikmati tubuh indah cucuku yang tertidur dalam keadaan telanjang.
Dalam ketelanjanganya Tasya cucuku yang kini menjadi pacar dan calom isstri penganti Niken tertidur dengan sangat damai, bibir mungilnya tersenyum, aku pandang wajahnya dan ini tekatku ingin selalu melindunginya setiap saat baik dari semua masalah yang di hadapi sekarang ataupun yang akan datang, aku pandang wajah ayunya dan mulai merenung semua kejadian yang berlangsung sangat cepat dalam kurun waktu tidak lebih dari 2 minggu ini perkembangan hubungaku dengan Tasya semakin dekat sudah layak hubungan suami istri, kalau dipikir lagi memang hubungan ini aku sebagai suaminya dan Tasya sebagai istriku suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri dan apa reaksi mama Tasya, Rini putriku sendiri ya ibu dari Tasya. Suatu tantangan yang cukup berat bagi gadis kecilku untuk menghadapi tantangan ini, dan aku wajib menjadi pelindungnya, insting sebagai tentara yang sudah 25 tahun mengabdi pada Negara menyatakan Tasya akan di coret dari daftar keluarga anakku Rini, tapi di lain pihak ibu Sulastri memerima dengan tangan terbuka.
Setengah jam berlalu aku kembali tidur terlentang di samping Tasya dan mengecup keningnya dengan lembut dan selimut tebal sudah berada di atas badanku, Tasya mengeliat dan membuka matanya sambil mengucap
“Jam berapa mas” kata Tasya
“Masih pagi sayang, tidur lagi ya” kata ku lembut sambil mengusap pipinya dan mencium keningnya dengan lembut, tangan Tasya bergerak menindih tubuk telanjangku dan kembali tertidur tak lama kemudian mataku pun terasa berat dan tertidur kembali.
Jam 7 aku bangun dan Tasya sudah tidak ada di sampingku dan aku mendengar suara air dari dalam kamar mandi yang berada di ruangan ini.
Ketika Tasya keluar dari kamar mandi aku sudah duduk di tepi ranjang
“Selamat pagi, sayang” kataku
“Selamat pagi juga mas” balasnya
“Aku mau olah raga dulu setegah jam ya” kata ku sambil mengambil cenala boxser yang tergantung di capstok kamarku.
“Mau minum apa mas” katanya
“Biasa lah kopi aja dengan gula sedikit ya” kataku
Aku melangkah keluar dari kamar ku dan melangkah ke ruang fitnes di dekat kolam renang
Tak lama kemudian Tasya menyusul aku sudah menggunakan kimono yang dipakainya kemarin sore dengan membawa secangkir kopi pesan ku tadi
“Mas diminum dulu” kata Tasya
“Ditaruh di situ dulu sayang” kata ku dan Tasya meninggalkan aku lagi entah apa yang di kerjakan.
Setenga jam kemudian aku sudah selesai olah raga ringan mendapatkan Tasya yang berada di dapur membuat sarapan pagi, aku peluk tubuh Tasya dari belakang sambil mencium leher di bawah telinga kanan mula mula Tasya terkejut kemudian tau aku yang memeluknya dan tersenyum manja di bibirnya
“Masssss ih ngangu aja” kata Tasya sambil menggelendot manja di pelukanku
“Terkejut ya” kataku
Hanya angguan untuk menjawab pertanyakku dan menghentikan sejenak kegatannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan lembut
“Dari bangun tidur belum cium bibirku, kok malah olah raga dulu sih” katanya cemberut
“Ya maafin ya, nih cium bibir adik ku sayang ku kekesihku” kaya ku sambil mencium ganas bibir mungilnya sambil tanganku memegang gundukan payudaranya di balik komono
“Ih, … nakal nih” sambil menapis tanganku yang ada di payudaranya
“Sana mandi bau” katanya
Aku lepas pelukanku dan pergi ke kamar mandi dan melakukan ritual mandiku, selesai aku keluar dengan memakai celana pendek boxser dan kaus dan duduk di pendopo membaca koran pagi adalah ritualku setiap pagi sejak dulu dari masih dinas, sehabis olah raga buka koran
Tasya datang mendekatiku dan merangkul dari belakang ke dua tangannya ada di pundaku dan kepala nya menunduk mencium pipi kiriku, aku terkejut atas keberanian Tasya mencium pipiku di pendompo yang berbatasan denga jalan raya
“Tasya, inget dong” kataku
Tasya hanya tersenyum sambil menggeser duduk di sampingku
“He he he sorry ya mas” kata Tasya
“Ingat Tasya kita orang timur tabu berciuman di muka umum apalagi orang jawa” kataku
“Ia ia Aku ngrti kok mas, sorri tadi terbawa suasana romantic yang mas berikan ketika aku masah” kata Tasya
“Ya udah ngak papa, tapi jangan di ulang ya” kataku
“Ia ia mas Bram” kata Tasya sambil tersenyum manis tambah gemesin
“Udah selesai masaknya, mas laper nih ingin ngrsain cheff Tasya” kata ku
“Sudah siap kok mas, makanya aku kemari untuk memberi tahu mas kalau makanan sudah siap” kata Tasya
“Ayo” kataku
Aku merik tangan Tasya membawanya masuk rumah dan menuju ke ruang makan sesampainya di ruang makan aku pegang tangan Tasya secara tiba tiba, Tasya menghentikan langkahnya dan menarik tubuh Tasya merapat ke tubuh ku dan memberi ciuman di bibir nya yang terbuka siap menerma ciumanku.
“Mas mau makan atau mau ciuman aku” kata Tasya
“Ya makan ya ciuman dulu he he he”kataku
Aku langsung melangkah mendekati korsi yang di peruntukan untuk ku dan duduk di atasnya, Tasya menarik korsi yang berada di sampingku dan mendudukinya, Tasya mengambil piring yang ada di depanku mengisi nasi dan dan menaruhnya di depamku lagi, lalu mengambil nasi untuk dirinya sendiri
Ritual makan pun berjalan dengan lambat yang diselingi oleh gurauan yang menyegarkan
“Jeng sudah siap barang barang yang akan di bawa pulang” kataku
“Belum mas, nanti sehabis makan aku pakking pakaina yang akan aku bawa ke Semarang, sekalian pakking pakaian mas yang akan dibawa” kata Tasya
“Yang penting baju baju mu duku, baju mas gampang lah” kataku
“Mas mau berapa hari di Semarang” kataku
“Fleksibel jeng sesuai kebutuhan popoknya kamu tenang mas baru akan pelang, kalau kehabisan pakaian, di CL kan masih buka dapat pesan on line aja yang gampang” kataku
“Ya deh nanti disiapkan 5 setel pakaina ya” kata Tasya
“Gitu juga boleh” kataku, lanjutnya” Nanti pakai mobil barumu aja sekalian cobain jeng di jalan toll biar nanti ngak kaku ya”
“Gitu ya mas, nanti mas pulangnya gimana” kata Tasya
“Gampang mas sih pulangnya travel apa saja bisa kok, pokoknya jeng ngak perlu kawatir ya” kata ku
Tasya tersenyum ke padaku sambil menyentuk pipiku dengan mesra.
Pov: Tasya Anggraeni
Aku lega setelah mendapatkan penjelasan dari mas Bram akan pulang setelah urusanku dengan mama selesai dan itu yang membuatku bangga terhadap sosok mas Bram yang satu ini, begitu romantic, begitu sayang ke aku juga ngayomi membuat hati tentram kalau berada di sampingnya. Memang mas Btam layak memdapat cinta sejati dari eyang putri sebab mas Bram selalu ada buat eyang putri dan selalu mendukung nya.
Setelah selesai makam aku bergegas masuk kamar dan menyiapkan semua pakaian ku yang akan aku bawa pulang ke Semarang pakainanku bertambah banayak yang aku bawa ada dua koper sendiri semua pakain yang di belikan mas Bram, berupa pakaian tidur yang tipis tipis sampai pakaian seragam kowad juga aku bawa. Setelah selesai berkemas aku masuk kamar mas Bram dan mempersiapkan pakaian mas Bram yang akan di bawa, jadi aku teringat pada waktu aku masih kecil kalau mas Bram mau pergi dinas ke luar kota selalu eyang putri menyiapkan pakaian mas Bram baik itu seragam dinas kemiliteran ataupun pakaian untuk di rumah akau di mess.
Setengah jam kemudian aku telah selesai berkemas dan segera ganti baju kerja untuk hari ini, aku datang ke kantor sebagai owner dan tujuanku untuk ketemu tante Puji yang kemarin tidak datang ke kantor . Aku keluar kamar dan mas Bram juga sudah siap untuk berangkat ke kator bersamaku
“Jeng, nanti langsung aja dari kantor langsung berangkat ya ngak usah pulang dulu dan semua tas koper dn keperluan lainnya udah di masukan ke mobil ya” kata mas Bram
“Baik mas, aku sudah siap kok” kataku sambil melangkah kembali ke dalam kamar mengambil koper ku dan tas dan peralatan lainnya yang akan aku bawa ke Semarang pulang ke rumah mamaku.
“Sudah semua masuk, jeng, ngak ada yang ketinggalan” kata mas Bram
“Siap udah semua masuk” kataku
Jam sudah menunjukkan jam 9 lebih aku dan mas Bram sudah berada di mobil dan aku yang mengemudikan mobil ini sekalian melanyahkan menjalankan mobil ini, mas Bram duduk manis di samping kiriku. Tak lama kemudian aku dan mas Bram sudah sampai di tempat parkir Larasati Group, dan keluar dari dalam mobil dengan bergandengan Tangan, banyak mata mata memandang aku dan mas Bram dengan berbagai pertanyaan di benaknya tapi aku dan mas Bram cuek saja tanganku berada di lengan kiri mas Bram melangkah seperti biasa.
Aku masuk ke dalam ruangan owner memang ruang kerjaku dan mas Bram masuk ke ruangannya sendiri. Ku anggat telpun dari ruanganku dan menghubungi mbak Nurmala sekretris pribadiku
“Mbak Nur, Tante Puji udah datang apa belum” kataku
“Udah mbak tadi pagi aku sudah melihat kehadirannya, ada perlu apa ya” kata Nurmala
“Ngak aku ingin ketemu beliau: kataku
“Apa perlu di panggilkam” kata Nurmala
“Ngak usah mbak Nur biar aku yang kesana, terma kasih ya” kata ku sambil memutup telpum antar ruang
Aku keluar dari dalam ruanganku dan masuk ke ruangan Keuangan dan ketika aku masuk semua karyawan yang ada disitu berjumlah 5 orang termasuk tante Puji berdiri dan mengucapkan salam dan aku jawab dengan senyum ramah dan mengucapkan salam balik, aku dekati meja tante Puji yang agak terpisah dari karyawan lainnya.
“Tante aku mau tanyak sesuatu boleh” kata ku
“Boleh dong masak tanyak ngak boleh mbak” kata tante Puji
“Ini agak pribadi dan ngak ada sangkut pautnya dengan Larasati Group” kataku
“Boleh aja” kata tante Puji
“Tapi ngak disini tante, sebaiknya tante ke ruangan ku aja biar enek” kata ku
“Ya boleh kok, nanti sekalian aku juga akan melaporkan keuagan kepada mbak Tasya” kata tante Puji
“Ya udah aku tinggal dulu ya” kataku
“Ya, sebentar namti saya susul” kata tante Puji
Aku kembali ke ruanganku dan duduk di sofa dekat TV tidak di depan meja kerjaku, sebentar kemudia tante puji masuk dengan membawa beberapa berkas untuk laporan.
“Silahkan duduk Tante” kata ku
“Baik” jawab tante Puji dan duduk di korsi tepat di depanku
“Duduknya di sampingku aja tante” kataku
Tante puji pun pendah korsi yang didudulinya sekarang kami saling bersebelahan
“Kok kelihatannya serius sekali sih, mbak Tasya, saya sampai takut” kata tante Puji
“Ngak kok tante santai aja, ini ngak ada hubungannya dengan pekerjaan” kataku
“Boleh saya tebak, ini ada hubunganya dengan mamamu kan” kata tante Puji
“Benar sekali tante, aku pikir hanya tante yang bisa memberi informasi ini sebab tante Puji adalah sahabat mama ketika masih di SMA, bahkan pernah duduk sebangku juga” kataku
“Kalau boleh tau soal apa ya, kalau aku tau pasti aku sampaikan tapi kalau aku ngak tau yang maaf“ kata tante Puji
“Begini Tante, aku pernah tanya mamah siapa sih orang tuaku, maksudku ayahku, kan dalam akte ku terulis nama bukan nama papa dan mamahku, tapi jawabannya malah marah ngak jelas, suatu rahasia yang besar buatku, sampai kemarin aku ketemu dengan om dan dan tante yang tau benar akan nama yang tertulis di akta kelahiranku dan juga sudah ketemu dengan ayah dan ibu yang namanya tertera di aktaku, tapi aku masih ingin bertanya tentang seseorang yang kabarnya menjadi ayah biologisku dan sampai sekarang aku masih buta tentang lelaki yang tak punya rasa tanggung jawab itu” kata ku tanpa menyebutkan nama lelaki itu
“Tante Puji terkejut mendengar keteranganku dan melotot matanya sambil menutupi mulutnya dengan ke dua tangannya. Tante Puji terdiam kelihatannya berpikir keras dan mengiant basib sahabatnya kala itu, aku masih diam melihat reaksi tante puji seperti itu akhirnya
“Maaf mbak Tasya, mbak memeng berhak tau semuanya tapi sebaiknya dari mamamu sendiri bukan dari orang ketiga seperti aku” kata tante Puji
“Kalau aku tunggu sampai mama buka mulut sampai kapan tante, nanti malah aku kena marah lagi ngak jelas” kata ku sambil memegang ke dua tangan tante Puji, lanjutnya “Saya mohon Tante”
“Bukan aku ngak mau cerita tentang masa lalu mamamu, tapi ….“ kata tante Puji terputus
“Tapia pa tante” kataku
“Ini cerita aip seseorang mbak” kata tante Puji
“Memang benar ini aip mamaku tapi puja dampak ke aku tante, tolong” kataku
“Oke aku akan cerita walau aku harus melangga janji ku ke mamamu dulu, tapi kalau dipikir lagi aku tidak melanggar janjiku tapi membuka tabir ke benaran mungkin juga akan berdampak sangat menyakitkan untuk mu mbak Tasya tapi setelah aku tadi mendengar mbak Tasya sudah tau asal usul orang tua yang mengupdopsi mbak Tasya aku jadi yakin kalau mbak Tasya akan kuat menerima cobaan yang menurut aku sungguh berat, dan mungkin juga kalau ini terjadi ke aku aku juga ngak akan sanggup menerimanya” kata tante Puji
“Aku mulai dari mana ya” kata tante Puji
“Dari Siapa lelaki yang bernama Yudistra itu tante” kata ku
“Eh, mbak Tasya sudah tau nama lelaki itu?” kata tante Puji
Aku hanya menganggkan kepala dan siap mendengar keterangan dari tante Puji
“Yudistra ya Yudistra, lelaki bajingan yang menghamili mamamu ketika mamamu di kelas 3 SMA, dia bukan orang jawa tapi pendatang yang sedang kuliah disini, keluarganya dari Menado sebagai mahasiswa falkultas XXX di Universitas YYY yang terkenal, aku ngak tau juga perkenalan mamamu dengan Yudistra yang aku tahu, setelah Yudistra sering menjemput mamamu pulang sekolah 2 – 3 bulan sebelum ulangan umum semester gasal, Hubungan mereka begitu ronantis sehingga banyak teman teman yang suka ke mamamu pada cemburu tapi mamamu injoi saja sampai pada suatu ketika mamamu bolos sekolah ngak taunya mamamu mencari keberadaan Yudistra yang menghilang seperti di telan oleh bumi, kami pun akhirnya bertoleransi juga mencari keberadaan Yudistra sampai ke kampus menanyakan di kost kostanya, sampai ke sahabat sahabatnya, akhirnya mamamu juga menghilang dari sekolah tapi kami berlima sahabat sahabat mamamu tau kalau mamamu sedang di ungsikan oleh nenekmu ke suatu tempat yang di rahasiakan sementata kami para sahabat mamamu lost kontak dengan mamamu, sudah sekian lama kami mendapat kabar kalau Yudstra telah meninggal dunia kecelakaan di Surabaya tabrak lagi, berita ini sangat mengejutkan kami berlima sahabat sahabat mamamu tapi kami ngal bisa menggubungi mamamu, sampai kamu datang sebagai owner perusahaan ini makanya kemarin aku cuma menduga kalau kamu anaknya Rini sahabaiku dulu ketika di SMA, begitah, cerita yang aku aku sampaikan kepadamu mbak Tasya tidak aku tamba dan aku kurangi sebab hanya itu yang aku tahu sampai saat ini” kata Tante Puji
“Terima kasih tante, telah mau membuka identitas siapa sebenarnya orang tuaku” kataku
“Tindakan apa yang akan mbak lakukan setelah tau cerita sebenarnya sekarang” kata tante Puji
“Aku tidak akan melaukan tidakan apapun percuma juga orangnya sudah melinggal dunia” kataku
“Ya udah kalau itu yang kamu anggap baik apalagi masa depanmu sudah begitu cerah untuk apa mengungkit luka lama” Nasehat tante Puji
“Oh, ia tante tadi mau laporan tentang apa” kata ku
“Gini mbak Tasya, kemarin dalam pemaparanku tentang keuangan Larasati Group ini itu hamya biaya operasional saja bukan termasuk kekayaan seluruhnya dari Larasati Group ini, dana yang tersimpan di tempaku yang setiap harinya bergulir untuk operasional belum termasuk surat surat berharga dan benda benda non bergerak termasuk bangunan, tanah yang semuanya tercantum dalam kekayaan Larasati Group ini” kata tante Puji
“Jadi itu bukan kekayaan Larasati Group ini uang yang di sebutkan hanya 75 M saja tapi sebenarnya berapa sih tante” kataku
Kalau di lihat dari strutur pajak, untuk kanah dan bangunan mencapai 5 T mbak, kurang lebihnya” kata tante Puji, lanjutnya “ temasuk surat surat berharga yang di miliki oleh Larasati Group ini, semuanya atas nama Ibu Niken Larasati, tapi dengan akta pemilikan Larasati Group yang sekarang dipegang oleh mbak Tasya jadi secara otomatis semua kekayaan ibu Niken Larasati sudah pindah pemiliknya menjadi kepunyaan mbak Tasya sebagai owner perusahaan ini dan itu baru diurus oleh anak buah saya dan pihak Notaris Haris Nasution sebagai kuasa hukum dari Larasati Group ini” kata tantr Puji
“Bukan nya aku malah bingung sekarang untuk kedepannya, mudah mudahan aku bisa mengembangkannya dengan baik dan benar suatu tanggung jawab yang besar tante untuk menghidupi 200 karyawan yang tergantung di dalamnya” kata ku
“Memang benar mbak tanggung jawab yang cukup besar di tangan mbak Tasya, tapi aku percaya kok mbak Tasya mampu memajukan perusahaan ini kearah posif lebih baik lagi” kata tante Puji
Tak terasa sudah 2 jam aku dan tante puji berrbicara hampir semua persoalan Larasati Group ini dari gajih setiap karyawan, pembagian deviden perusaan ini, dan aku juga berjanji mulai tahun ini 10 persen dari laba bersih akan aku kembalikan ke karyawan tapi tidak berupa gajih akan di masukan ke dalam koperasi karyawan sehingga sebagai modal kerja koperasi karyawan untuk meningkatan kesejahteraan setiap anggota koperasi baik koperasi senpan pinjam atau koperasi pengadaan sarana kebutuhan sehari hari yang nantinya akan kembali sebagai SHU dari koperasi itu.
Aku puas dan tante Puji juga senang akan sikap keterbukaanku untuk mensejahterakan semua karyawan Larasati Group, dan itu akan berdampak kinerja semua karyawan Larasati Group ini
Setelah tante Puji pamit meninggalkan ruanganku aku memanggil mbak Nurmala untuk ke ruanaku
“Slamat siang mbak Tasya” kata Nirmala
“Selamat siang juga mbak, silahkan duduk” kataku
Aku duduk di keja kerjaku dan mbak Nurmala duduk didepanku
“Begini mbak Nurmala, aku besok akan pulang ke Semarang untuk menyelesaikan sekolahku dulu, nanti kalau ada surat surat yang harus saya tandatangai tolong segera kirim ke email saya atau di titip kan ke eyang kakung ya, dan sementara aku ngak ada mbak bisa bantu tante Murti saya lihat dengan pelaksanaan pembangunan Café dan prosese perijinan Gedung Pertemuan tante Murti akan kerepotan juga, jadi bantu tante Murti kedepannya, akan beda tugas yang sama di kerjakan seorang diri dengan dikerjakan dua orang, mengerti maksudku” kata ku
“Mengerti mbak, seperti biasanya atau sebelumnya pun aku selalu bantu pekerjaan tante Murti mbak Tasya, sampai saat ini kan pekerjaan dari mbak Tasya belum ada dan mbak Tasya baru menyeesaikan sekolahnya dulu otomatis aku ngak ada pekerjaan, saat ini pun aku selelu membantu tante Murti kok mbak, tanpa disuruh akupun tau tugas ku, tenang aja mbak Tasya aku dan tante Murti sudah aku anggap sebagai tante sendiri dan tante Murti pun kalau suruan sudah ngak sungkan sungkan lagi dan memang tugasku yang dulu juga membantu tante Murti kok” kata Nurmala
“Bagus itu mbak Nur, maaf mbak Nur kalau aku yang muda terlalu cerewet soalnya mengingat perkejaan kantor ke depannya banyak terutama pekejaan kekretariatan pasti akan selelu sibuk sekali” kata ku
“Kapan mbak Tasya mau ke Semaramg” tanya Nurmala
“Nanti sehabis jumatan mbak” kata ku
“Dengan pak Bram” kata Nurmala
“Ya hanya ngantar aku aja kok mbak , kalau urusann aku di Semrang selesai ya eyang kakung pulang lagi “ kata ku
“Mbak kalau ngak ada yang lain aku pamit dulu” kata Nurmala
“Ya silahkan mbak Nur” kataku
Bersambung ......