Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

T
Semoga terhibur man taman
Jangam lupa ijo ijonya suhu dan Kripik nya di tunggu
Terhibur sekali om,makasih atas updatenya,mungkin senjata tasya supaya mamah rini setuju akan hubungan dengan pak bram yaitu ketahuanya mamah rini selingkuh dengan lionif,...
 
Sisi gelap mama tasya akan terbongkar sendiri hihihi makasih untuk updatenya om
 
Part 27: Apartement

Pov : Bram kusuma

Aku bangun jam 5.30 menit dan membangunkan Tasya mengajaknya sholat berjemaah setelah mandi wajib dan sholat bersama, aku dan Tasya duduk di sofa yang ada di kamar hotel sambil berpelukan dan mengumbar kasih sayang tanpa nafsu, ciuman ciuman di barengi dengan candaan yang membuat aku dan Tasya semakin menghayati makna hidup sebagai suami istri, rabaan kasih sayang aku lancarkan seiring dengan terbitnya matahari pagi yang mulai mencul memesuki kamar hotel.

“Mas Bram, udah janjian dengan Indra jam berapa” kataku

“Jam sembilanan lah nanti dia akan menelpon kita untuk di ajak ke apaetemem yang di janjikan”

“Sekarang masi jam 6.30 masih lama” kata Tasya ambil merebahkan kepalanya di pangkuanku, aku mengusap rambut Tasya dengan penuh kasih sayang”

“Bagai mana perasaanmu pagi ini” kataku

“Udah baikan mas dan aku sudah sepenuh nya menerima keputusan mama, aku juga ngak bisa menyalahkan mama 100% mas, mungkin kalau itu terjadi menimpa diriku aku pun akan berbuat yang sama dengan yang diperbuat oleh mama” kata Tasya

“Semua itu pelajaran untuk mu Tasya, dan ini yang di kehendaki leh eyang putrimu kamu tidak terjerumus oleh pergaulan yang salah, dengan di jodoh aku ke kamu, Tasya kamu akan selalu terikat oleh ku dan ini terbukti efektif dan pada dasarnya memang kamu sudah mencintai aku semenjak kamu masih kecil dan di pupuk terus dengan eyang putrimu yang selalu mengingatkan kamu tentang janji janjimu ke eyang putri tanpa kamu sadari sendiri kamu sudah terikat secara batin dengan ku bukan lagi sebagai seorang kakek untuk mu tapi sebagai seorang lelaki yang bisa melindugimu secara lahir dan batin, sedangkan orang tuamu sendiri ngak bisa melindungimu secara batiniah, naluri yang terpupuk sudah mendarah daging dan di rekam dalam bawah sadarmu secara terus menerus” kata ku

“Dan aku ngak bisa lepas lagi dari mas Bram yang sangat aku cintai dan aku dambakan menjadi pasangan hidupku menjadi suamiku untuk selamanya sampai ajal menjemput mas Bram untuk berkumpul kembali dengan eyang putri di taman keabadian” kata Tasya.

“Ia sayang, mas mu ini juga sudah terikat lahir batin semenjak eyang putrimu di panggil oleh yang kuasa dan menjodohkan aku ke kamu tapi secara logika aku selalu menolak keinginan eyang putrimu tapi secara batin mas mu ini selalu menjaga hati untuk mu Tasya sayang” kataku sambil membukukkan kepalaku mencium kening cucuku Tasya.

“Mass, nanti kalau aku lulus aku ingin segera menikah secara syah dengan mas Bram dan melahirkan anak anak mas Bram dengan rahimku sendiri buah hati yang aku dambakan setiap saat sebagai buah cintaku yang teramat tulus ke mas Bran” kata Tasya

“Ya, kamu harus lulus dulu agar aku bisa menikahimu secara syah” kata ku

“Asiiik nih paling 5 – 6 bulan lagi namaku sudah berganti dengan Nyonya Bram Kusuma” kata Tasya dengan semangat dan penuh gairah hidup.

Di angkat wajahnya dengan ke dua tangan pada leherku dan mendekatkan bibir mungiknya ke bibirku dan menciumnya dengan penuh kebahagiaan, hatiku senang melihat keceriaan wajah Tasya yang kemarin tanpak suram tapi pagi ini kelihatan cerah kembali.

“Mas, mas, kalau udah nikah mas ingin anak berapa” kata Tasya

“Ya berepa berapa mau” jawabku

“Kalau aku ingin anak dua satu laki laki dua perempuan, pasti yang laki laki akan ganteng dan perkas seperti mas Bram” kata Tasya

“Kalau perempuan pasti secantik ibunya dan semanja bundanya” kataku

“Kok ibu sama bunda sih” kata Tasya sambil cemberut

“Jangan cemberut dulu” kata ku sambil mencubil bibirnya yang cemberut, lanjutnya “Ibu nya yang melahirkan anakku dan bunda panggilan kesehariannya”

“Aku suka di panggil bunda dan mas Bram akan dipanggil ayah untuk ke dua anakku yang pasti mungil dan lucu lucu, aku sudah tidak sabar menenti saat itu” kata Tasya sambil tersenyum bahagia.

“Terserah bunda aja” kataku dan menariknya dan mengangkatnya ke tempat tidut, lanjutnya “Bunda ayah mau nenen dulu ya” kataku sambil tersenyum, karena cerita dengan Tasya penis ku mulai menegang dan ingin menuntaskan cairan cintaku ke dalam memeknya yang mungil dan wangi

“Mau nenen ya ayah” kata Tasya dan membuka kimono nya setelah aku turunkan di tempat tidur dan aku langsung melihat buah dadanya yang semakim membesar, aku baringkan Tasya miring dan aku rebahan di sampingnya sambil mendekatkan mulutku ke arah putting nya yang berwarna merah jambu, kecil sebesar kelingking, aku cium dengan membuka mulutku dan memesukan putting nya ke dalam mulutku yang terbuka dan menghisapnya pelan pada nenen Tasya yang ranum, Tasya pun segera melepas ikatan kimono yang dipakainya langsung memegang payudara sendiri dan menyodorkan kedalam mulutku aku masih melihat Tasya menikmati permainan mulutku ke buah dadanya dengan memejamkam ke dua matanya meresapi kenikmatan yang aku berikanpada pagi itu.

“Ahhhh ….. mas ini nikmat sekali ….. mas …. terus …. sedot biar susunya biar keluar mas ….. habis kan mas ….. enak ngak mas susu Tasya ….. semuanya untuk mas Bram ya …. ahhhh ….. enak …. semuanya untuk mas Bram ….. habiskan mas ….. enak …..enak ….. maaasss ……mmmaaaaasssss …..” erang Tasya sambil memejamkam matanya dan meresapi perlakuan ku tehadap buah dadanya yang tak mungkin akan keluar susunya

“En…nak …. bbuun….daaa ….sruput ….sruput …. susunya …. sruput ….. maniiisss…. sruput … nyoot ….. nyooot ….. maanniisss bunnn ….. nyooot …. daaa ….. sruuupuutt” kata ku

Sambil menyedot buah dada Tasya dari kiri pindah ke kanan aku berhasil melepas kimono yang di pakainya dan Tasya dalam keadaan telanjang bulat, semenjak mandi pagi tadi tidak mengenakan cd dan bra hanya waktu sholat di bungkus dengan mukene dan setelah sholat mukene di lepas diganti dengan komono.

Tangan Tasya pun tidak mau diam setelah tau dirinya sudah tidak menggunakan apa apa Tasya berusaha melepasikatan kimono ku dan melepasnya dengan sangat mudah di singkirkan kimonoku sejaug jauhnya dari jangkauan, tangan Tasya merabai selanganku dan merabainya menggenggamnya dan mengocoknya dengan lembut

“Bunda …. ayah ingin nengokin adek bayi …. boleh ya ….” kataku

Tasya pun merespon imajinasi liarku

“Ia … ayah …. dadeeek bayi udah kangen sama ayah tu nendang nendang terus di perut bunda … “kata Tasya, aku segera mengelus perut Tasya yang masih rata

“Bun …. tendangannya keras banget sampai terasa di telapak tagan ayah ….kataku

“Ya …. ayah…. pemain sepak bola kaliyah ….” jawan Tasya

Aku dan Tasya tertawa bersama sama dan aku mencium kening Tasya dan langsung ke mulutnya yang terbuka

“Makasih …. bunda …. “Kataku

Aku mencium perut datar Tasya dan bermain pada pusarnya aku jilati dengan lidahku yang selalu berputar putar di sekitar pusarnya dan tanganku melai merabai vagina Tasya yang mulai basah

“Sini ayah ….penisnya aku basahin dulu“ kata Tasya sambil duduk di sampingku dan membungkukan badannya langsung melahap burung kesayanganku di telan habis kelapa burungku sambil memainkan lidahnya di selah selah penis besaru tidak ada 5 menit penis sudah basah, aku pindah posisi Tasya aku tidurkan dan aku buka lebar selangkangannya dan aku dekatkan penis ku di depan mulut vagina Tasya yang sudah basah dan siap memrima kehadiran penis ku

“Pelan …. mas …. “ katanya

Aku hanya mengangguk tanda setuju memeng pada dasarnya aku juga senang permainan lembut lebih terasa kemesraannya.

Setelah penisku berada di pintu gerbang vagina Tasya aku mendorongnya sedikit demi sedikit Tasya pun mempermudah masukkan penis ku dengan menggoyang pantatnya dengan pelan pelan lima menit kemudian penis ku sudah tertelan semua di dalam vagina Tasya, setelah terasa mentok ngak bisa masuk ke dalam lagi aku merubah posisis tanganku bertumpu pada siku untuk menahan badanku tangan satu nya lagi bebas memainkan putting Tasya, wajah kami saling berdekatan aku paling suka gaya seperti ini bisa melihat ekspresi wajah Tasya secara dekat sekali ketika orgasme datang dan bisa menikmati wajah cantiknya secara detil, bibir tipis dibawahnya agak melebar hidung mancung mata agak sipit seperti keturunan memang pantas kalau ayahnya dari Menado yang mempunyai mata sedikit sipit tapi menambah kecantikan nya, lama memandang wajahnya dan tanpa sadar aku mulai menciumi bibirnya sambil terus menerus menggoyang pinggulku maju mundur dengan iram tetap tidak ada kata tergesa gesa walau ini pagi hari terasa nyaman bercinta pada pagi hari di hotel berbintang

Hampir lima belas menit berlalu aku ingin merasakan lebil lama lagi bercinta dengan cucuku tersayang ini sambil tanganku selalu merabai duah dadanya dan memainkan putting nya yang membuatku tambah semangat menikmati tubuh Tasya yang masih belasan tahun umurnya dan aku sangat terharu sekali ketika Tasya pasrah akan keadaannya kemarin sore tapi aku bisa menguwatkan hatinya supaya tidak rapuh seperti mamanya.

Tasya gadis cantik tinggi semampai dengan pinggul sedang pantat sedikit besar setelah ritual dadapun membesar persis buah dada Niken almarhumah istriku, centil, manja dan gemesin khas remaja seusianya.

Aku masih menatap wajah ayunya dan tangan Tasya mengusap mataku

“Mas kok melihat aku kayak gitunya sih” katanya manja

Aku hanya tersenyum, aku angkat tangannya ke atas aku cium ketiaknya

“Ahhhh …. maaasss …. geli …. tau… “ katanya

Tapi aku tetap menikmati ketiak yang halus tanpa bulu bersih dan wangi yang tercium pada indra penyiumanku, aku jilat lilat sampai Tasya mendesah desah kegelian, aku hentikan aksiku melihat kembali ke wajahnya

“Mas ah…. nakal banget sih ….“ katanya sambil cemberut

Aku ingin ketawa melihat ekspresi wajahnya, kaki ku bergeser sedikit sehingga posisis kaki saling menyilang dan aku masih tengkurep di atas tubuh Tasya yang terlentang sambil terus menerus goyang pantatku naik turun secara teratur dan mantab. Aku geser kaki Tasya menimpang pada kakiku aku merasakan penisku masuk lebih dalam pada vagina Tasya, leguan Tasya semakin terdengar

“Ahhhh …. mas …. kok …. kuat bangeeettt ….. siiiihhhhh” kata Tasya sambil berbisik di telinga ku sambil mengulum telinga kananku dan menggigit leher bawah telinga, aku merasakan tidak sakit malah tambah semnagat menggoyang pantatku lebih keras lagi. Setelah hampir 30 meneitan Tasya mulai merasakan gejala gelaka orgasme datang goyang pantatnya semaki terasa menekan nekan pinggulku tapi aku diamkan saja tanpa merubah tempo, gerakan konstan seperti ini yang membuat aku dapat bertahan lama seperti lari marathon dengan kecepatan konstan dapat bertahan lama dan …

“Ahhhh …. maaaassss ….piiii… piiiissss …..“ bisik Tasya di telinaku seeerrrrtttt …. panjang dan lama …. aku diamkan sebentar 1 – 2 menit, aku lanjutkan lagi goyangangku naik turun dan aku tambah variasi goyangan aku tekan pantatku agak kedalam dan memutar ke kiri dan kanan secara bergantian. Ini membuat kelentit Tasya seperti di gesek gesek oleh bulu bulu kemaluamku dan penis didalam liang senggama beputar putar mennyentuh diding peranakan

“Ihhhh ….. maaassss…..jaaahhhaaaattttt…..ahhhhh…. piiii… piiissss” teriak Tasya, sseeeeerrrrttt ……

Aku hanya tersenyum menikmati wajah cantik Tasya sewaktu orgasme tiba matanya terbelalak indah badannya ngak bisa beberak karena sebagia aku tidih dengan badanku, kerinatku melai membanjir seluruh tubuhku dari ujung kepala sampai kaki semua basah tapi pinggulku terus bergoyang tanpa berhenti demikian juga dengan tubuh Tasya sudah berkerinat di tambah nafas yang memburu terkapat lemah dan pasrah.

“Maaasssss…..jaaaahhhaaaattttt …..bbbaaannggggg… eeeetttt … siiihhh ….”kata Tasya dengan manjanya. membuat aku gemes aku cium bibirnya yang ranum ada awalnya menolak ciumanku tapi aku buru bibirnya sehingga aku dapat menagkap bibirnya aku sedot Tasya mengeluarkan lidahnya aku tangkapdan aku mainkan dengan lidahku yang sudah menjulur. Semakin lama semakin interes gerakan pantatku tambah cepat genjotanku penisku ke vagina Tasya

“Maassss ….. pppiiiii …..pppiiiiisssss …..laaaaggggiiiiiiii …..” teriak Tasya Seeerrrrrrttttt

Aku percepat genjotanku dan aku tekan pantatku ke panpat Tasya.

“Jeeeennnnnggggggg ….. aahhhhhh……“ teriaku ….chhooorrrttt ….. chhoooorttt …… sebanyak 5 laki aku semburkan air maniku ke dalam vagina Tasya dan akhir aku terkapar kelelahan dan tergulir di sebelah kiri tubuh telanjang Tasya dan aku tengok jam diding sudah 45 memit lebih aku memadu ksih pagi ini. Nikmat …..batinku puas…..

Aku raih wajah Tasya dan memberi ciuman hangat dan panjang di bibir Tasyan membalas ciumanku.

Tasya mencubit perutku ….

“Katanya mau nenen sebentas tapi kenyataanmya malah membuat aku keluar 3 lagi” kata Tasya

“Sakit sayanggg….“ kataku sambil meremas perutku bekas cubitan sayang dari calon istriku, lanjutnya “Tapi suka kan”

“Suka sih….enak, mas kok kuat banget sih sampai 45 meneit tanpa berkenti” kata Tasya

“Itulah gunanya menjaga kebugaran dan kesehatan kuat strong dan kopral pun siap tempur” kataku sambil tertawa.

“Ah ….mas bisa aja….“ kata Tasya sabil mengangkat kepalanya di rebahkan ke dadaku, aku membelai rambut nya dengan mesra.

“Ini yang mas suka dari jeng Tasya, walau bersedih hanya sebentar dan kini kembali ceria lagi” kataku

“Mas juga sih yang membuat aku seperti ini, terima kasih mas Bram tersayang” kata Tasya sambil menciumi leherku.

“Tidur sebentas neng, 1 jam nanti jam 9 bangun dan kita temui Indra ya jeng” kataku

“Ok Maskuuuuu“ kata Tasya dan tangan nya melingkar di badanku telanjangku, kami sama sama telanjang dalam tidur saling berpelukan

----skip----

Pov: Tasya Anggraeni

Jam 9.30 aku dan Mas Bram keluar dari hotel menujua partemen yang di tunjuk oleh Indra sang GM hotel dan langsung menuju kantor pemasaran yang berada di lantai dasar dan ketemu sendiri dengan magager pemasaran Apartemen itu

“Kenalkan dulu ini pak Lukas manager pemasaran dari Apartement ini dan ini pak Bram dan itu cucunya Tasya” kata Indra sambil menunjukkan ke arah kami sambil menyebutkan nama kami masing masing

“Lukas” kata Lukas sambil menyodorkan tangannya ke Mas Bram

“Bram” jawab mas Bram singkat

“Lukas” katanya sambil menyodorkan tangannya ke arahku

“Tasya” jawabku

“Senang bertemu dengan Pak Bram seorang direktus Larasati Group yang terkenal itu dan juga mbak Tasya selaku owner nya, suatu kehormatan untuk aku” kata Lukas, lanjutnya “Apa yang bisa saya bantu, pak Bram dan mbak Tasya”

“Aku butuh apartemen untuk cucuku pak Lukas” kata Mas Bram

“Mau beli atau sewa pak” kata Lukas

“Lihat dulu kalau memungkinan mau tak beli tapi lihat dulu kalau cocok untuk cucuku, ada berapa tipe sih” kata mas Bram

Lukas berdiri dan mengabil daftar harga dan brosur memberikan kan ke pada ku dan mas Bram

Setelah mengamati model dan harga yang di tawarkan mas Bram berbisik kepadaku

“Jeng, tertarik yang mana yang stndar atau de lux” kata mas Bram

“Kalu yang standart aja mas, kan aku pakai sendiri yang satu kamar cukup” kataku

“Ngak yang delux jeng” kata mas Bram

“Ngak ah, capai membersihkan” alasanku

“Ok pak Lukas coba yang standart aja untuk di pakai sendiri aja” kata mas Bram

“Yang stsndar prima ya pak” kata Lukas

“Bedanya apa ya kalau Prima dan biasa” kata mas Bram

“Kalau yang biasa langsung kayak kos kosan gitu antara ruang tamu, keluarga dan tempat tidur menyatu, tapi kalau Prima antara ruang Tamu, runag keluarga dan tempat tudur terpisah” kata Lukas

“Bisa lihat kamarnya dulu” kata Mas Bram

“Bisa pak Bram, mari ikut kami” kata Lukas

“Kalau yang biasa ada di lantai 3 dan 4 sedang yang yang Prima ada di lantai 6 dan 7” kata Lulas

Lukas memanggil seseorang untuk membawa kunci untu lantai 4 dan 7 yang masih kosong dan mereka berlima masuk life menuju lantai 4 dulu yang tipe standart biasa Setelah masuk Apettemen nomer 423 aku melihat semuanya sudah siap, perabot standat termaduk rumah tangga biasa ada AC ½ Pk dan TV 24 in hanya kamar mandi dan ruamg cuci yang terpisah dari ruangan induk tempat tidur ruanng makan ruang santai menjadi satu tanpa batas

“Ini harga yang di tawarkan sudah dengan prabotnya sekalian” kata Mas Bram

“Betul sekali pak Bram, ngak usah beli Prabot tambahan kecuali kalu tambah home teater ayau perangkat lain pak Bram bisa di tambahkan dengan harga terlepas dan saya jamin harga masih di bawah pasaran sebab sudah langsung ke pabrikan” kata Lukas

Seperempat jam aku dan mas Bram mengamati Apartemen standart biasa, sesudah itu kami pun meninggalkan ruang itu menuju lantai 7 no kamar 712 dan ini standart prima sama fasilitasnya denag stadart biasa tapi kamar tidut terpisah menyatu dengan kamar mandi

“Kayaknya ini lebih nyaman mas” kataku pada mas Bram

“Ngak bisa kurang nih” kata mas Bram

“Ya khusus untuk pak Bram dan mbak Tasya saya kurangai 10% kalau di bayar kontan” kata Lukas

“Kalau ditambah dengan home teater jadi saya harus menambah berapa lagi ya” kata Mas Bram

“Kalau mau tambah dengan home teater begini aja, kita sama sama enak ya pak, harga tetap itu tambah hom teater dan TV saya ganti dengan 32 in yang lebih besar lebih mantab pak” kata Lukas

“Ok deal’ kata mas Barm sambil bersalaman

“Saya kontan sekarang, tapi minta segera di lengkapi nanti jam 3 sudah selesai untuk segera di tempati dari pada cucuk saya tidur di hotel lagi” kata mas Bram

Lukas tampak mikir dan menghitung dengan jari setelahnya “Siap pak Bram jam 3 sudah siap di tempati. MasBram mengeluarkan buku kecil dari tas yang dia bawa menukis sebuah nomilal dan diserahkan ke Lukas.

“Mari mbak Tasya ikut saya identifikasi kepemilikan dan segala sesuatu untuk mbak ketahui” Lukas mengajak Tasya untuk mengikutinya dan mengurus surat kepemilikan apartemen atas nama Tasya Anggraeni, setengah jam kemudian urusan kepemilikan sedah selesi tinggal sertifikat kepelikan yang akan selesai satu minggu ke depan karena harus di keluarkan oleh puhak Notaris.

Setelah selesai aku dan Mas Bram pamit ke Lukas dan Indra sambil mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya.

Keluar dari Apertemen berlantai 15 ini aku dan mas Bram keliling kota bingung mau kemana

“Mas Bram lapar ngak” kataku

“Lapar dong kan dari pagi belum makan Cuma minim cucu doing ditambah marathon 10k” kata mas Bram

“Ih … mas Bram” kata ku sambil mencubit perut mas Bram dengan manja

“Ha ha ha kena batunya tu” jawab mas Bram

“Mau makan di tepi laut mas, tempat Tasya ulang tahun dulu” kata Tasya

“Boleh” kata mas Bram

Aku pandu mas Bram menuju restoran khusus masakan laut di tepi pantai sambil melihat nelayan mencari ikan.

Jam 12 lebih mereka sampai di restoran tersebut tampak sepi hanya ada beberapa pengunjung di tempat itu, setelah memesan makanan dan aku dan Mas Bram duduk di tempat yang menghadap ke laut sambil memendang ombak laut jawa yang saling berkejar kekaran.

Sementara di luar are datang rombongan dari guru guru SMA negeri XX di mana Tasya sekolah

“Mas, tu ada rombongan guru dari SMA aku” kata ku ke mas Bram

“Mana” jawab mas Bram

“Itu yang memakai seragam batik” kataku

“Ya kamu sambut aya ucapkan selamat siang atau gimana” kata mas Bram

Rombongan guru guru melewati saung yang ku tempati aku tempati bersama mas Bram dan seorang guru pak Santosa wakil kepala Sekolah datang menghampiriku

“Selamat siang pak” kataku

“Siang” balasnya tapi pandanganya tidak mengarah ke padaku melainkan pada mas Bram

“Selamat siang Jendral” kata pak Santosa sambil menyalami mas Bram” kata pak Santosa

“Eh … kamu San, selamat siang juga” jawan mas Bram sambil mereka bersalaman

Di belakang pak Santosa terlihat bu Indah wali kelas ku dan bu Damar guru Fisikaku

“Eh … kamu Tasya kan” kata bu Indah

“Ia bu, selamat siang bu Indah dan bu Damar” kataku sambil mencium tangan beliau berdua

“Pangling aku, kamu tambah cantik sekarang” kata bu indah

“Kemarin kemarin jelek ya bu” jawabku

“Ngak kemerin juga cantik kok, sama siapa” kata bu Damar

“Sama eyang kakung, bu” jawabku

Lalu bu Indah dan bu Damar mersalaman dengan mas Bram

“Saya kakeknya Tasya bu” kata mas Bram

“Yang, ini bu Indah wali kelas aku dan ini bu Damar guru fisika aku dan pak Santosa wakli kepala sekolah aku” kata Tasya menerangkan kedudukan mereka di sekolahan

“Kalau dengan Santosa sih eyang kenal, Dia anak mantan komandan eyang dulu ketika bertugas di Surabaya Tasya” kata mas Bram

“Ini eyang mu to Tasya, awet muda sih masih seperti dulu aja ketika dinas di Surabaya’ kata Santosa

“Masih dinas om” kata Santosa ke mas Bram

“Udah pensiun 5 tahun yang lalu sekarang pedagang kecil kecilan, san” kata mas Bram

“Ha ha ha Larasati Group kok kecil kecilan to om, dia itu direktur utama Larasati group yang terkenal” kata pak Santosa mengenalkan ke pada dua rekannya.

“Ah, kamu bisa aja san, dan ini owner dari Larasati Group” kata mas Bram sambil menunjukkan ke aku

“Ia, Tasya kamu owner Larasati group” kata pak Santosa

“Ia pak” jawab ku malu lalu

“Ngapain malu malu” kata bu Indah, lanjutnya “Pak Bram cucumu ini beda, lain dari yang lain”

“Oh ia, aku malah ngak tau yang aku tau manja dan gemesin” jawab mas Bram

“Tasya ini mentan ketua OSIS sekolah dan pernah mewaliki sekolah sebagai Paskibra tahun ini” kata bu Indah

“Ah,…ibu ini Tasya jadi malu nih hanya tingkat propinsi aja ngak bikin bangga kalau tingkat nasional itu baru biasa di banggain” kataku

“Walaupun kamu tidak bangga tapi sekolah dan teman temankmu semua pada bangga atas pretasi mu Tasya” kata bu Indah, lanjut ”Kamu kok baru kelihatan Tasya, setelah ulangan umum kamu menghilang ke mana”

“Aku ke Solo bu, kangen sama eyang kakung” kataku

“Rapotmu juga belum di ambilkan, kamu juara kelas lagi dan juara dua kelas parallel Tasya, prestasi mu hebat, pertahankan ya, biar besok masuk perguruan tinggi gampang lewat jalur prestasi” kata bu Indah

“Ya bu maaf aku sudah pesen ke mama tapi mama lupa katanya ada urusan mendadak dan terima kasih atas bimbinganya” jawabku

“Nanti setelah masuk bisa di ambil ke bu Mariyam Ka TU ya” kata bu indah

“Aku ngak nyang kalau om Bram itu eyangmu Tasya” kata pak Santosa, lanjutnya” Eyangnya aya hebat pandai dan terakhir kepala staf ya om”

Mas Bram hanya mengagukkan kepala tanda setuju

“Apa lagi cucunya ya om” sambung bu Damar

“Ah, ibu bisa aja” jawabku

“Ayok ah, itu pesanannya om Bram sudah datang, permisi dulu om” kata pak Santosa mengajak ke dua rekannya meninggalkan kami berdua

“Tasya ibu duluan ya, sampai ketemu hari Senin” kata bi Indah

“Ia bu, selamat siang” kataku sambil menyalami mereka bertiga sambil mencium tangan nya.

Aku menghantar kepergian mereka sampai jauh meninggalkan mas Bram sendiri

“Sana Tasya eyang nunggu kamu, udah kelaparan kali” kata bu Danar sambik tersenyum

“Sudah ya bu” kata ku sambil meninggalkan mereka bertiga menyusul rombongan yang lain

Setelah aku duduk disamping mas Bram.

“Ini harus dirayakan jeng, kamu juara kelas peringkat satu lagi” kata mas Bram

“Ngak usah mas, aku bahagia sekali kok, mas Bram selalu ada buat aku dan hadiah apartemennya” kataku

“Itu kan fasilitas dari Larasati Group, jeng Tasya” kata mas Bram, lanjutnya “Kalau dari mas kan belum”

“Ya sama aja mas, dari mas Bram atau dari Larasati Group” kataku

“Nanti deh aja kejutan untukmu jeng Tasya, cintaku, sayangku calon ibu dari anak anakku” kata mas Bram

“Udah ah, mas nanti horny di sini aku yang payah” kataku sambil mencubit perut mas Bram dengan masra

“Ia yuk makan” kata mas Bram sambil mencoel daguku dengan lebut.



Sambung dulu ya ….
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd