Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SPECTRUM KEHIDUPAN

Terimakasih atas update ceritanya suhu @Mundu89 ..
Selamat atas TAMATNYA cerita Untung yg lumayan Untung,
Dapat anak dapat ibunya, sayang ga dapat Prewi nya..
Itu ngatur biar ga ketahuan Inenya gmn yak?
Klo hamil dua2nya gmn? Hahaha
Klo dibikin sequel koq Kayaknya ga enak yak, kayak Untung jd raja tega dengan khianati Ine dam Ibunya..
Mending bikin cerita baru aja Suhu,
Yg ga kalah keren dari cerita ini..
Ditunggu cerita keren berikutnya suhu..
Ya om. Mudah2an bisa bikin cerita baru lagi.
Makasih om
Oondeeh Mandeh....
Lah Tamat kironyo....😞
Anytime boleh lah Uda dibikin Sequelnyoo..😀
Bakal kangen ambo samo carito serancak gini Uda!!😘😘🤘🤘🤘🤘💦💦
Iya Uda.. kalau ane kembangin lagi gak selesai2 Uda. Malah kayak sinetron nanti..
Hehehe.
Makasih ya Uda..
 
Si Theo masih belum bisa disentuh hu
100% fokus dulu di Arman
Kemarin dua cerita running rasanya berat sekali hu wkwkwk

Itulah huu
Story line psk pasti menarik
Cuma ngarangnya ini loh
:fiuh:
Referensi sih ane ada
Cuma saat ini belum bisa dikulik
Agak berat soalnya temanya
Mungkin lain kali hu

Jadi suhu @Mundu89 mau buat cerita apa lagi nih? 😁
Belum tahu hu. Mudah2an segera dapat wangsit ide cerita. Hahaha.
Sambil menunggu wangsit, jadi reader dulu hu.. hehe

Oke deh arman juga semakin hari semakin menarik..
:jempol:

Mantaaappp udh level TAMAT.
Apakah ada kelanjutan kisahnya gk hu??
Gak ada hu.. cukup sampai disini..
selamat buat titel tamat nya suhu @Mundu89 :tepuktangan: :tepuktangan:

ditunggu karya selanjutnya...
Siap om. Makasih.
Jangan lama2 suhu... Come back nya... Buat hiburan di masa wabah ini...
Diusahakan suhu.. masih cari wangsit ide cerita
Kren hu....ditunggu cerita lain nya
Siap suhu makasih
Mantab bgt hu. Waduh. Kurang nikmat cerita ma mama juleha ni wkwkwk. 3some klo perlu hu
Kalau di panjangin lagi mubgkin bisa threesome. Hehe
Congratz label Tamatnya ya om suhu @Mundu89
Ditggu karya selanjutnya:mantap::beer:
Mkasih supportnya selama ini om inggek..
benar-benar tamat.. ditunggu karya selanjutnya.. terima kasih
Siap om makasih.
Akhirnya ke Ine juga. Macam dongeng HC Andersen. 😄

Selamet ya, dah tamat. Ditunggu cerita barunya...
Apa itu HC andersen Hu?
Makasih om.
ouh yeah juleha
Hihihi. Bu Juleha emang joss..
 
Kembali
Part 14
Dilema

Aku menjalani aktivitas seperti biasanya, tapi semenjak musibah yang diterima Pak Karim. Aku jadi tidak fokus di pekerjaan. Dengan kejadian meninggalnya Bapak, Ibu daan Kakek itu yang menjadikan aku kepikiran. Huft. Tak lupa juga, aku sering telpon Bu Juleha mengenai perkembangan Pak Karim. Apakah kondisinya semakin membaik atau malah sebaliknya. Akupun sudah siap-siap ijin cuti atau tidak kerja seandainya kemungkinan terburuk terjadi.

Tapi 2 hari ini semenjak kepulanganku dari Kota, kondisi Pak Karim alhamdulillah semakin membaik. Dari yang semula tidak bisa menggerakkan semua anggota badan, sekarang bisa menggerakkan jari tangan. Sedangakn berbicara hanya bisa “hmm, hemm saja”. Mungkin setelah kedatanganku itu membuat kondisi Pak Karim membaik. Cuks pede banget. Hehe.

Setelah mendapat kabar itu, aku jadi bisa fokus kembali. Hal-hal yang aku takutkan tidak terjadi, aku bersyukur akan hal itu. Tapi tetap rencana hari minggu menjenguk Pak Karim tetap berjalan, tidak bisa di tunda-tunda lagi sebagai rasa baktiku kepada beliau.

Hari Jumat, dapat kabar lagi dari Bu Juleha bahwa Pak Karim menunjukkan perkembangan lagi. Kemarin hanya jari sekarang tangan bisa di gerakkan tapi tetap tidak bisa di gerakkan secara bebas. Sedangkan kaki Pak Karim belum menunjukkan tanda-tanda bisa di gerakkan. Dan dokter mengijinkan Pak Karim untuk keluar kamar supaya tidak bosan. Tapi keluar kamar juga harus memakai kursi roda, dan itu hanya pada waktu pagi dan sore hari saja.

Hari Minggu sudah tiba, aku pun semenjak subuh sudah siap-siap untuk berangkat ke kota. Meskipun mata masih sayu, kondisi masih lelah karena tadi malam baru pulang kerja jam 1 dini hari, tidur hanya 2 jam saja, tidak menyurutkan semangatku untuk segera ke Kota. Bukan karena Bu Juleha atau Ine, hanya semata-mata untuk Pak Karim. Tapi kabari bagusnya sabtu kemarin aku gajian jadi aku tidak memikirkan akomodasi dan keperluanku ke rumah pak Karim.

Tepat jam 5 pagi aku meluncur menggunakan motor matic, suasana dingin dan gelap menyambutku. Maklum desaku ini terletak di lereng gunung, jadinya jam 5 pagi masih seperti malam. Embun turun mengurangi pandangan mataku. Tapi aku sudah terbiasa dengan dinginnya desaku. Akupun tetap melajukan motorku tanpa halangan apapun.

Jam 7 pagi aku sudah memasuki Kota, karena mata masih nagntuk dan lelah akupun singgah di warung untuk ngopi dan membakar rokok untuk mengurangi rasa kantukku itu. Aku berehnti bukan di warung mas Anton, tpi di warung yang kebetulan sudah buka.

Setelah ngopi sebentar dan menghabiskan dua batang rokok, aku segera meluncur ke rumah sakit. Tak lupa aku menelpon Bu Juleha mengabari kalau sudah di kota dan rencana mau membungkuskan makanan. Tapi Bu Juleha menolaknya dan menyuruhku segera ke rumah sakit karena Ine juga mau ke rumah sakitdan sudah memvungkuskan makan. Maka, Akupun segera meluncur ke sana.

Setelah sampai rumah sakit, aku segera menuju kamar Pak Karim.

Tok.. tok.. tok !!!

“Assalamualaikum Pak, Bu” Ucapku

“Waalaikum salam, ayo masuk.” Jawab Bu Juleha

Aku pun segera menyalimi Bu Juleha kemudian menuju Pak Karim, terlihat Pak Karim sedang menonton televisi tapi wajahnya sudah tidak sepucat kemarin. Sudah agak cerah, dan gurqtan wajahnya juga seperti orang tersenyum.

“Cepet sembuh ya Pak”

“Hmm” jawaban Pak Karim sambil wajahnya menunjukkan senyum.

Setelah itu tidak ada obrolan lagi dan aku ikut menonton televisi bersama Pak Karim, sedangkan Bu Juleha ijin untuk mandi karena sudah ada aku yang menjaga Pak Karim. Sedangkan Ine masih di rumah. Uh ingin rasanya aku juga ikut mandi. Kangen big boobnya Bu Juleha. :panlok2:

Selang beberapa menit, terdengar suara langkah kaki didepan pintu. Kemudian pintu terbuka terlihat Ine dengan tampilan yang menurut pandanganku semakin cantik. Dengan rambut panjang tergerai, memakai baju putih dengan rok mini selutut menambah kesexyannya. Akupun berdiri dan menyalami sambil tersenyum untuk menyambutnya.

“Dari mana mbak?” sapaku

“Dari rumah. Mama kemana?”jawabnya lembut

“Tu di kamar mandi sepertinya lagi mandi”

“Ohh. Habisni anterin beli sarapan ya, tadi warung biasanya tutup”

“Oke siap mbak”

Kemudian Ine ke arah Pak Karim dan menyalami sambil mencium keninf Pak Karim sebagai rasa bakti anak terhadap orang tua. Setelah itu kita sama-sama menonton televisi.

“Barusan datang ta Ntung?”tanyanya membuka obrolan

“Sekitar setengah jam yang lalu mbak” jawabku

“Oh. Kalau dua jam yang lalu berarti jam 5an ya berangkat?”tanyanya

“Iya mbak, makanya masih ngantuk sekarang. Hehe” ucapku sambik nyengir

“Iya kelihatan tu dari matamu” jawabnya sambil menatap wajahku

“Hehe, gimana lagi mbak, tidur juga cuma dua jam tadi malam”

“Lha kenapa tidur dua jam?” tanyanya dengan kepo

“Kerja mbak, sampai ke rumah sekitar jam 1an, jam 2 baru tidur, bangun jam 4”

“Kamu kerja di pabrik apa se?”

“Pabrik sepatu mbak merk dalam negeri”

“Oh. Gimana se ceritanya kamu bisa kerja di Pabrik?”

“Kepo” jawabku asal-asalan

“Ihh ngeselin”

“Hehe. Jadi gini mbak ..” belum selesai aku bicara sudah di sela Ine.

“Nanti aja ceritanya, habis makan temenin kemana gitu. Pengen cerita-cerita juga. Idah lama kan kita gak pernah cerita” ujarnya

“Oke mbak” Akupun menyanggupinya

Bersamaan dengan itu, Bu Juleha keluar kamar mandi dengan rambut basah. Uhh sexynya. Meskipun memakai pakaian yang tertutup dan sopan tetap saja bemper depan dan belakang tetap menonjol dengan indah. Huft huuuu. Aku menarik napas setelah melihat Bu Juleeha untuk meredam nafsuku.

“Sayang, kapan sampainya?” Tanya Bu Juleha kepada Ine

“Barusan, pas mama mandi. Ma, aku belum beli sarapan, warung biasanya tutup, karena males cari warung yang buka aku langsung kesini. Habisni aku mau cari sarapan sama Untung”

“Dasar. Yaudah buruan cari sarapan. Mama udah laper” ujar Bu Juleha

“Oke ma” jawabnya sambil memberikan kuci mobil kepadaku “Yuk Ntung”

Aku menerima kuncinya dan berdiri keluar dari kamar menuju parkiran rumah sakit. Setelah masuk mobil, kita mengubah rencana. Daripada bolak balik Ine menyarankan mama di belikan sarapan di depan rumah sakit aja. Kebetulan di depan rumah sakit ada yang jualan nasi pecel. Ide cemerlang. Aku pun menyuruh Ine di mobil saja, aku yang pergi membeli sarapan dan mengantarkannya baru kemudian kita berdua cari sarapan sambil cerita-cerita.

Setelah membeli sarapan, aku segera ke kamar Bu Juleha.

“Lho kok cepet?” Tanya Bu Juleha laget melihatku sudah membawa bungkusan nasi

“Hehe. Iya Bu, kata Mbak Ine, biar gak bolak balik, aku disuruh belikan pecel di warung depan rumah sakit aja, karena saya mau keluar agak lama dengan mbak Ine agak lama, gak tahu di ajak kemana.” Jawabku beralasan.

“Dasar kalian, yaudah gak apa-apa. Makasih ya Ntung” ujarnya sambil tersenyum. Alamak, ingin ku kecup bibirnya seperti dulu. Hehe.

“Siap Bu, kalau gitu saya pamit keluar ya Bu”

“Ya hati-hati. Jaga Ine ya”ujarnya.

“Pasti Bu” jawabku sambil berlalu dari kamar dan menuju parkiran.

Setelah masuk mobil, aku bertanya kemana kita sarapan sambil cerita-cerita. Ine mengajak ke restoran yang berada di dalam hotel yang mana berada di pusat kota. Bisa di katakan hotel yang di tuju termasuk hotel bintang 5 dan restorannya itu berada di rooftop hotel. Jadi enak buat cerita-cerita. Akupun mengiyakan karena juga gak pernah makan di situ. Sekali-sekali makan agak elit kan gak apa-apa. Hehehe.

Akupun melajukan mobil menuju retoran itu. Karena hari ini hari minggu jalanan agak padat, jadinya kita 30 menit sampai di sana, padahal kalau jalanan lancar hanya butuh waktu 10 menit.

Setelah sampai di sana, kita pun di beri akses sama resepsionis hotel menuju lift untuk sampai restorannya. Kita pun memesan makanan, Mbak Ine memesan tenderloin steak. Sedangkan aku kebingungan mau memesan apa. Dan atas saran Ine, aku di suruh makan steak aja, aku pun masih ragu-ragu. Steak itu bisa kenyang gak, secara perutku ini perut lokal jadi kalau gak makan nasi sama saja tidak makan. Tapi Ine meyakinkan kalau makan steak bisa kenyang, dan menyuruh kalau semisal belum kenyang bisa pesan lagi. Akhirnya aku menurut dan memesan sirloin steak. Waktu di tanya alasanku, dengan entengnya aku menjawab biar beda aja. Hehe.

Setelah pelayan restoran pergi, aku masih canggung untuk memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Ine yang memulai pembicaraan.

“Gimana-gimana perjalananmu dari yang aku tinggal kuliah sampai sekarang?” Tanyanya memulai obrolan

Aku menggaruk rambut yang tidak gatal, karena bingung mau memulai dari mana.

“Ya setelah mbak Ine kuliah, aku sama kayak kebiasaan sehari-hari. Malahan dulu aku sempet sering keluar rumah, suka main game sampai harus di tegur Bapak, setelah itu aku jadi anak rumahan lagi sampai lulus” jawabku menjelaskan

“Lha emang kenapa kok sering keluar rumah?” keponya

“Habisnya kesepian di rumah setelah mbak kuliah dan jarang pulang kan dulu” ucapku

“Iya gimana lagi tugas kuliah banyak, mau pulang nanggung, apalagi aku ikut organisasi di ukm, jadinya meskipun libur kuliah ya masih banyak kegiatan” ujarnya beralasan.

“Iya kegiatan organisasi atau kegiatan pacaran? kan mbak dulu setelah dapat pacar jarang hubungi aku” godaku

“Hahahaha. Ya dua-duanya se, kok jadi aku se yang diinterogasi. Oke terus setelah lulus aktivitasnya?” jawabnya

“Dulu rencana aku mau kembali ke desa mbak, aku berpikir sudah cukup, aku pengen hidup dengan kakek. Eh malah Bapak sama Kakek melarang” ujarku

“Terus?”

“Nabrak mbak. Hehe”

“Ihhh.. lanjutin donk.” Manjanya

“Ya itu jadi sopirnya Ibu dulu, terus gak lama kemudian Ibu buka cabang toko di luar kota, aku di suruh megang” jawabku memberikan penjelasan

“Bisa megang toko?”

“Ya awalnya kesulitan mbak, mana ada langsung megang berhasil. Lagian aku juga lulusan STM, jadi masih butuh banyak belajar. Terus sama Ibu aku di bimbing” ujarku

Lagi Enak-enak ngobrol, pesanan kita datang. Akhirnya ngobrolnya kepending dan makan dulu. Setelah makan kita pun ngobrol lagi.

“Trus, maju gitu toko yang kamu pegang?” keponya

“Iya Alhamdulillah mbak, berkat bimbingan Ibu. Terus setelah dari toko ikut Bapak ke meubelan”

“Iya sudah denger dari Bapak, katanya kamu juga bisa membangkitkan meubel lagi?”

“Iya mbak, Alhamdulillah juga aku berhasil. Tapi sebentar aja di meubel gak se lama di toko. Setelah itu kakek meninggal dan aku kembali ke desa”

“Ohh.. terus katanya Bapak juga kamu mau buat meubel di desa?”

“Iya mbak, tapi ilmu yang aku dapat tidak bisa aku praktekan di desa.”

“Kendalanya apaan donk?padahal kamu udah bisa bangkitkan meubel lho. Harusnya mudahlah kamu memulai meubel di desa”

“Ya di modal mbak, sebenernya awal berjalan mbak, tapi kan statusku pengangguran jadi buatuh biaya hidup dan lain-lain, akhirnya kepake dan gak bisa jualan lagi”

“Termasuk kepake buat dana kenakalan?” tanyanya menyelidik.

“Lho kok mbak tahu?”

“Feeling aja” jawabnya cepat

Akupun hanya menggaruk rambut yang tidak gatel dan nyengir saja.

“Nakal apaan tu?” tanyanya masih dengan keponya

“Biasa mbak judi karena ajakan teman. Hehe”

“Yakin judi aja?” selidiknya

“Gak hanya judi aja se, di habisin mantanku”jawabku jujur tanpa satupun aku tutupi.

“Kok bisa?” tanyanya hampir persis seperti wartawan lambe turah

“Ya biasa mbak, ketipu, minta ini itu, karena sayang ya aku belilan eh ujung-ujungnya pas uang tinggal dikit tiba-tiba selingkuh. Yaudah aku juga bersyukur tidak terjerat terlalu lama”

“Mantanmu anak desa situ juga? Awalnya gimana kok bisa sampai pacaran dan kamu ketipu?”

“Kepo ih. Hahaha” jawabku sambil tertawa

“Hehehe. Penasaran aja sama ceritamu.”

“Temen SMPku mbak, ya emang matre se orangnya. Aku udah di ingetin temen Cuma sekali lagi karena sayang lupa segalanya. Hehe”

“Udah ngapain aja sama mantanmu itu?”

“Maksudnya mbak?” tanyaku dengan kebingungan

“Aku yakin gak hanya sebatas pegang tangan dan cipika cipiki”

“Perlukah aku critain mbak? gak perlu aku critain sepertinya mbak udah paham. Hehe” jawabku beralasan karena aku malu menjelaskan perihal aibku dengan mantanku.

“Hahaha. Yayaya. Yaudah gak usah di lanjut. Akhirnya kamu kerja di pabrik itu?” jawabnya. Huft untungnya gak terlalu ingin tahu.

“Iya mbak, akhirnya melamar-lamar kerja terus ketrima di pabrik sepatu itu”

“Kok gak balik ke rumah Papa aja kalau udah tahu kehabisan uang?”

“Ya gak enak aku mbak, aku udah terlalu merepotkan Bapak, dan juga rumahku di desa gimana kalau aku kembali ke sini”

“Kalau aku minta kamu kembali ke kota gimana?” tanya penuh harap

“Waduh berat mbak, aku sudah menikmati kehidupanku di desa.” Jawabku menolaknya

Setelah mendapat jawabanku itu, terlihat Ine menampakkan wajah sedih dan sedikit agak mikir. Aku yang kebingungan akhirnya bertanya.

“Kenapa jadi sedih mbak?” Tanyaku dengan iba

“Aku mikir kesehatan Papa, sekarang papa kan seperti itu kondisinya otomatis usahanya kan gak jalan. Kesalahan papa juga gak punya tangan kanan (orang kepercayaan) yang ketika papa sakit usahanya tetap jalan.” Jawabnya dengan nada yang sangat sedih.

“Emangnya usahanya gak jalan sekarang?”tanyaku.

“Ya semenjak papa sakit otomatis karyawannya ikut berhenti kerja, sebenernya berjalan beberapa hari kemarin tapi setelah di cek mama karyawannya malah kerjanya gak beneran alias banyak istirahatnya daripada kerjanya” jelasnya

“Terus?” gantian aku yang kepo

“Ya mama marah-marahlah, akhirnya di liburkan untuk sementata waktu sampai papa sehat”

“Waduh eman mbak. Usaha Bapak sudah maju lho, sudah banyak pelanggan” jawabku diplomatis

“Iya makanya terus orderan banyak di cancel sama mama jadinya. Lha gimana lagi, mau ya km kembali ke Kota” jawabnya mengajak aku.

“Kalau soal itu aku gak bisa mutusi mbak, aku juga sudah terlanjur kerja di Pabrik” jawabku masih berusaha untuk menolaknya

“Makanya aku juga sedih sekaligus bingung” ujarnya sambil menunjukkan raut wajah sedih

Kitapun sama-sama terdiam. Berkutat kepada pikiran masing-masing. Kemudian aku pesen kopi agar tidak mengantuk dan otakku jadi segar.

“Mbak boleh aku bertanya? Kenapa tiba-tiba Bapak sakit? Ada permasalahan apakah mbak?” tanyaku memberanikan diri karena dari kemarin penasaran.

Ine memandang aku dengan tatapan sendu, hingga tak terasa air matanya keluar membasahi pipinya daan wajah cantiknya. Karena notabene aku orangnya gak tegaan, akhirnya aku memegang tangan Ine, entah keberanian darimana cuman tujuanku gak ingin membuatnya sedih, karena dia sudah aku anggap keluarga, sudah aku anggap seperti saudara kandung.

“Kalau memang berat untuk di ceritakan, gak usah bercerita mbak. Aku gak ingin mbak bersedih” Ujarku yang tidak tega melihat Ine mengeluarkan air mata

“Hiks.. hiks.. hiks. Iya aku akan cerita semuanya Ntung. Apa yang terjadi dengan Bapak dan Aku?” ujarnya sambil menahan tangisnya

“Hah?? Ka..mu mbak?” tanyaku kaget mendengar penjelasan Ine barusan.

“Iya. Hiks.. hiks.. hiks.. Gara-gara aku Bapak jadi begini. Hiks.. hiks.. hiks”ucapnya sambil menahan tangisnya akan tetapi Ine tetap manusia biasa, gak bisa menahan kesedihannya karena air matanya terus mengalir.

Aku yang gak tega dengan tangisan perempuan terlebih Ine. Ingin rasanya mendekapnya, akan tetapi karena di public area akupun enggan untuk melakukan itu. Aku hanya mengeratkan pegangan tanganku ke dia.

“Ceritalah mbak, sebisanya aku bantu tapi kalaupun aku gak bisa bantu banyak, setidaknya mbak bisa mengurangi beban kesedihan ini.” Ujarku menangkan dirinya

“Hiks.. hikss. Hiks. Iya bener katamu. Hiks. Hiks”

“Pelan-pelan mbak, gimana ceritanya?” ujarku

“Jadi gini ceritanya. Aku.. aku.. aku …….” Belum juga menyelesaikan ceritanya tiba-tiba terdengar suara ringtone hpnya Ine, terlihat dilayar ada tulisan “mama calling” yang berarti telepon dari Bu Juleha. Akhirnya Ine menenangkan diri sebentar sebelum mengangkat telepon itu.

“Halo ma”
“…..”
“Iya ini masih di tempat makan sama Untung”
“….”
“Beneran ma?Alhamdulillah. Ya sudah aku ke sana sekarang”
“….”
“Iya ma, waalaikumsalam”

Telepon di tutup. Ine bercerita kalau Pak Karim sudah di perbolehkan pulang ke rumah. Meskipun belum sembuh total, tapi Pak Karim tetap mmelakukan terapi seminggu dua kali dan juga pemeriksaan ke rumah sakit di poli.

Karena mendapat kabar bahagia tersebut, aku pun ikut senang dan kita sama-sama segera kembali ke rumah sakit menjemput Pak Karim.

Sesampainya di rumah sakit, kita langsung menuju kamar untuk mempacking barang-barang yang di bawa dari rumah. Kemudian Bu Juleha menyelesaikan administrasi sekalian biaya selama opname itu. Akhirnya kita pulang dengan mobil, aku menyetir mobill, di sampingku Ine sedangkan di bangku belakang Bu Juleha dan Pak Karim, sedangkan motorku masih di rumah sakit rencananya nanti kembali lagi untuk mengambilnya.

Setelah menurunkan Pak Karim, dan membawanya ke kamar. Aku kembali ke rumah sakit untuk mengambil motor. Saat di perjalanan Ine tiba-tiba bilang kalau dia mau ceritaa masalahnya ketika aku mau kembali ke kota. Akupun hanya menjawab tidak bisa janji yang terpenting Ine tidak bersedih lagi, toh Pak Karim sudah mengalami perkembangan yang bagus sehingga sama dokter diijinkan pulang.

Begitu tiba di rumah sakit, aku mengambil motor sedang Ine menyetir mobil kita beriringan menuju kediaman rumah Pak Karim.

Sesampainya di kediaman Pak Karim, kita pun bercengkerama di ruang tamu bersama-sama Pak Karim juga, akan tetapi Pak Karim duduk di kursi roda sedangkan kita bertiga duduk di kursi untuk bercengkerama. Saat bercengkerama itu, Bu Juleha juga memintaku untuk kembali ke kota dan sudah dikasih pekerjaan mengurusi meubel lagi karena kondisi meubel seperti yang sudah di jelaskan Ine tadi. Dan Pak Karim juga menunjukkan gestur memintaku kembali ke kota dan meninggalkan desa. Aku belum bisa memberikan jawaban pada saat itu juga. Akhirnya aku meminta waktu untuk berpikir matang-matang untuk memberikan jawaban bersedia atau tidak.

Hari sudah mulai gelap, karena hari ini aku hanya tidur 2 jam membuat badanku letih dan pegal-pegal. Aku berpamitan ke Pak Karim, Bu Juleha dan Ine. Mereka bertiga menyambut tanganku ketika aku mengukurkan tangan untuk menyalami dengan gesture wajah mengiba dan berharap agar aku kembali ke kota meninggalkan desa. Huft, huuuu. Bingung deh.






(Bersambung)






(Enaknya bersedia apa enggak ya suhu-suhu semua?)
Kembali bro...nikahin ine...lanjutin xxx sm.ibu juleha...mantap tuh
 
Part 15
UNTUNG HANYA SEBUAH NAMA




Sudah 4 hari aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, perasaan dan logikaku berkecamuk. Bingung rasanya, logikaku mengatakan untuk menolaknya sedangkan perasaanku mengatakan untuk menerimanya.
Bicara soal logika, di situ terdapat idealisme jiwa mudaku. Karena aku sudah bertekad untuk sukses di atas kakiku sendiri dan sukses di tanah kelahiranku ini yaotu desa. Akan tetapi perasaan mengatakan kalau tidak ada Pak Karim, kamu tidak akan bisa sampai sekarang, tidak akan bekerja di pabrik, tidak akan punya ijazah STM, teringat ibumu di tolong sama Pak Karim, begitupun juga diriku. Kakekpun dulunya berpesan keluarlah dari desa jika ingin sukses.
Huft huuuu, aku menarik nafas karena tak kunjung menemukan keputusan. Di malam yang sunyi ini aku merenung, melamun, dan berpikir bagaimana kelanjutan hidupku. Kalau aku lebih condong ke arah perasaan terus bagaimana rumah kakekku ini, terlalu banyak kenangan disini dan berat meninggalkan rumah.
Tapi jika aku ke arah logika, iya kalau seandainya hidupku sesuai rencana, tahun depan kuliah sambil bekerja di pabrik, setelah lulus melamar kerja yang agak tinggi gajinya. Jika aku gagal bagaimana? Kegagalan aku membangun meubel jelas menjadi trauma tersendiri bahwa kadang kenyataan tidak sesuai dengan rencana.
Karena tak kunjung dapat keputusan yang tepat, akupun beranjak tidur karena waktu sudah larut malam sedangkan besok harus bekerja di pabrik lagi.


***

(Selang 10 hari kemudian)

Tok.. Tok.. Tok !!

Terlihat Ine membukakan pintu, setelah pintu terbuka Ine tertegun, kaget campur bahagia. Selang beberapa menit, dia langsung berhambur memelukku dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

Ya sekarang aku di kediaman Pak Karim dengan membawa koper besar, koper berisi semua pakaianku, bawa Tas besar berisi peralatan sehari-hariku. Setelah beberapa hari bimbang saat ini aki sudah memutuskan untuk meninggalkan desa, mengubur logikaku, mengubur rencana hidup di desa, dan mengubur kenangan di sana. Dan bertekad membantu keluarga Pak Karim yang sedang mengalami masalah yang berat, kesehatan dan keberlangsungan usahanya, dua masalah itu yang coba aku bantu untuk melewati ujian hidup itu.

Setelah meyakinkan kembali keputusan akhirku, aku mengajukan resign ke atasanku di pabrik, tanpa di persulit aku akhirnya resmi resign sehari sebelum aku kesini karena posisiku yang hanya buruh biasa.

Setelah Ine melepas pelukan, Bu Juleha keluar menyambutku dan sama seperti Ine, beliau memelukku karena katanya sempet pesimis aku mau kembalo ke kota. Bu Juleha tahu dan mengerti bagaimana aku, memiliki pendirian yang kuat dan idealis, Bu Juleha sangat tahu diluar dan dalam. Dan kemarin sempet berkabar melalui telepon kalau aku masih bingung. Makanya Bu Juleha sempat pesimis aku datang ke sini. Dan aku datang ke sini juga tanpa mengabari dulu, maka dari itu beloau memelukku juga karena saking bahagianya.

Setelah Ibu dan anak yang menyambutku, aku segera ke kamar Pak karim biar Pak Karim tahu bahwa aku sudah datang. Setelah dari kamar pak karim aku di antar ke kamar yang dulu aku tempati. Kemudian aku membuka koper dan memindahkan baju dan keperluan lain-lain ke tempatnya. Namun ada yang aneh, Ine membantuku merqpikan pakaian dan membantu memindahlan keperluan yang lain. Alamak kenapa jadi perhatian gitu ke aku? Apa karena kedatanganku ini sangat di harapkan Ine? Sepertinya hanya Ine dan Tuhan saja yang tahu.

Setelah selesai merapikan baju dan keperluan lain, perhatian Ine semakin menggila. Dia membuatkan secangkir kopi untuk menemani melepas lelah. Sekarang suasanya terbalik, dulu aku yang melayani Ine, sekarang dia yang melayaniku. Bagaikan aku ini suaminya saja.

Sebenernya aku mau menagih janjinya Ine dulu untuk bercerita yabg sempet tertundah dua minggu lalu, akan tetapi aku takut kesedihan menghinggapi dirinya lagi. Aku gak tega setiap perempuan nangis, dan aku juga bukan tipe-tipe orang yang rasa ingin tahunya tinggi.

Akhirnya aku melepas lelah dengan kopi dan bercengkerama dengan Ine, tampak raut kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Kemudian Bu Juleha menyusul aku dan Ine yang sedang bercengkerama, dan kita berdiskusi karena mulai besok aku langsung disuruh untuk menangani masalah di usaha meubel. Hasil dari diskusi panjang antara aku dan Bu Juleha adalah sore dan malam ini aku akan mendatangi satu persatu mantan tukangnya Pak Karim, memastikan masih bisa kerja apa enggak, kalaupun gak bisa aku di suruh mencari tukang lagi yang skillnya sudah expert di bidang perkayuan.

Anehnya lagi Ine menawarkan untuk menemaniku mendatangi tukang itu. “kenapa perhatian banget ya?” pikirku. Tapi aku menolak karena biar cepat aku pakai motor saja untuk mendatangi rumahnya para tukang.



***



Hari senin, aku mulai mendatangi gudang atau biasa di sebut workshop yang dimana para tukang mengerjakan meubel. Tampak para tukang juga sudah hadir untuk melanjutkan pekerjaan yang dulu sempat terhenti akibat murkanya Bu Juleha. Gak semua tukang mau kerja lagi, ada yang sakit hati akibat omongannya Bu Juleha yang dianggap melukai hati mereka. Akupun tidak bisa memaksa, aku hanya mengajak para tukang yang masih mau bekerja di usahanya Pak Karim. Untungnya, pelanggan-pelanggan masih mau bersabar karena usaha vakum hampir sebulan. Jadi aku hanya membenahi para tukang saja sedangkan pelanggan tidak ada yang perlu di benahu. Aku hanya perlu minta maaf saja proses pengerjaannya terlambat.

Aku kerja hari ini di temani Ine, aku sempat menolaknya tapi Ine bersikukuh mau menemaniku karena di rumah dia gak ada kerjaan. Aku sempat bertanya apakah tidak koas? Tapi ine menjawab dia dapat ijin dari kepala rumah sakit yang merangkap dosen pembimbingnya selama 6 bulan. Enak benar. Dan kebetulan di workshop ada bangunan kecil biasanya untuk tempat Pak Karim istirahat. Jadi Ine di situ menungguku untuk mengarahkan para tukang dan sebagainya.

Perhatian kecil maupun perhatian besar yang dilakukan Ine, membuat rasa yang dulu sempat hilang menjadi kembali lagi. Nama Ine sempat terukir di hatiku tatkala aku masih SMA, semenjak kuliah nama Ine hilang di gantikan Bu Juleha. Sekarang nama Bu Juleha sudah tergantikan Ine kembali. Bu Juleha pun tidak pernah membahas atau menggodaku selama aku kembali ke rumah ini. Beliau fokus merawat Pak Karim, dan sekarang Inelah yang memberiku perhatian.

Setiap pagi selalu menyediakan kopi, padahal aku sebenernya mau buat sendiri. Pokoknya setiap waktu dia selalu di dekatku. Setiap malam menemaniku sambil bercengkerama dan bercanda. Ine juga sudah lupa janjinya untuk cerita permasalahan tersebut dan aku juga tidak menagihnya karena keadaan Pak Karim juga sudah mengalami perkembangan yang positif.


***


Hari ini hari sabtu, aku sekarang berada di workshop meubel dan yang pasti di temeni Ine. Di sela-sela istirahat, Ine mengajakku untuk malam mingguan. Pengen nonton katanya karena sudah lama gak nonton. Akupun mengiyakannya karena aku juga sudah lama tidak pernah menonton film, seringnya nonton bokep. Hehehe

Sorenya Ine sudah mengajakku keluar, katanya pengen nongkrong di cafe. Karena aku tidak ada kerjaan akupun menyanggupinya. Setelah mandi dan ganti baju, aku berpamitan kepada Bu Juleha untuk malam mingguan sama Ine. Akupun menunggu Ine selesai dandan sambil memanasi mobil, terlihat Ine keluar dengan dandanan yang sangat cantik, memakai gaun warna hijau muda menambah kecantikannya.

Akupun melajukan mobil ke cafe yang dimaksud Ine, karena akan ada live show band ternama di kota ini. Setelah sampai aku berjalan beriringan dengan Ine. Tiba-tiba dia melingkarkan tangannya ke lenganku dan tanganku di genggamnya. Aku pun kaget tapi aku membalasnya dengan mengeratkan genggaman tangannya.

Kemudian Ine memilih tempat yang nyaman dan langsubg ke arah panggung tempat live shownya, kita memesan makan dan minum , tak lupa beberapa cemilan dan aku memesan kopi karena hidup tanpa kopi bagaikan sayur tanpa garam. Hehe

Aku ngobrol ringan dengan Ine, obrolan ini di dominasi Ine yang banyak menceritakan pengelamannya selama kuliah hingga tak terasa bandnya sudah memulai pertunjukannya. Saat ngobrol dan makan kita duduknya berhadap-hadapan, tapi sewaktu melihat live performance band kita duduk berdampingan.

Saat bandnya menyanyikan lagu padi yang berjudul mahadewi.


Hamparan langit maha sempurna
Bertahta bintang bintang angkasa
Namun satu bintang yang berpijar
Teruntai turun menyapaku
Ada tutur kata terucap
Ada damai yang kurasakan
Bila sinarnya sentuh wajahku
Kepedihanku pun terhapuslah

Alam raya pun semua tersenyum
Menunduk dan memuja hadirnya
Terpukau aku menatap wajahnya
Aku merasa mengenal dia
Tapi ada entah di mana
Hanya hatiku mampu menjawabnya
Mahadewi resapkan nilainya
Pencarianku pun usai sudah

Ho
Ada tutur kata terucap
Ada damai yang kurasakan
Bila sinarnya sentuh wajahku
Kepedihanku pun terhapuslah

Ada tutur kata terucap
Ada damai yang kurasakan
Bila sinarnya sentuh wajahku
Pencarianku usai sudah

Mahadewi resapkan nilainya
Mahadewi tercipta untukku
Mahadewi resapkan nilainya (na na na )
Mahadewi tercipta untukku (na na na)
Mahadewi resapkan nilainya
Mahadewi tercipta untukku
Mahadewi resapkan nilainya
Mahadewi tercipta untukku

Gantian aku yang memegang erat tangan Ine dan Ine membalas genggamanku dengan erat juga. Jadinya sepanjang lagu kita saling berpegangan tangan kadang-ladang saling menatap sambil tersenyum sampai bandnya selesai. Kita layaknya sepasang kekasih ala-ala india yang sedang dimabuk cinta.

Setelah selesai, Ine kemudian mengajak nonton di bioskop dan sudah memesan tiketnya lewat hp. Ya kita menonton di midnight. Tepat jam 9 kita beranjak dari cafe menuju bioskop. Setelah memarkirkan kendaraan roda empat, kita berjalan menuju gedung bioskopnya, tak lupa tangan tetap berpegangan.
Tepat jam 10 kita memasuki ruangan bioskop, tak lupa membeli popcorn dan minuman. Ine memilih untuk duduk di pojokkan atas. Dan beruntungnya meskipun malam minggu tapi yang menonton tidak terlalu rame.

Akhirnya film pun dimulai. Kita menonton dengan seksama karena filmnya kebetulan bagus, tak lama kemudian Ine mulai memakan popcorn sambil tetap fokus menonton. Karena kita beli popcorn Cuma satu dan kebetulan pengen nyemil akupun meminta popcornnya. Alangkah terkejutnya saat tanganku di tolak ketika mau meminta popcorn. Tapi dia menyodorkan popcornnya langsung ke arah mulutku. Jadinya aku di suapi popcorn sambil tetap fokus menonton bioskop.

Saat di tengah-tengah film, karena popcorn Cuma beli satu dan dimakan berdua maka popcornnya tak lama habis. Dan Ine tiba melakukan gerakan dengan menyenderkan kepalanya di pundakku sambil tangannya memegang tanganku. Tapi sorot matanya tetap fokus di layar bioskop menikmati adegan film.

Awalnya aku canggung dan degh-degh an tetapi aku sudah mulai terbiasa, malahan secara gak sadar aku sering mencium rambutnya Ine, aroma shampo yang wangi membuatku bolak balik menciumnya. Sadar rambutnya aku ciumi, Ine menegadahkan wajahnya ke arahku. Aku yang kaget awalnya mengira Ine akan marah, tetapi aku lihat tatapannya bukan tatapan tajam mau marah, tetapi tatapannya sayu.

Karena mendapat lampu hijau dan nafsuku sudah di ubun-ubun, gak pakai babibu langsung aku dekatkan bibirku ke bibirnya. Saat bibirku jaraknya sekitar setengah centimeter, terlihat mata Ine pun merem sambil bibirnya sedikit terbuka. Tanpa membuang waktu dan melihat keadaan, aku segera menempelkan bibirku ke bibirnya dan MELUMATNYA.

Mmwwuachhh.. smooocchhh.. smocoocchh.. smooocchhh..mwwuuaachhh

bibirku dan bibirnya Ine saling melumat, aku serang bibir atas dulu kemudian berpindah bke bibir bawah kembali lagi ke atas pindah lagi ke bawah terus menerus. Kita melakukan frenchkiss.

Kemudian Ine menjulurkan lidahnya, akupun langsung menyedotnya.

Sluruppp.. sluruppp.. sluruppp

Gantian aku yang menjulurkan lidah dan Ine pun langsung menyedotnya.

Slurupp.. slurupp.. slurupp

Kita saling membelitkan lidah, bibir-lidah-bibir-lidah kita lakukan secara bergantian, kita sudah luoa jalannya film, kita juga lupa apakah ada orang melihat tindakan kita apa tidak. Aku sudah di mabuk asmara tak peduli apapun. Sangat lama kita berciuman bibir. Aku gak ada bosannya mencium, menjilat bibirnya Ine yang sangat-sangat sexy ini.

Tak terasa filmnya pun habis, akhirnya mau gak mau kita menyudahi acara perang lidah dan bibir ini. Kemudian lampu bioskop di nyalakan, samping kursiku melihatku sambil senyum-senyum gak jelas. Menyadari akan hal itu, aku menunduk malu menyembunyikan wajahku yang mmemerah ini. Ine juga menyadari hal itu juga malu dan memerah wajahnya.

Jam 12 malam kita pulang, sepanjang perjalanan kita tertawa mengingat kelakuan kita kepergok orang yang duduk di sebelah.

“Kamu se, aku mau menyudahi eh kamunya masih nyosor” ucapnya

“Lha salah sendiri mbak, punya bibir sexy, jadinya pengen aku sosor terus. Hahaha” jawabku

Saat aku meliriknya, Ine tersenyum sambil bilang

“Kenapa? Pengen lagi?”

Akupun tidak menjawabnya hanya tertawa renyah melihat kekonyolan kita berdua. Tak terasa kita sudah sampai rumah Pak Karim, setelah memakirkan daan sebelum turun dari mobil akupun menarik tangannya sambil bilang dengan manja

“Mbak, pengen lagi”

Langsung aku sergap bibirnya dan melumat habis.

Mmwuaachhh.. sluruuppp..sluruppp..slurupppp.. smocchhh.. smocchhh.

Kita lama berciuman di dalam mobil sambil tanganku menggenggam erat tangannya. Karena gak tahan tanganku pun melepaskan diri dan langsung mengelus-elus lengannya, lehernya sambil bibir kita saling melumat. Dari lehernya tanganku turun ke pundaknya dan lanjut turun lagi menuju payudaranya yang berukuran 34A. Aku meremas pelan.

Ketika sedang enak-enaknya meremas, tiba-tiba tanganku di singkirkan Ine. Dan dia langsung melepas pagutan bibirku. Awalnya aku kira akan marah tapi dia Cuma bilang

“Sudah gak boleh keterusan ya” ucapnya sambil tersenyum. Akupun malu-malu dibuatnya.

“Maaf ya mbak, kelepasan” sahutku.

“Sudah ayo masuk ke dalam, nanti ketahuan mama” ajaknya dengan memelankan suaranya.

Akhirnya akupun turun dari mobil dalam keadaan kentang rebus. Saat memasuki rumah, Ine langsung menyelonong ke kamarnya sambil melambaikan tangan kepadaku sambil bibirnya bergerak tanpa suara “Sampai jumpa besok pagi”.

“Shit, padahal aku mau ajak ciuman lagi” batinku. Tapi akupun cuman tersenyum dan iku melambaikan tangan.

Akupun segera menuju kamar dan bersih-bersih kemudian beranjak untuk tidur karena waktu sudah larut malam.




***



Sejak adegan ciuman dengan Ine, akupun teringat terakhir sebelum Ine pergi kuliah kita juga melakukan ciuman itu tapi gak sedahsyat tadi. Benih-benih cinta pun tumbuh segar di dalam sanubariku. Tapi dilain hal, aku takut jika sebenernya Ine masih punya pacar. Ciuman kemarin bukan ciuman nafsu tapi ciuman sebagai ungkapan cinta dan sayangku ke Ine. Alangkah patah hatinya aku jika Ine ternyata punya pacar. Tapi dilihat dari semenjak aku kesini gak pernah rasanya Ine telpknan sama pacat, pergi bersama pacar, dia selalu terus bersamaku. Akhirnya dengan segala tekad yang kuat entah akibatnya seperti apa, mengesampingkan status sosialku dengan dia. Aku berencana menembaknya.

Dulu aku begitu takut, degh-degh an ketika mau menembak cewek, akan tetapi setelah aku berpacaran dengan Lekha, kepercayaan diriku untuk menembak cewek sudah ada. Istilahnya wani mengambil keputusan tidak memikirkan akibatnya. Di terima atau di tolak menjadi urusan nanti, mau di judesi kayak dulu gak masalah. Apalagi dia dan keluarga yang memintaku kesini.

Karena kemarin ada momentum ciuman, kemungkinan di terima 99% di terima hanya 1% di tolak mungkin dia punya pacar. Tidak ingin kehilangan momentum itu nanti sore rencana aku ajak makan malam lagi dan yang pasti aku yang menraktirnya.

“Mbak, nanti malam keliar lagi yuk, nongkrong gitu di cafe”

“Enggak ah, pasti mau nakalin lagi. Ya kan? hahaha”

“Eh yang ada mbak yang nakalin aku”

“Hehe. Oke jam berapa?”

“Malam aja sekitar jam 6”

“Oke bos” jawabnya dengan gerakan hormat. Aku tertawa saja melihatnya.

Setelah dia menerima ajakanku, aku sekarang kebingungan. Mau nembak seperti apa, meskipun sudah ada pengalaman, tetap saja aku degh-degh an. Kemudian aku simulasi di kamar cara nembak cewek dengan baik dan benar. Aku juga sempat googling bagaimana cara menembak cewek yang elegan. Hehe.

Setelah mencoba beberapa simulasi. Akupun berpikir biar kesannya romantis di kasih apa ya? Coklat, bunga, boneka atau cincin?. Setelah aku pertimbangkan, akhirnya aku memilih cincin, kalau cincin Emas aku gak ada banyak uang. Setelah mencati di internet harga emas, uangku tidak cukup. Cukup se. Tapi sisanya tinggal sedikit, apalagi nanti menraktir dia. Akhirnya cincinnya jatuh ke perak aja, meskipun kesannya murahan yang penting romantis.

Mumpung hari masih siang, aku segera keluar rumah menggunakan motorku, waktu di tanyai kemana aku jawab aja ketemu teman STM biar tidak curiga. Aku peegi ke toko perhiasan untuk memilih cincin, untuk ukurannya aku by feeling aja. Akhirnya cincin perak sudah di genggaman dan aku kembali ke rumah.

Haripun sudah mendekati malam, detik-detik proklamasi pun akan aku kumandangkan. Aku pun beranjak untuk mandi, biasanya aku mandi paling lama 5 menit, ini mungkin hampir 2 jam aku di kamar mandi. Kulitku aku gosok biar cerah dan gak malu-maluin.

Tepat jam 6 Ine keluar menggunakan gaun selutut dengan tas bermerk, apalagi gaunnya pun bercorak hitam putih kayak catur. Bukan se, kalau catur kotak-kotak, ini sepeeti zebra sesuai dengan jersey tim kebanggaanku yaitu Juventus. Aku pun hanya memakai kemeja polos beecorak dengan warna dominan putih. Kita seperti serasi dalam hal memilih baju.

Setelah berpamitan kepada Bu Juleha dan Pak Karim, kita menuju cafe di kota, tak lupa aku sudah membawa cincin perakku. Cafe yang akan kita tuju berbeda dari kemarin, di sini suasananya lebih romantis. Setelah mobil terparkir di halaman cafe, akupun berinisiatif membukakan pintu Ine, dan tak lupa aku menggandengnya.

Kita pun duduk di area berAC, biar nanti ketika aku degh-degh an keringatku tidak ikut keluar. Aku seperti orang cupu aja kali ini. Setelah pesan makan dan minuman kita pun saling ngobrol.

“Tumben ngajak makan berduaan? Biasanya aku yang ngajak”

“Hehehe. Sekali-kali mbak, lagian kemarin aku resign dari Pabrik dapat pesangon meskipun gak banyak tapi bisa lah untuk menraktir mbak Ine” bohongku. Padahal ketika aku resign hanya ucapan terima kasih atas dedikasi selama bekerja di Pabrik. Semoga sukses ke depannya. Itu yang di ucapkan atasanku ketika aku mengajukan resign. Maklum hanya buruh. Hehe

“Oh gitu, kenapa gak kemarin-kemarin ngajaknya, kok malah sekarng?” tanyanya. Duh mati aku, kena skak Ine.

“Ya belum kepikiran Mbak, tapi melihat kebaikan mbak Ine selama ini rasanya aku sangat berdosa bila tidak mentraktir sebagian rezekiku” gombalku. Aku seperti pujangga cinta saja.

“Kamu dapat kata-kata dari mana itu Ntung?haha” ujarnya sambil tertawa sambil tangannya menutupi bibirnya.

“Hehehe. Reflek aja aku mbak” maluku sambil menggaruk rambutku yang tidak gatal.

Tak berapa lama, pelayan datang membawa pesanan makan dan minuman. Kita pun mengakhiri obrolan untuk makan dulu. Setelah itu aku akan mengumandangkan proklamasinya.

DEGH..

DEGH..

DEGH..

Aku sambil makan degh-degh an sekali. Padahal tadi sudah simulasi tapi entah kenapa denyut jantungku berdetak lebih kencang, seperti genderang yang mau perang.

Setelah selesai makan dan minuman, tiba-tiba Ine melihatku dengan wajah terheran-heran. Akupun bingung kenapa Ine menatapku seperti itu? Akupun kebingungan. Apa ada yang salah denganku.

“Kenapa kamu keringetan Ntung?”

“Eh. Lho? Eh.. pedes mbak. Iya pedes banget makanannya”

“Masak? Perasaan makananmu tidak ada sambalnya” jawabnya. Oh shit. Aku lupa, Ine kan yang memilihkan makananku. Wasyem.

“Gak tahu mbak, mungkin juru masaknya salah ngasih sambal mungkin mbak” jawabku beralasan.

“Hehe. Alasan. Ada apa nih kok tiba-tiba keringatan?”

Karena mau mengelak apa aja sudah ketahuan, maka aku sudah bertekad menembak saat ini juga.

“Hehe. Gini Mbak, sebenernya ini kurang sopan karena perbedaan kita sangat mencolok, di samping secara sosial, juga secara kepribadian, umur dan perbedaan bentuk badan. Mbak Ine denganku bagaikan langit dan bumi. Sejak dulu sebenernya aku punya perasaan lebih kepadamu mbak. Sejak STM cuman aku malu waktu itu, perbedaan kita terlalu mencolok, akhirnya aku hanya menganggapmu sebagai kakak kandung. Perasaan itu aku kubur dalam-dalam. Sebenarnya aku juga cemburu ketika kamu memberi kabar kalau sudah jadian dengan senior kampusmu. Tapi semenjak aki ke sini lagi perasaan yang sudah kukubur itu entah kenapa bangun lagi. Apalagi dengan kejadian kemarin, kita berciuman mesra. Jujur mbak, kemarin ciuman terenak dan terdahsyat. Bukan ciuman nafsu tapi ciuman sayang dan cinta. Mohon maaf ya mbak biar aku lega, aku tekadkan ini. Maukah kamu jadi pacarku mbak? Gak usah sungkan atau malu menjawabnya. Apapun jawabanmu aku hormati. Seandainya jawabanmu mohon maaf menolak, tidak masalah mbak, kamu tetap aku anggap sebagai saudaraku” ucapku lancar tanpa jeda. Gak tahu darimana tiba-tiba aku berbicara lancar sekali, mungkin efek dari simulasi tadi siang. Tak lupa juga aku menyodorkan cincin yang aku beli tadi.

“Ini sebagai bukti aku serius dengan perasaanku mbak”

DUARR !!!

Orang-orang di dalam cafe ini berhamburan keluar. Sebenernya aku juga mau iku keluar melihat apa yang terjadi tapi karena suasananya terlanjur romantis, aku pun tidak bergeming dan tetap duduk menatap wajah Ine.

Terlihat orang-orang pada kembali dari luar dan berbicara kalau tadi ternyata bank tronton meletus. Bangke, menganggu keromantisanku aja. Huft.. huuu

Ine diam dalam pikirannya. Dia melirik cincinku sebentar kemudian menundukkan kepala. “Waduh, ada apa ya? Apa jangan-jangan dia mau menolakku cuman gak enak kepadaku”batinku saat ini.

HIKSS.. HIKSS.. HIKSS..

Terdengar suara isak tangis dari insan manusia setengah bidadari ini, aku kaget setengah mati. Apa aku terlalu cepat menembaknya?, apa kata-kataku salah barusan? Terus kalaupun dia tidak mau kenapa kemarin dia mau membalas ciumanku, dan sempat-sempatnya menyuapiku?. Akupun bingung dan merasa bersalah terhadap sikap Ine.

“Mbak, kenapa nangis? kalau memang mbak gak ada perasaan sama sekali terhadapku aku mengerti mbak, aku gak akan kecewa karena perasaan gak bisa di paksa” ucapku dengan nada yang sangat melas.

“Hiks. Hiks. Hiks. Bukan begitu, nangisku ini antara senang dan sedih”

“Kalau gitu ceritain yang sedihnya dulu mbak?” Ucqpku kebingungan

“Hiks.. hiks.. hiks gak mau. Senangnya dulu aja”

“Yaudah terserah mbak, tapi jangan nangis dulu donk. Bingung ni aku” ucapki memelas agar tangisnya mereda.

“Perasaanku sama kayak kamu Ntung, aku nyaman, ingat kejadian aku dengan mantanku Elle, sejak saat itu aku mulai memandang kamu, entah kenapa auramu membuatku terkiwir-kiwir. Ingatkan, waktu aku pamit kuliah, aku menciummu sebagai ungkapan sayang dan cintanya kepadamu. Aku gak memandang kamu anak orang miskin atau apa, yang terpenting aku nyaman ketika sama kamu. Dan sekarang perasaanku ke kamu sama, tidak berkurang bahkan lebih. Hiks. Hiks. Hiks” jelasnya sambil terisak-isak

Setelah mendengar jawaban Ine aku sumringah, entah kenapa aku jadi orang paling bahagia sekarang. Tapi aku inget Ine belum cerita sedihnya. Akupun menyiapkan mental sekuat-kuatnya.

“Makasih mbak atas perasaannya kepadaku. Terus cerita sedihnya gimana mbak?” Tanyaku sambil aku degh-deghan.

HIKS.. HIKSS.. HIKSS.. HUHUHUHU !!!

Tangisan Ine semakin dalam, aku menatapnya penuh iba sambil menyiapkan mental.

“Hiks. Hiks.. ta...pi, ta..pi a...ku ti..daaakk bisaaa Ntung, Huaaa. Hikss..hiks.. hiks” katanya terbata-bata menahan tangis “aa..aaa..aku Hamik Ntung, hiks..huaaa. Aku gak mau kamu tanggung jawab atas anak yang bukan benihmu. Huaahhh.. Itulaah kena..pa Papa jatuh sakit karena kondisiku yang berbadan dua ini. Huaaa.. hiks..hiks hiks”

“Aaaa....paa?? Ka...kamu hamilll mbakk??” Ucapku tidak percaya bahwa Ine hamil. Yang jelas bukan aku pelakunya. Tapi siapa??.

Cuk.. Apes lagi sepertinya aku kembali ke kota. Sudah meninggalkan kerjaanku, cintaku pun kandas. Huft. Untung hanyalah namaku bukan nasibku. Fuck.








TAMAT
Lanjut dong suhu....ms trgantung begitu ...
 
Epilog



INE

“Saya nikahkan dan kawinkan saudara Untung Ferdinad Bin Junaidi dengan anak saya Ine Febrianti Binti Ahmad Karim dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan Emas sebesar 2 gram di bayar Tunai”

“Saya terima nikah dan kawinnya Ine Febrianti binti Ahmad Karim dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai”

“SAH”

“SAH”

“Alhamdulillah”

Lega rasanya akhirnya aku menikahi seseorang yang menjadi pujaan hatiku selama ini. Ternyata jodoh tidak jauh dari keberadaan kita.

Dan wali nikahku tadi adalah Pak Karim Sendiri. Pak Karim sudah sehat sekarang. Beliau berangsur cepat sembuh setelah mendengar kabar bahwa aku akan menikahi Ine. Dan sekarang kondisi Pak Karim sudah sehat, kalau bicara sudah lancar, tetapi tetap saja tidak sehat seluruhnya karena Pak Karim kalau berjalan masih menggunakan alat penyangga. Ternyata selama ini Pak Karim memikirkan nasib Ine karena hamil tanpa Suami. Pak Karim awalnya marah besar ketika mengetahui Ine ternyata hamil. Tapi karena sudah kejadian, mau di apakan lagi, mau gak mau harus menerima kenyataan. Yang bikin Pak Karim jatuh sakit selain pengakuan Ine yang hamil ternyata pacar Ine yang menghamili yaitu Fian ternyata tewas kecelakaan sewaktu dia berangkat ke rumah Ine yang rencana awalnya mau melamar sekaligus memberikan pengakuan bahwa Ine hamil.

Hal itulah yang membuat Pak Karim terus menerus memikirkan nasib Ine, hamil tanpa suami, apa kata orang. Mau di gugurkan Pak Karim tidak tega karena akan sangat berdosa sekali jika hal itu dilakukan. Berhari-hari Pak Karim memikirkan nasib Ine mengakibatkan penyakit stroke datang ke badan Pak Karim.

Sedangkan kenapa aku mau bertanggung jawab ke Ine? Yang pertama aku terlanjur sayang dan cinta yang kedua aku merasa kasihan melihat kenyataan dan kondisi Ine maupun Pak Karim. Aku berpikir gimana kalau posisiku sebagai Pak Karim? Mungkin aku sudah mencoba untuk bunuh diri. Akhirnya dengan ketetapan hati dan segala konsekuen yang nantinya aku terima aku bersedia tanggung jawab atas kehamilan Ine.

Setelah acara tembak menembak dan memutusi aki bersedia itu, besoknya aki menghadap Bu Juleha sekaligus Pak Karim. Awalnya mereka kaget sekaligus tidak percaya. Bu Juleha berkali-kali bertanya kepadaku apakah aku mabuk atau gimana? Sehingga tiba-tiba aku bersedia seperti itu. Kemudian aku bercerita kejadian dan bagaimana perasaanku kepada Ine.

“Aku gak mau kamu hanya merasa kasihan kepada Ine, karena suatu saat nanti jika kalian berumah tangga. Masalah kehamilan dan anak yang di kandung ini pasti akan kamu bahas terus yang menyebabkan kalian bercerai? Kamu jangan mencoba jadi pahlawan kesiangan apabila suatu hati nanti kamu masih gak terima dengan kondisi Ine sekarang?”

Itulah perkataan Bu Juleha waktu itu, tapi aku meyakinkan kepada Bu Juleha bahwa aki bulan sok-sok pahlawan kesiangan, aku menerima Ine apa adanya dan dalam kondisi sekarang Ine. Aku juga siap menerima konsekuensi jika nantinya ada orang yang tahu aib ini kemudian di sebar luaskana, aki siap menanggungnya.

Setelah Bu Juleha menginterogasiku daan aku masih kukuh pada pendirian, lama-lama Bu Juleha menangis penuh kebahagian sambil memelukku erat. Begitupun dengan Pak Karim beliau hanya memandangku sambil menagis tapi guratan wajahnya sedang tersenyum. Akhinya Bu Juleha meminta proses ijaban di percepat agar aib ini hanya keluarga yang tahu. Bu Juleha menjadwalkan jangan sampai lebih dari 1 bulan prosesnya. Agar perut Ine tidak semakin membesar.

Akhirnya hari itu juga dengan di temani Ine aku langsung menuju desaku melengkapi persyaratan pendaftaran nikah ke KUA, seperti Kartu keluarga, akta kelahiran dan proses pindah nikah ke kantor kelurahan desaku menuju kelurahan tempat tinggalnya Ine.

Sekitar 1 minggu proses persyaratan nikah sudah beres sekalian tanggal ijabnya. Kemudian aku mencari maharnya dengan di temani Ine, jadi setiap hari mulai aku kerja di meubel, mengurusi pendaftaran dan mencari mahar semuanya di temani Ine. Aku sudah melarangnya agar kondisinya tidak drop, apalagi usia kehamilannya masih tergolong muda. Tapi Ine bersikukuh untuk menemaniku terus.

Kenyataan kembali terjadi menimpa Ine. Sewaktu ijaban kurang seminggu, semua persyaratan udah lengkap sekaligus mahar-maharnya. Musibah terjadi lagi, Ine kelelahan karena terus menemaniku hingga akhirnya Ine pendarahan hebat pada kandungannya dan pada akhirnya Ine mengalami KEGUGURAN. Antara Senang dan sedih menerima musibah ini, senangnya adalah aku tidak jadi punya anak yang bukan darah dagingku, sedihnya adalah tidak tega menyaksikan Ine kesakitan sewaktu di bersihkan gumpalan darah di vaginanya, dan yang sedih aku tidak bisa berhubungan badan dulu selama kurang lebih 1,5 bulan sampai 2 bulan. Padahal ijaban sekitar 1 minggu lagi. Huft. Gak bisa malam pertama jadinya.



===



Sekarang kita lagi bercengkerama dengan keluarga, proses ijaban tadi Pak Karim hanya mengundang keluarga dekat sama tetangga dekat karena persiapan yang hanya beberapa minggu saja. Tadinya Pak Karim hanya menginginkan acara ijaban saja tanpa resepsi, setelah tahu Ine keguguran akhirnya Pak Karim berencana menggelar resepsi besar-besaran yang di hadiri kerabat, teman dan pejabat-pejabat yang ada di kota ini. Tak lupa aku juga akan mengundang teman-temanku SMP maupun STM.

Satu persatu tamu mulai berpamitan. Kita mulai berdiskusi mengenai acara resepsi, di mulai dari sewa gedung, vendor, maupun EO acara sampai sore.

Malamnya aku sudah berganti kamar, biasanya aku di kamar belakang sekarang aku di kamar depan tepatnya di kamar Ine.

“Akhirnya kita jadi sepasang suami istri ya sayang, ternyata jodohku orang terdekat, gak nyangka aku sayang”

“Alhamdulillah Mbak,...” masih belum selesai sudah di potong lagi.

“Ih kok masih panggil mbak terus”

“Ohya maaf sayang.. ih gitu aja ngambek.. gelitikin nih”

Kita tertawa sambil aku nggelitiki perut Ine, sampai Ine minta ampun karena dia tidak kuat kalau di gelitikin. Hingga akhirnya bibir kita berdekatan dan .......

Cupp.. Mmuuaacchhh.. Smocchhh.. smocchhh.. smochhh smochhh. Mmwuacchh.

Kita melakukan french kiss. Tidak ada bosannya aku sama bibir Ine.

Cupp.. mmwuacchhh.. smocchh.. smocchhh.. smoccchhhhh

Tanganku pun langsung mengarah ke payudara imutnya. Aku langsung meremasnya pelan-pelan.

“Aahhhh.. smochhh..smocchh..smocchhh” desah ine sambil kita tetap berpagutan.

Akupun membuka baju dan kaitan BHnya.

Clik..

Terpampanglah payudara indah Ine, meskipun tidak terlalu besar seperti Bu Juleha tapi yang aku sukai adalah puting. Kecil dan berwarna coklat muda.

Akupun memandang penih kekaguman, tiba-tiba tangan Ine menutupi payudaranya.

“Ihh. Kok dilihatin aja se sayang?”

“Bentuknya indah sayang, imut dan menggemaskan putingmu” ucapku seraya membuka tangannya yang menutupi payudaranya.

Langsung aku habis payudara Ine, kanan kiri aku kenyot terus.

“Aahhh.. ahhh.. ahhh. Enakk sayangg.. aahhh..uuhhh”

Setelah puas aku pun menelusuri perutnya yang masih sedikit menggendut akibat hamilnya itu. Aku menjilati pusarnya.

“Sayang jangan di situ. Geliiii.. aahhh.. aahh”

Akupun tidak menghiraukannya. Aku jilati sampai dia ampun-ampun kegelian. Kemudian lidahku turrun ke bawah tapi tidak menuju vaginanya dulu, lodahku menuju paha ke bawah sampai talapak kakinya. Habis kaki kakan ke kiri, kaki yang jenjang dan mulus membuatku betah menjilatinya. Setelah puas, aku ke atas ka arah vaginanya. Satu kata untuk menggambarkan vaginanya yaitu Beautiful, dengan jembutnya yang tipis, belahannya kemerah mudaan membuatku segera untuk menjilatnya, merasakan seperti apa rasanya vagina yang indah ini.

“Ooohhh.. sayaanggg, kamu apain? Jangan yang, jijik” ucapnya seraya tangannya mendorong kepalaku menjauh dari vaginanya.

Tanpa menjawab, aku halau tangannya langsung lidahku menuju belahan vaginanya.

Sluruppp.. sluruppp.. slurupp..

Bunyi jilatanku di vaginanya dan langsung menuju klitorisnya

“Aahhh.. ohhh.. aahhh.. ohhh. Enakk sayang.. aahhh.. ohhhh”

Semakin lama semakin keluar cairan di vaginanya, tanpa jijik aku semakin beringas menjilatinya. Semakin dalam aku menjilatinya. Terlihat Ine menggeliat menahan gairah yang semakin lama semakin memuncak.

“Aahhh.. sayangg.. aahhh.. aku mau pipis sayaangg.. aahhh.. oohhh.. aahhh”

Mendengar Ine mau orgasme,aku semakin mempercepat jilatanku.

“Aaakuuu pipiiiissss saaaayaananggg. Aaahhh.. ohhh aaahhh”

CRett.. crettt.. crettt

Aku menghabiskan cairan orgasmenya tak lupa aku juga menelannya.

“Sayangg, masukin ya?” tanyaku dengan wajah mengharap karena aku sudah sangat menginginkan untuk mengasah Tole.
“Jangan sayang, kata dokter nanti infeksi kalau kamu masukin, sini aku blowjob saja ya sayang sampai keluar” ucapnya langsung mendorong tubuhku hingga terlentang. Akupun hanya sabar dan pasrah saja.

Ccupp.. mwuaachhh.. smocchhh.. smocchh.. smochhh mmwuacchh.

Ine mencium bibirku, setelah dari bibir turun ke leher kemudian ke dadaku, dadaku di cupang sampai merah kemudian menjilat putingku.

“Oohh.. enakk sayang.. aahh”desahku

Setelah puas menjilat putingku, turun lagi ke perutku. Pusarku dijilatnya, Ine mau balas dendam karena tadi aku buat geli di pusarnya. Tapi karena aku tahan geli jadinya aku hanya mendesis saja.

“Aahh.. enakk sayaangg.. terusinn”

“Ihh kok gak geli se” ucapnya sambil cemberut karena niatnya mau gelitikin aku.

“Hehehe. Ayo lanjutin”

Niatnya mau balas dendam tetapi karena aku gak geli amat , akhirnya pusarku dijilat hanya sebentar saja. Kemudian Ine membuka celana kolorku dan CDku.

TUINGG !!

Tole keluar dengan gagahnya.

“Wow.. besarnya sayangg” ucapnya kagum

“Iya donk, namanya tole ini. Kenalan gih. Tole sekarang milikmu selamanya sayang” ujarku sambil mengelus rambutnya.

“Hai tole, kamu milikku ya, tapi aku mau ke bawah dulu ya. Cupp” ucapnya berkenalan dengan tole tapi Ine hanya mengecupnya saja. Kemudian dia menuju ke bawah ke pahaku, dia melakukan sama seperti apa yang aku lakukan tadi.

Cup.. cup.. cup.. sluruppp

Buyi kecupan dan jilatan ke semua kakiku, habis kanan menuju kiri. Setelah puas menjilati jari-jari kakiku jilatan Ine ke atas lagi. Menuju Tole lagi.

“Tole aku sudah kembali. Siap-siap ya” katanya sambil membelai tole dan mengelusnya.

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

“Aahhh.. enak sayang seponganmu. Aahhh ohhhh” desahku ketika tole amblas di dalam mulut Ine.

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

Masih terus di kecup, dijilat, disepong keluar masuk mulutnya Ine. Begitu seterusnya sampai 15 menit tidaak berhenti. Tak lupa biji zakarku juga dijilatnya. Rasanya semriwing melayang ke langit ketujuh ketika zakarku dijilatnya.

“Sayang, kok lama gak keluar-keluar se, capek nih mulutku” gerutunya

“Sabar sayang, itu pertanda Tole itu gagah perkasa sayang. Buktinya tahan lama sayang”

“Iyakah? Kira-kira kalau di masukkan berapa kali pipis aku sayang?” tanyanya dengan polos.

“Kurang lebih 5x sayang” jawabku cepat

“Wow amazing. Awas kalau gak bisa 5x kamu tole, aku gigit nanti” ujarnya mengancam Tole. Mati aku kalau sampai Tole gak tajam lagi.

“Sudah lanjutin lagi sayang, sambil tanganmu memilin putingku sayang” ucapku sambil mengarahkan tangannya ke dadaku.

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

Ine terus mengulum tole sambil tangannya memilin putingku, aku pun sudah merasakan spermaku naik dari biji zakar menuju helmnya tole.

“Sayang, cepetin.. aku mau keluar. Aahh” desahku

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

Cup.. sluruppp.. slurupp sluruuppp..

Cloppp.. cloppp..cloppp

“Ah sayangg, enakk.. aku mau keluarr. Aahhh. Ahhh”
CROTT.. CROTTT.. CROTTT CROTTT CROTTT

Tole menembakkan spermaku 5x, awalnya aku mengira Ine menjauh ketika aku bilang keluar. Ternyata tidak, Ine malah memasukkan tole semakin dalam ke mulutnya.

Terlihat mulut Ine penuh dengan spermaku.

Glek.. glek.. glek.. glek !!

Gila, semuanya di telan sampai tak bersisa.

“Enak yang, gurih-gurih asin. Baru pertama aku nelan sperma sayang. Enak ternyata. Hehe” Ujarnya sambil menjilat-jilat tumpahan sperma yang mau keluar dari mulutnya.

“Hehe. Gak nyangka kamu nelen semuanya tanpa sisa sayang. Sekali ini saja ya. Besok dimasukkan ke dalam vaginamu aja, biar jadi Untung junior. Hehe”

“Selama belum bisa di masukin vagina ya aku telen aja sayang, eman kan kalau di buang. Hehe”

“Iya makasih sayang. Aku puas. Love u. Bersih-bersih yuk”

“Love u too, ayukk”

Kemudian kita bersih-bersih di kamar mandi. Setelah itu aku berpamitan ke Ine untuk merokok dan menghabiskan kopi di halaman belakang. Karena tadi sebelum ke kamar aku minum kopi tapi belum habis. Dan Ine bilang untuk tidur karena capek.

Aku keluar kamar pelan-pelan karena takut membangunkan Pak Karim dan Bu Juleha. Setelah ngopi sambil melamun memikirkan perjalanan panjang dari kecil sampai sekarang yang sudah sah menjadi suaminya Ine. Aku bersyukur dapat mertua kaya. Semoga nasibku beruntung mengarungi bahtera rumah tangga dengan Ine. Amin.

Setelah kopi habis dan rokok juga habis, aku mau balik kamar untuk istirahat. Saat aku berjalan melewati pintu samar-samar terdapat bayangan hitam dengan rambut panjang. Karena sewaktu aku merokok ruangannya aku matikan lampunya jadi tak terlihat siapakah bayangan hitam itu. Akupun kaget mau teriak. “Hantu apaan tu?” Batinku. Akupun menyalakan senter yang ada di fitur handphone. Dan ternyata hantu itu adalah



“Sudah puas malam pertama dengan Ine ntung?” tanyanya sambil bersandar di gawang pintu.

Akupun reflek menggelengkan kepala. Karena jujur keluar melalui mulut gak seenak melalui vagina.

“Mau di puasin lagi gak?”ucapnya sambil tersenyum.

Akupun diam tidak menjawab karena masih kaget apa yang barusan aku dengar.

“Kamu boleh menikahi anakku, tapi jangan lupakan kisah indah kita sayang” imbuhnya lagi

FUCK !!

Entah ini malapetaka atau rejeki. Aku bingung harus bagaimana? Apakah aku akan mengkhianati Ine? apakah aku akan mengkhianati Pak Karim lagi?

“Masak kamu gak kasihan aku, Papa sudah peltu sekarang karena penyakit strokenya. Apa kamu tega?” godanya lagi. Ya aku sekarang memanggil Pak Karim dengan Papa dan Bu Juleha dengan Mama bukan Bapak maupun Ibu lagi sejak tadi pagi setelah ijab qabul.

SHITTT !!

Jujur aku menginginkannya. Aku kangen payudaranya yang sebesar galon aqua. “Oh Tuhan, terima kasih atas segala kebaikan dan keberuntungan atas nasibku ini” batinku mensyukuri nikmat-Nya.

Akupun mendekat dan......

Mmwuaachhhh.. Smoocchhhh.. Smoccchhh.. Smocchhhh.

Kita berpagutan cukup lama.

“Aku selalu kangen ini mamaku sayang” ucapku sambil meremas kasar aqua galonnya.

“Tapi aku lihat Ine dulu ya Ma.. jangan sampai ketahuan” ujarku seraya berjalan sambil jinjit untuk mengintip Ine apakah sudah tidur atau belum.

Dan keberuntungan memihakku malam ini. Terlihat Ine tidur dengan pulasnya. Kemudian aku kembali dan menggendong Bu Juleha ke kamarku yang dulu. Kamar yang aku tempati sewaktu masih sekolah.

Aku membolak balikkan Bu Juleha seperti menggoreng tempe. Sampai Bu Juleha orgasme 5x.
(SS sama Bu Juleha bayangin sendiri ya.. Hehe.)

Akhirnya selain melayani Istri juga melayani Bu Juleha. Tapi Bu Juleha hanya meminta seminggu sekali. Sedangkan Ine sewaktu-waktu kalau lagi kepengen.





(Tamat)

=====
Terima kasih saya ucapkan kepada admin, sub mod, maupun moderator yang telah mengijinkan saya untuk berkarya menuangkan ide-ide liar.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada seluruh member forum yang telah setia membaca cerita saya.
Saya meminta maaf apabila terdapat banyak typo, alur yang gak nyambung atau apapun itu karena saya masih belajar menulis dan mengetik cerita.
:ampun:

Semoga saya bisa menulis cerita lagi di lain waktu.

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Dan semoga virus covid 19 segera musnah di bulan Ramadhan ini.

Sampai jumpa di lain waktu.
:bye:


Salam
Mundu89
Bisa di perjelas kisah xxx selanjutx dgn ibu juleha suhu...hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd