Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

Bimabet
PART 61

POV Uli




Setelah Dendi dan temannya pergi, aku langsung terduduk di sofa. Kesadaranku sudah pulih 100% setelah aku sempat terbuai saat digagahi oleh Dendi. Aku langsung membenamkan kepalaku ke pangkuanku sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Sementara suamiku Kang Suhada tidak berucap sepatah kata pun.

Karena suara tangisan ku yang cukup keras, kedua buah hatikupun terbangun. Lisa yang saat ini sudah kelas 3 SMP keluar lebih dulu dari kamarnya dan menghampiriku.



Lisa:”Mamah, mamah kenapa? Sepertinya dia sudah duduk di sampingku.

Aku tak bisa menjawab, suara ku terasa kelu, hanya tangisanku yang makin menjadi, aku merasa tubuhku begitu kotor, aku malu terhadap anakku. Aku pun mendengar pintu berderit, mungkin Arif anakku yang nomer dua juga terbangun.

Akhirnya ku dengar suara suamiku.

Kang Suhada:”Neng, aa tidur lagi aza, mamah dan papah cuma beda pendapat dikit, kalian tidur aza” ucap suamiku dengan suara sedikit serak.



Lisa:”Dek, ayo kita tidur, gpp” ucapnya. Memang anakku penurut dan Lisa sudah cukup dewasa. Sepertinya Lisa sudah meninggalkan kami. Terdengar lagi suara Kang Suhada suamiku.

Kang Suhada:”Mah, udah malu nanti kedengaran tetangga, kita ke kamar saja”

Saya:”Terus Papah gak malu waktu memperkosa si Dewi, terus Papah juga gak malu istrinya dikentot orang, sementara Papah nunggu di dalam rumah” ucapku sambil sesegukan. Aku pun sudah tidak menangis dengan suara keras hanya sesegukan sesekali. Aku pun mengangkat kepalaku tanpa menatap wajah suamiku.



Suhada suamiku tidak menjawab tapi malah menuntunku untuk berdiri. Aku pun mengikutinya karena aku pun tak mau membuat kedua anakku khawatir, mereka pasti mengira aku berantem dengan suamiku. Suamiku pun menuntunku masuk ke dalam kamar dan kami tak ada yang bicara sepatah katapun. Suamiku pun langsung mengunci pintu kamar. Sementara aku duduk di bibir kasur di mana aku tadi digauli oleh Dendi seprai tampak acak-acakkan karena aku memang belum sempat membereskannya.



Suamiku Kang Suhada pun duduk di samping saya dengan kepala tertunduk. Perasaanku campur aduk antara marah sama perbuatan suamiku yang telah memperkosa istrinya tetanggaku dan seolah dengan mudahnya membiarkan Dendi membalas dendam dengan mengauliku, juga aku malu kepada suamiku karena tubuhku telah kotor. Walau aku begitu marah sama suamiku tapi kami telah hidup bersama lebih kurang 15 tahun, aku masih tetap mencintai suamiku dengan segala kekurangan dia.



Aku masih sesegukan tanpa bisa mengatakan apapun begitu juga suamiku diam seribu bahasa. Akhirnya aku membuka pembicaraan karena suamiku dari tadi diam saja.

Saya:”Pah, setelah kejadian ini sekarang kita harus gimana? Ucapku dengan suara masih sedikit serak tapi kali ini saya sudah lebih bisa mengendalikan diri..

Suami saya menarik nafasnya panjang-panjang sebelum menjawab pertanyaan dari saya.

Kang Suhada:”Mah, kita lupain semua ini, kita lanjutkan hidup kita, anggap semua tak pernah terjadi, semua salah Papah, papah betul-betul minta maaf, papah khilaf sudah memperkosa ibu Dewi, gak terpikir bakal jadi begini” ucap suami dengan suara memelas.



Aku menarik nafas panjang, begitu mudahnya suami bilang untuk melupakan semua ini dan seolah tak terjadi apapun.

Saya:”Memang bisa segitu gampangnya Pah, kita nganggap seperti tidak terjadi apapun?

Kang Suhada menggelengkan kepalanya dan menarik nafasnya kembali dalam-dalam.

Kang Suhada:”Aku gak tahu harus gimana mah, nasi sudah menjadi bubur, kalau sampai ini diproses ke ranah hukum dan papah di penjara, imbasnya akan ke anak-anak juga, mungkin mereka akan dibully dan mental mereka bagaimana? Terus gimana biaya sekolah mereka, jadi papah dengan terpaksa mengambil keputusan….”Kang Suhada tidak meneruskan ucapannya.



Kini giliran aku yang menarik nafas panjang, sedkit kemarahanku berkurang ke suamiku. Benar apa yang dikatakannya, jika sampai suamiku dipenjara, tentu anak-anak akan ikut terdampak, tidak hanya secara ekonomi tapi juga secara mental. Aku menjadi sedikit memahami kenapa suamiku memilih mengorbankan aku.

Saya:”Ya, mamah sekarang ngerti kenapa Papah memutuskan untuk membiarkan Kang Dendi balas dendam dengan cara menggauli mamah, mamah rasa memang tidak ada pilihan lain” ucapku sambil kini giliranku yang menarik nafas panjang. Saya pun kembali berbicara.

Saya:”Biar mamah yang menanggung aib ini, jangan sampai anak-anak kenapa-kenapa, tapi mamah cuma pengen tahu, kenapa papah bisa khilaf sampai tega memperkosa Dewi? Apa karena papah bosan dengan mamah? Mamah tidak menarik lagi?Selama ini mamah tidak melihat hal buruk di diri papah” ucap saya yang memang sangat penasaran kenapa sampai suamiku melakukan hal yang keji.



Kang Suhada:”Sekali lagi maafin Papah mah, awalnya tidak ada niatan sama sekali untuk melakukan itu, sampai suatu hari saat sedang mengawasi pekerjaan anak-anak di sebuah ruangan yang kebetulan bersebelahan dengan kamarnya si Dendi dan si Dewi, kita gak sengaja denger suara orang yang lagi gituan, jadi penasaran kita dengerin dan suaranya malah semakin keras terutama yang perempuan yang kita yakin itu Dewi, mereka ewean di siang bolong sampai teriak-teriak bikin kita semua sange” ucap suami saya tanpa berani menatap saya.

Saya:”Terus…?

Kang Suhada:”Ya kebetulan ventilasinya nyambung dengan ruangan yang lagi kita renov, jadi kita bergantian ngintip mereka mah sampai mereka selesai”

Saya:”Terus papah langsung kepikiran buat perkosa Dewi gitu?

Kang Suhada:”Ya kita ngobrol dan terus terang ngelihat badannya Dewi kita jadi terangsang berat dan mulai timbul omongan macam-macam, apa harus papah ceritain mah? Tanya suamiku.



Saya:”Ia Pah, harus kamu ceritakan jangan lagi ditutupi” ucap saya dengan nada sedkiti tinggi.

Kang Suhada:”Ia, terus Bu Dewi juga kalau pagi sering senam deket kolam renang yang lagi kita buat, terus dia suka pakai celana legging yang tipis menerawang, jadi otomatis pandangan kita ke bokong dia mah, kita pun jadi saling bicara dan entah siapa ngompori untuk melakukan perbuatan itu”

Saya:”Bukan akang kan yang jadi dalangnya?

Suhada:”Gak ada spontan semua sepakat”

Saya:”Cangcutnya Dewi kelihatan? Jadi karena itu akan makin tertarik dengan Dewi” ucap saya lagi kali ini suami saya membalas tatapan saya sebentar lalu menundukan kepalanya lagi.



Kang Suhada:”Ia, jadi kalau dia senam kita semua ngelihatin dia terus terutama pantatnya, mungkin karena dia lagi hamil pantatnya makin kelihatan gede apalagi leggingnya menerawang, jadi kita bisa tahu warna cangcut yang dia pakai” ucap suamiku terlihat sedikit malu-malu saat mengucapkan pantat istri Dendi gede.

Saya:”Terus Dewinya tahu gak?

Kang Suhada:”Ya nggak, kan membelakangi”

Saya:”Memang segitu tipisnya, sampai papah bisa tahu warna cangcut yang dipakai Dewi?

Suamiku menganggukan kepalanya.



Saya pun menarik nafas panjang.

Saya:”Ya, bukan menjadi pembenaran tapi ya kadang akibat pakaian si perempuan bisa membuat laki-laki punya niat jahat, tapi tetap saja di mana-mana juga papah bakal tetap salah”

Kang Suhada:”Ia papah memang salah, khilaf mah, ampuni papah mah”

Saya:”Papah gak cuma harus minta ampun sama mamah, tapi sama Tuhan juga, mamah juga harus minta ampun sama Tuhan, mamah sekarang seorang ustazah juga ibu yang kotor” ucap saya dengan suara bergetar dan rasa sedih kembali timbul di hati saya.



Saya dan suami pun kembali terdiam, tak ada rasa kantuk padahal sekarang sudah lewat tengah malam.

Kang Suhada:”Terus papah harus gimana, mamah gak mau maafin papah?

Saya:”Bagaimana juga papah suami mamah, dan bapak dari anak-anak, ya mamah gak bisa bohong, mamah marah sekali sama papah, tapi mamah mah tetep maafin papah” ucap saya dan mulai sedikit sesegukan kembali. Kesedihan kembali mendera saya.



Kang Suhada:”Makasih mah, maafin papah sudah membawa mamah dalam permasalah yang papah timbulkan”

Saya:”Sudah berapa kali papah minta maaf, sudahlah, sekarang mamah mau tanya lagi…” ucap saya.

Kang Suhada:”Tanya apa mah?

Saya:”Gimana perasaan papah sama mamah, apa papah masih cinta dan sayang sama mamah, mamah sekarang bukan lagi yang tadi sore, mamah sudah menjadi seorang istri yang ternoda, seorang ibu yang kotor, seorang ustazah yang hina, mungkin gak pantes lagi dibilang ustazah” ucap saya dan hampir kembali menangis.



Suami saya pun segera memegang kepala saya yang sedang menunduk dan begitu kepala saya diangkat agar mata saya saling bertatapan dengan suami saya, air mata kembali meleleh sampai ke pipi saya.

Kang Suhada:”Semua ini salah papah, jadi rasanya gak perlu mamah bertanya begitu, papah akan selalu cinta dan sayang sama mamah”

Saya:”Kalau sayang kenapa Papah biarin kang Dendi memperkosa mamah di kamar ini, di ranjang pernikahan kita Pah, terus papah ada di rumah ini,cuma duduk di ruang tamu membiarkan istri berada dalam kamar bersama bukan muhrimnya” ucap saya yang tentu membuat suami saya semakin bersalah.

Kang Suhada:”Sekali lagi maafin papah, papah gak punya pilihan” ucapnya singkat.

Saya:”Ia papah udah bilang itu di awal” suami saya kemudian memeluk saya dengan erat. Saya pun membenamkan wajah saya di dada suami saya.



Saya:”Papah bener masih sayang dan cinta sama mamah?

Kang Suhada:”Tentu saja mah, tidak akan pernah berubah walau papah sudah pernah melakukan khilaf” ucap Kang Suhada.

Saya:”Tapi badan mamah sudah kotor Pah, mamah sudah dinodain sama kang Dendi, bahkan dia tidak melakukannya cuma sekali, tapi tadi dia menyetubuhi mamah berkali-kali” ucapku dan tak tahan lagi aku pun menangis.

Kang Suhada:”Semua gara-gara Papah mah, Papah tetap cinta sama mamah, mungkin tubuh mamah sudah kotor, sama dengan tubuh papah apa bedanya, tapi hati mamah tetap suci” ucap suami saya.

Saya:”Gak mungkin Pah, para suami pasti cintanya akan berkurang begitu tahu istrinya sudah pernah dinodain orang, sudah dirampas kehormatannya oleh orang lain” ucap saya.

Kang Suhada:”Tidak mah, tidak begitu, justru karena kejadian ini dan mamah masih ikhlas maafin papah, rasa sayang papah ke mamah makin besar, mamah adalah bidadari yang suci tapi punya suami jahat, busuk seperti papah” ucap suami saya dengan suara yang berat sambil tangannya mengelus-elus melepas jilbab saya dan mengelus-elus rambut saya yang acak-acakkan hasil pergumulan dengan Dendi beberapa saat yang lalu.



Kang Suhada pun mencium kening saya beberapa kali.

Saya:”Apa papah masih mau menyentuh mamah? Dengan tubuh mamah yang sudah kotor dan ternoda? Ucap saya.

Suami saya tidak menjawab tapi mencium bibir saya lalu melumatnya. Saya pun membalas ciuman suami saya.

Kami berciuman untuk beberapa saat.

Kemudian ciuman Kang Suhada pun turun berpindah ke leher dekat telinga. Kang Suhada pasti dapat melihat banyaknya bekas cupangan di leher saya.



Saya:”Pah, bahkan kamu bisa melihat noda itu, belum hilang dari tubuh mamah, cupangan-cupangan yang diberikan Pak Dendi ke lehernya mamah” ucap saya.

Tapi kang Suhada tidak menjawab malah tetap menjilati leher saya.

Saya:”Noda cupangan di leher mamah bisa hilang, hilang bentuknya saja Pah, tapi sebenarnya tetap nempel di tubuh istrimu ini seumur hidup aaagh” ucap saya sambil mendesah karena suami saya pun menyedot dan menggigit leher saya kuat-kuat.



Kini tak hanya lidah kang Suhada yang berarksi, tangannya kini mulai meremas-remas tetek saya yang tanpa bh.

Saya:”Aaagh Pah, enak aaagh”

Kang Suhada menghentikan hisapannya di leher saya dan kemudian dia berkata.

Kang Suhada:”Mah, tadi si Dendi maksa kamu ikut keluar dan gak boleh pakai kutang sama cangcut?

Saya:”Ia Pah, dia maksa mamah ikut, cangcut dan kutang yang tadi mamah pakai dibawa sama dia, dia sepertinya puas banget bisa lecehkan mamah depan papah langsung, papah tadi cuma diam saat kang Dendi narik baju gamis mamah sampai ke pinggang, bool mamah dan momok mamah (saya dan suami kalau lagi bercinta sudah teribiasa ngomong jorok, meski saya seorang ustazah, ini untuk membuat kita lebih bergairah) pun bisa dilihat langsung juga oleh temennya dia, papah cuma diam aza” ucap saya dan tangisan saya pun mulai kembali pecah, saya kembali terisak-isak mengingat kejadian terakhir tadi.



Kang Suhada:”Maafin papah mah, Papah gak bisa buat apa-apa”

Saya:”Ia, mamah tahu aaagh, Pah, papah bener ini pengen bercinta dengan mamah? Kan belum lama tubuh mamah baru habis dinodain orang lain”

Kang Suhada:”Papah tetap bergairah mah” ucap suami saya sambil menarik gaun gamis saya, saya pun segera berdiri membiarkan suami saya melolosi gaun saya melalui atas kepala saya.

Saya pun segera telanjang bulat karena sudah tak memakai pakaian dalam. Saya pun membantu suami saya melepas semua pakaiannya hingga dia pun telanjang bulat. Begitu suami saya telanjang bulat tanpa sadar saya mulai membandingkan dia dengan Dendi.



Badan suami saya tergolong kurus walau gak kurus-kurus amat, kulitnya sedikit hitam walau aslinya dia putih walau gak putih-putih amat. Mungkin karena kerjanya sebagai mandor bangunan malah dulunya tukang bangunan sehingga kulitnya terbakar matahari. Berbeda dengan Kang Dendi yang bener-bener berkulit putih bahkan lebih putih dari kulit saya dan istrinya. Kecuali perutnya buncit tapi keseluruhan cukup berisi.



Dari segi wajah jelas suami saya kalah dari Dendi. Tapi sebenarnya suami saya tidak bisa digolongkan jelek terlebih wajahnya bercahaya karena dia rajin beribadah dan dia adalah anak orang kuat agamanya. Ibu dan bapak mertuaku keduanya merupakan seorang haji dan hajjah dan bapaknya merangkap ustadz sehingga anaknya pun mempunyai nama yang bagus yaitu Suhada.



Mata saya pun turun ke selangkangan suami saya. Kontol suami saya sudah menegang. Sebenarnya bagi saya ukuran suami saya sudah sangat besar dan lumayan panjang juga sampai saya melihat punya Kang Dendi tadi yang ternyata jauh lebih besar dan sedikit lebih panjang. Aku bukan perempuan yang suka menonton bokep meski saat sekolah aku pernah melihatnya dan aku tahu gimana ukuran barang orang luar negeri.



Aku pun segera berjongkok di depan selangkangan suami saya.

Melakukan blow job bagiku bukan hal tabu meski aku seorang ustazah, yang penting suami puas.

Aku pun segera memegang kontol suamiku dan mulai menjilatinya.

Kang Suhada:”Mah, tadi kamu isep kontolnya si Dendi gak? Tanya suamiku.

Saya:”Gak ada Pah, dia langsung ngewein mamah”

Suhada:”Ih mamah nakal, ngomongnya jorok, kamu kan ustazah, tapi sama Dendi mamah gak keceplosan ngomong jorok kan?

Saya:”Tapi papah kan sukanya aku kayak gitu kan? Ucap saya tanpa menjawab lengkap pertanyaan suami saya.



Tapi suami saya tidak menjawab, malah mendorong kontolnya memasuki mulut saya. Kang Suhada memegang kepala saya dan mendorong maju mundur.

Ku lihat suami saya matanya merem-melek menikmati sepongan dari saya. Meski dulu sebelum menikah saya menganggap seks adalah hal tabu tapi setelah menikah saya total melakukan apapun yang diinginkan suami saya.

Kontol kang Suhada sudah semakin keras, meski tak sekeras punya Dendi yang beberapa saat yang lalu saya rasakan beberapa kali.



Kang Suhada:”Udah, stop dulu mah, papah gak mau keluar dulu, Papah mau keluarnya di heunceut kamu” ucap Kang Suhada.

Saya:”Yakin, Mamah tadi kan habis dizinahi kang Dendi Pah, momok mamah kotor, ada peju dia di dalamnya, biar mamah mandi dulu pah” ucap saya masih berjongkok di depan suami saya dan memegang kontol dia.

Kurasakan kontol kang Suhada semakin bertambah keras dan kepalanya manggut-manggut.

Kang Suhada:”Gak perlu mah, mamah tetap wanita yang suci di mata Papah dan tetap seorang ustazah terhormat, semua yang terjadi sama kamu tadi karena gara-gara papah, bukan salah kamu, biar heunceut kamu papah tambahin peju papah” ucap suami saya sambil menarik saya agar berdiri dan duduk di samping dia. Lalu suami saya pun menarik saya ke dalam pelukannya sambil menciumi tengkuk saya.



Saya pun tetap memegang kontol kang Suhada sambil mengocok-ngocoknya. Sementara kali ini suami saya mulai menjilati leher saya

Saya:”Aaagh, mamah malu pah, leher mamah banyak cupangan kang Dendi”

Kang Suhada:”Gpp Mah, papah justru makin terangsang liat leher bu Ustazah banyak bekas cupangan” ucap suami saya tak terduga.

Saya:”Kontolnya koq makin keras Pah kayak batu?



Kang suhada belum menjawab tapi terus menjilati leher saya dan memberi saya beberapa gigitan, saya yakin semakin banyak merah-merah bekas cupangan di leher dan dekat telinga. Saya pun dibuatnya semakin terangsang.

Kang Suhada:”Mah, papah koq jadi lebih bergairah” ucap suami saya lalu segera melumat bibir saya. Kami pun berciuman untuk beberapa saat. Selanjutnya suami saya melepaskan mulutnya dari mulut saya dan berpindah ke tetek saya.

Saya:”Koq bisa papah malah makin bergairah?



Suami saya pun sejenak berhenti menjilati tetek saya yang juga ada beberapa bekas cupangan Dendi.

Kang Suhada:”Ia mah,papah jadi ngebayangin mamah tadi habis digauli Pak Dendi, tapi malah bikin papah bergairah” ucap suami saya dan kini dia mulai menghisap puting susu saya.

Saya:”Aaagh Pah, koq bisa Papah malah bergairah ngebayangin mamah habis digagahi oleh kang Dendi?

Suami saya tidak menjawab malah menghisap puting susu saya kuat-kuat. Gigitan-gitian kecil pun dia berikan di sekitar puting susu saya sehingga saya yakin semakin banyak warna merah di tetek saya.



Saya:” Aaagh, makin banyak pah, cupangan di susu mamah” ucap saya sambil mengerang kenikmatan. Entah kenapa gairah saya pun menjadi terbakar membayangkan tadi saya habis dientot Dendi dan sekarang saya lagi digumuli suami saya dengan bekas-bekas hasil persetubuhan saya dan kang Dendi masih menempel di tubuh saya.

Suami saya kini melepaskan mulutnya dari dada saya. Dia pun segera naik ke ranjang dan kemudian menarik dan menuntun saya agar segera naik. Setelah naik, Suami saya memangku saya dan direbahkannya saya secara perlahan di tengah ranjang di mana beberapa waktu sebelumnya saya di nodain Kang Dendi di sini.



Suami saya segera menempatkan dirinya di antara dua kaki saya. Dia pun melebarkan kedua kaki saya hingga dia kini semakin bebas menatap memek saya yang tertutup oleh bulu-bulu yang rimbun. Tangan suami saya pun segera menyibakkan rambut kemaluan saya dan mulai meraba-raba memek saya.

Saya:”Aaagh Pah, mainin itilnya aaagh enaaak aaaaagh” ucap saya ketika jari-jari suami saya kang Suhada mulai menyentuh dan mempermainkan itil saya.

Ku lihat Kang Suhada pun tersenyum melihat saya yang mengerang keenakan.



Kang Suhada:”Tadi heunceut kamu dijilatin si Dendi gak mah? Tanya kang Suhada sambil mulai memasukan dua jarinya ke memek saya.

Saya:”aaagh, enggak kang” ucap saya sambil menggelinjang.

Kang Suhada:”Heunceut kamu masih bagus koq mah, biar udah kemasukan kontol orang” ucap suami saya lagi.

Saya:”Aaag Papah, koq gitu ngomongnya uuughhhh” saya pun kembali mendesah dan merasakn memek saya mulai banjir.



Kang Suhada:”Udah banjir mah…” ucapnya sambil menarik kedua jari tangannya lalu menunjukan kepada saya jari tangannya yang basah.

Saya:”Udah Pah, masukan aza, mamah gak kuat” ucap saya kepada Kang Suhada suami saya.

Kang Suhada:”Apa yang dimasukin bu ustazah? Tanya suami saya seolah dia sengaja mempermainkan saya.

Saya:”Aaagh Papah, masukan kontolnya pah, ke momok mamah” ucap saya.

Kang Suhada pun tersenyum lalu dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri bererapa detik dan segera menempelkannya di depan lubang memek saya.



Saya:”Aaaaag Pah, masukan aza aaagh”

Kang Suhada:”Mamah mau, kan tadi heunceut mamah udah dimasukin kontol juga, kontol si Dendi, kata mamah malah dia ewe kamu lebih dari sekali” ucap suami saya membuat saya meradang.

Saya:”Aaagh Papah, ia, tadi mamah habis diewe orang, Papah yang biarkan mamah diewe kang Dendi, sekarang papah yang ewe mamah” ucap saya.

Kang Suhada mulai mendorong kontolnya dan secara perlahan kontol kang Suhada mulai menerobos masuk ke dalam lubang memek saya.



Saya:”Aaaagh, Pah, masuk aaaaghhh”

Kang Suhada:”Apanya yang masuk sayang…?

Saya:”Kontolnya papah aaaagh enak aaagh masuk semuaaahh”

Kontol kang Suhada pun sudah masuk semuanya ke dalam memek saya. Kang Suhada pun segera maju mundur sambil memegangi kedua paha saya.



Ploook…ploook…ploook benturan halus terdengar karena kang Suhada tidak terburu-buru mengentot saya. Dia melakukannya dengan lembut dan perlahan-lahan.

Saya:”Aagh Pah, gimana memek mamah masih enak?

Kang Suhada:”uuuuh enak mah, masih sempit heunceutnya mamah” ucap kang Suhada sambil sedikit ngos-ngosan.



Saya:”Masa Pah? Kan memek mamah tadi habis kemasukan kontolnya Kang Dendi yang lebih gede dan lebih panjang dari kontolnya Papah?

Kang Suhada:”enak koq mah, masih jepit uuugh” ucap kang Suhada sambil mempercepat sodokan kontolnya yang terasa begitu keras dan kakau di dalam memek saya.

Ranjang pun mulai berderit seiring gerakan kang Suhada yang semakin cepat mengentotin memek saya.



Saya:”Ia, mamah juga enak Pah, ewe yang kenceng pah” ucap saya sambil tek berhenti meleguh dan mendesah. Kang Suhada pun semakin semangat menggenjot memek saya.

Ploook..ploooo…ploooook…. keringat mulai membasahi tubuh kami berdua.

Kang Suhada:”Hoosssh…hooooossh…” napas kang Suhada terdengar berat.

Saya:”Aaagh Pah, nikmat Pah, diewe papah halal gak kayak tadi mamah diewe kang Dendi itu namanya zinah” ucap saya dan membuat suami saya seperti makin bergairah. Kedua paha saya dipegang di samping pinggangnya dan dia semakin cepat menyodokan kontolnya.



Kang Suhada:”Bu ustazah, kamu nakal ya, pake ngaku ke akang suami kamu, kamu habis dizinahi si Dendi” ucap Kang Suhada sambil lebih cepat lagi menyodokan kontolnya ke memek saya. Tidak biasanya Kang Suhda mapu bertahan lebih lama dari biasanya.

Saya:”Aaagh Papah jahat, Papah yang biarin mamah dizinahin Kang Dendi uuugh mamah keluar aaaaagh” ucap saya sambil kedua tangan saya mencengkram erat siku kang Suhada saya pun mengejang.

Kang Suhada pun mengetahui aku telah orgasme. Dia pun memperlambat sodokannya.

Aku terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan dari persetubuhanku dengan suamiku. Setelah beberapa saat berlalu, kang Suhada kembali menggenjot tubuhku. Aku pun mengimbangi gerakannya yang semakin lama semakin liar.



Kang Suhada:”Aaagh rasakan nich ustazah penjinah” ucapnya sambil mempercepat sodokannya. Plook..plook…ploook….

Saya:”Akkkh Pah…mamah bukan penjinah aaagh”

Kang Suhada:”Aaagh Papah gak kuat Mah, kamu bukan penjinah, tapi dizinahi uuuuh” ucap Kang Suhada sambil menekan kontolnya dalam-dalam dan bersamaan dengan itu kurasakan semprotan peju Kang Suhada.

Kang Suhada:”Aaaghhhhh uuuhg”

Saya:”Aaaaaagh Kang enaaaak…aaaggh…aaaghh….aaaghhh”



Bersamaan dengan itu juga tubuh kang Suhada ambruk menimpa tubuh saya.

Kami pun terdiam untuk beberapa saat sampai saya merasakan tubuh suami saya begitu berat dan saya pun mendorong badan kang Suhada sehingga jatuh ke samping saya.

Kang Suhada kemudian membalikan badannya hingga sama seperti saya terlentang.

Saya:”Tumben akang lama keluarnya tadi, ini spermanya juga banyak banget” ucap saya sambil mengobel memek saya sendiri dan menunjukan peju kang Suhada di jari saya.



Kang Suhada:”Gak tau mah, Papah menjadi lebih bergairah setelah kejadian tadi” ucap Kang Suhada.

Saya:”Maksud akang setelah kejadian mamah dizinahi Pak Dendi?

Kang Suhada:”Ia, rasanya saat bercinta kita menjadi lebih mesra dan bergairah kan?

Saya:”Mamah gak tahu, tapi papah sepertinya lebih bergairah padahal tubuh istrinya baru habis dipake orang” ucap saya sambil menarik napas panjang.



Kang Suhada:”Kamu masih marah sama papah, mah?

Saya:”Nggak, tapi…” saya tidak meneruskan ucapan saya.

Kang Suhada:”Tapi apa mah?

Saya:”Kang Dendi bilang, dia besok mau datang lagi ke sini…”

Kang Suhada:”Dia tidak ada bilang sama Papah”



Saya:”Dia bilang istrinya dinodai sama 9 orang, jadi kalau Cuma satu kali gak impas, jadi dia besok mau ke sini lagi, dia mau menzinahi mamah lagi pah, gimana ini? Tanya saya sama suami saya.

Kang Suhada memiringkan tubuhnya hingga kini menghadap ke saya. Sementara saya masih dengan posisi yang sama tetap terlentang.

Kang Suhada:”Kamu nikmati saja Mah, nanti juga dia bosen, karena masih banyak istri anak buah papah yang bakal di garap, pasti dia ketagihan dengan jepitan heunceutnya bu ustadz” ucap suami saya diakhiri dengan sedikit tertawa.

Saya pun mencubit pundak suami saya.



Saya:”Ih Papah jahat banget, masa mamah disuruh menikmati, kalau mamah ketagihan gimana hehe”

Kang Suhada tidak menjawab hanya tersenyum saja.

Saya:”Pah, maafin mamah ya, terus terang, waktu tadi mamah dientot Kang Dendi akhirnya mamah menikmatinya juga, mamah gak bisa membohongi diri sendiri, kontolnya Kang Dendi panjang dan besar” ucap saya di mana lidah saya seperti tercekat. Saya lihat ekpresi Kang Suhada biasa saja tidak tampak kemarahan di wajahnya.



Kang Suhada:”Seperti itu juga waktu Papah memperkosa istri Dendi, awalnya dia menolak tapi papah yakin kemudian dia juga menikmati kita gangbang mah”

Saya:”Oh gitu ya Pah, terus kang Dendi kan buang pejunya diheunceut mamah eh maksud mamah di memek mamah, gimana kalau mamah hamil Pah?

Kang Suhada:”Kan, tadi heunceut mamah udah papah isi peju papah juga, mudah2an peju papah saja yang jadi”

Saya:”Ya udah kalau gitu, besok mamah layanin kang Dendi kalau dia ke sini”

Kang Suhada:”Pastikan saat anak-anak tak ada di rumah”

Saya:”Ia kang, dia datang pagi katanya”



Lalu kami kemudian kembali saling terdiam dan tak terasa sudah masuk waktu shubuh.

Saya:”Pah, mamah mandi dulu ya, papah gak sekalian mandi juga?

Kang Suhada:”Papah tidur saja mah, capek, hari ini masih kerja di tempat si Dendi”

Saya:”Oh ya Pah, tadi waktu kang Dendi ngewein mamah, pas pejunya keluar, kontolnya masih aza keras, tahunya kata dia pakai obat, mamah bilang boleh minta buat papah, dia bilang boleh saja asal papah bilang sendiri, papah minta ya obatnya sama dia”



Kang Suhada:”Gengsi ah mah, masa minta obat begituan sama dia”

Saya:”Ayolah Pah, enak tahu, jadi sudah keluar pun nanti kontolnya papah keras terus, mamah pasti puas”

Kang Suhada:”Ya udah nanti papah coba tanya sama dia”

Saya:”Ia, pasti dia kasih koq, papah kan udah ngasih memek istrinya ke dia hehe” ucap saya sambil berdiri dan lalu meninggalkan kang Suhada menuju kamar mandi.
 
PART 62

POV Suami




Saya terbangun tiba-tiba saat seseorang mengguncang-guncang badan saya. Ternyata istri saya membangunkan saya. Tampak dia sudah rapi memakai baju panjang warna cream yang begitu ketat mencetak lekuk tubuhnya, entah karena lagi hamil jadi terlihat seperti itu dan jilbab warna putih.

Wife:”Bangun Pah, hari ini papah harus antar mamah pemotretan” ucap istri saya sambil duduk di tepi ranjang.

Saya:”Hah, bukannya besok?

Wife:”Hari ini Pah, kata Utami memang dimajukan, karena besok beberapa orang tidak bisa”

Saya pun segera bangun dan duduk di samping istri saya.



Saya:”Pantes, kamu udah sexy banget mah, daleman kamu sampai nyeplak gitu, apa gak pakai legging lagi aza di dalamnya?Ya udah papah mandi dulu kalau gitu”

Wife:”Pakai stocking aza, Ia, habis itu langsung saja kita sarapan Pah” ucap istri saya cuek sambil berdiri dan berlalu meninggalkan saya.

Saya pun menuju ke kamar mandi dan sambil berpikir, karena tentu rencana saya untuk datang lagi ke rumah Uli akan batal.

Setelah selesai mandi dan memakai pakaian saya pun segera menuju ruang makan. Tampak istri saya sudah menunggu bersama Revan, sedang Intan tak tampak.



Saya:”Mana Intan Mah?

Wife:”Udah berangkat ke sekolah diantar Hanum tadi” ucap istri saya sambil menyiapkan piring dan gelas buat saya.

Saya pun segera duduk disebelah istri saya.

Saya:”Memang udah jam berapa ini?

Wife:”Udah jam tujuh lebih, papah pasti capek kan habis ngegoyang bu ustazah hihi”

Saya:”Hehe, ia capek juga, sampai lelap tidur” ucap saya sedikit tersipu malu.



Wife:”Ya udah, kita sarapan, biar tenaga papah pulih lagi” ucap istri saya dan segera mengambilkan nasi buat saya. Saya pun segera menyantapnya karena kebetulan laper dan tadi malam habis bekerja keras. Sementara istri saya terlihat menyuapi Revan.

Setelah selesai istri saya pun langsung membereskan bekas makan kami dan Revan pindah kepangkuan saya.

Setelah selesai istri saya kembali duduk di samping saya.



Saya:”Mah, gimana kalau pulang dari sana sekalian papah antar ke dokter kandungan untuk periksa kandungan kamu, papah agak khawatir karena mamah kan banyak beraktifitas, lagian selama ini papah belum pernah bisa ngantar kamu ke dokter kandungan karena sibuk kerja” ucap saya.

Wife:”Waduh, jadwalnya dokter kandungan selasa nanti Pah, mamah sekarang ke dokter Maria, gak ke dokter Doni langganan kita dulu”

Saya:”Oh, dokter Maria memang prakteknya di mana? Terus kenapa pindah ke dia?

Wife:”Dia kenalannya Luna Pah, kebetuan Jumat sampai minggu dia gak praktek” ucap istri saya.

Saya:”Oh, ya udah kalau gitu” sedikit penyesalan karena saya tidak bisa mengantar istri saya untuk cek kandungannya.



Wife:”Ya udah pah, kita berangkat sekarang ya”

Saya:”Ya udah ayo”

Saat kami hendak berdiri tiba-tiba Anis dan Hanum muncul dan segera mendekati kami. Sepertinya mereka hendak mengatakan sesuatu. Anis tampak membawa tas berukuran besar. Saya dan istri pun kembali duduk seperti semula.



Wife:”Ada apa kak?

Anis pun tampak ragu-ragu dan masih tetap berdiri.

Anis:”Neng, Pak, saya mau ijin pulang kampung dulu, mungkin beberapa hari saja”

Saya:”Ada apa, koq mendadak? Ada keluarga yang sakit? Tanya saya.

Anis:”Gak ada, tapi suami saya nyuruh saya pulang dulu, gak tahu apa, penting banget katanya”

Saya dan istri saya pun saling berpandangan.



Wife:”Ya, kami gak bisa nahan, ya sialhkan saja, mudah2an tidak ada malasah ya kak”

Saya hanya mengangguk tanda setuju.

Wife:”Hanum ikut gak?

Anis:”Gak neng, ya sekalian saya juga nengok adiknya Hanum”

Wife:”Ini mau ke terminal atau gimana?

Anis:”Ia, mau nyari taksi saja ke terminal”



Wife:”Kebetualan kita mau pergi juga, tapi berbeda arah, gimana Pah?

Saya:”Ya, kamu carikan taksi saja mah”

Anis:”Sudah dapat koq neng, taksi online”

Wife:”Oh ya udah, hati-hati, Cuma kaget koq mendadak”

Setelah mendapat persetujuan kami Anis diantar Hanum dan kami menuju pintu depan.



Tak lama sebuah mobil datang menjemput Anis. Anis pun segera berangkat untuk pulang kampung. Setelah Anis pergi kami pun menitipkan revan kepada Hanum dan Bu Heti. Saya pun telah menyuruh Sony untuk berjaga siang ini untuk menjaga keamananan rumah. Setelah semua siap saya dan istri saya pun segera berangkat menuju ke tempat pemotretan.



Kami sekarang sudah berada di dalam mobil. Saya melaju perlahan karena masih sedikit ngantuk akibat tadi malam.

Saya:”Mah, santai saja jalannya ya, papah sedikit ngantuk”

Wife:”Ia gpp, karena jadwalnya siang sebenarnya tapi berangkat lebih awal takut terlambat”

Saya:”Syukur dech kalau gitu”

Wife:”Eh papah udah baca komen-komen mengenai photo mamah itu?

Saya:”Aduh, ia papah belum sempat, mana Hp papah, padahal papah penasaran banget” ucap saya sambil meraba-raba saku celana saya.



Wife:”Ya, jangan kalau sekarang, kan papah lagi nyetir, nanti lagi aza” ucap Dewi istri saya.

Saya pun mengurungkan niat mengambil hp dari saku celana.

Saya:”Mamah yang bacain dong, papah penasaran banget” ucap saya sambil menoleh wajah cantik Dewi untuk beberapa saat.

Wife:”Hehe, penasaran banget ya…ya udah mamah bacain dech” ucap istri saya sambil mengambil ponsel miliknya.



Wife:”Mamah bacain yang masih sopan dan normal dulu ya” ucapnya kepada saya sementara saya hanya mengangguk tanda mengiyakan.

Wife:”Dari @suhendar, Wah unik, belum pernah ada sebelumnya, model jilbabban di photo pake kancut dan kutang doang, gitu Pah”

Saya:”terusin aza…”

Wife:”Dari @Zahra&Noval, Coba lepas topengnya juga, kayaknya sich cantik, hihi, lalu dari @budi, gak takut di ciduk F** ya, tapi tenang yang ginian kami bela, karena sarana jadi pemersatu bangsa, ia kah Pah”

Saya:”Hehe, ia kali, terus yang lain, lucu-lucu juga ya”



Istri saya tampak menggeser komen di ponselnya ke arah bawah.

Wife:”Dari @pengawal _Cebong, Bisa jadi pionir ini,berjilbab jadi model, udah gitu model pakaian dalam, IRT juga” ucap istri saya sambil menatap saya.

Saya:”Ya, tersukan mah…”

Wife:”Dari @Lioni, gak takut tuch ada yang kenal, Cuma pakai topeng model gitu doang”

Saya:”Yang komen itu yang punya akun di web itu saja kana tau itu komen medsos?

Wife:”Ya, ya terdaftar di web, kan mereka bayar, gak di medsos lah” ucap istri saya sambil mengambil minuman dan meminumnya sejenak.



Wife:”Aku lanjutin Pah, dari @Bagus, Semangat mbak, boleh dong minta no wa nya, hehe, terus ini mulai yang ekstrim, dari @budiman, Ini mah perek yang dijilbabin, buat cari sensasi aza, tapi oke juga, kayaknya memeknya gede, bener juga sich memang yang diphoto perek hehe”

Saya:”Terusin lagi” ucap saya sambil tetap focus nyetir.

Wife:”@Rahmat_Hidayat, aduh itu, dphoto basah-basah cangcutnya tipis, belahan memeknya nyeplak gitu mbak, bikin ngaceng, kayaknya lebat ya bulu memeknya, terus dari @Suka_Ewean, Bisa dibooking gak , gua bikin lu gak bisa jalan, so, paling dijepit heunceut mamah sebentar dia udah bucat, mukanya kayaknya anak zaman now pah” ucap istri saya sambil menunjukan photo orang yang memberi komen.



Saya:”Ia Mah, kayaknya anak kuliahan dech, masih banyak yang komen?

Wife:”Banyak bingit Pah, ini mamah pilihin aza yang seru-seru dan brutal hehe, dari @ngaceng_Terus , munafik pakai jilbab, gak nyadar loe ngerendahin agama loe, hehe gimana Pah?

Saya:”Yang begitu gak usah dibaca, kayak dia orang bener aza, nama ID nya aza udah kayak gitu” ucap saya tak terlalu peduli sebenarnya sich.



Wife:”Dari @Moehtar_Lubis, Wah kalau yang begini, kalau mau jumpa fans pakai topeng juga? Gimana Pah?

Saya:”Hahaha, lanjut lagi mah”

Wife:”Dari @Ustad_Kemi, pernah diperkosa ya, pas diperkosa meronta atau goyang, hihi”

Saya:”Di jawab, kamu dulu waktu diperkosa maling, meronta atau goyang mah hehe”

Wife:”Haha, awalnya meronta, tapi kemudian pasrah, goyang pelan-pelan hihi”



Saya:”Lanjut lagi mah”

Wife:”Dari @kopral_jono mulus ya, tapi salpok liat bulu keteknya lebat, hahaha Pah, malu aku hihihi”

Saya:”Itu yang bikin kamu beda, special dari model yang lain hehehe”

Wife:”Dari @Anak_Sultanz, pakai z dibelakangnya, anaknya kayaknya nanti jadi model juga tuch, kalau mamahnya di photonya pakai jilbab, cangcut dan kutang doang, anaknya nanti gak pakai apa2”

Saya:”Bebas mereka komen semaunya ya mah, gak difilter sama system”

Wife:”Ya, mungkin biar pada betah berlanggannan pah, masa dibanned, kan agensi si Utami yang rugi”

Saya:”Ia juga, lanjutin lagi mah, biar papah gak ngantuk”

Wife:”Dari @Bud_Narayana, ngewe yuk”

Saya:”Gitu doang?

Wife:”Ia, gitu doang, Pah, mampir dulu beli minuman ya, ini minuman mamah juga habis” ucap istri saya.



Saya pun segera membelokan mobil masuk ke area indo*aret. Saya dan istri pun segera turun dan membeli beberapa minuman dan makanan ringan.

Kemudian kami pun segera kembali ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan.

Wife:”Aku lanjutin lagi ya Pah”

Saya:”Ia, biar papah juga gak ngantuk”

Wife:”Dari @Blue_Tetek, lagi bunting, semua terlihat gede, memeknya gede gak ya? Hehe, gede haha”



Saya:”Tiang listrik aza masuk”

Wife:”Ih, sialan, gambarnya masuk, hehe. Lanjut lagi ya, @bulu_ketek, wah favorit gua nich, bisa gak minta izin sama suaminya, gue mau jilat ketek sama memeknya si mbak model, hehe boleh gak pah?

Saya:”Kamu bisa bales gak di situ?

Wife:”Bisa sebenarnya tapi males”

Saya:”Bales, jilat ketek kebo sama memek kebo aza”

Wife:”Hahaha, kalau mau jilat ketek aku harus bayar kan hihihi”



Saya:”Masih ada lagi gak mah?

Wife:”Banyak banget, aku aza gak baca semua, aku pilihin lagi ya Pah, @Kepala_Bin Yang beginian harusnya digengbeng(gangbang) tiap hari hihi”

Saya:”Ya, masuk akal”

Wife:”Masuk akal gimana?

Saya:”Haha gak tau”

Wife:”Aneh, aku baca lagi, dari @Penjaga_makam, serem ih, katanya coba lain kali diphoto ada cowoknya, mungkin sama model cowok”



Saya:”Terus…..?

Wife:”Dari @Utami_Mahaputri, Gimana, ditampilin lagi gak di edisi berikutnya? Eh ini kayaknya akun si utami”

Saya:”Terus?

Wife:”Banyak ya balas, ini dari @jakun tambahin duet sama model cowok, dari @Guwar_gawor Mau gak dia diphoto bugil, pengen liat memeknya, dari @dadang_pedut, diphoto sambil ngangkang, kancutnya buka dikit liatin lubang memeknya, hihi kacau Pah”

Saya:”ya kacau kayak kita”

Wife:”Papah bisa saja”



Wife:”Udah ah capek, papah gimana tadi malam? Bobo sama bu ustazah?

Saya:”Nikmat mah, apalagi papah pakai obat kuat dari si Donatus, ngaceng terus biar udah keluar berkali-kali, Cuma rasanya kebas”

Wife:”Koq, papah gak pernah bilang punya obat kuat?

Saya:”Baru nyoba aza sekali itu dari Donatus, tapi tenang banyak stocknya hehe”

Wife” Asyik kalau gitu hehe”



Wife:”ngomong-ngomong berapa kali Ustazah Uli papah nodain tadi malam? Tanya Dewi istri saya.

Saya:”Wah berapa kali ya mah, pokonya sampai ini papah mati rasa”

Wife:”Hihi, remek kalau gitu heunceutnya bu ustazah Pah hehe?

Saya:”Ya, malah tadinya pagi ini papah mau ke rumah dia lagi”

Wife:”Hah? Serius? Papah belum puas? Tanya istri saya sambil menoleh dan menatap saya.



Saya:”Ia, rugi kalau Cuma sekali, enakan di si Suhada”

Wife:”nanti malam atuh Pah, habis pulang dari ngantar mamah”

Saya:”Gampang, bisa kapan-kapan lagi, masih banyak juga selain ustazah Uli yang harus papah datangin”

Wife:”Wuih senengnya, bakal dapat nyobain banyak heunceut baru hihi”

Saya:”Ia dong, biar gak kalah sama mamah, mamah banyak nyobain kontol baru hehe”

Istri saya pun tersenyum dan tak komentar lagi.



Tanpa sadar kami pun sudah sampai di tempat tujuan, saya pun membuka kaca mobil dan security langsung mempersilahkan kami masuk. Kami pun segera parker di halaman depan. Tak tampak orang menyambut kami seperti sebelumnya.

Saya:”Mah, koq sepi?

Wife:”Bentar pah, biar mamah telepon Utami” ucap istri saya.

Istri saya pun segera menelepon Utami.

Wife:”Hai, aku dan suami sudah di depan, oh ok sip” istri saya tampak berbicara dan kemudian menutup panggilan.



Wife:”Ayo pah, katanya kita langsung ke belakang, ke kolam renang, Utami bilang masih ada pemotretan, mereka lagi di belakang” ucap istri saya.

Kami pun segera turun dari mobil. Istri saya berjalan lebih dulu dan saya mengikutinya dari belakang. Penampilan istri saya sungguh menggoda meski sedang berbadan dua. Dibalut baju gamis atau entah baju hamil warna cream yang mencetak lekuk tubuhnya. Cetakan segitiga dipantatnya yang kini terlihat begitu besar begitu terlihat. Sekilas bayangan warna pink dengan motif bunga-bunga beberapa kali terlihat.



Istri saya pun segera membuka pintu dan masuk ke dalam saya pun mengikutinya dari belakang.

Istri saya pun segera memegang tangan saya agar berjalan beriringan.

Wife:”Kita langsung ke kolam renang saja ya Pah”

Saya:”Ia ayo”

Kami pun segera menuju ke kolam renang yang letaknya sedikit di belakang. Segera kami pun menemukan beberapa orang tampak berada di kolam renang.



Tampak Utami berdiri di sebrang kolam renang dan di sebrangnya tampak seorang perempuan muda yang hanya memakai bikini sedang berpose. Tampak Juga Gery dan beberapa temannya yang kali ini lebih banyak di banding saat pemotretan Dewi tempo hari.

Utami memakai baju serba pink, rok mini pink dengan belahan di di bagian belakang di bagian tengah dan memakai blazer warna pink juga . Utami juga memakai stocking berwarna hitam. Belahan rok mininya yang cukup panjang membuat saya yakin kalau dia jongkok, celana dalamnya akan bisa dilihat dengan leluasa. Penampilan Utami sungguh berbeda dengan saat kami pertama bertemu.



Saya dan istri pun memilih duduk di kursi panjang yang tersedia di bawah pohon hanya beberapa meter dari posisi Utami.

Beberapa orang pun menoleh kepada kami sehingga Utami pun ikut menoleh kepada kami. Dia pun mengacungkan jempolnya dan memberi isyarat setuju agar kami duduk dulu.

Utami pun kembali mengahadap ke model yang sedang berpose. Selain model yang sedang berpose tersebut saya melihat ada doa model perempuan lainnya yang duduk di kursi beberapa meter di samping model yang sedang melakukan pemotretan.



Utami:”Ivan kamu gabung lagi, Mayang, kamu duduk di kursi dipangku Ivan ya” ucap Utami.

Model yang dipanggil Mayang pun segera menuju ke kursi panjang yang segera di tarik beberapa kru ke belakang tempat Mayang tadi berdiri.

Sementara seorang lelaki yang hanya memakai celana dalam hitam model celana renang duduk lebih dulu di kursi panjang yang terbuat dari besi.



Utami:”Mayang kamu duduk nyamping dipangku Ivan, tangan kamu Ivan pegang pinggang Mayang” ucap Utami.

Mayang yang hanya memakai bikini serba putih pun segera duduk menyamping di paha si model laki-laki. Kemudian Gery dan temannya pun mengambil gambar mereka.

Saya:”Wah, nyaman ya jadi model mah, itu cowok menang banyak” ucap saya

Wife:”Hehe ia Pah, btw tuch utami sexy banget ya, beda sama kemaren kita ketemu”

Saya:”Ia, kayak perempuan kantoran saja”



Ku lihat Utami memanggil si Gerry dengan melambaikan tangannya. Gerry pun segera menghampiri Utami dan mereka tampak berbincang lalu Utami berjalan menuju tempat kami duduk.

Utami pun segera duduk di samping saya sehingga kini saya diapit oleh dua wanita.

Utami:”Wi, gpp kan nunggu bentar, kita selesaikan sesi mereka dulu”

Wife:”Ia gpp, kita gak keberatan nunggu koq, malah suami aku kelihatannya seneng hehe”

Utami:”Haha, ya udah kalau gitu, kalian mau nunggu sini atau di dalam juga boleh?

Wife:”Di sini dong, biar laki aku cuci mata”

Utami pun tersenyum lalu berdiri dan meninggalkan kami menuju ke tempat semula.



Mata saya pun tak lepas dari pantatnya utami.

Wife:”Wah ada yang penasaran kayaknya?

Saya:”Hehe, bisa gak diicip-icip nanti?

Wife:”Gak bisa”

Saya:”Kenapa?

Wife:”Karena Julian lagi di luar kota, kalau kamu sama Utami aku masak cuma nungguin kalian ngentot hihi”

Saya:”Oh ia kah, gak ada si Julian, begus dong” ucap saya dan istri saya tampak cemberut.



Setelah beberapa adegan, sesi Mayang pun selesai. Tampak Mayang beserta kedua temen wanita lainnya pun masuk ke dalam bersama beberapa kru. Sementara si Ivan tampak keluar bareng dengan si Gery. Utami pun kembali menghampiri kami, apa yang saya tunggu-tunggu melihat si utami nungging tidak kesampaian.

Utami pun memberi isyarat agar kami mengikuti dia, kami pun segera berjalan di belakang Utami.

Kami sepertinya menuju tempat make up. Kami pun segera masuk ke dalam, tak ada orang lain di dalam, hanya kami saja.



Kami bertiga segera duduk di sofa panjang yang tersedia di sana.

Utami:”Kita break dulu Wi, palingan lanjut satu jam atau satu setengah jam setelah semua siap, sesi kamu” ucap Utami yang kini duduk tepat di samping istri saya.

Wife:”Terus aku sekarang harus ngapain Mi?

Utami:”Elo tunggu Gadis, dia yang bakal make up lu, jadi kita sekarang punya kontrak dengan perusahaan yang jual pakaian dalam ibu Hamil, nah itu nanti yang akan kamu pakai, itu sesi pertama, sesi kedua, untuk majalah online kita, karena banyak yang minta kamu tampil lagi gimana siap?

Wife:”Ok, siap saja, mumpung kehamilan gue belum tertalu besar, gue masih bisa leluasa bergerak”



Utami:”Jadi kita udah gak cetak lagi majalah, Cuma online, karena banyak masalah di lapangan, tapi tenang, sekarang banyak yang gabung di majalah online kita, terutama setelah penampilan kamu Wi, jadi kita udang elu lagi”

Wife:”Syukur dech kalau gitu” ucap istri saya tampak terlihat senang. Saya hanya diam saja medengar obrolan mereka.

Tak lama masuk seorang perempuan bertubuh cukup tinggi hampir setinggi istri saya langsing memakai pakaian serba hitam.



Utami:”Itu gadis, sini say, kenalan dulu sama kak Dewi dan suaminya” ucap Utami. Kami pun segera berkenalan.

Saya:”Bukan yang kemaren?

Utami:”Gantian mas” ucapnya singkat.

Gadis:”Ayo kak Dewi” ucap Gadis meminta istri saya duduk di depan meja rias yang bentuknya memanjang dan kaca bersekat besi kecil berbalut plastic.



Istri saya pun segera berdiri dan duduk di kursi dekat Gadis.

Gadis:”Tapi make up bu Dewi sudah ok koq” ucap Gadis sambil melihat kepada Utami.

Utami:”Oh, aku juga setuju sich, kalau gitu gak perlu dech, nanti ganti make up saat sesi kedua saja ya Wi”

Istri saya hanya menoleh dan menganggukan kepalanya.



Utami:”Kalau gitu, Dis, kamu ambilkan pakaian yang untuk Dewi tampil ya sekarang”

Gadis hanya menanganggukan kepalanya dan segera keluar dari ruangan ini.

Sementara istri saya kembali ke sofa dan duduk kembali di samping Utami.

Wife:”Mi, tadi yang cewek-cewek model itu untuk majalah juga atau gimana?

Utami:”Ia, sebagian photo mereka untuk majalah kita dan sebagian dikirim ke pemesan, karena tadi juga mempromosikan bikini dari rekanan kita” ucap utami



Sementara Gadis sudah datang kembali dan membawa bungkusan plastic bening yang sepertinya berisi pakaian dalam lalu memberikan ke Utami.

Utami:”Ok thanks Dis,eh kamu bisa ke ruangan kamu” ucap Utami.

Si Gadis pun kembali meninggalkan ruangan make up.

Utami:”Ini Wi, ada beberapa model dan warna,nanti ganti-ganti ya & kamu tetap pakai hijab Cuma seperti biasa pakai topeng kamu, rekanan gak keberatan koq, malah katanya sesuatu yang baru yang bakal bikin orang penasaran” ucap Utami cukup panjang lebar.

Istri saya pun menerima bungkusan dari Utami dan segera membukanya.



Ternyata pakaian dalamnya ada yang mini juga, padahal katanya normalnya untuk ibu hamil bisa menutup sampai ke dekat perut.

Utami:”Gimana ok kan?

Wife:”Gak masalah, aku gak keberatan ” ucap istri saya.

Utami:”Ok, nanti kita pemotretannya di dalam ruangan, kecuali sesi 2 nanti di kolam renang dan rencananya ada di luar ruangan juga” ucap Utami lagi.



Utami:”Ya udah, kita sekarang saja Wi, aku siapkan para kru dulu ya, kamu siap-siap saja”

Wife:”Eh, aku pakai yang mana dulu nich?

Utami:”Oh, nanti saja dech gantinya bisa di kamar mandi, kamu dan suami kamu ikut saja aku sekalian” ucap Utami sambil berdiri.

Akhirnya kami pun mengikuti Utami.



Ternyata kami naik ke lantai 2 dan menuju sebuah kamar yang berukuran sangat luas, tampak mirip studio photo, tak ada kasur di dalamnya, peralatan photo semua tampak sudah siap.

Utami:”Kalian tunggu di sini dulu ya, aku mau panggil para kru dulu” ucap Utami.

Saya dan istri hanya mengangguk dan memilih duduk di sebuah sofa panjang yang terdapat di ruangan ini.

Sementara Utami segera keluar kembali dari ruangan ini.

Wife:”Acnya dingin banget ya Pah…” ucap istri saya. Memang Ac ruangan ini terasa begitu dingin.



Aku pun segera mencari remotenya dan menaikan suhunya agar tak terlalu dingin.

Wife:”Good pah, agak lumayan, apalagi nanti aku kan telanjang Cuma pakai cangcut sama kutang doang, makin dingin” ucap istri saya.

Saya pun kembali duduk di samping istri saya.

Tak lama Utami pun datang bersama Gadis, Gerry dan 4 orang laki-laki lainnya yang mungkin umurnya seumuran dengan Gery.



Tampak Utami memberi intruksi dan mereka pun segera bersiap di posisi masing-masing.

Utami:”Gadis, kamu temenin Kak Dewi ke kamar mandi untuk ganti pakaiannya ya, terserah pakai yang mana saja dulu Wi, yang penting semua nanti dipakai giliran” ucap Utami.

Istri saya pun segera berdiri ditemani oleh Gadis menuju kamar mandi yang letaknya di ujung ruangan yang bentuknya memanjang. Semua mata tampak tertuju ke bokong istri saya yang bergoyang-goyang ditambah cdnya begitu nyeplak. Lalu saya lihat seorang laki-laki dengan tubuh gemuk, perutnya buncit dan botak masuk ke ruangan, wajahnya brewokan memakai kaos warna merah dan hanya mengenakan celana kolor.



Orang tersebut pun segera mengalihkan pandangannya ke arah pantat istri saya yang sekarang sudah masuk ke dalam kamar mandi.

Utami:”Eh Om Jamal, mari om duduk sini” ucap Utami sambil duduk di sofa di dekat saya”

Si Botak yang dipanggil Utami dengan sebutan Om jamal tampak tersenyum dan segera duduk mengapit Utami.

Utami:”Ini kenalkan, Mas Dendi, dia suami Bu Dewi model kita”

Saya:”Dendi”

Jamal:”Jamal”

Kami pun saling berjabat tangan.



Utami:”Dendi, jadi Om jamal ini yang punya perusahaan pakaian dalam wanita, termasuk pakaian dalam yang nanti akan digunakan Dewi”

Kini aku tahu siapa orang ini. Saya pun hanya manggut-manggut saja.

Utami:”Om Jamal ini khusus datang ke sini, mau lihat Dewi langsung” ucap Utami, sambil mengedipkan matanya kepada saya.

Saya mulai menangkap hal yang mencurigakan, tapi saya berusaha tetap tenang.



Tak lama lama pintu kamar mandi di buka, Gadis keluar duluan sambil membawa pakaian istri saya yang digulungnya dan di atasnya tampak bh warna pink dan celana dalam pink yang ada gambar motif bunga-bunga berukuran berwarna biru yang tadi dipakai istri saya. Sementara tak lama Dewi istri saya pun keluar dengan berbalut handuk warna putih selutut, kepalanya masih berbalut hijab putihnya.

Semua mata langsung tertuju ke istriku, perut buncitnya membuat handuk lebih terangkat sehingga pahanya yang mulus menjadi pemandangan sedap buat para lelaki di ruangan ini.



Utami pun segera berdiri dan menuntun istri saya.

Utami:”Wi, kenalin dulu, ini Om Jamal, dia yang punya perusahaan pakaian dalam yang pakai elo jadi modelnya”

Istri saya pun segera mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan si Jamal.

Wife:”Dewi Om”

Jamal:”Jamal” ucap si jamal sambil mencium punggung tangan istri saya dan kemudian melepaskannya.



Sementara Gadis memberikan pakaian istri saya kepada saya.

Gadis:”Ini om, pakaian ibu sama dalemannya juga” ucap Gadis.

Saya pun segera menerimanya. SI gadis ini cukup cantik juga meski kulitnya tak terlalu putih. Pakaiannya sopan menggunakan celana panjang hitam yang tidak terlalu ketat. Umurnya mungkin 25an.

Rambutnya panjang sampai ke bawah pundak dan tampak sangat halus.

Saya:”Ia makasih dis” ucap saya sambil menerima pakaian istri saya dari tangan Gadis.





Jamal:”Ayo, langsung saja, saya udah gak sabar”

Utami:”Siip, ayo Wi” ucap Utami dan menuntun istri saya menuju tempat di mana dia akan di photo dan sebelumnya Utami memasangkan topeng berbentuk kupu-kupu ke wajah Dewi.

Istri saya pun sudah berdiri di bawah tatapan kamera beserta lampu sorotnya.

Utami:”Wi duduk aza dulu dan kamu Dis make up dikit dech biar kelihatan lebih segar” ucap Utami dan kembali duduk di samping saya, sehingga kini dia saya apit bersama si Jamal.



Utami:”Gimana Om, montok kan Dewi?

Jamal:”Mantap, kamu gak salah pilih, tambah pakai jilbab jadi unik” ucap Jamal dan sempat melirik saya lalu dia mengalihkan pandangannya ke pakaian dalam istri saya yang masih saya pegang.

Utami:”Gimana Om, penasaran ya, ngelihatin terus daleman si Dewi terus” ucap Utami.

Jamal:”Hehe…” Jamal malah terkekeh cengengesan.

Utami:”Penasaran yang gimana bau memeknya, Mas pinjem cangcut istri kamu dulu ya” Ucap utami dan langsung saja mengambil celana dalam istri saya dari tangan saya.



Utami:”Nich Om cangcut yang tadi si Dewi pakai dari rumahnya, dari pada Om penasaran”

Saya pun terkejut dan hanya bengong, barang pribadi istri saya tersebut segera diberikan Utami kepada si Jamal. Mau marah pun saya gak mungkin jadi saya hanya diam saja.

Si Jamal pun sekilas melihat saya mungkin merasa tidak enak tapi kemudian mengambil cd tersebut dari tangan Utami.

Si Jamal pun lalu mengendus dan menciumi celana dalam istri saya. Semua orang pun termasuk istri saya menyaksikan apa yang dilakukan si Jamal.



Si Jamal pun segera mengembalikan ke Utami.

Utami:”Gimana Om, sudah mencium bau memeknya si Dewi kan hehe”

Jamal:”Hehe…” dia kembali hanya terkekeh.

Utami:”Om pakai malu segala , malu sama mas Dendi suaminya Dewi ya hihi” ucap Utami dan memberikan kembali celana dalam istri saya kepada saya.



Saya pun segera memasukannya ke dalam tas kecil milik istri saya bh dan cd istri saya beserta stocking dia. Hanya baju gamisnya tetap saya pegang karena gak bakal muat sebab ada handphone dan dompet istri saya juga.

Sementara tampaknya gadis sudah selesai merias istri saya padahal katanya sebelumnya tak perlu make up. Mungkin istri saya keringetan.

Utami:”Dibuka saja say, handuknya, Dis, ambil tolong handuknya” ucap utami dan lalu berdiri dan berjalan mendekat ke samping Gerry dan kru lainnya

Dewi pun perlahan membuka handuknya. Kini dia hanya berbalut celana dalam berwarna biru yang cukup besar sampai kedekat perutnya dan juga bh berwarna sama dengan kepala masih memakai jilbab.

Gadis segera mengambil handuk istri saya, dia pun menyampirkan jilbab istri saya ke leher agar tidak menutupi dadanya kemudian dia segera berlari lagi dan berdiri di samping Utami.



Utami:”mengahadap kamera biasa saja posenya, rileks Wi, tangan kananya sambil mengelus perut” perintah Utami. Istri saya pun menuruti permintaan Utami. Kemudian gambar dia pun segera diambil oleh Gary dan kawan-kawannya.

Kemudian Utami meminta istri saya merubah posenya dengan menyamping dan gambar dia pun kembali diambil. Kemudian photo istri saya pun diambil dalam berbagai pose yang normal-normal saja.



Utami:”Udah cukup, sekarang ganti sama daleman yang lain dong”

Istri saya sepertinya akan mendatangai Utami tapi dicegah oleh Utami.

Utami:”Ganti di sini saja Wi, biar hemat waktu”

Sementara Gadis segera mendatangi istri saya dan memakaian handuk. Pertama-tama Gadis pun membantu istri saya melepas bh yang dia pakai dan menggantinya dengan bra berwarna merah dengan corak dan model yang sedikit berbeda dari yang di pakai sebelumnya.



Istri saya pun memakai bh tersebut dengan hati-hati, hanya bagian leher ke bawah sedikit yang tidak tertutup oleh handuk. Gadis membentangkan handuk di depan istri saya. Biar demikian semua mata menatap ke istri saya. Si Jamal sampai berdiri di dekat utami untuk melihat lebih dekat, utami tampak hanya mesem-mesem saja.

Tampak istri saya sedkit berjongkok untuk melepaskan celana dalamnya. Istri saya pun memberikan celana dalam yang tadi di pakainya kepada Gadis. Kemudian Gadis pun memberikan cd berwarna merah dan segera dipakai oleh istri saya. Semua mata menatap ke kaki istri saya saat dia memakai celana dalam merah tersebut. Sepertinya sudah selesai dan gadis pun menggulung kembali handuk. Aku pikir cukup professional.



Istri saya pun mulai berpose kembali sesuai arahan yang diberikan oleh Utami. Setelah beberapa pose istri saya pun kembali mengganti pakaian dalamnya. Sama seperti tadi Gadis menutupi dengan membentangkan handuk. Kali ini istri saya memakai pakaian dalam berwarna cream dengan model yang sedikit berbeda dari dua pakaian dalam yang sebelumnya. Setelah siap kembali istri saya pun dipotret dengan pose yang sebenarnya sama dengan sebelumnya hanya pakaian dalamnya yang berubah.



Kemudian sesi ini pun berakhir. Sepertinya masih ada satu set pakaian dalam lagi yang belum dicoba.

Seperti sebelumnya kembali Gadis mendatangi istri saya dan membentangkan handuk kembali. Istri saya pun kembali melepas bhnya. Kali ini dia seperti sengaja mengangkat tinggi tangannya sehingga ketiakknya terbuka. Bulu ketiaknya yang berwarna hitam kontras dengan kulitnya pun menjadi pemandangan untuk para lelaki.

Si jamal pun kembali berdiri di sebelah Utami. Istri saya pun segera memakai bhnya yang baru kali ini berwarna putih.



Kemudian istri saya pun mengganti celana dalamnya dan berganti dengan celana dalam putih juga. Gadis pun segera menggulung handuk yang menutupi istri saya. Tampak istri saya memakai pakaian dalam berwarna putih tapi kali ini bisa dikatakan keduanya berukuran cukup mini. Sebagian payudara Dewi bagian terlihat tidak tertutup oleh cup bh yang dia pakai, celana dalamnya terlihat begitu mini apalagi dengan perut yang besar karena lagi hamil terlihat semakin mini.

Kali ini si jamal tetap berdiri di samping Utami. Saya pun memilih berdiri di belakang mereka.

Istri saya pun mulai berpose seperti sebelumnya. Sepertinya kali ini Utami ingin sesuatu yang berbeda.



Utami:”Wi, elo bisa jongkok gak?

Wife:”Wah, susah Mi, kenapa memang?

Utami tak menjawab pertanyaan dari istri saya malah memutar kepalanya ke sekeliling.

Utami:”Dis, kamu ambil kursi satu yang ada di pojok sana, kasih ke kak Dewi” ucap Utami kepada Gadis.

Gadis pun segera mengambil kursi yang ada di pojokan dan segera memberikan kepada istri saya. Tanpa disuruh Dewi pun segera duduk.



Utami:”Ok, sambil duduk ya Wi, agak ngangkang say, kita buat pose yang aga hot dikit, ia tangannya di samping saja” ucapnya.

Istri saya pun segera paham dan segera melebarkan kedua pahanya.

Utami:”Ya gitu Wi, kan kelihatan membayang bulu memek kamu hihi” ucap Utami vulgar sambil tertawa. Wajah istri saya pun seketika memerah.

Semua mata memang segera tertuju ke selangkangan istri saya. Karena cd putih yang dikenakan mini dan sedikit tipis, gundukan warna hitam pun membayang termasuk belahan memek istri saya. Untuk bulu kemaluannya sudah rapi jadi tidak keluar dari sela celana dalam.



Ku lihat si Jamal mengusap-ngusap selangkangannya.

Utami:”Ayo oy, jepret, bukan pada bengong” ucap istri saya.

Gerry pun segera mempotret istri saya.

Utami:”Sekarang kedua tangannya diangkat Wi, kayak lagi menggeliat gitu, kalau habis bangun tidur” ucap Utami memerintah istri saya.



Istri saya pun segera mengangkat kedua tangannya dengan gaya seperti menggeliat dan sedikit mereng ke kanan.

Utami:”Ia gitu wi, kan hot, keliatan bulu keteknya, tapi pahanya jangan diraptakan, pamerin lagi aza memeknya, toh pakai cangcut juga” ucap Utami meminta istri saya kembali membuka pahanya yang sempat dia rapatkan.

Dewi pun segera melebarkan kembali kedua pahanya.

Utami:”Good, tahan ya say, pasti cowok-cowok pada ngaceng kontolnya, hihi, apalagi Om Jamal” ucap Utami sambil melirik Jamal yang kebetulan sedang mengusap-usap selangkangannya.

Jamal pun terlihat cengengesan.

Gerry pun kembali menggambil gambar istri saya.



Utami:”Ok, sekarang kamu selonjoran Wi di bawah, posisi menyamping dari kamera, Tatang kamu ambil kursinya, aku dari tadi nyuruh-nyuruh gadis terus”

Seorang kru yang dipanggil Tatang pun segera mengambil kursi di belakang istri saya, sementara istri saya sudah selonjoran di lantai yang diatasnya karpet yang sangat tebal berwarna abu-abu.

Gerry pun mengambil photo istri saya. Kali ini posisi istri saya normal saja. Segera saya pun memilih duduk di kursi.

Tak lama Utami memberi isyarat bahwa untuk sesi ini sudah selesai.



Gadis pun memberi handuk untuk kembali dipakai istri saya. Para kru keluar lebih dulu. Ku lihat istri saya sudah berada di dekat Utami.

Utami:”Gimana Om penampilan Dewi?

Jamal:”Mantap, gak kalah sama model professional”

Utami:”Ia kah, merangsang ya Om”

Jamal:”Haha, bisa saja kau Utami” ucap Jamal dan Plaaaak..tangannya menampar pantatnya utami.



Utami:”Aaaw, iseng banget Om” ucap Utami tanpa ada nada marah diucapanya.

Sementara Dewi hanya diam saja sambil senyum-senyum.

Utami:”Mas Den, ayo turun kita istirahat makan siang dulu, udah jam makan siang, udah disiappin koq sama kru kita” ucap Utami.

Saya pun segera berdiri sambil membawa pakaian istri saya.



Saya pun berjalan di samping Dewi istri saya sementara Utami berjalan lebih dulu bersama si Jamal sedangkan gadis paling belakang sambil membawa plastic pakaian dalam yang digunakan istri saya tadi.

Kami pun sampai di depan meja makan di mana saya dan istri pernah makan juga di sini bersama Utami.

Wife:”Aku pakai baju dulu ya Mi, gak nyaman makan kayak gini” ucap istri saya yang memang Cuma berbalut handuk.

Utami:”Ah, bentar saja Wi, nanti kamu kan masih ada sesi ke dua, repot bolak balik ganti baju” ucap Utami.

Istri saya pun mengalah dan tak complain lagi.



Sementara Gadis sudah pergi entah kemana. Mungkin dia makan terpisah.

Saya pun duduk berdampingan dengan istri saya sementara Utami duduk bersama si Jamal.

Kami pun segera menyantap makanan yang tersedia di meja makan, cukup banyak juga makanan yang merek sediakan.

Wife:”Ini beli atau masak sendiri Mi?

Utami:”Ini pembantu di sini yang masak, tapi kadang2 juga beli tergantung padat tidaknya jadwal kita” ucap Utami.



Sementara si Jamal hanya diam saja namun matanya beberapa kali mengintip dada istri saya.

Utami:”Makan yang banyak Om, biar tenaganya kuat hihi” ucap Utami kepada Jamal yang tampaknya hanya makan sedikit dan sudah selesai.

Jamal:”Cukup, cukup, saya ada urusan mau keluar sebentar” ucapnya.

Utami:”Mau kemana Om ? ada yang mau di beli? Biar saya suruh anak buah saya”

Jamal:”Tidak..tidak, tapi hanya bentar saja koq, saya juga maul lihat Dewi nanti tampil lagi” ucap Jamal sambil melihat istri saya sejenak.



Utami:”Ok dech, jangan lama2, paling setengah jam lebih kita mulai lagi Om” ucap Utami

Jamal:”Ia, saya pamit dulu ya” ucapnya sambil melihat ke saya dan istri saya. Kami berdua hanya menganggukan kepala saja.

Jamal pun segera meninggalkan ruang makan.

Wife:”Dia ngapain sich ikutan ke sini?

Utami:”Memang kenapa, dia kan yang punya bisnis Wi”

Wife:”Gpp sich, tapi pandangannya kayak mau nerkam aku” ucap istri saya.



Utami:”Haha, dia memang pengen nerkam kamu Wi, hihi” ucap Utami.

Istri saya pun menoleh kepada saya yang hanya diam sambil tetap menyantap makanan.

Wife:”Jangan-jangan dia udah pernah nerkam kamu Mi”

Utami:”Udah, aku udah pernah diterkam dia, sampai dua kali malah”

Istri saya tampak sedikit terkejut.



Wife:”Jadi dia yang udah ngentotin kamu 2 kali itu”

Utami:”Ia, kenapa minat juga? Kalau dia udah jelas minat sama kamu”

Istri saya kembali menoleh kepada saya sementara saya pura-pura cuek saja.

Wife:”Tergantung bayarannya hihi, juga tergantung izin suami hehe” ucap istri saya

Utami:”Haha, tenang, suami elo , gue yang urus hihi” ucap Utami sambil melihat saya. Saya pura-pura tidak melihat dan tetap menyantap makanan. Hati saya mulai dongkol mendengar obrolan mereka, tapi penampilan Utami dari tadi juga menarik perhatian saya.



Wife:”Kalau gitu kamu rayuin suami aku ya mi”

Utami:”Rayuin apa? Biar kamu bisa melacur hehe”

Wife:”Dasar ih”

Utami:”Ia, kayaknya laki loe gak keberatan sich dari tadi diem aza, kalau keberatan pasti complain” ucap utami

Aku hanya diam saja tak berkomentar apapun



Akhirnya kami selesai makan dan Utami segera mengajak istri saya juga saya ke kolam renang. Tampak kru sudah pada berkumpul di sana.

Utami:”Wah udah pada siap nich, kita langsung mulai aza ya say” ucap Utami kepada Dewi.

Wife:”Boleh, biar cepat selesai” ucap istri saya.

Utami:”Biar kamu cepat ngewek sama si Jamal ya”

Wife:”Ih, papah, Utami godain aku terus ih” ucap istriku manja sambil memegang lengan kananku.



Utami:”Yah, manja-manjaan sama suami,biar diizinin jual memeknya hihi”

Wife:”Kampret ih, godain mulu” ucap istri saya sambil mencubit lengan Utami.

Utami:”Hehe sorry, laki loe jadi assistant gue aza dulu ya Wi, selagi kamu kerja”

Wife:”Ok, pasti dia gak keberatan” ucap istri saya



Wife:”Ngomong-ngomong gede gak Mi, kontolnya si jamal?

Utami:”Lumayan sich, tapi masih lebih gede dan panjangan kontol laki lu say, Cuma mungkin si Jamal pakai obat kali, pas ngentotin gue, udah keluar masih aza ngaceng kanjutnya” ucap Utami.

Wife:”Kamu dapat enak gak?

Utami:”Ya enak lah, gue gak munafik, udah kita mulai ya say” ucap utami



Utami pun menuntun istri saya menuju kursi panjang yang sebelumnya digunakan si mayang. Tampak Utami berbicara kepada istri saya dan si Gerry, mungkin memberikan intruksi.

Saya hanya menunggu di sebrang kolam, kebetulan ada 3 kursi jenis Chi*os yang berjejer rapat, mungkin tempat si utami duduk kalau dia pegel.

Ku lihat Utami pun menghampiri saya dan berdiri tepat di depan saya. Saya pun terpaksa bergeser agar bisa melihat apa yang dilakukan oleh istri saya.



Ku lihat istri saya duduk dengan menumpangkan kaki kanannya di atas kaki kiri, handuk masih dia kenakan. Topeng kupu-kupu yang sempat dilepas saat makan sudah dia kenakan dan jilbabnya masih di kepala. Sepintas terlihat aneh, perempuan berjilbab Cuma memakai handuk saja. Tampak Gerry dan kawannya sudah mulai mengambil gambar istri saya. Istri saya pun tak lama berganti posisi menjadi menyamping tanpa diintruksikan Utami, mungkin sudah dibilangin sebelumnya. Lalu istri saya pun duduk menghadap kamera lagi dengan kedua tangan di samping dan kakiknya menapak di lantai tepi kolam renang.



Istri saya pun sedikit membuka pahanya hingga celana dalamnya yang berwarna putih pun mengintip.

Utami:”Buka lebih lebar say, biar cangcutnya kamu lebih jelas kelihatan” ucap Utami dengan tetap berdiri kepada istri saya.

Dewi pun semakin melebarkan pahanya hingga kini celana dalamnya dapat terlihat dengan lebih jelas.

Utami:”Siip, ambil gambarnya Ger” ucap Utami lagi.

Gerry pun segera mengambil gambar istri saya.



Utami:”Wajahnya lebih kelihatan nakal dong say” ucap Utami.

Istri saya pun segera memasang muka nakal dan tatatapan nakal. Pahanya semakin di buka lebar.

Utami:”Tangan ke atas say, seperti waktu kamu diphoto di dalam biar bulu ketek kamu kelihatan” ucap Utami.

Istri saya pun segera mengangkat kedua tangannya diatas kepala dengan posisi mengangkang dan tampak seperti menggeliat.

Utami:”Turunin dikit handuknya say, biar susu kamu makin kelihatan, ya kayak gitu bagus” ucap Utami.



Gerry pun kembali menggambil gambar istri saya.

Utami:”Berdiri say, ya tegak aza, rileks, terus buka handuknya bentangkan di belakang, ia gitu” ucap utami lagi.

Istri saya pun menuruti saja dan membuka handuknya. Kini terpampang tubuh istri saya yang sedang hamil hanya berbalut celana dalam dan bh saja.

Utami:”Handuknya sekarang taruh aza tuh ke belakang, lempar saja say”

Istri saya pun tanpa banyak tanya segera melempar handuk yang tadi di pakai ke belakang kursi panjang.



Utami pun terus memberi intruksi kepada istri saya. Dia pun di photo dalam berbagai adegan.

Utami:”Ok cukup, mana si Gadis ya? Ucapnya sambil kepalanya mengitari ke segala arah.

Utami pun segera menjauh dari posisi saya dan tampak menelpon. Tak lama saya lihat si Gadis datang sambil membawa bungkusan plastic berwarna hitam.

Utami pun segera menghampiri Gadis dan berbisik-bisik. Mereka pun mendatangi istri saya. Tampak si Gadis mengambil handuk yang tadi di lempar oleh istri saya dan membentangkan di depan istri saya.



Tampak istri saya membuka bungkusan plastic yang tadi di bawa si Gadis yang sepertinya pakaian dalam juga. Utami pun ikut memegangi ujung handuk lainnya. Tampak istri saya sepertinya mengganti pakaian dalamnya yang tadi juga dipakai saat sesi di dalam ruangan. Setelah selelsai Gadis pun menggulung handuk yang dipakai menutupi tubuh istri saya.

Kini semua dapat melihat istri saya yang hanya mengenakan pakaian dalam yang keduanya berwarna merah marun yang lebih mini dari sebelumnya dan astaga sepertinya dia hanya mengenakan celana dalam jenis g-string. Sepertinya beberapa lembar bulu kemaluan istri saya dapat terlihat. Sementara bhnya sangat mini. Hanya sedikit menutup di atas bagian puting dan itupun Cuma separoh. Payudara bagian atas dan separoh bagian bawah bebas terlihat. Belahan dadanya sudah jelas-jelas bebas terlihat.



BH yang dikenakan cukup tipis, lebih tipis dari celana dalmnya sehingga puting istri saya pun tampak membayang.

Utami tampak mengacungkan jempolnya.

Gadis dan Utami pun segera meninggalkan istri saya dan berjalan menghampiri saya.

Gadis berdiri di pinggir kursi tempat saya duduk. Sementara Utami kini langsung duduk di samping saya.



Utami:”Gpp kan mas, istrinya pakai G-string, permintaan para pembaca majalan online kita juga” ucap utami.

Saya tidak berkomentar dan hanya diam saja. Utami pun tampaknya Cuma basa-basi tak ada niat meminta persetujuan saya.

Utami:”Ia, photo pose bisa saja dulu say, duduk menyamping di kursi” ucap Utami.

Istri saya pun segera duduk dengan pose menyamping. Tampak buah pantat istri saya kini dapat terlihat dengan jelas. Tatto yang ada di pantatnya pun kini terlihat dengan jelas.



Utami:”Astaga, kamu punya tattoo say,astaga ada gambar kontolnya, mantap banget, ayo ger malah bengong” ucap Utami lagi.

Gerry pun segera mengambil gambar istri saya. Istri saya pun berkali-kali ganti posisi tapi masih menyamping, kadang menghadap ke kakan dan kadang ke kiri, kadang sebelah kakinya ditumpangin di satu kaki lainnya kadang keduanya menapak di lantai.

Utami:”Cukup say, sekarang menghadap kamera sambil ngangkang” ucap Utami memberi intruksi lagi.

Dewi pun tanpa lelah kembali mengikuti keinginan Utami. Gambar dia pun segera diabadikan oleh Gerry dan temannya.



Utami:”berdiri lagi dong say, pegel ya hehe”

Wife:”Gpp Mi” teriak istri saya.

Istri saya pun segera berdiri dan berjalan sedikit menjauh dari kursi karena memang Utami memberi kode sambil berdiri.

Utami kembali duduk dan saat akan duduk dia otomatis nungging sedikit. Akhirnya saya pun dapat melihat celana dalamnya yang sepertinya berwarna putih terbalut oleh stockingnya yang berwarna hitam.



Utami:”Say, agak miring agar pantat kamu kelihtan oleh kamera, ya gitu bagus” ucap Utami.

Gerry pun segera mengambil gambar istri saya. Dalam posisi berdiri dan dengan berbagai pose yang kebanyakan mengekpos bokongnya yang tidak tertutup kain karena G-string yang dikenakan hanya menutup bagian lubang pantat saja.

Utami:”Udah cukup say, duduk dulu saja sambil istirahat” ucap Ucap Utami kepada istri saya.

Utami lalu berdiri dan berjalan menjauh beberapa meter dari tempat saya duduk dan tampak seperti menelpon. Tak lama dia juga kembali dan duduk di samping saya. Tampak dia mengeluarkan botol minuman dari tas kecil yang dibawanya dan meminumnya. Sementara itu tak lama muncul seorang pemuda yang ku ketahui adalah model yang sempat tadi pagi saya lihat.



Dia mendatangi kami dan langsung menuju Utami.

Utami:”Hai Van, ayo ke sini” ucap Utami sambil menuntun pemuda yang mungkin usianya di bawah 25 tahun. Pemuda berbadan tegap dengan tinggi yang sepertinya tak jauh berbeda dengan tinggi saya hanya saya tubuhnya atletis.

Utami menuntun lelaki tersebut menuju istri saya. Tampak Utami seperti sedang memberi intruksi kepadanya dan juga istri saya. Saya mulai menangkap keganjilan. Utami segera meninggalkan istri saya dengan si Ivan.



Utami kini berdiri di depan saya tepat di bibir kolam renang.

Utami:”Ayo mulai lagi, sesi terakhir, Ivan kamu duduk di kursi, Pangku Dewi, Wi, kamu duduk menyamping ya di salah satu paha Ivan” Ucap Utami.

Ternyata benar si Ivan tampil bareng dengan istri saya.

Ivan pun duduk di kursi dengan posisi menghadap kamera dan sedikit mengangkang. Si Ivan sudah melepas bajunya dan hanya mengenakan celana model boxer saja.

Tanpa ragu istri saya duduk di paha kiri si ivan dan si Ivan segera merangkul pinggang istri saya.

Utami pun melambaikan tangannya agar Gerry segera mengambil gambar.



Beberapa jepretan pun dilakukan oleh Gerry, lalu kemudian istri saya berpindah ke paha kanan dengan pose sama dan kembali gambarnya diambil, belum ada hal yang aneh-aneh sampai sejauh ini.

Utami kini kembali menghampiri kursi dan duduk lagi di samping saya.

Utami pun kembali berteriak kepada istri saya dan si Ivan.

Utami:”Ok, pose selanjutnya, Wi, kamu duduk lagi dipangkuan Ivan di tengah-tengah” ucap utami.

Istri saya pun tanpa ragu segera duduk sambil dipangku oleh si Ivan. Saya yakin pantat istri saya pasti menggencet selangkangan si Ivan.



Utami:”Ok, Wi, kaki kamu ngangkang ya, Ivan, kamu pegang memeknya Dewi ya, dari luar cangcutnya aza” Ucap utami. Saya pun sedikit tidak percaya mendengarnya dan saya pun segera protes.

Saya:”Harus gitu memang?

Utami:”Kalem aza mas, istrimu Cuma dipegang memeknya doang sama model aku, buat narik pelanggan juga, lagian istri kan sudah biasa dipegang memeknya selain sama kamu” ucap Utami tanpa tedeng aling-aling.

Saya pun hanya bisa terdiam, karena kalau saya melarangpun sepertinya Dewi tidak keberatan dan malah akan protes sama saya. Saya pun hanya diam seperti pecundang.



Sementara Ivan masih kelihatan ragu-ragu, tangannya masih memegang paha istri saya, mungkin dia juga segan karena Dewi lebih tua dan mungkin dia tahu ada suaminya walau saya tak terlalu yakin dia tahu hal ini.

Utami:”Ayo Van, satu tangan kamu taruh depan memeknya Dewi, kamu raba aza memeknya”

Terdengar istri saya ikut memerintah si Ivan, suaranya cukup keras karena saya pun bisa mendengarnya walau dengan nana sedikit manja.

Wife:”Udah, pegangnya aza mas heunceut aku, gpp” ucap istri saya.

Utami:”Ia, gak usah khawatir, lakinya disini sama aku, gak akan marah koq, kalau marah aku suruh dia pegang memek aku” ucap Utami.



Sontak Ivan pun melihat ke saya lalu menunduk dan telapak tangannya kanannya kini sudah di depan kemaluan istri saya yang hanya terbalut celana dalam g-string yang mini. Tampak telapak tangan Ivan pun sudah meraba memek istri saya dari luar cdnya.

Utami:”Sip” ucapnya sambil memberi kode kepada Gerry agar mengambil gambar istri saya dan Ivan.

Gerry pun segera mengambil gambar mereka.

Saya pun menjadi sedikit kesal, segera tangan saya pun saya masukan ke selangkangan Utami dan kupegang memeknya membuat Utami terkejut dan sedikit teriak.

Utami:”Awww, Mas” ucapnya tapi tak menahan tangannya saya.

Yang lain pun segera melihat kepada kami dan tahu tangan saya berada di dalam rok mini Utami.



Saya tidak perduli lagi, sambil sedikit mencondongkan badan ke depan dengan mata tetap melihat ke posisi istri saya dan Ivan tangan saya tetap meraba-raba memeknya Utami yang terbalut stocking dan celana dalamnya.

Utami:”aaakh gue jadi korban juga, aah Ivan, sekarang tangan kamu masukan ke dalam cangcutnya Dewi” ucap utami makin ngawur.

Ku lihat Ivan seperti berbisik kepada istri saya dan kemudian dia memasukan tangannya ke dalam celana dalam istri saya dengan posisi yang masih sama. Gerry pun segera mengambil gambar istri saya.



Utami kemudian menarik tangan saya keluar dari selangkangannya dan dia langsung berdiri di samping depan saya.

Utami:”Sekarang kalian berdua berdiri ya, Wi, kamu nungging dikit ya” ucap utami

Istri saya pun segera menungging membelakangi kamera. Pantatnya menjadi santapan semua lelaki di sini.

Utami:”Ivan kamu berdiri di samping Dewi dan tangan kamu taruh di pantat Dewi, remas aza” ucap Utami.

Ivan pun kini terlihat lebih semangat dan rileks, dia pun menggunakan tangan kirinya dan meremas pantat istri saya dengan posisi menyamping.

Utami:”Wi, kepala kamu menoleh ke belakang, ia gitu” ucap Utami sambil mengacungkan jempol dan Gerry pun segera mengambil gambar istri saya dan Ivan.



Suasana menjadi semakin hot saja. Saya pun sudah nekad dan terbawa sedikit emosi. Saya pun berdiri dibelakang Utami dan saya remas-remas pantatnya Utami.

Utami:”Aww, aaaghh” Utami terpekik tapi tidak protes dan malah kembali memberi intruksi kepada istri saya dan Ivan.

Utami:”Wi kamu berdiri di depan Ivan, Ivan kamu peluk Dewi dari belakang” ucapnya lagi.

Istri saya pun segera memposisikan diri di depan Ivan. Ivan pun memeluk istri saya dari belakang sambil tangannya melingkar dipinggang istri saya.



Badan mereka sedikit condong ke depan.

Utami:”Tangan kamu usap perutnya Dewi “ perintah Utami kepada Ivan.

Tangan Ivan yang sebelah kiri pun tampak mendarat diperut buncit istri saya dan tampak mengusap-usap perut istri saya juga pusarnya yang sedikit menonjol.

Utami mengacungkan tangannya sebagai tanda kepada Gerry untuk kembali mengambil gambar mereka.

Gerry pun segera mengambil gambar istri saya dan Ivan kembali.



Saya pun iseng saya peluk Utami dari belakang sambil saya gesekan kontol saya yang sudah menegang ke pantatnnya utami. Utami tidak protes malah sengaja mencondongkan badannya sehingga pantatnya semakin bergesekan dengan kemaluan saya.

Tangan saya pun melingkar di perutnya utami.

Utami:”Ivan, Wi, tahan posisi kalian, sekarang Ivan, tangan kamu taruh di buah dadanya Dewi, kamu remas aza toketnya” perintah utami sembarangan yang membuat saya panas dingin.



Ivan pun memindahkan tangannya ke dada istri saya dan segera meremasnya. Tampak Dewi istri saya memejamkan matanya menikmati remasan dari si Ivan. Utami mengacungkan jempolnya dan segera Gerry mengambil gambar istri saya kembali.

Saya pun sudah nekad antara hati yang panas melihat istri saya diperlakukan begitu di depan mata kepala saya sendiri dan juga hawa nafsu menguasai saya. Saya keluarkan kontol dari balik celana saya dan saya naikan roknya Utami. Sepertinya Gadis melihat aksi saya. Dia pun memekik sambil menutup mulutnya sementara Utami tidak menyadarinya, dia mungkin mengetahui roknya saya naikan tapi tak tahu saya mengeluarkan kontol saya.



Gadis:”Aaaww”

Seketika Utami menoleh ke belakang. Tapi saya sudah lebih cepat merobek stocking tipisnya yang warna hitam dan menyelipkan kontol saya di sela celana dalam putihnya.

Utami:”Aaw dendi ngapaiiiin?

Tapi saya segera dorong kontol saya hingga masuk ke dalam memek Utami yang masih terasa kering tapi saya tidak perduli sementara tangan saya meremas-remas kedua susu utami.



Yang lain pun tampak mulai melihat kepada kami sementara Gadis tampak membuang muka. Saya dekap Utami semakin rapat dan saya sodok dari belakang. Tiba-tiba saya merasa ada kilatan cahaya, rupanya Gerry mengabadikan apa yang sedang saya lakukan terhadap Utami.

Utami:”Aaah Gerry anjing, jangan diphoto, awas lu ya, hapus nanti, ketahuan laki gue bisa gawat uuuuh…aaah” ucap Utami yang badannya maju mundur karena sodokan saya. Saya mulai merasakan kalau memeknya Utami pun sudah mulai basah mungkin dia terangsang oleh remasan tangan saya di teteknya.



Sementara ku lihat Dewi dan Ivan pun sudah tidak berpelukan, mereka berdiri berdampingan dan terutama Ivan tampak bengong melihat saya sedang menyetubuhi Utami, sementara istri saya tampak hanya mesem-mesem sambil geleng-geleng kepala.

Sungguh gila saya menyetubuhi Utami di saksikan anak-anak buahnya yang tampak mupeng melihat bosnya sedang saya genjot. Sementara Gadis yang berdiri di samping kursi tempat saya duduk tadi tampak membuang muka tak mau melihat apa yang saya lakukan.



Utami:”Aaah, awas Gerry kalau gak dihapus uuuh”

Gerry:”Ian tar gua hapus, tapi gua muat dulu photo elo yang lagi dientot Pak Dendi haha” ucap Gerry.

Utami:”Woy siapa yang nyuruh berhenti, ayo lanjut lagi aaah, Wi, kamu duduk dipangku Ivan di tepi kolam renang, basahi badan kalian ya, biar terkesan abis renaaaang aaakh uuuh pelan-pelan Den”

Ucap Utami yang kepalanya terdongkak akibat sodokan kuat saya.



Ivan pun segera duduk di pinggir kolam dan membasahi badannya dengan air kolam. Kedua kaki Ivan menjuntai ke kolam renang. Dewi pun naik ke pangkuan Ivan.

Utami:”UUgh kamu miring Wi aaah” ucap Utami kembali memberi intruksi.

Istri saya pun segera berada di pangkuan Ivan dengan posisi miring. Kedua kaki istri saya nekuk dan menginjak lantai hanya pantatnya yang berada di pangkuan ivan. Tangan Ivan memeluk istri saya dan wajah mereka tampak begitu dekat. Tampak mereka berdua seperti berbisik-bisik.



Pemandangan tersebut membuat saya cemburu karena mereka terlihat mesra dan saling berpandangan.

Kecemburuan saya pun saya lampiaskan terhadap Utami. Saya buka baju blazer Utami dan tangan saya masuk ke dalam baju dalamnya. Kini tangan saya sudah meremas-remas susu utami dari dalam.

Sementara Gerry sudah mengambil gambar istri saya lagi.

Utami:”Aaagh enak uuuh” ucapnya tanpa malu-malu padahal dia lagi saya setubuhi di depan banyak orang.

Utami:”Wi, kamu sekarang berciuman dengan Ivan”ucap Utami sungguh tak masuk akal.



Tampak istri saya dan Ivan pun ketawa-ketawa dan terlihat istri saya melihat saya dan kemudian dia yang melumat bibirnya Ivan sambil matanya melihat ke saya.

Gerry pun segera mengabadikannya.

Apa yang dilakukan mereka membuat saya betul-betul cemburu juga terangsang. Saya spodokan kontol saya dalam-dalam ke memeknya Utami.

Saya:”Aaaagh aku gak kuat Mi” ucap saya sambil memagut mulut Utami. Kami pun berciuman seperti istri saya dan Ivan. Kilatan lampu pun beberapa kali menyilaukan mata. Sepertinya Gerry kembali mengabadikan aksi saya yang sedang menyetubuhi Utami. Saya dan Utami kini sudah tidak perduli lagi.



Sementara sprema saya pun segera membasahi memeknya Utami.

Utami:”Uughhh..uuughhh” matanya tampak mendelik, dia pasti merasakan semprotan sperma saya.

Kami terus berciuman untuk beberapa saat sampai si Utami melepaskan bibir saya.

Utami:”Koq kontol kamu masih keras aza” ucapnya berbisik di telinga saya.

Saya pun tak menjawab dan hanya tersenyum saja karena memang saya sudah persiapan dengan meminum ramuan obat dari Donatus.



Utami:”Uuuuh masih nyantol aza kontolnya di memek aku Den” ucap Utami tapi segera dia mengalihkan pandangannya kepada istri saya yang masih berciuman dengan Ivan dan tangan Ivan sudah masuk ke dalam bh istri saya dan meremas-remas susunya dia.

Sementara Gerry terus mengabadikan adegan mesum yang terjadi.

Utami:”Udah..udah stop sesi ini selesai” ucap Utami sambil menarik badannya menjauhi saya. Kontol saya pun terlepas dan saya menoleh kepada gadis yang ternyata sedang menatap ke arah saya. Gadis pun tampak malu dan pura-pura melihat ke posisi lain.



Utami tampak membenahi rok dan blazernya. Sementara istri saya sudah berdiri begitu juga Ivan.

Gadis tampak berlari mendekati istri saya dan memakaikan handuk ke badan istri saya. Utami tampak berjalan menuju istri saya dan berhenti sejenak di dekat si Gerry.

Utami:”Wah, gila banyak yang harus diedit, awas y aloe simpen photo gue yang lagi diewe suaminya Dewi” ucap Utami kepada Gerry.

Gerry:”Hehe, ia, aku gak simpan, kamu aza siapa tahu mau simpan teh”

Utami tidak menjawab segera menghampiri istri saya dan tampak mereka tertawa-tawa.



Mereka pun segera menghampiri kami.

Utami:”Gila laki loe Wi, sumpah gue malu banget diewe di depan banyak orang”

Wife:”Tapi loe kelihatannya menikmati banget koq”

Utami:”Haha, terlanjur ya pasrah aza, lagian gue terangsang liat elo sama Ivan, biar umur loe beda jauh gak kelihatan” ucap Utami.

Saya, utami, Gadis dan istri saya pun berjalan beriringan meninggalkan kolam renang. Sementara si Ivan sepertinya gabung dengan si Gerry.





POV WIFE



Si Ivan pun memeluk aku dengan erat dari belakang. Kurasakan kontolnya bergerak gerak menyodok pantat saya. Apalagi saya Cuma memakai cangcut jenis g-string yang hanya sedikit menutupi lubang pantat.

Saya pun berbisik di telinga si Ivan.

Saya:”say, kontol kamu ih, nakal banget” ucap saya.

Ivan:”Huh, gak nakal gimana, di depannya pantat semok kamu” ucapnya dengan suara sedikit bergetar.

Tangan si ivan pun mengelus-elus perut buncit saya yang sedang hamil udah mendekati enam bulan mungkin.



Terdengar teriakan Utami yang meminta Ivan memindahkan tangannya ke dada saya dan bahkan meremas toket saya. Saya pun sedikit tidak percaya dengan perintah Utami yang berbau mesum tapi juga senang.

Saya:”Tuch kamu di suruh remas toket aku” ucap ku dan belum selesai ucapan saya tangan si Ivan sudah meremas susu saya.

Sementara itu suamiku tersayang mas Dendi sepertinya terangsang melihat istrinya dimesumin di depan dia dan banyak orang juga. Dia memeluk Utami dengan erat, ada rasa beralah di diri saya membiarkan tubuh saya begitu mudah dijamah di depan suami sendiri pula tapi entah kenapa saya merasa begitu excited di mesumin di depan Kang Dendi suami saya.



Lalu saya mendengar Gadis memekik cukup keras dan saya pun begitu terkejut karena sepertinya Mas Dendi sedang menyetubuhi Utami. Untuk yang satu ini saya benar-benar tidak percaya Dendi berani menyetubuhi Utami di depan banyak orang. Apa dia marah karena melihat saya dengan Ivan. Ada rasa bersalah timbul di lubuk hati saya. Entah kenapa saya merasa menjadi begitu cemburu melihat Dendi menyetubuhi Utami. Sementara tangan Ivan terus meremas-remas susu saya. Malah kini tangannya sudah masuk ke dalam kutang mini yang saya kenakan.



Gerry pun terlihat terus mengambil gambar saya. Nafas saya sedikit memburu antara cemburu dan nafsu.

Terlihat suami saya sesekali melihat muka saya dan kemudian focus ke utami.

Ivan:”Suami kamu berani banget mbak, ngewein teh Utami di muka umum gini” ucap Ivan sambil lidahnya menjilati belakang telinga saya.

Saya:”Aku sendiri kaget lho suami aku berani banget” ucap saya sambil menodorong Ivan agar melepaskan saya hingga Ivan sedkit terkejut dan hampir terjengkang.



Kami kini berdiri berdampingan menyaksikan suami saya menyetubuhi Utami.

Ivan:”Kamu marah ya Wi? Kamu cemburu ya?

Saya:”Gak juga” jawab saya pendek.

Ivan:”Tapi kamu koq sampai dorong aku”

Saya:”Ia, gak tahu aku koq cemburu, padahal aku dan suami udah biasa, dia udah biasa ngentotin cewek lain, aku juga udah biasa diewe laki-laki lain” ucap ku. Kami berdua pun terdiam dan mata kami terfokus kepada Utami yang tampak sedang marah-marah kepada Gerry karena mengambil gambarnya tapi juga mengerang-ngerang keenakan.



Tapi seketika kami pun dikagetkan oleh Utami yang kini memberi intruksi agar kami pindah dan duduk di tepi kolam renang. Ivan pun segera duduk dengan kakinya masuk ke dalam kolam renang. Saya pun segera duduk di pangkuan dia dan sesuai intruksi Utami saya duduk dalam posisi menyamping berlawanan dengan Ivan.

Ivan pun melingkarkan tangannya di pinggang saya. Wajah kami begitu dekat. Ivan ternyata memang begitu tampan, persis seperti wajah suami saya saat masih muda, apalagi Dendi terhitung pemalu, aku ingat saat kami berdekatan begini dulu dia tidak berani menatap wajah saya.

Ku lihat suami saya pun menatap saya dengan tatapan tajam.



Lalu Utami dengan suara beratnya karena lagi digenjot memeknya oleh kontol suami saya berteriak kembali dan menyuruh kami berciuman.

Saya:”Utami nyuruh kita ciuman say” ucap saya dan melihat suami saya sebentar lalu saya melumat bibir Ivan yang tampak tersenyum kepada saya. Kami pun saling bertukar lidah dan si Gerry pun mengabadikan aksi kami.

Saya:”Mmmmppppz uuuh mmmmphhhh” sambil ciuman mata saya tetap menatap suami saya yang tampak mukanya memerah mungkin dia sange atau mungkin cemburu. Kulihat dia mendekap Utami dengan sangat erat dan tangannya sudah masuk ke dalam baju Utami.



Tak lama kulihat mereka berciuman. Sementara kurasakan tangan si Ivan sudah masuk kembali ke dalam kutang saya dan memilin-milin puting susu saya.

Saya:”Aaakh kamu makin nakal say, uggh enak aaagh remas nenen aku sayang” ucap saya dan kembali melumat mulutnya Ivan.

Ivan pun kini meremas-remas susu saya membuat saya tak tahan untuk mendesah meski tertahan karena mulut kami masih bersatu. Kilatan lampu kamera pun terus mengabadikan aksi mesum saya juga utami dan suami saya.



Tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara Utami yang meminta kami berhenti dan seketika saya melihat suami saya yang sedang membenahi celananya dan memasukan kontolnya yang kulihat masih keras dan tegang, apa mungkin dia belum keluar, tapi lkulihat kontolnya begitu mengkilap. Saya pun yakin suami saya dapat melihat tangan Ivan yang ada di dalam kutang saya dan sedang meremas-remas susu saya. Saya pun segera mendorong Ivan dan dengan bersusah payah saya berdiri.

Ivan:”Aku minta nope kamu dong mbak”

Saya:”Nanti saja kamu minta sama Utami” ucap saya.



Ku lihat gadis berlari menghampiri saya dan memakaikan handuk ke tubuh saya.

Utami pun segera mendatangi saya dan sempat berbicara dengan si Gerry untuk menghapus photo dia yang sedang dientotin suami saya.

Utami lalu menghampiri saya dan langsung saja nyerocos.

Utami:”Woi, gila, sumpah, ini pengalaman paling gila dalam hidup gue, mas ague diewe di depan khalayak ramia, gila emang laki loe”

Saya tak berkomentar hanya senyum-senyum saja.



Kami pun segera mengahampiri suami saya yang hanya berdiri mematung. Sesampai di depan suami saya si Utami kembali nyerocos.

Utami:”Gila laki loe Wi, sumpah gue malu banget diewe di depan banyak orang”

Saya:”Tapi loe kelihatannya menikmati banget koq”

Utami:”Haha, terlanjur ya pasrah aza, lagian gue terangsang liat elo sama Ivan, biar umur loe beda jauh gak kelihatan” ucap Utami.

Kami pun segera meinggalkan kolam renang.
 
PART 63



POV Wife



Kami pun masuk ke ruang make up kembali.

Utami:”Kalian istirahat dulu ya, ku antar dech ke kamar, jangan di sini” ucap Utami dan memberi kode agar saya dan istri saya mengikuti dia.

Saya dan Suaminya pun segera mengikuti Utami dan keluar kembali dari ruang make up.

Ternyata Utami membawa kita ke kamar di mana suami aku dan dia pernah bersetubuh, aku tahu karena dikasih tahu oleh dendi. Utami pun segera mendorong pintu yang rupanya tidak terkunci. Saya dan istri saya yang masih berbalut handuk pun masuk ke dalam kamar tersebut. Kami pun duduk di sofa panjang yang menghadap ke layar tv yang berukuran sangat besar.



Suami:”Wah, jadi ada tv yang besarnya Mi, kalau gak slaha dulu gak ada”

Utami:”Ia, gue yang minta, sekarang ini jadi kamar gue kalau istirahat, dulu kamar si Gerry” ucap Utami.

Utami:”Wi, kamu mau mandi dulu, silahkan” ucap Utami sambil mengedipkan matanya kepada saya.

Saya:”Pah, mamah mandi dulu ya sayang” ucap saya sambil bangun dan mengecup bibir suami saya. Saya pun mengedipkan mata kepada Utami.

Saya pun meninggalkan mereka berdua saja dan segera masuk ke dalam kamar mandi.





POV Suami



Setelah istri saya pergi ke kamar mandi, tinggalah saya berdua saja dengan Utami.

Utami pun segera merapatkan badannya ke badan saya.

Utami:”Mas, sorry tadi keterlaluan ya”

Saya:”Apanya?

Utami:”Itu, aku intruksikan istrimu sama si Ivan, tapi memang tujuannya untuk meningkatkan peminat majalah online kita, dulu waktu masih cetak ofline gak gitu normal saja, sekarang menyesuaikan, sebenarnya gak Cuma istri kamu aza, model yang lain juga sekarang posenya lebih hot dan kalau pasangan ya kayak gitu juga, saling raba hehehe” ucap Utami.

Saya:”Ia gpp, aku juga minta maaf, sudah sangat keterlaluan, aku juga gak tau kenapa sampai berani menyetubuhi kamu di depan banyak orang” ucap saya memang saya juga sedkit menyesal setelahnya.



Utami:”Hihi, gpp, tadi itu pengalaman paling aneh dalam hidupku, kenapa aku pasrah aza, karena aku sudah merasa bersalah, kamu pasti cemburu liat memek istri kamu diraba-raba sama pasangan modelnyam, jadi aku maklum, ya walau aku sudah seperti tak punya martabat lagi di depan anak buah aku, aku udah lebih parah dari perek kan, pasrah aza kamu entot di depan anak buah aku” ucap Utami tapi kepalanya sekarang menyender di dada saya.

Saya:”Ia sorry banget, aku lepas control”

Utami:”Gpp say, eh btw koq kontol kamu masih keras aza waktu habis bucat di memek aku? Kamu pakai obat kuat ya?

Saya:”Hehe ia…”

Utami:”Pantesan, kuat berapa kali tuch, si Jamal juga kayak gitu waktu dia ngewein aku, biar udah bucat masih aza keras kontolnya di memek aku, tapi dia Cuma kuat dua kali”

Saya:”Oh, kalau aku kayaknya lebih dech, soalnya udah aku praktekan”

Utami:”Wah asyik dong, eh ngomong-ngomong si Jamal, pasti mas juga udah ngerti” ucap Utami tak meneruskan ucapanya tapi tangannya membuka resleting celana saya dan memasukan tangannya ke dalam celana dalam saya. Tangannya mulai meremas-remas kontol saya.



Saya:”Ia kenapa Mi?

Utami:”Dari pertama liat photo istri kamu di majalah online, si Jamal udah kesemsem sama istri kamu, sampai dia menjadikan istrimu modelnya”

Saya:”Modus aza berarti”

Utami:”Gak, memang istrimu bisa meningkatkan penjualan produk dia, tapi juga menggoda nafsu kelelakian dia, ya siapa sich yang gak tertarik sama istri mas, penampilannya yang seolah alim tapi begitu”

Saya:”Terus…” saya sebenarnya sudah menebak dari awal akan seperti apa.



Utami:”Jadi si Jamal mau booking istri mas, boleh ya, paling 2-3 jam doang, tapi ya kalau gak boleh gpp, gak akan berpengaruh koq ke pekerjaan dia sebagai modelnya si Jamal, aku jamin”

Aku pun serba salah, sesungguhnya ingin menolak tapi ya gimana.

Utami pun menangkap kebingungannku.

Utami:”Tenang aza, selama istri kamu dibooking si Jamal, kamu pasti aku temenin mas, kalau aku masih kurang aku tambahin model anak buah aku”

Saya:”Boleh, aku mau tes kekuatan seks aku, tambah satu orang” ucapku.



Utami:”Siip, berarti kamu gak masalah kan istri melacur lagi?

Saya:”Sebenarnya jujur aku gak suka, kalau bisa dia gak usah melacur lagi, toh dia punya pekerjaan jadi model, tapi kayaknya situasi sekarang aku gak bisa nyegah”

Utami:”Siip, Cuma kali ini juga, si Jamal berani bayar gede buat ngerasain memek istri kamu, aku juga dulu gitu” ucap Utami.



Kini dia berjongkok dan mulai menghisap kontol saya yang sudah mulai menegang.

Saya:”Tapi aku mau si Gadis yang nemenin aku selain kamu” ucapku.

Tampak Utami sedikit terkejut dan dia pun melepaskan kontol dari mulut saya.

Utami:”Waduh, kalau si Gadis kayaknya gak mungkin mas” ucapnya sambil naik ke kursi dan duduk kembali di samping ssya. Tangannya memegang kontol saya dan mengocoknya lagi.

Utami:”Gadis, cewek baik-baik dan suaminya si Toni ada juga tadi, kerja di sini dia ikut tadi, anak buah Gerry, jadi gak mungkin dia mau” ucap Utami.



Saya pun sedikit kecewa, justru karena dia terlihat lugu yang membuat saya tertarik, kalau model ya ada kemungkinan juga sudah sering di pakai orang.

Saya:”Justru karena dia cewek baek-baek aku tertarik sama dia”

Utami:”Tapi aku gak mungkin nawarin dia beginian say, huh, kalau si Friska masih mungkin dia juga cewek baek-baek tapi katanya lagi butuh uang, dia pernah bilang kalau ad abos-bos yang mau pake dia, dia mau aza, tapi dia sekarang lagi libur”



Saya:”Ya udah, gimana kamu saja Mi, siapa saja boleh dech, pilihin yang ok dan jarang dipakai orang”

Utami:”Oh siip, aku pilihin model yang baru dech buat kamu, masih fresh hihi” ucap Utami.

Saat kami sedang berbincang pintu kamar mandi dibuka dan muncul istri saya yang sudah selesai mandi.







POV Wife



Setelah selesai mandi saya pun segera keluar dari kamar mandi. Ku lihat Utami sedang berbincang dengan suami saya sambil tangan si Utami mengocok-ngocok kontolnya suamiku yang sudha keluar dari celananya.

Saya:”Dih, aku tinggal mandi bentar langsung asyik-asyikan si Papah” ucapku sambil berjalan menuju meja rias yang ada di sebelah televise belayar lebar.

Utami:”Hehe, soalnya aku penasaran say, kontol laki loe masih aza keras waktu dia tadi habis bucat di dalam memek aku” ucap Utami.

Saya:”hah, jadi tadi suami aku keluar di dalam heunceut kamu Mi? aku kira dia tadi belum bucat”

Utami:”Udah, dia bucat waktu liat istrinya ciuman mesra sama si Ivan” ucap Utami dan diakhiri tertawa yang cukup keras.



Saya pun segera menghampiri mereka setelah terlebih dahulu mengerikan rambut saya.

Saya:”Itu kan tuntutan scenario mi, please kamu jangan buat suami aku cemburu, pah itu Cuma boongan” ucap saya sambil pura-pura cemberut.

Utami:”Hihi, neng, terus kamu mau ngapain ini, mau ikut ngocokin kontolnya mas Dendi, ganti baju dulu sana” ucap Utami kepada saya. Tangannya tetap mengocok kontol suami saya dengan lembut. Sementara Dendi sambil merem melek matanya menatap kepada saya.



Saya:”Justru itu, aku mau minta baju aku ke suamiku aku, gimana aku mau ganti baju, baju aku sama Papah Dendi” ucap ku sambil menjulurkan tangan meminta pakaian saya kepada suami saya.

Dendi pun segera menyerahkan baju saya dan mengeluarkan pakaian dalam saya dari tak kecil yang saya bawa dari rumah.

Saya pun segera mengambilnya dan kembali berjalan menuju meja rias.

Saya pun segera melapas handuk saya dan mulai mengenakan kutang saya.



Utami:”Neng, cangcut kamu tadi kan diciumin Om Jamal, pasti ada tuch bekas liur dia nempel disitu hihi”

Saya pun menoleh ke utami sambil tersenyum.

Saya:”Biar, biar liur dia kenalan sama heunceut gue Mi” ucap saya sambil mengenakan cangcut saya yang sebelumnya saya pakai waktu berangkat dari rumah.

Utami:”Buset, kamu memang semok neng, pantes si Jamal tergila-gila sama kamu” ucap Utami memuji saya.



Saya:”Biasa aza Mi, mungkin karena gue lagi bunting, pantat gue jadi lebih gede hihi” ucap saya sambil mengenakan stocking cokelat yang juga saya gunakan waktu dari rumah.

Utami:”Neng, tapi gue masih ada satu sesi lagi habis ini, kamu tunggu di sini dulu ya, ama laki loe, mau ewean dulu sama laki loe silahkan masih ada waktu, nanti aku antar ke hotel tempat si Jamal kalau aku sudah kelar” ucap Utami.

Kini saya sudah mengenakan baju panjang saya hanya tinggal merapihkan.

Saya:”Memang udah deal kah Mi, laki gue udah ok”

Utami:”Udah ok perek, kamu bisa melacurkan tubuh kamu ke si Jamal” ucap Utami kasar tapi aku tidak marah dan tersinggung



Saya:”Beneran Mi, beneran Pah” ucap saya sambil berjalan menuju suami saya dan sambi mengenakan jilbab saya.

Suami saya tidak menjawab malah sedikit membuang muka.

Saya pun duduk di samping suami saya.

Saya pun ikut memegang kontol dia yang lagi dielus-elus oleh Utami.



Saya:”Pah, mamah boleh jadi pelacur lagi kan, Cuma hari ini pah, duitnya lumayan gede lho, dia bayar mahal buat heunceut mamah” ucap saya sangat vulgar dan tidak pantas diucapkan seorang istri kepada suaminya.

Suami saya hanya menganggukan kepala saja tanpa berkomentar. Aku tau dia tidak suka tapi juga tapi bisa menolak, pasti dia tidak enak sama Utami.

Saya:”Tenang, mamah bakal layanin papah dulu sekarang, jadi nanti si Jamal kebagian heunceut mamah yang baru dipakai” ucap saya semakin nakal mungkin lebih nakal dari pelacur.

Utami:”Ia Den, kamu ewean dulu sama istri kamu aza ya, biar si Jamal dapat memek bekas pakai da nada pejunya hihi, aku mau lanjut sesi terakhir, awalnya modelnya gak bisa dating, eh tahunya dating” ucap Utami sambil melepaskan tangannya dari kontol suami saya dan lalu berdiri.



Suami:”Ok Mi, thanks ya”

Utami:”Thanks buat apa say? Utami tampak bingung.

Suami:”Kamu gak marah abis aku ewe depan banyak orang” ucap suamiku, sepertinya dia merasa bersalah.

Utami:”Haha, udah gpp, malah gimana gitu ya excited gue jadinya” ucap Utami.

Saya:”Ya udah sana say”

Utami:”Ih gak sabar banget mau ngewe kamu ya Wi”



Saya:”Ia, gua udah sangat penasaran pengen nyoba kontol lalki gua yang sekarang biar udah bucat masih keras aza, mau gua buktikan” ucap saya.

Utami:”Maka laki loe bilang udah dia tes, katanya kanjutnya tegang tersu lebih dari sekali”

Saya:”Ia, dia tes sama henceut bu ustazah tetangga gue, buka ke heunceut gue” ucap saya.

Utami:”Hah, gila memang, elo sama laki loe sama gilanya hehe, ya udah sayang keduanya, aku tinggal” ucap utami sambil melambaikan tangannya dan segera keluar dari kamar.



Sekarang hanya tinggal saya dan suami saya saja di kamar ini.

Saya pun segera melumat bibir mas Dendi. Kami pun berciuman dengan sangat hangat. Tangan suamiku segera saja meremas-remas kedua tetek saya.

Saya pun kini berpindah duduk dipangkuan suami saya.

Tangan mas Dendi menyibakan jilbab saya yang kebetulan belum terpasang dengan benar dan kini mulutnya mulai menjilati leher saya.



Saya:”aaakh Pah, uuuh geli sayang akkhh” ucap saya sambil meremas lembut kontolnya yang sudah semakin keras.

Saya:”Aaakh Pah, pindah ke kasur yuk biar leluasa” ucap Saya.

Suami saya tidak menjawab tapi segera mengangkat badan saya dan memindahkan ke atas ranjang yang jarakanya hanya beberapa meter dari sofa tempat kami bergumul.

Saya pun direbahkan dengan penuh kehati-hatian dia atas kasur dan Mas Dendi segera rebah juga di samping saya. Kami kembali berciuman untuk beberapa saat.

Sementara tangan saya kembali meremas lembut kontol suami saya.



Suami saya kembali menyingsingkan jilbab saya dan mulai menjilati belakang telinga saya.

Saya:”Aaagh Pah geli enak uuh, cupangin aza Pah aaagh kasih merah pah, sebelum nanti mamah dicupangin si jamal” ucap saya.

Suami saya yang kini sudah telungkup tidak menjawab, tapi sepertinya dia sudah memberi beberapa tanda merah karena terasa gigitan-gigitan kecil di leher dan belakang telinga saya. Tangan suami saya tak henti meremas susu saya hingga baju saya menjadi basah karena asinya keluar.



Sementara saya masih terus mengurut dan mengocok kontol suami saya.

Tiba-tiba suami saya bangkit dan duduk.

Suami:”Mah, lemas bajunya ya, itu basah dibagian dada sudah” ucap Dendi suami saya.

Saya pun bangun dan duduk.Benar saja bagian depan dada saya sanat basah.

Saya:”Ia Pah, basah banget, karena asi mamah pada keluar, aneh waktu nenen mamah diremas-remas si Ivan gak sampai keluar asinya, tapi mungkin karena remasan papah kuat banget” ucap saya sambil berdiri dengan bantuan suami saya.



Suami:”Ia, kamu gak bawa baju lagi kan sayang Cuma ini, nanti kan kelihatan ada nodanya kalau kamu nemuin si Jamal” ucap suami saya.

Saya:”Ih, papah perhatian banget, ia mamah lepas sebelum makin banyak” ucap saya sambil melepaskan baju gamis yang juga baju hamil saya dengan bantuan Dendi suami saya.

Akhirnya baju gamis saya pun terlepas.



Saya:”Pah, maaf bisa simpan di kursi, jangan dilipat biar mongering”

Suami saya tidak menjawab tapi segera turun dan menyimpan baju panjang saya di sandaran sofa tanpa melipatnya.

Suami saya kembali kepada saya dan segera naik ke ranjang sedang saya sudah duduk di atas kasur.

Saya:”Pah, mamah lepas juga celana papah ya,ini mamah udah mau telanjang” ucap saya tanpa menunggu jawaban dari suami saya yang masih berdiri saya pun menurukan celana suami saya berikut sempaknya hingga terlepas.



Kemudian saya dorong suami saya hingga tiduran dan terlentang. Segera saya menduduki kedua paha suami saya.

Saya:”Mamah lepas juga yang kutang mamah, basah juga pah”

Suami saya tidak menjawab tapi tangannya segera bergerak ke punggung saya dan membuka kait kutang saya. Dia segera menarik lepas kutang saya dan melemparnya ke sudut ranjang.



Saya:”Nich Pah isep nenen aku Pah” ucap saya sambil memberikan susu kanan saya ke mulut istri saya.

Asi saya pun sudah netes-netes. Segera Dendi suami saya membuka mulutnya dan mencaplok puting susu saya.

Saya:”Aaaagh Pah, isep yang kuat nenen aku Pah, abisin asi jangan disisain, biar nanti saat si Jamal isep nenen aku, asinya udah habis hihi” ucap saya sambil memencet dan memeras payudara saya.

Mulut suami saya pun menjadi beleoptan oleh asi.

Mulut suami saya kini berpindah menghisap susu saya yang sebelah kiri. Saya pun tak mau tinggal diam. Tangan kanan saya segera mengocok-ngocok kontol suami saya.



Saya:”Aaagh Pah, nikmat aaaah, abisin asinya Pah” ucap saya terus memberi semangat kepada suami saya untuk menghisap habis asi saya.

Cukup lama suami saya mengisap Asi saya hingga asi saya tidak menetes-netes lagi. Sekarang mulutnya masih menjilati puting susu saya dan kadang bagian lainnya.

Saya:”Aaakh, kasih cupangan yang banyak Pah, biar gak ada tempat buat si Jama nyupang nenen mamah nanti” ucap Saya untuk semakin memancing birahi suami saya.

Tangan suami saya pun segera meremas susu kanan saya sedang mulutnya dengan rakus mengisap dan mengigit payudara kiri saya.



Saya:”Aaagh Pah, enak aaagh, cupang yang banyak sayang, bikin nenen mamah merah-merah” ucap saya lagi. Benar saya, payudara kiri saya sudah penuh dengan tanda merah. Kini mas Dendi sudah berpindah kembali ke payudara kanan saya. Dia pun melakukan gigitan-gitian kecil di payudara kanan saya membuatnya susu sebelah kanan saya pun mulai terdapat tanda merah.

Saya:”Aaagh anjing, cupangin terus aaaakh, cuapangin toket gue aaah” jeris saya karena kini tangan suami saya sudah menyelinap ke dalam cangcut saya dan mencolok-colok heunceut saya yang sudah basah dari tadi karena nikmat isapan mas Dendi di susu saya.



Tampaknya Dendi sudah puas bermain dengan payudara saya. Kini dia memberi isyarat meminta saya melepas cangcut saya.

Saya pun segera melepas cangcut saya yang ternyata basah di bagian tengahnya.

Saya:”Cangcut mamah juga basah ternyata Pah, hihi, eh koq papah biarin si Jamal ambil cangcut mamah, pakai cangcut mamah diciumin segala” ucap saya sambil membentangkan cangcut saya di depan kepala mas Dendi.

Suami:” Utami yang maen ambil aza cangcutnya mamah terus dikasih ke si Jamal, kalau papah larang gak enak sama Utami”

Saya:”Ikh Papah, jadi kan mamah dilecehkan hehe, tapi biarin nanti mamah bikin kapok si Jamal, mamah jepit kontol dia pake heunceut mamah hihi”

Suami:”Maunya mamah itu”

Saya:”Hihi jiwa petualang seks pah, aaagh jilatin heunceut aku ya Pah, sebelum nanti di jilat si Jamal” uap saya sambil berdiri dan mengarahkan selangkangan aku ke muka suamiku.



Dendi suamiku pun segera membenamkan wajahnya ke heunceut saya yang cukup berbulu lebat.

Saya:”Aaagh Pah, uuug, maen masukin lidahnya aza ke heunceut mamah, kan jadi enak hihi” ucap saya sambil sedikit bergoyang-goyang.

Saya pegang kepala suami saya dan saya tekan ke selangkangan saya.

Lidahnya sudah menari-nari dan kini menjilati itil saya.

Saya:”aaagh enak jing aaagkh, kena itil uuugh enak gila Pah aaakgh” ucap saya dan memang luar biasa nikmatnya. Heunceut saya pun sudah semakin basah.



Saya:”Aakh nikmat gila enak uugh” ucap saya. Dendi memang lihat menjilati heunceut perempuan. Heunceut saya seketika banjir. Sambil lidahnya menelusuri seluruh bagian heunceut saya tangannya tak berhenti meremas pantat saya dan beberapa kali memberi tamparan kepada pantat saya.

Plak…plakk…

Saya:”aaagh nikmat Pah, mamah dapat” ucap saya sambil menekan kepala suami saya ke selangkangan saya.

Saya pun langsung lemas dan terduduk di perut suami saya setelah sebelumnya saya dorong dia hingga terlentang



Saya:”Aaahk baru sama lidah aza udah lemes aku huh, kamu memang paling lihai pah, kalau soal jilatin heunceut hihi” ucap saya sambil ngos-ngosan.

Suami saya tidak berkomentar hanya tangannya kembali meremas-remas susu saya.

Saya:”Istirahat bentar ya Pah, lemes kaki mamah”

Suami:”Ia, jangan sampai nanti kamu keburu lemes jug amah sebelum diewe si Jamal” ucap suami saya.

Saya:”Ih papah nyindir gitu akh” ucap saya sambil cemberut.



Saya:”akh, saat kita ewean Pah” ucap saya dengan tatapan nakal. Saya pun mundur ke paha suami saya.

Saya pun mengangkat pantat saya dan mengarahkan kontol suami saya tanpa mengocoknya lagi karena sudah sangat keras ke heunceut saya.

Perlahan saya menurunkan badan saya dan kontol Dendi pun segera tertelan oleh heunceut saya.

Suami:”Uuugh nikamt mah” ucapnya sambil meremas-remas susu saya.

Saya:”Ia aaagh enak Pah, masih enak kan heunceut mamah, gak kalah sama heunceut Uli ustazah”

Suami:”Enak banget mah aaagh”

Saya pun mulai naik turun dan maju mundur.



Sementara suami saya kadang meremas susu saya kadang meremas pantat saya.

Saya:”Aaagh uuugh nikmat aaagh ewean memang selalu nikmat uuuugh” ucap saya sangat vulgar berbeda dengan awal saya nikah sama Dendi dulu.

Ploook…ploook…ploook benturan pantat saya dan paha suami terdengar nyaring, mungkin jika ada orang di luar kamar tentu akan mendengarnya.

Saya:”Aaagh anjing nikmat Pah aaakh, kontol kamu jadi lebih keras uugh nikmat” ucap saya meracau dan saya pun mengejang karena orgasme, bener-bener nikmat dan kontol Dendi terasa lebih keras dari biasanya seperti batu saja.

Saya pun terdiam karena kelelahan. Suami saya pun segera mengambil alih kendali dari bawah. Sambil memegang pantat saya dia terus menyodok-nyodokan kontolnya dari bawah.



Saya:”aaagh ampun pah gak kuat masih lemes aaaah”

Ploook…plook..plooook

Suami saya tidak perduli dengan rintihan saya.

Malah sodokannya semakin cepat dan kencang saja.

Saya:”aaagh ampun pah, enak pisan aaaagh mamah keluar lagi” ucap saya sambil mengejang kembali dan betul-betul lemas. Badan saya ambruk dan saya menggunakan siku saya ke kasur untuk menahan agar perut saya tidak tergencet ke badan suami saya.



Sepertinya suami saya pun mulai mengendor tampak dia mengatur nafasnya.

Saya:”Aaagh stop dulu Pah, lemes aaagh, pegel juga heunceut mamah ih”

Tapi suami saya malah mulai mengentot saya lagi sambil tangannya meremasi pantat saya.

Saya:”Uugh gila aaagh nikmat kontoooool” ucap saya sementara Dendi semakin cepat saja mengentot saya.

Ploook…plooook…plooook

Saya:”Aaagh Nikmaaat uuug aaaah mmmmmpzzz” rintihan saya tertahan karena suami saya segera melumat bibir saya.

Plooook…ploookk..ploookkk



Suami:”mmmmggggh aaaaghhh”

Terdengar suami saya mengeram dan kontolnya dibenamkan ke heunceut saya dalam-dalam.

Saya:”aaagh sayang uuughhh mmmmmpz” kami kembali berciuman dan crooot…crooot..crooot saya pun merasakan tembakan sperma beberapa kali di heunceut saya dan terasa begitu hangat.

Kami terus berciuman dan saling bertukar lidah.

Nafas kami pun tersengal-sengal.



Saya pun melepaskan mulut suami saya sambil memejamkan mata menikmati sisa-sia orgasme yang masih saya rasakan.

Saya pun membuka mata karena terkejut, kontol suami saya tetap mengganjal dengan keras di heunceut saya seperti tak ada perubahan.

Saya:”Hah, ia kontol papah masih keras banget ini ngganjel di heunceut mamah uugh jadi agak perih ih” ucap saya sambil bangkit dan duduk. Ia benar memang tetap keras, saya terkejut bercampur senang.



Saya:”Asyik, kontol papah sekarang kalau udah bucat memang tetap keras, pasti cewek-cewek pada kelojotan ini” ucap saya sambil bergoyang sedikit demi sedikit.

Suami:”Gimana rasanya?

Saya:”Becek, heucneut mamah becek oleh peju papah”

Suami:”Bukan, kontol papah tetap keras dan kaku, mamah nikmat kan” ucap suami saya dengan bangga.

Saya:”Hehe ia sich, mantep pah, tapi heunceut mamah pegel jadinya” ucap saya karena memang terasa memek saya sedikit lain rasanya.



Sementara suami saya malah kembali menggenjot saya lagi.

Saya:”Aaakh Pah, sakit ihhh,uuuh enak aaagh”

Suami:”sakit apa enak sich mah? Tanya suami saya dengan santainya dan tetap menggenjot saya.

Saya:”aaagh, sakit heunceut aku pah aaah tapi enak uuuuh” jawab saya tidak jelas. Badan saya terguncang-guncang oleh sodokan suami saya.

Ploook..ploook…ploook…



Saya:”aaagh ampun Pah aaagh enak anjiiiing…enak eweaaaaan aaakh” teriak saya karena kembali saya orgasme dibuat oleh suami saya.

Tampak Dendi sangat puas dari raut wajahnya karena berhasil mengerjai saya. Sementara badan saya terasa lemas padahal saya masih akan bercinta dengan si jamal nanti.

Saya pun kembali menidih suami saya dengan kedua siku menahan badan saya di atas kasur.

Suami saya malah kembali menggenjot saya lagi dan kini membuat saya kesal.

Saya:”aaahk berhenti dulu iih sakit heunceut aku aaaakh” ucap saya sambil berguling ke samping suami saya. Kontol dendi pun terlepas dan tampak mengkilap.



Suami saya hanya tertawa puas melihat saya kelojotan.

Saya:”Ighb papah, mentang-mentang kanjutnya ngaceng terus jadi semena-mena” ucap saya pura-pura cemberut.

Suami:Hehe, lanjut lagi ya mah” ucap suami saya sambil bangun dan segera merenggakan kedua paha saya. Saya yang lemas pasrah saja untuk disetubuhi lagi. Tak lama Dendi sudah membenamkan kontolnya lagi di memek saya.



Saya:”aaagh diewe lagi uughhh nikmat”

Plook…plooook…ploook benturan paha suami dan pantat saya begitu nyaring dan ranjang pun kini berderit lebih kencang karena suami saya yang memegang kendali secara penuh.

Kepala saya pun ikut terdongkak oleh sodokan kontol suami saya.

Saya:”Aaagh pelan pah uuuuuuuh, ini kayak waktu mamah digengbeng aza aaaah…oooooh”

Ploook…plooook…plooook Dendi pun mempercepat sodokannya. Kedua paha saya direnggangkannya lebar-lebar.



Saya:”Uuuh masuk semua kontolnya aaagh anjing pelan aaakh” ucap saya meracau tak karuan. Sepertinya Dendi memang sengaja mengerjai saya.

Saya:”ampuuun pah, oooh bisaaaaa mamah lemeees duluan sebelum dieweeee si Jamal aaagh” teriak saya antara nikmat dan capek.

Ploook…plooook…plooook…

Suami saya malah semakin mempercepat sodokannya sambil meremasi tetek saya. Tak berapa lama dia pun mengerang.



Suami:”Aaaagh…huuuh” Dendi pun membenamkan kontolnya dalam-dalam dan saya merasakan beberapa tembakan kecil sprema, sangat jauh lebih sedikit dibanding tadi.

Saya:”aaagh pah…uuugh…pah….” Saya terpejam karena kembali orgasme. Dendi pun segera melumat bibir saya dan kami pun berciuman cukup lama.

Lalu mas Dendi melepaskan pagutannya. Nafas kami pun ngos-ngosan.

Saya:”Ia, masih kajung aza kontol kamu pah, ngeganjel terus diheunceutnya mamah” ucap ku sambil menggerak-gerakan pinggul saya.



Suami saya tampak tersenyum tapi hanya diam saja sepertinya masih mengatur nafasnya.

Suami:”Bentar ya mah, papah masih capek”

Saya:”Mamah juga udah lemes banget pah, cabut aza dulu kontolnya, heunceut mamah agak gak nyaman” ucap saya.

Suami saya pun segera mencabut kontolnya dan tampak mengkilat oleh cairan kami berdua.



Suami saya pun merebahkan badannya di samping saya, kontolnya masih saja mengacung dan segera kupegang dan tetap saja keras.

Saya:”Koq bisa gini, memang dipake ewean masih enak sayang, kata kamu lama kelamaan kebas?

Suami:”Enak masih kalau sudah di dalam memek, tapi memang agak kebas karena kan stock sperma sudah mau habis tapi dipaksa terus keras”

Saya:”Gila ya pengaruh obat, heunceut ustazah Uli jangan-jangan kamu bikin lecet, kamu entot dia berkali-kali Pah”

Suami:”Gak tau mah, biarin aza, biar si Suhada tahu rasa”

Saya:”Hehe, kita udahan saja ya Pah, mamah mau mandi biar seger lagi, kan mamah masih akan diewe sama si Jamal dan papah masih mau ngewe sama Utami” ucap saya.



Tapi di luar dugaan suami saya malah bangkit dan menarik saya juga agar berdiri. Saya pun mengikuti saja maunya. Suami saya pun memeluk saya lalu mengangkat sebelah kaki saya ke atas pahanya.

Saya:”Papah, mau ewe mamah lagi?

Suami saya tak menjawab hanya kembali mengarahkan kontolnya ke memek saya. Lalu, bleeeesek, kontol suami saya pun kembali terbenam di memek saya.



Dia pun mulai menggenjot memek saya dengan satu tangan memegang pinggang saya dan satu tangan memegang pantat saya sementara saya hanya bertumpu di satu kaki.

Ploook…plooook..plooook… benturan antara paha kami dan selangkangan kami pun terdengar nyaring.

Saya:”Aaagh Papah uuugh gila aaakh, bisa lecet heunceut mamah aaaagh hati-hati perut mamah kegencet”

Tapi suami saya tidak memperdulikan malah terus mengenjot memek saya dengan menambah kecepatan sodokannya. Sebenarnya dientot sambil berdiri adalah posisi favorit saya. Tapi kondis perut yang sedang hamil dan tubuh saya yang capek membuat kenikmatan itu sedikit berkurang.

Saya:”aaagh ampun pah, mamah gak kuat lemes” ucap saya dan hampir ambruk untung ditahan oleh suami saya.



Dendi pun terpaksa mencabut kontolnya. Tapi dia kini malah setengah menyeret saya turun dan saya pun pasrah saja. Dendi membawa saya menuju ke meja rias.

Suami:”Kamu nungging mah” ucapnya.

Saya pun paham, karena berbakti pada suami walau sudah capek saya pun berpegangan di meja rias sambil menungging.

Suami saya kembali menangkat kaki kanan saya dan menyodokan kontolnya lagi. Bleeeees….

Saya:”aaagh Pah…uugh nikmat uugh ewe aaakh” ucap Saya. Sesungguhnya saya sudah lemas tapi tak mau mengecewakan dia.

Ploook…ploook….ploooook Paha Dendi pun seperti menampar pantat saya. Bunyinya begitu nyaring, saya tidak menyangka dia jadi kesetanan begini, tidak hanya kontolnya yang tetap keras tapi staminanya luar biasa. Saya jadi berpikir gimana kalau saya dientot si Donatus yang berbadan gede dan memberi obat sama suami saya, saya pun bergidik bisa-bisa diewe sampai pingsan.



Saya:”Aaagh ampun aaaah heunceut mamah sakit aaaagh enaaak” racau saya semakin tak karuan dan suara saya pun terasa berat.

Ploook…plooook…ploook Dendi malah makin semangat. Sodokannya membuat memek saya pun kembali banjir.

Saya:”Aaagh nikmaaaat anjing…heunceuuuut aaagh enak gilaaaaaa” ucap saya dan tersungkur ke depan meja rias karena baru saja saya orgasme lagi, entah yang keberapa. Ini sex terhebat saya dengan suami saya.



Dendi pun sedikit menurukan volume sodokannya mengetahui saya sudah orgasme lagi.

Saya:”aagh lemes Pah, gendong ke kasur lagi” ucap saya dengan nada manja.

Suami saya pun segera mencabut kontolnya dan menggendong tubuh saya.

Suami:”Wah, berat banget kamu sekarang mah” ucapnya sambil ngos-ngosan dan menurunkan saya di atas ranjang.

Saya:”Ia lah, lagi bunting, kalau diewe pada dikeluarin di heunceut mamah terus pejunya” ucap saya.



Suami saya tidak berbicara lagi tapi segera meregangkan kedua paha saya.

Dengan posisi semi konvensional dia kembali menyetubuhi saya kembali.

Saya:”aaagh Pah, enak aaagkh, kontolnya keraas terus uuugh” saya pun kembali beberapa kali terdongkak oleh sodokan kontol suami saya.

Ploook…plooook..plooook

Sedang asyik-asyiknya ngentot, pintu kamar tiba-tiba dibuka. Kami memang lupa mengunci pintu sehabis utami keluar kamar tadi.



Untunglah Utami yang masuk bukan orang lain.

Kami pun seketika terdiam dan menatap kepada Utami.

Utami tampak tersenyum dan segera menghampiri kami.

Utami:”Aduh, ternyata masih asyik enjot-enjotan, lama banget kalian ngentot, sampai aku datang lagi” ucap Utami sambil duduk di tepi ranjang.



Saya:”Sebenarnya aku udah lemes Mi, dari tadi diewe terus, kontol laki aku udah bucat dia kali di dalam heunceut gue, tapi masih aza meuleugeung bae” ucap saya.

Sementara Dendi sudah mulai mengentot saya lagi.

Utami:”Ya udah sekarang tuntaskan, kan kamu harus aku anter ke hotel tempat si Jamal, terus memang kamu masih punya tenaga nanti kamu diewe si jamal, jangan-jangan nanti kayak gedebong pisang hihi”

Saya:”aagh Pah, uugh ia mi, lemes banget gue uuug, pah cepetan ngewenya, keluarin aaaah”

Dendi tak menjawab tapi semakin mempercepat sodokannya.



Tiba-tiba Utami naik ke ranjang dan kepalanya bergerak ke dada suami saya. Dia tampak menjulurkan lidahnya dan menjilati puting suami saya.

Suami saya memang paling tak kuat kalau dijilatin putingnya.

Suami:”Aaagh Papah gak kuat mah aaaagh” sambil menyodokan kontolnya dalam-dalam sampai saya terdorong beberapa centi” saya pun merasakan ada semprotan lagi walau minimum sekali, kontol suami saya cukup lama berkedut tapi tak terasa ada semprotan sperma lagi.

Utami yang tahu suami saya sudah orgasme kembali ke tempat semula dia duduk.



Utami:”Uda croooor kan hihihi, gimana Wi enak ya”

Saya:”Ia say, ini masih aza ngegangjel di heunceut gue, ampe rasanya tebel gini heunceut gue, kayak kena gengbeng aza hihi” ucap saya dan mendorong suami saya agar mencabut kontolnya.

Dendi mun menarik kontolnya dari memek saya tampak masih saja keras walau ku lihat sedikit ada perubahan, ku pegang tidak sekeras sebelumnya.

Suami saya pun segera berguling di samping saya.

Saya:”Mi, bentar ya, gua asli lemes banget, rasanya sama seperti waktu digengbeng tukang di rumah gue dulu”

Utami:”Astaga, kamu pernah digengbeng sama tukang? Kuli maksdunya?

Saya:”ia”

Utami:”Gila, gak lecet memek loe say? Ucap utami terbengong-bengong.



Saya:”Ia, rasanya kaya gini, tebel heunceut gua dan lemes bentaran ya, gue harus mandi dulu, tapi masih lemes”

Utami:”Ia gpp, aku bawakan kalian berdua nasi ya, pasti laper, dan kamu harus ada tenaga lagi say, buat ngewe sama si Jamal, gua gak mau dia kecewa karena loe Cuma diam pasrah hehe” ucap Utami tanpa menunggu jawaban saya segera berjalan menuju pintu keluar kamar.

Utami pun segera keluar dari kamar.



Saya:”Biar ya, aku memang lapar Pah” ucapku ke suami saya.

Suami:”Ia, papah juga lapar mah” dan kami pun terdiam taka da yang bicara hanya dengusan nafas kami yang bersahutan.

Tak lama Utami sudah datang lagi sambil membawa bungkusan plastic warna putih.

Utami:”Nich, kebetulan kita tadi order Ayam K*C, masih ada 4 kotak ini “ ucap Utami sambil mengeluarkan 4 kotak ayam K*C dan menaruhnya di meja depan sofa panjang.

Utami:”Bangun sini dong, masa makan di kasur, ntar kotor, gue kan mau juga ngewe sama laki loe hehe” ucap Utami.



Saya:”Ayo Pah, kita bangun” saya dan suami pun segera turun dari kasur masih dengan telanjang bulat. Saya pun melepas jilbab saya yang masih nempel di kepala karena sudah sangat kusut.

Kami pun bergabung dengan Utami dan segera menyantap makanan tersebut.

Saya:”Kamu gak ikut makan Mi?

Utami:”Udah, kalian habiskan aza, kan masih ada jadwal ngewe buat masing-masing hihi” ucap Utami sambil menyalakan tv.



Saya:”Hehe bisa saja loe, tapi bener kita butuh asupan makanan ini” ucap saya.

Akhirnya kami pun selesai makan, suami saya malah menghabiskan 3 kotak sekaligus.

Saya:”ah, lumayan jadi ada tenaga lagi, aku mandi dulu ya” ucap saya.

Utami:”Ia mandi sono, kamu bau peju”

Saya:”Memang kamu gak bau peju, pasti kamu gak ganti cangcut kan abis diewe laki gue waktu di dekat kolam renang “



Utami:”Haha, ia, terang aza lah, gue gak bawa cangcut cadangan koq”

Saya:”Jorok, tapi cangcut gue juga basah tadi hihi, karena cairan heunceut gue”

Utami:”Minta saja ke si Gadis, cangcut yang loe pakai buat di photo, atau pakai g-string yang merah itu”

Saya:”Ogah biarin saja hihi” ucap saya sambil berdiri dan plaaak…



Saya:”Awww, kirain laki gue yang nampar pantat gue eh ternyata elo”

Utami:”Gemes, pantat loe memang gede Wi, gue juga pengen pantat gue jadi gede”

Saya:”Lu harus rajin minta entot suami gue, entar loe bunting, pasti jadi tambah gede hehe” ucap saya sambil berjalan menuju ke kamar mandi.

Utami:”sialan loe Wi”
 
PART 64



POV SUAMI



Istri saya pun pergi meninggalkan saya dan Utami untuk mandi. Saya merasa perut saya kenyang sekali. Saya sengaja makan banyak untuk mengembalikan stamina saya yang saya paksakan sengaja untuk membuat istri saya merasa takjub, bahkan saya belum tahu gimana ngelayanin Utami, kontol saya terasa kebas karena sudah 4 kali keluar, 1 dengan Utami dan 3 kali dengan istri saya.

Utami:”Makannya kuat banget mas, sama kuat dengan ngentotnya”

Saya:”Hehe biasa saja” ucap saya.



Utami:”Mas, kamu pakai obat kuat kan?

Saya:”Ia sich”

Utami:”Boleh aku minta buat laki aku, paling dia kuat sekali ngentot tiap malam, malah kadang gak karena capek kerja”

Saya:”Boleh, tapi sekarang gak bawa” ucap saya padahal sich saya bawa, tapi rencananya mau saya minum lagi sebelum bercinta dengan si Utami.



Utami:”Ok gpp, nanti aku ke rumah kalian dech, minta obatnya”

Saya:”Oh, gak usah, biar kita antar dech, masa kamu yang ambil”

Utami:”Gpp kali, aku juga pengen tahu rumah kalian, karena kata istri loe dia gak mau dipotret lagi, katannya nanti habis lahiran aza, soalnya perutnya makin gede gak nyaman”

Saya:”Ia, dulu juga waktu hamil dua anak saya, Dewi setelah umur kehamilannya mendekati tujuh bulan udah gak mau lagi gue entot”



Utami:”Terus loe nyari cewek lain?

Saya:”Nggak, dulu kehidupan kita masih normal, paling dia coliin gue”

Utami:”Oh, kalau sekarang?

Saya:”Haha, sekarang yg cari memek lain”

Utami:”Gila masih keras aza nich kontol” ucapnya sambil meremas-remas kontol saya.



Kemudian Utami melepaskan tangannya dari kontol saya.

Utami:”Nanti dech, takut kebablasan gue, masih harus nganter istri kamu” ucapnya.

Saya:”Nitip ya, jangan sampai bini aku lecet sedikitpun” ucap saya.

Utami:”Hihi, gak kalau badan, mungkin kalau heunceutnya yang lecet aku gak jamin hihi, tapi udah lecet duluan sama suaminya kan hihi”

Saya:”Ia sengaja aku habis-habisan ngehajar dia”ucap saya dan Utami pun tertawa.



Utami:”Hahaha, memang ya, nanti anak buah gua bakal nemenin loe dulu ya”ucap Utami.

Saya:”Ia, nggak juga gpp, saya masih lumayan capek hehe”

Utami:”Udah terlanjur gue bayarin hihi, terserah mas atur saja dech, tapi kalau udah liat orangnya pasti kamu tindihin hihihi”

Saya:”Kayaknya kamu udah mulai ketularan bini aku Mi, jadi nakal”

Utami:”Sebenarnya gue memang ceplas ceplos kayak gini dari dulu, tapi urusan seks gua gak pernah selingkuh, ya baru sama si Jamal dulu dan terus apa loe mas, dan ketagihan gue ama kontol loe hihi” ucapnya sambil meremas kontol saya.

Saya:”Uugh sakit tahu”

Utami:”Kirain kayak batu gak merasa apapun”ejeknya.



Lalu terdengar pintu kamar mandi dibuka dan terlihat istri saya keluar masih dengan keadaan telanjang dan tak memakai handuk dan tubuhnya tidak terlihat basah.

Utami:”Kamu sudah mandi belum si Wi? Tanya Utami ke istri saya yang kini berjalan menuju meja rias.

Wife:”Gak mandi gue, Cuma habis boker ini hihi”

Utami:”Pantes bau, kenapa loe gak mandi?

Wife:”Biar si Jamal liat semua bekas perbuatan suami gue tadi, sia-sia kalau gua mandi kecuali cupangan yang gak ilang, gue tau Dendi suami gue sengaja ngerjain gue” ucap istri saya.



Saya pun menjadi mesem-mesem saja.

Utami:”Gila, bau asem dong loe ah”

Wife:”Biarin dech hahaha” ucap istri saya sambil merias wajahnya dengan make up.

Utami:”Gpp dech, pakai wewangian gak bakal ketahuan hehe”

Wife:”Pah, ambilkan baju mamah yang di sofa itu”

Utami:”Oh ini, gak nyadar gue ada baju loe” malah Utami yang mengantarkan baju istri saya.



Istri saya pun menerimanya dari tangan Utami.

Wife:”Pah, ambilin kutang dan cangcut dan stocking mamah dong”

Saya pun mengambil pakaian dalam istri saya yang tergolek di atas kasur.

Lalu saya pun berjalan dan memberikan kepada Dewi istri saya.

Wife:”Pakaiakan dong pah ih” ucapnya manja.



Sementara Utami Cuma ketawa melihat istri saya mengerjai saya dan sudah duduk di sofa lagi. Saya pun memakaikan istri saya bh dan membantu dia memakai celana dalamnya.

Wife:”Makasih pah, udah gak kelihatan kayaknya noda di cangcut mamah” ucap istri saya sambil tampak memeriksa celana dalamnya.

Utami:”Biar aza kali, yang dibutuhkan si Jamal isinya bukan bungkusnya haha” ucap utami sambil mengejek istri saya.

Istri saya tidak menjawab hanya tertawa terkekeh.



Dia pun segera memakai stocking dan baju panjangnya.

Setelah selesai memakai pakaiannya termasuk jilbabnya dia pun masih me makeup wajahnya lagi.

Kebetulan banyak tersedia make up di meja rias tersebut. Tampak sekarang istri saya begitu cantik dan sedikit menor. Alisnya saja da tebalin. Bibirnya merah merona menggunakan lipstic lagi.



Wife:”aku udah siap Mi, yuk, biar gak terlalu sore nanti selesainya”

Utami pun segera berdiri dan kemudian berbicara.

Utami:”Aku tinggal dulu ya mas, gpp kan?

Saya:”Ia santa saja”

Wife:”Pah, gpp kan? Istri saya pun bertanya kepada saya.



Saya:”Ok mah, ini yang terkhir selagi kamu hamil ya?

Wife:”Ia janji” ucap istri saya.

Sekarang penghasilan istri saya pastinya lebih besar dari saya meski tak rutin, tapi gpp selagi saya juga bisa menikmati cewek-cewek lain. Ada Hana yang belum saya cicipi, Fani dan hanum pun masih sangat menarik, ada Ida favoritku dan istri-istri para tukang masih mengantri untuk saya nikmati.Akhirnya dua perempuan cantik tersebut meninggalkan saya sendiri di dalam kamar.



POV WIFE



S
aya dan Utami pun segera naik ke dalam mobilnya Utami. Utami pun segera melaju membawa saya meninggalkan rumah atau kantornya si Julian.

Saya:”Memang di mana sich hotelnya say?

Utami:”Oh, gue belum kasih tau ya say, gak jauh sich, tapi jalannya suka macet, y aloe masih punya waktu buat memek eh heunceut kamu istirahat hihi”

Saya:”Sialan, bukan jawab ya betul malah ngelantur”

Utami:”Eh Wi, gue tadi udah bilang ke laki loe, minta obat kuatnya ya, buat laki gue”

Saya:”Laki loe letoy ya” ucap saya balas mengejek dia.



Utami:”Gak letoy juga kali, Cuma kurang kuat hihi”

Saya:”Terus laki gue bilang apa?

Utami:”Katanya dia yang mau antar, tapi biar gue yang ambil lah, biar gue tahu rumah loe juga”

Saya:”Ya terserah dech, kapan saja pintu rumah gue terbuka buat elo” ucap saya. Lalu kami pun terdiam sampai dengan hotel tempat si Jamal menunggu saya.



Kami pun segera masuk ke dalam hotel dan menuju ke kamar yang nomornya sudah diberikan si jamal kepada utami.

Lumayan juga meski Cuma hotel bintang 4, kamar yang dipilih sepertinya yang paling bagus.

Sesampainya di depan pintu kamar Utami pun segera mengetuk beberapa kali dan segera pintu kamar pun terbuka.



Tampak si Jamal hanya memakai handuk putih saja. Dadanya ternyata berbulu lebat juga seperti wajahnya yang brewokan.

Jamal:”Oh, ayo, saya udah lama nunggu ini”

Utami:”sorry ya om lama, ayo masuk, gue tinggal ya”

Jamal:”Santai masuk aza dulu” ucap Jamal sambil menarik tangan Utami. Mau tidak mau Utami pun ikut masuk.



Kamarnya memang luas ada kulkas berukuran besar dan ranjang berukuran king Size.

Di Dalam si Jamal langsung menggandeng kami berdua dan membawa kami duduk di pinggir ranjang.

Utami:”Gue mau ngapain di sini, nonton loe berdua ngentot? Ucap Utami sewot.

Saya:”Y aloe ikut ngentot lah hehe” ucap saya ngasal.

Jamal:”Wah, ternyata ibu rumah tangga berjilbab ini suka ngomong jorok juga hehe” ucap si jamal.



Jamal:”Ia, gue juga mau booking elu juga Mi” ucap Jamal. Saya dan Utami pun terkejut.

Utami:”Perjanjiannya kan Dewi aza Om”

Jamal:”Gue berubah pikiran, kalau dua sekaligus lebih seru dan menantang, ayolah, bayarannya aku naikan dua setengah kali lipat gimana?

Saya pun berbisik kepada Utami.

Saya:”Ikut aza dech, heunceut gua juga masih agak gak nyaman dan gue lemes abis dihajar suami gue” ucap saya.



Utami tampak berpikir dan berbisik kepada saya.

Utami:”Tapi laki loe gimana?

Saya:”Biar saja dia, biar tahu rasa udah ngehaja gua hihi” ucap saya cekikikan.

Jamal:”Gimana sayang, para bidadari, udah ketawa ketiwi mah pasti setuju”

Utami:”Setuju 3 kali lipat” ucapnya

Jamal:”dasar mata duitan ok”

Utami:”Kan gue sama dewi jadi dapatnya masing-masing satu setengah dari perjanjian awal ia kan” ucap utami



Saya pun berbisik kepada dia.

Saya:”Ia mantap”

Jamal:”Ok, kalau gitu kita bisa langsung mulai”

Saya”Tapi Om…”

Jamal:”Tapi kenapa kan udah deal? Tanya dia geregetan.



Saya:”Sebelumnya sorry, tadi saya habis ewean juga sama suami sebelum ke sini, karena dia baru izinin saya nemenin om tapi harus layanin dia dulu, jadi badan saya agak banyak cupangan” ucap saya.

Jamal:”Oh, gak masalah, saya suka ngewein bini orang, gpp banyak cupangan juga, nanti gua tambahin hahaha”

Saya:”Syukurlah kalau gak keberatan” ucap saya sambil berbisik dan memandang Utami sebentar.



Jamal:”Ayo duduk di sini kamu Mi” ucap dia meminta Utami pindah ke samping dia.

Utami pun segera berpindah ke sebelah kanan si Jamal. Kini saya dan utami pun mengapit Om Jamal.

Tangan si jamal pun mulai mengelus paha kami berdua. Bibirnya tampak menyeringai.

Tangan saya pun segera masuk ke dalam bawah handuknya. Ternyata dia tidak memakai sempak. Tangan saya bersentuhan langsung dengan kontolnya yang sudah menegang. Lumayan gede juga sepertinya, walau tak segede punya suami saya.



Saya pun mulai mengocok kontolnya sementara Utami tampak menghisap puting si Jamal.

Jamal:”Kamu cantik sekali Bu Dewi” ucapnya dan segera menarik kepala saya lalu melumat bibir saya. Saya pun membalas ciumannya. Mulutnya bau sekali rokok, tapi karena dia pelanggan saya terpaksa saya tidak memperdulikannya.

Tangan si Jamal sudah bergerak meremas payudara saya. Sementara satu tangannya lagi mengelus pinggang dan bagian atas pantat saya. Dia menarik-narik karet cangcut saya.



Saya:”Mmmmmpz….eeeehhhhmmmz, Om uuh” saya pun meleguh keenakan.

Sementara Utami menarik handuk Om Jamal hingga terlepas dan kini dia telanjang bulat.

Utami segera berjongkok di depan si Jamal. Sementara saya pun memindahkan tangan saya mengelus-elus perutnya si jamal.

Utami tampak memegang kontol si Jamal dan mulai menjilatinya. Sementara si jamal tetap menciumi saya, dan tangannya tetap meremas-remas susu saya. Saya merasakan ada sedikit tetesan keluar dari puting susu saya, untuk tidak banyak karena sebelumnya sudah diperas lebih dulu oleh Dendi suami saya.





Kali ini si Jamal menaikan jilbab saya dan mulai menjilati kuping dan telinga saya. Bahkan beberapa kali pipi saya pun dilumat dia hingga basah.

Jamal:”Banyak banget bekas cupangan di leher kamu honey, bikin saya makin terangsang: ucapnya sambil memberi gigitan-gigitan kecil di leher saya.

Sementara Utami sudah menghisap kontolnya si Jamal. Kini kontol si Jamal pun sudah keluar masuk mulut Utami.



Si Jamal memang tidak terburu-buru, dia melakukannya perlahan-lahan, khas lelaki yang berpengalaman dalam hal seks.

Tangannya kini sudah meraba-raba memek saya dari luar baju panjang saya. Perut saya pun dia elus-elus dengan lembut seolah seorang suami yang sedang mengelus perut istrinya yang sedang hamil.

Tiba-tiba si Jamal meminta Utami untuk berhenti.

Jamal:”Aaah, Mi, stop aaghh, saya gak mau keluar dulu” ucapnya.



Utami pun melepaskan mulutnya dari kontolnya si Jamal dan segera berdiri.

Jamal pun menuntun saya untuk berdiri.

Jamal:”Honey, lepas baju kamu berdua ya” ucap Jamal memerintah saya dan Utami untuk melepaskan baju kami.

Saya dan Utami pun segera melepas baju kami. Saya pun kemudian melepas stocking saya dan menyisakan pakaain dalam saja serta jilbab. Sementara Utami melepaskan rok mininya beserta stockingnya yang tampak sedikit ada robekan.



Utami:”Ini, laki loe yang robek stocking gua” ucapnya kepada saya.

Jamal:”Kamu ngentot juga sama lakinya Dewi? Tanya Jamal kepada Utami.

Utami:”Ia, agar gue bisa bawa Dewi ke sini Om, gue juga harus nyerahin kehormatan gue ke laki Dewi hihi” ucap Utami.

Jamal:”Hebat juga lakinya si Dewi, dia gak mau kalah” ucapnya sambil kemudian merangkul saya dan menciumi leher saya.



Karena badan dia lebih pendek dari saya, saya pun harus sedikit menunduk.

Saya:”Om aaagh geli, uuugh Dewi lepas dulu yang kutang dan cangcut Dewi” ucap saya di dalam pelukan si Jamal.

Jamal:”Nanti saja honey” ucapnya sambil terus menciumi tengkuk saya dan tangannya meremasi kedua bongkahan pantat saya.



Sementara utami pun tak tinggal diam. Dia memeluk si Jamal dari belakang dan tangannya sepertinya kembali mengocok-ngocok kontolnya si Jamal.

Utami:”Kayaknya makin gemuk aza Om kontolnya” ucap Utami, entah betulan atau Cuma buat nyenengin si Jamal.

Sementara Si Jamal kurasakan tangannya bergerak ke punggung saya dan melepas kaitan kutang saya. Setelah kaitan kutang saya lepas, saya pun menariknya dan melempar kutang saya ke lantai.

Jamal:”Wah, susu kamu juga banyak sekali bekas cupangan honey” ucapnya sambil sambil langsung membenamkan wajanhnya ke dada saya. Sementara tangannya kembali meremas-remas pantat saya yang masih terbungkus cangcut berwarna pink.



Kami pun masih saling berpelukan bertiga. Si Jamal sekarang mulai menghisap puting susu saya setelah menjilati payudara saya dan memberi tambahan warna merah di tetek saya akibat gigitan-gigitan kecilnya.

Saya merasa masih ada sidikit asi saya yang keluar akibat isapan si jamal.

Jamal pun melepaskan payudara kiri saya dan hendak berpindah ke payudara kanan saya.

Jamal:”Ternyata susu kamu udah ada asinya ya honey” ucapnya dan segera mencaplok puting susu saya yang sebelah kanan.



Utami:”memang selain hamil, Dewi masih menyusui satu anaknya Om” ucap Utami yang tinggal mengenakan kutang dan cangcut yang keduanya berwarna putih.

Si Jamal pun melepaskan sejenak mulutnya dari puting susu saya.

Jamal:”Koq dikit tapi ya, aku kira ini karena hamil”

Saya:”Biasa Om, karena pagi sdh di habisin sama anak saya” ucap saya padahal oleh suami saya.



Utami:”Lain di habisin laki loe hehe”

Saya hanya terseyum mendengarnya

Jamal tidak bertanya lagi tapi segera mencaplok puting susu saya lagi. Sementara tangan kirinya memerasi buah pantat saya yang sebelah kanan dan tangan kanannya mulai meraba-raba memek saya.

Saya:”Aaggggh Om, dari tadi ngeremes pantat saya mulu” ucap saya sambil mendesah karena tangan kanan si jamal sudah menyelinap ke dalam cangcut saya dan kini sudah menjamah itil saya.



Si Jamal kemudian melepaskan mulutnya dari susu saya dan memberi kode agar kita berdua duduk di tepi ranjang. Saya dan Utami pun segera duduk berdampingan di tepi ranjang. Kebetulan saya sudah merasa pegal dari tadi.

Si Jamal pun segera berjongkok di depan kami. Kami pun sudah tahu apa yang dia inginkan.

Saya pun menoleh kepada utami.

Saya”Say, ayo lepas cangcut kita, Om Jamal mau jilatin heunceut kita kan Om” ucap saya dengan nada genit.



Jamal pun tampak menyeringai sebelum menjawab.

Jamal:”Kamu memang istri yang nakal honey, berani ngomong jorang biar kamu berjilbab kayak perempuan alim” ucapnya.

Utami:”Kan selain ibu rumah tangga si Dewi merangkap model tapi merangkap pelacur juga Om, jadi ya sesuai kelakuan dan ucappannya hihihi” ucap Utami mengejek saya

Sementara si Jamal tampak sudah tidak sabar.



Jamal:”Ayo, lepaskan cangcut kalian” ucapnya lagi.

Utami:”Ia Om, kami lepas” ucap Utami sambil melepas cangcutnya yang berwarna putih.

Saya:”Kamu juga kan sekarang udah jadi pelacur Mi hihi” ucap saya sambil juga melepaskan cangcut saya yang berwarna pink.

Utami:”Haha, tapi jam terbang gue belum sebanyak elo Wi”

Jamal:”Udah…Udah, ke siniini cangcut kalian” ucapnya.

Kami berdua pun segera menyerahkan barang kami yang sangat pribadi tersebut kepada si jamal.



Si Jamal pun segera menerimanya. Dia pun segera membentangkan cangcut saya dan dibaliknya bagian dalam jadi di luar. Segera dia menciumi cangcut saya. Lalu dia pun melakukan hal yang sama kepada cangcutnya Utami.

Tampak si Jamal memejamkan matanya sambil menciumi cangcutnya si Utami.

Utami:”Wi, padahal di cangcut gue ada bekas peju laki loe, gue kan gak ganti cangcut habis diewe Dendi laki loe” ucapnya berbisik di telinga saya.



Hampir saja saya pun tertawa tapi saya tahan sampai air mata saya keluar.

Tapi kini si Jamal tampakanya sudah puas menciumi dan menjilati cangcut kami. Dia pun membuang ke lantai. Kini tangannya melebarkan paha saya dan utami. Dia pun memandang nanar kepada selangkangkan kami berdua. Sedikit kontras memang, memek Utami meski berbulu tapi tidak lebat dan di cukur segitiga sementara memek saya berbulu sangat lebat meski kini cukup rapi tidak berhamburan.



Si Jamal:”Seperti kebanyakan ibu rumah tangga, memek kamu banyak bulunya Wi” ucapnya dan segera membenamkan wajahnya ke memek saya. Lidahnya menelusuri belaha memek saya.

Saya:”Aaagh Om geli iiiih, Om sering yang ngewein bini orang?

Jamal pun berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan saya.

Jamal:”Hobi saya memang ngentotin ibu rumah tangga ucapnya dan kembali menjilati memek saya. Sementara tangan kirinya terlihat meraba-raba memeknya Utami.



Saya:”aaaagh lidahnya kena itil aku Om uugh” ucap saya karena memang merasa nikmat. Si Jamal rupanya tak kalah lihai dari Dendi suami saya soal jilmek.

Utami:”Kenapa itilnya sayang? Tanya Utami kepada saya sambil tersenyum.

Saya:”Aagh enak Mi uuugh, gila jago juga dia jilatin heunceut” ucap saya sedikit berbisik.



Utami:”Bukannya heunceut kamu gak dicuci ya?

Saya:”Ia, mudah2an dia gak sadar bau peju laki gua” ucap saya.

Tampak Jamal memang tidak menyadarinya, sebenarnya sich saya mencuci memek saya saat cebok habis pipis tapi memang tidak mandi dan tidak mencuci memakai sabun.

Utami:”Sama, gua juga gak nyuci memek gua sehabis diewek laki loe” ucap Utami berbisik juga kepada saya.



Si Jamal sepertinya sedikit terganggu dengan obrolan bisik-bisik kami.

Jamal:”Kalian ngomongin apaan sich?

Saya:”Hehe, kita lagi ngomongin, Om jago banget ngejilat heunceut saya, enak” ucap saya.

Jamal:”Memang gue hobi jilat memek bini orang, puas” ucapnya dan kini dia tampak membuka bibir memek saya menggunakan kedua jari tangannya.



Jamal:”Lebat banget, agak susah jilatinnya honey”
Saya:”Maaf Om, abis suami saya sukanya baok heunceut saya dibiarkan lebat” ucap saya lagi.

Jamal:”Ya, memang ibu rumah tangga yang pernah saya entot rata-rata banyak baoknya” Ucap si jamal dan mulai menjulurkan lidahnya lagi menyapu itil saya.

Kini tangan kirinya kembali meraba-raba memeknya Utami. Bahkan dia sudah mencolok memek Utami menggunakan dua jarinya.



Saya:”aaagh Om nikamt uuuh, ia, jilat terus itil aku aaagh”

Utami:”UUugh Om pelan masih perih aaagh memek aku sakit aaagh” ucap Utami.

Mungkin memeknya belum basah.

Saya pun berinisiatif melepaskan kait kutang Utami dari punggunya dan saya tarik hingga lepas lalu saya kalungkan di leher si Jamal.



Jamal hanya melihat sejenak dan tersenyum lalu kembali menjilati memek saya lagi.

Sementara saya seidikit memeringkan badan saya dan kedua tangan saya meremas-remas susunya Utami. Saya mencoba membantu dia yang tengah kesakitan memeknya.

Utami:”aagh ia bebz, remes yang kenceng susu aku uggghhhh, ia gitu pilin putingnya say, aaahk”

Saya:”ia aaagh tetek loe padet juga say uuuh” ucap saya lagi.



Sementara saya rasakan lidah si Jamal sudah memasuki memek saya. Memek saya pun sudah mulai banjir. Sementara Utami pun tak mau diam, tangannya membalas tangan saya dengan meremasi tetek saya.

Utami:”Gede nenen kamu say, apalagi kamu lagi bunting” ucapnya.

Saya:”Aaagh Mi, enak aaaagh” kita sudah seperti lesb*an sasja.

Sementara si Jamal tiba-tiba melepaskan mulutnya dari memek saya.



Jamal:”Kamu naik ke ranjang Honey, sambil miring, saya mau ewe kamu” ucapnya. Rupanya si Jamal sudah tidak tahan untuk mengentot saya.

Utami:”Udah gak sabar di mau ngewek elo, ayo naek bebz” ucapnya.

Saya pun segera naik ke atas ranjang sambil membelakangi si Jamal.

Plaaak… Utami menampar pantat saya.



Saya:”Aaaw, kaget aaah ucap saya sambil tiduran dengan posisi miring di ranjang.

Jamal:”Wah, kamu punya tattoo di pantat ternyata, makin sexy aza honey” ucapnya dan menyusul saya dan berbaring di belakang saya. SI jamal pun segera memeluk saya dan tangannya beberapa kali menampar pantat saya.

Plaak…plaaak…plaaak



Saya:”Aagh Om, hobi banget nabok bool orang” ucap saya dengan nada suara genit.

Jamal:”Pantat kamu bagus, tidak turun montok da nada tattonya membuat saya gemes” ucapnya sambil meremas-remas pantat saya.

Sementara Utami duduk di dekat perut saya. Tangannya mengelus-elus perut saya.

Si Jamal kini mengangkat kaki kiri saya. Saya pun segera paham saya dan menaikan kaki saya. Si jamal sudah memeluk saya dengan erat. Tangannya sepertinya sedang mengarahkan kontolnya ke memek saya.



Utami:”Sini Om, biar Utami bantu masukan kontol Om ke heunceutnya si Dewi” ucap Utami sambil tiduran di depan selangkangan saya.

Ku lihat Utami memegang kontol si jama dan menghisapnya beberapa saat. Kemudian dia melepaskan kembali dan langsung mengerahkan ke lubang memek saya.

Utami:”Aku masukan ya say, kontolnya Om Jamal ke heunceut kamu” ucapnya dan langsung menekan kontol si Jamal menembus memek saya.



Si Jamal pun merapatkan pantatnya dan kontolnya pun semakin dalam menembus memek saya.

Utami:”Udah masuk semau Om, ayo zinahi si Dewi” ucapnya sambil duduk dan menepuk-nepuk pantatnya si Jamal.

Si Jamal pun segera maju mundur mengentot saya.

Saya:”Aaagh Om, Kontolnya enak, besar aaaagh” ucap saya agar dia lebih semangat. Sambil kedua tangannya meremasi kedua payudara saya si Jamal pun mengentot saya dari belakang dengan posisi miring.

Ploook…ploook…plooook…



Pahanya menghantam pantat saya dengan keras dan menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Ranjang pun ikut bergoyang-goyang.

Saya pun kasihan karena Utami nganggur. Tangan saya pun saya arahkan ke memek dia. Utami pun segera paham dan segera mendekat ke perut saya sambil membuka pahanya lebar-lebar. Saya masukan ke dua jari saya ke dalam memeknya si Utami yang ternyata kini sudah basah.



Saya:Aaagh Om, nikmat aaaaagjjjjing, zinahi Dewi Om aaaaagh kontolnya Om keras banget” ucap saya sambil meleguh karena memang sudah mulai nikmat.

Dua jari saya pun terus bermain di memeknya Utami.

Saya:”aagh udah basah heunceut kamu say” ucap saya kepada Utami.

Utami:”aagh, ia, gue terangsang liat elo diewek sama Om Jamal” ucap Utami sambil melihat ke selangkangan saya di mana kontol si jamal keluar masuk memek saya.



Saya:”aaagh enak Mi uuuugh,enak dizinahi Mi uuuh”

Utami:”Dosa say, tapi ia nikmat uuuugh” ucap Utami sambil tangannya mengusap-usap perut buncit saya.

Sementara saya merasakan sodokan si Jamal makin tak beraturan serta dengusan nafasnya terasa berat.

Saya pun mengimbangi gerakannya yang semakin cepat.

Jamal:”aaghhhh, aku bentar lagiiii” ucapnya sambil tangannya mencengkram kuat kedua tetek saya.

Saya:”Aaag ia Om uuuugh nikmat anjiiing gancet aaaahk” ucap saya sambil saya pun menyodokan jari saya semakin cepat di memeknya utami.



Utami:”aaaagh say, uugh enak”

Jamal:”Aaagh….huuuuuuuuuh” si Jamal pun mengeram panjang dan membenamkan kontolnya dalam-dalam di memek saya.

Croooot…croooot….croooot tembakan sprema beberapa kali mengenai dinding memek saya.

Saya pun memejamkan mata saya karena orgasme dan tangannya saya malah sudah terlepas dari memeknya Utami.



Utami:”Banyak banget ya peju Om jamal sampai keluar gitu dari heunceut kamu Wi” ucap Utami.

Saya:”Ia say, banyak banget spremanya, ampe panas heunceut gua” ucap saya sambil membuka mata saya.

Kontol si jamal ternyata masih keras di dalam memek saya sambil berkedut-kedut. Seperti yang dibilang Utami mungkin dia pakai obat juga seperti suami saya.

Utami:”Kontolnya masih ngaceng kan? Tanya Utami kepada saya.

Saya:”Ia say, Om koq kontolna masih keras bae ih, om perkasa banget” ucap saya.

Jamal:”Hehe, kan masih ada memek satu lagi yang belum Om icip honey” ucap Jamal sambil jarinya menunjuk selangkangan Utami.



Saya:”Wah hebat, kontol Om masih saja kuat, udah memperkosa heunceut saya masih aza kayak batu” puji saya lagi.

Si Jamal sepertinya senang saya puji terus.

Jamal:”Biar aku udah tua, masih sanggup buat mamud kayak kalian berdua terkapar” ucapnya sok.

Saya dan Utami pun tersenyum.

Saya:”Aaagh, istirahat dulu Om, heunceut aku pegel agggh” ucap saya karena si Jamal masih saja menyodokan kontolnya, ini sich betulan karena memek saya sebelumnya habis dihajar oleh suami saya.



Jamal pun mencabut kontolnya dan segera terlentang, tampak kontolnya begitu mengkilat. Saya pun segera rebahan karena dari tadi memang sudah pegal.

Jamal:”Mi, kamu naik sini” ucapnya sambil menepuk kedua pahanya.

Saya:”Say, giliran kamu tuh mau digagahi” ucap saya.

Utami tidak menjawab tap isegera melangkahi saya dan duduk di antara paha si Jamal.



Utami:”Langsung aku masukin aza ya Om, aku udah sange dari tadi liat si Dewi di entot sama Om Jamal” ucap Utami sambil mengarahkan kontol si Jamal ke memeknya.

Jamal:”Sok mi, masih keras ko kontolnya Om” ucap si jamal.

Utami pun segera menurunkan pantatnya dan kontol si jamal tampak membelah memeknya.

Utami:”Aaagh Nikmat say uuugh” ucapnya sambil menatap saya.



Saya:”Nikmati sayang, lupakan dulu suami kamu, nikmati kontol gede yang ada dalam heunceut kamu” ucap saya menyemangati Utami dan si Jamal.

Jamal pun menoleh kepada saya.

Jamal:”Kamu gpp kan Wi, tadi saya buang peju saya di memek kamu”

Saya:”Gpp Om, toh saya sedang bunting, jadi gak mungkin hamil oleh sprema Om hihi, eh Om sukanya buang di heunceut terus ya?

Jamal:”Aaagh ia, saya paling suka buang peju saya di memeknya bini orang” ucapnya sambil mengimbangi gerakan Utami yang sedang naik turun atas badannya. Tangan Jamalpun meremas-remas susunya si Utami.



Saya:”Banyak dong sudah wanita bersuami yang sudah om setubuhi”

Jamal:”aaagh…Banyak, istri sopir saya, istri anak buah saya juga di kantor, ada juga istri teman-teman saya “ ucap si Jamal dengan bangga dan sambil mengerang karena sedang ewean dengan Utami.

Utami:”Aaagh remes yang kenceng susu aku Om aaagah, Wi, dia memang paling suka ngewein perempuan yang ada suaminya, dia kasih model yang pada belum punya suami dia gak mau uugh” ucap Utami yang sedang naik turun di atas kontol si Jamal.

Ploook..plooook…plooook benturan pantat Utami dan paha si Jamal pun terdengar semakin nyaring.



Saya pun bangkit dari tempat tidur dan segera turun untuk mengambil minum. Segera saya berjalan menuju ke kulkas. Saya ambil satu botol minuman bersoda dan segera meminumnya, lumayan terasa segar dan sedikit mengembalikan stamina saya yang drop karena sebelum ke sini dikerjain suami saya habis-habisan.

Saya pun membawa botol tersebut dan naik kembali ke atas ranjang.

Ku lihat Utami sudah mulai kepayahan, dia sudah terlungkup dan tampak berciuman dengan si jamal.



Saya:”Say, aku bawakan minum nich, biar kamu kuat lagi diewenya hihi” ucap saya sambil duduk selonjoran di samping dua orang yang sedang bersetubuh.

Utami pun segera bangkit dan kembali ke posisi awal.

Utami:”Mana say, taruh di bibir gue, ini ligi enak diewe memek gue” ucapnya.

Saya pun segera memberikan Utami minum langsung dari botolnya. Utami pun menenggak cukup banyak minuman bersoda ayng saya kasih.

Utami:”Aaaah udah say uugh enak kontolnya si jamal aaaagh” ucap Utami mengerang cukup keras.

Jamal pun tampak begitu bersemngat menyodokan kontolnya daribawah dan tak lama dia juga mengerang dan menekan pantatnya ke selangkangan Utami. Utami pun tampak terdiam sambil memejamkan matanya.



Saya pun segera mendekat ke Utami dan melumat bibirnya. Kami pun berciuman cukup lama. Sementara si tangan si Jamal kini meremas-remas pantat saya lagi.

Saya kemudian melepaskan mulut saya dari Utami sambil tersenyum.

Utami:”Gila aaaah kayak cewek apaan gua kamu cium wi hihi tapi nikmat”

Saya:”Hehe enak kan, gimana banyak gak pejunya Om Jamal bucat di heunceut kamu?

Utami:”Lumayan rasanya cukup banyak juga Wi” ucap Utami turun dan merebahkan badannya di samping Jamal.



Sementara si Jamal hanya diam saja hanya nafasnya yang terdengar berat.

Saya pun menaruh botol minuman di belakang bantal saya dan rebahan di samping si Jamal. Tampak kontol si Jamal sekarang sudah mulai mengecil.

Saya:”Gimana Om, heunceut kita berdua enak kan?

Jamal:”Ia enak banget, memek kalian sama-sama bisa ngempot gila lemes Om sekarang honey” ucapnya sambil meraba-raba memek saya lagi.



Saya pun segera memegang kontol si Jamal yang sudah layu. Saya kocok-kocok tapi malah si Jamal menahan tangan saya.

Jamal:”Aagh ngilu honey: ucapnya.

Saya:”Aaagh om curang, tapi jari tangan Om malah nyolok-nyolok heunceutnya Dewi” ucap saya.

Jamal hanya tertawa dan tampak tangan satunya pun mulai meraba-raba memeknya Utami.



Jamal:”Mi, kamu gak lagi subur kan? Tanya dia dan tampak dia mengorek memek Utami dan menunjukan jarinya yang ada sprema dia sendiri.

Utami:”Aman Om, aku juga gak mau kali bunting karena peju Om, pasti aku tolak buang di memek hehe” ucap Utami.

Kami terdiam untuk beberapa saat, saya pun tak terlalu bernafsu untuk ngentot lagi karena badan saya memang begitu lelah setelah digagahi Dendi habis-habisan, untung saja Utami ditahan Om jamal jadi ada kawan melayani dia.



Saya:”Om, kontolnya bakal bangun lagi gak? Masih sanggup ewean sama Dewi gak? Tanya saya.

Jamal:”Bisa, tapi lama, Om sudah minum obat kuat tapi kalau sudah dua kali keluar memang perlu waktu berdiri lagi”

Saya:”Yah, tapi kami gak bisa nunggu lama Om, sebenarnya Dewi masih pengen ewean sama Om, tapi gak bisa pulang malam, kasihan anak-anak aku” ucap saya.

Utami:”Ia Om, sesuai perjanjian, kita gak bisa terlalu lama, karena kita punya anak” ucap Utami mengamini.



Jamal:”Ok, gak masalah, bisa kapan-kapan lagi Honey” ucap Jamal.

Saya:”Tapi saya gak terima order lagi Om, paling nanti kalau sudah melahirkan, udah cepet capek kalau diewe sekarang karena perut Dewi makin besar”

Jamal:”Ia, gpp, aku juga penasaran gimana ngewe sama kamu kalau kamu gak lagi hamil” ucap Jamal.

Utami:”Dia pasti lebhi binal Om, aku jamin, jam terbang melacurnya sudah banyak dibanding aku hihi” ucap Utami.

Saya:”Bisa aza kamu Mi, tapi yang penting bayaran Om ok, saya pasti kasih servis 100%, tapi nanti kalau saya sudah melahirkan hihi” ucap saya.



Kami pun beristirahat sejenak dan setelah mengecek rekening kami dan si jamal sudah mentransfer pembayaran kami, kami pun pamit untuk pulang.

Jamal:”Ya, kalian boleh pulang, tapi cangcut kalian tinggalin ya”

Saya:”Waduh buat apa om cangcut bekas, kan om punya perusahaan cangcut malah hihi” tanya saya.

Utami:”Buat bukti dia habis ngentotin kita, dulu cangcut gue juga di tahan, katanya semua perempuan bersuami yang udah dia entot, cangcut ditahan dia” ucap Utami.

Jamal:”Tuch sudah dijelasin neng geulis” ucapnya.



Utami:”Yau dah gpp, kita naik mobil pribadi, gak aka nada yang tahu kita gak pakai cangcut” ucap Utami.

Akhirnya saya dan Utami pun meninggalkan kamar hotel tempat si Jamal tanpa mengenakan cangcut hihi.

Kami pun berjalan hati-hati jangan sampai ada orang yang tahu saat kami keluar dari hotel tanpa cangcut.

Kami pun kini sudah berada di dalam mobil milik Utami.

Utami:”Langsung aza say, udah sore, gak enak sama laki loe”

Saya:”Ia, memang mau kemana gitu”
Utami:”Terus kamu yang ngomong sama laki loe, gue gak enak sama dia, pasti dia nungguin gue”



Saya:”Tenang cinta, aku yang bakal bilang kamu dibajak Om Jamal, terus aku juga yang minta karena aku lemas sendirian harus ngelayanin si jamal, aku bakal bilang salah kamu mas, ngewein aku habis-habisan jadi aku setuju Utami dibajak Om Jamal hihi”

Utami:”Terserah loe dech say hehehe”

Saya:”Eh, dia jadi langganan kamu ya sekarang”

Utami:”Hihi ia sialan, gue jadi jual memek terus sama dia hahaha”

Saya:”Parah hihi, kita udah kayak pelacur beneran aza”

Utami:”Apa, memang kita pelacur haha”

Kami pun akhirnya meninggalkan hotel tempat kami tadi disetubuhi si Jamal.
 
PART 65



POV SUAMI


Setelah istri saya dan Utami pergi saya pun segera saja mandi agar bada saya segar kembali. Masih ada Utami yang harus saya puaskan dan tentu saja membutuhkan stamina yang maksimal.

Setelah mandi saya pun segera keluar dari kamar menggunakan handuk yang dipakai istri saya. Saat keluar dari kamar mandi saya terkejut karena di sofa sudah duduk seorang perempuan muda yang saya tahu bernama Mayang dia hanya berbalut handuk dengan warna yang sama yang saya pakai yaitu putih, tapi sepertinya dia masih memakai Sesutu di dalamnya, seperti baju renang terlihat di pundaknya.



Mayang:”Hai Om, baru abis mandi ya?

Saya:Iiia..” jawab saya sedikit terbata-bata karena tidak mengira sudah ada orang lain di dalam kamar.

Mayang:”Aku di suruh Teh Utami nemenin om, saya Mayang om” ucapnya dengan nada genit dan menjulurkan tangannya, kami pun bersalaman.

Saya:”Dendi” ucap saya pendek

Saya pun duduk di samping dia dan ku rasa saya tak perlu memakai pakaian saya lagi.

Mayang pun segera merapatkan badannya ke saya padahal sebelumnya saya duduk sedikit menjaga jarak.



Mayang cukup cantik mesti menurut saya sich tidak terlalu putih. Rambutnya panjang melebihi bahu dan dibiarkan tergerai dan badannya ya seperti model cukup tinggi kurang lebih setinggi istri saya.

Badannya cukup ramping tapi berisi. Saya sudah melihat saat dia pakai bikini tetek dan pantatnya cukup besar juga.

Mayang:”Om udah seger, tapi saya belum mandi, tadi abis tampil lagi (mungkin maksudnya habis diphoto lagi) ucapnya sambil tangannya mengusap-usap paha saya.

Saya:”Oh, ya udah mandi dulu, santai saja” ucap saya juga agar saya bisa mengumpulkan energy saya lagi.



Tampak si Mayang pun menggeliat dan menaruh kedua tangannya di kepala sehingga memperlihatkan ketiaknya yang mulus tanpa bulu.

Mayang:”Ya udah Om aku mandi dulu”

Saya:”Ok, apa perlu om mandiin? Ucap saya berani karena saya sdh mengira dia datang untuk apa dan dia bilang juga di suruh Utami untuk menemani saya jadi buat apa saya jaga imej.



Mayang:”Ayo, tapi Om udah mandi? Ucapnya sambil berdiri dan memegang tangan saya.

Saya:”Gak usah dech, saya nunggu sini aza”

Mayang:”Yah, ya udah kalau gitu” ucapnya pura-pura cemberut. Saya pun meranik ikatan handuknya sehingga handuk Yang menutupi Mayang terlepas. Kini tubuh si Mayang pun dapat saya lihat lebih jelas dia memakai baju renang one piece warna hijau muda.



Mayang:”Aww, Om ini jahil, gak mau ikut mandi tapi malah narik handuk aku” ucap Mayang sambil mengalungkan handuk yang tadi saya tarik ke lehernya.

Saya pun tersenyum dan menampat pantatnya yang masih sangat sexy padat dan montok serta sama sekali belum turun.

Plaaak….

Mayang:”aaaw, dua kali dech aaaw nya,nakal ya si Om, ditinggal istrinya” ucapnya sambil berjalan dan masuk ke dalam kamar mandi.



Tak lama terdengar air di kamar mandi bunyi pertanda si Mayang sedang mandi.

Saya pun memilih pindah ke atas ranjang sambil tiduran dengan hanya mengenakan handuk saja.

Mungkin lebih dari setengah jam si Mayang keluar dari kamar mandi. Saya pun memejamkan mata saya sambil pura-pura tertidur.

Ku dengar langkah kaki si Mayang semakin dekat ke ranjang saya.

Ku lihat dia masih memakai baju renangnya sementara badannya masih terlihat sedikit basah sementara rambutnya masih basah sekali.



Mayang:”Eh malah molor” ucapnya bergumam. Aku lihat dia berbalik menuju meja rias dan segera mengeringkan rambutnya. Tampak dia pun memakai make up. Setelah selesai dia pun kembali menuju ke ranjang. Saya kembali pura-pura memejamkan mata saya.

Mayang pun sampai di ranjang dan segera naik dan tiduran di samping saya dengan posisi miring.

Tubuhnya tercium begitu wangi. Mayang pun mulai mengelus-elus dada saya.

Mayang:”Ganteng juga elo Om” ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah saya. Saya pun pura-pura merem dan sesekali memicingkan mata saya. Saya pikir dia akan mencium saya tapi dia malah turun ke dada saya dan mulai menjilati puting saya.



Saya benar-beanr gak kuat kalua sudah begini. Tak lama kontol saya pun mengacung keras di balik handuk.

Mayang:”Hihi lagi tidur tapi kontolnya ngacehg hehe”

Tiba-tiba bibir saya sudah dilumat oleh Mayang. Saya pun segera membuka mata dan membalas ciuman dia. Tangan saya langsung meremas-remas pantat sekal dia.

Mayang:”mmmmpz…Uhh Om bangun juga akhirnya, tapi kontolnya yang bangun duluan” ucapnya sambil menjauhkan kepalanya dari wajah saya.



Mayang pun segera turun ke selangkangan saya dan menarik handuk saya hingga lepas.

Mayang:”Owww, gede banget kontolnya Om, panjang lagi”

Saya:”Masa?

Mayang:”Ia, kontol pacar saya gak ada apa-apanya” ucapnya sambil mengocok-ngocok kontol saya.

Saya:”Terus sama kontol lainnya?



Mayang:”Aku baru pernah megang kontol pacar aku aza, Kontol Om yang kedua aku pegang” ucapnya dan tetnu saja saya tidak percaya.

Mayang:”Om, kalau aku belum lihai bercintanya maaf ya, aku baru pernah ngewe sama pacar aku saja” ucapnya kembali.

Mayang kini berjongkok dan bertumpu di kedua lututnya kemudian mulai menundukan kepalanya dan mulai menjilati kontol saya. Pertama dia menjilati kepala kontol saya dulu berikut lubang kencingnya. Kalau melihat caranya sepertinya sich dia udah lihat.



Saya:”Masa sich kamu baru maen sama pacar kamu aza?

Mayang:”Ia om, baru kali ini aku pegang kontol orang selain kontol pacar aku”

Saya:”Hah, tapi kamu kelihatan udah lihai aaaagh, geli aku kalau dijilatin lubang kencing aku” ucapku.

Mayang:”Lihat dari bokep Om”

Saya:”Kamu udah kerja berapa lama di sini?

Mayang:”Baru mau dua bulan minggu depan Om”

Oh rupanya dia baru juga gabung dengan Utami.



Sambil menikmati jilatannya saya pun kembali menggali informasi.

Saya:”Kalau jadi model sudah lama?

Mayang:”Dari awal kuliah, ikut-ikutan temen tapi masih free lance”

Saya:”Oh, tapi ko mau kamu di suruh Utami temenin saya?

Mayang:”Karena aku baru putus sama pacar aku om, aku kesal, jadi aku mau lampiaskan dengan seks dan Teh Utami ngasih uang lumayan juga agar aku langgeng kerja sama dia” ucapnya panjang lebar dan terlihat bahwa dia jujur.



Mayang kini sudah mulai memasukan kontolnya ke mulutnya. Hisapannya pun lumayan membuat saya merem melek.

Saya:”Kenapa kamu putus sama pacar kamu? Apakah pacar kamu yang kamu putusin yang ambil keperawan kamu?

Mayang pun mengeluarkan kontol saya dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari saya.

Mayang:”Ia Om, udah dapat memek aku dia khianati aku, selingkuh ma cewek lain jadi aku putusin dia” ucapnya dan memang tampak kekesalan di wajahnya. Dia pun kembali memasukan kontol saya ke mulut dia.



Saya:”Aaakh udah May” ucap saya

Mayang:”Gak enak ya blow job dari aku Om? Tanya dia dengan wajah sedikit cemberut.

Saya tidak menjawab tapi saya bangkit dan menarik dia lalu saya lumat bibirnya. Saya rebahkan dia hingga kini saya menindih tubuhnya.

Sambil berciuman tangan saya pun meremas-remas susunya si Mayang.

Mayang:”Aaakh Mmmzpzzzh Om mmmmz”



Cukup lama kami berciuman dan bertukar lidah hingga mulut saya basah.

Saya pun kemudian melepaskan mulutnya si mayang dan turun ke dada dia, saya turunkan kedua tali di kedua pundaknya dan saya tarik hingga perut. Kini terpampang toket si Mayang yang terlihat masih kencang dengan putingnya yang kecil berawna pink.

Saya pun segera berpindah ke samping dan mulai menjilati payudara kanan si Mayang, sedang tangan kanan saya meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri.



Mayang:”Aaakh Om gili aaaaah jangan di cupaaaang” ucapnya dan mendorong kepala saya. Tapi saya sudah terlanjur memberi cupangan yang cukup besar di dekat puting susunya si mayang.

Mayang:”Aaakh Om koq di kasih merah”

Saya:”Kenapa emang?

Mayang:”Senin ada pemotretan lagi” ucapnya.

Saya:”Kan kamu gak dipotret topless?



Mayang pun berpikir sejenak

Mayang:”Eh ia, tapi jangan di cupang kalau di leher ya Om”

Saya:”Ia, kalau di susu boleh berarti ya?

Mayang:”Ia, di toked aku mah boleh” ucapnya.

Saya pun kembali menjilati payudarany si Mayang.



Saya pun memberinya sedkitinya dua cupangan lagi di payudara kanannya. Setelah itu saya berpindah ke payudara kiri si Mayang. Saya hisap putingnya hingga menojol dan keras.

Mayang:”Aaagh ampun Om enak aaaah”

Sementara tangan kanan saya kini sudah mulai meraba-raba memeknya si Mayang.

Si Mayang tampak berusaha menurunkan baju renangnya. Saya pun berhenti sejenak dan melepas baju renang si Mayang yang berwarna hijau daun pisang tersebut.



Ternyata dia masih memakai celana dalam mungil berwarna hitam, aku kira sudah tidak ada apa-apalagi. Tapi itu tak lama. Si Mayang sendiri yang melepaskan celana dalamnya dan melemparkan ke sudut ranjang.

Saya pun segera mendorong si Mayang hingga terlentang. Saya lebarkan kedua pahanya. Memeknya mulus tanpa ada bulu sama sekali.

Saya pun segera tengkurap dan mulai menjilati memeknya si Mayang. Tercium bau wangi dari memeknya, mungkin dia menggunakan sesuatu.



Mayang:”Aaaakh Om, enak uuuh” ucapnya. Padahal lidah saya baru mulai membelah bibir memeknya. Tak Lama lidah saya pun memasuki lubang memek dia.

Mayang pun semakin mengerang begitu saya mulai menjilati itilnya dia.

Mayang:”Aaakh Om, itil aku enak banget aaaah” ucapnya sambil menjambak rambut saya dan menekan kepala saya ke selangkangan dia.

Saya pun semakin bersemangat, apalagi kata Dewi istri saya, saya termasuk handal dalam jilmek.



Pantat Mayang pun bergoyang-goyang setiap lidah saya menyentuh itilnya.

Mayang:”Aaagh Om, udah pindah dari itil gak kuat aku” ucapnya tapi malah menekan kepala saya makin kuat.

Kurasakan memek si Mayang mulai banjir dan mengeluarkan cairan. Saya coba masukan satu jari saya sambil tetap menjilati memeknya.

Terasa lubang memeknya masih sempit karena dia belum pernah melahirkan.



Mayang:”Aaahk Om Mayang gak kuat aaawaaass” ucapnya dan tiba-tiba Mayang mendorong kepala saya dan cuuuur keluar air kencing dari memeknya. Sebagian mengenai badan saya dan sebagian jatuh di seprai.

Mayang:”aduh ampun om, mayang gak kuat aduh kena badanya ya, dan aduh kena kasur gimana ini?

Kulihat wajah si mayang memang asli terlihat panik.
Saya:”Udah gpp, aku juga gpp Cuma kaget saja kamu sampai begitu”

Mayang:”Gak tahu, sama pacar aku aza gak pernah sumpah, tapi dijilatin Om sampai aku terkencing-kencing” ucapnya masih dengan wajah sedikit panik.

Saya:”Udah gpp, kita pindah ke tempat yang kering” ucap saya sambil menarik si Mayang agar pindah menjauh dari kasur yang basah.



Saya pun mendorong si Mayang hingga terlentang dan menaruh bantal di kepalanya dan saya lebarkan kedua kakinya. Si Mayang pun langsung paham saya akan segera menyetubuhi dia.

Dia pun melebarkan kedua kakinya.

Mayang:”Di sini kita mau ngentot, di sana istri Om mau ngentot sama Om Jamal” ucap Mayang, ternyata dia tau, mungkin si Utami ngasih tahu.

Mayang:”Pelan ya Om, kontol Om gede” ucapanya. Dalam hati gimana kalau dia diewe si Julian yang kata istri saya kontolnya gede banget.

Perlahan saya pun mendorong kontol saya memasuki memeknya si Mayang. Ia memang sempit tapi karena sudah basah tidak terlalu sulit saya memasukannya.

Sudah lebih dari setengahnya kontol saya membelah memeknya si Mayang. Saya angkat kaki kiri si mayan dan saya taruh dipundak saya. Saya pun mulai menggenjot memeknya.



Mayang:”Aaagh, penuh banget Om gede kontolnya aaaagh” racau si Mayang.

Saya:”Memek kamu yang masih sempit say, bukan kontol aku yang gede” ucap saya. Ploook…plooook…ploook

Saya pun mulai maju mundur dengan kecepatan sedang.

Mayang:”aagh enak Om, sepertinya kepala kontolnya nyundul sampai Rahim Mayang” ucap si Mayang lagi.

Saya:” Memang kamu belum pernah dientot si Jamal?

Mayang:”Nggak, Jamal itu sukanya pada perempuan yang punya suami, mungkiiiin aaaagh Om, dia bangga bisa ngewein bini orang” ucap Mayang



Ploook…plooook…plooook saya pun mulai mempercepat sodokan kembali kontol saya yang saya rasakan sudah normal setelah sempat kebas akibat terlalu lama menyetubuhi Dewi.

Mayang:”Aaakh Om mayang gak kuat aaaah” Mayang pun mengerang tak karuan.

Mayang:”Aaagh Om koq biarin istrinya dientot Om Jamal? Tanya si Mayang, pertanyaan yang menusuk dada.

Saya:”Biar saya juga bisa icip-icip memek model kayak kamu” jawab saya tak kehilangan akal.

Saya pun menaikan kaki Mayang satu lagi ke pundak saya hingga kini dua kakinya berada di pundak saya.

Saya pun menyodokan kontol saya semakin kencang sambil tangan saya meremas-remas susunya si mayang.



Mayang:”Aaah…aku gak kuaaaaaat” ucap Mayang dan badannya mengejang dan saya merasakan semprotan di dalam memeknya yang sangat hangat untuk bukan kencing.

Saya pun mempercepat sodokan saya saat si Mayang masih orgasme hingga matanya mendelik.

Mayang:”Aaaagh Om ampuuuun uuuhhhh, om ewein aku, di sana istri Om memeknya lagi dibelah sama kontol Om jamal hihi aaakh aaaaampuuuuun” Saya menggenjot si Mayang dengan sekuat tenaga, omongannya bikin hati saya panas.

Saya:”Aaagh Om gak kuat May, memek kamu jepit banget, sempit ” ucap saya.

Mayang:”aman om, aku lagi gak subur, tembak di dalam aku mau sprema Om” ucapnya tanpa saya tanya.



Saya pun sudah tidak tahan lagi dan saya tekan kontol saya dalam-dalam ke dalam memek si Mayang hingga bibir memeknya tampak membuka lebih lebar.

Saya:”aaaagh aku gak kuat” ucap saya dan crooot….sprema saya pun keluar di dalam memek si Mayang tapi tidak banyak meski kontol saya berkedut cukup lama.

Mayang tampak memejamkan matanya. Wajahnya yang cantik dan masih segar karena usia muda pun menggoda saya dan saya pun segera memagut bibirnya si Mayang. Lidah kami kembali bertautan dan kami saling bertukar ludah.



Mayang:”mmmpz..muaaaach…muaaach…muaaach mmmmpz”

Lalu si Mayang sedikit melengos dan mendorong dada saya.

Mayang:”Om, koq kanjut Om masih keras aza, ngenganjel penuh di memek aku?

Saya:”Ooo ia, berarti bisa langsung om sodokin lagi, mungkin karena kandangnya kesempitan jadi kejepit gak bisa ngecil kontol Om” ucap saya

Mayang:”Ikh Om, aku ngomong serius balasnya bercanda”

Saya pun menarik kontol saya yang masih tetap tegak, karena memang setelah Utami dan istri saya pergi saya pun meminum ramuan obat dari si Donatus lagi.



Saya pun menarik si Mayang agar bangun dan kemudian membelakangi saya agar menungging.

Mayang:”Om mau ewe mayang pakai doggy style?

Mayang pun segera menuruti kemauan saya.

Mayang:”Om, kok masih ngaceng terus?

Saya tidak menjawab tapi segera membenamkan kontol saya lagi ke memeknya si Mayang. Bleseeek

Ploook…ploook…plooook.

Mayang:”Aaah masuk lagi kanjuuut”



Saya pun menyetubihi si Mayang dengan posisi doggy style.

Mayang:”aaagh om nikmat banget aaagh enak aaagah”

Plook…plooook…ploook sambil menyetubuhi Mayang tangan saya pun meremasi kedua susunya yang masih begitu padat.

Saya ciumin lehernya dan saya beri gigitan-gigitan kecil hingga timbul warna merah di belakang lehernya.



Saya pun segera sadar gak boleh mencupang lehernya. Tapi si Mayang pun sepertinya tidak menyadarinya. Saya pun kini menjilati belakang telinga si Mayang sambil tetap mengentot dia dan memberi gigitan-gigitan kecil yang menimbulkan tanda merah di bawah telinganya.

Mayang:”aaagh Om, kontol gede aaaagh gak kuat aku huuuuu..huuuu” nafas si Mayang pun mulai terasa berat.

Saya pun mempercepat sodokan kontol saya.

Lalu tiba-tiba si Mayang kembali meraung dan kemudian kepala nyungsep di atas bantal.

Mayang:”aaaa gak kuaaat uuuuh kanjuuut” si mayang sepertinya kembali orgasme.

Kali ini saya membiarkan dia menikmati sisa-sia orgamsenya. Saya diam tak bergerak sedikitpun dengan kontol saya masih tertancap di memek si Mayang.



Setelah beberapa saat saya menarik si mayang hingga bangun. Saya lepas dulu kontol saya dan saya gendong si Mayang sambil berdiri. Meski memiliki tinggi yang tak jauh berbeda dengan istri saya, badan Si Mayang jauh lebih ringan.

Saya kembali menyodokan kontol saya ke memeknya si Mayang.

Mayang:”aaagh masuk klagi kontolnya Om aaah”

Saya pun mulai menaik turun kan badan si Mayang.

Mayang:”Aaakh Mayang belum pernah di ewe sambil digendong begini Om aaagh enak uuuh”

Tidak hanya dia, saya pun semakin merasa nikmat dan saya pun merasa sudah tak kuat lagi. Saya pun kini mengambil alih dan menyodokan kontol saya dari bawah karena si Mayang pun semakin pasif.



Mayang:”aaagh aku gak kuat Om ooooh”

Saya:”saya juga sayang aaaagh” ucap saya sambil menurunkan badan si Mayang dan saya tekan ke kontol saya dalam-dalam dan croooot…sperma saya pun kembali keluar dan ternyata masih ada saja sperma saya. Kali ini saya rasa malah lebih banya dari tadi karena saya pun merasakan begitu nikmat.

Si Mayang masih tetap saya gendong dan kami pun saling berpagutan.



Mayang:”Aaaagh Om, lemes aku, kaki aku lemes Om”

Saya pun merasakan hal sama dan saya pun perlahan menurunkan si mayang ke kasur dan kontol saya masih terbenam di memeknya.

Mayang:”Aaawh sakit Om memek aku, masih keras aza kontol Om, pakai obat tapi koq bisa keras terus ya, pacar aku sering pakai obat tapi kalau udah bucat langsung mengecil juga kanjutnya” ucap Mayang sambil menatap saya.



Sementara pikiran saya sedang ke si Utami, kenapa dia gak datang-datang. Jangan-jangan dia ikut istri saya, ah sudah lah biar ku genjot lagi si Mayang.

Saya pun mulai menyodokan kontol saya ke memek si Mayang. Biar agak kebas tapi pijitan dan sempitnya memek mayang membuat kontol saya terasa nikmat.

Mayang:”Ampun Om istirahat dulu, jangan ewe mayang dulu” ucapnya tapi dia hanya bisa pasrah karena saya kembali menyetubuhinya.



Saya tidak melakukan dengan cepat karena staminia saya pun mulai berkurang, sodkokan saya hanya sedang saja.

Mayang:”Aaagh Om kuat banget aku diewe berkali-kali, kalau istri om diewe berkali-kali juga gak ya sama Om Jamal” ucap si Mayang yang membuat saya meradang.

Saya pun mempercepat sodokan kontol saya ke memeknya si Mayang.

Mayang:”aaagh ampun om sakit ngilu memek aku aaaagh”

Plooook…plooook….plooook saya pun semakin cepat saja menyodokan kontol saya.



Mayang:”Aaaaaampuuun Om aaagh gak kuat ngilu uuuuh”

Saya tak memperdulikannya saya hajar memek si Mayang sampai beberapa kali kepalanya terdongkak dan sudah jauh dari bantal. Tangan si Mayang meremasi seprai sementara tangan saya meremasi tetek dia dengan kasar.

Mayang:”Aampun aaagh mayang gak kuat” ucapnya dan dia pun mengejang.

Saya tak mengurangi sodokan dia membuat dia melotot. Tapi saya tak memperdulikannya. Si mayang pun pasrah menerima sodokan kontol saya yang semakin tak beraturan.



Mayang:”aaah ampun…uuuh mayang gak kuat lagi Om uuuh”

Saya:”Om bentar lagi koq” ucap saya

Mayang:”cepetan Om, capek aku uuuuh”

Saya:”Aaaagh terima nich perek” ucap saya sambil menekan kontol saya dalam-dalam dan saya tidak tahu ada sprema atau tidak yang keluar tapi kontol saya terus berkedut.

Mayang terlihat memejamkan matanya dan nafasnya begitu rapat.



Saya membiarkan kontol saya terbenam di memek si mayang untuk beberapa saat sambil meremas pelan tetek dia yang padat. Saya pun kembali menghisap puting si Mayang dan memberi beberapa tanda merah di teteknya.

Si Mayang hanya sempat membuka matanya sebentar dan kemudian terpejam lagi. Luar biasanya kontol saya tetap keras dan saya sodokan beberapa kali. Tapi saya pun mulai merasakan ngilu. Saya pun bangkit dan mencabut kontol saya. Tampak lubang memek si Mayang sedikit menganga.



Saya pun merebahkan badan saya di samping si Mayang. Si Mayang kembali membuka mata dan menoleh kepada saya. Lalu dia bangkit sejenak sepertinya mengecek memeknya dan kembali rebahan.

Mayang:”Memek aku sampai menganga gitu Om, gila Om ini, istrinya diewe habis-habisan sama Om Jamal baru ntyaho” ucapnya dengan mata terpejam.

Saya hanya tertawa kecil mendengar ucapannya.

Mayang:”Koq teh Utami gak datang-datang ya, apa mere threesome sama Om jamal ya”

Saya pun menjadi kepikiran.



Mayang:”Aku sampai capek gini Om, kedua kaki aku lemes ih” ucap si mayang.

Saya:”Ya udah say, kita tidur aza dulu sambil nunggu istri saya dan Utami pulang.

Mayang:”Ia Om, aku capek banget, kaki sampai gemetaran” ucap Mayang lagi.

Saya pun memerengkan badan saya dan memeluk dia. Saya tarik dia hingga berposisi mereng. Kaki kanan saya , saya tumpangin di paha si Mayang sambil saya remas gemas pantatnya.

Mayang:”aakh Om masih aza remas pantat aku.

Saya lumat bibir si Mayang. Masih tetap terpejam si mayang pun membalas lumatan saya. Kami pun berciuman sampai aku tak sadar tertidur.
 
PART 66



POV SUAMI



Aku terbangun kita ada yang mengguncang-guncang badan saya.

Wife:”Bangun Pah, udah sore ini, kita harus pulang” ucap saya.

Saya pun membuka mata saya dan kulihat istri saya berdiri di belakang saya yang masih memeluk Mayang yang masih tertidur lelap di mana kami bberdua dalam keadaan telanjang bulat.

Saya pun segera melepaskan Mayang dan bangkit sambil mengucek-ngucek mata saya.



Saya:”Udah jam berapa ini Mah?

Wife:”Mau jam 4 sayang, udah mandi dulu sana, mamah udah mandi barusan” ucap istri saya.

Berarti istri saya sudah lama datang.

Saya:”Utami mana?

Wife:”Dia pulang duluan liat kamu sama cewek itu masih tertidur lelap, kasihan mau bangunin”

Saya:”Ya udah papah mandi dulu ya” ucap saya sambil segera masuk ke dalam kamar mandi.



Selesai mandi saya pun kembali ke dalam kamar. Ku dapati si Mayang masih tertidur dan istri saya duduk di sofa sambil nonton tv.

Sambil mengenakan baju saya pun mengajak istri saya mengobrol.

Saya:”Mah, koq dia gak dibangunin?

Wife:”Biar saja Pah, kayaknya capek banget dia, papah kerjain dia habis-habisan ya?



Saya:”Kasihan gak dibangunin, papah bangunin ya?

Wife:”Ya, bangunin aza” ucap istri saya cuek.

Saya pun menepuk-nepuk pantatnya si Mayang untuk membangukan dia.

Plook..ploook…ploo

Saya:”May bangun, udah sore” ucap saya.



Wife:”Gak pantatnya juga kali yang ditepuk hihi” ucap istri saya sambil mendatangi saya.

Mayang pun membuka matanya perlahan-lahan dia menatap saya dan tersenyum kemudian melihat istri saya dan dia pun segera bangun.

Mayang:”Eh kak Dewi, Teh Utami mana ya? Ucapnya sambil melihat ke segala arah.

Wife:”Dia udah pulang dulu May, kamu mandi sana, udah sore, atau mau nginep di sini?

Mayang:”Oh, pulang lah kak, aduh kaki aku lemes, suami kakak ganas banget sampai memek aku sakit ih, lemes aku diewe sampai gak bisa bangun ini kak” ucap Mayang sambil turun dari ranjang.



Wife:”Tapi kamu puaskan?

Mayang:”Hihi ia kak, kerasa masih ngeganjel aza di memek aku kontolnya suami kakak” ucap Mayang sambil berjalan gontai menuju kamar mandi.

Wife:”May, aku sama suamiku pulang duluan ya, kami dah telat, kasihan anak-anak kami”

Mayang:”Ia kakak, gpp duluan aza” ucapnya sambil masuk ke dalam kamar mandi.



Saya pun sedah selesai memakai baju saya kembali.

Wife:”Pah, kita pulang sekarang ya”

Saya:”Ayo, koq kamu sudah kenal dia?

Wife:”Tadi pas mau berangkat ke hotel dikenalin dulu sama Utami” ucap istri saya.



Kami pun segera berkemas dan membawa barang bawan kami.

Wife:”Pah, nitip ini” ucapnya sambil menyerahkan bungkusan warna hitam kepada saya.

Saya pun menerimannya.

Saya:”Ini apa mah?

Wife:”Itu pakaian dalam waktu mamah di photo di kasihkan Utami kepada mamah” ucap istri saya sambil berjalan lebih dulu meninggalkan saya. Saya pun mengikutinya dari belakang.



Saya sedikit heran karena sekarang saya melihat istri saya sepertinya memakai cd warna putih terlihat dari balik bajunya yang menerawang.

Suasana di dalam rumah Julian sudah sangat sepi, apa mereka sudah pulang semua. Kami pun segera keluar dan naik ke dalam mobil. Saya pun segera menjalankan mobil kelua dari gerbang, ku Lihat Gerry ada di pos security sedang ngobrol dengan security di sana. Saya pun hanya mengklakson saja tanpa membuka jendela.



Kami pun melaju meninggalkan kawasan tempat Rumah si Julian. Di dalam mobil saya dan istri pun kembali mengobrol.

Saya:”Kamu ganti cangcut ya mah?

Wife:”Koq tahu?

Saya:”Ya tahu kan pakaian kamu tipis menerawang”

Wife:”Ia, cangcut mamah diambil si Jamal, eh bukan cangcut mamah aza, cangcut Utami juga, katanya sebagai bukti dia udah berhasil menyetubuhi istri orang hihi ada-ada aza”

Saya:”Hah, berarti Utami ikutan? Kalian maen bertiga? Tanya saya.

Istri saya tak langsung menjawab hanya cuma senyum-senyum saja.



Saya:”Pantes Utami papah tungguin gak datang-datang”

Wife:”Sorry honey, mamah yang minta dia nemenin mamah, soalnya heunceut mamah masih sakit abis digarap papah habis-habisan, mamah takut gak bisa muasin si Jamal” ucap istri saya seolah-olah menyalahkan saya.

Saya pun pura-pura cemberut padahal sich gak masalah saya juga kecapean kalau ada Utami makin repot.



Wife:”Maaf ya Honey, tapi mayang juga ok kan, dia masih muda, katanya sich baru ngewe sama pacarnya aza, belum banyak yang jamah” ucap istri saya.

Saya:”Ia gpp, si mayang memang masih seger memeknya masih sempit” ucap saya pura-pura dengan nada sedikit ketus.

Wife:”Beda ya sama heunceut mamah yang udah lebar? Ucapnya dan giliran dia yang cemberut.

Saya:”Bukan gitu, Cuma sampaiakan apa adanya memek si Mayang memang masih sempit”

Wife:”Ya, berarti dia gak boong, baru maen sama pacarnya saja”



Saya:”Terus tadi gimana mah?

Wife:”Tadi gimana apanya Pah?

Saya:”itu sama si Jamal?

Wife:”ya gimana lagi, yam amah ewean sama si Jamal Pah hihi, pakai nanya” ucap istri saya sambil tertawa cekikikan.



Saya:”Maksud papah gimana itu, ceritain” ucap saya.

Wife:”Biasa aza pah, datang kesitu mamah langsung sama Utami di suruh duduk mengapit dia, mamah diciumin sama dia, tetek mamah di remas-remas, leher mamah juga dicupangin sama dia”

Saya:”Terus si Utami?

Wife:”Waktu si Jamal ciumin mamah, si Utami jilatin dan isepin kontolnya si Jamal, terus abis disepong kontolnya sama Utami dia tarik mamah berdiri, dicium lagi bibir mamah sama dia, bool mamah diremes-remes sama dia terus kita suruh buka baju pah” ucap istri saya kembali.



Wife:”Ntar papah sange lagi dengernya?

Saya:”Nggak, udak capek banget papah, malah pengen cepet tidur”

Wife:”Mamah juga Pah, pengennya cepet tidur aza hihi”

Saya:”Terusin jadi penasaran, eh kontol si Jamal gimana gede?

Wife:”Lumayan sich Pah, di atas standar lah, tapi seperti yang Utami bilang masih gedean dan panjangan kontol kamu pah” ucap istri saya.



Saya:”Tapi kamu mah keenakan gak waktu diewe sama si Jamal?

Wife:”Yah, mamah gak munafik Pah, enak juga diewe sama dia, tapi Cuma sekali terus dia ngewein Utami, setelah dua kali keluar kontolnya langsung lemas, obatnya gak sehebat obat punya papah yang lebih lama ngacengnya terus hihi”

Saya:”Oh, hebat berarti obat si Donatus ya, entah dari mana dia dapat”

Wife:”Wah, tapi ada efek sampingnya itu obat, tanya Pah ke Donatus “ ucap istri saya.

Saya:”Ok, nanti papah tanya sama dia, eh terusin gimana selanjutnya?

Wife:”Selanjutnya kita berdua disuruh ngangkang, ya terus dia jilatin heunceut mamah, itil mamah lama dia mainin Pah, ampe heunceut mamah basah”



Saya pun mulai merasakan kalau selangkangan saya kembali terasa penuh.

Saya:”Terus gimana lagi Mah?

Wife:”Ya habis dia puas jilatin heunceut mamah, ya dia ngajak mamah ewean, ya terus mamah ewean sama si jamal Pah, dia terus bucat di dalam heunceut mamah” ucap istri saya.

Saya:”Wah ya udah, hehe koq papah jadi ngaceng ya”

Wife:”hihi, tuch kan, denger mamah diewe si jamal papah jadi ngaceng, udah ah, konsentrasi nyetir biar cepat sampai”



Kami pun kemudian terdiam, saya lebih konsentrasi menjalankan mobil agar cepat nyampe rumah, kami sempat mampir membelikan makanan dan mainan untuk Intan dan Revan agar mereka tidak marah karena kami pulang sore sekali.

Hampir setengah enam kami baru sampai rumah. Segera kami pun bercanda dengan anak-anak karena kami kangen hampir seharian meninggalkan mereka.



Besoknya saya tidak banyak melakukan aktivitas, hanya di rumah saja, segala rencana ngerjain istri para tukang saya cancel dulu karena saya kelelahan apalagi senin sudah harus ngantor. Ternyata hari Sabtu para tukang sudah berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka pun tampak murung karena bukan hanya bayaran yang berkurang tapi karena istri mereka nantinya akan saya kerjain apalagi Suhada istrinya sudah lebih dulu saya kerjain.

Tapi tak diduga istri saya malah memberi mereka tambahan uang, malah mungkin lebih dari yang harus mereka terima. Alasan istri saya karena dia baru habis dapat banyak uang kemaren dan untuk keamanan saja, ucapnya, para tukang pun menjadi sumringah, malah ada yang bertanya kepada istri saya kapan katanya saya akan ke rumahnya, istrinya sudah di kasih tahu untuk melayanin saya.



Mereka pun pulang dengan cukup gembira tapi tentu saja pembalasan masih akan berlaku, tapi saya belum bisa menentukan waktunya dan mungkin satu per satu.

Hari minggu kembali saya tidak bisa ke mana-mana karena harus nemenin anak-anak mencoba kolam renang baru. Kami pun bergembiara ria termasuk istri saya dan hanum ikut berendam, sementara Anis belum ada kabar. Tidak ada aktivitas seks karena memang saya mempersiapkan diri agar fit saat bekerja besok.

Hari Minggu pun seharian saya di rumah, padahal awalnya saya berencana mendatangi Uli, tapi rasanya susah juga karena pasti ada anak-anaknya di rumah.



Hari Senin pun tiba dan rasanya sangat malas untuk kembali ke kantor. Anak saya Intan sudah berangkat sekolah lebih dulu diantar oleh Hanum.

Saya pun sudah bersiap untuk berangkat dan sedang memakai kaos kaki, saya duduk di sofa ruang tamu bersama istri saya.

Saya:”da kabar dari Anis mah?

Wife:”Kalau kata Hanum sich baik-baik aza, Anis di rumah orang tuanya, kakek neneknya Hanum”

Saya:”Oh syukurlah takutnya dia kenapa-kenapa kan suaminya katanya kayak gitu” ucap saya sedikit lebih tenang.



Wife:”Perhatian banget papah ih? Ucap istri saya sambil tersenyum.

Saya:”Kan dia sudah seperti keluarga”

Wife:”Ia, bisa papah pakai juga heunceutnya hihi”

Saya:”Nah, kesitu juga akhirnya”

Kami pun tertawa.



Wife:”Eh, Kak mega pernah hubungin papah gak?

Saya pun terkejut, pasti masalah kemaren.

Saya:”Memang kenapa?

Wife:”Ya, dia bilang seperti yang dibilang ke papah, dia bilang sudah ngomong ke papah”

Saya:”Oh, gitu, terus menurut kamu?

Wife:”Aku bilang gak mau, karena ke hamilan aku udah gede, biasanya kalau sudah begini aku malas gerak, biar sama dokter sich kalau mau ml gak masalah, tapi akunya yang malas”



Saya:”Syukur dech, terus si Mega gimana?

Wife:”Ya mau gimana lagi, dia pasrah, ok gpp bilangnya”

Saya:”Ia enak saja, enak di si Wily gak enak di papah”

Wife:”Ia enak aza, memang heunceut mamah milik Negara, maen minta saja, kalau mau bayar hihi”

Saya:”Dasar” ucap saya sambil mencubit hidung istri saya.

Saya pun pamit untuk berangkat bekerja.



Hampir jam 8 saya pun sampai kantor, anggota saya ternyata sudah lengkap dan datang semua, hannya Dwi yang tidak ada karena memang sudah cuti.

Idola dan favorit saya Ida pun sudah duduk di mejanya. Memakai kemeja putih motif batik dan jilbab warna hitam, sudah lama tak melihat dia tampai semakin cantik. Bawahannya celana kain yang sangat halus berwarna cream ke coklatan.

Saya:”Hai sayang, apa kabar” ucap saya saat sampai di depan meja dia yang berada di depan ruang kerja saya.

Ida:”Ah, baek pak, Alhamdulillah ucapnya biasa saja.



Saya pun duduk di atas meja dia. Dia pun melotot karena tentu akan mengungang kecurigaan teman-teman yang lain.

Saya pun segera turun lagi.

Saya:”10 menit lagi ke ruangan saya ya bebz” ucap saya sambil menoleh ke belakang melihat anak buah saya. Tampak mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Saya pun menjawil dagunya Ida sambil masuk ke dalam ruangan saya.

Ida:”aaagh, ketahuan yang lain abis aku” omel dia.



Saya pun segera duduk dan membuka tas laptop saya. Saya pun merapikan sedikit meja kerja saya yang agak berantakan.

Tak lama Ida pun masuk ke dalam ruangan saya. Perutnya belum terlihat membesar, masih biasa saja.

Ida pun segera duduk di depan meja saya.

Saya:”Aku kangen kamu bebz, kamu makin montok aza, aku gak lihat seminggu saja” ucap saya kurang ajar.

Ida:”Huuh, itu mulu pikiran bapak, eh, saya diminta Pak Hendro kalau bapak sudah datang diminta ke ruangannya” ucap Ida.

Saya:”Hah, kamu bercanda saja, saya diminta berangkat ke Jakarta gitu?

Ida:”Pak Hendro udah 3 hari ada di kantor ini, di ruangan bekas pak Fadli, katanya sekalian melihat kita-kita terkahir kali” ucapa Ida.



Saya:”Oh, ya udah saya langsung ke ruangan dia ya” ucap saya.

Ida:”Ia pak, saya keluar duluan” ucap ida tanpa menunggu jawaban dari saya dia segera berjalan meninggalkan ruangan saya.

Pantatnya yang besar bergoyang-goyang apalagi celananya ketat,cd Ida pun nyeplak dan sepetinya berwarna belang putih hitam.

Saya pun segera membawa laptop saya siapa tahu diperlukan dan keluar ruangan. Ku lihat Ida sudah duduk kembali di mejanya.

Saya:”Zebra, saya ke ruangan bos dulu ya”

Ida:”Apa, zebra?

Saya pun berbisik di dekat telingannya.



Saya:”Cd zebra maksudnya”

Ida pun tersenyum dan saya pun pergi meninggalkan dia menuju ruang yang ditempati Pak Hendro.

Saya pun sampai di depan ruangan pak Hendro di mana dulu Ida biasa saya temui di sana.

Saya terkejut karena di sana tampak sedang bekerja sambil mengetik seorang perempuan muda seperti Ida yang tak lain adalah Hana. Tapi penampilannya sangat berbeda di saat kami jumpa terkhir. Dia memakai baju gamis lebar dan panjang berwarna abu-abu motif bunga-bunga sampai ke kakinya sepertinya.



Saya:”Hai, apa kabar?

Hana sedikit terkejut dan menatap saya.

Hana:”Eh pak Dendi apa kabar?

Saya:”Baik, Alhamdulillah” ucap saya.

Hana:”Oh sekarang bapak agamais”



Saya:”Hehe bisa saja” padahal saya meniru ucapannya Ida.

Hana:”Udah di tunggu pak Hendro di dalam Pak”

Saya:”Ia kah, kamu dibawa Pak Hendro ke sini juga?

Hana:”Bapak lupa ya, saya memang dipindah ke sini” ucap dia. Saya pun baru ingat.



Saya:”Oh, ok saya ke dalam dulu” ucap saya.

Segera saya mengetuk pintu ruangan Pak Hendro dan masuk ke dalam.

Tampak Pak Hendro, lelaki tua yang sudah beruban, rambutnya sudah hampir putih semua tapi badannya masih cukup kekar karena mungkin rajin olah raga.



Hendro:”Oh, sudah datang to Pak Dendi silahkan duduk pak”

Saya pun segera duduk di depan dia.

Hendro:”Mana oleh-olehnya nich, kan habis cuti”

Saya:”Maaf pak gak bawa oleh-oleh apapun, Cuti di rumah saja Pak, istirahat” ucap saya kebetulan saya memang tak bawa oleh-oleh apa pun.

Hendro:”Oh, hehe gpp pak, gimana kabar istri dan anak-anak?

Saya:”Alhamdulillah pak, baek semua” ucap saya, memang Pak Hendro selalu ker kepada anak buah, bertanya kabar keluarga sudah biasa dia lakukan.



Hendro:”Sebenarnya saya sich seharusnya sudah tidak masuk pak, tapi masih ada tugas dikit” ucapnya.

Saya:”Oh ia kah pak, saya kiri masih lama hehe”

Hendro:”Segera setelah pengganti saya datang dan serah terima saya pun cabut pak, eh mau minum apa pak?

Saya:”Gak usah pak gpp”

Hendro:”Ya sudah, jadi gini pak, saya sudah bicara dengan Pak Cris, dan sudah mengambil sebuah keputusan” ucapnya berhenti sejenak dan meneguk minuman air mineral di mejanya.



Saya pun jadi deg-deggan, apa ini terkait dengan saya.

Hendro:”Jadi saya dan pak Cris sudah berdikusi dan sepakat menunjuk bapak sebagai pengganti saya” ucap Dia sambil menatap saya.

Saya:” Tapi pak, saya harus stay di Jakarta?

Hendro:”Tida, bapak tetap berkantor di sini, tapi mungkin beberapa hari di Jakarta, dua tiga hari di Jakarta, gak tiap minggu juga, Cuma mungkin awal-awal ini bapak banya di Jakarta, nanti bisa sebuan 2 atau tiga kali atau pas ada meeting manajemen saja, gimana?



Saya:”Sebenarnya sich saya agak berat karena istri saya sedang hamil dan sebentar lagi haml tua” ucap saya.

Hendro:”Makanya itu, bapak bisa tetap stay di sini, Cuma mungkin minggu-minggu ini bakal banyak di Jakarta, bulan ini saja, nanti saya jelaskan kenapa” ucapnya.

Saya:”Kalau begitu sich saya mau pak” ucap saya.

Hendro:”Syukur dech, saya jelaskan detailnya sekalian saya antar nanti ke hrdnya”

Akhirnya Pak Hendro menjelaskan semuanya terkait jabatan baru saya. Cukup lama juga lebih dari satu jam.



Kemdian kami ke bagian HRD dan juga video call dengan bagian hrd di kantor pusat.

Akhirnya resmi sudah saya menggantikan Pak Hendro per hari ini. Saya pun diperbolehkan pulang cepat karena besok pagi harus berangkat ke Jakarta bareng Pak Hendro. Jadi setelah semua urusan administrasi beres saya pun pulang ke rumah.

Sampai di rumah istri saya pun terheran-heran saya pulang lebih awal. Saya pun menjelaskan semuanya dan dia pun sangat senang karena dari awal dia sudah mendukung saya agar menerima kesempatan ini.

Saya pun mempersiapkan bawaan saya buat besok karena mungkin ada 3-4 hari saya akan di Jakarta terlebih dahulu.



Besok pun aku berangkat bersama Pak Hendro walau menggunakan mobil masing-masing. Sampai di Kantor pusat kami langsung menghadap Pak Chris. Kemudian saya pun serah terima pekerjaan dengan Pak Hendro. Setelah selesai ternyata pak Hendro mengantar saya mencari rumah kontrakan. Karena sebelumnya sudah dicarikan pihak kantor, saya hanya tinggal deal saja, kebetulan rumahnya cocok dengan saya dan dekat dari kantor. Sekitar 4 hari saya pun terus di Jakarta menyelesaikan seluruh urusan yang masih pending dengan Pak Hendro.



Semua rencana saya untuk melakukan pembalasan terhadap para tukang terpaksa saya tunda dulu menunggu situasi longgar. Selama di Jakarta saya hanya bisa video call dengan istri dan anak-anak. Jumat malam pun aku kembali ke Bandung. Hari sabtu dan minggu aku habiskan bersama anak-anak yang semakin hobi berenang, kesempatan ini saya gunakan baik-baik karena ternyata minggu depan saya harus full di Jakarta.



Hari Senin pagi saya pun sudah bersiap untuk berangkat lagi ke Jakarta.

Saya sedang siap-siap dan sudah di ruang tamu bersama dengan istri saya.

Wife:”Sampai kapan di Jakarta pah, kayaknya kebanyakan kamu harus di Jakarta?

Saya:”Ia, tapi kan mamah juga mendukung papah ambil posisi ini?

Wife:”Ia, tapi kan kata papah, paling 3-4 kali dalam sebulan dan paling 2 hari jadi kalau di total Cuma 8 hari dalam sebulan” ucap istri saya.



Saya:”Kan papah juga bilang, kata Pak Hendro bulan pertama papah pasti banyak di Jakarta karena kebetulan lagi banyak urusan di sana” ucap saya

Wife:”Selama pergi ke sana papah sudah ada ke kantor yg di sini?

Saya:”Belum ada Mah, kata pak Chris habis minggu ini full satu minggu, eh sampai hari senin depan maksudnya, jadi papah balik ke sini selasa, nah setelah itu papah lebih banyak tugas di sini, kalau ada keperluan mendesak saja ke kantor Jakarta”



Wife:”Ya udah gpp, tapi papah kesepian gak di sana?

Saya:”Ya pasti mah, paling yang video call sama kalian”

Wife:”Tapi kalau papah mau nyari cewek boleh dech pah, tapi jangan perek ya, ntar kena penyakit hihi, orang kantor di sana banyak yang cakep gak?

Saya:”Gak kepikiran ke situ lah mah, di sini mamah jangan nakal ya?

Wife:”Gak, biar mamah pengen berhubungan seks pas gak ada papah mamah tahan, sekarang udah mulai males, mudah pegel” ucap istri saya dan kali ini saya percaya di jujur karena dulu juga begitu saat mengandung Revan dan Intan, jadi saya pun tenang meninggalkan dia apalagi saya sudah menyuruh Donatus dan temannya mengawasi kalau istri saya pergii ke mana-mana.



Saya:”Ya udah papah berangkat dulu ya, bulan depan papah pastikan bisa mengantar kamu ke dokter kandungan mah”

Wife:”Ia, gpp juga kalau gak bisa mamah bisa sama Hanum”

Saya:”Papah memang pengen nganter koq” ucap saya sambil berdiri karena semua sudah siap.



Wife:”Eh, mamah serius pah, kalau papah mau nyari cewek boleh, tinggal pintar-pintar papah merayu, tapi jangan psk ya”

Saya:”Ia, kalau papah kepepet kepengen nanti papah cari hehe” ucap saya.

Saya pun kemudian mencium istri saya dan segera pamit untuk berangkat ke Jakarta.

Wife:”Eh satu lagi pah, papah gak ajak saja sekertaris papah si Hana ikut, kan lumayan bisa pappah grep-grepe hehe?

Saya:”Mungkin nanti-nanti sekarang kasihan juga ”

Wife:”Dia kan bisa tinggal sama suaminya di Jakarta”

Saya:”Ia juga Mah, tapi papah belum ada kasih tahu gak mungkin mendadak, Cuma kerjaan paling komunikasi lewat video call”

Akhirnya saya pun pergi dari rumah dan langsung menuju Jakarta.



Hari-hari membosankan pun terpaksa saya jalani, pulang kantor di rumah saya Cuma sendiri dan mulai kepikiran ucapan istri saya untuk membawa Hana atau mencari cewek lain. Hingga suatu hari saat istirahat makan siang di sebuah café tiba-tiba seseorang menepuk pundak saya. Ternyata dia Pak Karim, manager purchasing.

Karim:”Eh bos, sendirian saja?

Saya:”Eh Pak Karim, ia pak, mau makan siang juga, mari gabung sama saya”

Pak karim pun segera duduk di kursi depan saya. Pak karim mungkin umurnya sudah 40-an lebih, rambutnya pun sudah, orangnya tinggi mungkin sampai 180-an cm tapi kurus.



Pak Karim pun segera memesan makanannya dan kemudian kami pun mulai mengobrol.

Karim:”Gimana Pak, betah di Jkt?

Saya:”Wah kalau di bilang betah ya gak betah sebenarnya pak, ya anak istri di Bdg” ucap saya.

Karim:”Pulang kerja di rumah saja?

Saya:”Ia pak, saya gak ada ke mana-mana lagi, bosen sich tapi gak ada kawan juga”



Karim:”Wah rugi pak, mumpung id jkt, maen ke tempat karaoke atau spa yang buat refreshing Pak” ucapnya.

Makanan kami sudah datang dan kami pun mengobrol sambil makan.

Saya:”Ia, tapi gak ada temen pak, biar saya lama dulu di Bekasi tapi males kalau pergi sendiri, bukan tak tahu tempatnya”

Karim:”Hehe, tapi pilihan bapak tepat sich, milih tetap stay di bdg, kalau di jkt bisa repot”

Saya:”ia, saya gak mau jauh dari istri dan anak”



Karim:”Yaitu pak, Hendro saja sempat pusing dia di sini”

Saya:”Pusing gimana pak, kan keluarga dia di jkt?

Karim:”Awalnya ia, tapi mungkin karena keluarganya merasa kurang nyaman di jkt mereka pindah ke purwakarta lagi, jadi dia sendiri”

Saya:”Hah, baru tahu saya, sudah lama itu pak?

Karim:”Lama pak, paling mereka dua bulanan saja di sini, jadi kan Pak Hendro bolak-balik kalau libur, sering izin juga beliau, mungkin karena bos dia sering dapat dispensasi”



Saya pun manggut-manggut saja.

Saya:”Saya kira semua keluarganya di Jkt”

Karim:”nggak, apalagi Hendro masih doyan seks pak, istrinya kan masih muda udah cerai sama istri lamanya”

Saya:”Kalau itu saya tahu pak, lumayan ya beda lebih dari 15 tahunan”

Karim:”Yaitu, jadi di jkt sendiri dia stress, kebutuhan seksnya tidak terpenuhi, untung dia cerita sama saya, jadi saya bisa bantu”



Saya:”Masa sich, kelihatannya dia orang yang alim”

Karim:”Ya namanya lelaki pak, gak lali juga cewek juga sama ada kebutuhan biologis”

Saya:”Oh, gitu ya, terus bapak memang bantu apa?

Karim:”Ya saya kan memang sudah lama tinggal di Jkt pak, puluhan tahun jadi tahu situasi di jkt dan sekitarnya, saya bawa dia ke b*g*r beres”



Saya:”memang di B*g*r ada apa pak?

Karim:”Hehe, di daerah sana kan bisa dapat cewek Pak”

Saya:”Di jkt juga kan bisa pak kalau Cuma sekedar cewek hehe”

Karim:”Di sana beda pak, bapak belum tahu ya, jarang liat tv nich bapak?

Saya:”Hehe memang ada apa sich pak?

Karim:”Bisa kawin kontrak di sana Pak, kalau bapak minat saya pun bisa carikan” ucap dia.



Saya:”Oh, sudah dengar juga kalau itu pak, tapi tadi gak nyangka itu, jadi pak Hendro punya istri kontrak di sana?

Karim:”Ia pak, masih muda mungkin 20 tahunan”

Saya:”Oh saya gak nyangka pak, kelihatannya dia ok saja”

Karim:”Ya orang siapa tahu pak, bapak minat gak, bisa saya bantu”

Saya:”Waduh, saya khawatir pak kalau sampai nikah gitu”

Karim:”Tenang saja pak, formalitas saja dan rahasia terjaga sama saya, kalau bapak minat saya bisa bantu” ucapnya seperti memaksa saya.



Saya sich tertarik sekali dan penasaran tapi masih ada rasa takut juga.

Saya:”Mahal gak Pak? tanya saya ke Pak Karim

Karim:”Nggaklah kalau untuk ukuran Pak Dendi, gimana minat?

Saya:”Kisaran berapa pak?

Karim:”Tergantung nanti nego, bisa 3bln, 6 lbn atau mau satu tahun dan bisa diperpanjang juga sesuai kesepakatan”



Saya:”Saya pikir-pikir dulu dech Pak”

Karim:”Jangan kebanyakan mikir pak nanti nyesel, kan kalau bapak di sini jadi gak kesepian, tinggal pulang ke rumah istri kontrak hehe” ucap Pak Karim dan sangat mempengaruhi pikiran saya.

Saya:”Kisaran berapa biasanya pak?

Karim:”Kalau 3 bln biasanya kisaran sekian pak…, 6 bln sekian & 1 thn sekian tapi juga tergantung perempuannya cantik dan masih muda serta belum banyak nikahnya lebih mahal tapi tergantung nego juga” ucap Pak Karim menyebutkan angka.



Saya:”Saya pikirkan dulu pak, takut juga istri saya nanti tahu bisa berabe”

Karim:”Rahasia terjamin pak, istri pak Hendro saja sampai sekarang tidak tahu, pak Hendro malah udah 3 kali ganti istri kontraknya”

Saya pun makin terkejut saja.

Karim:”Kalau minat sore ini juga bapak bisa antar, malah kalau deal bisa nikah malam ini juga, gimana tertarik gak, saya udah bisa nyomblangin hehe” ucap Pak Karim setengah berbisik-bisik karena kebetulan ada orang lewat depan kita.



Saya:”Gimana ya, nanti saya kabarin dech pak “

Karim:”Bapak catat dulu nomor saya, kalau minat biar gak kelamaan sore ini kita pulang lebih awal atau besok lagi juga kapan bapak siap” ucap Pak karim.

Saya pun segera mencatat no hp pak karim dan begitu sebaliknya Pak Karim mencatat no saya.

Setelah itu saya pun membayar makanan termasuk makanan pak karim karena sebenarnya makan kita sudah selesai dari tadi yang lama ngobrolnya.



Di kantor saya pun menjadi terus kepikiran dengan ucapan Pak karim. Akhirnya saya pun memutuskan untuk menghubungi Pak karim. Saya pun segera menelepon dia.

Karim:”Hallo, pak Dendi ya, gimana Pak?

Saya:”Kalau hari ini gimana bisa pak?

Karim:”Bisa dong, kan tadi sudah saya bilang, kita pulang jam 4 pak, langsung kita meluncur ke sana” ucap Pak karim.



Setelah jam 4 kami pun segera berangkat, pertama ke rumah Pak karim dulu untuk menyimpan mobil dia. Segera Pak karim pamit ke istrinya entah apa yang dia bilang dan dengan menggunakan mobil saya kami pun menuju ke tempat yang disebutkan Pak karim. Pak karim pula yang menyetir agar memudahkan dan mempercepat perjalanan.



Saya:”Jadi tujuan kita ini ke mana dulu pak?

Karim:”Kita temua pak Sekdes, di kampungnya dia yang ngatur, ada photo-photonya juga, nanti berangkat dari situ, bapak mau pilih yang mana, kalau cocok mala mini bisa langsung nikah pak hehe, jadi tidur udah ada yang nemenin”

Saya:”Masa secepat itu prosesnya Pak?

Karim:”ya memang begitu pak, nikahnya juga kan gak rame-rame pak, proses cepat hehe”

Ntah kenapa saya menjadi deg-degan dan begitu nervous.



Lebih kurang satu jam kami pun masuk ke sebuah perkampungan. Terlihat dari gerbang yang kami lewati.

Tak lama Pak karim belok dan memarkir mobil di tepi jalan di samping sebuah rumah tingkat dua yang cukup beras dan megah apalagi di daerah perkampungan begini.

Kami pun segera turun dari mobil dan ini sudah jam 5 lebih.

Karim:”Saya sudah kontak orangnya, tenang saja prosesnya cepat, nanti bapak tak perlu kasih uang dulu sama dia, kalau semua sdh beres dan bapak sudah nikah baru di kasih” ucap Pak karim.



Saya:”Nanti pak Karim yg serahkan saja kalau gitu”

Karim:”Beres pak”

Kami pun menuju ke pagar rumah yang cukup tinggi, terhitung mewah untuk ukuran di kampung.

Saat sampai depan pagar terlihat seseorang lelaki seumuran dengan Pak Karim tengah duduk di teras rumahnya sambil minum kopi.

Melihat kami orang tersebut segera menghampiri pintu pagar dan membukanya sendiri.

Dia segera menyalami saya dan Pak Karim.



Kami pun segera masuk dan duduk di kursi di teras rumahnya.

Karim:”Kenalkan Pak Indra, ini Pak Dendi yang saya ceritakan, salah satu bos di tempat saya bekerja, gantinya pak Hendro”

Orang yang di sebut Indra pun menjawab.

Indra:”Oh, gantinya pak Hendro, beliau kemana pak?

Karim:”Beliau sudah pension pak” ucap pak Karim.



Indra:”Oh gitu”

Karim:”Langsung saja Pak, jadi maksud saya mengantar Pak Dendi seperti yang sudah saya sampaikan via telepon untuk mencarikan istri buat pak Dendi” ucapnya

Indra:”Tunggu ya saya ambil dulu photo-photonya” ucap Indra sambil permisi masuk ke dalam rumahnya.

Karim:”Tenang pak, di sini di backing aparat, jadi aman, yang agak bahaya biasanya kalau warga asing, tapi masalahnya paling bukan di pernikahannya tapi sama imigrasi dan terus merembet ke nikah kontrak” ucap Pak karim.



Tak lama Indra pun keluar sambil membawa sebuah buku.

Indra:”Di liat-liat saja dulu photonya Pak, ini ada tanggal lahirnya juga” ucap Indra sambil memberikan buku tersebut ke tangan saya.

Saya pun menerimanya dan mulai melihat-lihat. Tampak photonya bermacam-macam ada yang full badan ada yang dari dada sampai kepala saja. Di bawahnya ada tulisan tangan nama dan tanggal lahir. Kalau lihat dari tanggal lahirnya banyak juga yang usianya masih belasan tahun.



Saat saya membuka halaman ketiga dari buku tersebut saya sangat terkejut. Tampak photo seorang perempuan memakai jilbab hanya separo badan dari dada ke kepala yang saya kenal betul. Lebih meyakinkan nama di bawahnya tertulis Khofifah. Saya pun memandang lama ke photo tersebut nyaris tak percaya. Indra dan karim pun tampak menyadarinya.

Indra:”Bapak minta sama dia, kebetulan dia lagi kosong, dia baru dua kali nikah kontrak sama orang local semua Cuma 3 bulanan dua-duannya, tapi yang terakhir kecelakan jadi dia hamil dan sekarang anaknya sudah hampir satu tahun, dia lama gak nikah lagi tapi sekarang sudah aktif lagi kalau ada yang minat.



Lidah saya terasa kelu, Ifah biasa dia dipanggil adalah mantan istri adik saya Hakim, ya mantan adik ipar saya, mereka menikah sekitar 3 tahun sampai akhrinya bercerai karena adik saya ternyata punya istri lagi si Puspita.

Kami keluarga pun tidak tahu dan selidik punya selidik gara-gara Ifah belum bisa juga memberi keturunan, tapi ternyata Ifah sekarang punya anak dan Hakim adik saya dengan Puspita sampai sekarang masih belum punya anak.



Indra:”Gimana pak, mau yang itu?

Karim:”Ia Pak, jarang lho, dia baru dua kali, yang lain rata-rata sudah banyak, tapi dia ya punya anak, karena hamil itu dia gak nikah dulu, dulu salah satu suaminya saya yang bawa juga”

Saya masih terdiam tak bicara satu patah katapun.



Indra:”Gimana Pak? biar cepat diprose, bisa nikah mala mini juga” ucap Indra tak sabar.

Saya:”Iiia, saya yang ini saja pak” ucap saya antara reflek dan gak sadar.

Indra:”Ok kalau gitu saya antar ke rumannya” ucap Indra sambil mengambil buku di tangan saya dan masuk ke dalam.

Karim:”Dekat saja rumahanya dari sini Pak” ucap dia.



Tak lama Indra pun keluar dengan mengganti pakaianya dan tampak lebih rapi serta menenteng sebuah map.

Kami pun segera naik ke mobil saya. Indra pun duduk di belakang.

Saya pun semakin tak karuan, kenapa saya mesti memilih Ifah. Dulu saya tak pernah kepikiran hal negative tentang adik ipar saya. Ifah usianya mungkin beum 25 tahun, dia menikah dengan Hakim umur 18 tahun saat dia lulus SMA, namanya orang kampung sudah biasa menikah muda, bodynya pun mirip dengan Anis, dengan buah dada dan pantat yang besar tapi dulu karena mungkin hidup saya masih normal saya tidak berpikiran jorok tentang dia, hanya sesekali saja karena memang tak sering ketemu yang mencuri pandang terhadap pantatnya yang besar tapi dia selalu pakai baju gamis lebar tapi karena terlalu besar ya tidak bisa disembunyikan.



Kami pun sampai di sebuah rumah yang sepertinya ini rumahnya Ifah dan tepat pula di pinggir jalan.

Saya memang tidak pernah datang ke sini, saat lamaran Hakim dulu saya tidak ikut karena suatu urusan.

Kami semua pun turun dan segera naik ke teras rumah tersebut.

Indra pun segera mengetuk pintu dan tak lama seorang laki-laki yang saya kenal membukakan pintu. Dia adalah Hadi ayahnya ifah atau mantan mertua Hakim adik saya. Hadi mungkin umurnya tak jauh beda dengan



Hadi:” Eh pak Indra, Pak karim” dia pun segera menyalami kami semua. Sepertinya dia lupa dengan saya. Ya memang mungkin kami bertemu kurang dari lima kali, waktu Ifah dan Hakim nikah serta saat lebaran ada dua atau tiga kali saya lupa.

Hadi pun mempersilahkan kami duduk dan dia masuk kembali ke dalam rumah. Kami semua segera duduk tak lama Hadi pun balik lagi.

Hadi:”Di dalam saja pak, udah magrib ini, gak enak di luar” kami semua pun segera masuk ke dalam rumah.



Kami pun duduk di sofa ruang tamu, meski rumahnya terlihat sudah tua tapi perabotan di dalamnya terlihat lengkap.

Hadi:”Mau minum apa pak, istri saya sama anak saya masih sholat, nanti saya sampaikan”

Indra:”Gak usah repot-repot pak, air putih saja semua, langsung saja kita ke persoalan ya, soalnya udah malam biar semua beres mala mini” ucap Indra.

Hadi:”Ia Pak, gimana ada yang minat sama anak saya? Ucap Hadi langsung to the point, sepertinya dia paham ke datangan Karim yang ternyata dia sudah kenal dan juga Indra.



Indra:”Jadi kedatangan saya dan Pak Karim ke sini memang untuk itu Pak, nah ini orangnya nak Dendi dari jkt, temen kantornya Pak karim”

Hadi:”Oh ia, nanti Ifah sama ibunya masih sholat” ucap Pak Hadi.

Indra:”Ia Pak, saya pun sudah siapkan berkas-berkas perjanjiannya, kira-kira bapak mau melepas Ifah berapa? Ucap Pak Indra.

Hadi:”Ya sesuai harga pasar saja pak, biasa segitu…..” ucap Hadi dan memberi tanda dengan jari tangannya ke Indra



Indra pun membisiki saya harga yang diminta Hadi untuk anaknya. Karena saya sudah di kasih tahu kisarannya saya pun ok saja.

Hadi:”Jadi mau yang berapa lama nak Dendi ya?

Saya:”Ia pak, 6 bulan saja dulu pak, kalau cocok diperpanjang” ucap saya sesuai yang diajarkan oleh karim.

Hadi pun berdiri dan tampak masuk ke sebuah kamar. Cukup lama dia di dalam dan lalu dia keluar dengan seorang perempuan yang juga saya kenal yaitu Yuniar istrinya Hadi ibunya Ifah. Yuniar mungkin sekarang umurnya 40th, kalau tidak salah kata Hakim dia malah sudah menikah umur 17 dan umur 18 thn sudah melahirkan Ifah anak satu-satunya.



Yuniar berbody semok seperti Ifah persis mungkin tingginya juga tak jauh beda sekilas seperti adik kakak. Dulu saya Cuma takjub sama pantatnya saja yang besar seperti Ifah entah kenapa saya sekarang menjadi tertarik juga sama dia. Sekarang saya malah seperti suka dengan yang milf. Yuniar yang masih mengenakan mukena hanya memberi salam dari jarak jauh kepada kami tanpa menempelkan tangannya. Yuniar juga sepertinya tidak mengenali saya.



Yuniar pun berlalu ke belakang sepertinya mau membuatkan minum. Saat dia berjalan membelakangi saya kami dapat melihat pantatnya bergoyang apalagi mukena yang dikenankannya begitu tersorot cahaya lampu sedkit menerawang, sepertinya dia Cuma memakai bh dan celana dalam berwana hitam saja di balik mukenanya yang berwarna kuning pucat. Saya dan Pak karim juga Indra pun terbengong-bengong sementara hadi posisinya memunggungi jadi tidak melihat dan tak menyadari pantat istrinya jadi santapan para hidung belang.



Hadi:”Kalau semua sudah setuju bisa kita nikahkan mala mini juga Dra” ucap Hadi kepada Indra.

Indra:”Ia Pak siap hehe”

Saya:”Pak Karim, kalau anaknya itu gak di tanya dulu? Ucap saya berbisik-bisik.

Karim:”Anak harus nurut ortunya Pak, ortunya ok ya ok” ucap dia berbisik pula.



Tak lama Yuniar sudah kembali sambil membawa baki berisi air minum dan dua bungkus roti berkuran besar. Dia pun segera menaruhnya di meja. Memang perempuan ini masih cantik. Setelah selesai Yuniar pun duduk di samping suaminya.

Hadi:”nah, kita udah deal bu,ibu belanja sedikit makanan, ala kadarnya buat para saksi nanti dan leube (Penghulu)”

Yuniar:”Ia Pak, manga di minum, seadanya “ ucapnya sambil menatap kami bertiga.



Saat menatap saya dia pun menatap saya cukup lama, saya pun menjadi berdebar apa dia mengenali saya.

Yuniar lalu berbisik kepada suaminya dan tampak wajah suaminya pun seperti terkejut.

Yuniar tampak bergegas bangkit dan permisi mau ke kamar tapi tidak ke kamar di mana dia tadi keluar bersama Hadi tapi kamar sebelahnya.

Saya pun semakin berdebar-debar sementara Pak Hadi terlihat biasa saja.

Hadi:”Ayo nak Dendi di makan seadanya nak, maklum di pinggiran bukan di kota” ucapnya.



Saya pun menjadi sedikit kikuk. Yuniar cukup lama di dalam kamar yang mungkin kamarnya Ifah, berarti Ifah tinggal serumah dengan orang tuannya.

Sementara Hadi dan Indra serta pak Karim pun mengobrol hal lain yang saya tidak focus mengikuti arah pembicaraan mereka.

Kemudian pintu kamar yang dimasuki oleh Yuniar pun kembali di buka dan tampak Yuniar yang masih mengenakan mukena keluar lebih dulu diikuti oleh Ifah yang memakai gamis panjang warna orange yang cukup lebar. Mereka pun duduk di samping Hadi dan segera Ifah pun menatap saya, tidak mungkin kalau Ifah tidak mengenal saya biar jarang bertemu tapi mungkin belasan kali lebih kami ketemu.



Ifah tak lama menatap saya tapi segera menundukan kepalanya.

Hadi:”Gimana mah?

Yuniar:”Mamah sama Ifah mau ke took depan dulu yap ah, mau belanja dulu, papah yang atur di sini” ucap Yuniar.

Hadi:”Ia cepetan biar gak terlalu malam” ucap Hadi.

Yuniar:”Mamah ganti baju dulu ya neng” ucap Yuniar kepada Ifah.

Ifah:”Ia mah” jawabnya pendek.

Yuniar pun segera masuk ke dalam kamarnya. Tak lama Yuniar pun keluar memakai baju gamis warna merah jambu.



Melihat ibunya berdiri ifah pun bangkit dan pamit kepada kita.

Ifah:”Saya tinggal dulu pak Karim, pak Indra ucapnya kepada kami bertiga. Apakah ifah tidak mengenal saya rasanya tidak mungkin, atau mereka tak keberatan meski mengenal siapa saya.

Ifah:”Papah, titip si dedek kalau nangis, tadi udah Ifah buatin dot” ucapnya.

Hadi hanya mengangukan kepalanya saja.





Sepeninggal Ifah dan ibunya , Indra pun mengularkan kertas dari mapnya yang ternyata surat perjanjian.

Kemudian dia pun menulis beberapa hal dengan tulisan tangan seperti nama saya dan nama pak hadi, nama ifah dan Yuniar juga sebagai saksi begitu juga pak Karim, sementara sebagian sudah hasil ketikan, sepertinya form ini sudah biasa digunakan.

Indra:”Uangnya di transfer ya pak Dendi”

Saya:”Ia, sebagian transfer sebagian tunai” ucap saya sambil mengeluarkan uang yang memang sudah saya bawa.

Indra:”Pak Hadi ada rekeningnya? Yang nomor biasa?

Hadi:”Ia itu saja”

Indra:”Transfer ke nomor ini mas, sms banking kan?

Saya:”Ia Pak”



Saya pun segera mentransfer uang sisa dari perjanjian. Kini saya tenang karena istri saya tidak pernah lagi cek rekening saya.

Saya pun memberikan bukti transfer dan ternyata Pak Hadi mengeluarkan ponselnya dan sepertinya mengecek langung. Ternyata dia sudah canggih juga.

Hadi:”Sudah masuk” ucapnya sambil menghitung uang tunai yang saya berikan.

Hadi:”Pas Dra, mana biar saya tanda tangan sekarang lah” ucapnya.

Hadi pun segera membubuhkan tanda tangannya begitu Juga Indra dan Karim.



Saya pun membacanya sekilas dan kemudian tanda tangan dokumen yang dibuat rangkap dua tersebut sudah lengkap dengan materai.

Indra:”Saya tinggal ya dokumennya Ifah sama ibunya belum tanda tangan, ibunya Cuma saksi saja” ucap Indra.

Hadi:”Ia, kamu urus untuk saksi-saksinya ya”

Indra:”Ia sama saya jemput penghulunya”

Karim:”Biar saya temenin Pak, cepat pakai mobil”

Saya:”Kalau gitu saya ikut juga”

Karim:”Pak Dendi di sini saja, masa pengantin mau pergi juga hehe” ucap Karim dan segera menarik tangan Indra seperti kepada kawannya.



Matilah saya, kini saya ditinggal oleh karim dan Indra.

Tinggallah saya berdua dengan Hadi yang akan jadi mertua saya.

Saya pun tak berani menatap hanya menundukan kepala saja.

Tiba-tiba terdengar suara hadi bertanya kepada saya.

Hadi:”Gimana kabar nak Hakim, Den” ucapnya, saya pun seperti disambar geledek, hadi sdh mengenali saya, berarti Yuniar tadi yang memberi tahu.



Saya:”eeeh, dia baru habis kecelakaan lalu lintas pak”

Hadi:”Astaga, kapan itu Den, dan gimana keadaanya? Sepertnya dia kaget, saya tidak tahu apa dia menaruh dendam kepada adik saya atau tidak setelah Hakim menduakan Ifah anaknya.

Saya:”Sudah hampir dua bulan yang lalu pak, satu kakinya patah dan satu tangannya juga”

Hadi:”Harus diamputasi? Dia tabrakan? Ucap hadi kini saya sudah berani menatapnya.



Saya:”kecelakaan tunggal, mungkin mengantuk dia nabrak tembok kantor brimob tepi jalan, Alhamdulliah gak perlu amputasi Cuma ya lama penyembuhannya”

Hadi:”Bapak turut prihatin ya Den”

Saya:”Ia pak, makasih, bapak masih turut prihatin padahal ya kan…” saya tak sempat meneruskan ucapnnya keburu dipotong oleh Hadi.

Hadi:”Uda itu masa lalu gpp, dengan datangnya pak Dendi dan mau nikahin anak saya biar Cuma kawin kontrak sudah buat kami senang dan sangat menbantu keluar bapak” ucap dia. Seketika saya merasa lega.



Terdengar dua suara sepeda motor berhenti depan rumah lalu tak lama muncul Ifah dan ibunya membawa belanjaan yang cukup banyak di ikuti dua perempuan yang masih muda-muda mekera tidak mengenakan jilbab seperti ifa dan ibunya dan dandannannya pun menor dan semok-semok. Mereka mengikuti Ifah dan ibunya ke belakang.



Ku lihat Hadi berdiri.

Hadi:”Nak Dendi, saya tinggal kebelakang dulu sebentar ya”

Saya:”Mangga pak silahkan” ucap saya.

Cukup lama hadi baru kembali dengan anak dan istrinya.

Mereka semua pun segera duduk di tempat semula.



Hadi:”kamu tanda tanganna dulu neng, sama kamu juga mah”

Ifah sempat menatap saya sebentar lalu membubuhkan tanda tangannya begitu juga ibunya.

Yuniar:”saya tinggal kebelakang dulu ya Den” ucap Yuniar ramah.

Ifah pun sudah hendak berdiri tapi dicegah ibunya.

Ifah:”Kamu di sini saja neng temenin Dendi, kalau dia mau mandi suruh kebelakang” ucapnya.

Hadi:”Biar bapak bantuin dibelakang bu” ucap Hadi.



Hadi dan Yuniar pun segera meninggalkan kami berdua saja. Saya pun jadi salah tingkah gak tau harus ngomong apa.

Lalu Ifah memulai pembicaraan.

Ifah:”Aa dendi masih sama Teh Dewi kan?

Saya:”Ia, masih”

Ifah:”Sudah berapa anaknya sekarang a? tanya Ifah lagi sampai tiba-tiba terdengar tangisan di dalam kamar ifah.



Ifah:”Aduh, si dedek nangis, bentar ya Aa, saya tinggal dulu” ucapnya sambil setengah berlari meninggalkan saya.

Tak lama Ifah pun keluar kembali dan duduk bersama saya.

Ifah:”Dia haus, sekarang sudah tidur” ucapnya.

Saya:”Udah umur berapa? Tanya saya walau tadi sempat diberitahu Karim dan Indra.



Ifah:”20 bulan A, eh anak aa sudah berapa” ucapnya, belum setahun ternyata.

Saya:”Sudah 2 “ ucap saya.

Ifah:”Oh, sudah nambah?

Saya:”Ia, malah mau tiga ini”

Ifah:”Oh, lagi ngandung lagi Teh Dewi ya”

Saya:”Ia”

Lalu kami dengar suara mobil berhenti depan rumah.



Ifah:”Eh aa, udah pada datang, aa mandi dulu dech”

Saya:”Tapi gak bawa baju ganti”

Ifah:”Oh, pakai baju bapak juga gak muat kayaknya, ya terpaksa pakai baju itu lagi” ucapnya.

Saya:”Mandinya di mana?

Ifah:”Mari Ifah antar” ucapnya dan saya pun mengikuti Ifah. Ifa sempat mengambil handuk sebentar di kamar.

Sementara tampak Pak Karim dan Indra serta ada beberapa orang laki-laki lainnya masuk ke dalam rumah. Untung Hadi segera datang menemui mereka.



Akhirnya saya pun pergi mandi di kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan dapur. Setelah mandi saya pun mengenakan baju yang saya pakai sebelumnya.

Akhirnya malam itu pun saya menikah siri dengan Ifah disaksikan kedua orang tuanya dan beberapa tentangga sebagai saksi.

Para saksi dan yang bantu-bantu masak pun sudah pada pamit pulang. Saya pun memberikan sejumlah uang ke Pak Karim untuk dia dan Indra. Indra pun pulang diantar oleh pak karim. Karena dekat pak Karim pun sudah datang kembali ke rumah ibu bapaknya ifah.

Kami semua pun duduk di sofa ruang tamu.



Hadi:”Wah kamu tidur di sofa gak papa kan”

Karim:”Nyantai saja saya mah Di, biar di sini saja sambil dengerin nanti yang ah..uh..ah..uh hehe”

Hadi:”Bisa saja kamu Di”

Yuniar:”Apa kang Karim gak nyari aza buat semalaman hihi” ucap Yuniar.

Karim:”Ah nanggung kalau Cuma semalam mah Yun, kayak Dendi enak 6 bulan hehehe”



Yuniar:”Dendi kan istrinya jauh di Bandung, puang tiap hari capek, kalau akang kan istrinya ada di rumah deket” ucap Yuniar.

Karim:”Kalau dipikir-pikir jaraknya ke bandung, gak jauh beda dengan ke sini”

Yuniar:”Ya nggak lah kang, sini 1 jam nyampe, ke bdg mah 2 jam”

Karim:”Hemat satu jam saja ah, itumah dasar si Dendi muka selangkangan hehe” ucap karim mengejek saya atau Cuma bercanda.



Yuniar:”Memang didinya enggak kitu? Ucap Yuniar. Sementara yang lain Cuma diam saja.

Karim:”Enggak salah hehe”

Hadi:”Udah malah bercanda, kumaha kamu mau saya carikan yang untuk semalam saja Rim, daripada ntar malam kamu pengen denger ah..uh…ah..uh” ucap Hadi tak kalah bocor.

Karim:”Haha, gak usah Di, tanggung, capek juga saya, gak tau Dendi, mungkin capek sama tapi masih muda, masih menggebu, biar capek boseh terus” ucap Karim.



Yuniar:”Apa itu boseh?

Karim:”boseh sepeda, genjot hehe”

Yuniar:”Dasar si akang”

Hadi:”Udah, neng aza ke dalam suami kamu, udah malam, udah waktunya” ucap Hadi.

Karim:”Ia, kasihan pasti udah ditahan-tahan dari tadi” ucapnya.



Ifah:”Ayo a, kita ke dalem” ajak Ifah kepada saya.

Saya:”Nanti saja Fah, masih pengen ngobrol” ucap saya.

Yuniar:”Ngobrol apa dari tadi jempe bae, udah gak usah malu sama kita, bisa aza, genjot sana kata pak karim mah boseh hehe” ucap Yuniar membuat Ifah anaknya terlihat malu begitu saya juga.



Karim:”Ayo sana pak, besok kita bernagkat agak siangan saja, alasan dech ada urusan apa” ucap Pak Karim.

Saya:”Ia udah, kalau gitu saya tinggal ya”

Hadi:”Sok manga Den” ucapnya

Saya pun mengikuti Ifah yang sudah berdiri lebih dulu dan berjalan di depan saya.

Karim:”Gak kamu pangku aza den, biar romantic”

Saya pun hanya menoleh dan tersenyum.



Sudah pukul 10 memang, kami pun segera masuk ke dalam kamar. Kamarnya cukup luas juga, meski tidak ada kamar mandi. Ada satu ranjang yang rangkanya terbuat dari besi. Tapi ranjangnya cukup luas juga mungkin kalau springbed ukurannya king size. Tampak di tengah-tengannya anaknya sedang tidur.

Ifah pun tampak memindahkan posisi anakny tidur ke dekat dinding yang awalnya saya kira tembok tapi setelah saya lihat lebih jelas ternyata dari kayu yabg di cat menyerui dinding tembok warna putih, jadi untuk dinding yang berbatasan denga ruang tamu ternyata terbuat dari kayu, saya pun menjadi sedikit rishi karena suara dari dalam pasti dengan mudah terdengar dari luar.

Saya:”besok aa belikan dech tempat tidur buat dedek bayinya” ucap saya.

Ifah:”Hehe, biar kita luas ya a dan dedek bayi gak ke berisikan” ucap Ifah sedikit nakal saya pun gak nyangka juga karena dulu sangat alim. Tapi mungkin dia menyesuaikan dengan kondisinya sekarang di mana ini sudah tiga kali berarti diah nikah kontrak.



Ifah:”Aa mau maen sekarang? Tanya Ifah sangat berani beda dengan tadi saat di luar.

Saya:”Nanti saja dech neng, kita tidur-tiduran saja” ucap saya sambil naik ke ranjang menyusul Ifah yang sudah naik dari tadi saat memindahkan anaknya.

Kami pun rebahan berdampingan sambil selonjoran dan bersandar di pembatas ranjang yang terbuat dari besi sambil kita tempelkan bantal di belakang kita.

Ifah:”Aa malu ya karena mereka masih ngobrol di luar? Ucapnya.

Saya:”Nggak, Cuma aa gak mau terburu-buru, ngobrol saja dulu.



Ifah:”Gimana aa saja dech” ucapnya sambil senyum. Kami belum melakukan aktivitas apapun, pegangan tangan saja tidak.

Saya pun berinisiatif menaruh tangan kanan saya di pundaknya Ifah.

Ifah:”A, bener kang Hakim kecelakaan?

Saya:”Ifah tahu dari mana? Tanya saya sambil mengelus-elus bahu dia.

Ifah:”Tadi dari bapak, waktu bapak ke dapur”

Saya:”Ia, maafin Hakim ya Fah, mungkin ini juga salah satu akibat dia undah duain kamu” ucap saya sambil mulai berani mengelus-elus punggungnya.



Ifah:”Gpp a, dulu Ifah juga kira Ifah mandul, pernah periksa ke dokter memang kata dokternya sepertinya kurang subur waktu itu, tapi kalau kang hakim gak pernah diperiksa, sebenarnya waktu itu Ifah rela aza dimadu dia, tapi dia melakukan diam-diam, itu yang bikin Ifah gak terima, eh pas Ifah kawin kontrak yang kedua kali Ifah malah hamil, mau minta pertanggung jawaban gak bisa orang dia juga punya istri, malah sekarang gak pernah kirimin uang lagi dulu suka ngirimin biar gak banyak”

Saya:”Atas nama dia, saya minta maaf ya Fah”

Ifah:”Ia A, Ifah udah lupain itu sudah lama banget koq, gak mau ingat-ingat lagi”

Saya:”Ia maaf jadi ngingetin lagi”



Ifah:”Gpp A, udah jalan hidup Ifah begini, Ifah happy koq, yang penting juga bisa bantu ortu, di dareah sini udah biasa a, banyak cewek nikah kontrak” ucapnya.

Saya:”Ifah hamil tahu hamil waktu masih nikah?

Ifah:”Ia A, tapi kontraknya waktu itu tinggal beberapa hari lagi, ya resiko A, lagian orangnya udah tua juga umurnya lebih tua dari bapak, kata mamah dan bapak biarin saja, nanti keluarga mereka bisa berantakan, salah kita juga jalanin hidup kayak gini, Cuma ya dia sempat janji ngirimin uang tapi sekarang udah nggak, makanya Ifa nyari suami lagi, gak taunya aa” ucap Ifa sambil menatap saya sebentar.



Saya pun menarik Ifah agar bersandar di dada saya. Dia pun segera menyandarkan kepalanya di dada saya. Sementara di luar masih terdengar orang ketawi ketiwi, sepertinya ortu Ifa masih ngobrol dengan Pak karim.

Saya sudah mulai gak tahan tapi gak nyaman juga mau mulai, posisi ranjang menempel di dinding kamar Ifah yang bersebelahan dengan ruang tamu. Saya yakin aktivitas keributan pasti akan terdengar dari luar.



Saya:”Terus kalau yang pertama gimana?

Ifah:”Sama tapi belum terlalu tua a, menjelang 40 , ngakunya sich mereka pengusaha tapi kayaknya si kere hehe”

Saya:”Koq bisa tahu?

Ifah:”Pelit, Cuma ya bayar mahar perjanjian saja, sehari-harinya pelit, Ifah gak beruntung, tapi beruntung juga sich, mereka pada letoy jadi Ifah gak perlu sering-sering melayani mereka, temen Ifah yang tadi ke sini bantu-bantu yang semok rambutnya keriting si Euis, udah dua kali dapat onta arab a, royal-royal lagi, terus nafsu seknya pada luar biasa” ucapnya.



Saya:”Katanya salah satunya yang bawa pak Karim, yang mana?

Ifah:”Yang pertama A, Pak karim kenalannya local saja”

Saya:”Termasuk aa ya, tapi koq kamu ambil saja yang local, gak nunggu siapa tau dapat arab?

Ifah:”Kebutuhan Aa, lagian pas liat AA, gak mungkin saya nolak”

Saya:”Koq bisa, malah saya kepikiran kalian bakal nolak karena saya kakak dari mantan suami kamu”



Ifah:”Karena Ifa tahu dari keluarga AA, AA baik orangnya penyayang, katanya beda banget sama Mas Hakim yang tukang kelahi, suka balap kebut-kebutan, aa orang rumahan, pendiam dan penyayang, ya bisa aku lihat gimana aa memperlakukan Teh Dewi, ya meski aku Cuma istri kontrak siapa tahu aa juga bisa sayang sama aku hehe” ucapnya.

Saya:”Ia, itung-itung saya menebus kesalaha hakim, sebenarnya saya memang pengen punya lebih dari satu istri, kalau bisa 4 hehe”

Ifah:”Ya, semua lelaki pasti gitu, normal a”

Saya:”Kalau bisa saya juga ma uterus sama Ifah, Cuma gimana caranya agar Dewi mau terima?



Ifah:”Haha, gak mungkin lah aa, gak mungkin Teh Dewi mau”

Saya:”Ia, eh besok betulan aa beliin ya buat si Dedek ranjang sendiri, ranjang bayi”

Ifah:”Ia , biar leluasa ya kalau kita ml hehe” ucap Ifah genit sambil tangannya memencet selangkangan saya.

Saya:”Aww, kamu bisa genit juga, padahal di luar tadi pendiam banget”

Ifah:”Ya malu atuh di luar mah aa”



Saya:”anak kita ini cowok apa cewek ya?

Ifah:”Anak aku kali, cowok a”

Saya:”ya, sekarang anak aku juga”

Ifah:”Amiiiin, namanya Tabah, biar dia tabah menerima keadaanya yang kurang beruntung” ucap Ifah dan terlihat sedikit sedih.



Saya:”Udah, gpp, sekarang kan ada aa”

Ifah:”Aa serius kan mau anggap dia anak aa juga?

Saya:”Ia serius” ucap saya.

Tiba-tiba Ifah membalik badannya dan mencium bibir saya. Kami pun saling melumat dan berciuman.



Saya:”Tapi orang-orang belum pada tidur” ucap saya.

Ifah:”Biar aza aa” ucapnya dan kembali mencium saya. Kami pun kembali saling melumat dan bertukar ludah. Tangan saya bergerak memegang pantat besarnya yang memang sudah sangat menarik perhatian saya. Saya pun meremas-remas pantatnya sambil kita berciuman.

Saya pun sudah tidak perduli lagi, hasrat harus dituntaskan. Saya baru ingat belum meminum obat dari Donatus yang selalu saya bawa ke mana-mana”

Saya:”Bentar Fah, boleh saya minta minum dulu aus”

Ifah:”Ih, mau ngewe aza aa masih kepikiran minum hihi, bentar ya” ternyata Ifah bicaranya vulgar juga dan tentu membuat saya senang, mungkin karena keadaan yang membuat dia menyesuaikan diri dengan posisinya sekarang.



Ifah pun segera keluar dari pintu kamar untuk mengambilkan saya minum. Tak lama dia pun datang kembali dan membawa segelas air minum.

Ifah:”Ini A”

Saya:”Mereka belum pada tidur?

Ifah:”Belum, memang sengaja mereka menunggu kita ewean a, pada penasaran hihi” ucap ifah nakal.



Saya pun turun dari ranjang dan pura-pura mengintip dari pintu keluar. Padahal saya mengeluarkan obat kuat dan segera mencampur dengan air minum, Segera saya pun menenggak sampai habis.

Ku lihat Ifah duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan saya.

Ifah:”Aa ngelihatin apa sich, pintunya gak dibuka juga, mereka bakalan mau tidur dulu, pasti pengen denger kita main”

Saya:”Masa sich?

Ifah:”Ia, untuk membangkitkan nafsu bapak, jadi nanti ibu sama bapak aku juga bakal maen” ucap Ifah.



Saya:”Oh gitu, ya udah kalau gitu” ucap saya sambil menaruh gelas di meja segera menghampiri Ifah. Ifah pun berdiri dan merangkul saya, kami pun segera berciuman, Ifah ternyata lumayan tinggi juga gak jauh beda dengan saya.

Tangan saya pun kembali meremas-remas pantat besarnya Ifah. Saya tarik singkap baju gamisnya yang lebar hingga ke perut. Kini tangan saya meremas-remas pantatnya Ifah yang hanya terbungkus celana dalam warna pink polos. Kami masih tetap berciuman. Kini saya angkat badannya dengan posisi tetap kami berciuman dengan lidah kami saling melilit.



Saya tak mampu lama-lama mengangkatnya karena badan Ifah sangat berat. Saya pun membawanya ke ranjang dan merebahkannya di atas kasur. Saya pun segera menidih badanya. Ifah menarik baju saya agar saya melepaskan baju saya. Saya pun segera melepaskan baju saya begitu juga celana saya menyisakan celana dalam saja. Sedangkan Ifah pun melepaskan baju gamisnya dan baju kaos dalamnya hingga tinggal mengenakan pakaian dalam saja berserta jilbab.

Lalu kami pun kembali berciuman dengan posisi saya berada di atas badan Ifah. Kami pun berciuman kembali dan kadang sampai berguling sehingga terkadang Ifah yang di atas atas sebaliknya. Ranjang pun mulai berderit meski kami baru pemanasan belum sampai bersetubuh.



Lalu tiba-tiba terdengar tangisan dari anaknya Ifah yang membuat kami seketika menghentikan kegiatan kami.

Mungkin dia kaget karena ranjang beberapa kali bergoyang oleh gerakan tubuh kami. Tiba-tiba terdengan suara Yuniar yang tak lain sekrangan adalah ibu mertua saya.

Yuniar:”Neng, biar si dedek tidur dulu di kamar mamah, kasihan dia.

Ifah:”Gimana A, biar neng titipin dulu Tabah di kamar ibu?

Saya:”Ya udah terserah kamu”

Ifah pun segera memangku anaknya dan menuju pintu.



Ifah:”Astaga, Ifah udah hampir bulucun, aa aza dech yang kasihkan, bilang ke ibu buatkan dotnya” ucap Ifah sambil mengambil sarung dari lemari.

Saya pun segera memakainya dan membawa Tabah keluar dan untung Tabah sudah tertidur kembali. Tampak Yuniar berdiri di depan pintu sementara pak karim dan Pak Hadi masih duduk di tempatnya sambil memperhatikan saya.

Yuniar:”Mana AA, biar sama ibu saja, maaf jadi ngengangu aa yang lagi gulat sama si eneng hehe” ucap Yuniar



Karim:”Kasihan Yun, udah telanjang gitu, udah masuk belum Den, jangan-jangan pas mau masuk anaknya ke bangun hahaha” ucap Pak karim mengejek saya dan saya yakin wajah saya kini memerah.

Yuniar:”Udah ah, jangan diejekin, kasihan udah malam, mangga aa dilanjutkan tumpakan deui si eneng na hihi” ucap Yuniar menggoda saya. Ingin rasa saya tarik sekalian ke dalam kamar si Yuniar biar saya garap sekalian dengan anaknya.

Saya:”Mamah gak ikutan” ucap saya berani menggoda dia.

Yuniar:”Hehe, mamah kana da si bapak a, manga di lanjut” ucap Yuniar tenang padahal habis saya goda.



Saya pun segera balik dan masuk ke dalam kamar dan segera say kunci dari dalam.

Ku lihat Ifah mengunggu dengan posis tengkurap.

Saya pun segera menindih badannya yang semok.

Ifah:”aaakh aaa” ucapanya. Saya pun menyingkap jilbabnya dan mulai menjilati belakang kuping Ifah.

Ifah:”Aaagh berat a” ucapnya. Saya pun segera menatuhkan diri ke samping badan Ifah.



Ifah pun segera berbalik menghadap saya. Tangannya segera memegang karet celana dalam saya.

Ifah:”Aku lepas sempaknya ya a?
Saya:”Ia, aa juga bukain beha kamu ya”

Ifah tak menjawab hanya menganggukan kepalanya saja.

Ifah pun menurunkan celana dalam saya dan saya pun membantu melepasnya dari kaki saya. Sementara tangan saya bergerak ke belakang punggu Ifah dan melepas bra warna putih yang dia kenakan.

Ifah pun segera memegang kontol saya.



Ifah:”Kontolnya Gede banget a, dan panjang lagi”

Saya:”Masa, standar aza ah, susu Ifah juga gede banget, aa suka putingnya besar banget” susu Ifah memang begitu besar, saya kira ukurannya hampir sama dengan susunya Diah istri Fadli.

Ifah:”Kontol aa lebih gede dan panjang dari punya mas Hakim, apalagi dua laki-laki tua yang pernah nikah kontrak sam Ifah, kecil-kecil kontolnya, tapi nafsunya gede” ucap Ifah sambil mulai mengocok kontol saya.



Saya pun tak mau kalah segera mencaplok payudara Ifah. Ternyata asinya segera keluar begitu saya sedot, sepertinya selain memakai susu formula Ifah juga menyusui anaknya.

Ifah:”Aaaagh isep A, ada asinya gpp, Ifah dalam masa menyusui” ucapnya.

Padahal saya sangat senang toked ifah ada asinya.



Sambil menghisap susu kanannya tangan kanan saya meremas-remas susu kiri Ifah hingga mengeluarkan asi juga dan teteknya menjadi basah. Segera saya pun berpindah mencaplok susu kiri milik Ifah.

Saya pun memberi cupangan besar di susu kirinya Ifah di dekat putingnya. Kulitnya yang putih membuat warna merah yang baru saya buat begitu kontras dibuatnya.

Saya pun masih menghisap susunya ifah agar asinya habis.

Ifah:”Uuugh.. aa suka asi ya, habiskan aa, biar si dedek sementara minum susu formula aza hihi”



Saya tak menghiraukan ucapan ifah focus menghisap asinya yang mengalir deras, mungkin karena dia tidak ada menyusui anaknya dari tadi. Sementara tangan kanan saya kini tak henti-henti meremas-remas pantat besarnya Ifah.

Ifah:”Aaah aaa uugh, pantat Ifah mah gede banget aa, gak kayak istri aa yang langsing, Ifah mah agak gendut, tapi mudah-mudahan aa suka” ucap Ifah.

Saya pun melepaskan teteknya Ifah setelah saya rasa asinya makin berkurang.



Saya:”Saya suka toket ifah besar dan pantatnya juga besar hehe” ucap saya sambil mengecup bibir Ifah dan kami pun kembali berciuman tapi tak lama karena kemudian Ifah mendorong saya.

Ifah:”Biar Ifah isep dulu kontol aa” ucapnya sambil tersenyum genit. Ifah pun bangkit dan duduk serta tampak hendak melepas jilbabnya.

Saya:”Jangan di lepas Fah, saya lebih bernafsu kalau menyetubuhi pereppuan berhijab masih dengan memakai jilbabnya” ucap saya.



Ifah:”Oh, berarti kalau lagi ml sama istri, kak Dewi gak pernah lepas jilbanya ya?

Saya hanya mengangguk saja.

Ifah pun kini segera menempatkan dirinya di antara kedua kaki saya.

Perlahan tangannya mulai mengocok kontol saya dan tak lama Ifah pun segera memasukan kontol saya ke dalam mulutnya.

Slruuup..slruuppp…slruuuup… Ternyata Ifah cukup lihai juga dan membuat saya merem melek.

Saya:”Ughhh kamu ternyata jago nyepong juga Fah”

Ifah:”Ia a, belajar dari video bokep dan dari temen, jadi istri simpanan atau istri kontrak harus jago biar laku hihi” ucapnyadan kembali memasukan kontol saya ke dalam mulutnya.



Kontol saya pun terasa sudah semakin mengeras apalagi saya sudah lama tidak bercinta.

Saya:”Aaagh nikmat banget sayang, udah saya gak tahan, stop aagh”

Ifah pun menghentikan sepongannya.

Ifah:”Ifah lepas cangcut Ifah ya a” ucapnya.

Saya:”Ia, aa udah gak tahan ini” ucap saya.

Ifah pun segera menurunkan celana dalamnya yang berwarna pink hingga terlepas dan dilemparnya ke sudut ranjang.



Ifah pun segera merebahkan badannya dan mengangkang. Saya pun segera berada di tengah di antara kedua pahanya. Nampak memek yang begitu gemuk dengan bulu-bulu yang cukup lebat dan panjang-panjang juga.

Saya pun segera membuka kedua bibir memek Ifah yang tampak masih cukup rapat. Lalu saya berjongkok dan mulai menjulurkan lidah saya menjilati memeknya yang baunya wangi, mungkin dia memakai sesuatu.



Ifah:”aaah a, uuh udah lama memek Ifah gak di jilat, dulu Kang Hakim suka jilatin memek Ifah, dua suami kontrak Ifah gak pernah jilat memek Ifah aaagh” ucap Ifah mulai menggelinjang.

Itil Ifah ternyata cukup menonjol dan besar sesuai dengan memeknya yang gemuk. Segera itilnya pun menjadi santapan lidah saya.

Ifah:”aaagh aa, enak banget itil Ifah di jilatin uuuggh aduuuuh uuuuh” Ifah sepertinya tidak sadar merintih cukup keras.



Saya pun tidak perduli lagi, biarlah terdengar sampai ke ruang tamu.

Memek Ifah pun semakin basah dan terasa di mulut saya rasa asin.

Ifah:”Aaagh udah Aaa, gak kuat masukan aza kontolnya Ifah udah kepengen” ucapnya.

Saya pun menghentikan jilatan saya di memek Ifah dan segera memposisikan kontol saya di depan memeknya.

Perlahan saya tekan kontol saya ke dalam memeknya Ifah.



Ifah pun tampak menahan nafas dan menatap saya dengan tatapan mata yang sayu.

Saya tekan lagi hingga seluruh kontol saya kini terbenam di memeknya yang terasa begitu hangat. Saya pun mulai mendorong keluar masuk.

Ifah:”aaagh, enak aa, setahun lebih Ifah gak digagahi laki-laki” ucapnya.

Ploook…ploook…plooook sodokan saya pun tak ayal selain menimbulkan bunyi karena benturan paha saya dengan pantat besar Ifah juga menimbulkan detritan dari ranjang yang rangkanya terbuat dari besi dan sangat nyaring.



Saya:”Terus Ifah tahan?

Ifah:”Ia, Ifah alihkan ke ibadah saja a aaagh enak banget a, kontol aa yang paling besar yang perna masuk memek Ifah uuuuuh” ucapnya sambil mengerang-ngerang dengan suara yang cukup keras.

Saya pun sudah tidak perduli lagi biarlah orang diluar tahu apalag isekarang jepitan memek Ifah terasa makin nikmat seperti memijat dan masih cukup sempit biar sudah melahirkan satu kali.

Saya:”Memek kamu enak sayang uuugh”

Ifah:”Kontoool aa juga enak banget aaaah gede uugh, sambil diremes aa, teteknya Ifah” ucap Ifah.



Saya pun segera memegang dan meremas teteknya Ifah dan mempercepat sodokan saya. Ploook…plooook…plooo…

Deritan ranjang pun semakin nyaring saja. Kreeek..kreeek…kreeek….

Ifah:”Uugh..aaa, cepetan aaaah, ewe Ifah yang kenceng aaaagh Ifah gak kuat” ucap Ifah dengan tatapan yang sayu sambil memegang kedua lengan saya.

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya yang juga saya rasa semakin mengembang. Saya pun segera menempelkan badan saya ke badan Ifah dan saya lumat bibirnya. Ploook..plooook…plooo

Krek…kreeek…kreeek

Deritan ranjang pun makin kencang terdengar.

Ifah:”iiiihhhh…ughhhgh gak kuaaaammmmmmmpzzz” Ifah pun mengejang mencapai orgasmenya yang pertama.

Saya pun memperlambat sodokan kontol saya membiarkan Ifah menikmati orgasmenya.



Ifah:”Hhhu mmmuaaachh…muaaaachhh….muaach…” kami pun masih berciuman sambil saya tetap memberikan sodokan pelan di memeknya Ifah.

Saya pun kemudian melepaskan pagutan saya di mulut Ifah.

Ifah:”aaa belum keluar ya?

Saya:”Belum, gentian ya, Ifah di atas” ucap saya.

Ifah:”Ia, aa cabut dulu kontolnya” ucap Ifah.



Saya pun segera mencabut kontol dan gentian saya yang rebahan di kasur.

Ifah pun segera menaiki badan saya dan memegang kontol saya mengarahkan ke dalam memeknya. Dia pun lalu menurunkan pantatnya dan dengan segera seluruh kontol saya pun tertelan oleh memeknya.

Ploook…ploook…plooook

Ifah pun segera naik turun di atas badan saya. Pantatnya yang besar begitu nyaring saat menghantam kedua paha atas saya.

Kreeek..kreeek…kreeek

Deritan ranjang pun juga makin nyaring justru setelah ifah berada di atas. Toketnya pun terguncang-guncang dan segera saya tangkap dan saya remas-remas. Sedikit air susunya sempat muncrat dan segera membasahi muka saya.



Ifah:”Aaaagh enak banget aaaah ewean sama aa” ucapnya.

Puas meremasi payudaranya kini saya beralih meremas-remas pantat besarnya Ifah.

Plook…ploook…ploook

Ifah:”Uugh aaa, ifah dah gak kuat lagi, kontol aa enak banget keras banget aaaaah”

Saya pun segera mengambil alih dengan menyodokan kontol saya dari bawah dan saya pegang pantatnya Ifah. Lumayan harus bekerja keras karena badan ifah ternyata lebih berat dari Anis sekalipun.



Ifah:”Aaagh aaa sodok makin dalam memeknya Ifah aaagh”

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya karena saya rasakan sudah akan keluar juga.

Ifah:”Aaagh aaa ifah gak kuat lagi iiiiih” ucapnya dengan suara makin keras yang saya yakin samar-samar di sunyinya malam bisa terdengar dari luar.

Ploook…pllooook..ploooook…

Saya:”Bareeengaan sayaaang AA juga udah gak kuaaat” ucap saya dengan suara sedikit bergetar.



Lalu saya hujamkan kontol saya dalam-dalam dan saya tekan badan ifah ke bawah….

Croooot…croooot….crroooot sprema saya pun memenuhi memeknya Ifah.

Ifah:”Aaagh aaaaaaaaa” ucapnya seperti melolong cukup panjang dan Ifah pun mengejang lalu langsung menindih badan saya. Kami pun kembali saling berpagutan.

Kontol saya masih berkedut beberapa kali . saya pun merasakan lelehan cairan lengket ke paha saya yang sangat mungkin sperma saya yang sangat banyak sebagian keluar dari memeknya Ifah.



Ifah:”aaagh banyak banget aa pejunya hehe, lama gak ngewe ya, sampai panas di dalam memek ifah oleh pejunya aa”

Saya:”Hehe ia, aduh saya lupa keluar di dalam gimana? Ifah kb kan?

Ifah pun tampak sedikit terkejut juga.

Ifah:”Ifah gk kb a, kan gak punya suami juga mendadak nikah sama aa, biar aza aa, ifah juga gak ada ngitung kapan masa subur Ifah, mudah2an jadi bayi aa, ifah pengen punya anak dari aa, oh koq masih keras aza kontolnya a, padahal barusan bucat” ucapnya.



Saya:”Ia, aa pasti tanggung jawab gak kayak suami Ifah dulu” ucap Saya.

Ifah:”Hehe justru sengaja biar aa terikat sama Ifah hihi” ucap Ifah entah serius atau tidak.

Ifah:”Aaa masih kerasa aza aa kontolnya?

Saya:”Ia biasa memang gitu, lanjut lagi?

Ifah:”tapi aku lemes aa, belum pernah setelah laki aku bucat langsung ngentot ifah lagi pasti lama, biar kang Hakim sekalipun yang usianya muda, apalagi yang tua-tua bisa sekali bucat semalam aza udah lumayan hihi”



Saya:”Terus gimana, biarin di dalam aza ya, enak anget”

Ifah:”Ia aaa, enak masih penuh memek ifah belum lagi cairan peju aa jadi lengket hihi”

Saya pun mulai menyodokan lagi kontol saya di memek Ifah secara pelan-pelan saja.

Ifah:”aaagh agak ngilu memek aku aa, pelan-pelan aza”

Saya:”ia sayang aa pelan aza nyodoknya” ucap saya.

Kami pun kemudian saling berciuman lagi.



Ifah:”Aa, Ifah di bawah aza ya lemes” ucap Ifah.

Saya:”ia, rebahan aza, Ifah membelakangi aa sambil menyamping”

Ifah pun langsung paham dia pun bangkit dan terlepaslah kontol saya dari memeknya. Tampak bulu memek Ifah sedikit basah dan masih ada sisa carian berwarna putih.

Ifah pun segera rebahan



Dan kemudian miring di depan saya. Saya pun mengangkat sebelah kakinya dan segera menyodokan kontol saya lagi.

Ifah:”Aaagh asup deui kontolna kanu memek aaaah enak aaaaa”

Ploook…ploook…ploook…plooook

Saya pun kembali menggenjot memek Ifah sambil saya peluk dia dari belakang. Badan kami yang berkeringat membuat saya pun mencium bau kha s ketiak. Saya angkat tangan kanannya Ifah dan tampak ketiak Ifah yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Segera saya jilat ketiaknya.



Ifah:”aaahghhh geli uuuuh” ucap Ifah terkejut dan setengah teriak.

Ploook…plooook…ploook

Terasa begitu nikmat ketika selangkangan saya menghantam pantat besarnya.

Ifah:”aaagh geli iih aaah jorok aaaah ampun uugh”

Ploook…ploook….plooook…

Genjotan kontol saya ke memek Ifah semakin cepat.



Ifah:”Huuuh, aa pakai obat kuat ya aaaah Ifah gak kuat aaaah” ucap Ifah sepertinya dia mau orgasme lagi.

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya membuat ifah beberapa kali kepalanya mendongkak.

Ifah:”aaagh ampun aa, ifah gak kuat lain enak kontooool aaagh” Ifah pun mengejang dan saya pun segera menghujamkan kontol saya dalam-dalam ke memek Ifah.

Kembali crooot…crooot…crooot sprema saya memenuhi memek ifah, kali ini pun masih cukup banyak sperma saya.

Kami pun terdiam dengan saya masih menjilati ketiaknya Ifah.



Ifah:”Aduh lemes kai Ifah aa, kanjut aa masih aza nyogong ih, aa sengaja ya minum obat kuat dulu sebelum ke sini?

Saya:”Hehe ia Fah…”

Ifah:”Kalau normal gak mungkin masih keras aza atuh udah dua laki bucat di dalam memek” ucapnya.

Kami pun kemudian terdiam dengan saya masih memeluk dia. Hanya nafas kami saja yang saling bersahutan.

Ifah:”AA, kontolnya masih tegang aza, aa masih mau ngewe lagi?

Saya:”Ia, sekali lagi ya?

Ifah:”Ya udah, aa di atas aza, neng pegel” ucap Ifah kadang menyebut namanya sendiri kadang neng.



Saya:”Ia” ucap saya sambil mencabut kontol saya”

Ifah pun segera telentang dan membuka kedua pahanya lebar-lebar dan kedua lututnya ditekuk.

Saya pun segera menempatkan diri saya di tengah-tengah. Langsung saja saya sodokan kembali kontol saya ke memeknya Ifah.

Ifah mungkin sudah sangat kelelahan dia Cuma diam saja hanya sedikit menggoyankan pantatnya.



Ploook,,,ploook…plooook…

Kreeeek..kreeeek..kreeek

Ranjang pun kembali berderit-derit.

Ifah:”Aaah ayo aa, di keluarin lagi Ifah udah capek” ucapnya

Saya pun segera mempercepat genjotan kontol saya sementara Ifa memainkan jarinya di kedua puting saya. Suatu kebetulan hal tersebut membuat saya tidak tahan. Sodokan saya pun semakin kencang dan tak beraturan.



Ifah:”Aaagh uh ayo sayang buntingin mantan istri adikmu ini ayo sayang pejuhin memeknya” Ucap Ifah sambil menggoda saya.

Sangat berfek saya pun semakin tidak tahan dan saya benamkan kontol saya dalam-dalam di memeknya Ifah.

Saya:”Aaagh gak kuat sayang, aku hamilin kamu”

Ifah:”Ia aaah hamil neng, buang smeua pejunay di memek neng A, uugh”

Crooot…crooot…crooot untuk ketiga kalinya sprema saya kembali keluar di memek Ifah tapi kali ini tidak banyak.



Kami pun segera berpelukan dan berciuman.

Ifah:”Mmmpz aa,masih keras wae kanjutnya, gimana ini?

Saya:”Ia, kebanyakan mungkin minum obatnya aa neng”

Ifah:”Aa, memang niat banget ya mau ngentoti istri kontraknya, kebetulan aku, aa memang sudah sengaja mau nikahin aku atau gimana?

Saya tak menjawab pertanyaan ifah tapi bangkit dan mencabut kontol saya yang mulai sedkit ngilu, masih keras walau tak sekeras sebelumnya. Saya pun segera merebahkan badan saya di samping Ifah.



Saya:”Gak sengaja, begitu melihat photo kamu neng di buku Pak Indra, saya langsung milih kamu, gak tau gimana” ucap saya

Ifah:”Jangan-jangan dari dulu aa udah ngecengin Ifah hihi”

Saya:”Ia, aa dari dulu suka ngiler liar bokong neng yang gede, kalau gak mikir neng istrinya adik aa udah aa perkosa dari dulu”

Ifah:”Tuch kan, pasti dari dulu udah ngeres hehe, masih mau ngewe, masih lumayan keras” ucap Ifah sambil memegang kontol saya.



Saya:”besok lagi aza sayang, aa capek, besok kerja lagi”

Ifah:”Ya udah Ifah mau mandi dulu kalau gitu”

Saya:”Malam-malam gini?

Ifah:”Ia, ifah gak bisa tidur tanpa mandi dulu sehabis hubungan badan a”

Saya:”Ya udah, aa gak mandi gpp kan?

Ifah:”Ia sayang gpp” ucap Ifah.



BERSAMBUNG…….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd