Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Maaf, Aku tak sealim penampilanku (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
wah baru kemarin post, udah 7 halaman.

memang genre favorit.

pergolakan batinnya dapet hu, ditunggu lanjutannya.
 
Saran hun menghindari nanti cerita mandek lebih baik dibuat nggk terlalu panjang chapter nya jdi idenya nggk keburu abis cuma saran
Saran hun menghindari nanti cerita mandek lebih baik dibuat nggk terlalu panjang chapter
Terima kasih sarannya, nanti akan ane petakan lagi ceritanya

Note : Untuk daftar isi udah ane perbaharui bisa lihat Disini, jadi tau kan artinya ? siap - siap lah yah malam ini, semoga gak mengecewakan hehe
 
Chapter 2

Tekad untuk berubah


Sudah menjadi nasib diriku ketika dinikahi oleh sesosok penting dalam suatu perusahaan, mas Hendra merupakan anak dari direktur tempat dimana aku pernah bekerja sebelumnya, oleh karena itu ia sering kali menemani ayahnya dalam melakukan perjalanan bisnis,

Akibatnya aku lebih sering menghabiskan waktu sendiri di dalam rumah ketimbang hidup bersama pangeran hatiku, awalnya aku menganggap hal ini merupakan hal yang biasa namun perlahan aku menyadari bahwa keputusan mas Hendra untuk membiarkanku stay di rumah setelah menikah merupakan keputusan yang keliru.

Kini di usiaku yang ke-26 aku masih menjaga tubuhku dengan baik, aku sering kali berolahraga dan bepergian bersama sahabatku maya, ya walau hanya akhir pekan saja mengingat maya masih bekerja di divisi HRD di perusahaan suamiku, namun akhir-akhir ini aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya, ia jadi jarang bercerita tentang kesehariannya, ia seringkali melamun seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku,

Ya mungkin saja itu perasaan berat yang pernah aku rasakan sebelum dinikahi oleh mas Hendra, karena sulit bagi wanita untuk hidup bersama seseorang yang baru dikenalnya dan meninggalkan orang tua yang sudah lama bersamanya, sekitar beberapa bulan lagi maya akan melangsungkan pernikahannya dengan sesosok pria tampan nan alim lulusan pesantren, agak iri juga maya bisa mendapatkan hati seorang lelaki yang tampan seperti calonnya,

'astaga apa yang kupikirkan' batinku,


***

Aku segera bangkit dari ranjangku dalam keadaan pusing, mataku masih berat untuk membukanya dan tubuhku masih pegal – pegal seolah aku masih belum puas dalam tidurku semalam,

“duhh kepalaku” gumamku sambil memegangi kepala,

Aku bangkit dan duduk di tepi ranjang, tak sengaja pandanganku terarah ke arah cermin yang berada di sisi ranjangku,

“ehhhh apa yang terjadi padaku?” ujarku panik sambil mengambil sprei untuk menutupi tubuh polosku,

“kenapa aku telanjang dalam tidurku, mana pakaianku?” ujarku panik,

Aku buru – buru menutupi tubuhku dengan sprei, kurasakan sprei tersebut agak sedikit lembab seolah telah tertumpah oleh suatu cairan, aku mulai mengingat apa yang telah terjadi semalam sehingga aku bisa terbangun dalam keadaan telanjang bulat, akupun mengingatnya, raut wajaku berubah menjadi penuh kekesalan dan aku mencengkram sprei ranjangku kuat – kuat,

“astaga kenapa aku melakukannya lagi” gumamku lirih,

Rasa penyesalan mulai ku rasakan, aku terduduk di tepi ranjang, pandanganku kosong, kebetulan ada cermin tepat didepanku, aku menatapnya dan mulai merenungi nasibku sendiri,

'kamu itu cantik Firda, sadarkan dirimu jangan sampai hawa nafsu menguasai dirimu lagi sayang' suara hatiku memanggil,

'pokoknya aku sangat kesal semalam, tapi aku juga tak sanggup untuk menahannya, bagaimana ini ?' batinku dilema,

"sayurrrr, sayurrrr" seketika terdengar suara memanggil dari luar,

"astaga sekarang udah jam 8 yah, aku harus membeli sayur agar ada sesuatu yang bisa aku makan" ucapku mencoba bangkit,

Tanpa menunggu lama aku segera mengambil daster panjang untuk menutupi tubuh elokku serta hijab simple untuk menutupi indahnya rambutku, akupun segera keluar untuk mencari dimana tukang sayur itu berhenti,

"ehh mbak Firda silahkan dipilih sayurnya" ucap mang dedi si penjual sayur keliling,

Rupanya tempat mang dedi berjualan sudah dikerumuni oleh ibu - ibu komplek, bukan sebuah rahasia lagi ketika ibu - ibu berkumpul dalam satu tempat , pasti akan membicarakan gosip yang sedang hangat disekitar mereka,

Aku sebenarnya tidak terlalu suka menggosip, tapi mendengarkan cerita dari mereka membuatku tertarik, akupun penasaran gosip apa yang sedang mereka bicarakan pagi ini,

"ehh mbak Firda sini - sini ikut kita" ucap bu susi,

Bu susi merupakan ibu - ibu paling senior di komplek sini, ia juga merupakan istri dari pak benny, ketua rt yang menjabat di daerah sini,

"tau gak bu, semalam ada kejadian aneh didekat pos ronda" ucap bu susi memulai cerita,

'semalam?' batinku, entah kenapa jantungku jadi berdetak semakin kencang setelah mendengar kata 'semalam' darinya,

"lohhh ada apa bu?" tanya ibu - ibu yang lainnya penasaran,

"itu, tau kan akhir - akhir ini warga kita sering kali ngeliat ada sesosok wanita cantik yang berkulit putihhhh bening berkeliaran di sekitar sini," ujar bu susi,

"nah iya, denger denger wanita tersebut sering kali berkeliaran dengan tubuh telanjang kan yah?" ucap bu yanti salah satu ibu – ibu senior juga,

‘telanjang?’ batin mang dedi,

"iya ada yang bilang itu bidadari, ada yang bilang itu arwah yang penasaran" ucap bu susi yang membuatku tak nyaman,

“arwah? , ihhh serem jugaaa” ujar ibu – ibu yang lainnya,

"tapi denger - denger ciri - cirinya mirip kamu loh mbak fir?" ucapnya menunjukku,

"ehhh aku?" tanyaku terkejut,

"iya hihihi, mirip aja, tapi gak mungkin lah mbak fir pelakunya, orang mbak fir yang kita kenal ini kan orang nya alim," ujarnya membuatku lega,

Tanpa kusadari mang dedi selaku penjual sayur sudah menatapku dengan tatapan mupeng, aku terkejut karena dia tak bergerak seperti orang yang membeku dalam menatapku,

"hehh mang dedi, sadar, gak usah mikirin yang aneh - aneh" ucap bu yanti membangunkan mang dedi dari lamunannya,

"dasar udah tua pikirannya masih jorok aja yah, nikah makanya" ucap bu susi menimpali,

Ibu- ibu yang lain tertawa melihat sikap mang dedi yang kalut, aku ikut tertawa melihat sikapnya, aku juga tak marah karena candaan seperti itu sudah sering kami lakukan, wajahnya pun memerah tak bisa ia sembunyikan dan orang - orang perlahan mulai kembali ke rumah masing masing seiring terik matahari yang semakin meninggi,

Kini hanya tersisa aku dan mang dedi saja yang masih bertahan, setelah aku memilih sayuran akupun hendak kembali ke dalam rumahku, namun tiba tiba mang dedi mulai berbicara kepadaku,

"maaf yah mbak kalau tadi saya kurang sopan" ucap mang dedi meminta maaf,

"hihihi iya gpp, wajar kok, jomblo sih" jawabku mengejek,

"yeee malah ngejek, lagian saya sudah tua sekarang mbak, apa mbak mau menawarkan diri menjadi kekasih hati saya?" ucap mang dedi becanda,

"hihihi mana mau lah, aku laporin mas Hendra nih kalau ada yang modusin aku" ancam Firda sambil tertawa,

"ehhh jangan non jangan, becanda doang kok tadi," jawab mang dedi panik,

"hihihi makanya, jangan nakal wleekkk" ucap firda pergi meninggalkan mang dedi sendiri,

Ketika Firda sudah menjauh dari pandangannya, mang dedi seperti penasaran akan gosip yang beredar di masyarakat, pikirannya mulai keruh dan membuat celananya menjadi sempit,

"astaga kurang ajar tuh bu susi udah bikin sange aja pagi-pagi" ucapnya sambil membenari posisi celananya,

“tapi emang ada yah? Kok selama ini gak pernah ngeliat? Dan kalau bener itu aksinya mbak firda pasti akan sangat hebat nihh” ujarnya menggesek gesekan tangannya sambil memasang wajah mesum,

"astaga pikiranku semakin kotor, untung aku punya solusi untuk membersihkannya" ucap mang dedi sambil mengambil HPnya,

ia segera memencet tombol hpnya dan berniat untuk menelepon seseorang yang ia kenal,

"halooo dekkkkk..... " sapa mang dedi,.

"iyya mas, ada apa? " terdengar suara yang sangat lembut dari seorang wanita,


***

Sesampainya di rumah aku segera menyalakan kompor dan segera mengambil peralatan untuk memasak, perutku sudah keroncongan, di sela-sela memasak tiba - tiba terdengar dering hpku berbunyi,

"yeayy itu mas Hendra" betapa senangnya hatiku ketika melihat nama mas Hendra muncul untuk menghubungiku,

segera kutinggalkan dapur untuk mengambil hpku yang kutinggal di kamar,

"Halo Assalamu'alaikum" sapa mas Hendra kepadaku,

"Walaikumsalam bi" jawabku seperti anak kecil,

"duhh umii, kangen yah lagi apa di rumah?" tanyanya,

"iyya kangenn tauu, lagi masak nih bi" jawabku tersenyum,

"wahh beneran? jadi laper nih masak apa?" tanyanya,

"ya seadanya aja bi, masak sayur sop hehe" jawabku,

"wahh masakan apapun kalau umi yang masak pasti lezat nih" ucapnya memuji ku yang membuatku bahagia,

"ahhh abi nih, pulang sini makanya" pintaku tersenyum malu - malu,

"hahaha iya sayang maunya juga gitu, tapi sibuk nih, abi juga mau kali berduaan sama bidadari yang punya senyum manis, tingkah lakunya lucu, matanya indah, parasnya cantik, dan punya payudara seperti melon lagi" puji nya,

"hihihi stop stopp nanti aku meleleh loh, mau tanggung jawab?" jawabku tersipu malu dengan hati yang berbunga - bunga"

“lohh kan udah tanggung jawab, apa umi udah lupa yah ? coba cek di lemari kita ada buku nikah kita kan ?” jawabnya,

“ihhh tapi kannn tapi kannn” jawabku sambil cemberut

"hahah iya deh iya, tuh kan lucu banget sikapnya, ehh iya masakannya gimana nanti gosong loh" ucapnya mengingakanku,

"ehhh iyya," ujarku langsung menuju ke depan kompor,

"yaudah kalau gitu nanti lagi ya, biar umi bisa fokus masak disana" ucapnya,

"iya sayang makasih" ucapku bahagia,

"makasih buat apa nih sayang?" ucapnya bingung,

"makasih udah repot repot ngehubungin bidadari di kayangan" jawabku yg membuatnya tertawa,

"hahaha bukan masalah kalau soal itu, oh yah satu lagi, tau kan?" tanyanya,

"tau kok, ngirim makanan buat pak manto kan?" jawabku,

"pinternya istri abi, daahhhhh" puji nya,

Moodku langsung membaik setelah mendapatkan kabar dari pangeran hatiku, memang benar bahwa mood seorang istri itu tergantung bagaimana sikap suami kepadanya, selayaknya cuaca begitulah mood seorang istri yang bisa berubah – ubah, dikala mood istri sedang buruk, percayalah akan ada badai petir yang harus dihentikan oleh seorang suami,

Namun seketika raut wajahku kembali berubah ketika mengingat aksiku semalam, perasaan bersalah kembali timbul dalam jiwaku, bagaimana bisa aku melakukan hal seperti ini ?


‘sadar firda, kuatkan dirimu !!!’

***

Beberapa jam kemudian

Setelah menyantap sarapan tak terasa jam sudah menunjukan pukul 11 dan aku masih saja belum mandi wajib, segera aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diriku yang dipenuhi oleh noda ini,

Setelah selesai aku segera menuju ke kamar untuk berpakaian, saat ini aku harus mengantarkan makanan ke pak manto tetangga yang tinggal di sebelah rumahku,

Pak manto sendiri saat ini bekerja serabutan setelah dirinya dipecat dari perusahaan suamiku karena pandemi covid yang melanda, suamiku merasa tak enak hati terlebih dengan etos kerjanya, mau tak mau ia harus memecat beberapa karyawan demi mengimbangi neraca keuangan perusahaan, sebagai gantinya aku di perintah untuk mengantar bekal makanan dalam sehari sekali untuknya, itung itung amal jariyah, ujar suamiku,

Bagiku pak manto orangnya dewasa, dari gaya bicaranya terlihat bahwa ia termasuk sosok yang mampu membawa, terakhir kali ku lihat ia bekerja sebagai kuli pasir ia mampu memimpin kuli lainnya dengan baik, hanya nasib saja yang tak mendukungnya kala itu,

Ia sudah berusia 50 tahun dengan rambut yang mulai membotak, fisiknya kekar dan kulitnya berwarna gelap, kadang aku hampir terfitnah oleh kekekarannya, beruntung setelah menikah aku tak pernah disentuh oleh lelaki lain dan tak akan pernah selamanya, karena aku hanya milik mas hendra seorang,

Namun yang jadi masalah, ia masih jomblo dan terkadang ia suka mencuri curi pandang untuk menatap tubuhku ini, hal ini yang bisa membuat jiwaku lemah dan membangkitkan obsesi lamaku lagi,

"ehhmmn astaga kok pikiranku aneh - aneh sih, padahal cuma nganterin makanan doang" ujarku kesal,

Tanganku menyentuh gamis tipis transparan yang berada di sisi kiri lemari, gamis yang harus digunakan dengan pakaian lainnya sebagai dalamannya,

'astaga Firda sadar sadar' ujar suara hatiku yang membuatku urung mengenakannya,



Akupun selesai dalam memilih pakaianku, kini diriku mengenakan hijab berwarna pink serta gamis cerah yang membuatku terlihat sangat ceria, aku segera keluar rumah dan berjalan keluar dibawah terangnya sinar mentari yang semakin terik,

Dalam perjalanan ada perasaan gelisah yang melanda hatiku, sebuah dilema yang membuatku bingung tentang keputusan yang sudah ku buat saat ini,

‘Apa tak apa aku berpakaian seperti ini ?’ gumamku sambil menyentuh tubuhku,

Sekilas terlihat bahwa gamis yang ku kenakan tampak sempit ditubuhku yang montok, beruntung hijab lebar yang kukenakan mampu menutupi dadaku, sinar mentari yang begitu terang mampu menerawang tubuhku, kalau teliti mungkin orang – orang bisa melihat pusarku yang menerawang di balik gamisku ini,

‘Dah lah biarin, males balik juga, itung – itung rezeki buat pak manto’ gumamku meyakinkan diri,

Rumahnya yang berada tepat disamping rumahku membuat perjalanan untuk menuju rumahnya tak membutuhkan waktu yang lama, sesampainya di rumah aku segera mengetuk pintu rumahnya,

“permisi pakk, Assalamualaikum” ucapku memberikan salam,

“iyya sebentar, walaikumsalam” jawabnya dari dalam rumah,

Ketika pintu terbuka aku segera berteriak karena pak manto hanya mengenakan celana kolornya saja menampakan tubuh kekarnya yang membuatku terkejut bukan main,

“astaga mbak firda, tunggu sebentar” ucapnya sambil kembali ke dalam,

“hehe maaf yah mbak, mari masuk dulu” ucapnya setelah mengenakan kaos polonya,

Ini merupakan kali kedua diriku masuk ke dalam rumahnya, sebelumnya tiap kali aku mengantar makanan hanya sampai depan rumahnya saja, seketika aku baru ingat,

‘kenapa aku sampai masuk ke rumahnya ?’ batinku heran,

“silahkan mbak duduk dulu, saya buatkan teh sebentar yah” ucap pak manto,

“ehh gak usah pakk ini mau …….” Pak manto buru – buru ke belakang, aku ingin segera pergi namun tak enak karena sudah masuk ke dalam rumahnya, biarlah sekali ini saja,

Seketika teh telah dihidangkan diatas meja, kami pun mengobrol panjang lebar dengannya, Pak manto memang hebat, ia mampu memilih topik yang tepat untuk berbicara denganku, akupun sampai lupa waktu dan membalas obrolannya, aku juga menceritakan cerita keseharianku dengan mas Hendra,

Karena saking aktifnya dalam berbicara, tak sadar bagian dadaku terbuka karena hijabku yang berantakan, aku baru tersadar ketika pak manto dengan tatapannya menatap tubuhku dengan tatapan penuh nafsu, ibarat seekor serigala yang telah mengunci mangsanya,

Aku reflek menutup tubuhku dengan tanganku, aku memang suka dengan tatapan orang yang ingin menelanjangiku, tapi kalau terang – terangan seperti ini ? dengan hanya berdua saja dibawah atap yang sama ? bulu kudukku langsung naik, aku merinding, aku sudah berjanji sehidup semati dengan suamiku, aku tak mau bersikap bodoh dengan membiarkannya menikmati tubuhku ini.

“maaf pak permisi, aku pamit dulu” ucapku buru – buru pergi dari ruangan itu,

Seketika tangannya memegangi tanganku, aku terkejut dengan sikapnya ini, tiba – tiba ia menarikku dan memelukku dengan erat, aku bingung dalam meresponnya, haruskah aku membiarkannya ? ataukah harus ku tolak ?

“tunggu mbak jangan pergi dulu” ucapnya,

“lepaskan pak, jangan kurang ajar yah” ucapku setelah mendapatkan akal sehatku kembali,

“sudah saya duga mbak firda gak mengenakan dalaman yah?” tanyanya yang membuatku panik,

“ehhh anuuu , ituuuu …….” Aku bingung harus menjawabnya,

“tenang gak usah khawatir, saya sudah tau semuanya kok” ujarnya yang semakin membuatku bingung,

‘udah tau semuanya ? apa maksud dari perkatannya?’ batinku bertanya – tanya,

“mbak sering kali memamerkan tubuh cantik mbak kan? Gak usah bohong, saya sudah sering melihatnya kok, saya sudah sering memperhatikan mbak malam – malam, apalagi aksi mbak yang semalam itu, mbak bagaikan bidadari yang berjalan dibawah sinar rembulan, tubuh indah mbak yang polos itu sangat cantik, sangat indah, saya suka melihatnya” pujinya,

Alih – alih marah, aku justru tersipu malu mendengar pujiannya, aku sangat menyukai apabila ada orang yang memuji keindahan tubuhku ini,

“benarkah ? memangnya apa yang paling pak manto suka dari diriku ?” tanyaku,

‘celaka, kenapa aku bertanya hal seperti ini’ batinku berkata,

“semuanya mbak, wajahmu, matamu, payudara mbak yang kaya melon juga menjadi favorit saya” ucapnya blak – blakan,

Seketika wajahku memerah karena malu, memang benar bahwa payudaraku yang besar selalu menjadi favorit suamiku dikala bercinta, tapi kali ini yang memujiku merupakan orang lain, orang yang tak layak berkata seperti itu didepan seorang wanita yang sudah menjadi istri seseorang,

Dikala aku masih berfikir langkah apa yang harus aku ambil , tiba – tiba ia sudah mencumbui bibirku dengan penuh nafsu, aku langsung tersadar, aku telah mengumpankan diriku ke kandang serigala yang kelaparan, aku mencoba untuk memberontak tapi kekuatan ku sebagai seorang wanita tak mampu untuk melawannya,

“lepaskkann pakk, ehmmm lepaskannnn akuuuuu” ucapku memohon,

“Tenang mbakk, ehhmm auuuhhmmm, tunggulah sejenak, izinkan saya memuaskan tubuh mbak yang sudah menegang ini” ucapnya,

Tangannya mulai meremasi payudaraku dari luar gamisku, lidahnya mulai menerobos bibirku yang telah ku rapatkan agar tak dimasuki olehnya, namun jilatannya justru melebar menuju ke seluruh wajahku, aku merasa jijik dengannya,

Tangan satunya bergerak menuju ke arah bokongku, remasannya perlahan membuat birahiku naik, tak sengaja akupun mendesah yang membuat mulutku dimasuki oleh lidahnya,

“Ehhmmm ehhhmmmm uhhmmmmm” desahku,

Mataku terpejam dikala lidahnya mulai menyapu langit langit mulutku, tak kusangka aksi nakalku kembali mendapatkan hukuman, niat hanya iseng untuk memuaskan obsesiku justru menjadi boomerang bagi diriku sendiri,

Aku ingin memberontak, aku tak ingin kesalahan di masa lalu kembali terulang, aku tak ingin mengkhianati janji yang sudah kuucapkan didepan suamiku, seketika terbayang wajah suamiku yang sedang tersenyum di dalam benakku, akupun menangis, aku menyesali kebodohanku ini,

‘maaf masssss’ batinku menangis,

“lepaskkann pakkk, mohonnnn, lepaskann akuuuuu” pintaku memohon,

Pak manto yang sudah dipenuhi oleh hawa nafsu mendorongku hingga menempel pada dinding rumahnya, tanganku digenggamnya dan di angkat ke atas kepalaku, aku kembali dicumbu olehnya, mataku kembali terpejam diiringi tetesan air mata yang mengalir di pipiku,

Pak manto tak peduli, yang ia inginkan hanyalah kepuasan nafsu nya saja, tangannya mulai bergerak kearah resleting yang berada di belakang gamisku, ketika resleting itu telah turun, gamisku pun melorot hingga menuju pinggangku yang membuat payudaraku terlihat olehnya,

“wahhhh gak kusangka bisa menikmati payudara indah ini secara langsung” ucap pak manto sambil memandanginya,

Aku mencoba untuk mengalihkan pandanganku, aku tak sanggup melihat wajah jeleknya yang terus menjilati putingku, lidahnya dengan sangat kotor mulai mendaki gunung kembarku dan kembali menuruninya, terus ia lakukan hal tersebut di payudara indahku,

“Aahhhhhhhhhhhh” desahku penuh nikmat dikala tangannya mulai meremasi payudaraku,

Seketika aku merinding penuh nikmat, remasannya begitu kuat hingga aku menenggakkan kepalaku ke atas, aku mulai merapatkan kakiku merasakan bahwa vaginaku sendiri sudah basah hanya karena remasannya ini,

Ia mulai membalikkan tubuhku, aku yang sedang menungging membelakanginya terus saja dirangsang dengan remasan dan sentuhan di tubuh sempurnaku,

Payudaraku terus saja diremasi dan vaginaku mulai disentuh oleh tangan kasarnya, seketika kenikmatan mulai menjalar di seluruh tubuhku, ketika wajahnya kembali mendekati wajahku, tak sadar aku menerima cumbuannya,

‘apa ini? Ada apa dengan tubuhku? Kenapa tubuhku menghianati hatiku saat ini?’ batinku kebingungan,

Aku tak ingin menyerahkan tubuhku padanya, namun perasaan nikmat membuatku lupa bahwa suamiku telah percaya padaku seutuhnya,

Baru saja diremasi olehnya sudah membuat tubuhku kelelahan, aku terduduk bersandar pada dinding rumahnya, ku lihat pak manto mulai melepaskan satu persatu pakaiannya, seketika mataku melotot melihat kekekaran tubuhnya, walaupun ia memiliki wajah yang jelek dengan rambut yang mulai menipis tapi tubuhnya yang bertubuh kekar dan gelap telah berhasil menyihirku,

Tatkala ia melepas celananya, aku semakin terpukau dengan ukuran penisnya yang begitu luar biasa, penisnya dipenuhi oleh urat urat yang mengelilinginya, warnanya sangat pekat dan ukurannya jauh melebihi penis milik suamiku,

Aku sangat lemas tak mampu bergerak sedikitpun, aku pasrah ketika pak manto menggerakan penisnya kearah wajahku, ibarat hewan dikebun binatang yang hendak diberi makan, diriku reflek ingin memakan sosis bakar tersebut,

Dengan seenaknya pak manto menggesek gesek penis hitamnya kearah wajahku, ibarat kanvas yang sedang dilukis dengan sebuah kuas begitulah kondisi wajahku, aku telah dihinakan dengan penisnya yang menempel diwajahku, kurasakan penisnya begitu hangat dan beberapa cairan mulai menetes membasahi wajahku,

Cairan precumnya mulai mengotori wajahku ini, namun pak manto begitu sabar, ia tak ingin buru – buru dalam menikmati tubuhku, aku yang sudah jatuh ke dalam taktiknya pasrah ketika ia menidurkanku diatas lantai,

Pak manto pun datang menindihiku dengan posisi terbalik, penisnya diarahkan ke wajahku dan mulutnya mulai mencari vaginaku, ia mengangkat gamis bagian bawahku, aku yang tak mengenakan dalaman apapun langsung dijilat olehnya,

Belum sempat mendesah penisnya sudah menjejali mulutku ini, posisi apa ini ? baru pertama kali aku mencoba posisi seperti ini,

Aku memejamkan mata tiap kali penis besarnya masuk menembus hingga tenggorokanku, dibawah sana juga kurasakan jilatannya semakin membuatku merinding penuh nikmat, pak manto sangat ahli dalam memainkan birahiku, aku mulai menikmati perselingkuhan ini,

Tangannya bergerak untuk menekan klitorisku, aku menggeliat sejadi – jadinya, lidahnya semakin dalam memasuki vaginaku,

“ohhh astaga nikmatnnyyaaa” desahku tertahan oleh penisnya,

Seketika wajahnya ia benamkan kearah vaginaku ini, aku jadi semakin kenikmatan, lidahnya semakin aktif menjilati vagina bagian dalamku, aku mulai memejamkan mata, nafasku semakin berat, darah dalam tubuhku semakin berdesir dengan hebat,

“ohhh astagaa ini ,,,,,,” desahku,

Rangsangannya semakin menjadi – jadi, hingga akhirnya aku yang tak tahan lagi mulai mengeluarkan cairan yang begitu banyak dari dalam vaginaku,

“ahhhhh ahhhhhh kiyyaahhhhhhhhh” berkali kali cairan tersebut keluar dari vaginaku,

Kuintip rupanya pak manto menghabisi semuanya, ia menelan habis - habis cairan yang ku keluarkan seperti orang yang kehausan,

Aku tepar, aku merasakan nikmat yang luar biasa, sesekali tubuhku mengejang akibat sisa orgasmeku yang luar biasa, baru pertama kali ini aku merasakan orgasme sehebat ini,

Perlahan akal sehatku mulai kembali kepadaku, timbul perasaan menyesal atas apa yang telah kuperbuat, tak berselang lama pak manto mengangkatku untuk duduk disofa miliknya, aku yang terbaring lemas tak mampu melawan, tiba – tiba bibirnya kembali mencumbuiku dan kurasakan ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang rasanya asin keluar dari mulutnya apa ini ?

Setelah puas mencumbuiku, ia segera mendekatkan penisnya ke arah wajahku, kurasakan penisnya semakin hangat, ujungnya yang diarahkan ke wajahku tak mampu aku bendung, ia terus mengocoknya dengan tangannya sendiri,

“Ahhhhh mbakkk, ahhhhhh, gak nyangka bisa coli didepan wajah ayumu ini, ahhhh” desahnya,

Seketika aku mulai sadar, ia akan memuncratkan spermanya di wajahku ? itu menjijikan, suamiku saja tak pernah melakukannya kenapa dia berani melakukannya padaku ?

Timbulah kekuatan dalam diriku untuk melawannya, namun kekuatannya yang terlampau besar darinya membuatku tak mampu bergerak, kurasakan penisnya semakin hangat diwajahku, kurasakan beberapa cairan precum mulai keluar dari lubang kencingnya,

“oohhh mbakkk, ohhhh ohhhhhhh” desahnya,

Aku semakin ketakutan, aku tak ingin dihinakan dengan sperma diwajahku ini, aku berusaha untuk mendorongnya menjauh namun semua itu sia – sia,

“ahhh mbaakkk ,ahhh ahhhh aarrrrgghhhhhhhhh” ia pun mendesah dengan lolongan yang begitu panjang,
ibarat serigala yang telah melihat bulan purnama,

Semburannya telah muncrat membasahi wajah ayuku, aku merasa terhina sekali, aku merasa kesal dengannya, ku rasakan wajahku telah dipenuhi oleh cairan spermanya sendiri,

Pak manto puas setelah mengeluarkan spermanya di wajah ayuku, ia pun terduduk diatas sofa dengan penuh kemenangan,

“plaaaakkkkkkk” aku menamparnya sekeras mungkin dan mengambil beberapa tisu yang berada di meja ruang tamunya,

Aku segera meninggalkannya tanpa sepatah kata apapun, sambil mengelap wajahku aku segera pergi menjauh dari kandang serigala ini,

Sesampainya di rumah, aku menatap diriku di cermin, kulihat sisa – sisa sperma masih menempel di hijab favoritku ini, wajahku lembab dipenuhi oleh sisa spermanya, aku merasa sangat kesal sekali, aku merasa terhina oleh spermanya, aku merasa bodoh karena aksiku ini.



Segera kubuka satu persatu pakaianku, aku menuju ke kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat, sesampainya di dalam aku mengisi bathub ku hingga terisi penuh, ku tatap wajahku kearah cermin yang berada di dalam kamar mandiku,

Kuperhatikan rambutku yang sebahu, kulitku yang putih bening serta bentuk payudaraku yang sangat indah memang menjadi keunggulan fisikku, namun aku masih bingung dengan kelebihan yang aku dapatkan dengan tubuh sempurnaku ini.

“sebenarnya ini musibah atau sebuah anugrah ?” ucapku lirih,

Ketika bathup telah penuh, aku segera berendam didalamnya, ketika berendam aku mulai merenungi nasibku ini,


“Dua tahun telah kita lalui bersama mas, selama dua tahun pula engkau telah memberikanku kebahagiaan yang tak pernah kudapatkan sebelumnya. Suaramu, sikapmu, senyummu semua telah menjadi energi kehidupan bagiku, namun disini aku tak bisa membalas semua kebaikanmu untukku, sebaliknya aku justru telah mengkhianatimu mas, aku berulang kali telah mengumbar aurat tanpa sepengetahuanmu, aku telah disentuh oleh lelaki selain dirimu mas, aku, aku , aku ……..”

Air mata mulai membanjiri pipiku ini, aku sangat menyesali semua kebodohanku, aku berulang kali telah ditipu oleh hawa nafsuku ini, apa guna kerudung yang selama ini ku gunakan, apa guma gamis lebar yang selama ini ku kenakan, apa gunanya didikan yang selama ini orang tuaku diberikan kalau akhirnya aku hanya berkakhir menjadi seperti ini.

“Aku harus berubah, aku telah bertekad untuk mengakhiri semua sisi buruk ku ini, aku ingin menjadi seorang wanita pada umumnya, aku ingin menjadi bidadari hanya untuk suamiku saja” ujarku dengan tekad yang kuat,

Seketika aku teringat dengan teman satu pengajianku, ia merupakan wanita yang dewasa, wanita yang sudah kuanggap sebagai kakak ku sendiri, semoga ia mampu membantuku untuk keluar dari lembah keburukan ini.

“tunggu sebentar mas, akan ku buktikan kalau aku ini memang layak untuk menjadi istrimu” ucapku mencoba tersenyum,

~To be continued
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd