Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Detak waktu S 2 (surat cinta untuk raisa) [TAMAT]

marsena

Adik Semprot
Daftar
14 Jan 2018
Post
112
Like diterima
102
Bimabet
Halo para suhu fx cerbung semprot .... izinkan nubie membuat kisah lanjutan dari cerbung yang pernah ane posting ya ... mohon maaf kalo banyak kekurangan disana sini jangan lupa kritik dan sarannya ya ...
Detak Waktu Season 2 ( Surat Cinta untuk Raisa)
Pernahkah kalian merasa bosan setiap hari?. Melakukan hal yang sama setiap hari seakan waktu berlalu dengan percuma. Setiap hari selalu merasa terkekang oleh berbagai aturan yang membuatmu jenuh. Menurut kalian apakah arti kebebasan sesungguhnya?. Jika seseorang yang memberimu kebebasan tiba-tiba menghilang, apakah kamu kembali terkekang oleh aturan yang membosankan atau justru membuatmu terbang sebebas merpati?.
****
1. Sebuah kisah masa lalu
Rintik hujan mulai turun membasahi jendala kamar rumah sakir tempatku dirawat. Mataku menerawang keluar jendela melihat seorang pengemis yang berusaha memayungi anaknya dengan selembar kardus. Sang ibu terus berusaha memayungi anaknya tanpa memperdulikan dirinya yang kehujanan. Mereka menyusuri jalan dan berteduh di halte depan rumah sakit. Tiba-tiba aku teringat kejadian 5 tahun yang lalu saat aku divonis menderita penyakit yang membuatku terkekang.

“Bu, aku berangkat sekolah dulu ya” ujarku sambil mencium telapak tangannya.

“Semangat ya belajarnya ini hari pertama kamu belajar di SMP. Jangan sampai terlambat”. Aku hanya menganggukkan kepalaku dan berjalan cepat keluar rumah. Hari ini ada upacara penerimaan siswa baru jadi aku tidak boleh terlambat. Jarum jam menunjukkan pukul 06:50 saat aku tiba di sekolah. Beberapa siswa baru yang sudah datang berbaris di lapangan upacara. Kulihat beberapa siswa baru tampak bersemangat seakan tidak sabar untuk belajar di sekolah barunya. Aku bergegas menyimpan tasku di belakang barisan dan berdiri di barisan belakang. Sinar matahari pagi mulai membuat beberapa siswa berkeringat. Saat kepala sekolah ingin menyampaikan amanat, tiba-tiba kepalaku menjadi pusing. Mataku berkunang-kunang dan dadaku terasa sakit sekali. Kakiku tidak bisa menopang tubuhku yang lemas. Pandanganku kabur perlahan semuanya menjadi gelap.

“Raisa...ayo bangun Raisa... sadarlah” suara serak itu membangunkanku dari mimpi panjangku. Perlahan aku membuka kelopak mataku sambil memandang ruangan yang terasa asing bagiku. Dadaku masih terasa sesak membuatku sedikit kasulitan bernafas. Aku melihat seorang perempuan tengah menangis disampingku. Ia tampak terkejut melihatku yang baru terbangun.

“Bu, kita ada dimana?” tanyaku lirih.

“Kamu di rumah sakit sayang. Kamu pingsan saat upacara penerimaan dan kamu sudah koma 2 hari”. Aku terkejut mendengar jawaban ibuku. Perlahan kugenggam tangan keriput yang ada diatas perutku.

“Bu, Raisa sakit apa? Kok sampai koma” tanyaku penasaran.
Ibuku mengelus kepalaku dengan lembut dan mendekap kepalaku. Air matanya jatuh membasahi rambutku.

“Nak, kamu yang sabar ya. Kamu divonis terkena penyakit detak waktu. Jika dilihat dari kerusakan otot jantungmu dokter memperkirakan umurmu tinggal 7 tahun lagi” lirih ibuku. Aku seperti tersambar petir mendengar jawaban dari ibuku. Pelan-pelan aku berusaha melepaskan diri dari dekapan ibuku. Kutatap matanya yang masih berkaca-kaca. Aku berusaha menguasai diriku dari shock yang datang tiba-tiba. Ibuku berusaha menjelaskan keadaan jantungku yang didiagnosis menderita kelainan pada otot jantung. Aku berusaha menahan air mataku selama mendengar penjelasan ibuku.

“Intinya jantungmu tidak boleh bekerja terlalu keras. Semakin cepat jantungmu memompa darah maka kerusakannya akan semakin parah dan sisa umurmu akan lebih pendek dari prediksi dokter” jelas ibuku. Aku tak kuasa menahan air mataku setelah mendengar penjelasan ibuku. Ia kembali mendekap tubuhku sambil berusaha menenangkan perasaanku yang bercampur aduk.

“Kamu tenang saja, Sa. Ibu berjanji akan selalu ada disampingmu. Ibu akan selalu menjagamu” ujar Ibuku memelukku erat. Semenjak itu aku tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa seizin dan pengawasan ibuku. Aku keluar dari sekolah dan terpaksa home schollling. Hidupku seperti seekor burung di dalam sangkar.
Hujan turun semakin deras membasahi pohon palem yang ditanam di pinggir jalan raya. Udara dingin mulai masuk kedalam ruanganku. Aku meneguk secangkir teh manis hangat yang diberikan ibuku saat ia datang menjenguk tadi siang. Mataku kembali menyapu pandangan keluar mengusir kebosananku yang termenung sendiri diatas ranjang. Aku melihat dua anak SMA tengah berjalan menembus hujan hanya dengan sebuah payung kecil. Mereka asyik bersenda gurau di bawah payung tanpa memperdulikan salah satu lengan mereka yang basah terkena hujan. Mereka tampak menikmati masa-masa indahnya berpacaran. Aku juga pernah merasakan indahnya jatuh cinta. Cinta pertama dan terakhir yang bisa melepaskanku dari segala aturan yang mengurungku selama ini.

“Bu, aku bosan di rumah terus. Aku ingin bermain dan belajar di sekolah umum seperti anak normal lainnya” rengekku.

“Raisa, kamu tahu sendiri bagaimana kodisi tubuhmu. Kamu mau bolak balik masuk rumah sakit lagi” ibuku membaca majalah yang baru saja dibelinya. Aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban ibuku.

“Setiap hari kamu juga home schooling. Kamu itu tidak cocok bersekolah seperti anak normal lainnya. Kodisi kesehatanmu juga belum stabil” sambung ibuku.

“Ayo dong mah...Raisa bosan belajar dirumah. Jika kondisi badan Raisa sudah baik apakah ibu mengizinkan Raisa sekolah di SMA biasa? Raisa janji akan menuruti semua peraturan ibu dan menjaga diri dengan baik. Boleh ya bu?”.

“Hah...iya iya. Nanti ibu tanyakan dulu ke dokter. Jika dokter tidak mengizinkan, kamu harus home schooling lagi ya” ujar ibuku. Sejak saat itu aku sangat menjaga pola makanku. Aku menghindari segala aktivitas yang bisa membuatku deg-degan. Akhirnya dokter mengizinkanku untuk kembali bersekolah dengan beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar.
 
2. First love
Saat bersekolah aku dilarang berbicara terlalu banyak, berolahraga, bermain, dan bercanda seperti siswa lainnya. Aku bahkan dilarang mengerjakan piket seperti teman-temanku yang lain. Kepala sekolah selalu memantau perkembanganku di sekolah seperti permintaan ibuku. Walaupun masih terkekang, aku lebih menikmati hidupku seperti ini. Bagiku melihat teman teman kelas mengobrol dan tertawa sudah membuat hatiku puas walaupun aku seperti “hantu” di kelas ini. Ada tetapi tidak dianggap. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang bisa merubah pandanganku tentang arti kehidupan dan membebaskanku dari beban yang merantaiku selama ini. Namanya Andika Setiawan. Dia adalah siswa teraktif di kelasku. Teraktif disini bukan dia suka menjawab pertanyaan guru atau aktif berorganisasi. Dia adalah orang yang sering membuat seisi kelas tertawa karena ucapan dan tingkah lakunya. Pada hari itu ia menemukanku tergelatak pingsan diatas meja. Ia membawaku ke UKS dan menjagaku selama aku pingsan. Ketika tersadar aku terkejut melihatnya duduk disamping tempat tidur. Ia rela tidak ikut ujian olahraga demi menolongku. Katanya ia tidak tega melihatku tergeletak sendirian di ruang UKS. Pertama kalinya ada seorang lelaki selain ayahku yang perhatian padaku. Aku menceritakan semua masalah yang kualami selama ini mulai dari penyakitku sampai peraturan yang mengekang kebebasanku. Setelah mendengar semua keluh kesahku ia hanya berkata.

“Menurutku kamu adalah orang yang bodoh”. Dia adalah orang pertama yang menyebutku bodoh. Aku mencoba beragumen dengannya tentang alasanku menjalani hidup seperti ini. Tetapi yang ia katakan membuatku sadar.

“Kematian adalah takdir yang akan dialami semua mahkluk hidup di dunia ini. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindari takdir ini. Apabila kau tahu waktumu di dunia ini tinggal sedikit, mengapa kau tidak memanfaatkan sisa waktu yang kau punya untuk menikmati dunia ini” jawabnya. Aku terkejut mendengar jawabannya. Rantai yang selama ini mengikatku seakan terlepas olehnya. Air mataku seakan mau menetes bahagia karena terlepas dari rantai. Andika kemudian mengajakku jalan-jalan di taman bermain saat akhir pekan. Tanpa berpikir panjang aku langsung menganggukkan kepalaku. Sepulang sekolah aku memberanikan diriku berbicara kepada kedua orang tua dan dokter pribadiku tentang keinginanku menikmati hidup. Setelah berdebat panjang akhirnya dengan berat hati mereka mengizinkanku. Setelah aku berbicara dengan Dika akhirnya aku bisa hidup dengan normal. Aku tidak lagi memikirkan berapa sisa umurku dan kondisi jantungku. Aku seperti burung yang baru keluar dari sangkar. Hari ini dia berjanji mengajakku jalan jalan ke taman bermain. Ini adalah pertama kalinya aku pergi berdua dengan seorang laki laki selain ayahku. Dia bilang akan menjemputku jam 9. Sejak jam 7 setelah aku selesai membuat sarapan, aku bingung memilih baju yang akan kupakai. Aku sudah mengeluarkan semua koleksi bajuku tetapi tidak ada yang cocok. Ibu terkejut saat masuk dan melihat kamarku yang berantakan.

“Raisa, kamu sedang apa? Kok bajunya berserakan seperti ini?”. Aku bercerita kalau hari ini aku ingin pergi ke taman bermain bersama Andika.

“Oh... jadi anak ibu mau jalan sama pacar ya” goda ibuku. Wajahku memerah setelah mendengar ucapan ibuku.

“Apa sih bu. Kita hanya berteman kok. Dia teman yang pernah aku ceritakan kemarin itu bu. Dia yang bisa membuat Raisa berubah” ujarku. Ibu hanya tersenyum mendengar perkataanku. Ia kemudian mengajakku pergi ke kamar dan menyerahkan sebuah setelan baju kaos polos dan rok panjang putih.

“Coba kamu pakai ini. Baju ini adalah baju yang ibu pakai saat kencan pertama dengan ayahmu”. Ibu tersenyum dan menyerahkan sebuah kerudung putih padaku.

“Sebaiknya sekarang kamu coba belajar menutup aurat. Kamu ingin berubah menjadi lebih baik bukan” saran ibuku. Aku memakai setelan yang disarankan oleh ibuku. Aku berkaca diriku sangat cocok memakai setelan dan kerudung yang diberikan ibuku.

“Kamu cantik sekali,Sa. Mirip waktu ibu masih muda”. Aku hanya tersenyum mendengar pujian ibuku. Tiba-tiba Hpku bergetar tanda ada yang menelpon. Ternyata Andika sudah menunggu di depan gerbang.

“Aduh ... gimana nih bu ... aku belum sempat dandan lagi” ujarku panik.
“Kamu itu cantik, Sa. Tidak perlu dandan berlebihan cukup bedakan saja kamu sudah mempesona”. Ibuku mengambil bedak miliknya dan mengoleskannya di wajahku. Ia juga menyemprotkan parfumnya kearah bajuku.
“Sudah cepat temui dia. Jangan biarkan ia lama menungggu. Ibu sudah menyiapkan nasi goreng buatanmu untuk dimakan disana. Semangat ya jangan terlalu tegang” ujar ibuku. Aku pamit mencium tangan ibuku dan bergegas menuju pintu gerbang rumah. Ketika kusapa dirinya ia hanya terdiam melihatku tanpa membalas salamku. Aku mencoba menyapa kedua kalinya akhirnya ia membalas salamku. Ia memuji penampilanku yang menurutnya sangat cantik. Entah mengapa pujiannya membuatku salah tingkah. Tawa kecilnya ketika melihat wajahku yang memerah membuat jantungku berdegub kencang. Keringatku mengucur deras saat aku berboncengan motor dengannya. Oh...tuhan entah apa yang terjadi pada tubuhku hari ini. Ketika kami tiba disana aku sangat terkejut melihat banyaknya wahan di taman bermain ini. Bahkan beberapa wahan bisa membuatku merasa deg-degan. Kulihat Andika tersenyum manis melihatku dan menemaniku yang sangat antusias mencoba satu per satu wahana yang ada. Entah mengapa ketika kugenggam tangannya jantungku berdetak lebih kencang. Aku sangat menikmati obrolan dengannya saat makan siang bersama. Ketika kami memasuki wahana rumah hantu aku menggenggam tangannya dengan erat karena ketakutan. Bahkan beberapa kali aku hampir memeluknya karena terkejut. Ia hanya tersenyum malu ketika aku memeluknya. Setiap kulihat senyum manisnya jantungku berdegub kencang. Sepertinya ada yang salah denganku hari ini. Apakah dia merasakan hal yang sama denganku?. Ketika dia mengantarkanku pulang tiba-tiba ia membuat pertanyaan yang membuatku kaget.

“Aku suka sama kamu. Apakah kamu mau jadi pacarku?” tanya Andika penuh harap. Aku sangat senang sekali saat Andika menyatakan cintanya padaku. Jujur saja aku bingung harus menjawab apa. Aku sepertinya jatuh cinta padanya tetapi aku tidak ingin dia bersedih ketika aku mati. Aku tidak bisa membayangkan rasanya ditinggal pergi oleh orang yang sangat dicintai. Aku mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaannya.

“Maaf aku belum bisa menjawab sekarang. Tapi aku senang kita bisa sedekat ini” jawabku. Kulihat ia sedikit kecewa dengan jawabanku. Dika melambaikan tangannya kearahku dan pamit pulang.

“Maafkan aku, Dik. Aku juga suka sama kamu, tapi aku masih ragu” gumamku dalam hati.
 
3. Penampilan pertama
Rintik hujan masih turun membasahi kota ini. Beberapa kali kudengar suara petir menyambar di tengah hujan lebat. Hujan yang turun hari ini sedikit lebih lama dari biasanya. Aku menggesar layar di Hpku untuk mengusir rasa bosan yang kembali menghampiriku. Kulihat ada banyak sekali notif yang masuk ke sosial media milikku. Semuanya berasal dari fans Afterlife, sebuah band yang membawaku ke puncak karir. Aku jadi teringat saat pertama kali aku masuk sebagai anggota band. Ketika orang jatuh cinta ia akan berusa selalu ada di dekat orang yang dicintainya. Begitu juga aku. Aku tahu Andika selalu berlatih band setelah pulang sekolah bersama teman-temannya. Sepulang sekolah aku meminta izin agar bisa bergabung dengan mereka. Selain untuk menyalurkan hobby bernyanyiku, aku juga ingin mengenal Andika lebih dekat. Ternyata mereka sedang membutuhkan vokalis dan aku langsung diterima. Ketika aku berlatih vokal, mereka langsung terpukau dengan suaraku. Adam, sang drumer mengusulkan untuk ikut kejuaraan band nasional tingkat SMA. Seluruh anggota band setuju. Kami optimis bisa membawa pulang piala ke sekolah. Andika izin pulang lebih awal hari ini.

“Gawat aku izin dulu ya bro. Aku bisa terlambat mengajar anak anak nih,” ujarnya. Aku terkejut mendengar perkataan Andika. Aku memang pernah mendengar kalau Andika sering mengajar anak jalanan di taman.

“Kamu mau mengajar anak jalanan, dik? Aku boleh ikut?” tanyaku. Ia hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Aku sangat bersemangat sekali. Selain bisa lebih dekat dengan Andika, aku juga bisa berbuat kebaikan sebelum mati. Kulihat Andika juga sangat senang ketika aku ikut membantu. Ketika ia bertanya alasanku ingin membantunya, aku hanya menjawab.

“Aku sudah pernah bilang aku ingin beramal sebanyak yang kubisa sebelum aku mati,” senyumku. Aku tidak mungkin berkata aku ingin lebih dekat dengannya karena itu sangat memalukan. Ternyata Andika memanfaatkan lahan kosong di sekitar taman kota sebagai kelas untuk mengajar. Anak jalanan yang diajar oleh Andika lumayan banyak. Mereka terlihat sangat antusias memperhatikan penjelasan Andika. Beberapa kali mereka menggoda kami berdua yang memang seperti sepasang kekasih. Aku semakin jatuh hati kepada Andika ketika melihat ia mengajar. Ia terlihat sangat dekat dengan anak jalanan. Caranya yang dengan sabar membantu mereka yang kesulitan dalam belajar membuatku kagum. Kudengar cerita dari seorang anak jalanan awalnya mereka tidak mau belajar. Tetapi berkat kegigihan Andika dan kakaknya akhirnya jumlah anak jalanan yang ikut belajar semakin lama semakin bertambah. Menurut Andika pendidikan adalah hak setiap anak di dunia. Semakin lama aku berada di dekatnya aku semakin banyak mempelajari banyak hal tentang kehidupan dan indahnya saling membantu. Oh...tuhan.. aku mohon berikanlah aku umur yang panjang agar aku bisa lebih lama berada didekatnya. Aku sangat mencintainya dari dalam lubuk hatiku. Sungguh aku ingin dia selalu berada disampingku sampai jantung ini tak berdetak. Setelah selesai mengajar ia mengajakku untuk singgah di cafe milik kakaknya. Ternyata kakak Andika adalah pemilik cafe terbesar di kota ini. Aku memperkenalkan diri kepada kakaknya. Andika dan kakaknya ternyata sangat akrab. Beberapa kali kak Reno, kakak Andika menggodaku dengan Andika karena melihat kedekatan kami.

“Raisa, malam ini aku mau tampil di depan pengunjung. Biasanya aku hanya memainkan piano karena aku tidak bisa bernyanyi. Apakah kamu ingin tampil bersamaku?” tanya Andika saat kami sedang makan malam. Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.

“Aku belum pernah tampil di depan publik. Aku malu,” gumamku. Akhirnya Andika naik sendiri keatas panggung. Ia bersiap di depan piano.

“Lagu yang akan saya mainkan ini saya persembahkan kepada tamu spesial cafe ini yang duduk di meja nomor 9. Mudah mudahan kamu suka dengan penampilan saya,”. Sontak seluruh pengunjung menatapku sambil tersenyum membuat pipiku memerah. Andika mulai memencet tuts piano memainkan nada yang lembut. Ternyata ia memainkan lagu Surat cinta untuk Starla, sebuah lagu milik Virgoun yang sedang populer akhir-akhir ini.Andika ternyata sangat mahir memainkan piano. Bahkan aku lebih menyukai aransemen yang dimainkan Andika dibandingkan dengan lagu aslinya. Riuh tepuk tangan penonton memberikan aplause kepada Andika mengakhiri penampilan pertamanya.

“Baiklah terima kasih kepada pegunjung atas tepuk tangannya. Kali ini saya mohon kepada pengunjung yang duduk di meja nomor 9 untuk naik keatas panggung dan berduet dengan saya,” ujar Andika. Aku terkejut setengah mati mendengar permintaan Andika. Pengunjung cafe menyorakiku untuk segera naik ke panggung. Aku menggelengkan kepalaku kearah Andika. Tetapi ia malah bertepuk tangan sambil menyebut namaku. Akhirnya dengan terpaksa aku beranjak dari tempat dudukku dan naik keatas panggung.

“Awas ya kamu,” geramku saat berada diatas panggung. Andika hanya tersenyum melihat kekesalanku. Aku berkata pada Andika aku akan menyanyikan lagu Rahasia Cinta (Baper) milik Yovie and Nuno. Sebuah lagu yang sangat mewakili perasaanku saat ini. Andika mulai memainkan melodi awal. Aku menarik nafasku dalam-dalam sebelum bernyanyi.

“Setiap didekatmu hatiku meresah
Sesaat disampingmu seakan kau miliku
Kusadari aku tak seharusnya terbawa perasaan”
Entah mengapa tiba-tiba aku teringat semua kenanganku bersama Andika. Saat ia menolongku saat pingsan sampai ia menyatakan cintanya padaku.

“Dan aku mencintaimu
Sungguh sungguh tanpa kau tahu
Tersimpan di dalam hatiku
Selamanya ini jadi rahasia cintaku”

Andika memberikan isyarat padaku untuk berhenti bernyanyi. Kulihat ia mendekatkan wajahnya kearah mikrofon di depan piano. Ternyata ia bersiap untuk bernyanyi.

“Sering aku meragu harus ku melangkah
Terkadang kau beri harapan kadang terasa jauh
Pedihnya hati bila ini hanya terbawa perasaan”
Aku melirikkan mataku kearah Andika. Ia membalas lirikanku dengan senyuman manis. Ia memberikan isyarat padaku agar kita bernyanyi bersama saat reff.

“Dan aku mencintaimu
Sungguh sungguh tanpa kau tahu
Tersimpan di dalam hatiku
Selamanya ini jadi rahasia cintaku
Cintaku hanyalah untukmu andai engkau sadari itu
Bila cintamu bukan aku biar cinta ini jadi rahasia hatiku
Selamanya ini jadi rahasia cintaku”

Hampir seluruh pengunjung memberikan standing aplause kepada kami. aku sangat senang melihat pengunjung sangat puas dengan penampilan kami. Aku tersenyum sambil membungkukkan badan kearah pengunjung.

“Bagaimana? Seru kan bisa bernyanyi diatas panggung,” ujar Andika. Aku hanya tersenyum manis mendengar perkataan Andika. Karena band yang akan tampil hari ini berhalangan hadir, terpaksa kami berdua tampil menggantikan mereka untuk menghibur pengunjung. Andika mengantarkanku pulang ke rumah setelah tampil. Ia berterima kasih padaku karena sudah membantunya hari ini. Aku tersenyum dan membuka gerbang pagar.

“Raisa, tunggu. Apakah kau sudah bisa menjawab sekarang?” tanya Andika penuh harap. Aku bingung harus menjawab apa. Hatiku sendiri sudah tidak sanggup memendam perasaan ini lebih lama lagi. Tetapi...

“Aku akan menjawabnya setelah kita selesai audisi. Aku takut kita tidak bisa konsentrasi ke kontes jika aku menjawabnya sekarang. Maaf ya,” jawabku.
Kulihat ia sedikit kecewa dengan keputusanku. Sejenak kami berdua terdiam seribu bahasa.

“Baiklah. Aku akan mengunggumu. Aku akan selalu menunggumu sampai kapanpun” senyum Andika sambil menstarter motornya dan pamit pulang. Aku pikir ini adalah keputusan terbaik. Aku yakin dengan ini kita berdua pasti bisa tampil maksimal saat audisi. Aku sudah tidak sabar menanti hari esok dimana kita lolos audisi dan Andika menjadi pacarku. Tetapi hari esok yang kunantikan itu tidak akan pernah terjadi.
 
4. Kenangan perpisahan
Rintik hujan yang turun sedikit demi sedikit mulai mereda. Kulihat pelangi di ujung cakrawala dari kamar tidurku di lantai 2. Perpaduan warnanya pelangi sore ini tampak indah perlahan memudar seiring munculnya sang surya dari balik awan. Kenangan masa lalu yang teringat olehku sejak tadi membuatku merindukan masa-masa itu. Masa dimana kami saling menatap, mencuri pandang, dan saling memendam perasaan. Menurutku ketika kita menyukai seseorang masa saat kita mencintainya secara diam-diam adalah masa yang paling menyiksa. Beberapa orang mungkin menyukainya karena beberapa alasan klasik. Kita mungkin sangat senang ketika berada didekatnya. Tetapi orang yang kita cintai mungkin akan berdosa ketika ia berteman dekat bahkan mencintai seseorang selain kita. Karena secara tidak langsung ia sudah melukai hati seseorang yang sudah terlalu berharap kepadanya. Berkata jujur memang perbuatan yang baik. Tapi terkadang seseorang lebih memilih membohongi perasaan diri sendiri hanya untuk selalu dekat dengan orang yang dicintai. Walaupun itu membuatnya terbunuh secara perlahan.

“Ah...cinta itu memang rumit yah,” gumamku dalam hati. Aku mengambil buku harian yang selalu kutulis setiap hari. Ketika aku mengenggam buku harianku sebuah kertas yang kuselipkan di dalam buku harianku terjatuh. Tiba tiba aku teringat sebuah kenangan di masa lalu ketika aku melihat kertas itu. Ternyata kertas itu adalah sebuah surat dari orang yang kucintai selama ini. Sebuah surat yang menyelamatkanku dari keterpurukan.
***
“Raisa hari ini kamu mau audisi ya? Semangat ya maaf ibu tidak bisa menemanimu,” ujar ibuku saat melihatku tengah berias di depan cermin kamarku. Akhirnya hari yang kunantikan datang juga. Aku berjanji akan mengerahkan seluruh hasil latihanku selama 2 minggu bersama teman teman. Hari aku juga berjanji akan mengungkapkan semua perasaan yang selama ini kupendam kepada Andika. Aku yakin hari ini akan menjadi hari terbaik selama hidupku. Perlahan aku menuruni anak tangga setelah selesai berdandan. Kedua orang tuaku tampak sangat terkejut melihat penampilan anaknya. Aku mengenakan gaun panjang berwarna putih pemberian ayahku saat ulang tahunku yang ke 15 tahun. Aku menutupi kepalaku dengan hijab merah muda panjang. Aku juga sempat merias wajahku dengan sedikit bedak dan lipstik.

“Wah...cantik sekali anak ayah. Ternyata kamu sudah bisa berdandan ya,” goda ayahku.

“Ya iyalah. Mau bertemu orang yang spesial harus berdandan,” ujar ibuku. aku tersenyum malu mendengar godaan dari kedua orang tuaku. Aku memang telah menceritakan hubunganku dengan Andika kepada orang tuaku.

“Aku kan mau audisi jadi harus berpakaian rapih,” ujarku. Ibuku hanya tersenyum melihat anaknya yang salah tingkah. Setelah sarapan aku bergegas menuju tempat audisi diantarkan pak Surya, sopir pribadi yang selalu mengantar jemputku ke sekolah. Setibanya disana aku melihat teman-temanku sudah berkumpul di dekat pintu masuk. Ketika aku mendekatinya kulihat mereka sedang berpelukan. Kutatap mata Joni, Adam dan Sandi terlihat sendu.

“Eh...ada apa ini? Kok kalian pada nangis?” tanyaku penasaran. Mereka terlihat kaget melihat kedatanganku.

“Oh..nggak kami Cuma nerveous takut tidak lolos audisi,” jawab Adam sambil melepas pelukannya. Aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Entah apa yang mereka rahasiakan tetapi sepertinya itu sesuatu yang penting.

“Sudahlah ayo kita masuk kita sudah terlambat,” ujar Andika. Setelah mengambil nomor antrian kami menunggu giliran masuk ke ruang audisi. Kulihat peserta audisi dari kota kami sangat banyak. Beberapa orang tampak sedang latihan sebelum masuk ruang audisi. Ketika kudengar suaranya ternyata tidak kalah bagus denganku. Perlahan tapi pasti jantungku mulai memompa darah lebih cepat. tiba- tiba aku merasakan sebuah telapak tangan yang begitu hangat menyentuh tangan kananku. Aku menatap pemilik tangan hangat yang menggenggam erat tangan kananku.

“Rileks saja. kalau kamu tegang jantungmu akan berdegub lebih cepat. Kamu akan mengurangi umurmu dengan sia sia,”. Ujar Andika tersenyum. Aku hanya bisa tersenyum mendengar nasihatnya. Oh..tuhan jika aku mempunyai kekuatan untuk menghentikan waktu, aku ingin waktu saat ini berhenti sebentar saja. Aku ingin sedikit lebih lama merasakan kehangatannya. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya membuatku terasa nyaman. Setelah 1 jam menunggu akhirnya giliran kami untuk tampil. Kami bersiap memasuki ruang audisi. Kulihat ada 5 juri sudah duduk dan siap menilai penampilan kami.

“Kalian Afterlife akan memainkan lagu apa?” tanya salah seorang juri.

“Kami akan memainkan sebuah lagu dari Andra and the backbone “Sempurna” ” jawabku. Kami bergegas menuju posisi masing masing dan bersiap memulai penampilan kami. Ketika kami tampil aku melihat Andika seperti kesakitan. Penampilan Andika juga dibawah rata-rata dibandingkan penampilan biasanya. Aku terus berusaha mengeluarkan seluruh kemampuanmu. Akhirnya kami bisa lolos karena juri sangat suka dengan suaraku. Setelah keluar dari ruang audisi aku bergegas menelpon kedua orang tuaku untuk mengabarkan hasil audisi. Setelah menelpon aku bergegas mencari Andika. Aku bertanya kepada Joni tentang keberadaan Andika.

“Jon, kamu lihat Andika tidak?” tanyaku. Kulihat raut wajah Joni terlihat kaget. Mata Joni terlihat berkaca-kaca seperti terjadi sesuatu kepada Andika.

“Jon, Andika dimana? Aku sudah berkeliling mencarinya. Kamu tahu kan dia ada dimana,” Desakku yang mulai panik setelah melihat raut wajah Joni.

“Maaf aku tidak tahu, Sa” jawab Joni.

“Bohong...aku yakin kamu tahu dimana Andika. Adam, Sandi, kalian tahu kan dimana Andika. Ayo cepat beri tahu aku!!” desakku sambil mengguncangkan tubuh Joni. Mereka hanya menundukkan kepala tidak mau menjawab pertanyaanku. Aku memang merasa ada yang aneh dari tingkah laku mereka berempat sejak tadi pagi. Aku tahu mereka sedang menyembunyikan sesuatu yang penting. Tanganku menyambar ponsel di saku kemeja Joni. Aku bergegas membuka daftar pesan ponsel. Kulihat ada SMS yang masuk dari Andika.

“Sahabatku aku ingin memberi tahu hal penting kepada kalian. Hari ini adalah hari terakhir jantungku akan berdetak. Penyakit detak waktuku sudah mencapai batasnya. Aku minta maaf apabila aku ada salah. Setelah audisi selesai tolong biarkan aku sendiri. Aku tidak akan pernah melupakan kalian,”.

Aku terkejut setengah mati setelah membaca SMS Andika. Aku tidak menyangka ternyata Andika mempunyai penyakit yang sama denganku. Air mataku mengucur deras saat mengetahui Andika akan mati hari ini.

“Maaf, Sa. Kami tidak bermaksud berbohong padamu. Andika melarang kami memberitahu keadaannya padamu. Ia bilang akan memberitahukannya sendiri kepadamu” ujar Adam.

“Dimana Andika sekarang?” tanyaku dengan penuh emosi.

“Kurasa dia ada di atap gedung sekarang” jawab Sandi. Aku berlari menuju tangga. Aku terus berlari menaiki tangga tanpa memperdulikan teriakan Sandi dan Joni yang mengejar dan memanggilku dari belakang. Ketika aku membuka pintu atap kulihat Andika sudah tergolek lemah duduk bersandar di pagar pembatas atap. Aku berlari menuju Andika dan memperlihatkan layar ponsel Joni. Aku berharap ia bisa menjelaskan padaku maksud dari isi pesan itu. Kucabut alat pengukur kesehatan jantung di dadaku dan kutempelkan kearah dadanya. Aku taku kuasa menahan tangis keika melihat angka yang tertera di alat pengukur tinggal 10 menit lagi.

“10 menit lagi? Andika sungguh kau membuatku marah. Mengapa kau tidak memberitahuku kalau kau mempunyai penyakit yang sama!!” tangisku. Perlahan ia mengusap air mata di pipiku dan berusaha menenangkanku.

“Maafkan aku. Aku tidak ingin membuatmu bersedih. Aku tahu apa yang kau rasakan selama ini. Oleh karena itu aku ingin memberikan waktuku untuk sebuah kebahagiaan yang mungkin belum pernah kau rasakan,”. Tangisku semakin menjadi setelah aku mengetahui alasannya. Ternyata selama ini ia memberikan sisa waktunya agar aku dapat menikmati kehidupan ini sampai akhir. Aku melihat senyum tulus dari wajahnya.

“Aku mohon bertahanlah. Kau sudah membuatku merasakan indahnya jatuh cinta. Aku mencintaimu, dik. Aku sayang kamu. Kaulah yang membuat diriku menjadi lebih hidup,” ujarku sambil menangis memeluk erat Andika. Kurasakan detak jantungnya semakin lemah. Suhu badannya terasa hangat sekali.

“Maaf aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Tetaplah menjadi Raisa yang kukenal. Raisa yang periang, semangat dan baik kepada orang lain. Manfaatkan waktumu yang tersisa sebaik mungkin. Aku selalu mencintaimu,” bisiknya di telingaku. Aku merasakan tubuhnya tiba tiba melemah. Kuperiksa nadinya sudah tidak berdenyut lagi. aku memanggil namanya ia tidak menjawab. Aku mengguncangkan tubuhnya ia tidak merespon.

“Oh.. tidak Andika. Aku mohon sadarlah. Jangan tinggalkan aku sendiri. Andika ayo bangun. Ayo kita main ke taman bermain lagi. Andika bangun” ujarku terisak. Sandi dan Adam berusaha menenangkanku. Joni yang sedang memeriksa Andika hanya bisa menangis mengetahui sahabatnya telah meninggal dunia. Tidak lama kemudian beberapa orang datang setelah mendengar kegaduhan di atap gedung.
 
5. Surat cinta untuk raisa
Perlahan air mataku mulai turun membasahi pipiku. Ketika aku mengingat kenangan itu aku selalu menangis. Aku meyesali betapa bodohnya aku saat itu. Seharusnya aku langsung menerima cinta Andika ketika ia menyatakan perasaannya padaku. Mengapa aku malah memintanya menunggu dan menggantungkan perasaannya ? Aku menyesal telah membohongi perasaanku. Aku kembali melihat dan membaca surat yang diberikan Andika kepadaku. Membaca surat dari Andika membuatku mengingat kenangan saat aku terpuruk dan bangkit dari keterpurukan akibat kehilangan orang yang sangat kusayangi. Sebuah perjalanan panjang yang membawaku sampai ke puncak karirku.
***
“Sa, mau sampai kapan kamu mengurung diri di dalam kamar? Kamu tidak ingin melayat ke rumah Andika? Bukankah ia akan dimakamkan hari ini? Sandi sudah menunggumu di depan rumah loh,” ibuku mengetuk pintu kamar dan berusaha membujukku agar mau keluar dari kamar. Sejak mengetahui Andika meninggal air mataku tidak berhenti mengalir. Aku sangat menyesali keputusanku menggantungkan cinta Andika dan baru membalasnya disaat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tidak kuat melihat saat terakhir Andika sebelum dikebumikan. Jika aku melihatnya rasa bersalah akan semakin membayangiku. Sejujurnya aku belum rela Andika meninggalkanku selamanya secepat ini. Aku belum bisa menerima kenyataan ini. Jika aku melihatnya sekarang hanya akan menambah rasa sakit yang kurasakan.

“Maaf, bu. Sepertinya aku tidak ikut melayat. Aku sedang malas keluar kamar,” jawabku.

“Oh.. ya sudah kalau kamu tidak mau ikut. Tapi ibu mau kamu keluar dari kamar sekarang. Ibu sudah menyiapkan sarapan nasi goreng kesukaanmu. Kamu dari semalam belum makan bukan? Ayo kamu harus makan,” perintah ibuku.

“Iya, bu nanti Raisa makan 'kok” gumamku.

“Ibu ingin kamu makan sekarang bukan nanti. Kamu boleh bersedih, tapi kamu juga harus memikirkan kesehatanmu, Sa. Ayo cepat keluar dan sarapan bersama ibu!!” teriak ibuku. Perlahan aku membuka pintu kamarku. Ibuku menatap kedua mataku yang sembab karena menangis semalaman. Terlihat sekali dari raut wajahnya ibuku sangat mengkhawatirkanku. Ia memelukku dengan erat.

“Nak...ibu tahu kamu pasti sangat terpukul dengan kepergian Andika. Merelakan orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita memang sangat berat. Tetapi ibu yakin kamu pasti bisa melakukannya karena kamu adalah anak ibu yang paling kuat” nasihat ibuku. Aku hanya bisa menangis mendengar nasihat dari ibuku. Ketika aku memakan nasi goreng buatan ibuku aku teringat tentang kenangan saat aku pertama kali kencan dengan Andika. Andai saja waktu itu aku lebih peka dengan keadaan Andika semuanya tidak akan jadi begini. Aku memang pernah melihat Andika kesakitan sambil memegang dadanya ketika ia izin ke toilet saat kita makan siang di taman bermain. Ketika aku bertanya ia hanya menjawab penyakit asmanya kambuh dan akan pulih setelah minum obat. Andai saja waktu itu aku lebih peka dan menyadari penyakitnya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Menurutku rasa yang paling meyakitkan dalam percintaan adalah ketika kita harus merelakan orang yang kita cintai pergi dari kehidupan kita. Rasa kehilangan itu tidak akan bisa hilang sekalipun kita sudah mengikhlaskannya. Sungguh sebuah kenyataan hidup yang menyedihkan.

“Bu, boleh tidak aku izin tidak masuk sekolah beberapa hari? Aku butuh waktu untuk menenangkan pikiranku” pintaku sambil menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutku.

“Boleh saja, nak. Tapi jangan terlalu larut dalam kesedihan ya. Tidak baik untuk kesehatan jantungmu. Kamu juga harus tampil di babak penyisihan minggu depan bukan?” tanya ibuku.

“Entahlah, bu. Aku tidak tahu masih bisa tampil atau tidak. Saat ini aku hanya ingin menenangkan pikiranku dulu” jawabku tertunduk. Ibu tersenyum melihat kegalauan yang sedang melanda anak kesayangannya.

“Terserah apa yang ingin kamu lakukan. Tapi jangan pernah mengkhianati kepercayaan yang sudah temanmu berikan kepadamu” nasihat ibuku. Aku hanya tertunduk mendengar nasihat ibuku.
Sudah 3 hari aku tidak masuk sekolah. Hp milikku penuh dengan notif, SMS, dan panggilan tidak terjawab dari teman-temanku di sekolah dan anggota band Afterlife. Mereka semua sepertinya mencemaskanku, tetapi aku tidak sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun saat ini. Hati ini masih belum pulih dari rasa sakit kemarin. Aku lebih sering mengurung diriku didalam kamar merenungi dan mencoba menenangkan pikiran ini.
“Sa, teman-temanmu datang. Katanya mereka ingin menjengukmu,” Ibu mengetuk pintu kamarku.
“Siapa bu? Bilang saja aku sudah tidur. Aku sedang malas bertemu mereka,” ujarku.

“Adam, Joni dan Sandi, Sa. Mereka bilang tidak mau pulang sebelum bertemu kamu. Ayo nak keluar dan temui mereka. Kasihan mereka jauh-jauh datang kemari,” ujar ibuku sambil kembali mengetuk pintu kamarku. Aku hanya terdiam mendengar anjuran ibuku. Aku belum siap bertemu dan memaafkan mereka saat ini. Mereka sudah menyembunyikan rahasia besar yang membuatku sakit hati. Beberapa saat kemudian aku kembali mendengar suara pintu kamarku diketuk.

“Sa, ini aku Adam,”. Aku terkejut mendengar suara Adam. Ternyata ibu mengizinkan mereka untuk naik ke kamarku di lantai 2.

“Mau apa kau kemari. Bukankah sudah cukup kalian menyakiti hatiku dengan menyembunyikan sebuah rahasia besar dariku. Sebaiknya kalian pulang saja. aku mengundurkan diri dari Afterlife!!” teriakku mengusir mereka.

“Sa, aku mohon dengarkan penjelasan kami dulu. Kami tahu perbuatan kami memang tidak bisa dimaafkan. Tapi..,” ujar Joni berusaha menjelaskan sesuatu padaku.

“Cukup...tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah jelas. Aku sudah muak dengan sandiwara kalian. Sahabat macam apa yang membiarkan sahabatnya “bunuh diri”. Pergi kalian dari sini!!” geramku. Perlahan air mataku mulai menetes membasahi pipiku.

“Sa, kita tidak bisa berbicara jika kau menutup pintunya. Aku mohon beri kami kesempatan untuk menjelaskan semuanya,” Sandi memohon padaku. Aku tidak peduli apa yang mereka katakan. Mereka terus mengetok dan membuka pintu kamar yang sudah aku kunci.

“Sa, kalau kamu tidak mau keluar aku akan mendobrak pintu kamar ini. Kami harus meluruskan kesalahpahaman ini. Jika tidak Andika tidak akan tenang disana !!” teriak Joni. Aku masih menutup diriku dengan selimut berusaha meredam suara teriakan mereka dari luar kamar. Tiba-tiba aku mendengar suara yang mengejutkanku.

“Braak....”. Ternyata mereka benar-benar mendobrak pintu kamarku.
“Aku mohon dengarkan penjelasan kami,” ujar Adam sambil menarik selimutku.

“Apalagi yang ingin kalian jelaskan? Karena kalian secara tidak sadar aku membuat Andika lebih dekat dengan ajalnya” ujarku terisak.

“Kamu baca ini. Ini adalah surat yang ditulis Andika sebelum meninggal,” Sandi menyerahkan surat yang terlipat itu kepadaku. Aku membuka dan mulai membaca surat itu.
Untuk Raisa
“ Sebelumnya aku minta maaf telah menyembunyikan penyakit yang aku derita. Aku berpikir jika aku memberitahukannya kepadamu, kamu akan menolak ajakanku untuk pergi ke taman bermain dan pergi menjauhiku. Aku juga tidak ingin membuatmu khawatir dengan kondisi kesehatanku. Ketika kamu membaca surat ini mungkin aku sudah tidak ada di dunia. Aku tahu kamu pasti merasa bersalah telah membuat jantungku berhenti lebih cepat dari perkiraan dokter. Aku ingin kamu tahu bahwa aku melakukan semua ini dengan ikhlas. Aku tahu bagaimana kesulitan hidupmu sebelum bertemu denganku. Aku tidak ingin seseorang mengalami kesepian yang pernah kualami. Jadi, jangan pernah menyalahkan dirimu atas kejadian ini. Aku sudah tertarik denganmu sejak pertama kali kamu masuk sekolah. Kulihat kamu sangat kesepian di dalam kelas. Meskipun suasana kelas sangat ramai kamu hanya terdiam sambil membaca buku novel atau pelajaran. Saat aku melihatmu pingsan aku sangat panik. Ketika aku mendengar cerita dan semua keluhanmu, aku berpikir ingin menyelamatkanmu dari kesepian yang mungkin bisa membunuhmu. Sa, aku sangat mencintaimu. Meskipun aku tidak tahu apa isi hati dan apa yang kau pikirkan tentangku, aku tetap mencintaimu. Meskipun kamu tidak memberikan jawaban atas 2 pertanyaan yang sudah kuajukan malam itu, aku akan terus mencintaimu. Meskipun kamu tidak membalas cintaku sampai detak jantung terakhirku, aku selalu mencintaimu. Aku berharap tidak akan pernah melupakan perasaan ini sampai di surga nanti. Sa, bisakah aku meminta sesuatu kepadamu?. Kalau boleh aku ingin kamu menggantikanku membantu kakakku mengajar anak jalanan. Aku ingin mereka mendapatkan pendidikan yang selayaknya mereka dapatkan. Aku juga ingin kamu bertahan di Afterlife. Kamu akan berada di puncak karir jika bersama mereka. Tolong jangan marah kepada Joni, Adam dan Sandi karena menyembunyikan penyakitku darimu. Aku yang menyuruh mereka berbohong padamu. Seharusnya kamu melampiaskan kemarahanmu kepadaku bukan mereka. Mereka adalah orang baik yang setia menemaniku sampai saat terakhir. Kalian harus tetap bersama sampai akhir. Sampai kalian bertemu denganku disini bersama dalam keabadian. Maaf jika aku banyak kesalahan kepadamu dan sahabatku di Afterlife.
Orang yang selalu mencintaimu

Andika Setiawan.”
 
6. Move on
Air mataku tidak berhenti menetes ketika membaca surat dari Andika. Di tengah perjuangannya menahan sakitnya sakaratul maut ia masih sempat menuliskan surat untukku. Ia masih memikirkan orang lain walaupun dirinya dalam kondisi kritis.

“Sa, aku tahu kamu sangat terpukul dengan kepergian Andika. Tapi kami mohon tolong penuhi semua permintaan terakhir dari Andika. Aku takut ia tidak akan pergi dengan tenang jika kita tidak mengabulkannya” pinta Joni.

“Waktu kita berlatih untuk babak penyisihan tinggal 3 hari lagi. Kamu harus bisa bangkit, Sa. Demi Andika!!”.
Aku tahu ini adalah tulisan tangan dari Andika. Tulisannya yang miring tidak karuan seakan menceritakan perjuangannya ketika menulis surat ini. Air mataku tidak berhenti menetes setelah membaca surat ini.

“Sa, aku tahu kita sangat terpukul dengan kepergian Andika, tapi kita harus bisa bangkit. Jika tidak permintaan terakhir Andika tidak akan pernah terkabul” ujar Adam sambil berusaha menenangkanku. Aku menyeka air mataku dan menatap mereka bertiga.

“Aku minta maaf ya. Aku sudah salah paham dengan kalian”.

“Ah...aku lega akhirnya kamu mengerti juga. Tidak apa-apa kok, aku mengerti perasaanmu” Sandi tersenyum kepadaku.

“Baiklah...ayo kita wujudkan keinginan terakhir Andika!!!” Joni berteriak sambil mengepalkan tangannya.

“Tapi kita tampil 4 hari lagi dan belum berlatih sama sekali. Apakah kita bisa?” tanya Adam.

“Tenang saja. Kita pasti bisa berhasil jika bersama. Lagipula suara Raisa adalah yang terbaik diantara vokalis band yang lain. Kita pasti menang!!” ujar Sandi semangat. Akhirnya kami kembali bersatu untuk mewujudkan permintaan Andika, membuat Afterlife menjadi band nomor 1 di Indonesia. Kami memanfaatkan 3 hari waktu yang tersisa untuk terus berlatih. Bahkan kak Reno mempersilahkan kami untuk tampil beberapa kali di depan pengunjung agar nanti kami tidak demam panggung. Setelah berlatih keras dan menentukan lagu yang akan kami bawakan akhirnya hari yang kami nantikan tiba.

“Ingat, kita harus semangat, fokus, dan tetap tenang. Kita pasti bisa mengabulkan permintaan Andika” ujar Sandi saat kita briefing sebelum tampil.

“Baiklah, sekarang kita saksikan penampilan dari Afterlife yang akan membawakan lagu milik Sherina yang berjudul Cinta pertama dan terakhir” ujar sang pembawa acara. Kami naik keatas panggung dan bersiap menuju posisi masing-masing. Kali ini aku akan mencoba menjadi vokalis dan keyboardis. Kak Reno sudah melatihku not dasar dari lagu yang akan kami bawakan. Kami pasti bisa mewujudkan permintaan Andika. Lampu panggung mulai padam dan menyorotku ketika aku mulai menekan tuts keyboard dan memainkan melodi. Lagu ini kupersembahkan kepada Andika. Kuharap ia bisa mendengarkanku menyanyikan lagu yang menceritakan perasaanku kepadanya selama ini.

“Sebelumnya tak ada yang mampu mengajakku untuk bertahan dikala sedih
Sebelumnya kuikat hatiku hanya untuk aku seorang
Sekarang kau disini hilang rasanya semua bimbang, tangis kesepian
Kau buat aku bertanya, kau buat aku mencari tentang rasa ini aku tak mengerti
Akankah sama jadinya bila bukan kamu, lalu senyummu menyadarkanku
Kau cinta pertama dan terakhirku”.
Aku teringat saat-saat aku belum bertemu dengan Andika. Di saat aku menangis sendiri karena penyakitku yang merenggut kebebasanku. Aku kembali mengambil nafas panjang untuk menyanyikan bait berikutnya.

“Sebelumnya tak mudah bagiku tertawa sendiri di kehidupan yang kelam ini
Sebelumnya rasanya tak perlu membagi kisahku tak ada yang mengerti
disini hilang rasanya semua bimbang, tangis kesepian
Kau buat aku bertanya, kau buat aku mencari tentang rasa ini aku tak mengerti
Akankah sama jadinya bila bukan kamu, lalu senyummu menyadarkanku
Kau cinta pertama dan terakhirku
Bila suatu saat kau harus pergi jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik
Karena senyummu mengajarkanku. Kaulah cinta pertama dan terakhirku”.
Kembali kuteringat saat terakhir aku bersama Andika. Diatas atap sebuah gedung besar yang dipakai untuk audisi aku berjanji akan selalu mencintainya. Sungguh sangat berat melepas seseorang yang telah membuatku menjadi lebih baik.

“Kau buat aku bertanya, kau buat aku mencari tentang rasa ini aku tak mengerti
Akankah sama jadinya bila bukan kamu, lalu senyummu menyadarkanku
Kau cinta pertama dan terakhirku”.

Alunan nada keyboard yang kumainkan mengakhiri penampilan kami. ketika aku selesai menyanyikan lagu, air mataku keluar tidak bisa kubendung. Aku melihat 3 dari 5 juri melakukan standing aplause atas penampilan kami. Aku mendengar seluruh penonton bersorak meneriakkan nama band kami. Tiba-tiba aku melihat sesosok bayangan putih berdiri di pojok bangku penonton tersenyum dan memberikan tepuk tangannya kepada kami. Aku perhatikan wajahnya sangat mirip dengan Andika. Apakah dia datang untuk melihat penampilan kami?. Saat aku berusaha memperjelas pandanganku perlahan bayangan putih itu menghilang seiring dihidupkannya kembali lampu panggung dan penonton.
Tamat ...
 
:galau: ini mata kenapa berlinang ya....... :galau: lagi asik :baca:

Siapasih yg kupas bawang?????

:mantap: :mantap:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd