Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1+11

sekkusudokutaa

Semprot Baru
Daftar
12 Feb 2016
Post
26
Like diterima
36
Lokasi
Indonesia
Bimabet
Gak pake lama, to the point aja, cuman mau liatin karya pemula sendiri aja. Karya original. Mohon maaf apabila ada kesalahan.
 
Terakhir diubah:
Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama dan kejadian hanyalah suatu kebetulan dan sama sekali tidak ada unsur kesengajaan.
Satu Tambah Satu Tidak Sama Dengan Satu (1+1≠1)
1 minggu sudah aku ditinggal pergi oleh pacarku ke Solo karena dia ingin mengunjungi kakaknya yang merantau untuk kuliah di sana. Aku sudah berpacaran dengan pacarku itu selama 4 bulan lamanya. Kami sudah banyak melakukan hal nakal sebagaimana lazimnya orang-orang berpacaran. Dan sekarang pacarku telah pulang kembali ke Bandung dan untuk melepas rasa rindu, aku, pacarku, dua teman lainku yaitu Koh dan Tia akan bermain bersama di rumah Koh karena rumah Koh rumah yang terbesar di antara kami bertiga untuk melakukan ‘pesta kecil. Seperti biasa, kami langsung pergi menuju kamar Koh yang berada di lantai dua rumahnya. Saat di perjalanan menuju kamar Koh aku menyadari bahwa rumah terlihar sepi, dan saat ku tanyakan pada Koh, orang rumah sedang pergi semua ke Jakarta terkecuali Koh karena harus sekolah. Sesampainya di kamar Koh, Koh langsung mengajak Tia untuk memasak karena kami langsung pergi ke rumah Koh dari sekolah yang jaraknya emang tak terlalu jauh. Dan Koh memang memiliki rasa terhadap Tia, jadi mungkin ini bisa disebut dengan ‘double date’. Sesaat Koh dan Tia pergi ke lantai satu untuk memasak, aku meminta pacarku untuk mulai mengulum kontolku. Dan pacarku mengiyakan.
“Boleh bener say?” Tanyaku dengan gugup.
“Boleh, boleh...” Jawab Alin
Setelah mengkonfirmasi, tergesa-gesa aku membuka risleting celana seragam sekolahku serta celana dalamku. Nampaklah kontol panjang yang mengacung di hadapan muka Alin, pacarku.
“Cepet say, sebelum Koh sama Tia beres masaknya.” Suruhku.
Alin pun dengan cepatnya melahap ujung batang kontolku hingga mumbuat kontolku tak terlihat lagi ditelan mulut Alin.
“Mmmph... Mmmph...” Desah Alin.
“Ah, iya say. Terus Lin. Yang dalem. Enak Lin. Terus... Ahh...” Erangku.
Dengan kecepatan yang lumayan cepat, Alin menyepong kontolku yang sangat tegang.
“Lin buka baju dong. Mau dong remes toket kamu.” Pintaku.
Alin pun langsung membuka kancing baju seragamnya dan menyingkapkan bhnya membuat toket gede Alin menyembul lucu dihiasi dengan pentil berwarna cokelat muda membuatku semakin horni. Aku pun meremas toket Alin yang besar itu dengan sangat liar, membuat Alin kejang-kejang sembari tetap menyepong kontolku. Ku mainkan pentilnya, kupelintir pentil imutnya. Alin pun mengejang sangat liar setelah apa yang ku perbuat kepada pentilnya. Terlihat tangan kirinya menyambangi rok sekolahnya dan menyingkapkannya, Alin mencoba masturbasi menggunakan tangan kirinya.
“Mmph... Ahmph...” Desah Alin.
Desahan yang Alin keluarkan membuatku semakin konak. Aku sudah tak sabar ingin keluar. Aku pun memegangi kepalanya yang terbalut jilbab itu dan menaik-turunkan kepala Alin dengan lumayan cepat. Aku melihat Alin sedikit kewalahan dan membuat masturbasinya terhenti. Aku semakin cepat menggerakan kepala Alin sesaat aku telah mendengar Koh dan Tia akan segera menuju kamar.
“Umph... Umph...” Desah Alin.
“A... Aku... Keluar dalem ya Lin... Akh... Argh...” Erangku.
Aku pun mencapai klimaks. Peju pun meyemprot dari kepala kontolku dan membanjiri mulut Alin. Karena Koh dan Tia terdengar telah berada di depan pintu aku meyuruh Alin menelan peju yang telah ku keluarkan di dalam mulutnya Alin. Dengan agak enggan Alin pun menelannya sampai habis membuatnya agak mual. Aku pun tergesa-gesa merapikan celana dan baju seragamku, begitu pula Alin.
“Oooii... Makanannya udah jadi nih.” Teriak Tia.
“O, okee..” Sahut Alin sambil menahan mualnya.
“Kami turun kebawah ya!” Seruku.
Alin pun turun kebawah duluan sambil tetap mencoba merapikan pakaiannya. Sesaat aku akan turun dari ranjang, aku melihat kain putih yang agak aneh bentuknya. Saat kupandangi dari dekat, kain putih itu terlihat basah. Dan saat kuambil ternyata kain itu adalah celana dalam Alin. Dengan tergesa aku mengambilnya dan mengantonginya kedalam kantong celana seragam sekolahku. Aku pun lalu turun kebagian bawah kamar Koh.
Kami berempat pun lalu menyantap makanan dan aku melihat Alin duduk dengan kurang nyaman sambil selalu menutup mulut dan hidungnya. Mungkin Alin masih merasa mual. Aku pun mendekati Alin dan berbisik sangat pelan ditelinganya.
“Masih mual Lin?” Tanyaku.
Alin pun mengangguk samar sambil tetap menutup mulut dan hidungnya dengan tangan kanannya.
“Kamu, gak pake cd ya?” Tanyaku lagi.
Dan Alin juga mengangguk dan aku memberi tahu Alin bahwa celana dalamnya berada dalam peganganku. Dan Alin terlihat sedikit tenang atas fakta itu. Aku pun menyuruh Alin untuk pergi ke kamar mandi, dan aku berpura-pura ingin mengambil minum.
“Eh... Aku mau ambil minum dulu ya!” Seruku.
Aku pun pergi keluar dan turun ke lantai satu rumah Koh. Tak lama Alin pun datang menghampiri dan aku menyerahkan cdnya. Aku pun menunggu Alin keluar dari kamar mandi dan terdengar Alin sedang berkumur. Sepertinya dia ingin menghilangkan rasa tidak sedap dari peju yang ku keluarkan tadi di mulutnya. Sesaat setelah terdengar Alin membuang air kumurnya Alin keluar dari kamar mandi.
“Udah agak enakan Lin mulutnya? Maaf tadi ya, soalnya mereka udah mau nyampe. Jadi aku kepepet ngelakuin itu, tanggung sih udah mau keluar. Maaf ya Lin.” Terangku.
“Kamu sih mau gituan lagi maen di rumah Koh!” Seru Alin terdengar sedikit marah.
“Maaf, maaf. Soalnya...” Penjelasanku dipotong oleh Alin.
“Soalnya udah kangen ama mulutku ya? Orang ditinggal 1 minggu ke Solo sama pacarnya. Haha!” Ledek Alin.
“Kamu sih cuman kangen mulutnya, nggak sama orangnya.” Keluh Alin dengan ekspresi cemberut.
“Ih... Nggak, aku kangen orangnya kok. Kamu mah.” Belaku.
Seketika Alin langsung melumat mulutku dan kami melakukan deep kiss lumayan lama.
“Rasain tuh, rasa sperma kamu sendiri. Hihi. Makanya jangan mulut aku aja yang kamu pikirin.” Ledek Alin.
Aku pun hanya terdiam mendengar hal itu darinya dan mencubit pipi tembemnya itu lumayan keras.
“Ih. Kamu... Sakit tau.” Keluh Alin.
“Makanya jangan anggep aku cuman mau mulut sama dada kamu aja. Aku emang sayang sama kamu, aku kangen sama orangnya.” Gerutuku.
“Iya deh iya. Aku kasih hadiah lagi deh.” Goda Alin.
Alin pun langsung melumat lagi bibirku dan lagi-lagi tanpa peringatan. Alin dan aku melakukan deep kiss dan lalu setelah selesai aku pun kembali ke kamar Koh duluan dan disusul oleh Alin setelahnya. Kami berempat pun menyelesaikan makanan kami dan membersihkan bekas makan kami oleh aku dan Alin berdua dilantai satu.
“Di.” Alin memanggil namaku.
“Apa Lin?” Sahutku.
“Tahu gak?” Tanya Alin.
“Tahu apa?” Tanyaku balik.
“Cd tadi gak aku pake loh.” Pernyataan Alin yang membuatku terkejut.
“EH?! Kenapa?” Tanyaku.
“Nggak. Gak kenapa-napa. Mungkin bisa buat kamu tegang terus saat tau aku gak pake cd. Hihi.” Ejek Alin.
“Kamu! Gimana kalo ketauan?” Tanyaku sedikit marah.
“Gak papa kali. Kan roknya panjang. Nanti kita ke sekolah dulu yuk, ketempat biasa kita mesum-mesuman. Aku tadi kan belum puas.” Ajak Alin.
“Bo-boleh...” Jawabku agak canggung.
“Kenapa jawabnya agak ditahan? Kenapa? Gak mau. Ya udah kalo gak mau mah.” Alin marah.
“Eh? Nggak kok. Aku mau. Mau banget malah. Tapi yang aku heranin. Biasanya kamu gak ngajak duluan. Kamu biasanya yang ngajak duluan itu cuman kalo lagi pengen pelukan doang.” Jelasku.
“Hoo... Gitu ya. Pokoknya aku belum puas!” Gerutu Alin sambil memalingkan wajahnya.
Aku pun hanya terheran-heran sambil terus mengelap kering alat makan yang telah Alin cuci.
Aku, Alin, dan Tia pun pamit pulang kepada Koh dan Koh pun mengantar kami bertiga ke gerbang depan.
Dipertengahan jalan Alin mengatakan ada suatu barang yang tertinggal di sekolah dan menyuruh Tia pulang duluan. Tetapi Tia malah menawarkan diri untuk ikut dan membantu mencari barang Alin yang tertinggal. Tetapi lagi, Alin meyakinkan Tia untuk pulang duluan. Setelahnya Tia mengiyakan dan pulang duluan. Alin pun langsung menarik tanganku dan menggemgamnya. Kami pun berjalan ke sekolah yang tidak begitu jauh dari rumah Koh. Sekitar 6 menit kami sampai di depan gerbang sekolah. Sesampainya di depan gerbang sekolah, kami langsung terburu-buru ke tempat yang Alin sudah katakan di rumah Koh tadi, yaitu gudang lama sekolah kami bersekolah. Tempat itu selalu rutin kami pakai untuk setidaknya ciuman dan melakukan hal mesum lainnya. Sejauh ini kami sampai melakukan oral seks saja, dengan gaya 69. Kami pun sudah sampai dan masuk lewat jendela yang tak memiliki kaca dan hanya tertutup balok yang dapat kami pindahkan secara mudah. Kami pun tergesa-gesa masuk dan menyimpan kembali balok yang menutup jendela tak berkaca itu. Alin pun dengan agresif langsung melakukan aksi mesumnya yang entah mengapa dia tiba-tiba menjadi agresif. Dia langsung membuat ku terbaring di lantai yang sebelumnya di alasi kardus dan memang biasa kami pakai untuk beraksi. Setelah membuat diriku nyaman berbaring, Alin langsung menindih badanku dan langsung melakukan deep kiss.
“Mmmnh... Clep, clep.” Desah dan suara beradunya bibir basah Alin dan aku.
Aku pun mulai menikmati permainan Alin dan langsung menggapai dua bongkah toket Alin yang ranum itu. Dan betapa terkejutnya aku, bahwa Alin tak mengenakan bh di balik seragamnya itu. Seketika itu memberi aku stimulan napsu yang sangat drastis. Kontolku langsung menegang sangat keras sekali, dan membuat ciumanku lebih bernapsu membuat Alin kewalahan dan malah diriku yang memimpin permainan ini. Aku langsung bangun sambil tetap tak melepaskan ciuman membaraku dan membaringkan Alin. Sekarang, aku yang berada di atas. Sambil terus mencium, kedua tanganku meremas toket Alin dengan ganas membuat Alin menggelinjang karena aku juga memainkan pentilnya. Remasan tangan kiriku kulepas dan langsung menyambangi selangkangan Alin yang tak ber-cd dan langsung mengoyak memeknya. Dengan semua itu Alin langsung mengejang hebat dan aku merasakan tangan kiriku yang bermain dimemeknya telah basah banjir, itu pertanda bahwa Alin telah orgasme. Aku pun melepaskan semua permainanku dan membiarkan Alin mengambil napas dengan tenang. Kulihat gadis berjilbab chubby yang tergeletak tak berdaya di atas lantai berkardus mengambil napas terengah-engah. Seakan aku Seperti memperkosanya. Aku pun tertawa kecil.
“Hah... haa... Kamu, kenapa ketawa.” Tanya Alin sambil mengambil napas.
“Nggak, cuman. Waktu ngeliat kamu kayak yang pasrah gini, aku ngerasa kayak memperkosa kamu Lin. Haha...” Tawa ku.
“Aku emang diperkosakan? Hihi...” Ledek Alin.
“Apa?! Jaga ya tuh omongan, nanti aku perkosa beneran loh. Aku tusuk kamu pake penisku. Haha.” Balas ku.
“Umm... Boleh. Sok aja.” Dengan wajah datar Alin mengatakan membolehkanku untuk menyetubuhinya.
Padahal, biasanya pas aku ajak untuk masukin di memek dia gak mau, dengan alasan perawannya ingin diambil pas nikah aja, dan menyuruhku untuk sabar. Tetapi kenapa sekarang begini? Lalu aku menghadapkan kontolku di hadapan memek Alin untuk mengetesnya.
“Hoho... Bener nih? Bener ya. Liat penisku ada di depan vagina kamu loh.” Ledek ku.
“Ya. Sok aja masukin.” Dengan masih memburu napasnya dia menjawab dengan wajah datar pula.
Aku pun berpikir mungkin ini saatnya aku mengambil langkah selanjutnya untuk kehidupan seks ku.
“Aku masukin ya!” Seruku.
“Iya.” Dengan nada centil dia menjawab sambil mengangguk.
Dengan masih terheran aku memasukkan kontolku yang sedari tadi tegang ke dalam memeknya Alin karena dia membolehkannya.
“Ahhhh.....” Desah panjang Alin.
“Arrghh... Akh...” Desahku.
Nikmat. Sungguh nikmat tiada tara. Rasa memek Alin yang hangat ke kulit kontolku dan memeknya yang sempit meremas kontolku yang tegang sekali. Membuat ku tak memiliki tenaga dan langsung ambruk diatas tubuh Alin. Sambil mengambil napas dengan cepat aku pun lalu bangun dari tubuh Alin dan melihat wajah Alin yang tersenyum merah merona dan menitihkan sedikit air mata di ujung matanya.
“Kamu... Ah... Gak papa Lin?” Tanyaku sambil merasakan hangatnya memek Alin di kontolku.
“Um... Gak papa kok. Cuman, pelan-pelan ya Di geraknya.” Jawab dan pinta Alin.
Aku pun mengangguk tanda setuju dan menggeraknya pinggulku untuk melakukan gesekan di memeknya oleh kontolku. Seiring aku bergerak, keringat bercucuran dari tubuh kami berdua dan desah merdu Alin dan aku menemani ritual bersetubuh kami. Aku pun terus menggerakkan pinggulku dan Alin pun mengikuti irama gerakanku. Dengan desahan demi desahan aku terus melakukan penetrasi. Alin pun terlihat memejamkan matanya sambil terus mendesah dan memanggil namaku dengan lembut. Aku pun menciumnya ditengah desahannya itu. Waktu terus berlalu, seks ini semakin membara dan aku sudah hampir merasakan klimaks. Aku pun sedikit mempercepat gerakan dan membuat Alin agak kaget. Tetapi Alin tetap mengikuti irama pinggulku. Aku pun merasa pejuku berada di kepala kontolku dan aku pun melepaskan ciumanku dan mulai memanggil nama Alin sambil mengerang, dan Alin pun begitu.
“Ah... Ugh... Lin... Lin.... Alin... Aku mau keluar sebentar lagi.” Desahku.
“Ah... Ah... Ah... Ah.. Di... Ah... Keluarin semuanya Di! Ah! AH! AH!” Desah Alin.
Karena peju semakin dekat, aku mempercepat lagi gerakanku dan akhirnya.
“ARGH! ALINAA!” Erangku.
“HADIIIIIIIIIII!” Erang Alin.
Kami pun orgasme bersama dan tubuhku ambruk di atas tubuh Alin yang terbalut seragam sekolah yang basah oleh keringat lengkap dengan roknya. Aku pun mengangkat wajahku dan menatap wajah imut pacarku Alin. Aku pun menciumnya mesra dan langsung bangun dan merapikan semuanya. Saat aku akan mengelap peju ku yang berada di dalam memeknya Alin saat itu juga aku mendengar suara rumput yang bergesekan dengan sesuatu.
“Siapa itu?!” Teriakku.
Dan aku langsung melihat keluar jendela dan tak menemukan siapa-siapa melainkan seekor kucing berwarna hitam legam.
“Meow...” Kucing itu mengeong lalu pergi.
“Ada apa Di?” Alin bertanya dengan khawatir sambil melihat kearahku.
“Gak, gak ada apa-apa. Aku kira ada orang, ternyata cuman kucing.” Jawabku.
Lalu aku pun kembali ke samping Alin membantu dia merapikan pakaian dan membersihkan sisa ritual seks kami.
“Kamu emang masih perawan ya? Hehe.” Ledekku.
“Ih kamu, ya iya lah. Buktinya tuh berdarah kan?” Jelas Alin.
Setelah semuanya beres kami pun pulang.
Pada malam hari, aku berbaring di kamarku sambil sms-an dengan Alin membicarakan seks tadi. Aku menanyakan kepada Alin kenapa hari ini begitu agresif dan dia juga menjawab heran dan hanya bilang tubuhnya merasa panas pas liat diriku dan malah masih ingin melakukannya lagi. Lalu kami pun terus sms-an tentang seks tadi, dan mengatakan bahwa itu nikmat sekali. Aku pun mengajaknya untuk melakukannya lagi besok di gudang itu dan Alin mengiyakan walaupun mungkin aku rasa dia malu. Karena dia bukan tipe yang agresif jika berhubungan dengan seks. Hari ini saja keagresifan dia tak dapat dijelaskan.
...
Esok yang kunantikan pun datang. Dan waktu sekolah yang kunantikan datang. Dan juga waktu untuk ngeseks dengan pacar ku Alin yang sangat aku tunggu telah datang. Setelah suara bel tanda waktu sekolah berakhir, aku langsung pergi menemui Alin di kelasnya. Saat tiba aku melihat dia tidak sendirian. Di ruang kelas Alin ada 3 orang termasuk Alin pacarku. Yaitu Tia teman yang sangat dekat dengan Alin dan satu lagi bapak-bapak penjual minuman dingin yang berjualan di kantin sekolah. Terlihat bapak penjual minuman itu mengantarkan minuman pesanan Alin dan Tia dan langsung pergi. Aku yang berdiri di depan pintu kelas Alin pun terlewati oleh bapak penjual minuman. Sekilas tapi jelas, bapak penjual minuman itu melirik kepadaku sambil tersenyum sinis dingin. Hal itu membuatku terdiam beku dan langsung menoleh kepada bapak penjual minuman yang telah pergi hanya menunjukkan punggungnya. Aku pun terdiam sampai suara Alin yang memanggil namaku membuatku kembali tersadar dan pergi menghampirinya.
“Kenapa Di?” Tanya Alin.
“Kenapa apanya?” Tanyaku balik terheran.
“Kamu tadi bengong di depan pintu. Lumayan lama loh.” Jelas Tia.
“Oh ya?” Tanyaku bingung.
“Iya tau.” Kata Alin.
Lalu aku pun menjelaskan bahwa aku sedang memikirkan PR yang telah diberikan guru mata pelajaran hari ini agak membuatku bingung.
“Tumben mikirin pelajaran.” Ledek Alin sambil mengedipkan sebelah mata.
“Haha...” Tawa ku.
Aku pun tertawa seakan seperti orang bodoh. Dan aku mengerti apa maksud ledekan Alin. Setelah itu, kami bertiga lumayan lama mengobrol ini itu dan akhirnya Alin berbicara pada Tia untuk pulang duluan, karena biasanya Alin dan Tia pulang bareng.
“Ya udah aku duluan ya... Pacaran mulu sih kalian mah. Haha...” Ledek Tia dan pergi meninggalkan Alin dan aku berdua.
Setelah melihat Tia pergi lumayan jauh, aku melakukan pergerakan pertama sebelum pergi ke gudang seks Alin dan aku. Pergerakan pertama ini bertujuan untuk memakan waktu karena menunggu sekolah lumayan sepi agar tidak ada orang yang menyadari kami berdua pergi ke gudang kosong itu.
“Lin...” Panggilku.
“Ap- Umph...” Sahut Alin terpotong.
Aku langsung menciumnya sebelum Alin sempat menyahut panggilanku. Kami melakukan ciuman dengan cukup leluasa karena kelas Alin adalah ruang paling ujung di lorong sekolah, membuat petugas kebersihan cukup lama untuk sampai ke kelas Alin. Setelas agak panas, aku pun meminta sedikit minuman yang tadi Alin pesan untuk melepas dahaga dari ciuman tadi. Setelah itu petugas kebersihan datang dan ‘mengusir’ kami berdua, kami pun keluar dari ruang kelas. Aku dan Alin pun mulai pergi ke tempat gudang itu berada sambil melihat sekitar sekolah untuk memastikan bahwa sekolah telah sangat sepi. Setelah memastikan hal itu, barulah kami pergi ke gudang kosong dengan berlari. Seperti biasa kami masuk lewat jendela tak berkaca dan melepas balok penghalang lalu mengembalikannya. Alin pun langsung mengambil posisi dan membuka kancing seragamnya membuat penampakan toket Alin yang putih mulus itu terpampang, Alin tak mengenakan bh lagi hari ini. Tak sampai disitu, Alin pun melepas rok seragamnya yang panjang itu dan memperlihatkan memeknya yang terekspos langsung karena sama Alin tak mengenakan penutup untuk memeknya.
“Kamu! Gak pakai pakaian dalam atas maupun yang bawah?!” Geram ku.
“Nggak. Dan kamu tau gak, beberapa anak laki kelasku ngeliatin dada aku terus pas tadi sekolah loh. Dan aku gak sengaja ngedenger perbincangan mereka, katanya ngeliat pentil aku nembus.” Jelas Alin.
“APA?! Dasar. Keluh ku.
Aku pun terheran lagi dengan sikap agresifnya dan terlihat napas Alin sangat tak karuan. Tanpa terasa aku pun begitu. Napasku tak karuan dan badanku serasa ingin melepas baju saja karena panas. Ini sama dengan reaksi yang dikatakan Alin kemarin. Apakah karena memang sudah napsu? Aku pun tak tau dengan reaksi ini dan setengah terkontrol badanku langsung menghampiri Alin dan langsung memulai pertarungan bersama Alin. Aku mencium bibir Alin dengan brutal tetapi Alin merespon dengan liar juga. Tangan Alin dengan agresif melepaskan celanaku dan langsung memainkan kontol ku yang telah tegang dan aku pun membalas serangannya dengan memainkan pentil coklat mudanya dan memeknya dengan kedua tangan nakalku ini.. Desahan pun mulai terdengar dengan adanya pertempuran di daerah vital di kedua belah pihak.
“Ah... Hadi... Nikmat, terus Di.” Desah Alin.
Mendengar hal itu aku pun terbawa napsu dan langsung membaringkan Alin dengan sedikit kasar. Aku pun langsung mengambil alih alur perang dan menggerayangi seluruh tubuh Alin. Ku cium bibirnya, ku jilat lehernya, ku gigit daun telinganya, ku isap puting susunya, ku elus perut dan pahanya, dan kukocok memeknya. Semua stimulan itu membuat Alin tak berdaya, hanya desahan dan mengejang yang bisa Alin lakukan. Tak berdaya melakukan perlawanan, Alin mengejang sangat hebat dan terasa cairan menyembur dari memek Alin di tanganku yang sedang mengocok memeknya.
“Aaah.... Hadi....” Desah Alin.
“Kamu jahat gak ngebiarin aku ngelawan.” Protes Alin.
Aku pun tak menghiraukan perkataanya dan langsung menyiapkan batang kontolku yang sudah sangat tegang ini untuk menusuk memek Alin dan mengoyaknya. Setelah membiarkan Alin mengambil napas yang cukup, aku langsung menusuk memeknya yang sangat menggiurkan karena cairan memek Alin yang meler.
“AAAAKKHHH!” Erang Alin.
Aku pun langsung menggoyangkan pinggul ku dengan lumayan cepat, dan Alin pun terlihat agak terkejut tetapi langsung dapat mengikuti irama pinggulku. Sambil mencium bibir Alin, goyangan pinggulku terus bergerak dengan konstan dan desahan Alin yang tertahan karena ciumanku membuatku semakin menggila. Tak butuh waktu lama Seperti hari kemarin, aku pun langsung mengeluarkan peju ku tanpa aba-aba. Terasa Alin mengejang dengan serentak di dalam pelukan dan ciumanku.
“Mmmmmnnnhhh....” Desah Alin tertahan ciumanku.
Setelah semua pejuku berhamburan di memeknya Alin, tubuhku lemas dan langsung ambruk di atas tubuh Alin yang setengah telanjang itu. Aku pun mengangkat wajahku dan melihat wajah Alin yang tersenyum manis dengan keringat yang membasahi wajah imutnya. Terlihat juga jilbab putih yang Alin kenakan sangat basah dan agak berantakan. Semua hal itu memberikan stimulan pada birahiku dan membuatku tegang kembali.
“Eh...” Seru Alin.
Sepertinya Alin merasakan kontolku telah menegang kembali di memeknya. Tanpa peringatan, aku langsung mengocok lagi memek Alin yang telah basah oleh peju ku itu dengan kontolku yang telah kembali menegang.
“Ah... Ah... Di, Di... Kamu, masih... Bisa...?” Tanya Alin dengan terbata-bata.
Dengan napsu yang sangat hebat, membuat aku tak mau merespon pertanyaannya, dan Alin hanya mengikuti permainan keduaku ini. Hanya beberapa menit, aku pun langsung keluar untuk kedua kalinya.
“Argh... Lin.” Erang ku.
“AAAAAAHHHHH....” Desah hebat Alin.
Setelah semua keluar tubuhku pun ambruk lagi diatas tubuh Alin. Kali ini tangan Alin yang gemetaran karena lemas, memegang wajahku dan menghadapkannya ke wajahnya. Dengan wajah cemberut Alin mengomeliku karena melakukan ronde dua tanpa konfirmasi dia, tetapi akhirnya Alin tersenyum dan menciumku. Alin pun melepas ciumannya dan melihat wajahku dengan senyum manisnya dan kubalas juga dengan senyuman. Aku pun bangun dari tubuh Alin dan menikmati pemandangan tubuh Alin yang sangat nakal karena baju dan jilbab yang basah oleh keringat hasil seks dan melihat wajahnya yang imut berbalut senyum manis. Saat aku menikmati pemandangan itu tiba-tiba saja raut wajah Alin berubah, Alin terlihat Seperti orang yang terkejut, dan tak lama dari perubahan raut wajah Alin ada seseorang yang memukulkan benda tumpul ke kepalaku dan orang yang memukulku langsung menarikku dan membuat aku terbanting menjauhi Alin dari hadapanku. “BRUK!” Terdengar suara benturan keras seiring aku merasakan aku menabrak suatu benda di punggungku. Dengan penglihatan yang agak kabur aku melihat seorang pria besar yang tersoroti matahari senja dan Alin yang mencoba menutupi tubuhnya dengan wajah terkejut. Sambil melihat pria besar itu. Aku pun merasa pusing dan darah mengalir dari kepalaku menutupi pandangan mataku yang memang sudah kabur dari tadi. Setelah itu, aku merasa seolah akan segera tidur dengan kepala yang sangat pusing.
“HADI!” Teriakan seseorang yang sepertinya suara Alin.
“Hahahaha! Kalian pemuda-pemudi mesum, ngentot di tanah sekolah. Salah sendiri kalo ketauan sama orang lain. Hahaha! Terdengar suara gelakgak tawa pria yang agak parau.
“HADI! HADI, HADI, HADIIIIIII!” Teriakan suara seorang gadis lagi terdengar olehku yang sedang tak melihat.
Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah sepatu mendekatiku dan aku merasakan rambutku dijambak oleh tangan yang lumayan besar dan langsung menamparku membuat aku terjaga.
“HEH! Bocah mesum! Ngapain kalian di sini berdua setengah telanjang hah?! Hahaha! Mesum di sekolah! Haha.” Suara parau itu ternyata datang dari pria tua yang tadi berdiri di depan Alin.
“A, Aku... Argh” Jawabku terhenti saat pria itu memukul perutku.
“HADI!” Teriak Alin.
“Berisik gadis mesum! Sekarang giliranku ngentot kamu.” Seru pria itu.
Hah? Apa pria tua itu bilang?! Aku pikir dia ingin menggrebek aku dan Alin tetapi dia ingin menyetubuhi Alin juga. Jangan-jangan suara gesekan rumput yang pada saat kemarin pertama kami ngeseks adalah pria ini yang kabur saat aku berteriak dan menghampirinya.
“Gimana gadis mesum? Masih mau ngentot gak? Masih ngerasa gatel gak memeknya? Masih panas badannya haaa?” Goda pria tua itu.
Kenapa dia tau hal-hal itu? Saat ku coba membuka mata lebih lebar aku melihat pria tua itu adalah bapak penjual minuman dingin di kantin sekolah yang masih menjambak rambutku.
“Ke... Kenapa kau brengsek tau reaksi tubuh pacarku?!” Tanyaku.
“Ha? Aku tau kalian berdua suka pergi mesum di gudang ini, aku selalu mengintip dari balik jendela lewat kalian masuk sedang mesum. Cium-ciuman, oral seks. Haha! Kalian generasi muda mesum!” Jawab bapak penjual minuman itu.
“Lalu... Apakah kau brengsek! Menaruh obat perangsang di minuman gadis itu?” Tanyaku lagi.
“Oh. Iya, kemarin juga aku menaruh obat perangsang di minumannya. Pasti kau bingung kan cewekmu agresif? Hahahahaha!” Jawab bapak penjual minuman.
Sudah kuduga, entah bagaimana caranya Alin meminum obat perangsang dan ternyata begitulah ceritanya. Dan hari ini, bapak penjual minuman itu menaruh lagi obat kepada minuman yang di pesan Alin. Karena aku juga meminum minuman pesanan Alin, maka dari itu aku juga tadi merasa terangsang dengan cepat. Hal ini sudah bapak penjual minuman itu rencanakan.
“Tenang saja bocah mesum dan gadis mesum. Aku tak akan melukai kalian lebih jauh asalkan kalian tutup mulut dan kau gadis mesum! Harus senantiasa melayani napsu birahiku, harus mau di entot olehku. HAHAHA!” Ancam bapak penjual minuman.
“EMANG KAU BISA APA MENGANCAM KAMI?!” Teriak Alin bertanya.
“Kalian lihat cahaya merah di empat sudut itu? Itu adalah kamera. Empat kamera itu merekam semua kejadian hari ini saat kalian dengan panasnya melakukan seks. Jadi, masih berani melawan? Kalau melawan bukan hanya kau gadis mesum ku entot suka hati, tapi rekaman seks kalian akan tersebar pula. Hahaha.” Jelas dan ancam bapak penjual minuman.
Aku pun mulai berpikir keras harus bagaimana tetapi tetap tak ada jalan keluar selain antara seks kami ketahuan serta Alin menjadi budak seksnya, atau ku pasrahkan Alin menjadi budak seks. Tetapi aku tak akan jatuh sebelum melawan, aku pun bangkit dan mencoba memukul bapak penjual minuman itu. Tetapi, layaknya anak kecil yang tak berdaya, pukulanku di tangkis dan aku dilemparkannya lagi sehingga menabrak meja-meja yang di simpan di seluruh sudut gudang.
“HADIIIIIIIII!” Histeris Alin.
“Mau apa kamu bocah?! Sudah cukup! Aku sudah tak tahan. Sabar ya sayang, aku akan mengentot kamu sekarang juga, kamu juga masih gatelkan memeknya. Santai ya, bakal aku lampiaskan semua napsumu sayang.” Goda bapak penjual minuman kepada pacarku itu.
“Tidaa- Umph...” Teriak Alin yang tertahan karena mulutnya dibekap oleh tangan besarnya.
Bapak penjual minuman itupun langsung melaksanakan misinya. Dengan agak kasar di meremas toket Alin yang ranum dan menghisap pentilnya dengan kasar juga seakan bayi yang tak sabar ingin meminum asi. Aku hanya bisa melihat Alin yang menggeliat atas perbuatan bapak penjual minuman itu. Suaraku pun sudah tak dapat keluar pandaganku mulai kabur lagi. Dengan pandanganku yang kabur aku melihat bapak penjual minuman langsung memulai penetrasi dan aku juga mendengar teriakan Alin yang sangat menyakitkan. Alin dientot dengan sangat kasar dan cepat, lebih cepat dua kali lipat dari yang aku lakukan kepada pacarku sendiri. Tangisan campur desah tak rela terdengar dari Alin. Alin pun terlihat pasrah tak dapat melakukan apa-apa selain menangis sambil melihat kearahaku dan memenuhi napsu bejat bapak penjual minuman. Dan akhirnya pandanganku gelap semua dan tak dapat mendengar apa-apa lagi.
....
“Cah... Bocah...! Hei! Hei bocah! Kau masih hidup?!” Teriakan yang sangat keras membuatku terjaga.
Oh. Aku Sepertinya tak sadarkan diri. Dan aku pun membuka mataku. Dengan penglihatan sayu aku melihat di mana aku berada aku aku langsung meyakini ini masih di gudang. Saat pandaganku sudah jelas, aku melihat Alin yang tergelatak pasrah dengan masih terbalut jilbab putih dan seragam sekolah yang basah dan badan yang bersimbah peju. Mataku pun terbelalak akan pemandangan itu. Aku mencoba memanggil nama Alin tetapi suara ku tak dapat keluar. Alin pun terlihat setengah sadar dan mencoba melihat ke arahku. Dengan tatapan yang sudah sayu dia tetap menangis sembari matanya bertemu dengan mataku. Melihat itu aku pun ikut menangis karena tak berdaya melakukan apapun.
“Hoo. Masih hidup ya kau bocah. Untunglah. Sekarang, kau harus melihat penampilan ekslusif ronde 11 bersetubuh kami. Hahaha!” Seru bapak penjual minuman.
Apa? RO-RONDE 11?! Tak kusadari dari tadi. Cahaya matahari yang masuk lewat celah-celah jendela sudah tak ada. Ruangan gudang ini hanya bercahayakan terangnya bulan. Dan lantai pun sudah terasa sangat dingin. Saat aku telah menyadari kondisi saat ini, aku sudah tak dapat berpikir apa-apa dan hanya dapat melihat dengan pikiran kacau bapak penjual minuman itu meminum sesuatu dan memberikan minuman yang bapak penjual minuman itu minum kepada Alin dengan cara ‘mouth to mouth’ setelah itu bapak penjual minuman itu meminumnya lagi tetapi sekarang untuknya sendiri. Selang beberapa waktu, aku melihat kontol bapak penjual minuman yang hanya mengenakan kaos lusuh itu berdiri dan terlihat sangat keras dan besar. Dan saat kulihat Alin, dia terlihat Seperti sedang mengejar napasnya dan menggeliat tak karuan. Sepertinya itu obat perangsang, karena itu dapat menjelaskan kejadian yang menimpa Alin.
“Gahaha! Kita mulai ronde 11 nya sayang.” Goda bapak penjual minuman.
Alin pun hanya terlihat mengelengkan kepalanya dengan samar sambil tetap memburu napasnya. Bapak penjual minuman pun mengambil posisi dihadapan Alin yang sedang menggelengkan kepalanya dan sambil menangis. Tidak banyak omong, bapak penjual minuman itu langsung menusuk memek Alin dengan kontol perkasanya dan terlihat bapak penjual minuman itu merem melek merasakan memek sempit dan hangat Alin.
“Akkkhh....” Desah panjang Alin pelan.
Setelah menikmati sensasi memek Alin, pemerkosa pacarku itu langsung menggoyangkan pinggulnya dengan sangat cepat membuat Alin gelagapan.
“Akh... Akh... Akh... Akh... Akh...” Desah pelan Alin yang cepat seiring tempo penetrasi pemerkosanya.
Aku pun hanya dapat bengong dan menagis melihat Alin diperlakukan kasar sambil dengan dibubuhi wajah Alin yang menagis. Terdengar decakan yang timbul karena kontol yang sedang bergesekan di memek yang basah. Desahan Alin pun semakin terdengar seiring berlangsungnya pemerkosaan ini. Dan terlihat tubuh Alin mengejang hebat, Alin orgasme. Tetapi pemerkosanya tak peduli dan tetap menggoyangkan pinggulnya dengan sangat cepat seperti memburu ingin orgasme sendiri. Tak berapa lama Alin orgasme, Alin masih mendesah tetapi menjadi pelan karena telah orgasme dan lalu pemerkosa pacar ku mengerang tanda orgasme. Tubuh pria pemerkosa pacarku menegang dan memasukan kontolnya sedalam-dalamnya kedalam memek pacarku. Tak berapa lama, pemerkosa terlihat lemas dan terlihat dari celah memek Alin yang menelan kontol besar itu cairan peju campur cairan pelumas Alin merembes keluar.
“Aku masih bisa say. Ronde 12!” Seru bapak penjual minuman yang sedang memerkosa pacarku Alin.
Memang kontol yang sudah mengeluarkan peju itu masih keras dan bapak penjual minuman itu langsung menggoyangkan lagi pinggulnya. Terlihat Alin terkejut atas goyangan yang mendadak itu. Tetapi tak selama tadi mungkin hanya sekitar 2 menit pemerkosa Alin sudah menyemburkan lagi benihnya di dalam memek Alin. Alin terlihat kaget dan menegang.
“Aaaakhhh....” Desah panjang Alin yang pelan.
Setelah itu, pemerkosa Alin langsung bangun dan mengenakan kembali seluruh pakaiannya dan mengambil seluruh kamera di ruangan ini dan langsung pergi meninggalkan kami lewat celah aku biasanya keluar masuk. Bapak itu meninggalkan kami berdua yang terkulai lemas setengah telanjang. Dan aku pun kehilangan kesadaran lagi.
...
Cit... Cit...
Suara burung gereja itu membangunkanku dari ‘tidurku. Aku pun langsung membuka mataku dan melihat Alin masih tergeletak hanya mengenakan baju seragam dan jilbabnya dengan peju yang telah mengering di seluruh bagian badannya. Aku pun mencoba bangun tetapi masih tak kuasa menahan lelah dan rasa sakit di sekujur badanku. Dan pada saat itu pula aku mendegar teriakan singkat dari luar.
“A, apa itu? Hei Dik! Liat Sini.” Suara seseorang memanggil temannya akan kenanehan yang dihadapinya.”
Tap tap tap... Terdengar suara lari seseorang yang mengenakan sepatu.
“Liat itu Dik cepeet!” Teriak seseorang yang terdengar seperti lelaki muda.
“Hah? I, itu? Cepet masuk Wan!” Ajak temannya.
Aku pun mendegar kedua orang itu masuk ke gudang ini dan meihat bahwa mereka dua bocah yang memakai seragam sekolah SMP. Saat kulihat atributnya, mereka dari bagian SMP sekolahku.
“Liat Dik, di sini ada kakak laki-lakinya.” Seru anak SMP yang dipanggil Wan oleh temannya.
“Waah... Kayaknya mereka berdua habis ngentot terus ketiduran.” Gagas anak SMP yang dipanggil Dik oleh temannya.
“Blo’on kamu! Masa abis gituan terus ketiduran tapi kakak laki-laki ini babak belur?” Terang Wan.
“Hmm... Mungkin dua kakak ini abis ml terus ketahuan digebukin deh.” Jelas Dik.
Seiring melihat mereka berargumen, aku pun mencoba bersuara untuk meminta tolong mereka berdua tetapi tetap tak dapat mengeluarkan suara.
“Wan! Lihat kakak ini sadakan diri!” Seru Dik.
“Iya nih. Kelihatannya dia mau bicara sesuatu tapi gak bisa. Ayo kita tolong.” Kata Wan.
Aku pun senang mereka mengerti sebelum orang yang dipanggil Dik itu menahan tangan Wan dan berbicara sesuatu kepada Wan.
“Liat Wan, tuh kakak ceweknya, seksi gitu. Liat mekinya, abis di entot kayak ada pejunya. Terus badanya banyak bekas peju yang kering, juga susunya tuh. Ranum gitu. Aku jadi napsu gini nih.” Jelas Dik.
“Hmm... Iya ya, seksi juga. Gak pake rok lagi, bajunya kebuka ngebuat susunya keliatan. Wajahnya juga imut, pake jilbab lagi. Ini selera aku banget. Kesempatan kali ya.” Gagas Wan.
“Ya kan? Sikat aja lah. Aku yakin mereka gak bisa ngelawan. Apalagi kakak cewek ini belum sadar. Kita entot aja yuk. Kesempatan nih. Aku belum pernah entot cewek.” Saran Dik.
“Ayuk, aku juga belum pernah kali. Tapi, aku takut kakak cewek ini udah mati.” Gagas Wan.
“Tenang, aku cek, aku kan anggota PMR sekolah, jadi aku tau kalo dia masih idup apa udah mati. Aku juga gak mau ngentot mayat, takut dihantuin.” Kata Dik.
Setelah mendengar perbincangan kedua bocah itu yang seolah tak menganggap keberadaanku itu aku serasa ingin bangkit dan menghajar mereka. Tetapi apa daya, aku masih tak kuat meski hanya menjentikkan satu jari pun. Aku pun hanya dapat melihat bocah yang dipanggil Dik itu memeriksa Alin dan menampilkan wajah kegirangan. Rasa bahagia bercampur marah, karena mengetahui Alin masih hidup dan mengetahui Alin akan diperkosa lagi oleh kedua bocah ingusan itu. Bocah yang dipanggil Wan pun melakukan gerakan seakan meraih kemenagan dan keduanya langsung membuka seluruh bajunya hingga tak tertinggal satu helai benang pun. Tubuh Alin pun mulai digerayangi. Dimulai oleh bocah Dik yang mencium bibir Alin sambil mengelus toket kanan Alin, sedangkan Wan, dia melahap pentil kiri Alin sambil mengelus paha dan memek Alin. Kedua bocah itu terlihat senang atas aksinya dan terus melakukan itu bergantian posisi dengan cukup lama. Tiba-tiba mereka menghentikan permainan mereka pada tubuh pacarku dan mereka melakukan suit, sepertinya untuk menentukan siapa yang duluan merasakan memek pacarku itu.
“Yeah! Aku duluan.” Seru Dik.
“Jangan lama-lama ya. Gak sabar aku juga nih.” Kata Wan.
Selepas perjanjian mereka aku melihat Dik Seperti terkejut.
“Wah. Kak? Udah bangun ya? Tenang aja kok, ini gak bakalan lama.” Kata Dik.
Aku pun melihat ke arah Alin dan ternyata Alin sudah siuman. Terlihat Alin yang lemas itu menggelengkan kepalanya dan mulai menagis. Tak mengindahkan hal itu, Dik langsung memposisikan diri dan langsung menghujam memek Alin dengan kontol kecil yang tegang itu. Aku pun lagi-lagi hanya dapat melihat pacarku Alin digauli oleh orang lain.
“Aaahh...” Desah Alin seketika ku lihat memeknya di masuki kontol tegang Dik.
“Ugh... Nikmat bener Wan.” Seru Dik.
“Ya, makanya cepet, aku juga pengen segera nyicipin.” Ingat Wan.
Dik pun melihat ku sambil membiarkan kontolnya beradaptasi atas kenikmatan memek Alin.
“Maaf ya kak, pacar kakak aku entot dulu ya. Hihi...” Ledek Dik kepada ku.
Setelah itu Dik sudah mulai terbiasa atas kenikmatan memek Alin dan langsung melakukan pergerakan. Dik yang masih hijau tak dapat memompa Alin dengan cepat, terlihat badan Dik yang gemetar karena merasakan nikmatnya bercinta. Tak begitu lama untuk Dik orgasme, Dik langsung ambruk di atas tubuh Alin sambil mengeluarkan pejunya. Alin pun mendesah kencang dengan badan tersentak merasakan peju mengalir di rahimnya untuk sekian kalinya. Dik pun terlihat telah ‘selesai’ dan langsung melahap puting toket Alin. Alin pun langsung menggelinjang tak karuan atas perbuatan Dik. Wan memberi isyarat kepada Dik dan Dik pun beranjak dari tubuh Alin untuk bergantian memerkosa Alin. Ku lihat Alin tetap menangis dan melihat ke arahkan, aku pun menagis kembali karena melihat wajah Alin yang menderita itu. Tapi apa kuasa ku, Wan yang melihat kejadian itu hanya dapat tersenyum dan langsung melakukan penetrasi tanpa peringatan. Terlihat Alin terkejut dan mendesah pelan. Wan pun melakukan pergerakan yang sama Seperti Dik, dia masih hijau gemetaran saat melakukan penetrasi. Dan sama pula, Wan langsung keluar dengan waktu yang singkat. Sekarang Wan beranjak dari tubuh Alin dan mengambil beberapa foto tubuh kotor Alin.
“Hmm... Sunggu cantik kak.” Seru Wan dengan senyum sinisnya.
Dik dan Wan pun menggerayangi tubuh Alin lagi. Mencium bibirnya, meremas toketnya, menghisap putingnya, mengelus-elus seluruh tubuh mulus nan putihnya, serta mengocok memek Alin sampai Alin orgasme. Alin pun hanya terlihat menagis pasrah atas perlakuan kedua bocah itu. Setelah agak lama, Dik dan Wan bergantian lagi untuk mengentot memek Alin karena mungkin tenaga mereka sudah kembali terkumpul. Dan tetap, durasi mereka sangat singkat dan mereka mengatakan hari sudah siang dan mereka membantu Alin mengenakan pakaiannya kembali dengan utuh walaupun mereka agak bingung karena tak menemukan satu pun pakaian dalam, bh maupun cd karena memang dari awal Alin tak mengenakan satu pun. Tapi Dik dan Wan tetap memakaikan baju kepada Alin dan begitu pula padaku, dan mereka membantu Alin dan aku untuk bersender ke tembok gudang, setelah itu mereka pergi. Alin yang bersender di samping kananku itu hanya dapat menagis tak mengatakan sepatah kata pun, dan karena tanpa tenaga dia pun terjatuh menyender ke pundakku. Aku pun hanya dapat meliriknya tanpa ada tenaga sedikit pun. Setelah beberapa waktu Alin tertidur di pundakku begitu pula aku.
...
“Di... Di... Hadi!” Suara lembut yang memanggil namaku membangunkanku.
Saat ku buka mataku aku melihat Alin sudah berdiri di hadapanku sambil menepuk pundak ku memanggil namaku. Aku pun langsung tersadar dan langsung berdiri. Aku pun melihat keluar jendela dan terlihat hari telah sore dan bergegas keluar gudang sambil memegang tangan Alin. Sesaat Alin dan aku keluar dari gudang kami langsung dicagat oleh si bapak penjual minuman yang telah memerkosa pacarku ini.
“Apa? Setelah kejadian kemarin kalian masih berani mesum di sini? Eh? Tapi kenapa kalian lusuh begitu? Jangan-jangan kalian belum pulang dari kemarin?” Tanya si pemerkosa.
Aku pun menggangguk.
“Ahhh... Padahal aku pengen jatah dari pacarmu tuh. Tadinya mau nyiapin kamera dulu. Pantes aja si gadis mesum gak ada tadi. Mana bau lagi kalian. Jadi gak napsu. Udah pergi pulang sana. Besok aja lagi. Awas kalo kalian terutama kamu gadis, gak dateng. Aku pengen banget solanya.” Suruh si pemerkosa lalu pergi sambil membawa tas hitam yang kemungkinan di dalamnya ada kamera dan mungkin juga obat perangsang.
Aku pun langsung berlari sambil memegang tangan Alin dan pergi ke kamar mandi. Kami membasuh sebagian badan kami yang dapat mudah di basuh tanpa membuka pakaian. Aku pun langsung mengantar Alin pulang. Di perjalanan pun tak sepatah kata pun keluar dari kedua mulut kami.
Sewajarnya saat kami tidak pulang kemarin, ada seseorang yang menghawatirkan, tetapi sayangnya kami berdua yatim piatu dan hanya tinggal dengan saudara kandung. Aku tinggal dengan kakak laki-lakiku yang tidak pedulian kepada ku dan selalu pulang larut bahkan tidak pulang sama sekali karena lembur. Alin tinggal dengan kedua adik perempuannya dan mereka masih kecil, juga alasan meresa tak khawatir karena biasanya kalau Alin tidak pulang Alin selalu menginap di rumah Tia dan Tia yang tak menyadari akan hal itu dia tak khawatir karena dia kira dia sudah pulang. Kondisi Alin terjadi karena tak adanya komunikasi dari kedua pihak keluarga yang membuat kesalah pahaman. Setelah sampai rumah aku langsung menelpon Alin dan saat kutanyakan keadaan, dia mengatakan tak ada satu pun yang tau bahwa Alin baru pulang. Lalu aku juga memberi tahu Alin agar tak datang sekolah dan aku akan menghadapi pria tua itu. Tapi Alin tak merespon dan langsung menutup telepon. Saat kuhubungi lagi di tak menjawabnya bahkan mematikan hpnya. Esoknya aku terkejut saat melihat Alin rapi berseragam untuk bersekolah. Tak sempat ku berbincang dengan Alin, waktu pelajaran pertama pun datang. Dengan pikiran yang menumpuk, aku menjalani hari sekolahku tanpa memperhatikan pelajaran sedikit pun. Bel pulang pun berbunyi dan aku langsung pergi menuju ruang kelas Alin untuk menyuruhnya pulang. Saat sampai di kelas Alin aku tak menemukan Alin di situ, saat kutanya teman kelasnya mereka bilang Alin sudah pulang. Aku pun lega tetapi campur perasaan tak enak. Atas dasar itu aku pergi ke gudang tua dan menemukan Alin yang telanjang hanya jilbab yang menutup kepalanya sedang bercinta bergaya ‘dog style’ dengan si bapak penjual minuman. Si pemerkosa bejat itu melihat ku dengan senyum sinis dan kulihat Alin menagis sambil mendesah penuh gairah dan sepertinya Alin tak menyadari keharidanku. Aku pun hanya terbengong dan hanya menonton apa yang tengah di perbuat mereka berdua, Alin dan bapak penjual minuman pemerkosa pacarku. Saat kulihat wajah si pemerkosa dia memberiku isyarat untuk pergi jika tidak video sebelumnya akan disebar. Dengan terpaksa aku pun pergi meninggalkan pacar ku dan pulang kerumah. Aku pun tak tahu apa yang harus ku perbuat dan tanpa sadar aku langsung tertidur karena menangis sepanjang waktu.
Besoknya aku menelepon Alin tetapi tak dijawabnya, di sekolah pun tak menghiraukanku dan tetap sorenya aku penasaran pergi ke gudang tua dan benar aku menemukan Alin diperkosa lagi oleh si pria bejat itu. Tanpa ketauan aku langsung pulang.
2 minggu berlalu, aku memaksa Alin untuk berbincang denganku. Walaupun aku banyak berbicara kepadanya, Alin hanya diam tertunduk sambil menangis. Dan tiba-tiba, Alin merasa mual dan aku pun langsung berpikir kemungkinan terburuk. Kehamilan. Saat kutanyakan apakah Alin benar-benar hamil dia mengangguk mengiyakan dan seketika itu kakiku pun langsung lemas dan ambruk tak berdaya. Aku hanya dapat mendengar tangisan Alin yang semakin lama semakin mengeras. Dan pada saat itu, si bejat menghampiri Alin dan membawanya pergi. Aku pun masih terbengong tak bergerak walaupun melihat itu. Setelah kesadaranku kembali aku pun bergegas ke gudang tua dan si bejat benar-benar melakukannya lagi. Terdengar suara desahan Alin dan desisan si bejat dari dalam gudang. Dengan Amarah yang terkumpul aku pun langsung masuk lewat jendela yang biasa dan langsung mendorong si bejat membuat pemerkosaan berhenti.
“HEI TUA BANGKA! Sudah cukup kau melakukan hal ini terhadap pacarku. Apa kau tau dia sedang hamil?” Bentak ku.
“Hah? Kamu mau ku sebarkan video panasmu? Dan aku juga tau gejala wanita yang hamil seperti apa. Memangnya kenapa kalo aku ngentot pacar kamu yang sedang hamil? Lagi pula usianya 1 bulan pun belum, juga walaupun udah gede tuh perut, aku gak peduli, bakal ku entot terus tuh pacarmu!” Jelas si bejat.
Tanpa pamrih lagi, aku menerjang si bejat tetapi terjanganku dia hentikan dan menusuk perutku dengan pisau yang dia ambil dari lantai seakan dia sudah mempersiapkannya.
“HADIIIIIIIIII!” Teriak Alin.
“HAH! Makanya jangan macem-macem. Tenang aja, aku gak nusuk dibagia vital, kamu masih bisa hidup untuk melihat pacarmu ku perkosa. Hahahahaha!” Seru si bejat.
Aku yang telah tertusuk pun kini ambruk jatuh sambil bersimbah darah. Dengan sisa tenagaku aku merayap kearah si bejat. Tapi dia menghentikannya dengan menusuk tangan kananku. Aku pun sudah tak kuat tetapi aku masih tersadar. Dengan mataku yang telah layu, kulihat si bejat memulai lagi perkosaanya dan kudengar desahan Alin.
“Di... ah... Hadi ah... Ah... Ah...” Desahan Alin sambil memanggilku.
Aku pun yang masih sadar merasakan beban batin yang sangar hebat sampai aku mendegar Alin mengerang hebat karena Alin dan si bejat orgasme bersamaan.
“AAAAAAAAHHHHHHHHH... Ah.. Ah...” Erang dan desah Alin.
Setelah menyaksikan itu, aku pun... Tak sadarkan diri...
...
“Di... Hadi...” Suara lembut memanggil namaku.
Aku pun terbangun dan melihat langit-langit yang putih. Aku juga mendengar panggilan namaku lagi yang membuatku sadar sepenuhnya. Saat aku telah sadar sepenuhnya, aku pun menyadari bahwa aku berada di rumah sakit dan Alin duduk berada di sebelah kananku.
“Hadi! Suster! Suster!” Alin berteriak memanggil suster.
Suster pun menghampiriku dan langsung memanggil dokter. Aku pun di periksa oleh dokter dan dia mengatakan aku baik-baik saja sekarang, dan sudah melewati masa kritis. Aku pun melihat Alin menitihkan air mata sambil tersenyum, aku pun menggapai tangannya dan Alin melihat ke arahku dengan senyuman. Aku pun bertanya kepada Alin atas apa yang telah terjadi pada hari aku ditusuk. Alin pun menghapus air matanya dan menceritakan kejadiannya. Pada hari itu, saat pemerkosa Alin orgasme, Alin yang mengerang dan mendesah keras membuat satpam sekolah menghampiri gudang tua dan langsung mengamankan si bejat. Dan salah satu satpam langsung menolongku dan memanggil ambulan. Sudah 5 hari semenjak kejadian itu dan Alin mengaku bersyukur karena aku telah sadarkan diri. Juga Alin menambahkan bahwa pemerkosanya telah ditangkap polisi dan akan dijatuhi hukuman seumur hidup.
3 bulan berlalu, aku pun telah keluar dari rumah sakit dan Alin yang positif hamil mulai menunjukkan ciri fisik wanita hamil. Sekolah pun mengetahuinya dan langsung mengeluarkannya karena takut nama sekolah tercoreng. Padahal semua pihak mengaku mengetahui Alin hamil karena hasil pemerkosaan bukan hasil hubungan seks ku dengan Alin. Tapi sekolah tetap tak mau ada berita menyebar siswinya ada yang hamil. Aku pun keluar dari sekolah karena hal itu dan langsung mencari pekerjaan, karena aku ingin langsung hidup berkeluarga saja dengan Alin. Tak butuh waktu lama, kakakku yang tak mempedulikanku langsung memberiku pekerjaan. Kakakku pun menjadi peduli padaku karena kejadian yang sudah menimpaku. Akhirnya, setelah 1 tahun, bayi Alin berumur 4 bulan, kami melakukan tes DNA dan hasilnya positif bayi itu adalah darah dagingku. Aku sangat senang sekali akan hal itu dan kami pun langsung menikah. Aku dan Alin akhirnya hidup dalam kebahagiaan.
-SEKKUSUDOKUTAA-
 
salute :thumbup ceritanya keren banget :rose: :rose:
 
Makasih kepada agan-agan yang sudah mengapresiasi walau masih sepi ane berharap pengen jadi rame nih trit. Dan, jika berkenan dan tidak merepotkan, boleh lah membubuhkan sepatah dua patah kata saran maupun kritik. Bagian mana yang memang sudah lumayan bagus dan bagian mana yang masih harus diperbaiki. Sekali lagi, atas apresiasinya terima kasih.
 
Lanjutin aja gan kalo bisa.. seolah2 pelaku kabur dari penjara.. dan membuat teror..
 
Lanjutin aja gan kalo bisa.. seolah2 pelaku kabur dari penjara.. dan membuat teror..

Sesuai saran agan, ane bakal cari inspirasi dulu. Ane bakal buat 'after story'-nya, tapi bukan sequel melainkan spin-off saja. Terima kasih buat sarannya, be sure to read it. :beer:
 
cerita yang layak dikembangkan menjadi cerita bersambung dengan plot naik turun, sayang penulisnya terlau terburu2

coba deh di rewrite lagi dg pola cerber, gw yakin akan bagus
 
cerita yang layak dikembangkan menjadi cerita bersambung dengan plot naik turun, sayang penulisnya terlau terburu2

coba deh di rewrite lagi dg pola cerber, gw yakin akan bagus

Hmm... Boleh juga. Dari 'The Movie' di jadiin 'Sinetron'. Boleh-boleh...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd