Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
20. What Comes After

Citra


"Lepaskan aku, aku mohon jangan apa-apakan kak Dino..."

"Hhgghhh ni cewek gak bisa diem napa"

BUGGHH BUGHH

Pria itu menendang perutku keras sekali, aku terbatuk-batuk memuntahkan sedikit darah, sakit sekali rasanya sehingga tubuhku menjadi melemah. Aku menatap kak Dino yang sudah terbujur kaku, kepalanya mengeluarkan darah cukup banyak setelah orang jahat itu memukulnya habis-habisan, air mataku mengalir melihat kondisi kak Dino yang mengenaskan.

"Cit..... Citra......"

Kak Dino masih bisa berkata lirih dan matanya menatapku walau bersimbah darah.

"Kak Dino.... tolong bangun..... ayo kak......"

Salah satu orang jahat yang aku yakin itu pemimpinnya sedang mengambil tongkat golf

"Aku mohon.... jangan lakukan....."

Orang jahat itu tampak tak peduli dengan permohonanku, ia bersiap-siap mengayunkan tongkat golf itu ke kepala kak Dino. Aku kembali meronta-ronta berusaha untuk lepas dari cengkramannya namun sia-sia saja, jambakan rambut yang justru aku terima dari orang itu.

Aku tak dapat berbuat apa-apa.

"Kak..... aku mohon bangunlah kak....."

Orang jahat itu dengan cepat mengayunkan tongkat golf itu tepat ke kepala kak Dino.

KRAKK

KRAKK

"KAKAK!!!!! HUHUHU........."

Aku kembali meronta-ronta, tangisanku pecah melihat kak Dino dipukuli oleh orang jahat itu berkali-kali. Darah segar mengucur deras dari lukanya. Laki-laki itu terus memukul kepala kak Dino hingga hancur. Hatiku hancur berkeping-keping melihat pemandangan mengerikan ini. Aku kembali meronta-ronta berusaha untuk lepas dari mereka.

"Sialan, ini cewek gak bisa diem napa??"

*****

"AAAAHHHH......."

Kedua mataku langsung terbuka, sepertinya ini hanyalah mimpi namun rasanya seperti benar-benar terjadi. Kuusap air mataku yang membasahi wajahku.

"Ya ampun. Kenapa aku jadi sangat khawatir sama kak Dino..." gumamku sendiri.

Hari ini kami akan melawan orang-orang yang sudah mencelakakan kak Dino, entah kenapa aku terus memikirkan mimpi itu, bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi?

Tidak, aku yakin itu tak akan pernah terjadi.

*****

Kuhampiri kak Dino yang sedang merokok sambil menyiapkan senjata-senjata yang digunakan saat pertempuran nanti.

"Emm, kak aku bantu ya"

"Eh iya Citra, makasih" jawabnya.

Aku tersenyum membalas jawabannya. Kuambil sebuah senjata api serbu dan mengelapnya, aku tahu dari kak Dino kalau senjata itu harus sering dibersihkan supaya tak macet. Kuperhatikan juga dia tampak memasang muka serius saat menyetel senjata api itu.

"Kak, aku mau cerita boleh kan?" tanyaku.

"Cerita aja Cit, ada apa emangnya?" tanyanya ramah.

"Tadi malam aku mimpi buruk kak"

"Mimpi apa? dikejar setan gitu hahaha" ia tertawa membalasku.

"Bukan gitu kak, aku serius" kupasang ekspresi cemberut padanya, aku tak ingin bercanda dulu untuk saat ini.

"Iya iya, emang mimpi apaan?"

"Aku mimpi kita kalah dalam pertempuran melawan orang-orang jahat itu, mereka menangkap kita dan membawanya ke sebuah ruangan. Disitu kakak dipukuli sampai babak belur, aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku juga tertangkap. Salah satu pemimpin kelompok memegang tongkat golf dan mengayunkannya kearah kakak sampai......"

Ucapanku terputus mengingat mimpiku, air mataku jatuh tanpa sadar, kak Dino menatapku heran melihat perubahan sikapku.

"Kamu kenapa, Citra?" ucapnya, dengan cepat kuusap air mataku.

"Kak, aku takut kalau mimpi yang kualami benar-benar terjadi. Aku.... aku tak mau kehilangan kakak...." balasku lirih.

"Citra......" ia mengusap rambutku dengan lembut dan tersenyum. "Aku tak akan kenapa-napa Citra, aku janji...."

Ia menyerahkan jari kelingkingnya padaku pertanda janji, tanpa pikir panjang kukaitkan jari kelingkingku padanya.

"Kak, misalnya kalau saat itu aku tak bertemu kakak, entah bagaimana nasibku sekarang. Aku sungguh beruntung bisa bertemu kamu"

"Aku juga Citra, tapi jangan lupa juga kita beruntung bisa bertemu dengan mereka" yang dimaksud kak Dino adalah kak Galang dan teman-teman lainnya.

"Iya kak, aku tak akan melupakan itu...."

Kak Dino memelukku erat, entah kenapa rasanya nyaman seakan-akan seperti sudah lama sekali aku tidak memeluknya.

"Setelah yang sudah kita lalui sebelumnya, aku yakin kamu telah menjadi wanita yang kuat, Citra" bisiknya di telingaku.

"Aku masih ingat perkataanmu saat di camp dulu kak"

"Apa itu?" tanya dia.

"Kalau kakak kuat, aku juga kuat...." balasku mantap. Memang perkataan itu tampak biasa namun mengandung arti yang dalam dan terus aku patri dalam hidupku selamanya, karena itu aku selalu berusaha menjadi wanita yang kuat dan siap menghadapi kondisi apapun.

"Kamu masih ingat aja haha" balasnya sambil mengusap-usap rambutku, salah satu kebiasaan yang aku suka, rasanya nyaman sekali.

"Kamu siap kan?" tanya dia. Aku menggangguk.

"Kamu tak takut?" tanyanya lagi.

"Enggak kak, aku berusaha untuk tidak takut" balasku tegas. Ia tertegun melihat kesungguhanku.

"Semoga saja setelah ini kita bisa hidup damai lagi Citra, jujur aku sudah lelah dengan semua ini" kata kak Dino.

"Iya kak aku ingin semuanya berakhir. Oh iya, Nadila dimana kak?" tanyaku.

"Dia lagi sama Gaby, kayaknya ngobrol-ngobrol bentaran hehe"

"Ohh"

Kami kembali melanjutkan kesibukan masing-masing. Senjata api ini sudah kubersihkan dan disetel, sesekali aku mengecek semua magasin senjata api memastikan semuanya baik-baik saja. Kulihat kak Dino memasukkan peluru ke pistol revolvernya, aku belum pernah menggunakan senjatanya selama ini.

"Ada apa Citra?" tanyanya meyadari kalau aku memperhatikannya.

"Hehe, aku belum pernah pakai pistolnya kakak. Kalau gak salah kakak ngambil senjata itu pas di campnya kak Sandi ya?"

"Iya Cit, entah kenapa aku suka sama revolver ini. Mungkin udah jadi senjata favoritku selain shotgunku haha"

*****

Dino

"Jadi, kita pakai granat asap ini buat perlindungan gitu?" tanyaku pada Rachel.

"Iya Din, granat itu sangat berguna. Aku kaget ternyata kalian punya stok banyak disini" balasnya.

"Apa rencanamu, Hel?" tanya Galang.

"Si Boss akan mengerahkan banyak pasukan sepertinya. Mereka pasti akan menembaki kita terlebih dahulu, kita jangan balas menembak dulu sampai senjata mereka kehabisan peluru. Setelah itu kita lempar granat asap itu kearah mereka. Asap itu akan menghalangi pandangan mereka, saat itu juga kita mulai menembak, aku yakin mereka pasti panik" jelas Rachel.

"Hmmm ide bagus sih ini. Gimana pendapatmu Lang?" tanyaku pada Galang.

"Ini bisa memberikan keuntungan untuk kita Din, aku setuju sama rencana Rachel" jawabnya. Aku menggangguk.

"Kalau granat flashbang, kita gak usah pakai?" tanyaku lagi.

"Granat itu tak efektif untuk pertempuran ini Din, lebih cocok kalau di dalam ruangan" balasnya.

"Oh gitu ya"

"Oke, kita akan ikuti rencana Rachel. Sekalian aku akan jelaskan posisi-posisi kita. Aku, Dino, Anin, Sandi, Rachel, Andi dan Toni akan menempati bangunan utama. Kita akan berusaha memancing mereka untuk menembaki bangunan ini. Dani, kamu bisa memakai sniper ini kan?"

"Siap Lang, aku bisa. Serahkan semuanya padaku" kata Dani mantap.

"Oke, untuk sisanya kalian menempati bangunan samping. Aku menunjuk Citra untuk memimpin kalian disana, kamu sanggup kan Citra?"

"Iya kak, aku sanggup" Citra menjawab dengan mantap pertanda ia sanggup menanggung beban.

"Baiklah, semua rencana sudah kita susun matang-matang.

Kulihat Gaby tampak seperti kebingungan mencari sesuatu, karena penasaran kuhampiri dia.

"Kenapa Gab?" tanyaku.

"Eh, Dino. Emmm..... aku bingung mau pakai senjata apa hehe" balasnya.

"Kamu bisa pakai kan tapi?"

"Bisa kok"

"Hmmm yaudah kamu pakai ini aja" kuturunkan senjata shotgunku dari punggungku dan kuberikan kepadanya dan tak lupa juga beberapa peluru.

"Aku pinjam dulu ya Din" kata Gaby.

"Iya gak apa-apa kok pakai aja. Lagian senjata ini gak guna kalau dibuat jarak jauh"

"Kak....." ia menatapku dalam saat kupegang kedua pundaknya.

"Aku titip Dila ya, jaga dia baik-baik" ucapku mantap. Citra menggangguk.

"Iya kak, aku akan jaga Nadila. Aku janji dia tak akan kenapa-napa" balasnya.

"Terima kasih, Citra"

*****

Sesuai dengan instruksi Galang, aku dan teman-temanku menempati posisi masing-masing. Semua persiapan sudah kami lakukan matang-matang mulai dari persenjataan, tempat berlindung dan lain-lain. Untuk menyulitkan orang-orang itu, kita sengaja menaruh mobil-mobil yang sudah terbengkalai dan tersebar di beberapa titik. Selain itu Dani bertugas untuk mengamati mereka dengan senjata sniper yang kita ambil dari kantor polisi sebelumnya.

Kupegang senjata laras panjang ini erat-erat. Tanganku sebenarnya masih terasa sakit akhir-akhir ini sehingga mungkin akan mempengaruhi akurasi saat menembak nanti. Rachel yang berada di sampingku tampaknya tahu kondisi tanganku.

"Din, tanganmu masih sakit?" tanyanya.

"Iya sih, tapi gak apa-apa Hel aku bisa tahan kok" balasku.

"Beneran?"

"Iya hehe" kekehku.

"Kira-kira boss itu akan mengerahkan berapa orang ya? Semoga saja tidak banyak" kataku.

"Aku ingin balas dendam kepada dia Din, dia sudah membunuh adikku" balas Rachel dengan nada suara yang agak tinggi seperti menahan emosinya.

"Hel, tujuan kita untuk mempertahankan tempat ini, bukan untuk saling bunuh....."

"Enggak Din, ini saatnya aku bisa membalaskan dendamku...."

"Rachel, kamu jangan nekat....."

BRUUMMM BRUMMMM

BRUUMMMMMM

"Galang, itu mereka?" tanyaku kepadanya saat aku mendengar suara mobil.

"Iya Din, mereka sudah tiba" Galang mengintip sedikit dan menggunakan teropong binokularnya.

"Sial. Mereka tiba lebih cepat dari dugaanku. Dani, mereka ada berapa orang?" ucapku dengan menggunakan walkie talkie.

"12 orang Din, termasuk pemimpinnya. Gimana, kita tembak mereka sekarang?"

"Jangan dulu Dan, biarkan mereka menembak dulu" balasku.

Aku kembali ke tempat persembunyian sambil merunduk supaya tak terlihat oleh orang-orang itu. Kukokang senjata laras panjang ini dan bersiap saat mereka selesai menembak.

DOR DOR DOR

Terdengar suara tembakan udara sebanyak tiga kali. Aku yakin si Boss yang menembakkan senjatanya. Jantungku berdegup kencang dan keringatku keluar deras membasahi bajuku. Ini saatnya.

"SUDAH BATAS TIGA HARI DAN KALIAN MASIH BELUM MENINGGALKAN TEMPAT INI. TOLONG DENGARKAN...."

"KITA TAK HARUS SALING MENEMBAK, TAK HARUS SALING MEMBUNUH. UNTUK ITU KALIAN HARUS KELUAR DARI BANGUNAN ITU DENGAN KEDUA TANGAN TERANGKAT DAN SERAHKAN SEMUA SENJATA KALIAN, SETELAH ITU KAMI BERJANJI UNTUK TAK MEMBUNUH KALIAN....." terdengar suara megaphone dari Boss. Aku melihat Galang dan memberikan isyarat tanda dan ia membalasnya.

Sekitar dua menit suasana menjadi hening, mereka tampaknya menunggu kami untuk keluar dan menyerah. Itu tak akan terjadi.

"BAIKLAH, KALIAN MASIH NGOTOT TERNYATA. RASAKAN AKIBATNYA"

"TEMBAK!!!!"

DOR DOR DOR DOR DOR

TRAT TRAT TRAT TRAT

TRAT TRAT TRAT TRAT

DOR DOR DOR DOR DOR

Kami langsung dihujani tembakan peluru yang cukup banyak, entah berapa kali mereka menembakkan senjata api kearah bangunan ini. Rachel melihatku seperti ketakutan, kugenggam tangannya berusaha untuk menenangkannya.

"Kita akan hadapi sama-sama, Hel" ucapku.

"Pasti Dino"

Beberapa menit kemudian tembakan itu akhirnya berhenti, sepertinya mereka sedang mengisi ulang peluru atau entahlah apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

BRAKKKK

Tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras dari sana. Aku mengintip sejenak dan melihat mereka menabrakkan sebuah truk untuk bisa masuk ke area lapangan golf. Orang-orang itu mulai masuk bersama dengan si Boss. Kuambil walkie talkie dari sakuku dan menghubungi Dani.

"Dan, gimana?" tanyaku.

"Mereka menjebol pintu gerbang Din, dan mereka berjalan menuju tempat kita" balasnya.

"Oke, sesuai rencana"

"Galang, gimana? kita jalanlan sekarang?" tanyaku pada Galang.

"Siapkan granat asapnya, ikuti aba-abaku"

Kusiapkan granat asap yang sudah tersedia di tempat kami. Kucabut pin itu dan menahan semacam pemicu, aku sudah siap untuk melemparkan granat asap itu dan mereka juga melakukan hal yang sama.

"Kalian siap?" tanya Galang kepada kami. Aku menggangguk.

"Satu....."

"Dua......"

"Tiga!!!"

Kami melemparkan granat asap itu bersama-sama kearah kumpulan orang-orang si Boss. Granat itu meledak dan mengeluarkan asap putih yang lumayan pekat. Terdengar suara kepanikan dari mereka akibat asap itu.

"SEKARANG!!!"

KLIK

DOR DOR DOR

DOR DOR DOR

Kami berdiri berbarengan dan menembakkan senjata api kearah orang-orang itu. Mereka tampak semakin panik saat kami menyerang dengan serangan mendadak ini. Aku berhasil melumpuhkan satu orang yang awalnya berlari ketakutan meninggalkan kepulan asap putih itu.

"AGHHHHHHHH"

DOR DOR DOR

DOR DOR DOR

Sepertinya kami menguasai pertempuran ini, terlihat dari kepanikan orang-orang si Boss, bahkan mereka justru menembak sembarangan saking paniknya. Rencananya Rachel benar-benar berjalan baik sekali, aku berhutang budi padanya.

DOR DOR DOR

"Rachel, lindungi aku. Peluru senjataku habis" kataku sambil merunduk berlindung dari serangan tembakan orang-orang itu. Rachel menggangguk.

Kulepaskan magasin senjata yang sudah kosong dan menggantinya dengan yang baru dan tentu saja penuh peluru, kukokang senjata tersebut dan mulai menembak lagi semampuku. Sejujurnya karena rasa sakit di kedua tanganku membuat akurasi bidikanku terganggu, sehingga sebisa mungkin aku harus menghemat peluru mengingat persediaan kami benar-benar sangat tipis.

Namun sepertinya keberuntungan tak selamanya berpihak kepada kami. Asap putih itu mulai memudar dan memperlihatkan posisi kita menembak. Mereka yang sadar dengan itu mulai memberondong bangunan utama tanpa henti. Kami langsung berlindung dari hujan peluru yang mereka lancarkan, aku mulai cemas dengan kondisi ini, lama-lama kita bisa kalah oleh mereka.

"Galang, granatnya sudah habis?" tanyaku padanya sambil berlindung.

"Masih ada beberapa biji Din. Kita harus memakainya lagi. Ini satu-satunya keuntungan kita...." teriaknya.

"Oke. Hei, kita lemparkan granat asapnya lagi, sesuai hitunganku"

Singkatnya kami melemparkan granat asap itu bersama-sama. Asap putih kembali menyelimuti orang-orang itu namun sayangnya mereka sudah tahu taktik ini dan bergerak menghindari asap itu. Kami mulai terpojok, peluru senjata api sudah semakin menipis dan mereka masih saja menembaki bangunan ini. Aku melihat raut muka cemas diantara teman-temanku, harapan untuk bisa mengalahkan mereka semakin tipis.

"Sialan, mereka terus menembaki kita" teriak Rachel kesulitan membidik orang-orang itu.

"Dino, terima kasih atas semuanya. Aku akan maju melawan mereka" Rachel mencium bibirku tersenyum lalu berlari kearah kepulan asap putih itu.

"RACHEL, KAMU JANGAN NEKAT....." teriakku kepadanya, namun ia terus berlari dan tak mendengarkan teriakkanku.

"RACHEL!!!! sialan, Ah!" kukumpulkan semua keberanian yang masih tersisa dalam tubuhku dan kutembakkan beberapa peluru kearah mereka. Aku berhasil melumpuhkan dua orang yang hampir saja menembak kearah Anin dan Galang.

"Makasih Dino, eh Rachel dimana?" tanya Galang.

"Dia lari kearah mereka Lang"

"Sial, kenapa dia nekat"

DOR DOR DOR

DOR DOR DOR

Baku tembak ini seperti tak pernah berakhir, kedua kubu saling membalas tembakan satu sama lain. Keringatku terus bercucuran dan jantungku berdegup kencang namun kuabaikan itu dan terus melawan mereka.

Kami mulai kelelahan dengan semua ini, tenagaku juga mulai habis terkuras sehingga akurasi senjata ini mulai terkena dampaknya. Aku berpindah posisi untuk mengamati bangunan yang terdapat Citra didalam. Ada dua orang yang berhasil merangsek maju kearah sana!

"Sialan" umpatku sambil mengarahkan moncong senapanku kearah mereka.

DOR DOR DOR

Tiga tembakan melesat kearah dua orang itu dan tewas seketika, tapi bukan aku yang menembak.

"Dino...."

Ternyata Fidly yang menembak mereka. Dia melambaikan tangannya dan memberi tanda kalau semuanya baik-baik saja.

Aku bergegas kembali ke posisi semula, mereka masih sibuk menembakkan senapannya, sesekali kulihat Anin dengan gigih membantu Galang. Aku terkesan sama mereka yang benar-benar bertempur demi rumah kita.

BUMMMM BUMMMMM

BUMMMM BUMMMMM

Kami terkejut mendengar suara dentuman, tiba-tiba saja aku merasakan firasat buruk.

DUAAARRRRR

Ledakan yang cukup besar terasa sekali dan cukup dekat dari bangunan utama. Tampaknya mereka menggunakan semacam bom untuk meluluhlantak kan tempat ini. Kapan semuanya ini akan berakhir?

GGRRRHAHHHH GHHHHHHH

RRRROOOAARRR GGHHHHH

Selain itu juga terdengar suara mayat-mayat hidup setelah ledakan itu. Aku langsung melihat kearah sumber suara. Gerombolan mayat hidup dalam jumlah besar berjalan kearah lapangan golf ini, sepertinya mereka berhasil menjebol pagar ini akibat suara senjata-senjata kami.

"Lang, apa yang terjadi?" tanyaku padanya.

"Mereka menggunakan mortir Din"

"Mortir? apa itu?" tanyaku.

"Bahan peledak yang dilontarkan seperti artileri Din. Sialan mereka menggunakan senjata itu"

"Mayat-mayat itu menuju kemari Lang" teriak Toni sambil menunjuk kearah sana.

"Sialan! kenapa bisa jadi gini??" Galang tampak panik. "Tak ada pilihan lain, kita harus keluar dari sini sebelum mayat-mayat itu menyerang kita....."

BUUUMMMMM

DUAAARRRRRR

"AAGHHHHHH" ledakan mortir itu mengenai bangunan utama. Tubuhku terlempar entah kemana dan suara dengingan terdengar keras sekali di telingaku. Pandanganku mulai mengabur setelah ledakan itu dan semuanya menjadi gelap.

......

......

......

*****

Aya

"Kalian tak apa?" tanyaku kepada Citra dan Gaby yang kesulitan untuk menembak balik orang-orang itu.

"Iya Aya kita gak apa-apa" balas Citra. Aku membalasnya dengan senyuman.

"Oke, aku cek Dani dulu"

Dengan hati-hati aku merunduk menuju jendela, disitu aku bisa melihat Dani yang sedang menembakkan senapannya. Aku kagum dengannya namun di satu sisi aku sangat khawatir dengannya.

TRAT TRAT TRAT

TRAT TRAT TRAT

"Ada dua orang menuju kemari Ay" teriak Citra. Aku langsung bergegas mengintip jendela dan benar saja, kedua orang itu mulai menembakkan senjata api kearah kami, untungnya aku melompat kearah tembok dan hampir saja tertembak

DOR DOR DOR

"Aya, kamu alihkan perhatian. Aku akan coba menembak mereka" Fidly berada di sampingku dan memegang senjata apinya.

"Iya Fid, aku coba" balasku. Tanganku sedikit bergetar memegang pistol ini, namun aku berusaha untuk tenang dengan menghela napas panjang.

"Sekarang Ay!"

DOR DOR

Dengan cepat aku berdiri dan meletuskan beberapa peluru kearah dua orang itu, mereka terkejut melihatku dan langsung mengarahkan moncong senapannya kearahku. Fidly bergerak dari sampingku dan menghabisi kedua orang itu hingga tewas, aku melihat dia berdiri sambil melambaikan tangan kearah Dino yang berada diatas bangunan utama.

"Kamu gak apa-apa Ay?" tanya Fidly.

"Iya Fid aku baik-baik aja"

BUMMMM BUMMMMM

BUMMMM BUMMMMM

DUAARRRRR

Tiba-tiba sebuah ledakan besar terjadi dekat sekali dari bangunan yang kami tempati. Kami mulai panik akibat itu begitu juga denganku.

"Aya, apa yang sedang terjadi?" teriak Gaby panik.

"Entahlah Gab, aku tak mengerti"

GGGRRHHHHH GGRRAHHHHH

Aku juga mendengar suara-suara mayat hidup yang tampaknya berhasil masuk ke lapangan golf ini. Jumlahnya sangat banyak dan mereka mulai berjalan cepat kearah bangunan utama. Kulihat orang-orang jahat itu mulai kalang kabut karena mayat hidup itu, sungguh pemandangan yang mengerikan terlihat dari mataku.

DUAAARRRRRR

"AGHHHHHHHH"

Ledakan itu kembali terjadi dan mengenai bangunan utama tempat Dino dan kawan-kawannya berada. Aku langsung panik dan cemas dengan keselamatan mereka. Gaby dan Citra bergegas melihat kondisi diluar dan mereka juga tampak panik.

"Kak Dino.... mereka....."

"Ahhh Daniiii......"

Dengan cepat aku berlari keluar dan tak memperdulikan teriakan Gaby yang menyuruhku tetap didalam. Suasana sangat mencekam diluar, mayat-mayat hidup mulai mengerubungi sisi bangunan utama. Betapa terkejutnya aku melihat Dani yang kakinya tersangkut tangga darurat, ia terluka parah sekali dan mengaduh kesakitan.

"DANIIIIII....." kubidik pistol ini kearah beberapa mayat hidup yang menyerangku namun aku hanya bisa melumpuhkan tiga buah karena senjata ini sudah habis pelurunya. Mayat-mayat itu mulai mengerubungi Dani, terdengar suara teriakan kesakitannya yang mengiris hatiku.

"Aya, kamu jangan nekat...." Gaby menarik tanganku berusaha untuk menahanku. Aku meronta-ronta melihat mayat Dani yang dikerubungi oleh mayat hidup. Aku menangis sejadi-jadinya melihat pemandangan mengerikan itu.



"DANIIII HUHUHU DANIIIII......."

"Aya, tenang Aya...... kamu jangan kesana....." Gaby terus berusaha menenangkanku.

"ENGGAK, AKU GAK MAUU HUHUHU"

Mayat-mayat itu sudah mulai pergi meninggalkan Dani, betapa terkejutnya aku melihat kondisi mayat Dani yang sudah hancur dimakan oleh mahkluk-mahkluk itu. Kepalanya hanya menyisakan tengkorak yang beberapa bagiannya masih terdapat kulitnya sehingga wajahnya sudah tak bisa dikenali, bagian perutnya juga meninggalkan sebuah robekan besar dan sebagian besar ususnya jatuh. Tubuhku lemas melihat nasib dia yang mengenaskan, aku kembali menangis dan sesekali berteriak.

"Danii.... Huhuhu..... kenapa Dan....."

"Aya, ayo kita pergi dari sini...." Gaby berada disampingku, namun aku tak bisa meninggalkan Dani dengan kondisi seperti ini.

BUUUMMMMM

BUUUMMMMM

DUARRRRRRRR

"AGGHHHHHHHHH"

..........

..........

..........

..........

*****

Rachel

Asap yang terbentuk dari granat asap ini masih cukup tebal menyelimuti pandangan, aku dengan nekat maju kearah orang-orang itu dengan membawa senjataku. Dino sempat berteriak memanggilku namun tak aku dengarkan.

Aku harus balas dendam kepada dia.

Suara-suara tembakan masih terdengar, aku kagum dengan Dino dan teman-temannya yang berjuang dengan gigih melawan orang-orang itu. Tak ada kata menyerah sepertinya walaupun sejujurnya aku ragu pertempuran ini bisa dimenangkan oleh Dino atau tidak.

TRAATT TRATTT

TRAATT TRATTT

Dengan hati-hati aku berjalan merunduk melingkar untuk menghindari tembakan yang datang dari sana. Kugenggam pistol yang terpasang peredam untuk menembak anak buahnya yang mungkin akan maju kearah bangunan utama.

Dengan hati-hati aku bersembunyi di sebuah gundukan tanah. Aku mendengar percakapan beberapa orang yang masih menembaki teman-temanku. Kugenggam pistol ini dan menghela napas panjang. Dengan cepat kutembakkan pistol ini kearah mereka tepat pada kepalanya, salah satu orang itu mati seketika.

"Ahhhhhhh"

PEW PEW

Sial! Hampir saja anggota satunya menyadari kalau temannya tertembak, dengan cepat kutekan pelatuk pistol ini dan menewaskannya. Aku kembali menghela napas panjang dan kembali bergerak maju.

Tak sulit untuk menemukan si Boss bangsat yang telah menghancurkan hidupku. Ia tampak sedang memberikan instruksi kepada anak buahnya, aku bersembunyi di samping mobil yang untungnya tak dijaga olehnya. Setelah anak buahnya pergi dan tinggal ia sendiri aku langsung melangkahkan kakiku dan mengarahkan pistol ini kepadanya.

Dengan cepat kutembakkan beberapa peluru kearah lutut kaki si Boss, orang yang sudah membunuh adikku. Dia langsung terjatuh dan mengaduh kesakitan, lututnya hancur dan tampaknya tak ada yang menolongnya. Aku langsung bergerak maju kearah dia sambil mengenggam pisau besar.

"AAGHHHH SIALANNNN"

Aku tersenyum melihatnya mengerang kesakitan.

"Aghhhhh, kamu....." dia berkata saat kami saling menatap.

"Masih ingat aku?" tanyaku sambil menodongkan pistolnya kearah dia.

"Kalian semua akan mati, aghhhhhh..... anak buahku jauh lebih banyak dari kalian, wanita pengkhianat....." balasnya mengejekku, tapi aku tetap tersenyum.

"Ini balasanku karena sudah membunuh adikku...." kataku penuh amarah, aku tak sabar ingin menghabisi nyawanya. "Tapi sebelum itu, aku ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan sekarang"

PEW

"AGHHHHHHHHH SIALAN, ANJINGGG?!!!"

Kutembakkan satu peluru kearah lutut sebelah kanan hingga hancur, dan aku pastikan ia sudah tak dapat berdiri lagi. Tak puas dengan ini, kuarahkan kembali moncong pistol ini kearah bagian siku tangannya.

PEW

"AAAGHHHHHHH"

PEW

"AGHHHHHHHHH"

Kedua tangannya mengeluarkan banyak darah dari peluru yang kutembakkan, ia masih mengerang kesakitan dan sesekali tubuhnya sedikit berguncang. Aku tahu ia akan mati kehabisan darah, senyumanku mengembang melihat kondisi tubuhnya yang terbujur mengenaskan.

Belum cukup sampai sini, kuarahkan moncong pistol ini kearah selangkangannya dan langsung kutekan pelatuk senjata api ini.

PEW

"AAAAAGGHHHHHHHHH SSSSSSHHHHH"

Peluru itu menghujam kemaluannya dan tentu saja ia berteriak lebih keras.

BRAKK

"Agghhhh sialan" tiba-tiba anak buahnya menyerangku dari belakang, tubuhku ditangkapnya sambil menodongkan pistolnya kearah kepalaku.

"BUNUH, BUNUH DIA" teriak si Boss mengaduh kesakitan.

"Siap boss.... aughhhhhhh" dengan cepat kutusukkan pisau besar yang tak terjangkau olehnya kearah kaki, cengkramannya terlepas. Kutendang kakinya hingga terjatuh dan melepaskan pisau yang tertancap, dengan cepat kutusukkan kembali pisau itu kearah lehernya. Gerangan napasnya terdengar bersahutan yang diiringi dengan derasnya darah yang keluar, beberapa percikan itu mengenai wajahku.

"GHRRRRHH SSSHHHHH" anak buah itu meronta-ronta sambil memegang luka di lehernya, namun sia-sia saja. Tak butuh berapa lama sampai nyawanya akhirnya melayang.

"SIAL SIAL AGHHHH" si Boss masih mengaduh kesakitan dan suaranya mulai melemah, mungkin darah dalam tubuhnya sudah mulai habis. Aku berdiri dan berusaha untuk menyeret anak buahnya yang sudah menjadi mayat kearah si Boss.

"Ini hadiahku untuk terakhir kalinya, selamat menikmati....." kataku tersenyum padanya.

Benar saja, tak butuh berapa lama anak buahnya sudah berubah menjadi mayat hidup. Mahkluk itu langsung menggigit leher si Boss, ia mengaduh kesakitan dan berteriak. Sungguh pemandangan yang menyenangkan bagiku, balas dendamku akhirnya terbalas. Air mataku keluar membasahi pipiku yang terkena bercak darah.

"Hiks.... adikku.... kamu tenang ya disana...."

BUMMMM BUMMMM

DUARRRRR DUARRRR

Aku terkejut mendengar suara dentuman dan ledakan yang berasal dari bangunan utama, asap ini mulai memudar dan memperlihatkan bangunan-bangunan di lapangan golf ini hancur dan terbakar. Dan juga aku mendengar suara-suara mayat hidup yang tampaknya berhasil menjebol pagar dan mulai masuk ke area lapangan golf. Aku terhenyak melihat situasi ini.

Teman-temanku.....

Aku berusaha untuk berjalan menuju kesana namun bangunan itu sudah hancur dan terbakar.

"Maafkan aku.... gara-gara aku, kalian terlibat dalam semua ini....." isakku. Aku benar-benar merasa sangat bersalah melihat mereka mati sia-sia mempertahankan rumah mereka.

Aku masih melihat kobaran api dari bangunan-bangunan itu cukup lama. Aku tak dapat berbuat apa-apa.

"Dino... maafkan aku....." ucapku lirih dan menahan tangis. Kuambil salah satu senjata api yang masih terisi peluru dan sebuah tas, aku bergegas untuk meninggalkan tempat yang sudah hancur terbakar.

"Aku harus pergi dari sini....."

*****

Dino

Tampaknya aku pingsan cukup lama. Seluruh tubuhku terasa sakit akibat hantaman ledakan seperti bom itu, pandanganku masih tampak kabur. Suara-suara mayat hidup terdengar riuh sekali.

"Ughhhh kepalaku...."

Aku berusaha untuk berdiri, betapa terkejutnya saat menyadari kalau aku tinggal sendiri disini. Aku mencoba untuk berdiri walau masih terasa limbung akibat ledakan tersebut.

(Disarankan untuk mendengarkan lagu ini for the best experience)

"Mereka..... mereka dimana??" kataku lirih, aku berusaha untuk keluar dari bangunan yang sudah hancur terbakar dan melihat banyak sekali mayat-mayat hidup yang bergerombol disekitar sini. Perasaanku tiba-tiba mulai tak enak, dimana mereka semua? Citra? Dila?

"CITRAAA!!!!" aku mulai berteriak memanggil namanya, namun tak ada respon apapun selain erangan berat dari mayat-mayat hidup.

"DILAAA!!! kamu dimana??!!"

Tubuhku terhenyak lemah melihat bangunan yang ditempati Dila dan Citra hancur terbakar, mayat-mayat hidup mulai bermunculan di hampir semua sisi bangunan itu. Tidak mungkin.... ini tidak mungkin.....

Mereka sudah tiada.... tapi......

"AAGHHHHHH......" aku berteriak penuh dengan emosi dan kesedihan yang sangat. Air mataku mengalir deras menyadari bahwa tinggal aku sendiri yang selamat dari kejadian ini.

"Kenapa ini harus terjadi.... hiks... hiks.... seharusnya... aku saja yang mati.... jangan mereka.... hiks.... hiks....."

GGRRRHHHHHAHH

GGEERHHHHHHHH

Suara-suara mayat hidup itu semakin keras bersahutan, mereka berjalan semakin mendekat kearahku. Aku berusaha berdiri dan melihat mahkluk-mahkluk itu, aku tak dapat melawan mereka yang berjumlah sangat banyak. Kugenggam kedua telapak tanganku dan menatap mereka penuh amarah.

"Nghhhhh......"

Tiba-tiba aku mendengar suara wanita dari bangunan yang terbakar itu, aku langsung berjalan mendekati suara itu dan betapa terkejutnya saat kulihat seorang wanita berjalan lemah seperti kebingungan.

Dia adalah Melati.

Melati berjalan kebingungan dengan membawa tasnya, aku langsung menghampirinya. Ia terkejut saat melihatku.

"Kak Dino....."

"Melati....."

Kami langsung berpelukan cukup lama, isak tangisnya terdengar, kuelus rambutnya untuk menenangkan dia.

"Kak... teman-teman kita dimana?" tanyanya dengan mata sembab, aku merasa kasihan dengannya. Berat sekali aku menjawab pertanyaannya.

"Melati.... kita harus tabah..... mereka.... mereka sudah tiada...." kataku, ia seperti tak percaya mendengar perkataanku.

"Kak, nggak mungkin..... itu gak mungkin huhuhu"

Melati berusaha untuk berlari kearah mayat-mayat hidup namun kutahan dia. Ia meronta-meronta.

"Melati, jangan.... hiks.... hiks...."

"Tapi mereka...."

"Kita harus pergi dari sini Mel, kita tak bisa melawan mereka"

Air mata Melati masih mengalir melihat kengerian didepan. Tempat ini sudah hancur akibat ledakan. Gerombolan mayat hidup sudah memasuki area lapangan golf dan menuju kearah kami, tubuhku lemas tak kuasa melihat pemandangan mengerikan ini.

Teman-temanku sudah tiada......

Dila dan Citra.....

Tidak! Aku tak akan mati sia-sia disini, aku harus melindungi Melati, satu-satunya yang tersisa. Kuusap air mataku dan bergegas untuk pergi dari tempat ini.

"Melati, lihat aku" kupegang kedua bahunya dan ia menatapku dengan mata sembab.

"Kita harus pergi dari sini, kita gak boleh mati sia-sia Mel" kataku dengan tegas. Ia mengangguk sambil mengusap air matanya

"Kak, kita akan kemana?" tanya dia lirih.

"Entahlah, yang penting kita harus pergi jauh-jauh dari sini"



Kami berusaha untuk berlari menuju hutan dimana terdapat pintu gerbang. Suara-suara mayat itu terdengar keras sekali dan semakin dekat kearah kami, aku tak membawa apa-apa hanya sebuah pistol revolverku yang masih ada pelurunya sedangkan Melati sudah membawa tas yang mungkin berisi makanan dan minuman.

"Melati, jangan menoleh ke belakang...."

"Ini sudah berakhir......"

Entah, kemana tujuan aku sekarang....

Semua harapan kami, sudah hancur.....

Apakah aku bisa mampu bertahan hidup sekarang?

.
.
.
.
.
END(?)

CREDITS ROLL
 
Terakhir diubah:
Trivia dikit

Sebelumnya ane mau tanya, cerita ini mau dilanjut apa tidak. Ane rasa udh mulai sepi disini wkwk, kalau iya ane lanjut tapi kalau enggak cerita ini tamat sampai di episode ini.

1. What Comes After dalam arti Indonesia adalah "apa yang terjadi selanjutnya" mengacu pada nasib kedepan tokoh-tokoh yang selamat dari pertempuran ini

2. Scene mimpi Citra terinspirasi dari scene The Last of Us Part 2 pas Joel mati digebukin Abby (ini sedih banget dah sumpah :( )

Dah gitu aja sih, ane sebenarnya lagi males nulis wkwk

Happy reading and have a nice day, stay safe and stay healthy :)

Waktu dan tempat saya persilahkan.....
 
Trivia dikit

Sebelumnya ane mau tanya, cerita ini mau dilanjut apa tidak. Ane rasa udh mulai sepi disini wkwk, kalau iya ane lanjut tapi kalau enggak cerita ini tamat sampai di episode ini.

1. What Comes After dalam arti Indonesia adalah "apa yang terjadi selanjutnya" mengacu pada nasib kedepan tokoh-tokoh yang selamat dari pertempuran ini

2. Scene mimpi Citra terinspirasi dari scene The Last of Us Part 2 pas Joel mati digebukin Abby (ini sedih banget dah sumpah :( )

Dah gitu aja sih, ane sebenarnya lagi males nulis wkwk

Happy reading and have a nice day, stay safe and stay healthy :)

Waktu dan tempat saya persilahkan.....


kalo ane pilih lanjut aja hehe soalnya ini salah satu cerita yg tak tunggu. lagian itu endingnya nggantung masihan wkwk okelah part 2 berhenti sampe episode 20 gapapa, nanti dilanjut ke part 3 :hore:

sedikit kritik & saran dari ane. terinspirasi mah gpp tapi jangan plek juga alurnya, jadi kurang fresh menurut ane. pas ngebaca kek udah ngerti atau bisa nebak gitu episode berikutnya gimana. mungkin ts bisa beristirahat sejenak, sambil memikirkan ide-ide yg fresh untuk lanjutan ceritanya. semoga ts sehat selalu agar semangat dan lancar menulis ceritanya :beer:
 
Belum baca, baru liat sekilas sekilas. mau ngomenin trivianya dulu.

Semuga bisa lanjut, kak. Sama, ini juga salah satu cerita yang aku tunggu.
Apalagi ending nya masih agak menggantung, sayang kalo tidak diteruskan.

Betul kata kak @WeenieHut, mungkin bisa lebih dieksplore lagi ceritanya, bisa banyakin improvisasi. Pengemasannya menurutku cukup rapi, enak dibaca dan sesuai juga sama tastenya aku.

Semangat kak!
 
Mungkin gw kurang ngeh apa gimana ni, tapi disini mayat bisa jadi zombie hu ? tanpa harus di gigit ?
Terus kasus dani, bisa kah jadi zombie ??
 
Yang mati nya kurang tragis, ya. Maksudnya matinya tragis, sih. Cuma asa nggak ngefek apa apa gitu ke aku nya.

Mungkin engagement aku sama dani kurang, jadi biasa aja.

Btw, anin, galang, citra, gaby, aya sama nadila MIA mungkin yah, soalnya waktu nyeritain bagian aya, nggak keceritain mereka bisa kabur ato nggak, kalo dino, melati, sama rachel mah kan ketahuan kabur.

Wah bener, sayang kalo ga diterusin.
Tapi kalo agak lelah, bisa istirahat aja dulu, kak.

Aku tunggu karya selanjutnya.
 
Mungkin gw kurang ngeh apa gimana ni, tapi disini mayat bisa jadi zombie hu ? tanpa harus di gigit ?
Terus kasus dani, bisa kah jadi zombie ??
Virus ini menyebar lewat udara namun awalnya bersifat pasif jika orangnya itu masih sehat, virus ini baru menyerang saat orang itu mati, sekarat dan terdapat luka parah yang tak cepat tertangani. Supaya orang itu gak berubah jadi zombie saat sudah tewas, tinggal tembak/tusuk kepalanya aja, hehehe. Efek virusnya bervariasi, ada yang beberapa puluh detik (kayak kasusnya Gracia di cerita ini) dan rumornya ada yang bisa bertahan 1 jam tergantung kondisi, fisik dan imunitas orangnya.

Dengan kata lain juga, semua tokoh manusia di cerita ini sudah terinfeksi virus ini.

(Kalau yang udah pernah baca Part 1 saat Anin tertembak, itu sebenarnya dia sudah mulai kena efek virusnya namun untungnya Aya bisa menyelamatkan nyawa Anin)

kalo ane pilih lanjut aja hehe soalnya ini salah satu cerita yg tak tunggu. lagian itu endingnya nggantung masihan wkwk okelah part 2 berhenti sampe episode 20 gapapa, nanti dilanjut ke part 3 :hore:

sedikit kritik & saran dari ane. terinspirasi mah gpp tapi jangan plek juga alurnya, jadi kurang fresh menurut ane. pas ngebaca kek udah ngerti atau bisa nebak gitu episode berikutnya gimana. mungkin ts bisa beristirahat sejenak, sambil memikirkan ide-ide yg fresh untuk lanjutan ceritanya. semoga ts sehat selalu agar semangat dan lancar menulis ceritanya :beer:
Nah ini, salah satu kelemahan terbesar ane :sendirian:
Udah berusaha semaksimal mungkin biar ceritanya gak sama persis tapi akhirnya juga sama persis dah wkwkwk. Pengennya mau rehat sejenak tapi ane takut kalau keterusan jadi lupa sama tanggung jawab ane disini. Anyway makasih kritik dan sarannya hehe


Aniiiiiiinnnnnnnnnnnn
:aduh::aduh::aduh::aduh:

Yang mati nya kurang tragis, ya. Maksudnya matinya tragis, sih. Cuma asa nggak ngefek apa apa gitu ke aku nya.

Mungkin engagement aku sama dani kurang, jadi biasa aja.

Btw, anin, galang, citra, gaby, aya sama nadila MIA mungkin yah, soalnya waktu nyeritain bagian aya, nggak keceritain mereka bisa kabur ato nggak, kalo dino, melati, sama rachel mah kan ketahuan kabur.

Wah bener, sayang kalo ga diterusin.
Tapi kalo agak lelah, bisa istirahat aja dulu, kak.

Aku tunggu karya selanjutnya.
Iya juga sih, kayaknya memang kurang tragis nulis scenenya wkwk

Btw, anin, galang, citra, gaby, aya sama nadila MIA mungkin yah, soalnya waktu nyeritain bagian aya, nggak keceritain mereka bisa kabur ato nggak, kalo dino, melati, sama rachel mah kan ketahuan kabur.
Kalau ini maaf ane gak bisa jawab, rahasia hehe:Peace:
 
Kalo saya sih milih lanjut, soalnya ini salah satu cerita yg saya tunggu2 setiap updatenya, walaupun ga setiap update saya komen *maafkan hehe

Itu yg ga disebutin selamat atau ga, belum tentu mati kan ya, masa iya mati semua wkwk


Btw, Get Well Soon Marc!
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd