Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A.K.A.R -the begining-

A.K.A.R-the begining-
Chapter Tujuh​




"Maksudnya?" Aku heran dan kaget dengan pertanyaan Pitcung yang tiba tiba menyebut nama Sari.

"Lu tau maksud gw." Jawab Pitcung sambil menatapku tajam.

Aku menghela nafas sejenak, kupesan es jeruk dua gelas kepada teteh warkop dan kembali menatap Pitcung.

"Mimpi apa lu bisa nyebut nama Sari?" Tanyaku lembut sambil menempelkan telapak tanganku di dahinya. Pitcung menepis tanganku dan berkata,

"Udahlah Bey, jawab aja kenapa sih? Masih ada nama Sari di hati lu?" Kejar Pitcung kepadaku.

Aku kembali tersenyum dan bertanya balik kepada Pitcung.

"Sekalipun masih gw simpen namanya di hati gw, terus gw bisa apa? Orangnya aja gak tau dimana. Lagian gw emang gak ada niat buat nyari dia." Kataku dan langsung dipotong oleh Pitcung.

"Ga percaya gw. Mana gw tau lu komunikasi apa ngga sama dia di belakang gw."

Aku geleng geleng dan menggaruk garuk kepala.

"Haduuhh..."

Kemudian ku keluarkan HP ku dan menyerahkan HP ku kepadanya. Aku paham maksud Pitcung, dia cuma butuh bukti. Dan lagian, memang aku tak pernah berhubungan dengan Sari dalam bentuk apapun juga.

Pitcung langsung mengambil HP ku.
Dia mengutak atik HP ku hampir selama lima belas menit. Ada perubahan raut wajah yang kutangkap di wajah Pitcung, wajahnya tak lagi menampakkan rasa marah kepadaku meskipun bibirnya itu tetap manyun manyun seperti orang yang sedang kesal.

"Ini siapa?" Tanya Pitcung sambil menunjukkan layar HP ke hadapan wajahku. Terlihat nama 'Rere' di panggilan keluar dua hari yang lalu.

"Rere, kan kebaca itu tulisannya." Kataku mulai sedikit sedikit mengajaknya bercanda.

"Iihh.. iye maksud gw Rere itu siapa?!" Tanya Pitcung mempertegas pertanyaannya sambil melotot.

"Rere.. Rika, Rika yang tadi ngobrol sama eluuu.." kataku mulai gemas.

"Ga percaya gw..bisa aja ini nomer Sari tapi lu ganti namanya jadi Rere." katanya sambil menatapku tajam.

Uugghh.. jadi geregetan sendiri aku.

"Telpon aja kalo ga percaya mah." Kataku sambil meneguk es jeruk pesananku.

Pitcung pun menelpon nomor Rere dan memilih menekan tombol loadspeaker. Iyalah pasti, Pitcung adalah type yang akan mengejar suatu hal yang membuat dia curiga sampai dia menemukan sendiri kebenaran tentang hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri.

Setelah tiga kali nada tunggu, terdengar suara Rere mengucap salam diujung sana. Latar suaranya terdengar bising oleh kendaraan lain.

"Haloo assalamualaikum.." kata Rere.

"Waalaikum salam. Ini siapa?" Tanya Fitri langsung tanpa basa basi kepada Rere.

"Mm.. ini Rika. Ini kak Fitri kan?" Kata Rere lagi.

Pitcung menoleh dan menatapku. Aku cuek saja. Kemudian Pitcung berkata lagi pada Rere.

"Oohh.. Iya Ka, ini Fitri. Rika udah sampe mana?" Barulah Pitcung basa basi kepada Rere dengan nada lembut.

"Lagi cari makan bareng mas Cholil kak. Ada apa ya kak? Rika jadi deg degan nih.." terdengar nada khawatir dari Rere kini.

"Fitri gak percaya kalo nama panggilan kamu itu Rere.. makanya dia nelpon buat ngebuktiin sendiri." Kataku tanpa perduli pelototan mata Pitcung.

"Oohh.. hehehe.. iyah kak Fitri, nama panggilan Rika itu Rere." Jawab Rere disana dengan nada canggung. Mungkin gak enak hati juga dia.

"Yaudah gapapa kok Re, aku manggilnya Rere juga yaa. Biar samaan sama cowok dekil di sebelah aku ini nih Re." Kata Pitcung yang kini menjewer telingaku.

"Hehehe.. iya kak Fit.. gapapa kok."

"Yaudah Re, aku tutup ya telponnya.." kata Pitcung lagi.

"Iya kak Fit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.." Pitcung menutup telponnya dan menyerahkan HP kepadaku.

"Nih.."

"Udah? Percayaa?" Tanyaku kepadanya.

"Au.. awas aja kalo lu berani buka hubungan lagi sama yang namanya Sari." Kata Pitcung mengancam.

Akupun terkekeh sambil tersenyum. Mana mungkin aku bisa bertemu lagi dengan Sari? Meskipun itu juga jadi salah satu harapan terbesarku dalam hatiku saat ini.

"Anterin gw.." kata Pitcung tiba tiba sambil menarik lenganku.

"Eeehh.. kemanaaa, ini es belom bayar." Kataku mulai senang karena akhirnya Pitcung kembali bersikap biasa.

"Oh iya.. teehh, masukin ke bon nya Bayu dulu yaa.." kata Pitcung asal.

"Sundelan lu.." kataku kepada Pitcung. Sementara si teteh warkop hanya tertawa dan menjawab OK.

"Kemana?" Tanyaku sambil menstarter motor matic keluaran pertama miliknya ini.

"Mana kek, laper gue gara gara mikirin lo seharian." Katanya sambil naik di boncengan belakang.

"Sukurr.." kataku kepadanya dan dijawab dengan bentuk toyoran di belakang kepalaku.

"Songong" katanya.

"Bodo." Jawabku.

"Gak gw kasih toket lu." Ancamnya.

"Lah.. nyari toket yang laen gw." Balasku.

"Gidaaahh.." katanya sambil mencubit pinggangku.

Akupun tertawa sambil mengaduh kesakitan. Tepat sebelum ku lajukan motor, kurasakan jok motor seperti bergetar sedikit. Aku terhenyak dan menoleh ke belakang. Pitcung menatapku dengan tatapan aneh dan bertanya,

"Knapa lo? Bukannya jalan buruan." Katanya.

"Cung... lu kentut ya?" Tanyaku kepadanya.

Pitcung menahan tawa dan terbahak kemudian. Sejenak aku merasa ilfil dengan gadis ini. Bisa bisanya dia buang gas dibelakangku.

"Astaga itu pantat. Kaga ada sopan sopannya bener lu.." kataku ngedumel sendirian.

Pitcung benar benar tertawa geli di belakangku sampai menyandarkan kepalanya di bahuku saking gelinya dia tertawa. Aku bergidik merinding dan mulai melajukan motor Pitcung dengan hati sedikit ilfil dan tawa geli dari Pitcung.

Malam ini, kami makan malam di gerobak nasi goreng langganan kami.


_____¤¤_____


POV Rere.


Kak Fitri kenapa ya? Kok sampai menelponku pakai nomornya Ibey? Apa dia marah karena Ibey menyimpan nomorku? Tapi kata Ibey tadi, Kak Fitri cuma tak percaya kalau Rere itu adalah aku. Iya sih waktu mas Cholil mengenalkan aku dan kak Fitri tadi, aku menyebut namaku dengan nama Rika dan bukan Rere. Lagian, sepertinya tadi kak Fitri sedang marah sama Ibey, ada apa ya?

Duh.. kok aku jadi penasaran gini ya.

"Rik... Rika.. kok melamun?"

"Oh.. ngg.. nggak kok mas, gak melamun." Suara mas Cholil membuyarkan lamunanku tentang Ibey dan kak Fitri.

Mas Cholil mengajakku makan di sebuah Mall di daerah dekat Grogol, aku tak bisa menolaknya karena jujur saja, selama beberapa minggu terakhir ini dia sangat bersikap baik kepadaku. Dan memang benar kata Ibey kalau mas Cholil ini adalah pria yang baik dan jujur serta polos. Seringkali dia mengajakku keluar makan atau sekedar jalan jalan di mall. Dan seringkali juga dia menawariku berbagai barang seperti pakaian, tas atau yang lainnya, namun selalu kutolak. Aku bukanlah type wanita yang aji mumpung seperti kebanyakan wanita kota lainnya. Lagipula, aku bersedia diajak keluar oleh mas Cholil pun karena permintaan dari Ibey pribadi kepadaku. Dia minta agar aku sedikit memberi kesempatan untuk mas Cholil menunjukkan keseriusannya kalau dia memang benar benar cinta padaku.

Aku sadar bahwa mas Cholil sedang berusaha meraih hatiku. Dan kalau saja bukan karena permintaan Ibey, mungkin akan kutolak ajakan mas Cholil.

"Rika mau makan apa?" Tanya mas Cholil kepadaku.

"Mmm.. apa aja deh mas, mas Cholil yang milihin aja." Jawabku sambil tersenyum kepadanya.

"Ooh.. yasudah, aku pesenin kwetiau goreng aja ya, kayak biasanya." Kata mas Cholil sambil mencatat di sebuah kertas kecil.

Kuperhatikan wajah mas Cholil selagi dia mencatat pesanan untuk makan malam kami. Dengan garis wajah khas orang jawa tengah sebenarnya mas Cholil cukup manis dan juga cakep. Hanya saja, hatiku terlanjur jatuh dan memilih Ibey.

Kamu terlambat mas, kamu terlambat untuk mencoba masuk ke dalam hatiku. Kataku dalam hati.

"Hai.. tuh kan ngelamun lagi." Kata mas Cholil dan kembali membuatku sedikit terkejut.

"Hehehe, nggak kok mas.. udah mesennya mas?" Tanyaku basa basi dan mengalihkan topik obrolan.

"Sudah kok, lha itu pelayane udah masuk ke dalam." Katanya dengan logat yang tak bisa hilang begitu saja.

"Mmm.. Rik, aku mau jujur boleh gak?" Sambung mas Cholil sambil menatap mataku.

"Boleh mas, masa aku larang sih.." jawabku dan langsung menebak kemana arah pembicaraan ini.

"Mm.. gini.. kamu tau kan kalo kita udah kenal dari bulan bulan kemarin, mmm.. gini.. aku mau jujur Rik. Aku..." mas Cholil menggantung kalimatnya.

Maaf mas, aku udah terlanjur cinta dengan Ibey kataku dalam hati. Aku sudah tahu akhir dari kalimat mas Cholil nanti.

"Akuuu.. aku cinta sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?" Kata mas Cholil dengan wajah bersemu merah yang mungkin menahan malu.

Aku menunduk, hatiku ingin menolak. Benar benar ingin menolak. Tapi kalau kutolak pernyataan cinta dari mas Cholil, dia pasti akan memberitahu Ibey, dan kalau Ibey tahu bahwa aku menolak cintanya mas Cholil, itu artinya Ibey akan menganggap kalau aku menolak untuk memenuhi permintaan Ibey kepadaku. Dan kalau sudah begitu, aku takut Ibey akan menjauh dariku dan aku takut tak akan pernah lagi bisa dekat dengannya meskipun nanti aku akan bekerja satu tempat dengannya.

Ya Tuhaan.. kuatkan hatiku.

Aku memandang wajah mas Cholil dan menjawab,

"Mas, aku udah tau kalo mas Cholil suka sama aku, tapi aku emang sengaja nunggu mas Cholil nembak aku duluan." Aku diam sejenak untuk menguatkan perasaanku.

"Iya mas, aku mau jadi pacarnya mas Cholil.." kujawab dengan senyum manisku.

Huuuffttt... akhirnya kuterima cinta mas Cholil dengan perasaan sedikit tak rela. Namun aku akan lebih tak rela kalau seandainya aku kehilangan sosok Ibey di kemudian hari.
Biarlah aku merasa 'terpaksa' di satu sisi, tapi 'bahagia' di sisi lain.

Mas Cholil benar benar gembira mendengar jawabanku, bahkan dia menggenggam tanganku dan mengucapkan terima kasih berkali kali sambil berjanji bahwa dia tak akan mengecewakanku dan akan tetap setia selamanya. Entah itu hanya sekedar janji manis laki laki atau janji yang sebenar benarnya dari mas Cholil. Kuserahkan kepada putaran waktu, biarlah waktu yang membuktikan janji janji mas Cholil kepadaku sekalipun aku tak begitu memperdulikan janji janjinya kepadaku.

Bey, aku udah memenuhi permintaan kamu. Sekarang tinggal kamu yang menuhin janji kamu untuk jadi sahabat dekat aku. Bahkan mudah mudahan aku bisa seperti kak Fitri dihatimu nanti kataku dalam hati.

Malam ini, mas Cholil benar benar memanjakanku dengan sikapnya yang benar benar terlihat tulus.

_____¤¤____


POV Ibey.


Rabu malam kamis, jadwal rutinku untuk mengantar ci Mer sudah tiba. Sedari jam setengah tujuh petang aku sudah menunggu ci Mer di ruang makan rumahnya. Si bos terlihat sibuk mondar mandir dari belakang ke dalam kamar kemudian ke ruang tamu sambil membawa laptop dan mulai mengerjakan beberapa perjanjian kerja dengan kontraktor kontraktor yang menjadi rekanan kerjanya. Aku cuek saja, karena memang sudah teramat biasa aku berada di rumah ini, jadi si bos pun sepertinya tak perlu lagi menyuguhkanku minuman atau makanan apapun. Karena biasanya aku akan mengambil sendiri di ruang makan belakang.

Seperti saat ini, aku sedang berada di meja makan dan menuangkan segelas sirup dari dalam lemari es sampai kudengar ci Mer keluar dari kamar dan berbicara kepada si bos menggunakan bahasa yang aku tak mengerti. Tak lama, ci Mer menyusulku ke belakang dan bertanya,

"Disini ga taunya. Udah makan belom lo? Kalo belom, makan dulu lah. Gw temenin disini."

Ci Merry mengenakan pakaian sport ketat tanpa lengan dan celana sport pendek yang juga ketat. Aku terpana melihat kemolekan tubuh istri bos ku ini. Bahunya yang sedikit bidang hasil dari fitness rutinnya, payudara yang sedang, perut yang ramping dan pinggul yang molek tersaji di depanku dalam bentuk sempurna dan mulus.

"Woy, malah ngeliatin gua lo.." katanya lagi sambil tersenyum dan menowel pipiku.

"Eh.. hehehe.. ci Mer seksi bener soalnya." Jawabku tanpa perlu berbohong.

"Udah makan saya ci tadi.." sambungku lagi.

"Oh iya Bay, ngomong ngomong lo gak kepengen ngewe lagi sama gua ya?" Katanya bisik bisik sambil duduk di kursi sebelahku dan tersenyum malu.

"Hah..?" Aku melongo.

"Ssstt.. jangan kenceng kenceng.." katanya sambil menempelkan telunjuk di bibirnya.

"Maksud ci Mer gimana? Gagal paham saya.." kataku yang kini juga bisik bisik.

"Lo gak pengen ngewe lagi sama gua?" Tanya ci Mer lagi.

"Emang ci Mer mau ngewe lagi sama saya?" Kutanya balik bos perempuanku ini.

Penisku sepertinya mendengar bisik bisik kami berdua, karena dia mulai menggeliat di bawah sana.

"Gimana ya.. lo gak pernah ngajak lagi sih. Kan gua udah bilang, lo harus tanggung jawab kalo gua jadi ketagihan sama kontol lo ini." Katanya sambil meremas penisku dari luar celana. Alhasil peniskupun tersinggung dan langsung berdiri menantang didalam sana.

"Sshh.. aduh ci, jangan gila dong. Ada si bos tuh di ruang tamu. Lagian masa saya yang kudu ngajak Ci Mer ngewe, gak berani lah Ci saya.." Kataku sambil celingak celinguk ke ruang depan yang kalau dari tempatku duduk akan terlihat punggung si bos.

"Makanya lo jangan berisik. Gua horny nih, keingetan kontol lo terus." Kata Ci Mer lagi tetap meremas remas penisku.

"Ssshh.. aduh, gimana ya, kan Ci Mer harus fitness sekarang." Kataku sedikit ragu tapi mau demi mendengar kata 'gua horny' dari Ci Mer. Apalagi, dia horny gara gara teringat terus dengan penisku.

"Diem dulu ya. Gua ke depan dulu." Katanya langsung bangkit dan menuju ke ruang tamu.

Aduhh.. gaswat nih fikirku. Mau ngapain lagi noh orang?

Kemudian kudengar ci Mer berkata kepada si bos.

"Koo.. Merry gak fitness dulu ya. Mau ngurusin stok barang buat di toko Ciputat. Belom Merry input di laptop Merry."

"Haiya, lu gimana jadi olang, itu si Bayu udah nungguin dali tadi malah lu ga jadi pitnes." Kata si bos seperti memarahi istrinya.

Sumpah aku deg degan. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti sajapun aku tak berani. Kemudian kudengar ci Mer berkata,

"Makanya itu koo, mumpung ada Bayu disini, biar dia yang nginput barangnya ke laptop Merry, nanti sekalian Merry yang mastiin keluar masuk barangnya, biar Merry gak keingetan terus sama PR Merry koo.." Kata Ci Mer beralasan.

Gila, kata kata ci Mer seperti kode yang berbahaya bagiku. Aku nginput atau memasukkan barang ke laptop, dan Ci Mer yang mastiin kalau barangnya itu keluar masuk?

Aduh.. belum apa apa aku sudah berfikiran kalau barang yang dimaksud oleh Ci Mer adalah penisku, dan laptop adalah kode buat vaginanya serta Ci Mer harus memastikan kalau barang atau penisku itu keluar masuk biar dia gak keingetan terus oleh penisku.

Ampun dah, ini memang fikiranku yang terlalu ngeres atau memang ci Mer yang sengaja berkata seperti itu?

"Lu tanya dulu sama Bayu sono. Lu jangan maenin keljaan olang ha.. itu dia tugasnya ngantel lu pitnes bukan ngeljain keljaan lu.." kata si bos sambil mengatakan sesuatu dalam bahasa mereka yang terdengar seperti bahasa omelan menurutku.

"Iya kokoo.." jawab Ci Mer.

"Baaayyy.. sini loo.." Ci Mer setengah teriak memanggilku.

"Iya Ci.." jawabku dari ruang makan dan menekan nekan penis yang sudah teramat songong karena berani beraninya dia berdiri disaat aku sedang terduduk.

"Kenapa ci?" Kataku ketika tiba di ruang tamu dan memasang tampang pura pura tak tahu dan pura pura tak mendengar. Posisi ci Mer berdiri di samping sofa yang sedang diduduki oleh si bos. Kulirik ci Mer yang sekilas melirik gelembungan kecil di celanaku sambil tersenyum.

Geblek, dia malah senyum senyum, ga tau gw lagi deg degan apa ya? Tanyaku dalam hati.

"Lo ga ada acara kan ini malem?" Tanya Ci Mer seperti pertanyaan basa basi.

"Nngg.. gak ada Ci, kan jadwalnya nganter Ci Mer fitness." Jawabku sambil dagdigdug.

Si bos kemudian melihatku dan menurunkan kacamatanya ke tengah tengah hidung tanpa berbicara sedikitpun. Sepertinya dia ingin mendengar pembicaraan antara aku dan istrinya.

"Yaudah lo ga usah anter gua fitness, malem ini gua gak jadi fitness. Tapii, biar lo gak makan gaji buta, bantuin gw nginput barang ya." Kata Ci Mer setengah bercanda setengah serius.

"Mmm.. nginputnya kemana?" Tanyaku pura pura bloon. Aku sengaja bertanya seperti itu karena aku ingin memastikan omongan ci Mer barusan kepada si bos apakah benar benar serius atau malah itu adalah kode rahasia yang ditujukan kepadaku.

Kemudian ci Mer memutar sedikit tubuhnya sehingga agak membelakangi si bos. Posisi si bos ada di sebelah kiri pinggul Ci Mer. Lalu dengan tangan kanannya, Ci Mer menyentuh vaginanya di hadapanku tanpa bisa dilihat oleh si bos. Aku deg degan luar biasa melihat tingkah Ci Mer saat ini. Jelas sudah bahwa omongannya tadi itu adalah kode berbahaya untukku.

"Ke laptop gua lah.. gimana sih lo.." kata Ci Mer sambil melirikkan matanya ke arah bawah menunjuk dan mengelus vaginanya dengan jari telunjuk.

"Gimana Bay? Gua benelan kaga ikut campul dah, telselah lu mau apa ngga bantuin Melli nginput itu balang ke laptop dia." Kata si bos sambil geleng geleng.

"Ya mau aja bos, itung itung ganti kerjaan rutin." Jawabku untuk si bos.

"Barangnya apaan aja sih ci?" Tanyaku untuk Ci Mer.

"Cuma kayu, kayu jati. Tau sendirilah lo, kayu gede gitu, mana keras. Makanya bantuin gua nginput itu kayu ya.." jawab ci Mer sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.

Adududuuhhh itu kode.. kutahan mati matian si penis yang berusaha menjebol resletingku agar bisa keluar dan menjebol celana ci Mer.

"Ya... yaudah ci, gapapa.." kataku gugup.

"Yaudah, kita ngerjainnya di meja makan aja Bay, jangan disini. Kalo disini takut bos lo keberisikkan. Ntar marah lagi dia.. gua ngambil laptop sama ganti baju dulu di kamar." kata ci Mer kemudian.

Baru hendak ku jawab, si bos berkata,

"Iya, disono aja dah. Keljaan gua lagi banyak. Lu beldua keljain di belakang aja." Katanya sambil kembali mengambil beberapa kertas dokumen dan meletakkan jari jarinya di keyboard laptop.

Anjiiiiirrrr.. kataku dalam hati. Ini sih namanya ngewe diijinin nih.

Ci Merry menarik lenganku dan menyuruhku menunggu di meja makan. Sebelum dia masuk ke kamar, tangannya iseng meremas penisku dan tersenyum nakal diiringi kerlingan mata darinya.

"Ci...!!" Kataku sambil melotot dan menoleh ke arah si bos.

Ci Mer hanya cekikikan pelan sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan. Tak lama berselang, aku yang sudah duduk di kursi meja makan langsung kembali terpana karena melihat ci Mer yang menghampiriku sambil membawa laptop. Bagaimana tak terpana, Ci Mer mengenakan lingerie warna merah menyala dan tanpa stocking. Di kakinya. Batas bawah lingerie itu hanya lima centimeter dibawah sudut segitiga G String berwarna senada. Kemolekkan tubuhnya amat sangat terlihat dibalik lingerie yang kebanyakan berbahan jaring itu.

"Bussset Ci, kalo si bos kesini gimana ini?" Kataku bisik bisik bernada khawatir.

"Sst.. tenang aja, bos lo kalo udah kaya gitu bisa sampe jam sebelas malem gak bangun bangun dari sofa." Katanya sambil meletakkan laptop di meja dan menyalakannya.

Aku bingung harus berbuat apa dan hanya bisa menatap tubuh indah Ci Mer dengan tatapan penuh nafsu.

Kemudian Ci Mer berkata,

"Kemaren kan lu udah jilat jilat memek gua, sekarang gantian, gua pengen nyobain ngisep kontol lo Bay." Kata Ci Mer yang langsung meraih penisku dan meremasnya dari luar celana.

"Beneran Ci?" Kataku tak percaya. Si penis songong ini bakal masuk ke dalam mulut kecil Ci Merry?

"Beneran. Tapi lo cuci dulu ya kontol lo. Bukan apa apa, biar bersih aja." Katanya dan membuka kancing celanaku serta menurunkan resletingku. Dia mengusap usap penisku dari luar celana dalamku. Penisku benar benar tegang sekarang.

"Oke Ci. Bentar saya cuci dulu." Kataku dan berdiri menuju kamar mandi untuk mencuci penisku dengan sabun mandi. Setelah selesai, aku tak mengenakan celanaku dengan benar. Sengaja kupegang celanaku di tengah paha dan memelorotkan celana dalamku dibawah pinggul. Penisku manggut manggut seiring langkahku menuju meja makan, kulihat Ci Mer terpana menatap penisku.

Setelah aku duduk, ci Mer langsung menggeser kursi yang tadi diduduki olehnya dan bersimpuh di depan penisku. Digenggam dan dielusnya penisku dengan lembut. Kemudian Ci Mer menempelkan penisku ke pipinya sambil di elus elus pelan. Rasanya enak sekali.

Kemudian, Ci Mer menatap mataku dan mulai mengeluarkan lidahnya. Dia meyentuh ujung penisku dengan ujung lidahnya dan memutar mutar lidahnya di atas lubang kencingku. Tubuhku menegang menahan nikmat dan ngilu, secara sadar kupegang kepala Ci Mer dan menekannya ke bawah agar penisku masuk ke dalam mulutnya. Ci Mer menurut, mulutnya terbuka dan melahap penisku dengan rakus. Gerakannya masih terlihat kaku, bisa jadi ini adalah pengalaman pertamanya dalam hal menghisap penis. Bahkan beberapa kali kurasakan penisku bergesekan dengan giginya. Sesekali Ci Mer menjilat pangkal penisku dan menyusuri batang kerasku sampai ke ujung atas.

"Ssshh.. huufftt.." kataku menahan desahan karena Ci Mer saat ini menghisap kuat kuat penisku dan memaju mundurkan bibirnya di batang penisku. Tangannya aktif meraba raba buah pelirku dan menambah efek nikmat dibawah sana.

Meskipun gerakannya kaku, tapi caranya menghisap penisku sangatlah liar. Belajar dari mana Ci Mer fikirku.

Ci Mer mengoralku selama kurang lebih sepuluh menit. Aku memintanya untuk berhenti dan memintanya untuk duduk di kursi yang kini kududuki.

"Udah Ci, gantian.." kataku.

"Puah.. hhh..hhh.. iya." Jawabnya dengan nafas memburu.

Setelah duduk di kursi, akupun segera jongkok dan mengelus paha mulus Ci Mer. Ci Mer menaikkan lingerie nya sebatas pinggang, dia menekuk kedua kakinya diatas kursi dan menyingkap segitiga G stringnya ke sebelah kanan bibir vaginanya. Sebelum ku mulai ritual nikmat ini, aku berkata kepadanya,

"Ci.. Ci Mer sambil perhatiin bos ya, takutnya dia kesini. Terus jangan berisik, tar si bos denger." Kataku.

Alih alih menjawab, Ci Mer malah meraih kepalaku dan menariknya agar mendekat ke vagina yang sudah sangat becek itu. Tanpa ragu akupun langsung menjilat dengan rakus. Kulirik Ci Mer, wajahnya memerah dan tangannya menutup mulutnya agar tak ada desahan yang keluar dari mulut mungilnya. Pinggulnya tersentak sentak setiap kali kujilat klitoris mungil milik Ci Mer. Kembali ku lirik Ci Mer, tangannya tetap menahan bibirnya agar tak mendesah sambil sesekali menoleh ke arah depan tempat si bos sedang bekerja saat ini.

"Hhh... hhmmpp.. oh.. hmmmpp.." hanya suara itu yang keluar dari bibirnya kini.

Sampai pada satu titik, Ci Mer membuka lebar mulutnya dibalik telapak tangan yang sedang berusaha menutup mulutnya itu sambil melihat ke arahku dan menaikkan pinggulnya ke wajahku. Tangannya menahan kepalaku agar tetap diam didepan vaginanya.

Sampai.... kataku dalam hati bersamaan dengan lendir hangat yang mengalir keluar dari lubang vaginanya.

"Hooommmppp... hhooommmmpphh... heemmmppphhh..ukh.."

Tersentak sentak tubuhnya demi merasakan nikmat orgasme. Aku sengaja diam dan membiarkan dia selesai menghabiskan orgasmenya.
Nafasnya ngos ngosan dan tubuhnya mengejang. Setelah dua menit barulah Ci Mer bisa sedikit tenang mulai rileks. Ci Mer menarik lenganku agar aku berdiri, dengan lutut yang terlihat sedikit gemetar Ci Mer berdiri dan memintaku duduk di kursi. Kuturuti kemauan Ci Mer, setelah aku duduk Ci Mer mengangkangi pahaku dan meraih penisku. Dengan perlahan dia menggesek gesek kepala penisku di vaginanya sebelum akhirnya berhenti di depan lubang hangat dan memasukkan penisku ke dalam sana.

"Aaahhhh... sssshhh... uuuhhh..." Ci Mer mendesah pelan sambil menahan beban tubuhnya dengan memegang bahuku.

Aku tak tinggal diam, tangan kananku meremas pantatnya sementara tangan kiriku menarik lingerie bagian atasnya agar payudara Ci Mer dapat kulihat dan kuremas remas. Ci Mer mulai melakukan gerakan naik turun di atasku. Baru tiga sampai lima kali gerakan, kami berdua terkejut dan langsung diam karena si bos terbatuk batuk di ruang tamu.

Aku menoleh ke arah si bos, punggung si bos tampak naik turun karena batuknya. Aku deg degan, benar benar deg degan oleh sensasi menegangkan ini. Aku sedang menggauli istri bosku di ruang makan sementara si bos sedang sibuk di ruang tamu tanpa mengetahui kejadian di ruang makan.

Aneh, rasa deg degan karena tegang justru membuat gairah dan nafsuku semakin menjadi. Setelah batuk si bos berhenti dan tak ada tanda tanda dari si bos untuk beranjak dari sofa, Ci Mer kembali menggerakkan pinggulnya. Kali ini dia menggerus penisku dengan gerakan maju mundur. Rasanya luar biasa nikmat dan menghanyutkan.

Sementara Ci Mer sibuk menggerus penisku, aku sibuk menghisap puting payudara sebelah kanan Ci Mer dengan rakus dan mencubit cubit puting payudara sebelah kiri dengan lembut. Ci Mer benar benar terlihat kewalahan menahan desah.

"Hiks.. mmmhh...hmp hmph hmph..akh.. hmmpppt..." Desahnya sambil sesekali menutup mulut dengan punggung lengannya.

Gerusan Ci Mer pada penisku semakin cepat setelah sekitar sepuluh menit dia bergoyang diatasku sampai akhirnya dia kembali orgasme sambil memelukku erat dan menekan belakang leherku dengan lengannya. Sementara pinggulnya ditekan semakin kencang ke penisku dapat kurasakan kakinya kejang kejang. Aku menahan sakit di bahu karena Ci Mer benar benar menggigit bahuku agar suara erangannya tak sampai keluar dan terdengar oleh si bos.

"Hhhggggghhhh.. nnnggghhhh... hhmmmpppptt...hmp hmp.." Ci Mer mengerang sambil mengigit bahuku.

"Ssshhh... huuuuuuffft..." aku kesakitan beneran.

Semenit kemudian Ci Mer ambruk dan bersandar ditubuhku. Nafasnya tak teratur dan memburu, aku ingin mencoba sesuatu namun masih sedikit ragu. Kutatap wajah Ci Mer dari samping dan kuraih dagunya. Wajah merah Ci Mer yang ngos ngosan setelah mendapat orgasmenya yang kedua terlihat begitu menggairahkan. Matanya setengah terpejam dihiasi oleh beberapa helai rambutnya yang melintas disitu.

Nekat, kucium bibir Ci Mer dan Ci Mer balas menciumku. Aku benar benar girang karena bisa mencium bibir istri bos ku ini. Kami berciuman begitu panas dengan kondisi kelamin belum terpisah dibawah sana. Ku hentak hentak pelan pinggulku dan rupanya Ci Mer mengerti. Dia kembali menggerus penisku dengan gerakan maju mundur. Kami kembali bercinta dengan posisi ini selama beberapa menit sebelum akhirnya ku minta dia untuk rebahan dilantai.

Ci Mer kemudian rebahan di samping dinding batas ruang makan dan kamarnya. Kepalanya sedikit dia tongolkan ke depan agar tetap bisa memantau si bos. Aku melepas seluruh celana panjangku dan melepas separuh celana dalamku yang nyangkut di betis sebelah kiriku. Kuangkat tungkai kakinya dan kutekuk serta kubuka lebar lebar. Kusempatkan untuk menjilat sebentar vagina mungil dengan bulu pubis yang tercukur rapi itu. Ci Mer mendesis keenakkan.

"Sssshhh.. ssshhh... hhhaahh.." desisnya sambil mengacak acak rambutku.

Semenit kemudian Ci Mer menarik kepalaku menjauh dari vaginanya dan berkata,

"Masukin buruan, gua udah gak tahan.."

"Ci Mer udah dua kali loh, masih gak tahan juga?" Godaku sambil menggesek gesek kepala penisku di sepanjang belahan vaginanya.

"Ssshh.. hh..hh.. ngewe sama lo enak. Memek gua jadinya gatel terus gara gara kontol lo.." katanya dengan tatapan binal tanpa senyum sambil meremas remas payudaranya sendiri.

"Buruan Bay, memek gua gatel..masukin kontol lo..buruan ngewe lagi.." katanya lagi setengah berbisik.

Aku menjadi gemas dan nafsu mendengar Ci Mer bicara vulgar seperti itu. Kusodok sedikit kencang sampai penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Ci Mer. Ci Mer megap megap dan menjerit kecil.

"Aakhh..."

"Hhh..hhh.. enak Ci?" Kutanya Ci Merry.

"Enhak.. sodok lagi yang kenceng.." pintanya kepadaku.

Kusodok lagi dengan kencang sampai mengeluarkan bunyi Plak. Ci Mer menutup mulutnya dan menoleh ke arah si bos, namun sepertinya masih aman karena Ci Mer kembali memintaku untuk menyodok vaginanya dengan keras.

"Lagih Bay.."

Kusodok lagi dua kali sampai Ci Merry mengangkat kepalanya sampai belakang menahan nikmat. Kulakukan sodokan sodokan keras beberapa kali di sela sela genjotanku pada vaginanya dan berusaha sebisa mungkin agar tak menimbulkan suara benturan antara kulitku dengan kulit Ci Mer. Setelah kurang lebih sepuluh menit, kurasakan spermaku mulai mengalir dan siap datang untuk keluar.

"Hhh..hhh.. Ci, dalem apa luarh..?" Tanyaku kepada Ci Mer yang masih megap megap menahan desah.

"Ters... serah..hhmm.. cup..cup." jawabnya sambil mencium bibirku.

Kupercepat tempo gerakanku demi menyambut semburan nikmat yang mulai mendesak keluar. Sampai akhirnya aku menggeram pelan dan menyodok penisku dalam dalam ke vagina Ci Mer.

"Grrmmmhhh... hhmmmh...keluar Ccc...Chiiii.. egh.."

Semburan sperma yang keluar begitu kencang dan banyak kurasakan. Ci Mer sampai memelukku erat dan menarik nafas sementara kedua kakinya mengejang naik lurus ke atas. Sedetik kemudian seluruh tubuh Ci Mer bergetar seperti kena setrum, bola matanya berputar ke atas dan mulutnya menganga membentuk huruf O.

Tangannya yang sedang memeluk punggungkupun kurasakan ikut bergetar. Bahkan ketika aku sengaja menoleh ke belakang guna melihat kedua kakinya, kakinya tegak lurus ke atas dan bergetar hebat. Beriringan dengan itu kurasakan cairan hangat membanjiri batang penisku malah sepertinya mengalir keluar dan membasahi buah pelirku.
Edan fikirku, sepengalamanku berhubungan badan dengan wanita, baru kali ini kulihat ekspresi wanita yang mendapat orgasme sampai sebegitu hebatnya, bahkan sampai gemetar dan bahkan lagi sampai tak mampu untuk mengeluarkan suara sedikitpun.

Aku takjub menyaksikan itu dan tak mampu berkata apa apa. Beberapa menit kemudian tubuh Ci Merry kembali normal dan terlihat lemas. Penisku belum kucabut dari vaginanya, kubiarkan dulu sampai Ci Merry kembali dari dunia lain yang bernama dunia 'The Big O'. Setelah nafasnya kembali teratur, Ci Mer membuka kedua matanya dan tersenyum kepadaku.

"Gila.. lemes gua..hh..hh.." katanya sambil kembali memelukku. Aku tersenyum dan mengecup bibirnya satu kali sebelum akhirnya ku dengar suara teriakan.

"Oiii Melli.. coba lu kesini sebental. Ajak Bayu sekalian."

Kami terkejut dan saling menatap.


"Eh...."


Yassallaaamm....
Mantap suhu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
:ngacir::ngacir::ngacir::ngacir: maraton 3 hari dari cerita akar.. endingnya nyesek tapi mantaplah jalan ceritanya. Ditunggu lanjutannya hu dah ampir staon belom apdetnya lg
 
Maafkan saya karena tidak meneruskan cerita ini para suhu.. TERLALU BANYAK KESALAHAN pada cerita ini. Kesalahannya ialah terlalu buru². Cerita AKAR, ane buat dalam jangka kurang lebih 1th sebelum ane tuangkan di forum kebanggan ini. Dan AKAR - The Begining rasa²nya hanya akan jadi cerita kosong tanpa arti. Makanya ane stop n milih bertapa dulu. Maafkan ane karena udah bikin kecewa para suhu suhu sekalian
 
Bimabet
ane kira cerita yg ini bkal tentang A.K.A.R ...
ternyata BAYU muda ...

lanju trus hu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd