Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Adik Idolaku (PART 5 Updated)

Bimabet
Cuy buruan update dong pls. Darurat bacolan nih. Heheheheheeeee
 
Update Adik Idolaku Part 3

sorry for the wait, guys! enjoy ya!

Jakarta siang hari. Aku dan mobilku sedang berada di tengah sebuah jalan protokol Ibukota. Walaupun macet dan kondisi matahari sedang terik-teriknya, namun aku masih tetap senang. Yah, mau macet sekalipun kalo ditemani cewek cantik di sebelahku ini, aku tak keberatan kok. Ia sedang bercerita tentang kejadian kemarin lusa ketika aku mengantarnya pulang.


“Eh Son, emang nggak papa aku nganter pulang ke rumah gini? Kan ada Stella di rumah”

“Nggak papa Kak Eric. Kemaren Cici kan juga nggak masalah kan ketemu kak Eric? Waktu nganterin buku aku”

“Iya sih. Emang kamu cerita?”

“Iya, waktu yang pertama kali itu”


Sejak terakhir kali mengantarkan Sonia pulang, kini kami mulai lebih sering pulang bersama. Sonia juga nggak pake nolak dulu dan aku memaksa, ia kini dengan cepat menganggukkan kepalanya dan pergi mengikutiku ke parkiran mobil. Di mobil kami sering bercerita banyak hal. Sonia sih yang lebih cerewet. Aku lebih banyak memandang wajah dan payudaranya yang selalu menyembul itu.


“Duh macet banget ya” kata Sonia.

“Iya, jam orang pulang kantor sih. Emang lo buru-buru harus ke fX nya? Bukannya sekarang team K3 ya?” tanyaku.

“Hmm Cuma janjian sama Rachel sih buat barengan ke tempat latihan dari fX”

“Oh gitu, jam berapa latihannya?”

“Jam 7. Jam 6 nanti berangkatnya.”


Kulihat jam di dashboard mobil. Masih pukul 16.00. Fx juga nggak begitu jauh.


“Nanti abis latihan mau dijemput?” tawarku.

“Eh nggak usah kak, ini baru ngerepotin” jawabnya

“Nggak papa sih kalo lo mau.” Lanjutku. “Pokoknya bayar”

“Ih bayar pake apa? Pake duit?” tanyanya.

Tangan kanannya kupegang. Kepalaku menoleh ke wajahnya dan ia pun demikian. Aku lalu senyum. Ia mengerti maksudku.

“Oooh bayar pake itu. Ih maunyaaa” ledeknya.

Kedua tangannya dikalungkan ke leherku. Dan kemudian ia mendekatkan wajahnya dan bibir kami saling berpagutan. Iya, lagi-lagi kami berciuman di mobilku. Mobilku ini memang saksi percumbuanku dengan Sonia.


“mmh… hmmm”



Kuajak main lidahnya dengan lidahku. Ia mulai lihai, lidahnya menyambut lidahku dan kami saling bermain. Kulepas genggaman tanganku, kuraba payudaranya dari luar kaos yang ia pakai. Seperti biasa, payudara inilah favoritku. Kuremas remas sambil kami masih tetap berciuman.


“TIIIINNNN”


Kami berdua kaget dan melepas ciuman kami. Ternyata mobil di depan kami sudah berjalan cukup jauh namun kami masih berhenti. Segera kuturunkan rem tangan dan kutancap gas. Kami berdua sama-sama tertawa setalahnya.


“Tuh kak Eric siiih kita jadi dimarahin orang kaan”

“Nggak papa, dimarahin orang demi bisa ciuman sama Sonia mah bodo amat gue”

“Iih”

“Lagi yuk” ajakku.

“enggak ah, ntar diklakson lagi.”, jawabnya sambil merapikan kaosnya dan duduk seperti semula.



Aku sedikit kecewa, namun benar juga. Nanti malah terjadi apa-apa kalau ketahuan orang kami bercumbu di mobil. Apalagi di tengah kemacetan ini. Harus kuturunkan birahiku yang mulai sedikit naik ini. Akhirnya kami hanya diam namun saling berpegangan tangan.


“Eh lo gw turunin di mana? Nggak mungkin di lobby kan?”, aku mencoba memecah keheningan.

“Iya jangan di lobby Kak. Di mana yaaa”

“P4?”

“Hmmm jangan kak, jangan masuk fX deh. Itu nanti setelah halte agak majuan, trus ada belokan ke PS kan. Nah turunin di situ aja nanti aku jalan”

“Oh yaudah”


Mobilku mulai memasuki kawasan Senayan di depan FX. Masih macet.


“Sonia”

“Iya kak Eric? Kenapa?”

“Kapan-kapan nonton yuk”


Gila, apa yang aku pikirkan coba. Masa aku ngajak gitu aja seorang member. Aku juga bingung entah kenapa bisa berkata demikian.


“Boleh”

“Hah?”

“Mau ngajak nonton bioskop kan? Boleh aja” jawabnya.

“Yess” aku berteriak senang.


Ia tampak heran melihat aku begitu senang. Tak lama kemudian kami sudah sampai di tempat yang Sonia maksud tadi. Ia mengambil tasnya lalu mendekat ke arahku.


“Makasih ya kak eric”, katanya sambil mencium pipi kiriku.


“Sama-sama cantik”, balasku.


Sonia tersenyum dan keluar dari mobilku. Sembari dirinya keluar mobil, kupandangi ranum pantatnya dari belakang.


Kulanjutkan perjalanan pulang dengan banyak pertanyaan di kepalaku. Kuajak nonton di mana ya? Yang sepi wota tentunya. Aku bingung. Masa harus ke sampe keluar Jakarta? Tapi di sana juga pasti banyak wota. Dan lagi, jauh. Aduh, di posisi ini aku benar-benar bingung. Nanti ajalah dipikirin, toh dia juga belom tentu bener-bener mau diajak nonton. Kutancap gas pulang sampai ke Apartemenku di daerah Jakarta Selatan.


Keesokan harinya di kampus, aku baru saja selesai satu mata kuliah wajib. Sebenernya aku benci hari Rabu, karena kuliahku hanya satu dan pagi hari lagi. Jadi aku harus bangun sepagi mungkin dan berangkat ke kampus pagi-pagi buta agar tak terjebak macet. Dan selesai kuliah, waktu masih menunjukkan pukul 09.12. Aku berjalan ke arah kantin untuk makan. Di sana kudapati Sonia duduk sendiri sambil bermain hapenya. Aku berjalan ke arahnya.


“Sonia kok sendiri aja?”

“Eh kak Eric. Iya nih ternyata kelas aku jam 9 dibatalin. Dosennya nggak masuk nih”

“Loh emang lo gak dikasih tau kalo dibatalin kelasnya?” Aku mengambil duduk di depannya.

“Dikasih tau sih di grup. Cuma semalem aku habis latihan langsung tidur, gak sempet baca grup lagi. Chat kak Eric aja baru aku baca pagi kan”

“Oh gitu, sampe jam berapa latihan semalem?”

“Jam 12 kak”

“Malem banget ya. Trus sekarang ini nganggur? Apa mau pulang?”

“Nganggur sih. Mau balik tapi nanti kan jadwal aku teateran. Nanggung nih.”



Wah kesempatan, pikirku.


“Ooh. Yaudah temenin gue yuk”

“Eh, mau ke mana?”

“Makan”

“Di?”

“Ada sih, tempat yang gue pengen. Lo lagi free nih tapi?”

“Free sih. Cuma nanti mau ke teater soalnya kan jadwal hari ini Team J. Tadinya mau nunggu ke kos Beby sampe sore, baru berangkat dari sana ke teater”

“Yaudah abis nemenin gue makan nanti lo gue anter ke kos Beby deh”

“Yaudah, yuk”


Kami berdua pun beranjak dari kantin. Kugandeng tangannya dan bergegas menuju mobil. Kujalankan mobilku. Masih jam segini dan sudah lepas dari kemacetan ibukota rasanya menyenangkan.


“Emang mau makan di mana kak?”

“Hmm… di mana ya….”

“Ih katanya tadi udah tau mau makan di mana”

“Belom kok. Tadi alasan aja biar bisa ngajak lo jalan”

“Ih kak Eric ah hahaha”

“Ya daripada lo nganggur juga kan”

“Iya sih”

“Atau lo ga suka kalo gw ajak keluar?” tanyaku.

“Enggak, suka kok. Aku seneng keluar sama kak Eric” jawabnya.


Kami berpandangan. Kupelankan pedal gasku sehingga mobilku tepat berhenti di lampur merah. Seperti kemarin, kudekatkan wajahku dan lagi-lagi kami berciuman. Kulingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya dan kutarik dirinya ke arahku. Kami berciuman dengan panas.


“mhh…”

“hmmmhhh…”


Namun kali ini aku tidak bodoh. Ketika lampu hijau, kulepas ciumannya dan aku kembali berfokus ke jalanan. Ia sedikit bingung namun akhirnya sadar kalau lampunya sudah hijau. Ia kembali duduk dan pipinya bersemu merah. Aku hanya tersenyum ke arahnya.


“Kenapa mesti di mobil ya hahaha” kataku.

“Gak tau nih, Kak Eric duluan kaaaan” jawabnya malu-malu.

“Ya habisnya di mana, masa di apartemenku”

“Kalo deket sih boleh aja” ia menjawab, namun segera membuang mukanya. Dari pantulan kaca aku bisa melihat wajahnya yang merah merona.

“Beneran? Yaudah”


Tanpa basa basi lagi kubelokkan mobilku. Kebetulan sekali ini jalanan yang sudah tak jauh lagi dari Apartemenku. Hanya hitungan menit, kami sudah parkir di basement. Kupegang tangannya dan berjalan menuju lift. Di dalam lift kupeluk badannya dan kucium lehernya dari belakang.



“Mmmhh kak Eric….”

“hmmm lo wangi banget Son” aku masih tetap mencumbunya.

“mmmhh ka-k i-itu liftnya dipencet dong”

“Eh iya, pencetin dong 19”


Kulepaskan cumbuanku. Ia menekan angka 19 di lift. Ia berbalik ke arahku.


“Sabar dong kak Er- mmmhhhh”


Kucium bibirnya, kami berciuman dengan panas di lift. Kupeluk tubuhnya dan kami masih tetap berciuman. Sesekali kuremas pantatnya menggunakan tangan kanan, dan tangan kiriku meremas-remas payudaranya.


TING!!


Lift telah sampai di lantai 19. Kami berdua keluar dari lift dan berjalan ke arah unitku di ujung koridor. Kubuka pintunya dan ia masuk mengikutiku. Ia tak sempat berkomentar apa apa ketika aku selesai menutup pintu, kupeluk dan kucium kembali dirinya. Ia membalas ciumanku dan bahkan kami bercumbu lebih panas. Astaga, kami bahkan masih di depan pintu unitku. Kugendong dia dan kurebahkan di kasurku.


“Mmmhh kak Eric ngga sabar bang…et… mmhhhh”



Kugenggam dan kuangkat kedua tangannya ke atas. Kusingkap kaos yang ia pakai dan itu dia! Aku bisa melihat payudaranya yang terbungkus bra pink. Pemandangan ini sudah lama aku tunggu. Tanpa membuang waktu, kucium payudaranya.


“mmhmmm kak Eri…c”

“gila toket lo gede banget sayang” racauku sambil terus menciumi payudaranya.

“mmhhh aaahhh” ia mendesah sambil memegangi kepalaku yang masih menciumi payudaranya yang terbungkus itu.


Kuangkat bra nya ke atas tanpa kulepas pengaitnya. Kini payudara Sonia menampakkan semua bagiannya, termasuk puting warna pinknya yang menggairahkan. Kucium sedikit puting kirinya, dan langsung kuhisap. Tangan kiriku bermain di payudara kanannya


“aaaahhhh kak erii---sayaaaang” ia menjambak rambutku.

“mmmhhh kak eric nakaaaal aaaaah” racaunya.


Kuciumi setiap bagian payudaranya, dan kuciumi pula sampai ke perutnya. Ia tampak tak nyaman dengan kaosnya dan branya yang hanya kusingkap.


“Buka aja ya?” tawarku

“Hmmmh jangaann” ia menutup matanya dengan kedua tangan.


AKu tak peduli. Kuloloskan bajunya dengan sedikit paksa. Lalu kuraih pengait branya di belakang dan kulepas.


“Aaawww aaah kak Ericc jangaaan”


Kulepas kaosku dan celana jeansku sehingga kini aku hanya memakai boxer. Setelah itu aku beralih ke celana jeansnya. Ia nampak tak melawan ketika kubuka dan kulepas celana jeansnya. Kucium kedua pahanya yang putih dan mulus.


“Iiiih geliii…”

“Kenapa ditutup mukanya sih, Son?”

“Sonia maluuu” jawabnya sambil tetap menutup mukanya.


Aku tersenyum. Kupegang paksa kedua tangannya dengan tanganku. Kugenggam jemarinya dan kuarahkan menjauh dari wajahnya. Mulanya ia melawan, namun karna aku terus memaksa, akhirnya ia membiarkan tangannya kukuasai. Tapi ia masih menutup matanya dan menolehkan wajahnya ke samping.


“Hey, sini, jangan merem gitu dong”

“mmmm enggak, pokoknya aku malu”

“malu apa sih, sayang. You’re so sexy, afterall” bisikku ke telinganya


Perlahan ia membuka matanya. Wajahnya masih memerah. Kudekatkan wajahku, kusentuh pipinya dengan kedua tanganku dan kucium bibirnya. Setelah itu kulepas ciumannya sambil berkata kepadanya,


“Nikmatin aja, ya sayang”

“mmmhh iya”


Sonia kini mulai tenang. Dan ini saatnya diriku kembali bekerja. Kuambil posisi di atas tubuhnya. Kucium lagi bibirnya, turun ke leher, dan kucumbu lehernya. Perlahan tapi pasti ciumanku bergerak turun ke dadanya. Lalu di belahan payudaranya. Sepanjang aku melakukan itu, Sonia terus mendesah, dan kedua tangannya memeluk kepalaku. Menjambak rambutku. Desahannya sungguh makin membakar nafsuku untuk melakukan lebih.


“aaahhh… sayanggg” desahnya.



Aku kembali ke spot favoritku: payudaranya. Kuciumi keduanya putingnya bergantian. Kulakukan dengan lembut dan perlahan. Sambil sesekali kuhisap. Sonia makin mendesah dan bahkan menggelinjang. Tanganku melepas kedua tangan Sonia yang sedari tadi ia kalungkan di leherku dan kuarahkan ke atas kepalanya. Setelah menahan kedua tangannya, aku kembali menjilat putting kirinya. Kali ini lebih keras.


“Aaaahh…. Akkkhh Kak Eriiiiicccccccc” ia menjerit.


Bisa kurasakan celana dalamnya basah. Aha, dia orgasme rupanya. Kulepas tanganku yang menahan tangannya. Kupandangi wajahnya. Ia memandangku lemah, menikmati sisa sisa orgasmenya.


“Enak kan sayang?” godaku sambil sesekali mencium payudaranya.



Sonia hanya mengangguk. Namun permainan birahi ini tentu saja masih jauh dari selesai. Celana dalamnya yang basah kuturunkan perlahan. Kini aku bisa melihat gundukan vaginanya. Kulebarkan kedua kakinya, dan tiba-tiba kucium vaginanya.


“Aaaakkkghhh….geliii…. Awwwaakkkhhh kak Erriiiiiiiii…. Aaaakhhh” ia berteriak dan menggeliat keenakan.


Tak berhenti di sana, kini lidahku ikut bermain. Makin lama tempo jilatanku makin kupercepat. Kujilati klitorisnya sampai vaginanya benar-benar becek. Tubuh Sonia berkelojotan hebat, dan kedua kakinya dikalungkan ke badanku.


“Oooohhhhh akkkkhhh…. Kakkkkk Gelii…. Aaaakkhhh, Akkkkkhhhhh” teriaknya kencang, bersamaan dengan cairan cintanya yang keluar lagi.


Nafasnya terengah-engah. Keringat membasahi kening dan lehernya. Aku tampak kasian kepadanya. Gila, mungkin baru kali ini ia menerima kenikmatan birahi ini. Kulepas celana boxer dan celana dalamku. Penisku yang tegang kini telah bebas menjulang. Aku berlutut disampingnya. Dengan sisa tenaganya ia melihat penisku yang tegak itu.


“Ih kak Eric burungnya berdiri itu”

“Iya, aku masukin ya sayang”


Sonia tak menjawab. Kuarahkan penisku ke arah vaginanya. Kucoba untuk memasukkan perlahan-lahan, karena aku tak tau apakah vaginanya sudah pernah disinggahi penis atau belum. Kuambil jalan aman saja, kuarahkan dan akan kumasukkan pelan-pelan.


“Tahan ya sayang”, rayuku sambil mencium bibirnya sekali.


Ia mengangguk. Kugesekkan kepala penisku di dinding vaginanya. Naik, turun, naik, turun dengan lembun. Perlahan tapi pasti, dan sesekali diiringi jeritan kecil dari Sonia, akhirnya penisku masuk ke dalam lubang vaginanya. Ohhhh gila, vaginanya benar-benar sempit dan menjepit batang penisku dengan erat. Aku berusaha menggenjot penisku. Pertama agak susah karena benar benar rapat. Namun lama kelamaan aku mendapatkan temponya. Kugerakkan pinggulku maju mundur. Tentu saja kamarku penuh dengan lenguhan Sonia saat ini.


“Aaaahhhkkkhhh Nngghhhh aaaahh kak Ericccc”

“Sonia sayang, aakkhhhh” eranganku tak tertahankan


Kami saling melenguh dan mendesah. Harus kuakui, dari semua vagina yang pernah aku cicipi, baik dari mantan maupun pecun yang kusewa, milik Sonialah yang sangat rapat dan mampu menjepit batang penisku. Dan aku bisa merasa bahwa aku semakin dekat dengan puncak orgasme.


“Ngghhh Soniaaaa ngghhh” racauku sambil mempercepat genjotanku.

“Kak Eriiiii….aaahhhhh aaaahhhhh ngghhh aaahh” Sonia menjerit. Teriakannya melengking. Ia orgasme lagi.


Makin kupercepat tempo genjotanku karena aku sadar aku juga takkan lama lagi. Aku masih berusaha mempertahankan akal sehatku pula agar tidak menyemprotkan spermaku nanti di dalam vaginanya.


“Ngghhhhh Sayaaaaaang” erangku keras.


Kurasakan penisku mulai berkedut, kulepas penisku dengan cepat dan tak lama setelah keluar dari vaginanya, spermaku menyembur. Membasahi sprei dan bahkan ke perut dan paha Sonia. Aku tersengal, lalu ambruk di sebelah Sonia. Kami berdua saling menikmati sisa percintaan kami. AC kamarku pun tak berasa dingin walaupun kami sama-sama tak mengenakan sehelai benangpun. Suasana hening. Sonia tampak benar-benar kelelahan dan sepertinya tertidur. Kubetulkan posisi tidurku. Kutarik selimut ke atas, menutupi badanku dan Sonia. Kutaruh kepalaku di atas bantal. Tiba-tiba Sonia mendekatkan tubuhnya ke arahku, meletakkan kepalanya di atas tangan kiriku. Kucium keningnya, ia memeluk tubuhku.


Ini bukan mimpi kan? Ini kenyataan kan? Aku barusan ngewe dengan member? Member jeketi yang dulu kuelu-elukan dan kupuja. Begitu banyak pertanyaan gak penting di kepalaku yang malah makin membuatku ngantuk. Kubalas pelukan Sonia, dan samar-samar mataku menutup dan aku pun tertidur.

Lanjut Part 4
 
Terakhir diubah:
di maksimalken bro masa cuma sekale hehehe...
tank abdetnya.
 
Bimabet
Copas ig

Noh di osa osi dot com cerita ini
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd