Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Akhirnya Aku Mengerti Ibu

CrazySka

Tukang Semprot
Daftar
17 Jan 2015
Post
1.034
Like diterima
51
Lokasi
Dibawah Awan
Bimabet
Kali ini ane mencoba.. Yah mencoba membuat sebuah cerpen religi, mohon maaf bila cerpen ini jauh dari kata bagus. Sesungguhnya ane hanyalah seorang amatiran yang baru saja masuk ke dunia tulis menulis. Bila ada hal yang menurut suhu-suhu sekalian yang tidak benar mohon beritahukan hal tersebut agar ane edit, hanya sekedar untuk menjadikan cerpen ini lebih baik. Karena ini sangat jauh dari kata sempurna. Ane tau didunia ini tak ada yang sempurna hanya tuhan yang kita sembah lah yang sempurna, memang menurut orang ada hal yang sempurna tapi itu menurutnya beda dengan anggapan orang lain. Oleh sebab itulah ane mohon kritikan atau pun saran bila ada itu juga, supaya cerpen ane ini lebih baik dari kata buruk akhir kata ane ucapkan:

[size=+2]~~Selamat Membaca~~[/size]​


[size=+2]Akhirnya Aku Mengerti Ibu[/size]​

" Awa laysalladzii khalaqa ssamaawaati wal-ardha biqaadirin 'alaa an yakhluqa mitslahum balaa wahuwal khallaaqu l'aliim(81), Innamaa amruhu idzaa araada syay-an an yaquula lahu kun fayakuun(82), Fasubhaanalladzii biyadihi malakuutu kulli syayin wailayhi turja'uun(83). (surat ya-sin, ayat 81-83). "
“ShadaqAllahul ‘Azhim”​
Aku pun menutup buku pemberian Ibu, yang berisikan pada bagian pertamanya adalah surat Ya-Sin dan seterusnya masih kosong. Ibu memintaku agar mengisi bagian kosong itu dengan tulisan ku sendiri tidak olehnya.
Oh iya, perkenalkan namaku Iwan umurku masih 14tahun. sekarang aku sedang berada ditempat peristirahatan semua warga dan termasuk juga Ibu ku di dunia ini orang menyebutnya kuburan namun bagiku itu sangat keterlaluan seperti kata Bapak,
"Ibu sedang istirahat ditempat peristirahatan terakhirnya." begitulah kata Bapak kepadaku.

Setelah tadi aku dan Bapak, menunaikan ibadah shalat Idul-Fitri dan bersalam memohon maaf lahir batin dengan semua orang yang kami temui.

Dan masih ku ingat dulu ketika Ibu masih ada dia mengajari ku banyak hal hingga sampai sekarang pun aku masih mengingatnya. Walau aku akan merasa perih dan ingin sekali menangis sekeras-kerasnya, aku akan menceritakannya.

[size=+2]~~~~^X^~~~~[/size]​

Waktu itu aku masih sekolah dasar, hari-hariku hanya belajar tak bermain sedikit pun dengan teman sebaya ku. Sepulang sekolah aku membantu Ibu dirumah sebentar dan berangkat ke madrasah, untuk belajar mengaji dan mempelajari ilmu tajwid agar fasih membaca Al-Qur'an. Sepulangnya aku dari madrasah, aku membantu Ibu dan belajar dirumah. Sering kali Ibu berkata kepadaku setelah pulang dari madrasah.

"Sekarang sudah fasih nak atau belum?"

"Sayangnya belum Bu."

"Besok-besok harus fasih dan ingat 'Man Jadda Wa Jada' Barang siapa yang bersungguh-sungguh niscaya dia akan berhasil, insya allah!"

"Iya Bu aku ingat, kan tiap hari Ibu ingetin."

"Ya udah, sekarang kamu makan dulu."

Hari-hari ku terus seperti itu kawan-kawan berbeda bukan dengan yang kalian alami?

Kadang aku merasa iri melihat teman-teman sebaya ku yang asik bermain sepulang mereka sekolah. Sedangkan aku, hanya bisa bermain dengan mereka hanya di sekolah, itu juga sebentar.

Sempat aku sengaja bolos madrasah, pulang-pulang kuping ku panas. Yah karna Ibu menjewer kupingku, aku tak tau Ibu tau dari mana yang jelas aku tak akan melakukannya lagi. Aku pun diseret ke dalam rumah, dan menyuruh ku duduk di ruang tamu.

"Kamu ini kenapa bolos Iwan?" tanya Ibu sebari berdiri Menatapku kesal.

"Iwan pengen bermain Ibu sama teman-teman." Aku tertunduk takut melihat Ibu.

"Main gak ada untungnya buat kamu..." ucapan Ibu meninggi.

"Terus...apa gunanya yang Iwan lakukan setiap hari?" Aku pun memberanikan diri menatap Ibu.

"Ibu tuh mau kamu pinter dan fasih supaya dikemudian hari kamu berguna bisa mendoakan Ibu dan Bapak." kemarahan Ibu mereda dan meneteskan airmata sedangkan aku hanya diam menatapnya.

"Bisa mengajarkan ke anak-anakmu kelak." lanjut Ibu dalam tangisnya.

"Bila Ibu dan Bapak sudah tiada, kami akan tenang bila kamu sudah menjadi orang yang Ibu dan Bapak inginkan." Ibu mengusap airmatanya dan aku pun meneteskan airmata setelah mengerti akan kegiatan sehari-hari ku itu.

"Memangnya... Memangnya yang diinginkan Ibu dan Bapak apa dari Iwan selain itu Bu? pasti Iwan turuti semua yang Ibu dan Bapak inginkan." ucapku dalam tangis.

"Yang Ibu inginkan selain itu semua hanyalah, kamu sekarang sampai kamu dewasa nanti jangan sering berbuat dosa! kamu tak mau kan Ibu mu ini masuk neraka dan melihat mu masuk neraka?" Ibu duduk disebelah ku dan mengusap airmataku.

"Aku berjanji Bu, akan ku turuti semua keinginan Ibu dan Bapak, mulai saat ini dan seterusnya." Ibu pun tersenyum.

"Bagus kalau kamu begitu Iwan, sejujurnya Ibu juga merasakan apa yang kau rasakan." Ibu termenung,

"Waktu Ibu di didik oleh nenek sewaktu seumuran dengan mu, Ibu juga sama seperti mu ingin sekali bermain namun nenek mendidik Ibu lebih dari didikan Ibu kepadamu, nenek suka sekali memukul Ibu jika Ibu membantah." lanjut Ibu membuat aku terkejut,

"Namun setelah Ibu membaca arti dari setiap ayat yang Ibu baca di Al-Qur'an, Ibu jadi mengerti akan kelakuan nenek yang suka memaksa Ibu untuk belajar mengaji dan setiap malam Ibu harus membaca Al-Qur'an didepan nenek setelah sholat isya."

"Terus jadinya gimana Bu." rasa penasaran pun tak terbendung mendengar cerita Ibu.

"Ya Ibu turutin dari pada tangan Ibu kena sapu lidi."

"Terus Ibu fasih Bacanya?"

"Gak sama sekali Ibu fasih, Ibu waktu itu cuma nyelonong saja gak mikirin hukum tajwidnya Iwan, akhirnya Ibu dimarahin Nenekmu."

"Bwahahaha. Lebih parah dari aku ternyata." tawaku meledak dalam hati.

"Hayo.. Ketahuan-kan lagi banding-in Ibu sama kamu, siapa yang lebih jelek, ya kan?."

"Bisa aja nih Ibu nebak-nebak pikiran Iwan, tapi salah. Hihihi."

"Apa kuping mu masih belum panas Iwan?"

"Ah... Tidak Bu tidak, sudah panas kok jangan menjewer-nya lagi Bu ku mohon!"

[size=+2]~~~~^X^~~~~[/size]​

1 setengah tahun kemudian atau setengah tahun sebelum aku menginjak 14 tahun umurku.
Saat itu masih kelas 6 sd semester 2, saat aku sedang mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Tiba-tiba Bapak ku datang dan menyuruhku ikut dengannya, aku pun mengiyakannya.

Setelah berbasa-basi dengan guru ku, Bapak membawaku ke sebuah rumah sakit. Aku pun bingung, buat apa aku dibawa kesini.

"Pak, kenapa Iwan dibawa kesini?" aku berjalan bersebelahan dengan Bapak setelah memarkirkan motor.

"Tadi Ibu mu jatuh dikamar mandi." kita pun sampai di pintu masuk dan menelusuri lorong kamar pasien.

"Apa Pak? Ibu jatuh." Bapak ku hanya mengangguk,

"Sekarang dimana Pak kamar Ibu?"

"Ini kita sampai, kamu dulu apa Bapak?" kami sampai di kamar rawat Ibu.

"Bapak saja."

"Baiklah." pintu pun terbuka nampak Ibu terbaring lemas dengan selang infus di pergelangan tangannya. Aku pun segera menghampirinya dengan menetes kan airmata.

"IBU...." teriakku melihat keadaan Ibu seperti itu dan airmata ku pun tanpa sadar sudah bercucuran, segera ku berlari kearahnya.

"Hei nak, kamu sudah datang ternyata, makasih mas mau menjemputnya padahal kau melarang itu." ucap Ibu pelan dan mengusap airmataku.

"Tak usah dipikirkan setelah ku pikir-pikir tak ada salahnya lebih baik sekarang kalian berbahagia aku mau mencari minum sebentar." Bapak ku pun pergi. Sedangkan aku tidak tau sama sekali tentang yang mereka bicarakan.

"Iwan apa kamu rela jika Ibu pergi meninggalkan mu?" Ibu menatapku serius dengan mengelus-elus pipi kiri ku.

"Aku gak rela Bu."

"Kalau mau bertemu Allah bagaimana?"

"Kalau itu aku rela Bu, Maksud Ibu ke surga kan? Ibu kan pengen sekali kesana mana bisa Iwan larang."

"Bagus, sekarang kamu tambah pinter itu baru anak Sholeh.. Eh.. Entar dulu sebelum Ibu menyebut mu anak sholeh, Ibu uji dulu." Ibu menghentikan elusannya seraya mengambil sesuatu disampingnya.

"Ini untukmu nak, simpan bila perlu turunkan ke anakmu kelak." Ibu memberiku sebuah buku.

"Ini buku apa Bu?"

"Itu buku buatan teman Ibu sengaja Ibu memesannya agar kertasnya lebih tebal dari yang biasanya didalamnya hanya ada surat Ya-Sin ayat 1-83 dan seterusnya masih kosong..." ucapan Ibu terhenti seperti sedang menahan sakit.

"Nah Iwan bagian kosong itu akan kamu dan cucu-cucu Ibu kelak akan isi untuk dibaca di tempat peristirahatan Ibu kelak. Uhu... Uhu." lanjut Ibu terhenti, aku melihat itu tiba-tiba saja tangis ku meledak.

"Ibu sebenarnya sakit apa? Coba jelaskan, Iwan tidak tau sama sekali akan penyakit Ibu ini. Heu... Heu. Heee." tanyaku dalam tangis.

"Jangan pikirkan penyakit yang Ibu alami! sekarang kamu tolong ambilkan Al-Qur'an Ibu di tas itu dan bacakan surat Al-Mulk!" perintah Ibu pelan, segera mengambil Al-Qur'an Ibu.

Aku memulai, Ibu diam menyimak dan menatapku serius. Keadaan sunyi, hanya suaraku yang menjadi pengiring pagi ini. Mengundang seseorang masuk dan makin banyak yang mengikuti, aku tak tau siapa itu, kehadirannya menghangatkan ruangan ini, mereka menyaksikan adegan mengharu biru ini.

"Kamu sekarang sudah fasih nak, itu baru anak sholeh." ucap Ibu sangat pelan begitu aku selesai membaca kalam Allah itu.

Aku perhatikan wajah Ibu sangat Damai seperti menerima akan apa saja yang Allah kehendaki kepada Ibu, Namun air mataku yang tanpa kusadari sudah berjatuhan mengalir dengan deras.

"Sewaktu Ibu Lahir, Nenek, Kakek, dan Bibi mu Iwan sangat bahagia ketika Ibu muncul ke dunia ini dengan tangisan dan sekarang saat Ibu akan pergi Ibu ingin tersenyum.. ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH." Aku menangis ketika Bapak mengucapkan “Innalillahi wainnailaihiroji’un” kalimat itu seperti menghantaman relung hatiku, tapi air mata ini tak bisa mengubah ketentuan-Mu Yaa Allah, aku tadi baru saja bilang rela jika Ibu Engkau panggil, tapi aku tak bisa melakukan itu.

"Tahukah kamu Iwan, saat kau tadi membaca kalam Illahi itu, para malaikat berjalan di belakang Izroil, membacakan doa buat Ibu mu, menjemputnya menuju kebahagiaan yang sebenarnya, sungguh orang yang menganggap cobaan berat yang menimpa itu sesuatu yang baik, maka ia adalah sungguh-sungguh manusia terbaik."

[size=+2]~~~~^X^~~~~[/size]​


Lamunanku tentang Ibu pun buyar setelah seseorang menepuk bahuku.

"Ayo kita ke makam Nenek mu nak!" ucap seseorang dibelakang ku, setelah ku lihat seseorang itu ialah Bapak.

Aku pun ke makam Nenek dan membaca surat Ya-Sin di makamnya..

20 tahun kemudian....

"Hey nak, ini adalah makam Nenek mu!" ucapku kepada anak ku.

"Oh... Jadi ini makam Nenek Pah?" tanya anak ku seraya duduk didepan makam Ibu ku.

"Ia, benar nak, ini lah makam nenek yang sudah mengajari Papah berbagai hal untuk menjadi anak sholeh, sekarang kita akan mengaji di makamnya!"

"Baiklah Pah."

"Ini buku yang Nenek berikan kepada Papah, sekarang buatmu nak." aku pun memberikan buku yang berisikan 2 surat dalam Al-Qur'an didalamnya surat Ya-Sin dan surat Al-Mulk.

"Wah terima kasih Pah." ucapnya bergembira.

kami pun mengaji didepan makam Ibu, semoga dia melihat. Ya melihat cucunya yang sudah menjadi anak yang sholeh sekarang, pasti Ibu sangat senang. Terima kasih Ibu, aku sekarang sudah mengerti semua yang Ibu lakukan kepada ku sewaktu aku masih kecil sampai Ibu tiada.

[size=+2]~~~~TaMaT~~~~[/size]​
 
:hore: alur yang lembut ganSka,.:mantap:

#terus letak keanehannya dimana brada??:bingung:
 
:hore: alur yang lembut ganSka,.:mantap:
#terus letak keanehannya dimana brada??:bingung:
ia ane lupa tulisin keanehan waktu nulisnya.. Baru inget pas pulang dari warnet :bata:
#anehnya. Yang kesatu bayangan ceritanya muncul mulu dari pulang teraweh sampe saur ya udah ane tulisin.. Yang kedua entah kenapa waktu nulis setiap ngebayangin ceritanya ane :(( :bata: tanpa ane sadarin :(( dan sekaligus puasa ane makruh :((
 
ia ane lupa tulisin keanehan waktu nulisnya.. Baru inget pas pulang dari warnet :bata:
#anehnya. Yang kesatu bayangan ceritanya muncul mulu dari pulang teraweh sampe saur ya udah ane tulisin.. Yang kedua entah kenapa waktu nulis setiap ngebayangin ceritanya ane :(( :bata: tanpa ane sadarin :(( dan sekaligus puasa ane makruh :((

pantesan feelnya menggigit lembut d sanubari brada,.. Nice one..:jempol:
 
Makasih gan udah membuat cerita yang menyentuh hati.
 
wangsitny manteb..
silent readerny lgsung jd alim gara2 crta ini.. hahaha
(semoga :3)
 
wangsitny manteb..
silent readerny lgsung jd alim gara2 crta ini.. hahaha
(semoga :3)

yoi gan... kalau untuk itu ane sih bersukur.. paling tidak berbuat dosa ya berbuat baik juga biar seimbang... gitu gan..
 
Alurnya begitu cair..
Untuk ceritanya pun begitu mantap dan setiap pembaca secara tidak langsung berimajinasi dengan alur cerita yang begitu mengharukan...
:)
 
Alurnya begitu cair..
Untuk ceritanya pun begitu mantap dan setiap pembaca secara tidak langsung berimajinasi dengan alur cerita yang begitu mengharukan...
:)

hatur nuhun gan pujiannya.. :')
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd