Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku, Kamu, Dia dan Mereka Bagian Kedua - Pertualangan Cinta

saat susternya pada ngentot.....pasien lain pada mangap mangap kritis ngga ada yang nolongin wkwkwkwkwkw.................lancrotkan
 
#Update Part 3
Berhubung sudah page 4.. Update dulu deh.
Jangan lupa klik like dan beri komentar jika menyukai cerita ini.
:beer::ampun:

Pamanku telah meninggalkan aku bersama ci Dewi dalam ruangan rawat inapku ini.
"Andre.."
"Ya ci"
"Kamu beneran sayang sama Mitha?"
"Iya ci, tapi..."
"Ssssttt" kata ci Dewi sambil menutup bibirku dengan tangannya.
"Cici cuma mau dengar iya atau enggak. Gausah pakai alasan" lanjutnya.
"Ci.."
"Gapapa dre, tapi bisa kan kalau kita tetap saling sayang di belakang Mitha?" tanya ci Dewi.
"Ya emang cici kayaknya jahat banget, tapi cici baru aja jatuh cinta sama kamu dre"
"Cici belum siap kehilangan lagi" lanjutnya.
"Ci.. sebenernya gua udah punya pacar, dan itu bukan Mitha juga ci" jawabku.
Mendengar kata-kataku tadi, ci Dewi kelihatan sangat marah.
Ci Dewi memukuliku secara brutal walaupun sangat lemah dan tidak terasa sakit sama sekali.
"Jahaaat bangeet sih.. Jahat... Jahat.. Jahaaatt..."
"Ci.. udah malem ci" kataku.
"Pukul aja gua ci, tapi jangan nangis sama teriak-teriak. gua emang pantas kok di pukul" lanjutku.
Ci Dewi kemudian memelukku, aku merasakan pelukannya sangat erat sampai membuatku sulit bernafas.
"Ci.. gua bisa mati kalo dipeluk begini ci" kataku.
"Biarin.." kata ci Dewi semakin memper-erat pelukannya.
Aku hanya memejamkan mataku.
Kemudian aku merasakan pelukan ci Dewi telah lepas dari badanku.
Perlahan aku membuka mataku. Dan alangkah kagetnya aku.
Cuppp.. Sebuah ciuman mendarat di bibirku.
Aku tidak dapat mengelak dari ciuman itu.
Kulihat ci Dewi sekarang berada di atas ranjang pasien ini.
Ia mulai melepas jaket dan kemejanya.
"Ci.. ini tempat umum ci, jangan begini" kataku.
Ci Dewi menghentikan aksinya dan mengenakan kembali jaketnya.
"Sorry dre.. cici gak bisa tahan tadi"
"Iya ci, sorry juga ya. Tapi ini tempat umum, gimana kalo ada orang masuk tiba-tiba" kataku.
Ci Dewi hanya mengangguk, kemudian duduk disisi ranjang.
Kami berdua bercerita hingga larut malam. Ci Dewi tertidur di kursi dan kepalanya di rebahkan di sisi ranjang.
Aku berusaha bangkit dan perlahan-lahan memindahkan tubuh ci Dewi ke sofa panjang di pojok ruangan dengan kekuatanku yang ada.
Aku berhasil membawa tubuh ci Dewi ke atas sofa, namun kekuatanku seolah habis.
Aku terjatuh lagi, tanganku menghantam lantai dengan keras dan menghasilkan bunyi yang cukup kencang.
Tapi aku melihat ci Dewi masih tertidur pulas, aku sangat lega.
Namun tanganku sangat sakit sehingga aku tak mampu mengangkat tubuhku lagi.
Aku memutuskan untuk rebahan saja di lantai dan berharap ada suster yang datang.
5 menit.. 10 menit.. 15 menit.. Tidak ada yang datang ke ruanganku.
Namun pada menit-menit selanjutnya. Aku melihat seorang perawat masuk kedalam ruanganku.
"Astaga.." suster itu kaget.
"Sssssstttttt" kataku.
"Mari saya bantu" kata suster yang ternyata suster Maya itu.
"Sssssssssttttt"
"Jangan berisik sus.. Kalo mau berisik daritadi saya udah teriak. Kasian anak orang baru tidur" kataku.
"Perhatian banget sih mas, istrinya?" kata suster Maya sambil membawaku kembali ke ranjang.
"Bukan istri saya, itu kakaknya temen saya yang sama-sama korban tabrakan"
"Ooohhh kakak pacarnya, bilang aja gitu mas. Pake bilang temen" goda suster Maya.
"Emang temen" jawabku.
Aku merasakan dada suster Maya menempel pada lenganku, tiba-tiba aku menjadi terangsang.
Timbul niat-niat nakal dalam otak mesumku.
"Sus.. saya boleh minta obat tidur lagi gak?" tanyaku.
"Kenapa mas?"
"Gabisa tidur saya sus" jawabku.
"Yaudah bentar ya" jawab suster Maya.
Suster Maya kemudian keluar dan kembali lagi bersama suster Febi.
"Ini mas obatnya di minum ya" kata suster Febi sembari memberikanku obat tidur.
Aku tidak menelan obatnya, aku hanya menyelipkan obatnya diantara pipi dan gigiku.
"Suster Vivi mana sus?" tanyaku.
"Oh Vivi lagi off mas, kenapa tanya suster Vivi?" jawab suster Maya.
"Gapapa sus" jawabku.
"Suster Vivi cantik ya mas?" goda suster Febi.
"Saya mau tidur deh sus. Makasih ya" jawabku.
Aku pun pura-pura tertidur dan ingin melihat suster-suster ini apakah masih berani jika ada ci Dewi yang tidur di sofa.
Cukup lama aku merasakan tidak ada kejadian apapum. Aku cukup kecewa.
Namun saat aku hendak menelan obat tidur, aku merasakan ada yang membuka pintu kamar perlahan-lahan.
Kondisi ruangan yang sudah minim cahaya membuatku tidak dapat mengetahui siapa yang masuk kedalam kamar.
Namun beberapa saat kemudian, aku merasakan penisku sudah diraba-raba dari luar celana.
"Udah gede Feb" kata suster Maya.
"Pelan-pelan May, ketahuan sama cewek itu ntar" kata suster Febi.
Mereka berdua kemudian membuka celanaku hingga terlepas.
Mereka menaikkan baju pasienku sampai sebatas dada.
Suster Maya mulai menjilati kepala penisku secara perlahan.
Mereka benar-benar jago dalam bermain mode senyap seperti ini. Sangat berpengalaman.
"Feb.. aku gak tahan dari kemaren. Pengen nunggangi eh" kata suster Maya.
"Duluan lah, aku liatin ceweknya kalau bangun" kata suster Febi yang kemudian menutup tirai ranjang itu.
"Mas.. kontolnya aku pinjem dulu yah. Habisnya bikin sangek banget sih" bisik suster Maya.
"Oke sus. Pake aja" bisikku sambil melepehkan obat tidurku.
"Ahhh..." suster Maya menjerit kecil karena kaget namun penisku sudah masuk kedalam vagina nya.
"Hmmmmmmmhhhhhh" suster Maya melenguh.
"Maaf ya mas.. saya beneran gak tahan mas" kata suster Maya.
Suster berjilbab ini seperti terlihat sedang mengemis untuk dipuaskan padaku.
"Oke sus, jangan berisik kayak kemaren ya sus. Nanti cici itu ikutan" kataku.
"Kemaren mas juga tau?" suster Maya semakin salting.
"Iya sus, suster Vivi udah kasih memeknya tadi pagi. Ayo sus cepet di goyang"
"Hah.. curang vivi curi start" kata suster Maya yang kemudian langsung memompa vaginanya dengan kencang.
"Ploookkk.."
"Plooookkk.."
"Plooookkkk"
Bunyi ketika penisku beradu dengan vagina suster Maya.
"May.. pelan-pelan toh, ceweknya bangun nanti" kata suster Febi.
"Waduuuuhhhh.. May..May.. pasiennya bangun may" lanjut suster Febi kaget melihat mataku yang terbuka.
"Biii....aarrrrr...iiinnn...." kata suster Maya.
"Enaaakkk Feeebbbb"
Plokkk. Plokk.. Plok..
Aku melambaikan tanganku memanggil suster Febi.
Seperti kucing yang hendak diberi makan, suster Febi segera mendekat ke arahku.
"Ayo sus.. aku mau liat toketmu. Kemaren cuman sekilas aja"
"Hah?"
"Diaaa udaaaah taaa..u Feb yaa..ng kemaren maleeeeeeeeemmmm" kata suster Maya sambil terus menggoyangkan pinggulnya naik turun.
Suster Febi langsung membuka seluruh kancing baju perawatnya, ia melepaskan seluruhnya namun tetap mengenakan jilbab putihnya.
"Nih mas nete.." kata suster Febi.
"Ahh..Oh... hhhh.. ouuhh,.. aahhh" suster Maya terus mendesah kecil saat ia memompa vaginanya dengan penisku.
"Aaaahhhhh.. Aku mau keluar..."
"Keluarr...."
"Keluaaaaarr... Ouuuuhhhhh"
Crooooootttt.. Suster Maya mengeluarkan cairan kenikmatannya ke arahku dan suster Febi.
"Aduh may, squirt nya kok ke jilbabku sih" keluh suster Febi.
"Sorry.. Enaaaakk bangeet. Gak tahan" jawab suster Maya.
Suster Maya pun tergolek di sudut ranjang.
Melihat ada penis yang menganggur, suster Febi segera mengambil lap dan membersihkan cairan yang belepotan tadi.
Setelahnya ia mulai membuka celana nya, sekarang suster Febi sudah tidak mengenakan apapun kecuali jilbab putihnya.
Suster Febi kemudian menghisap penisku sedalam-dalam mulut mungilnya mampu menahan..
Aku merasakan kepala penisku masuk hingga ke kerongkongannya.
Berkali-kali kulihat suster Febi melakukan ini dan wajahnya terlihat merah.
Di kocoknya penisku dengan cepat. Kemudian ia segera naik ke atas ranjang dan mengambil posisi WOT seperti suster Maya tadi.
Dan blesssss..
Seluruh vagina suster Febi yang sempit dan mungil itu menjepit penisku.
"Sempit banget sus, jarang ngentot ya?" bisikku.
"Ahhhhhh....hhhmmmm" desah suster Febi.
"Jarang mas, suami saya sering dinas keluar" bisik suster Febi sebelum menggenjot pantatnya.
Memang tidak mengeluarkan bunyi seperti suster Maya, suster Febi menaik-turunkan pantatnya dengan sangat teratur.
Vagina nya yang sudah becek dan lembab itu membuat penisku sangat mulus untuk keluar masuk didalamnya.
"Ahhh... yeee... aaahh... aahhh..ahhh" desah suster Febi halus.
Tidak berapa lama kemudian suster Febi pun mencapai klimaksnya.
"Ahhhhhhhh...." kemudian suster Febi terkulai lemas di sebelahku.
Suster Febi terus menciumi bibirku. Kubalas dengan permainan lidah yang baru kupelajari dari suster Vivi tadi pagi.
Suster Maya bangkit dan menarik wajahku, kemudian dilumatnya bibirku dengan ganas.
Setelah beberapa menit kemudian.
"Mas.. bisa berdiri kan?" kata suster Maya yang kemudian membantuku berdiri.
Suster Maya membawaku ke sofa panjang dan mendudukkan ku persis di sebelah kepala ci Dewi.
"Sus.. jangan gila" kataku.
"Aku sangek banget mas, pengen ngentotin cowok disebelah pacarnya" bisik suster Maya sambil menjilati wajahku.
Mendengar kata-kata itu, aku semakin terangsang.
Suster Febi hanya senyum-senyum dan masih terkulai di atas ranjang.
Suster Maya kemudian membuka seluruh pakaiannya seperti yang dilakukan suster Febi. Menyalakan lampu emergency.
Dan dia mulai lagi dengan menjilati penisku.. Aku menatap wajah ci Dewi yang sangat polos saat tidur. Sensasi yang sangat luar biasa.
Suster Maya kemudian mulai menunggangi penisku lagi, namun karena goyangannya membuat sofa bergetar dan takut ci Dewi bangun,
Suster Maya kembali berjongkok dan menghisap penisku.
Melihat itu, suster Febi turun dan mengangkat bokong suster Maya.
Suster Febi kemudian menjilati vagina suster Maya sementara suster Maya terus menghisap penisku.
"Ohhh enak sus" kataku..
"hmmmmmmhhhh" suara desahan kedua suster binal ini bergantian.
"Ahhh sus. Mau keluar sus"
Suster Maya melepaskan mulutnya dari penisku, kemudian ia mengocok penisku dengan sangat cepat.
Aku memejamkan mata menikmati momen-momen ini.
Dan Crotttt Crottt Crooottt. Aku mencapai puncak kenikmatanku.
Aku membuka mata dan kulihat suster Febi dan suster Maya tersenyum-senyum sambil menahan tawa.
"Kenapa sus?" tanyaku
Mereka tidak menjawab, hanya menujuk ke arahku.
"Damn..."
Aku mengeluarkan spermaku ke arah ci Dewi dan sekarang spermaku benar-benar berceceran disekitar wajah dan rambut ci Dewi.
"Salahmu ya mas" bisik suster Maya.
Aku marah dan kecewa pada kedua suster ini. Kemudian aku berdiri.
"Loh sudah bisa berdiri" kata suster Maya kaget.
"Sini lu lonte" kataku sambil menjambak rambut suster Maya dan kemudian suster Febi juga.
"Aaahhh" suster-suster ini mulai berteriak kecil.
"Teriak lu berdua, kita liat siapa yang rugi" kataku.
Mereka berdua pun terpaksa diam dan menahan sakit di rambutnya.
Aku membawa mereka kedalam kamar mandi karena kamar mandi ini cukup kedap suara.
"Lu suka kontol kan? nih kontol gua lu isep" kataku sambil menamparkan penisku ke wajah suster Maya.
"Buka mulut lu" kataku.
Suster Maya hanya menurut dan ku masukkan penisku sedalam-dalamnya sampai kerongkongannya.
"Hueeeekkk" suster Maya mual dan ingin muntah namun tertahan.
Berkali-kali kulakukan hal ini.
Aku kemudian menarik rambut suster Maya ke arah wajahku
"Gimana ha? suka kan kontol gua?" hinaku
"Suka nggak?"
Suster Maya hanya mengangguk.
Aku kemudian memutar badan suster Maya membelakangiku.
Sekarang penisku menempel pada pantatnya. Segera kuarahkan penisku ke dalam lubang vagina suster Maya.
Dan bleesssss.. Segera kugenjot penisku sekuat-kuatnya.
Kutampar wajah cantik suster Maya berkali-kali karena aku sangat kesal.
"Plak" "Plak" "Plak" "Plak"
Suster Febi yang dari tadi menonton mulai sedikit ketakutan.
"Enak lonte?" kataku.
"Enaaakk mas... enak.. ampun mas, enak banget" jawabnya
"Plak" "Plak" "Plak" "Plak"
Aku menampar-nampar wajah suster Maya saat dia mendesah keenakan.
"Marah di tampar sus?" tanyaku
"Enggak mas, enak mas... Tampar terus mas" suster Maya mulai mengemis.
Suara desahan dan tamparan memenuhi ruangan kamar mandi itu.
Suster Maya pun mencapai puncak kenikmatannya berkali-kali. Tanpa kuberi istirahat, aku terus menggenjot suster Maya.
Hingga saat kulepaskan, suster Maya hanya terjatuh lemas ke lantai kamar mandi itu.
Kudekati suster Febi, kemudian kutarik tangannya.
"Ampun mas" kata suster Febi.
"Mau kontol gak lu?" tanyaku sambil menempelkan penisku ke pipi suster Febi.
"Maa..maau mas"
"Jawab yang bener" kataku sambil menjambak rambut suster Febi dari luar jilbabnya.
"Mau mas.. Aku mau kontol" katanya.
"Hahaha.. suster sini lonte semua ternyata" hinaku.
"Yaudah nih kontol gua kasih ke lu"
Aku kemudian mendorong suster Febi ke dinding kamar mandi.
Aku segera memasukkan 2 jariku kedalam lubang vagina suster Febi.
Clepok... Clepok... Clepok...
Suara vagina suster Febi yang sangat becek ketika 2 jariku memompanya dengan kencang.
"Ampuuun mas.. Enaaakkk.. Ampunnn" desah suster Febi.
Suster Febi pun squirt tidak lama kemudian.
Tubuhnya terkulai lemas.
"Lemah banget sus" bisikku.
Kemudian kurebahkan suster Febi di lantai kamar mandi itu.
Kepala suster Febi persis disebelah suster Maya yang masih terkulai lemas.
Kugenjot vagina suster Febi dengan sekencang-kencangnya, kurasakan berkali-kali kepala penisku menyentuh dinding rahimnya.
Suster Febi kelonjotan dan menarik wajah suster Maya kemudian mereka berdua berciuman dengan ganas.
"aahhh sakit.. Ahhh.. Ahh. ahh"
"Terus... sakit.. teruss.. enakkkkk"
Kupercepat genjotanku pada vagina suster Febi, ia semakin kelonjotan dan beberapa kali squirt.
Aku sudah tidak tahan dan akan mencapai puncak kenikmatanku.
"Suss... gua mau keluar"
"Jangan di daaaalleeeeeeemmmm" teriak suster Febi pelan.
"Akkuuuuu laaagiiii suuuubbuuuurrr" lanjutnya.
Aku pun semakin menjadi-jadi dan Crot.. Crott.. Crottt...
Aku mengeluarkan spermaku di depan dinding rahim suster Febi.
"Ahhhhhhhh" leguhku.
Aku kemudian mendekatkan wajahku ke suster Febi dan suster Maya.
"Gapapa kan kalau hamil anakku sus" tanyaku.
"Hmmmhhhh" suster Febi hanya mendesah keenakan.
Sementara suster Maya menjilati sisa-sisa sperma pada batang penisku.
Aku kemudian menciumi wajah suster Febi dan suster Maya bergantian sebelum meninggalkan mereka.

Aku segera bangkit dan berjalan kembali ke ruanganku.
Kutinggalkan kedua suster itu di lantai kamar mandi ruanganku.
Aku kedinginan saat pertama kali keluar dari kamar mandi.
Aku berjalan melalui ci Dewi yang masih tertidur lelap.
Aku mengenakan semua pakaianku dan duduk di tempatku tadi disebelah kepala ci Dewi.
Ku bersihkan spermaku pada pipinya dan rambutnya.
Kuciumi keningnya dan ku elus mesra.
Kemudian aku tertidur disitu karena kelelahan.


Bersambung

Jangan kenceng-kenceng juga hu komennya, jadi berasa punya utang updatean. Hahaha
Tapi terima kasih ya buat suhu-suhu yang sudah mensupport cerita ini..
:ampun:
HAJAR GA ADA AMPUN AMPE LEMES, makin di dominasi sicewe nikemat ampe lemes cowonya puas.:adek::adek:
 
Andre nya bisa kejam tapi enak juga sama suster suster trus mana pake acara ngamilin nya lagi...hahah
..keren Hu Te Es..

.Moga ajah Mitha masih Segelan..gimana sih ceritanya di sequel satu..ane belom baca soalnya.oke dah...ke sana dulu ya..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd