Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku, Kamu, Dia dan Mereka Bagian Kedua - Pertualangan Cinta

makasih updatenya hu
Terimakasih updatenya
toppp suhu
Wah ternyata sdh ada part 2 nya
:cim:
Sama-sama hu. Thank You.

Eh dasar itu temen2 Andre pada sarap, semoga Andre dan Mitha cepet sembuh :)
Padahal seharusnya kalo gak kenapa-napa, bakal ada yang buka segel ya hu..
Sonia tau marah nih....3 suster bonus dre
Kasih tau hu
laaaaah kok bisa...mitha gak kenapa2 kan suhu? hehehehehe
Takdir memang kejam hu. Ane jg gak tau kenapa bisa begitu..
-------------------------------------------------------------------------

Bad story.. seharusnya malam ini update cerita selanjutnya.
Tapi folder yang isi notepad cerita di drive ane ke hapus..
Sementara mumpung Sabtu, Nyari Cafe dulu buat tulis ulang..
Maaf ya suhu semuanya, padahal next episode itu banyak klimaksnya..
:ampun::ampun:
 
#Update Part 2
Jangan lupa klik like dan beri komentar jika menyukai cerita ini.
:beer::ampun:

Beberapa jam yang lalu, aku hampir kehilangan nyawaku.
Beberapa jam yang lalu, aku hampir 'membunuh' salah satu orang yang kucintai.
Beberapa jam yang lalu, aku menghianati kekasihku saat tiga orang suster mengerjaiku.
Hanya dalam beberapa jam saja semuanya dapat terjadi, hidup ini bagaikan permainan.
Nikmatilah sebelum permainan itu berakhir.

Aku terbangun setelah tertidur dengan bantuan obat penenang.
Tapi satu hal yang dapat kupastikan, saat ini aku berada pada ruang kamar rawat inap yang berbeda.
Jika kemarin kamar yang gelap, suram dan kurang bersih, semua berbeda saat ini.
Namun aku hanya diam dan merenungi nasibku.

Tidak berapa lama, masuk seseorang yang sangat kukenali.
"Sudah bangun?"
Aku hanya mengangguk.
"Sudah mami bilang berapa kali kalau bawa mobil itu pelan-pelan aja"
"Jam berapa baru pulang? Gak ada orang tua kelakuan makin jadi aja ya kamu ini"
"Bawa anak cewek orang terus mabuk-mabukan, sampai larut malam baru pulang"
"Kamu ini mau jadi apa?"
Begitulah ocehan mamiku tercinta, namun entah mengapa aku sangat senang masih dapat mendengar ocehannya.
Kemudian masuk lagi seorang lainnya.
"Sudah lah mi, anak baru sadar ngapain dimarah-marahin sih. Udah kejadian juga"
"Dre.. are you okay kan?"
"I'm okay pi"
"Itu baru anak papi, dulu papi juga sering tabrakan. Bedanya papi pakai motor"
"Ohiya, anaknya pak Reinhard yang sama kamu semalem itu siapa sih namanya?"
"Mitha pi, mitha kenapa?"
"Udah tenang aja, dia juga udah sadar kok. Cuma kondisinya lebih parah dari kamu"
"Saya mau liat Mitha pi"
"Udah kamu istirahat aja, diluar juga lagi ada polisi sama wartawan"
"Keluarga Mitha sama pamanmu lagi handle semua" (paman yang berbeda lagi dari uncle kemarin).
Tentu saja, keluargaku adalah tipe-tipe yang tidak ingin menjadi pemberitaan.
Apalagi ini menyangkut masa depanku.
Seorang anak berprestasi yang tiba-tiba mabuk-mabukan dan berperilaku buruk.
Jika sampai masuk dalam pemberitaan, Pastilah akan menghancurkan semua catatan prestasiku.
Ya memang begitulah masyarakat kita.
"Ohiya.. papi sama mami sebentar lagi berangkat ke Surabaya. Kamu nanti dijaga uncle"
"Okey pi. Hati-hati ya"
"Ohiya.. kamu kalo mau nakal lain kali di rumah aja. Jangan nakal di luaran kayak gini lagi"
Karena aku sedang malas berdebat, jadi aku hanya mengangguk.
Padahal aku ingin sekali menjelaskan bahwa itu bukan 100% kesalahanku.
Tapi mengelak pun tidaklah berguna sekarang.
Kemudian papi dan mamiku keluar ruangan. Mereka berpapasan dengan seorang suster yang akan masuk ke ruanganku.
Suster itu adalah suster Vivi yang semalam.
"Ah maaf pak" kata suster Vivi.
Papiku hanya tersenyum dan kemudian meninggalkan suster itu.
"Pagi mas Andre, Bagaimana kondisinya?" sapa suster Vivi.
"Badan saya masih sakit-sakit semua sus"
"Coba saya periksa dulu ya"
Kemudian suster Vivi memeriksaku mulai dari mata, mulut, nadi, dst.
"Kalau begini sih seharusnya sudah boleh mandi" kata suster Vivi.
"Masnya mau mandi gak?" lanjutnya
"Mau sih sus, tapi sepertinya saya belum bisa sus" keluhku.
"Oh.. gak mandi sendiri mas. Nanti di bantu" jawabnya.
"Boleh deh sus, gerah dan mulut saya ini bau banget.. Habis muntah-muntah" kataku.
"Yasudah mas, sebentar ya. Nanti saya kembali lagi"
"Oke sus"
Suster Vivi keluar ruangan dan kembali lagi dengan membawa beberapa benda.
Setelah menaruh kursi di dalam kamar mandi, suster Vivi menghampiriku.
"Mari mas, saya bantu" kata suster Vivi sambil membantuku turun dari ranjang.
Kami berdua berjalan ke kamar mandi yang ada dipojok ruangan ini.
"Nah mas duduk disini dulu ya"
Suster Vivi kemudian mengenakan sarung tangan dan masker.
"Bajunya mau di bukain atau buka sendiri mas?" kata suster Vivi.
"Hah? Maksudnya sus?"
"Ya kan mau di bantuin mandi. Masa mandi pakai baju mas" katanya.
"Loh yang bantu suster kah?" tanyaku terbingung-bingung.
"Iya mas, kenapa? Malu ya? Santai aja mas, saya udah biasa kok mandiin orang sakit"
"Dari anak kecil sampai kakek-kakek juga udah biasa saya. Emang kerjaan"
"Oke deh sus" kataku.
Walaupun dia berkata demikian, bagaimana mungkin aku tidak panik jika mengingat perbuatannya semalam.
Terutama saat ini rumah sakit sedang sibuk dan orang tuaku ada disini.
Namun aku tetap melepaskan pakaianku satu persatu.
Saat hendak menurunkan celanaku, aku kesulitan karena kakiku belum kuat saat ini.
Suster Vivi hanya cengar-cengir saat itu.
"Kalo mau di bantuin ya bilang aja toh mas" kata suster Vivi sambil menurunkan celanaku.

Kali ini aku sudah tidak memakai sehelai kain pun.
Suster Vivi mulai membasuh badanku, leher kemudian tangan.
Aku yang mesum ini sangat menikmati momen dimandikan oleh seorang suster cantik ini.
"Mas.. kok bangun sih?" tiba-tiba suster Vivi bertanya.
"Lah, bagus dong kalo saya bangun. Kok suster malah kaget?" tanyaku balik.
"Maksud saya itunya mas kok bangun?" kata suster Vivi sambil menujuk penisku.
"Ah.. gatau sus, kenapa bangun sendiri" jawabku sambil berusaha menutupi penisku.
"Sudah lah mas, udah biasa kok saya" kata suster Vivi.
"Maaf sus, reflek ini sus. Baru sekali soalnya saya dimandiin gini, sama cewek lagi" kataku
"Hahaha.. yasudah kalo gitu dibuka aja mas. Santai aja"
"Malu sus. Jangan di liatin"
"Justru saya pengen liatin juga mas. Hahaha"
Entah mengapa mendengar perkataan itu, penisku berdiri semakin tegak.
"Wiihh.. masih bisa lebih gede lagi ya mas" kata suster Vivi.
"Dasar suster biadab. Padahal semalam sudah liat, sekarang pura-pura penasaran" kataku dalam hati.
"Yaudah nih sus, kalo suster pengen liat masa gak saya kasih liat" kataku nakal sambil melepaskan tanganku.
Suster Vivi tidak berkata apa-apa dan lanjut membasuh badanku. Kemudian ia berjongkok.
"Mas.. buka pahanya, mau di bersihin ga kakinya?" kata suster Vivi.
Aku pun membuka lebar-lebar pahaku. Suster Vivi kemudian menyabuni pahaku kiri dan kanan.
Sekarang aku sedang dalam posisi mengangkangi seorang suster cantik yang sesekali mencuri-curi melihat penisku.
Jika ada orang yang masuk dalam kamar mandi ini, maka pasti akan menuduh yang aneh-aneh.
"Mas.. gak mau di keluarin aja mas?" tanya suster Vivi.
"Keluarin apanya sus?" tanyaku.
"Peju nya lah mas, saya kasian liat itunya udah tegak gitu kalo gak di keluarin" jawabnya.
"Iya nanti sus" jawabku.
"Kok nanti itu loh, habis mandi nanti kotor lagi. Sekarang aja kalo mau"
"Sekarang sus?"
"Iya sekarang aja mas"
"Gabisa sus, saya malu kalo ngocok depan suster"
"Suster keluar dulu deh"
"Gabisa mas. Kalo mas kenapa-napa di dalem kamar mandi saya bisa kena masalah"
"Yaudah gausah deh sus"
Suster Vivi kemudian membuka sarung tangannya, mengambil sabun cair dengan tangannya dan menggenggam pensiku.
"Yasudah sini saya bantuin aja deh kalo gak bisa ngocok sendiri" kata suster Vivi mulai mengocok penisku.
"Aduh sus, jangan sus"
"Jangan teriak-teriak mas, mau kita ketahuan disini?" kata suster Vivi.
Aku kemudian hanya mengangguk tanda setuju dan suster Vivi melanjutkan kocokannya.
"Kok gak keluar-keluar sih mas" kata suster Vivi
"Kalo gini kita bisa ketahuan nih" lanjutnya kemudian mengambil air dan membasuh penisku.
Suster Vivi kemudian membuka maskernya dan..
"Sleeeppphh" penisku masuk dalam mulut suster Vivi.
Aku menikmati isapan suster Vivi.
"Keluarin mas, cepet. Saya bisa becek nih nanti" kata suster Vivi.
"Gabisa keluar sus, semalem udah puas" jawabku.
Suster Vivi kaget mendengar jawabanku.
"Jadi mas semalem udah sadar waktu kita bertiga nyepongin mas?"
"Iya sus.. Jadi suster udah biasa nyepongin kontol pasien?"
"Ya enggak lah mas.. Yang bersih aja kayak mas gini biasanya. Hahaha"
"Jadi gimana ini sus? Nanggung kalo gak di keluarin" godaku.
"Yaudah mas, soalnya saya juga udah becek ini. Tapi kali ini aja ya"
Suster Vivi kemudian membuka celana perawatnya dan celana dalam g-string nya.
Ia menghampiriku dan mengangkangi aku yang duduk di kursi.
Ia membuka vaginanya dan mulai mengarahkan penisku ke bibir vagina nya.
Dadanya berada tepat di depan mataku ketika vagina nya perlahan-lahan menenggelamkan seluruh batang penisku.
"Hmmmmmmmm... Gede banget mas" kata suster Vivi.
"Enak gak sus?"
Suster Vivi hanya diam dan mulai bergoyang naik turun.
"Kalo gak enak cabut aja sus" kataku
"Enaaakkk maasssss" jawabnya tersengal-sengal.
"Sus.. boleh liat toketnya gak sus"
Suster Vivi kemudian membuka beberapa kancing baju perawatnya, ia kemudian menarik payudaranya keluar dari dalam BH pinknya.
"Jilatin mas, jangan cuma di pandangin aja" kata suster Vivi sambil terus bergoyang naik-turun.
Aku menjilati payudara suster Vivi yang sedang bergoyang.
Suster Vivi mulai mendesah pelan, seperti ditahan-tahan.
"Oouuuhh sayangg...." tiba-tiba suster Vivi melenguh dan melumat bibirku.
Aku hanya menikmati dan berdoa agar tidak ada yang melihat kami disini.
"Saya mau keluar masss..." kata suster Vivi sambil mempercepat goyangannya.
Tidak berapa lama kemudian tubuh suster Vivi menindih tubuhku.
"Mas sayang.. aku keluar mas... Enak masss..." bisiknya
"Saya juga bentar lagi keluar nih sus. Ayo lanjutin, nanti ketahuan" bisikku.
Kemudian suster Vivi perlahan-lahan menggoyangkan lagi tubuhnya naik-turun sambil terus melumat bibirku.
Semakin lama goyangan suster Vivi semakin kencang.
"ouuhh.. ouuhhh..ouuhhh.."
"hhhahh..hhhhh..hhhhh"
Desah suster Vivi setiap kali ia menurunkan dan menaikkan badannya
Aku merasa sudah berada pada ujung kenikmatanku.
"Sus.. sudah mau keluar sus" kataku.
Namun suster Vivi malah semakin mempercepat goyangannya.
Croootttt... Croottt.. Crooott...
Spermaku keluar di dalam vagina suster Vivi.
Namun suster Vivi masih menggoyangkan tubuhnya sampai aku menembakkan sisa-sisa spermaku lagi.
Crooott.. Croot.. Crroott..
Suster Vivi terkulai lemas seperti tadi lagi di pelukanku.
"Makasih ya mas, aku keluar dua kali hari ini" bisiknya.
"Sama-sama sus, nanti mandiin saya lagi ya sus" jawabku.
Kami kemudian berciuman beberapa saat dan suster Vivi merapikan pakaiannya sebelum membantuku mengenakan pakaian.
"Sus.. gak apa tadi keluar di dalem?" tanyaku.
"Gapapa mas, malah bahaya kalo crot di luar. Belepotan di baju malah ketahuan orang" katanya
"Makasih ya sus" kataku.
"Sama-sama mas, nanti saya boleh minta lagi kan?" katanya menggoda.
"Boleh kok sus, buat suster cantik masa gak boleh" jawabku.
Suster Vivi kemudian membantuku kembali ke ranjang pasienku sebelum meninggalkanku.

Setengah jam kemudian, pamanku beserta kedua orang tuaku masuk dan memberikanku HP serta dompetku.
"Mobilmu ada di dealer dre, gimana badanmu?" kata pamanku.
"Eh dre. Papi sama mami mau ke bandara. Yang penting kamu selamat" kata papiku.
"Kalo ada yang sakit bilang ya, jangan diam-diam aja. Sakit dalam nanti kamu" kata mamiku.
"Iya mi, hati-hati ya" jawabku.
Kedua orang tuaku pun beranjak meninggalkan ruangan setelah memberikan ciuman pada pipiku.
"Ini baru ponakan gua... Masih muda nakal-nakal gak apa dre. Kalo papi mami lu marah, lu tinggal sama gua aja" kata pamanku.
"Hahaha.. thank you om" jawabku
"Om.. aku mau ke kamar Mitha dong om. Bisa bantuin?" pintaku.
"Siap bos. Sini ayo gua anter lu. Dia baru bangun juga tuh kayaknya" kata pamanku.

Aku kemudian sampai di depan ruangan Mitha, pamanku membawaku masuk dengan kursi rodaku.
Aku dapat melihat ci Dewi, paman dan tantenya Mitha ada disitu.
Aku kemudian melihat Mitha yang masih terbaring di atas ranjang.
"Eh andre.. masuk-masuk sini" kata tantenya Mitha.
"Sini dre..." kata Mitha melambaikan tangannya yang terpasang selang infus itu.
Setelah kejadian itu, aku tidak menyangka masih diterima baik disini.
Pamanku membawaku masuk kemudian meninggalkanku untuk mengurus sesuatu.
"Maafin gua ya mit.."
"Semuanya, maafin saya ya"
"Udah gapapa.. namanya musibah gak ada yang tau" kata pamannya Mitha.
Aku kemudian menggerakan roda kursiku mendekati Mitha.
"Kamu gimana mit?" tanyaku.
"Udah andre jangan sedih, kalo kamu sedih. aku jadi ikutan sedih loh"
"Lagian semalem kan bukan salah kamu sampai mabuk"
"Kamu juga udah ngajakin pulang, tapi aku yang nahan kamu kan"
"Sebetulnya aku tau anak-anak mau ngerjain kamu, tapi aku gak ngasih tau kamu"
"Jadi sebetulnya ini salah aku, bukan salah kamu" kata Mitha sambil meneteskan air mata.
Aku menghapus air mata yang keluar dari mata Mitha.
"Yaudah mit, jangan nangis. Aku senang banget liat kamu masih bisa senyum kayak tadi"
"Ayo dong senyum lagi" lanjutku.
Mitha pun berusaha tersenyum namun air matanya masih mengalir deras.
"Sekarang kamu istirahat aja ya.. Aku bakal tanggung jawab semuanya kok mit"
"I Love You" kataku.
"I Love You Too" jawab Mitha.
Aku pun berpamitan dengan keluarga Mitha dan bergegas kembali ke ruanganku.
"Kamu mau balik sendiri?" teriak ci Dewi.
"Iya ci.. Sorry banget ya ci" kataku.
"Yaudah sini cici anter"
"Gausah ci, bisa sendiri kok"
Namun ci Dewi segera mendorong kursi rodaku dan meninggalkan ruangan Mitha.
"Dre... Maafin cici ya" kata ci Dewi dalam perjalanan menuju ruanganku.
"Kenapa minta maaf ci?"
"Iya.. cici terlalu egois, cici ngelarang kamu sama Mitha"
"Cici gak seharusnya egois. Kamu boleh kok kalau mau pacaran sama Mitha"
"Cici baru sadar pas dapat kabar dari polisi semalam"
"Cici takut banget kehilangan kalian berdua" jelas ci Dewi.
"Iya ci, maafin aku juga ya ci. Aku gak cerita semuanya dari awal" jawabku.
Ci Dewi hanya mengangguk dan sesekali menghapus airmata yang tertahan di pelupuk matanya.

Di perjalanan, kami bertemu dengan pamanku yang baru menuju kembali ke ruangan Mitha.
"Eh.. sorry-sorry ya non.."
"Kenapa gak tunggu om aja sih dre. Ngerepotin orang kan" kata pamanku.
"Gapapa om, ini aku sendiri yang mau. Sekalian cerita-cerita sepanjang jalan tadi" jawab ci Dewi.
"Kenapa kamu nangis toh non? si Andre ngapain kamu non?" kata pamanku.
"Ah enggak om, aku sedih aja liat Andre sama adek aku kena musibah gini" jawab ci Dewi.
"Yaudah non balik aja, biar saya yang bawa Andre"
"Oke om. Bye Andre, cepat sembuh ya. Duluan ya om" kata ci Dewi sambil mencubit pipiku.
"Oke ci" jawabku.
"Iya non. maksih ya" jawab pamanku.

Aku dan pamanku pun tiba diruanganku.
"Hebat kamu ya, adek sama kakaknya digasak semua" kata pamanku.
"Ah mana ada. Gak sama dua-duanya malah" jawabku.
Setelah itu penjenguk berdatangan satu-persatu.
Maklum rekan bisnis orang tua dan keluargaku serta semua teman-temanku totalnya banyak sekali dan mereka sudah mendapatkan kabar kecelakaanku.
Tamu terus berdatangan sampai sekira jam 8 malam.
"Eh dre.. kalau malam kamu tidur sendiri gapapa kan? Om masih ada yang mau di urus soalnya"
"Iya gapapa om. Udah biasa tidur sendiri" jawabku
"Makanya cari istri kalo gak mau sendiri" kata pamanku.
"Baru juga lulus, masa langsung nikah"
"Lah bisa aja, udah boleh kok" jawab pamanku.
"Nanti jam 10an lah om tinggal ya" lanjutnya.
"Oke om, makasih ya udah banyak bantuin" kataku.
"Halah kamu ini kayak orang lain aja" jawabnya.

Jam 9.30 malam ci Dewi datang ke kamarku.
"Andre.." panggil ci Dewi dari depan pintu.
"Ah dewi.. masuk masuk non" jawab pamanku.
"Ci..." panggilku.
"Gimana keadaanmu dre?" tanya ci Dewi.
"Udah agak baikan sih ci. Udah mulai kuat bediri, kalo jalan udah bisa dikit-dikit"
"Kata dokter barusan, besok juga udah bisa lari lagi"
"Mitha gimana ci?" tanyaku.
"Mitha sekarang lagi tidur, tadi kata dokter juga semuanya normal" jawabnya.
"Syukur deh" jawabku.
....
"Mau ngobrol non?" kata pamanku.
"Iya om, gak ganggu kan?" kata ci Dewi
"Enggak, kalo gitu om mau pulang sekalian deh ya" jawab pamanku.
"Loh andre gak ada yang jagain?" tanya ci Dewi.
"Gapapa anak cowok mah dia, kalo anak cewek baru dijagain" jawab pamanku sambil senyum-senyum.
"Yaudah om duluan ya, non... Dre..."
"Jangan macam-macam lu ya" bisik om ku sebelum meninggalkan kami.


Bersambung

Lanjutin apa nggak ya cerita ini..
Hmmm :malu:
 
Terakhir diubah:
Apa rahasianya si andre ini sih????
Dapet aja terus ya. Jadi penasaran sama si Andre
 
Curang amat hu..
Kasih dong mulustrasi si andre..
Kan pembaca gak cmn kaum lelaki hu :matabelo:
Maafkan saya hu.. Saya gak pernah kepikiran ini..
Tapi gmn ya, buat ganti nama saya pake nama orang lain aja sudah berat rasanya kalau bukan kebutuhan privasi.
Apalagi ganti muka saya sama muka orang lain. HAHAHA

Kalau suhu pembaca cewek dan penasaran banget, langsung PM aja deh. :colok:
Kalau cowok jangan hu.. Ampun
;)
Thanks updatenya hu...
Si Sonia lom dpt kabar soal andre kcelakaan yah hahaha
Betul.. Sonia belum tau hu.
Jadi Sonia ini beda kelompok gaul sama teman-teman Andre yang udah dapat kabar..
Sonia ini di kelompok pergaulan anak-anak komplek (Boy dkk).
Nah teman-teman yang udah dapat kabar ini kelompok pergaulan alumni sekolah yang dateng ke pesta Tian.
Begitu suhu..
 
Real story?
Bikin makin penasaran aja hu :victory:
Kalau beneran ada king of harem di real life jadi tambah penasaran
 
Real story?
Bikin makin penasaran aja hu :victory:
Kalau beneran ada king of harem di real life jadi tambah penasaran
Emang iya real story gitu kata tsnya suhu :D?
 
Emang iya real story gitu kata tsnya suhu :D?
Secara langsung sih enggak, tapi secara tersirat pasti tau lah itu real story.
nih coba baca lagi
:gila:
Maafkan saya hu.. Saya gak pernah kepikiran ini..
Tapi gmn ya, buat ganti nama saya pake nama orang lain aja sudah berat rasanya kalau bukan kebutuhan privasi.
Apalagi ganti muka saya sama muka orang lain. HAHAHA

Kalau suhu pembaca cewek dan penasaran banget, langsung PM aja deh. :colok:
Kalau cowok jangan hu.. Ampun
;)
 
Bimabet
Manthap suhuu...
Wah terulang kembali nih pergumulan Andre dgn Ci Dewi.... kl bs sampai ke gap ama suster Vivi... sekalian 3 some tuh hahhaha
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd