Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
ditunggu update terbarunya suhu
 
Prolog

pov intan


Pagi itu seperti biasa, aku dibangunkan oleh ibu dengan cara yang dianggap banyak orang sebagai cara yang tak wajar. Namun berdasrkan dotrin dari Tuan Haris, aku sadar kalau hal itu adalah wujud kasih sayang tertinggi. Cara membangunkan itu adalah dengan menjilati memekku.



Tindakan ibu yang menjilati memekku adalah wujud dari kasih sayangnya terhadap anak-anaknya meskipun itu harus merendahkan statusnya. Namun apa peduli kami. Toh kami sekarang adalah budak yang tak punya harga diri dan bertindak untuk memuaskan nafsu birahi.



Setelah membangunkan kami, bergegas kami semua mulai membersihkan rumah. Tentunya kami bertiga tidak mengenakan baju walau sehelai sebab tubuh kami adalah aset yang harus digunakan untuk memanjakan pandangan para lelaki dan kami juga harus membiasakan hal itu meski sedang tidak dilihat.



Setelah bangun, aku segera beranjak ke kamar tuanku. Di sana terlihat Tuan Haris yang sedang terlelap tanpa mengenakan pakaiaan untuk menutupi tubuhnya. Aku kemudian dengan riang menjilati batangnya yang gagah perkasa hingga bangun.



“Oh, kamu Tan,”sahut Tuan Haris beranjak bangun.



Mataku terpaku melihat tubuh Taun Haris yang begitu atletis ditunjang dengan wajahnya yang begitu rupawan meskipun baru bangun tidur. Tubuhku seolah hendak melakukan apa saja demi melayani Tuan Haris.



“I…i…ya tuan,”jawabku terbata dengan pandangan menunduk tak berani bersitatap dengan mata Tuan Haris yang memukau.



“Tumben kamu terbata-bata gitu jawabnya,”Tuan Haris tersenyum nakal sambil memandang tubuh telanjangku.”Ah, aku tahu. Kamu pasti pengen ketekku kan ?”



Aku mengangkat kepala terkejut dengan kata-kata Tuan Haris. Tak biasanya Tuan Haris menawarkan salah satu bagian paling sucinya untuk budak hina sepertiku.



“Ka…kalau…tuan berkenan…bolehkah ….hamba yang hina ini menjilatinya.”



Tuan Haris dengan santai mengangkat tangannya hingga terlihatlah ketiaknya yang ditumbuhi sedikit bulu. Sekilas aku mencium bau asam khas keringat yang mengendap selama tidur. Namun anehnya aroma itu justru menaikkan birahku.



“Terima kasih, Tuan !”seruku senang sambil beranjak ke ketiak tuan. Tanpa malu aku segera menjilati ketiaknya yang basah oleh keringat. Rasa asin dan asam menggelitiki lidahku memberikan sensasi nikmat yang menjalari tubuhku.



Tuan Haris tertawa kegelian ketika ketiaknya kujilati. Aku kemudian berpindah ke ketiak di sebelahnya dan melakukan hal yang sama pada ketiak tersebut hingga ketiak Tuan Haris yang sebelumnya berbalur keringat kini berganti menjadi liurku.



“Terima kasih Tuan telah diberi kesempatan untuk menikmati ketiak Anda yang mulia.”



“Tentu dong. Sekarang ada banyak kerjaan. Kau butuh banyak tenaga agar bisa bekerja nanti.”



Aku mengangguk setuju. Sesuai dengan perintah dari Tuan Haris, kami akan mengadakan kerja membersihkan rumah hari ini. Sebenarnya tugas kami tidak tepat membersihkan rumah melainkan menata perabotan baru yang dipesan oleh Tuan Haris.



Tentu saja barang-barang yang dibeli oleh Tuan Haris merupakan hasil keringat kami. Tuan Haris dengan berbaik hati membuat tubuh kami dapat memberikan manfaat dengan menjualnya pada para lelaki yang ingin melepas birahi. Tentu saja semua uang yang kami dapat disetorkan pada Tuan Haris yang merupakan pemilik sah atas tubuh kami.





Tuan Haris segera melakukan kebiasananya tiap pagi yaitu menaiki tubuh ibu untuk diajak berkeliling sebelumnya akhirna dimandikan oleh kami bertiga. Tentu saja kami memandikannya dengan menggunakan sabun yang dibalurkan ke tubuh kami terutama di toked kami untuk kemudian diusapkan ke tubuh Tuan Haris.



Setelah itu Tuan Haris mengambil posisi santai sambil duduk di atas sebuah kursi dan menikmati secangkir kopi yang sebelumnya dibuat oleh Kak Syifa. Sementara itu kami semua bergegas merapikan perabotan yang dipesan oleh Tuan Haris.



Tentu saja sebagai seorang tuan, Tuan Haris tidak akan mempermudah pekerjaan kami. Dia menyuruh kami melakukan semua pekerjaan itu dengan tanpa mengenakan baju. Tuan Haris juga tak segan mencambuk kami jika melakukan kesalahan.



Maka dimulailah pekerjaan kami. Tangan kami dengan sibuk memindahkan meja bersusun sesuai perintah dari Tuan Haris dengan mata Tuan Haris terus melototi kami. Setelah itu kami bersama-sama mengangkat sebuah meja besar untuk diletakan di depan jajaran kursi.



“Siapa yang suruh tarus mejanya di posisi itu !”seru Tuan Haris begitu kami menyelesaikan pekerjaan kami.



“Tadi tuan kan….”Kak Syif amencoba memberikan penjelasan.



“Mau ngelawan ?”tanya Tuan Haris datar.



“Ti…tidak tuan. Ampuni hamba yang bodoh ini. Hamba yang salah. Tuan selalu benar.”ujar Kak Syifa langsung mengambil posisi mencium kaki Tuan Haris.



“Intan hukum dia !”seru Tuan Haris tak peduli.



“Baik, Tuan,”jawabku riang karena mendapatkan kesempatan untuk menghukum Kak Syifa.



Aku segera mengambil rotan dan menyuruh Kak Syifa untuk menunggingkan pantatnya. Kemudian dengan kasar aku mulai memukuli pantat Kak Syifa hingga memerah. Kak Syifa hanya bisa merintih pasrah membiarkan pantatnya disakiti oleh adiknya sendiri.

“Lain kali jangan ngelawan !”bentak Tuan Haris usai aku memukulnya untuk yang ke lima puluh kali.



“Baik tuan,”jawab Kak Syifa pelan.



Kami segera melanjutkan pekerjaan kami dengan instruksi baru yaitu meletakan meja di tengah dan menaruh kursi mengelilinginya. Kami juga menghamparkan karpet yang di pesan di dekat meja.



“Bersihkan karpetnya pake tangan kalian,”perintah Tuan Haris yang masi santai meminum kopinya.



“Baik tuan.”jawab kami serempak.



Dengan berhati-hati kami mencoba untuk membersihkan kotoran yang terselip di antara bulu-bulu karpet. Setelah merasa sudah cukup, kami berdiri berjajar menunggu penilaian dari Tuan Haris.



Tuan Haris memeriksa dengan seksama karpet merah yang sudah kami pasang. Jari Tuan Haris menyapu karpet tersebut dan mengangkatnya. Memperlihatkan beberapa debu mengkilap yang berada di jari Tuan Haris.



“Ini apa-apaan !”bentak Tuan Haris.



“Ma…ma…maaf.”



Dengan kasar Tuan Haris langsung membentak kami,”enak saja bilang maaf. Udah kukasih kesempatan bersihin kenapa gak dijalanin.”



Sebagai konsekuensi karena kerja kami yang tidak becur, Tuan Haris memerintahkan kami untuk menyapu kembali karpet tapi kali ini dengan rambut kami. Dengan senang hati kami segera menyela rambut kami di antara bulu karpet untuk mengambil kotoran hingga rambut kami begitu kusut dan kotor. Tapi bagi kami debu itu lebih mulia dari kondisioner rambut. Begitu baik Tuan Haris membiarkan rambut kami dikotori oleh debu.



Setelah dirasa cukup bersih, Tuan Haris memerintahkan kami untuk untuk menjilati karpet itu hingga karpet itu basah dengan air liur kami. Setelah cukup basah, Tuan Haris menyuruh kami mengeringkannya dengan toked kami hingga sekarang karpet itu terlihat cukup bersih.



“Nah, begini dong jadi budak. Kalau kerja jangan pake tangan doang.”



“Iya Tuan,”jawab kami semua serempak.



Namun hukuman belumlah selesai. Tuan Haris menganggap kalau kesalahan kami terlalu berat sehingga membutuhkan hukuman yang berat.



Tuan Haris menyuruh ibu memakai sebuah dildo yang berbentuk agak unik dimana kedua ujungnya berbentuk seperti kontol sehingga bisa dipakai oleh dua orang sekaligus. Dengan kasar Tuan Haris langsung menusuk memek ibu dengan dildo itu hingga ibu menjerit kesakitan.



Setelah itu, dia menyuruhku untuk mengulum dildo itu. Dengan senang hati aku berlutut di depan ibu dan mulai mengulum sisi dildo satu lagi.



“Agak masuk ke dalem dong dildonya !”perintah Tuan Haris.



Aku segera melakukan apa yang tuan haris lakukan. Dengan mulutku, aku berusaha mendorong dildo itu hingga semakin masuk ke memek ibu. Sementara itu ibu hanya bisa berdiri pasrah memeknya ditembus oleh dildo yang kudorong dengan mulutku.



Melihat ibu mulai menggeliat kesakitan, Tuan Haris memerintahkan Kak Syifa untuk melakukan hal yang sama. Dia menyerahkan sebuah dildo dengan bentuk yang sama pada kak Syifa. Namun berbeda denganku, Kak Syifa diperintahkan untuk mendorong dildo itu ke dalam pantat ibu dengan memeknya.



Tuan Haris tersenyum puas melihat karya yang dia ciptakan. Seorang ibu yang sedang disetubuhi dengan dildo di depan dan di belakang oleh kedua anaknya hanya bisa beridir pasrah sambil merintih kenikmatan. Dan lebih tragisnya lagi, sebelum ibu mencapai orgasme, Tuan Haris menyetrumnya hingga ibu menggelepar kesakitan dan gagal mencapai orgasme.



Setelah itu, Tuan Haris pergi sejenak ke kamarnya dan kembali dengan sebuah tali tambang yang berukuran agak tipis dan menyerahkan padaku. Melihat tali itu, aku, ibu, dan Kak Syifa langsung mengerti dengan yang diminta Tuan Haris.



Dengan kompak Kak Syifa dan ibu mulai mengikatku. Tanganku di telikung ke belakang kemudian diakat. Tali kemudian diikatkan ke seluruh tubuhku melewati toked dan pahaku hingga kemudian aku seperti dililit ular.



“Gantung dia !”perintah Tuan Haris dingin.



Ibu segera mengaikan tali di tangan yang tersambung juga dengan badanku ke sebuah gantungan yang ada di atap. Kemudian tali yang meleati gantungan itu dikatkan ke kakiku yang di tekuk ke dalam hingga aku sekarang tergantung di langit-langit dengan posisi yang menyakitkan.



Untuk menambah penderitaanku, Tuan Haris meneteskan lilin yang dia ambil ke punggungku. Aku berusaha mati-matian untuk menahan rasa sakit agar teriakanku tidak menggangguk Tuan Haris. Setelah menetesinya cukup banyak, Tuan Haris menempelkan lilin itu di punggungku hingga aku seperti lampu gantung yang menghias ruangan.



Tuan Haris sejenak memutar tubuhku layaknya mainan. Kemudian dia menyuruh ibu dan Kak Syifa untuk kembali memasang dildo tadi di memek masing-masing. Meskipun ibu masih cukup kelelahan karena orgasme yang digagalkan setruman, tapi pada akhirnya ibu tetap berdiri sambil memasang dildo di memeknya.



Setelah terpasang mantap, ibu langsung membungkam mulutku dengan dildo hingga aku hanya bisa bernafas lewat hidung. Sedangkan di belakang, Kak Syifa menyodomi pantatku dengan kasar disertai dengan gerakna maju mundur.



Tak jauh dariku, Tuan Haris terlihat tersenyum puas melihat kondisiku yang memprihatikan. Tubuh terikat dan tergantung dengan lilin menyala di punggung ditambah dengan lubang pantat dan mulutku yang terbungkam dengan dildo yang digunakan ibu dan Kak Syifa.



Anehnya, aku bukannya merasa marah karena perintah itu justru merasa senang dapat dihukum seperti itu. Sebab bagiku, rasa senang tuanku adahal kebahagiaanku juga. Bahkan jika itu membuatku menderita.







“Kamu gak papa, Tan ?”tanya Tuan Haris ketika tubuhku diturunkan. Setelah 1 jam aku terus digantung, akhirnya aku diturunkan dalam kondisi lemah. Setelah menurunkanku, Tuan Haris segera menyuruh Kak Syifa dan ibu untuk pergi ke belakang mengurus tugas lainnya.



“Gak apa-apa kok,”jawabku lemah.



Tuan Haris sedikit iba melihat kondisiku. Tubuhku begitu lemas tak bertenaga. Mulutku begitu kaku karena terus disumpal dengan dildo. Pantatku juga perih karena disodok dildo oleh Kak Syifa. Seluruh tubuhku memerah karena belitan tali yang menggantungku. Punggungku sendiri juga terasa sangat nyeri dengan sisa lilin yang mengeras.



Tuan Haris dengan tangan lembutnya mulai membersihkan punggungku dari lelehan lilin yang sudah mengeras. Sejenak wajah Tuan Haris yang biasanya sinis dan dingin berubah lembut ketika dia membersihkan punggungku.



Ah, sungguh pemadnangan yang luar biasa. Merasakan sendiri belaian kasih dari kakak sendiri adalah kenikmatan yang luar biasa. Meski hal itu harus ditebus dengna rasa sakit yang terus dialami.



Ketika aku baru menginjak bangku SMA, aku mulai berkenalan dengan dunia gelap. Teman-temanku mengajakku menonton film porno dan mulai dari sana aku belajar untuk bermastrubasi. Saat melakukannya aku selalu membayangkan kontol kakakku yang menembus memekku dan memberikanku kenikmatan yang luar biasa.



Kecintaanku pada kontol kakakku sendiri bermula ketika aku tidak sengaja melihatnya tidur tanpa busana. Aku baru sadar kalau kakak jarang mengenakan pakaiaan ketika tidur dan hanya membungkus tubuhnya dengan selimut.



Melihat kontolnya yang berdiri tegak dengan urat-urat kasar yang menambah kesan jantan membuatku sangat terpukau. Kepalaku segara dibanjiri dengan fantasi ketika kontol itu menembus memekku dan mengantarku pada kenikmatan hakiki para wanita.



Entah bagaimana, meski aku tahu persis kalau dia adalah kakaku dan kalau cintaku ini adalah hubungan terlarang, aku masih saja mengkhayalkan kontol kakakku yang membuahi rahimku. Hal itulah yang menjadi bahan mastrubasiku hingga aku mencapai klimaks.



Hingga kemudian kesempatan itu datang. Kakakku menunjukkan kalau untuk menggapai cintanya aku harus menyerahkan segenap jiwa ragaku dan melayani nafsu kakakku sebagai budaknya. Sosok yang menyediakan tubuhnya untuk menjadi mainan pemuas nafsu tuannya sekaligus perwujudan dari bentuk cinta dan pengabdian seseorang pada orang lain.



Awalnya aku sempat dikuasai rasa risih pada sosok budak. Aku masih begitu malu mengungkapkan birahi karena statusku yang terkenal sebagai perempuan alim di lingkungan sekitarku. Namun kemudian Ibu dan Kak Syifa perlahan mengajarkan kalau aku harus melepaskan belenggu bernama rasa malu itu demi mendapatkan cinta kakakku dengan menjadi budaknya.



Maka dimulailah hidup baruku. Menjadi budak bagi kakak kandungku sendiri. Menyediakan tubuhku untuk dinikmati oleh kakakku bahkan jika itu termasuk mengalami penyiksaan dan pelecehan. Dengan ikhlas dan hati yang tulus aku mempersembahkan itu semua demi mendapatkan cinta dari kakak sekaligus tuanku
 
Bimabet
What a happy Familly
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd