Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Annisa

Alkhasyiii

Suka Semprot
Daftar
27 Sep 2023
Post
23
Like diterima
32
Bimabet
“Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata
Niko pamit mencium tangan ke dua
orang tuanya.
“Iya.. hati-hati yah sayang..” kata
ibunya. “Maaf yah sayang, papa gak
bisa antar” kata papanya karena
papanya juga akan berangkat kerja
tidak lama lagi.
“Gak apa kok.. daaaah..” kata Niko
dengan sedikit berlari meninggalkan
rumahnya menuju sekolah.
Namanya Niko, umur 14 tahun dan
masih duduk di kelas 2 smp. Tampang
Niko biasa-biasa saja bahkan dapat
dikatakan culun dan cupu.
Pengetahuannya akan seks juga
sangat minim sampai akhirnya teman-
temannya mulai memperkenalkannya
vcd dan situs-situs porno hingga
akhirnya dia mulai tertarik dan
membuatnya kecanduan melihat sosok
wanita telanjang. Keluarganya dapat
dikatakan cukup mampu, rumah
mereka cukup bagus meskipun tidak
terlalu mewah. Papanya seorang
pegawai swasta memiliki penghasilan
lebih dari cukup untuk membiayai
kehidupan keluarganya.
Ibunya Niko, Anisa, berusia 33 tahun,
telah melahirkan dua orang anak.
Niko dan satu lagi si kecil Windy yang
masih bayi dan masih menyusu.
Usianya cukup muda meskipun telah
memiliki dua orang anak, itu karena
Anisa menikah dengan suaminya
Panji, papanya Niko, saat masih
berumur 19 tahun. Anisa sendiri
memiliki wajah yang cantik dan tubuh
yang masih bagus. Keseharian Anisa
dihabiskan untuk mengurus rumah
dan keluarganya. Tapi siapa sangka,
dia merupakan seorang wanita yang
memiliki hasrat seksual yang cukup
tinggi. Bahkan dia memiliki sifat
eksibisionis yang dimilikinya sejak
masih abg dulu. Tentu saja sekarang
dia tidak bisa bebas lagi melakukan
hal tersebut karena sudah berumah
tangga. Tapi sesekali kalau ada
kesempatan, nalurinya beraksi
kembali. Kadang dia sengaja
mengenakan pakaian yang sekedarnya
saat menerima tamu laki-laki saat
suaminya tidak ada di rumah,
membuat tamu itu menjadi mupeng
melihat kulit Anisa yang putih mulus
tersaji di depan mata mereka. Atau
pernah juga dia menggoda teman-
teman Niko yang masih abg labil itu
dengan sengaja menyusui Windy di
depan mereka, memperlihatkan buah
dadanya yang sekal dengan urat-urat
hijau yang tampak membayang.
Kalau sedang dirumah memang Anisa
hanya mengenakan pakaian yang
seadanya saja, termasuk dihadapan
anaknya Niko. Awalnya Niko tentu
saja tidak mempunyai pikiran macam-
macam ke ibu kandungnya sendiri.
Tapi karena pergaulan dengan
teman-teman yang salah, otaknya
mulai diracuni hal-hal mesum.
Terlebih Niko juga semakin dewasa
dan naluri kelakiannya sudah mulai
muncul. Sehingga kini bila melihat
paha ibunya, ataupun buah dada
ibunya saat menyusui adiknya,
darahnya mulai berdesir dan
kemaluannya juga merespon.
Suatu hari Anisa kedapatan
memergoki Niko yang sedang nonton
bokep di laptopnya. Agak kesal juga
sebenarnya Anisa melihat kelakuan
anaknya. Diberi fasilitas laptop dan
internet ternyata malah digunakan
seperti itu. Tapi dia paham kalau
anaknya juga lelaki normal yang juga
punya rasa penasaran dengan tubuh
lawan jenis. Karena itu dia tidak
terlalu memarahi anaknya, hanya
sekedar menasehati saja.
“Mama gak marah kan?” tanya Niko
lesu karena masih takut dimarahi,
apalagi kalau sampai diaduin ke
papanya.
“Hmm.. gak, tapi jangan keseringan
yah.. gak baik” ujar Anisa.
“Jangan kasih tau papa juga yah
ma?” pinta Niko lagi.
“Hihi.. kenapa emang? Takut yah..
iya deh mama bakal diam”
“Ya udah, lanjutin deh sana kalau
mau lanjut.. mama mau ke mini market
dulu..” sambungnya lagi.
“Hihi.. sepertinya kamu udah besar
yah sekarang?” Goda Anisa lagi
mengedipkan salah satu matanya
sambil beranjak dari kamar Niko.
Tentu saja hal itu membuat Niko jadi
salah tingkah karena malu.
Sejak saat itu Niko merasa malu bila
berjumpa mamanya, terlebih kalau
dirinya kedapatan mencuri pandang
ke arah mamanya. Anisa hanya
tersenyum dan tertawa renyah saja
mendapati kelakuan anak sulungnya
ini. Pernah saat itu Niko pulang
sekolah dan menemukan ibunya
membukakan pintu hanya mengenakan
handuk, tampak butiran air masih
menempel di kulitnya yang masih
lembab. Saat itu Anisa sedang mandi
dan acara mandinya terganggu karena
Niko pulang. Niko tentu saja terpana
melihat sosok indah di depannya ini.
Anisa yang sadar diperhatikan Niko
memergoki anaknya yang melongo
memandang kearahnya.
“Ayo kamu liatin apaan? Masa sama
mama sendiri nafsu sih? Hihi..” goda
Anisa.
“Eh, ng-nggak kok ma..” jawab Niko
tergagap karena mati kutu ketahuan
melototi mamanya.
“Beneran gak nafsu?” entah kenapa
Anisa malah tertarik menggoda
anaknya sendiri.
“Ng-nggak mah.. maaf mah..”
“Hihi.. gak usah grogi gitu ah
kamunya.. ya udah.. masuk sana, ganti
baju” suruh Anisa.
“Kalau kamu mau mandi, sekalian aja
mandi sama mama.. mama juga belum
selesai mandinya” entah darimana lagi
ide gila Anisa itu berasal. Mengajak
anaknya yang sedang mupeng itu
mandi bersama. Niko yang mendengar
ajakan mamanya makin salah tingkah
saja, dia tidak tahu harus menjawab
apa, walaupun dia sebenarnya mau.
“Kenapa? Gak mau? Ya udah
terserah kamu deh.. mama lanjutin
mandi dulu. Hmm.. ntar kalau kamu
berubah pikiran datang aja.. hihi”
kata Anisa menuju kamar mandi
meninggalkan Niko yang masih
melongo disana. Tampak hidungnya
Niko mengeluarkan darah karena
mimisan.
Setelah mengganti pakaiannya, Niko
sempat ragu menerima ajakan
mamanya tadi atau tidak. Apa
mamanya serius tentang hal itu?
Pikirnya. Tapi dia yang memang
penasaran akhirnya menuju kamar
mandi yang mana mamanya masih
berada di sana.
“tok-tok” suara ketukan pintu kamar
mandi oleh Niko. Tidak lama kemudian
pintu kamar mandipun terbuka,
kepala mamanya muncul dari balik
pintu, menutupi tubuh telanjangnya.
“Hihi.. beneran datang yah kamu
akhirnya.. padahal mama cuma
bercanda aja” kata Anisa pura-pura.
“Oh.. bercanda aja yah ma.. ya udah
deh..” kata Niko dengan wajah
kecewa.
“Eh eh, jangan ngambek gitu dong..
gak apa kok kalau kamu emang mau
barengan.. sini masuk” ajak Anisa
lagi. Niko dengan agak ragu akhirnya
mau juga melangkah masuk. Dadanya
berdebar bukan main ketika
melangkah masuk ke kamar mandi. Dia
mendapati mamanya telanjang bulat,
dengan tubuh berlumuran busa sabun.
Tampak busa sabun itu menggumpal
menutupi daerah selangkangannya,
memberi kesan seksi dan erotis.
Kepala Niko terasa berat
menyaksikan itu semua, hidungnya
serasa mau berdarah lagi, sungguh
membuatnya tidak tahan. Penis di
dalam celananya berontak bukan main
ingin bebas.
“Ye.. cepetan buka bajunya..
katanya mau ikutan mandi.. buruan
telanjang” suruh Anisa pura-pura
tidak tahu kalau anaknya sedang
mupeng berat ke dirinya. Niko yang
tersadar dari lamunannya jadi salah
tingkah lagi, dia bahkan seperti
kesususahan membuka pakaiannya
sendiri, membuat Anisa jadi tertawa
geli melihatnya. Terakhir kali Niko
mandi bareng dengan mamanya waktu
dia kelas 4 sd sebelum Niko disunat,
Niko masih ingat betul bagaimana
lekuk tubuh telanjang mamanya
waktu itu. Tapi dulu dia tidak punya
nafsu sama sekali melihat tubuh
mamanya, berbeda sekali dengan
sekarang.
Anisa tersenyum melihat penis
anaknya yang sudah menegang
maksimal walaupun ukurannya
terbilang sedang. Sedangkan Niko
merasa begitu malunya telanjang
dengan penis tegang mengacung di
depan mamanya yang juga telanjang
bulat ini. Dia berusaha menutup-
nutupi kemaluannya dengan
tangannya.
“Gak usah ditutup-tutupi segala
sayang, kan mama sendiri.. lagian
mama juga udah pernah lihat” goda
Anisa. Memang Anisa sudah pernah
melihatnya, tapi itu beberapa tahun
yang lalu. Sekarang sungguh berbeda,
usia Niko sudah jauh bertambah dan
tanda-tanda kelakiannya sudah
muncul. Niko dengan masih malu-malu
akhirnya membuka juga tangannya.
Mereka akhirnya mandi bersama,
Anisa berusaha untuk tidak terlalu
memperdulikan Niko yang mupeng
berat agar Niko tidak tambah malu.
Busa sabun yang tadi menutupi
selangkangan Anisa kini sudah
terbilas bersih dengan air, sehingga
kini Niko bisa melihat vagina
berserta bulu kemaluan milik mamanya
lagi yang sudah lama tidak dilihatnya.
Anisa juga membantu Niko menyabuni
punggung Niko dan membasuh rambut
Niko dengan busa sampo selayaknya
ibu yang perhatian pada anaknya.
Selama acara mandi tersebut penis
Niko selalu ngaceng, tentu saja
karena terangsang karena keadaan
ini.
Akhirnya acara mandi itu selesai
juga, mamanya keluar dari kamar
mandi terlebih dahulu. Tapi sebelum
keluar mamanya mengatakan sesuatu
yang membuat Niko jadi terkejut dan
malu.
“Kamu pasti udah gak tahan kan?
kamu keluarin deh.. tapi jangan lupa
dibersihin.. hihi.. mama ke kamar dulu
yah” bisik Anisa menggoda kemudian
keluar dari kamar mandi. Sungguh
malu Niko karena mamanya
mengetahui bebannya itu. Setelah
mamanya keluar dan menutup kamar
mandi, Niko beronani menuntaskan
nafsunya yang sudah sedari tadi
diubun-ubun. Tentu saja yang
menjadi objek onaninya kali ini
adalah mamanya.
Setelah saat itu, Anisa semakin
berani saja menggoda anaknya Niko.
Dia bahkan pernah hanya
mengenakan kemeja dan celana dalam
saja ketika hanya berduaan dengan
anaknya di rumah. Saat Anisa
menyusui bayinya, dia tidak berusaha
menutup-nutupi padangan Niko ke
arah buah dadanya, bahkan membuka
kedua payudaranya sekaligus.
Intensitas onani Niko semakin
bertambah karenanya, tentu saja
selalu mamanya yang menjadi
objeknya. Pernah saat mandi
bersama dengan Niko lagi, dia bahkan
berada disana menyaksikan anaknya
onani di depannya.
“Gak apa nih ma? Niko malu nih..”
“Iya gak apa, mama tahu kok kalau
kamu sering bayangin mama. Kali ini
mama kasih bonus deh.. mama bakal
temanin kamu, gak perlu cuma ngayal
lagi kamunya..” kata Anisa menggoda
Niko. Darah Niko berdesir
mendengarnya, walaupun malu dia
sebenarnya senang bukan main
mamanya mau menemaninya, bersedia
membantunya onani dengan
memandangi tubuh telanjang Anisa
langsung. Niko akhirnya mulai
beronani, dia mengocok penisnya
sendiri. Sungguh berbeda sekali
rasanya dengan hanya bisa
membayangi, karena kini mamanya
berada di depannya langsung.
Bersedia tanpa paksaan menyerahkan
tubuh telanjangnya menjadi objek
onani anaknya.
Anisa hanya tersenyum saja selama
anaknya beronani tersebut, membuat
Niko makin belingsatan. Tidak butuh
waktu lama bagi Niko untuk keluar.
Itu karena sensasi yang dia alami kali
ini jauh lebih luar biasa dari pada
hanya dapat membayangi mamanya
saja. Mamanya tertawa renyah
melihat anaknya ejakulasi begitu
cepatnya. Tapi dia dapat memaklumi
karena anaknya memang masih hijau
dalam urusan begini.
“Udah keluar yah sayang? Enak kan?
enakan mana dari pada ngebayangin
doang?” goda Anisa.
“Enakan ini mah..” jawab Niko malu.
“Hihi.. kalau kamu mau boleh kok
kapan-kapan minta mama bantuin
kamu lagi” kata Anisa tersenyum
sambil mengedipkan mata kirinya ke
Niko. Niko senang bukan main
mendengar tawaran mamanya
tersebut.
“Eh.. tapi ngomong-ngomong tadi
kamu keluarnya cepat amat”
“Gak tau nih ma.. keenakan sampai
gak tahan Niko” jawab Niko malu.
“Hihihi.. iya.. mama maklum kok.
Udah sana keringkan badan kamu.
Mama masih mau lanjutin mandi, ini
biar mama yang bersihin” kata Anisa
menyiram genangan sperma Niko.
Sebenarnya Anisa menyuruh Niko
keluar karena dia juga merasa horni,
dia ingin sedikit bersenang-senang
dengan melakukan masturbasi dahulu
sebelum menyelesaikan acara
mandinya. Setelah Niko keluar dan
pintu tertutup. Anisa berbaring di
atas lantai kamar mandi berlapis
marmer yang dingin, meskipun lantai
itu terkesan kotor tapi dia tidak
peduli lagi. Aksinya terhadap Niko
tadi betul-betul sudah membakar
birahinya, dia ingin segera
menuntaskan nafsunya. Dia mainkan
vaginanya sendiri menggunakan
jarinya, mengusap-ngusap klirotisnya
sendiri. Tapi entah kenapa dia malah
memikirkan Niko, mungkin karena aksi
nakalnya tadi yang cukup berani.
“Ohh.. Niko.. kamu nakal sayang,
onani di depan mama.. nggmmhh..”
racau Anisa berbicara sendiri sambil
mengusap-ngusap klirotisnya.
“Kamu nakal Niko.. mesum ke mama
kamu sendiri.. oughh.. kamu mau
ngentotin mama kamu sendiri? Nih..
boleh.. masukin gih..” racaunya lagi.
Dia masukkan jarinya sendiri ke
dalam vaginanya setelah mengatakan
hal itu. Dia aduk-aduk vaginanya
sendiri menggunakan jarinya sambil
terus meracau sendiri.
“Iyaah.. terus sayang.. entotin mama
sayang.. yang kencaaang.. ougghh”
Dia terus memainkan jarinya di
vaginanya sendiri selama beberapa
saat serta memilin-milin putingnya
hingga air susunya merembes keluar.
“mama mau sampai sayang.. kita
keluar barengan.. terus sayang.. iya..
teruuusss.. mama sampaaaaaiiiiiiii..
aaaaahhhhhhhh…” lenguh Anisa
cukup kuat saat dia klimaks, dia tidak
peduli kalau lenguhannya itu bisa
terdengar oleh Niko. Anisa baru
tersadar apa yang baru saja dia
katakan saat masturbasi tadi,
membayangi kalau dia bersetubuh
dengan Niko anaknya. Dia sendiri
bingung kenapa sampai membayangi
hal tersebut, tapi dia tidak
memungkiri sensasi nikmat berbeda
yang baru saja dia alami. Apakah itu
nikmatnya sensasi incest? Pikirnya.
Setelah saat itu Niko beberapa kali
mengajak Anisa mandi bersama, tentu
saja selalu disertai dengan onani di
depan mamanya. Dia yang awalnya
malu-malu, sekarang tidak segan lagi
untuk mengajak dan meminta bantuan
mamanya. Tidak jarang juga Anisa
melanjutkan masturbasi sendiri
setelah itu, baik di kamar mandi
maupun di kamar. Seiring waktu
berlalu, Anisa mulai menggunakan
tangannya membantu Niko onani.
Mengocok penis anaknya dengan
tangannya sendiri, sebuah kemajuan
yang luar biasa dan cukup gila yang
dilakukan oleh mereka. Anisa juga
mempersilahkan anaknya untuk
ngomong kotor padanya.
“Gak apa mah? gak usah deh ma..
gak sopan rasanya” kata Niko
berusaha menolak walaupun dia
sebenarnya mau.
“Hihi… Gak apa kali sayang.. kan
pasti lebih enak, gak perlu ditahan-
tahan lagi kalau kamu mau ngomong
yang jorok-jorok ke mama.. keluarin
aja dari mulut kamu apa yang kamu
pikirin” kata Anisa tersenyum manis
sambil meneruskan mengurut penis
anaknya.
“Oughh.. enak mah.. terus..” racau
Niko. Sepertinya Niko masih
berusaha menahan mulutnya untuk
tidak berkata-kata kotor. Anisa
putuskan untuk memancing anaknya
dahulu.
“Sayang.. menurut kamu mama cantik
nggak?”
“Cantik mah.. cantik banget..”
“Seksi nggak sayang?”
“iya mah..”
“Berarti kamu nafsu dong liat
mama?”
“Iya mah.. Niko nafsu liat mama..
mama cantik banget, seksi,
menggoda..” Anisa tersenyum
mendengar jawaban Niko, sepertinya
caranya cukup berhasil.
“Hihi, kamu nakal yah.. Apanya mama
yang bikin kamu nafsu sayang?” goda
Anisa lagi sambil tetap mengocok
penis Niko.
“Semuanya mah.. wajah mama, susu
mama, paha mama, memek mama..
kontol Niko ngaceng terus kalau liat
mama” kata Niko mulai berani
ngomong jorok.
“Hihi.. mesum kamunya.. udah pandai
yah ngomong jorok ke mama.. terusin
sayang.. ngomong aja..”
“Niko pengen ngentotin mama..
oughh.. ngulum tetek mama yang
penuh susu sampai puas”
“terus sayang? apa lagi? puas-
puasin aja ngomong joroknya ke
mama”
“Niko pengen genjotin memek mama
pake kontol Niko terus terusan..
siramin peju Niko ke memek mama
tempat Niko lahir dulu sampai mama
hamil anak Niko” Anisa tertawa
renyah mendengar ucapan anaknya
ini, ternyata bisa-bisanya anaknya
berfantasi seperti itu ke mamanya.
“Ngghh.. mau keluar mah.. gak tahan
lagi..” lenguh Niko.
“Keluarin aja sayang.. gak usah
ditahan”
“Aaah…. Anisaaaaa” teriak Niko
menyebut nama mamanya. Anisa
menutup kepala penis Niko dalam
genggaman tangannya, sehingga akan
membuat sperma Niko tertampung di
tangannya.
Beberapa detik kemudian muncratlah
sperma Niko dengan banyaknya ke
tangan Anisa. Melumuri tangan
mamanya dengan spermanya sendiri.
Niko merasa sangat puas sekali,
semakin hari onani yang dia rasakan
semakin nikmat saja.
“Hihi.. banyak nih sperma kamu”
kata Anisa menunjukkan tangannya
yang berlumuran sperma anaknya.
“Enak yah sayang? Puas kan?”
“Eh, tapi kayaknya kamu masih cepat
aja keluarnya.. sepertinya perlu
mama kasih latihan nih” kata Anisa
sambil membersihkan tangannya.
“Latihan gimana mah?” tanya Niko
yang tidak paham maksud mamanya.
“Latihan biar kamu bisa tahan lebih
lama.. kan malu ntar kamu sama pacar
kamu kalau kamu kecepetan
keluarnya” jelas Anisa. Sebuah ide
yang gila yang entah dari mana
datangnya tapi dia coba
menjelaskannya dengan alasan yang
masuk akal.
“Oo.. emang gimana caranya mah?”
“Hmm.. kamu biar mama bantuin
onani, ntar kita hitung berapa
waktunya sampai kamu keluar. Kita
lihat perkembangan kamu tiap onani”
kata Anisa menjelaskan layaknya
seorang trainer, dan benar kalau dia
mulai saat itu menjadi seorang
trainer sex bagi anaknya Niko.
Anisa mulai membantu melatih
ketahanan Niko dengan tetap
menggunakan tangannya,
bagaimanapun dia tidak mau untuk
melakukan hal lebih dari ini. Anisa
sendiri tidak begitu yakin benar atau
tidak cara ini ampuh bagi Niko. Tapi
sedikit demi sedikit Niko mulai lebih
lama jebol pertahanannya.
Mereka melakukan itu siang atau sore
hari saat papanya Niko sedang
berkerja, rata-rata mereka
melakukannya 1 sampai 2 hari sekali.
Meski pernah juga dalam sehari Niko
sampai 2 kali berlatih hal tersebut.
Untuk memberi Niko semangat,
mamanya kadang memberinya hadiah
kalau Niko bisa mencapai waktu yang
ditentukan Anisa. Bisa berupa
ciuman, pelukan, dan uang jajan tapi
Anisa tidak mau memberinya lebih
dari itu seperti hadiah-hadiah
erotis.
Sampai saat ini mereka masih
menjaga agar hal ini tidak ketahuan
oleh papanya Niko. Pernah hari itu
Niko yang tidak tahan minta
dionanikan oleh mamanya, padahal
papanya berada di rumah saat itu.
Mereka melakukannya diam-diam di
dalam kamar mandi saat papanya
sedang menonton tv. Niko yang masuk
duluan dengan dalih akan mandi,
kemudian dengan diam-diam mamanya
juga masuk tidak lama kemudian.
“Gila kamu.. entar ketahuan papa
bisa dihajar kamu”
“Maaf deh ma..”
“Hihi.. kayaknya makin hari kamu
makin lancang aja yah.. tapi gak
papa deh.. mama suka kalau kamu
terus terang gini”
Merekapun akhirnya melakukan hal
itu lagi di sela-sela mandinya Niko,
tapi Anisa masih tetap mengenakan
pakaiannya. Tentu saja mereka tidak
bisa bebas bicara mendesah seperti
biasanya karena ada papanya di
rumah.
“Ayo sayang.. keluarin yang banyak”
kata Anisa berbisik sepelan mungkin.
“Ngghh.. mah..” lenguh Niko
tertahan. Sperma Niko tumpah lagi di
tangan mamanya. Tapi apa yang
dilihatnya kemudian membuat
darahnya berdesir, mamanya
menjilati sedikit lelehan spermanya.
“Ueekk.. asin yah ternyata peju
kamu..” kata Anisa berbisik sambil
tersenyum menggoda. Niko cuma
merespon ucapan mamanya dengan
tersenyum karena tidak tahu harus
ngomong apa. Setelah itu mamanya
keluar dari kamar mandi setelah
membersihkan tangannya,
meninggalkan Niko yang masih
meneruskan mandinya.
*
Hari itu Niko melakukan hal itu lagi
dengan Anisa. Tapi lagi-lagi dia tidak
dapat bertahan lama hanya dengan
kocokan tangan mamanya. Spermanya
kembali tumpah hanya dalam tiga
menit lebih sedikit.
“Udah keluar sayang?” tanya Anisa
melihat ke arah mata anaknya yang
sedang meringis kenikmatan sehabis
ejakulasi. Dia sadar anaknya sedikit
demi sedikt mulai menunjukkan
perkembangan, yang dulunya hanya
tidak mampu lebih dari satu menit
kini sudah lebih baik.
“Masih belum bisa lama nih ma..”
kata Niko, terlihat wajah lesu di raut
mukanya. Dia masih belum bisa untuk
mencatatkan rekor waktu yang lebih
lama lagi.
“Udah lebih bagus kok.. setidaknya
ada perkembangan, mama yakin kok
kamu bisa lebih baik besok..” Kata
Anisa sambil mengedipkan matanya.
Dia ingin anaknya mendapatkan
pengalaman seks yang cukup nantinya
dan tidak ingin membuat anaknya
mendapatkan malu dari pacarnya
karena ejakulasi yang cepat.
“Gimana kalau kamu ajak temanmu
kemari, ikut latihan denganmu”
sebuah usul yang terdengar gila
meluncur dari mulut Anisa. Niko
sendiri terkejut mendengar usul
ibunya tersebut. Mengajak temannya
kemari? Untuk ikutan merasakan
kenikmatan dari tangan ibunya?
sungguh gila ide mamanya.
“Kok harus mengajak orang lain
segala sih ma?” tanya Niko mencoba
mengetahui apa yang sebenarnya
mamanya pikirkan.
“Gini sayang.. mama pikir kamu akan
lebih semangat kalau kamu ada
lawannya. Jadi ntar kamu lomba deh
sama temanmu siapa yang paling lama,
ntar yang menang dapat hadiah deh
dari mama” jawab Anisa. Sebuah
alasan yang Niko pikir ada benarnya
juga omongannya, pasti dengan
suasana seperti itu membuatnya lebih
semangat dan tidak ingin cepat cepat
keluar, pikir Niko.
“Oke deh ma.” Kata Niko menyetujui.
Niko sebenarnya sedikit ragu untuk
mengajak temannya. Dia juga tidak
tahu siapa yang akan dia ajak.
Beberapa temannya memang ada yang
menyukai mamanya Niko. Hal itu Niko
ketahui saat mengajak temannya
main ke rumah. Teman-temannya
yang abg labil seperti halnya Niko
tentu saja tidak bisa lepas melihat
wanita cantik, termasuk Anisa,
mamanya Niko. Mereka berkomentar
betapa cantik dan seksi mamanya.
Niko yang mendengar hal tersebut
awalnya tidak suka, tapi setelah dia
perhatikan ternyata omongan
temannya ada benarnya juga.
Walaupun Anisa sudah berumur 33
tahun dan sudah melahirkan 2 orang
anak, bahkan yang paling kecil
sedang tahap menyusui, tapi tubuh
Anisa masih terawat dengan baik
karena dia rajin olahraga untuk
mengembalikan bentuk tubuhnya
setelah melahirkan. Dengan kulit
putih mulus dan bentuk tubuh yang
bagus serta wajahnya yang manis
menjadi daya tariknya. Suami-suami
tetanggapun banyak yang melirik-
lirik ke Anisa saat Anisa belanja ke
warung ataupun melakukan aktifitas
di luar rumah.
Sungguh anak-anak remaja sekarang
mudah sekali mendapat akses porno
dari internet, hal itulah yang
membuat mereka begitu labilnya kalau
melihat wanita cantik. Niko yang
sebenarnya polos, mulai ikut-ikutan
temannya. Diantara teman-temannya
yang rata-rata berpikiran mesum ini
ada yang paling parah, Jaka namanya.
Jaka sendiri dianggap bos oleh
rombongan geng yang Niko ikut-
ikutan ini. Itu karena usia Jaka yang
sudah 17 tahun yang memang
selayaknya sudah sma. Niko sering
dimintai uang rokok oleh Jaka,
walaupun berat hati tapi terpaksa
juga diberi oleh Niko.
Beberapa hari kemudian di sekolah,
entah kenapa Niko malah ingin
mengajak Jaka ke rumah. Ya.. sebaga
rival latihannya bersama mamanya
tentunya. Niko sendiri yang
menerangkan panjang lebar ke Jaka
tentang maksud tujuannya.
Mendengar penjelasan Niko ini, tentu
saja Jaka semangat bukan main dan
menyetujuinya. Sudah lama dia
tertarik pada mamanya Niko.
Walaupun Anisa bukan gadis abg tapi
sungguh menggoda dan nafsuin
seperti artis milf Jav yang sering dia
tonton. Akhirnya setelah pulang
sekolah Niko mengajak Jaka ke
rumahnya.
“Ma.. Niko pulang mah.. Niko ajak
teman nih..” kata Niko masuk ke
rumah yang tidak terkunci dan
mempersilahkan Jaka duduk di sofa
tamu.
“Mah, ni Jaka.. yang dulu juga
pernah main kesini” kata Niko pada
Anisa. Tidak lama kemudian Anisa
muncul yang sepertinya habis
menidurkan bayinya di kamar. Dia
mengenakan daster rumahan biasa,
meskipun begitu dia tetap saja
terlihat cantik.
“Oh.. Jaka” Anisa tersenyum manis
sambil menerima salaman tangan
teman anaknya itu. Jaka mencium
punggung tangan Anisa. Mata Jaka
tentu saja sudah mulai kelayapan
kesana kemari menerawang ke tubuh
wanita ini. Anisa sebenarnya sadar
mata anak itu kelayapan melihat
tubuhnya, tapi entah kenapa dia
merasa horni diperhatikan seperti
itu. Sepertinya sifat eksibisionisnya
muncul kembali. Sifat nakalnya yang
pertama dia alami saat dia masih
gadis dahulu yang sampai sekarang
masih tetap ada. Ya.. dia memang
senang kalau dirinya menjadi pusat
perhatian kaum Adam. Tidak
terkecuali oleh teman-teman anaknya
sendiri.
“Kamu udah dengar kan dari Niko?”
“Hehe.. udah tante, tapi beneran nih
boleh ikutan?”
“Hihi.. iya, boleh kok. Kamu mau kan
bantu Niko?”
“Hehe.. oke tante, Jaka senang malah
bisa bantu kaya gini” Anisa
tersenyum manis mendengar ucapan
Jaka tersebut.
“Ya udah, kalian mau sekarang?”
tanya Anisa dengan senyum di
bibirnya.
“Ntar yang menang tante kasih uang
jajan deh..” tambahnya lagi. Niko
dan Jaka akhirnya setuju untuk saat
itu juga memulai latihan
ketahanannya. Niko cukup malu-malu
juga untuk telanjang di depan Jaka.
Tapi Jaka malah terlihat tidak
sabaran dan langsung saja membuka
celananya. Cukup terkejut Anisa
melihat kelamin Jaka yang ternyata
cukup besar, beda sekali dengan milik
anaknya Niko. Anisa berusaha
menyembunyikan keterkejutannya
tersebut, walaupun matanya tetap
menatap takjub anak seusia Jaka
memiliki penis sebesar itu.
“Umur kamu berapa sih Jaka?” tanya
Anisa ke Jaka.
“17 tahun tante”
“Ohh.. pantesan” sebenarnya Anisa
cukup heran juga Jaka masih smp
dengan usia segitu, tapi Anisa tidak
ingin terlalu mempedulikannya dan
membahas hal tersebut.
“Pantesan kenapa ya tante?” tanya
Jaka karena sedikit bingung.
“Ahh.. nggak, mau tau aja.. hihi”
“Yuk mulai” ajak Anisa. Dia kemudian
bersimpuh di tengah-tengah Niko
dan Jaka yang telah bertelanjang
bulat dan sudah ngaceng dari tadi.
Niko sendiri sebenarnya masih
merasa tidak nyaman dengan adanya
Jaka yang ikut. Tapi sudah
terlambat, dia sendiri yang mengajak
Jaka kemari. Dada Niko berdebar
karena akan melakukan hal ini lagi,
bahkan kini temannya ikut serta.
Tangan Anisa mulai mengocok kedua
penis remaja tanggung ini di sisi kiri
dan kanannya. Yang mana salah
satunya milik anaknya sendiri.
“Ahh… ma..” lenguh Niko penuh
kenikmatan.
“Enak sayang? Kamu sendiri gimana
jaka? Enak kocokan tante?” tanya
Anisa dengan wajah nakal pada dua
remaja itu.
“Iya tante, sedaap.. hehe, akhirnya
kesampaian juga bisa dikocokin
tante”
“hmm?? Maksud kamu?”
“hehe.. iya, sejak liat tante pertama
kali Jaka jadi suka sama tante. Jaka
jadi ngayalin tante tiap coli.”
“Ha? jadi kamu sering ngayalin
tante? Dasar kamu kecil-kecil udah
gini..” kata Anisa sambil tetap
mengocok penis mereka.
Setelah beberapa saat, terlihat
ekspresi dari Niko yang sepertinya
sudah tidak tahan untuk keluar.
“Ma… gak tahan.. agghh…”
“Croot.. crroot” tumpahlah sperma
Niko di hadapan ibu dan temannya
itu. Spermanya berlumuran tumpah di
tangan ibunya.
“Oughhh.. mah.. enak..” lenguh Niko
kenikmatan.
“Yess.. gue menang, iya kan tante?
Jaka yang menang kan?”
“Iya-iya kamu yang menang. Hmm..
kamu mau tante lanjutin sampe keluar
gak?”
“hehe.. mau dong tante”
“Ya udah..” tangan Anisa kembali
mengocok penis Jaka. Tidak butuh
waktu lama karena Jaka memang
sudah horni dari tadi. Tangan Anisa
pun kini berlumuran sperma Jaka.
“Udah kan? kalian bersih-bersih
dulu sana gih”
“Iya ma..”
“Iya tante..” jawab Niko dan Jaka
bersamaan. Mereka akhirnya bersih-
bersih tidak lama setelah itu. Niko
dan Jaka kemudian menghabiskan
waktunya dengan nonton tv
sedangkan Anisa ke dapur
mempersiapkan makan malam. Selang
beberapa lama terdengar suara
tangisan bayi, tidak lain adalah
tangisan Windy, adiknya Niko. Anisa
yang mendengar suara tangisan
anaknyapun segera menghentikan
aktifitasnya di dapur. Anisa kembali
dari kamar sambil menenteng bayinya
yang masih kecil, lalu duduk di kursi
yang cukup jauh dari Niko dan Jaka.
“Oi, Nik.. liat tuh.. jadi ngiler gue
pengen nyusu ke nyokap lo” kata-
kata yang sebenarnya sangat kurang
ajar. Mengomentari ibunya seperti
itu. Tapi entah kenapa Niko juga
merasakan hal yang sama dengan
Jaka. Nalurinya tidak dapat
dibohongi kalau dia juga ngaceng liat
payudara ibunya sendiri yang sedang
menyusui adeknya.
“Gini deh, gue punya ide” kata Jaka.
“Tante, mulai lagi yuk ronde
selanjutnya. Kami udah tegang lagi
nih..” pinta Jaka ke Anisa.
“Bentar yah sayang, tante lagi
nyusuin Windy. Ntar dia gak kenyang
lagi”
“Tante.. hadiah untuk yang menang
ronde selanjutnya tambahin dong
tante.. masa cuma uang jajan”
“Hmm.. terus?”
“Gimana kalau.. ngggg… itu tante”
kata Jaka sambil menunjuk ke arah
payudara Anisa yang masih menyusui
bayi kecilnya.
“Hihihi.. dasar kamu. Maksudnya
nyusu? Porno yah kalian.. hihi” Anisa
malah merespon permintaan mesum
Jaka sambil tertawa-tawa.
“Oke deh, tante turutin. Niko, kamu
harus menang yah kali ini, jangan
biarkan teman kamu yang malah
dapat susu mama, kan kamu yang
anaknya mama. Hihi..”
“Iya ma.. Niko usahain”
Anisa melepaskan Windy dari sisinya.
Tampak Windy sudah tenang, mungkin
karena sudah kenyang menyusu. Anisa
lalu meletakkan Windy ke kursi di
sebelahnya.
“Mau sekarang?” tanya Anisa dengan
tatapan nakal tanpa menutup
payudaranya dengan baju terlebih
dahulu, membiarkan payudara sebelah
kanannya menjadi santapan mereka.
Membuat kedua remaja itu hanya
mengangguk-angguk mupeng
karenanya.
Niko dan Jaka mendekati Anisa,
meloloskan celananya hingga mereka
sekali lagi mengacungkan penis
mereka ke Anisa. Tangan Anisa mulai
mengocok kedua penis itu lagi. Saat
penis mereka dikocok Anisa, mata
mereka tidak henti-hentinya
menatap ke payudara yang
terpampang bebas itu, membuat si
punya penis makin kelojotan.
“Ayo Niko.. semangat sayang, jangan
kalah lagi” kata Anisa menyemangati
anaknya.
“Oughh.. iya ma..” jawab Niko. Tapi
apa daya, ketahanan Niko masih
belum dapat menandingi Jaka. Diapun
akhirnya keluar duluan dan kalah lagi
dari Jaka.
“Yes, gue menang.. hehe” sorak Jaka
penuh kemenangan dengan diiringi
tawa mesum.
“Tuh kan.. kamunya kalah lagi” kata
Anisa dengan wajah yang
dicemberutkan ke Niko.
“Kamu mau ambil hadiahnya sekarang
jaka?” tanya Anisa dengan tatapan
nakal ke Jaka.
“Boleh tante.. ”
“Huu.. udah gak sabar yah kamunya,
ya udah sini duduk dekat Tante” kata
Anisa sambil menggeser posisi
duduknya memberi tempat untuk Jaka
untuk duduk di sebelahnya. Jakapun
akhirnya duduk di sebelah Anisa dan
mulai mengarahkan mulut hitamnya ke
pucuk payudara Anisa yang siap
menyambut mulutnya. Walau agak
grogi, tapi akhirnya mulut Jaka
menempel ke pucuk payudara kanan
Anisa. Terasa cairan hangat mulai
masuk ke mulutnya saat dia coba
mengenyot putting payudara
tersebut.
Melihat temannya yang asik menyusu
ke ibu kandungnya membuat perasaan
Niko tidak karuan saat itu. Cemburu,
sakit hati, horni, semua campur aduk.
Bagaimanapun itu adalah ibu
kandungnya dan kini payudara ibunya
sedang dinikmati temannya yang
cabul itu. Sambil menyusu ke Anisa,
mata Jaka sesekali menatap ke Niko
sambil cengengesan seperti sedang
memberitahunya betapa nikmatnya
menyusu ke ibunya.
“Jaka, jangan godain Niko seperti itu
dong, kasihan anak tante” kata Anisa
yang tahu apa yang sedang dipikirkan
Jaka.
“Hehe.. gak kok tante..” jawab Jaka
enteng.
“Ma…” kata Niko lirih.
“Ya sayang?”
“Niko mau juga dong…”
“Yee.. ini kan hadiah untuk yang
menang. Jadinya khusus untuk Jaka
dong.. kalau kamu juga mau, ronde
selanjutnya kamu harus menang yah
sayang..” jawab Anisa. Sekali lagi
tampak Jaka cengengesan melirik ke
Niko, membuat hati Niko makin pedih.
“Tante, yang satu lagi buka juga
dong..” pinta Jaka.
“Lah, untuk apa? Emang kamu mau
nyusu yang sebelah juga??”
“Iya.. boleh yah tante..”
“Hmm.. iya-iya, dasar kamunya”
Anisa akhirnya menyetujui
permintaan mesum Jaka. Dia lalu
membuka sisi bajunya sebelah kiri
sehingga kini kedua payudaranya
terpampang bebas.
“Tanggung tuh tante, buka aja semua
bajunya..” pinta Jaka lagi.
“Dasar nakal. Niko, gak papa kan
mama telanjang dada? Temanmu nakal
nih..” Anisa malah meminta
persetujuan pada anaknya yang
sedari tadi melongo mupeng ke arah
mereka berdua.
“Eh.. i-iya ma, gak papa” jawab
Niko. Rasa pedih di hatinya entah
kenapa kalah dengan rasa horni dan
penasaran melihat tubuh telanjang
dada ibunya. Mendengar jawaban
anaknya Anisa cuma tersenyum, dia
kemudian mulai meloloskan daster
bagian atasnya sehingga kini bagian
atas tubuhnya tidak tertutup kain
sedikitpun. Memamerkan tubuh
bagian atasnya dengan buah dada
sekal yang penuh cairan susu.
“Udah nih, puas kan kamu Jaka?”
“Hehe.. tante emang baik”
“Dasar” kata Anisa sambil mencubit
pipi Jaka. Remaja itu kemudian
melanjutkan acara nyusunya lagi. Kali
ini payudara kiri Anisa yang dijilat
dan dihisapnya, sambil payudara
kanannya menjadi sasaran remasan
tangan nakal Jaka. Memang tidak ada
persetujuan kalau yang menang boleh
melakukan hal mesum seperti meremas
payudara Anisa. Tapi Anisa tidak
menganggapnya masalah.
“Tante, kocokin lagi dong.. kan tadi
belum keluar. Pasti enak nih nanti
rasanya ngecrot sambil nyusu.. hehe”
pinta Jaka mesum.
“Hmm.. iya-iya. Porno kamunya. Kamu
baring deh sini.” setuju Anisa
menyuruh Jaka berbaring di atas
sofa dengan kepala Jaka berada di
atas paha Anisa yang diberi bantal
sofa, sehingga mulut Jaka kini tepat
di depan payudara Anisa. Tangan
Anisa kini meraih penis Jaka dan
mulai mengocoknya lagi. Sungguh
beruntung Jaka ini, merasakan
kenikmatan menyusu dari payudara
yang putih sekal sambil penisnya
dikocok oleh wanita secantik dan
seseksi Anisa. Sambil membiarkan
Jaka menyedot susu dari buah
dadanya, dia mengocok batang penis
teman anaknya tersebut. Anaknya
sendiri masih melongo menatap nanar
aksi temannya yang semakin mesum ke
ibu kandungnya. Jaka masih saja
melirik cengengesan ke arah Niko.
Kini ibunyapun juga ikut-ikutan
melirik tersenyum ke Niko yang
cemburu dari tadi, yang membuat
hati Niko makin tidak karuan.
Tapi suara rewelan Windy menganggu
suasana mesum ini. Tentu saja Jaka
yang merasa sangat terganggu karena
aksinya belum selesai.
“Jaka, bentar yah.. tante urus Windy
dulu” kata Anisa melepaskan kocokan
tangannya dari penis Jaka.
“Duh tanggung nih tante, bentar
lagi..” tolak Jaka tidak tahu diri.
“Bentar kok sayang.. yah?” kata
Anisa lagi ke Jaka, tapi Jaka
sepertinya belum mau melepaskan
kulumannya dari buah dadanya. Anisa
akhirnya menuruti kemauan Jaka dan
kembali mengocok penis Jaka.
“Bentar yah Windy sayang.. Om jaka
masih belum puas nih.. hihi” kata
Anisa ke bayinya. Sungguh gila, Anisa
lebih memilih memuaskan Jaka dulu
dari pada mengurus bayinya yang
sedang menangis ini.
“Belum Jaka? Kasihan tuh Windy..”
tanya Anisa.
“Belum tante, duh si Windynya berisik
amat siih tante. Suruh diam dong..”
kata Jaka yang betul-betul tidak
tahu diri.
“Kamunya kan yang gak mau ngalah.
Hmmhh.. dasar. Niko, tolong kamu
timang-timang adek kamu dulu dong”
suruh Anisa ke anaknya. Niko dengan
perasaan yang tidak karuan menuruti
saja perintah ibunya ini. Dia ambil
Windy yang masih menangis dan
menimang-nimangnya. Niko
menggendong adeknya itu mutar-
mutar rumah. Meninggalkan ibu dan
temannya yang masih saja asik
dengan aktifitas mesum mereka.
Cukup lama untuk membuat Windy
untuk tertidur lagi. Setelah Windy
tertidur, barulah Niko kembali ke
tempat tadi.
“Ma, udah tidur nih.. bawa ke kamar
aja yah Windynya?” tanya Niko
berbisik sambil melihat ibunya yang
masih saja menyusui Jaka.
“Ngghh, iya sayang, bawa ke kamar
aja” jawab Anisa. Dengan berat hati
Niko membawa Windy ke kamar,
sudah tidak dapat apa-apa malah
harus urusin Windy, gerutunya.
Saat Niko kembali dia melihat mereka
sudah berganti posisi. Kali ini Anisa
berada di bawah tindihan Jaka yang
masih sibuk mengenyot buah ibunya
ini. Penis Jaka pun masih tetap
dikocok oleh Anisa dengan posisi
seperti itu. Tampak daster yang
dikenakan Anisa makin acak-acakan
karena perbuatan Jaka ini. Temannya
benar-benar melakukan hal mesum ke
ibunya. Anisa sendiri mulai melenguh
karena permainan lidah dan tangan
Jaka di buah dadanya. Melihat
anaknya sudah kembali Anisa
berusaha untuk mendorong tubuh
Jaka.
“Jaka.. udah dong.. lama amat sih”
kata Anisa. Jaka tidak memperdulikan
omongan Anisa dan masih saja
meneruskan menghisap payudara
tersebut walau dia juga tahu bahwa
Niko sudah kembali.
“Udah dong Jaka sayang..” katanya
lagi.
Sebenarnya Niko cukup heran,
padahal dia cukup lama menimang-
nimang Windy tapi Jaka belum juga
ngecrot. Apa Jaka sudah ngecrot
waktu dia menimang-nimang Windy
tadi? Pikirnya.
Dugaannya sepertinya benar karena
dia melihat ada bercak putih di
bawah sofa itu. Sepertinya jaka
yang belum puas meminta jatah lagi
walau sudah ngecrot, pikirnya lagi.
“Sayang, sorry yah. Ini Jaka masih
belum puas aja” kata Anisa pada
Niko. Memang tidak ada batasan
waktu sampai kapan hadiah nyusu itu
diberikan sehingga Jaka masih saja
meneruskan aksinya. Jaka sebenarnya
sudah kenyang meminum susu dari
payudara Anisa, sekarang dia lebih
tepatnya menjilati dan memainkan
payudara Anisa dengan mulut dan
lidahnya. Niko yang memang jadi
pihak yang kalah terpaksa hanya
menuruti apa yang telah dijanjikan.
Melihat anaknya yang mupeng dari
tadi Anisa tidak tega juga. Dia
dorong dengan paksa tubuh Jaka dari
dirinya.
“Udah dulu Jaka, kasian Niko tuh..
kita mulai ronde selanjutnya yah..
kayaknya kalian udah tegang lagi
tuh..”kata Anisa mencoba memberi
Niko kesempatan sekali lagi.
“Kalau gitu boleh dong Niko nyusu
kalau Niko menang?” tanya Niko
semangat.
“Iya.. boleh..” jawab Anisa sambil
tersenyum manis.
“Terus kalau Jaka yang menang
gimana tante?” tanya Jaka yang
masih belum puas juga.
“Hmm.. kamu maunya apa?” kata
Anisa balik nanya.
“gimana kalau Jaka boleh ngentotin
tante.. hehe” jawab Jaka kurang
ajar. Niko sendiri terkejut bukan
main mendengar permintaan temannya
ini, betul-betul kurang ajar. Ingin
sekali rasanya dia melayangkan tinju
ke mulut Jaka. Tapi dia melihat
ibunya malah tertawa mendengar
permintaan Jaka ini.
“Hihi.. kamu ini, enak aja. Ini
punyanya papanya Niko” kata Anisa
sambil mencubit perut Jaka.
“Gitu yah tante.. duh, pengen banget
padahal genjotin memek tante..
hehe”
“Hush.. kamu ini ngomongnya kurang
ajar banget, ada Niko tuh..” kata
Anisa sambil melirik ke anaknya.
“Gimana Niko? Gak boleh kan?”
tanya Anisa ke Niko.
“Nggg…”
“Boleh kan Nik? Gue hajar lo kalau
gak boleh!!” kata Jaka main serobot.
“Eh eh, enak aja main hajar anak
tante. Gak boleh pokoknya, pake
mulut tante aja yah.. gak apa kan?
jejalin deh suka-suka kamu ke mulut
tante kalau kamu menang.” tawar
Anisa dengan senyum nakal. Memberi
Jaka harapan kalau dia boleh
melampiaskan nafsunya menggunakan
mulutnya.
“Ya udah tante.. oke deh.. hehe”
setuju Jaka. Niko yang mendengar
tawaran dari mulut ibunya makin
membuat hatinya tidak karuan. Kalau
dia kalah berarti dia kalah satu
putaran lagi dari Jaka, yang juga
berarti Jaka akan semakin berbuat
tidak senonoh terhadap ibunya,
tubuhnya jadi panas dingin
dibuatnya. Dia ingin sekali menang
dan mencoba mendapatkan
kenikmatan itu. Tapi dia juga
penasaran melihat apa yang akan
dilakukan Jaka ke ibunya kalau dia
kalah. Entah kenapa hatinya jadi
bimbang begini.
“Tante, lepasin aja dasternya,
nanggung tuh” pinta Jaka.
“Apaan nanggung-nanggung.. dasar
kamu, iya deh tante lepasin” setuju
Anisa. Diapun membuka dasternya
yang sedari tadi memang sudah
terpasang tidak karuan karena
bagian atasnya sudah terbuka. Kini
Anisa hampir benar-benar telanjang
di depan kedua remaja tersebut, dia
saat ini mengenakan celana dalam
berenda yang menjadi satu-satunya
pakaian yang masih menempel di
tubuhnya. Niko yang meskipun sudah
pernah melihat tubuh telanjang
ibunya tetap saja sekarang membuat
dadanya berdecak kagum serta
langsung membangkitkan nafsunya.
“Niko.. semangat yah.. masa sih kalah
terus” kata Anisa.
“Gak bakal menang dia tante..hehe”
serobot Jaka.
“Ayo dong Niko, kalau kamu kalah lagi
nanti mama dimesumin lagi nih sama
teman kamu ini, kamu gak mau kan?”
kata Anisa menyemangati anaknya.
Ronde selanjutnyapun dimulai, Niko
ternyata memang kalah pengalaman
dari Jaka. Dengan berat hati dan
kecewa dia harus merelakan kalau dia
lagi-lagi harus kalah dari Jaka. Dia
sungguh kecewa tidak bisa
menyelamatkan ibunya dari perlakuan
mesum Jaka.
“Haha.. gue bilang juga apa? Gue
yang bakal menang. Yes” sorak Jaka.
Anisa tersenyum mendengarnya.
“Iya-iya kamu menang.. menang terus
nih kamunya, kasihan anak tante gak
dapat dari tadi” kata Anisa sambil
melirik ke Niko yang sedang terduduk
kecewa. Jakapun mendorong tubuh
Anisa ke sofa dan menghimpitnya
lagi. Dia sepertinya ingin melanjutkan
aksinya tadi yang belum selesai.
“Duh.. aww.. Jaka, pelan-pelan
dong..” kata Anisa. Tanpa menjawab
Jaka meneruskan perbuatannya ini,
dia mulai menciumi bagian tubuh
Anisa yang lain, termasuk wajah dan
mulut Anisa. Niko lagi-lagi hanya bisa
memandang temannya berbuat mesum
ke ibunya. lidah Jaka dan Anisa kini
saling membelit, saling berbagi liur
satu sama lain. Jaka lalu menjulurkan
lidahnya, Anisa yang tahu berbuat
apa langsung mengulum lidah Jaka
tersebut, sungguh erotis sekali. Jaka
juga melakukan hal yang sama dengan
mengulum lidah Anisa yang dijulurkan,
mereka lakukan hal tersebut
bergantian beberapa kali.
“Tante lihat tuh, anak tante ngiri
tuh..” kata Jaka. Anisa melirik ke
arah anaknya yang memang lagi
mupeng berat melihat aksi mereka
ini. Sebuah pemandangan yang malah
membuat hati anaknya panas dingin
tidak karuan.
“Coba buka mulut tante..” suruh
Jaka. Anisa mengikuti kemauan
remaja ini dan membuka mulutnya
lebar-lebar. Jaka kini dengan kurang
ajarnya meludah ke dalam mulut
Anisa, di depan mata anaknya sendiri
yang dari tadi hanya memperhatikan
mereka. Lagi-lagi Jaka cengengesan
sambil melirik ke Niko setelah
melakukan hal bejat tersebut,
bahkan ibunya juga melirik sambil
tersenyum ke arah Niko setelah
menelan liur Jaka.
Bagi Anisa sendiri ini juga merupakan
sensasi yang baru pertama dia
rasakan. Bergumul dengan pria yang
seumuran anak laki-lakinya, bahkan
di depan anak laki-lakinya itu sendiri.
Menelan liur seperti inipun tidak
pernah dia lakukan dengan suaminya,
tapi kini dia malah melakukan hal
menjijikkan ini dengan teman
anaknya. Niko yang melihat itu begitu
terbakar hatinya, tapi dia juga
terangsang melihat aksi mereka.
Membuatnya tidak tahu harus
bagaimana dan berbuat apa.
“Lagi ya tante..” kini Jaka tampak
komat-kamit mengumpulkan liur
sebanyak mungkin dan akhirnya
menumpahkan kembali liurnya ke
dalam mulut Anisa. Kini bahkan lebih
banyak dari sebelumnya. Tampak
lelehan liur Jaka keluar dari mulut
Anisa karena tidak mampu menelan
semuanya.
“Udah ah kamunya, ada-ada aja”
“Hehe.. lanjut yah tante, hadiah
utamanya belum nih, pengen rasain
mulut tante”
“Hmmhhh.. iya-iya, tapi jangan disini
yah.. di kamar tante aja yuk.. malu
nih di depan Niko”
“hehe.. oke deh..” setuju Jaka.
Mereka kemudian bangkit dan menuju
kamar Anisa.
“Tapi sebentar aja yah, gak lama lagi
suami tante pulang nih, bisa dihajar
kamu kalau nampak sama om, hihi..”
“oke tante.. hehe” jawab Jaka.
“Ma.. terus aku gimana nih?” tanya
Niko dengan wajah kecewa. Dia
sebenarnya masih ingin di antara
mereka, walau hanya untuk sekedar
melihat saja.
“Maaf yah sayang, Kan Jaka yang
menang. Kamu kalah sih.. kamu
tolongin lihat situasi aja yah sayang,
siapa tahu papa kamu pulang, gak
papa kan?” Niko hanya mengangguk
lesu menyetujui perintah mamanya
ini. Sebelum mereka masuk ke kamar,
lagi-lagi Jaka mengeluarkan
cengengesan menjijikkannya ke arah
Niko.
Kini Niko tinggal sendiri di luar
kamar, entah apa yang sedang
mereka lakukan Niko benar-benar
tidak mengetahuinya, sama sekali
tidak terdengar suara dari luar kamar
tempat Niko berdiri ini. Tubuh Niko
jadi panas dingin membayangkan apa
yang terjadi pada mamanya di dalam
sana. Niko penasaran apa yang
terjadi, selang beberapa lama dia
putuskan untuk berusaha mencuri
dengar apa yang sedang terjadi di
dalam.
"Enak sayang?" terdengar suara
mamanya samar-samar.
"Enak tante.."
"Enak banget yah?? hihi"
".... Duh, aw.. Jaka, pelan-pelan
sayang.. geli.. hahaha.." terdengar
tawa renyah mamanya yang
sepertinya sedang kegelian.
"Oughh.. Anisa.."
"Ngghh.. sayang, udah... sshhh..
kamu ini, ntar Windynya bangun"
"Nggmmhh.."
"Oughh.."
Beberapa kali terdengar suara
lenguhan ibunya dan Jaka, entah apa
yang mereka lakukan. Niko betul-
betul tidak tenang di luar sini.
Hatinya begitu tidak karuan
mendengar dan membayangkan apa
yang sedang terjadi di dalam. Suara
Windypun terdengar dari sana,
sepertinya Windy terbangun karena
ulah Anisa dan Jaka di dalam sana.
"Tuh kan.. anak tante bangun, kamu
sih.."
"Windy, kamu mau ikutan nyusu kaya
om Jaka?, sini-sini.." kata mamanya.
Deg, Niko terkejut mendengarnya.
Dia semakin panas dingin karena
membayangkan mamanya menyusui
mereka sekaligus. Yang satu memang
bayinya sendiri, tapi orang yang satu
lagi?
Niko putuskan untuk tidak
meneruskan menguping. Hatinya
sudah begitu panas mendengar dan
membayangkan itu semua. Lebih
setengah jam lamanya Niko hanya
duduk di sofa terdekat dari kamar
orangtuanya ini hingga akhirnya
pintupun terbuka dan mereka keluar
dari kamar. Tampak Anisa sudah
kembali mengenakan pakaian lengkap,
tapi rambut dan wajahnya terlihat
acak-acakan, membuat Niko betul-
betul penasaran apa saja yang telah
mereka lakukan.
“Lama amat sih ma?” tanya Niko
dengan wajah kesal setelah mereka
keluar.
“Habis.. temanmu ini sih..” jawab
Anisa sambil tersenyum ke Jaka.
“Udah yah Jaka, pulang dulu yah..
bentar lagi Om pulang” katanya lagi.
“Iya deh tante, makasih banyak ya..
hehe” Jakapun akhirnya pulang tidak
lama kemudian. Jaka bahkan tidak
pamit dengan Niko, Jaka hanya
berpamitan dengan Anisa sambil
mencium tangannya.
“Ma..” kata Niko lirih memanggil
mamanya.
“hmm? Apa sayang?”
“Niko juga mau dong..”
“ Hihihi.. kamu mau juga?”
“Iya mah..”
“Kalau gitu besok kamu harus menang
yah..”
“Yah.. mama kok gitu sih, sekarang
dong ma.. cuma nyusu aja juga boleh
kok ma”
“Gimana sih kamu ini, itu kan hadiah
kalau kamu bisa menang. Ya udah
sekali saja, ntar malam kamu tungguin
mama yah, jangan tidur dulu” kata
Anisa memberi harapan pada Niko
sambil mengedipkan matanya.
“Kok gak sekarang aja sih ma?”
“Udah mau malam nih, ntar papa
kamu keburu pulang. Ntar malam aja
yah..” katanya lagi sambil mengelus
kepala Niko. Akhirnya Niko setuju
saja dari pada tidak sama sekali. Hati
Niko senang bukan main mendengar
perkataan ibunya, dia tidak sabar
menunggu malam tiba.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd