Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Architect! I'm In Love (Update Chapter-8)

Status
Please reply by conversation.
Bond
28650660110e244069a9f824fe951f5300e828fd.jpg



"Huh, kenapa enggak cerita kalau klienmu itu bunda??!!" ujarnya sambil mencubit pinggangku

Aku tersentak karena cubitannya lumayan terasa dan menyebabkan meja restoran sedikit terangkat.

"Huuufftttt" dengusku kesal mengetahui bahwa mereka berdua ternyata saling mengenal. Siapa juga yang mengira kalau Yona dan Shinta ternyata pernah bergabung dalam idol grup huruf dan angka itu.

"Aku juga enggak nyangka kalau kalian pernah join di girlband yang sama" lanjutku sambil merosot pada sandaran kursi

"Jeketi itu bukan girlband!!!" teriak mereka berdua hampir bersamaan dan membuat beberapa orang di sekitar meja kami melihat sejenak dalam keheningan, kemudian kembali berlalu seperti tidak terjadi apa-apa

"Ya, ya, ya, terserah kalian lah" ujarku sekenanya

"Kamu itu, sudah berkali-kali aku bilang kalau jeketi itu bukan girlband. Masih aja kayak gitu" jawab Yona sambil mengaduk-aduk spaghetti carbonaranya

"Jadi lo enggak tahu jeketi Van?" tanya Shinta tiba-tiba

"Tau, awal-awal keluar tahun 2012 kalau enggak salah. Gue tahu dari sepupu yang kerja di Jakarta. Waktu itu yang terkenal Melody, Nabilah sama satu lagi aku lupa namanya. Dia agak tinggi." jawabku

"Oooohhh, kak Ve??!!" seru Yona

"Iya kayaknya kak Ve. Nah itu lo tau Van, terus?? Lo ngikutin juga?? Lo wota juga dong??" cerca Shinta

"Ha?? Wota apaan artinya ?? Gue enggak ngikutin, waktu itu awal-awal masuk kuliah super sibuk dan juga jeketinya jauh dari Surabaya, enggak worth it"

"Wota itu ya kayak fansnya, aku belum cerita ya??" sela Yona

"Mmm, belum kayaknya" ujarku seraya menggeleng

"Ya udah, nanti aku ceritain lengkapnya deh. Ngomong-ngomong, berarti bunda ini temen kuliahnya Evan waktu di Surabaya dong??" tanyanya dengan penuh semangat

Yaaaa, kali ini mereka membahas waktu aku kuliah dulu. Suasana masih agak awkward sih, bagaimana tidak, beberapa jam yang lalu aku 'melakukannya' dengan seorang gadis yang dulu pernah mengisi hatiku. Dan sekarang, dia mengobrol dengan wanita yang sekarang menjadi kekasihku, terlebih lagi ternyata mereka saling mengenal. What the #jwgirlwo*jsklek..?!!!!

"Oh jadi bunda di Surabaya enggak lama ya?? Enggak kenal deket sama Evan ya??" lanjutnya

"Cuma 4 bulan kok, setelah itu gue ke Jakarta. Tapi kayaknya 4 bulan itu gue udah kenal banget sama dia deh" ujarnya seraya melirik ke arahku

Yaelah Shin, enggak usah dibahas juga kali. Kalau keceplosan bisa bahaya ini. Duh, dasar wanita..

"Oh ya?? Tanya dong bund.. Waktu itu Evan sudah punya cewe apa belum?? Haha waktu aku tanya soal cinta pertamanya, dia enggak pernah mau cerita. Katanya cuma kenal sebentar waktu di kuliah. Tapi enggak berakhir bahagia, aku kan jadi kepo bundd" ujar Yona panjang lebar dengan ekspresi wajah meledek ke arahku

Shinta sedikit terkejut, raut wajahnya tampak sedang memikirkan sesuatu. Beberapa detik kemudian dia melihat ke arahku, dan tersenyum penuh arti. "Cinta pertama dan enggak berakhir bahagia ya?? Hmm, gimana mau berakhir bahagia, Evan dulu tuh ya, cupu banget!! Ngedeketin cewe nih ya, kayaknya susah, malu-malu gitu!!" jelas Shinta yang diiringi oleh tawa keduanya

Sial, ini sama sekali bukan obrolan yang sehat. Semua gara-gara Shinta yang melihat wallpaper ponselku yang ada foto Yona disana. Dia mengataiku sebagai wota halu karena memasang foto member girlband itu di ponselku. Tentu saja aku merasa tidak terima dikatai halu, apalagi dia sempat meremehkan perkataanku tentang wanita yang menerimaku apa adanya. Tidak lama berselang aku menghubungi Yona dengan video call sekalian pembuktian. Dan ternyata mereka kenal satu sama lain.. And then, here we are.

"Aku ke toilet bentar ya" pamit Yona padaku yang kujawab dengan senyuman dan sedikit anggukan.

Dia meninggalkanku dengan Shinta berdua dalam keheningan yang terjadi setelahnya. Aku sendiri masih bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Sejurus kemudian, dia mulai membuka mulutnya, "Jadi mahyon yang bisa nerima lo apa adanya??". Tatapannya kosong ke arah irisan daging steak yang tersisa setengah dan beberapa potong French fries yang dipesannya.

Aku menghela nafas panjang dan meminum jus melon pesananku. "Jujur setelah lo pergi, gue menjalin hubungan dengan seorang gadis. Dan sepertinya waktu itu gue hanya menjadikannya sebagai pelarian. Ketika dia pergi juga, gue sama sekali enggak merasakan apa-apa."

"Terus?? Yona??" tanyanya lagi

"Dia beda, gue yakin sama dia" jawabku singkat dan padat

Shinta sedikit tertawa kecil, dan mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya. "Kalian sudah jadian berapa lama??" tanyanya

"Gue kenal dia akhir desember, dan udah jalan sebulan lebih" jawabku

"Dan dia nerima lo apa adanya?? Yakin??" tanyanya dengan ekspresi yang membuatku sedikit tidak nyaman

Aku tidak bisa menjawabnya, usia hubungan kami masih seumur jagung. Masih banyak kejadian yang sepertinya belum kami hadapi.

"Gue kenal dia udah lama, semenjak di jeketi. Seberapa dalam lo kenal sama mahyon??" tanyanya lagi yang membuatku tertegun

"Ngobrolin apa sih kok serius banget" suara Yona memecah keheningan diantara kami berdua

"Oh ini, Evan cuma inget-inget lagi cewe yang di UKM musik dulu" jawab Shinta

"Oh ya?? Terus, terus? Dia siapa?? Cinta pertamanya ya??" tanyanya dengan antusias

"Kamu kok ngebet banget sih pengen tahu" jawabku sedikit sinis yang dibalas dengan ekspresi wajahnya yang acuh

"Gue rasa bukan, karena cewe ini banyak yang suka. Dan lo tahu sendiri kan Evan dulu cupu, enggak berani ngedeketin. Eh, tapi enggak tau sih. Coba konfirmasi sama orangnya sendiri. Waktu itu lo sama cewe itu sempet deket kan beberapa bulan??" ujarnya bertanya sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku

"Entahlah, gue lupa" jawabku pelan

"Tapi lo suka sama dia kan waktu itu?? Kenapa lo enggak bilang?? Siapa tau dia juga punya rasa yang sama" jawab Shinta sambil membenarkan posisi duduknya

"Gue rasa sih dia sukanya sama yang lain" jawabku lagi

"Wah berarti bener, cewe itu cinta pertama mu ya??" tanya Yona kepadaku

"Eh?? Enggak tau ah, aku lupa" jawabku gelagapan

Mereka berdua tertawa dengan lepas dan bahagia menertawakan kecupuanku dulu. Aku dipermalukan nih??

"Aku ngejauh dari dia karena ngeliat dia pulang larut malam dengan cowo lain dan dalam keadaan mabuk. Aku yakin mereka tidak ada hubungan apa-apa. Sepertinya aku jatuh cinta pada orang yang salah waktu itu" jelasku yang membuat mereka berhenti tertawa dan memandang serius ke arahku.

Baik Yona dan Shinta memandang ke arah piring mereka masing-masing dan tanpa sepatah kata pun yang keluar. Hanya suara dentingan garpu dan pisau yang bertemu dengan piring porcelain. Beberapa saat kemudian tangan Yona menyentuh punggung tanganku. "Maaf ya, aku enggak akan tanya atau bahas ini lagi." ujarnya sambil tersenyum manis. "It's okay, not a problem" jawabku lirih. Suasana itu terhenti karena suara berdehem dari Shinta yang kemudian berdiri dan berkata bahwa dia ingin ke toilet.

"Sayang, maaf ya??" ujarnya lagi meminta maaf

"Enggak apa-apa kok, lagian itu kejadian udah lama banget dan aku enggak masalah sama itu semua." jawabku

"Tapi ini kan mengenai cinta pertamamu, pasti feelnya beda" ujar Yona

"Iya emang beda, tapi itu dulu. Sekarang kan aku punya kamu" ujarku sambil menyentuh pipi lembutnya. Dia tersenyum dan tersipu, pipinya sedikit kemerahan.



#####



"Thankyou traktirannya, next time gantian ya! Gue pamit dulu. Daaaah mahyon! Oiya, desainnya paling lama kapan ya??" tanya Shinta yang terhenti di samping sedan silver miliknya

"Seminggu lah, nanti gue hubungi lo" jawabku

"Okedeh, jangan lama-lama ya!" ujarnya sambil masuk dan bergegas pergi meninggalkanku dan Yona

Suara alunan musik dari Kenny G menemani kami berdua menyusui jalanan yang mulai terlihat sepi. Beberapa lampu jalan terlihat menghiasi langit malam ini. Sesekali kulirik dia, bersandar di sisi pintu sedan putihku. Mungkin dia lelah, atau ada sesuatu yang dia pikirkan??

"Yakin balik ke Bogor??" tanyaku memastikan.

Dia menoleh ke arahku dan tersenyum.

Cuuppppp

Kecupan mesra mendarat di pipi kiri, membuatku sedikit terkejut.

"Iya sayang, aku balik ke Bogor aja. Besok harus site visit di proyek renovasi Cafe yang ada di Bogor, lumayan deket. Kata pak bos juga mending aku sekalian dari rumah Bogor. Kan beliau taunya kalau tiap minggu aku pulang ke Bogor." ujarnya

"Hmm, okee" ujarku dengan raut wajah sedikit kecewa

"Kok cemberut gitu sih mukanya?? Uwuwuwuw" ujarnya dengan wajah dimonyongkan dan jemari yang mencubit pipiku

"Akhirnya site visit ke Cafe itu ya" ujarku lirih

"I-iya, soalnya bu Sekar lagi ikut penataran dari HDII Jakarta. Mau enggak mau harus aku. Pak bos sebenernya enggak mau nyuruh aku sih. Cuma yang lagi longgar kerjaannya memang aku. Jadi ya gitu deh" jelas Yona sambil mengelus pundakku

Aku terdiam tidak menjawab, ada perasaan tidak rela ketika tahu bahwa Yona akan visit ke lokasi itu.

"Ini kan kerjaan sayang, harus profesional, kan??" ujarnya menenangkan

"Iya, aku tau kok. Cuma kan... Mmm. Gimana ya.." jawabku dengan sedikit keraguan

"I'm yours, beib" ujarnya dengan senyum yang menenangkan.

Kalau saja bukan Rehan si pemilik cafe itu, aku pun tidak akan seberat ini. Tapi nyatanya.. Ah bikin kepikiran aja nih. Walaupun aku yakin Yona sudah tidak ada perasaan apapun terhadapnya, tapi tetap saja dada ini sedikit sesak.

"Kalau gitu besok pas udah selesai aku jemput ya?? Pasti ke Jakarta dong??" tawarku

"Iya lah, tapi jemputnya di rumah aja, kan aku pulang dulu" jawabnya sambil membetulkan rambutnya yang mulai panjang sebahu.

"Oke deh, kabari aja besok ya" ujarku sambil menepi setelah melewati gate perumahannya dan telah sampai di depan rumahnya.



#####



Pagi menyapa, menyeruakkan sinar hangat mentari pagi di antara jendela apartemenku. Aku tersadar dan mengambil ponselku. Hmm, chat?? Dari Yona??


Love: "Udah bangun?? Aku berangkat dulu ya!! xoxo

Senyuman mengembang di wajahku, dan dengan segera kubalas chat darinya. Ponselku bergetar lagi, sebuah chat dari Shinta dengan isi pesan yang bisa kubaca dari pop up notifikasi ponsel.

Shinta: Free??

Tidak langsung kubuka chat darinya, mencoba menebak apa maksud dari pesan yang dia kirimkan. Sejujurnya aku tidak bisa menolak kemolekan tubuh seksi dan juga wajahnya yang begitu menggoda, tapi aku harus mengambil keputusan. Aku tidak ingin mengkhianatinya, apalagi mereka berdua merupakan seorang teman.

"Ku balas di kantor aja" gumamku sambil beranjak dari kasur dan segera bersiap-siap untuk berangkat.

Sesampainya di kantor aku sedikit terkejut ketika Grace, salah satu karyawan di resepsionis kantor memberitahuku bahwa Hadi telah menunggu di Ruang Silver. Dia sama sekali tidak menghubungiku sebelumnya, jadi wajar saja aku sedikit terkejut dan khawatir atas kedatangannya yang tiba-tiba.

"Had? Lo enggak ngabarin gue dulu kalau mau ke kantor?? Ada apa??" tanyaku sambil duduk di sebelahnya

"Gue juga ndadak ini sebenarnya. Ini tentang proyek renovasi Cafe di Bogor milik Rehan itu. Lo keberatan nggak kalau gue bilang gue butuh Yona ngehandle proyek itu sampai selesai??" ujarnya sedikit dengan wajah tidak enak kepadaku

Aku tertegun, disatu sisi jelas aku menolak dan keberatan. Tapi, apa kuasaku?? Andai saja Hadi bukan teman baikku, andai saja dia orang lain yang merupakan atasan Yona, apa bisa aku mengajukan keberatan?? Aku sendiri bingung dengan jawabanku, namun akhirnya setelah beberapa pertimbangan serta konfrontasi antara logika dan perasaanku, kuputuskan sesuatu yang mungkin baik bagi kami semua.

"Gini Had, lo tau kan keadaannya?? Dan juga gue sadar posisi gue dan Yona serta lo. Gue ngajuin keberatan pun itu enggak logis hanya karena dasar masalah yang menyangkut perasaan. Yona jadinya enggak profesional dong?? Gue enggak keberatan Had" ujarku menepuk pundaknya

"Serius Van?? Masalahnya ini Bu Sekar lagi drop dan enggak bisa ngehandle proyek di lapangan. Tapi dia tetap masuk kantor. Gue sebenarnya juga bingung, yang lain juga lagi ngehandle proyek masing-masing. Tersisa Yona yang free."

"Gue enggak keberatan Had, santai aja. Lagian gue juga percaya Yona udah ngelupain si Rehan itu. So, beres lah. Eh, emang lo udah ngomong ke Yona sendiri??" tanyaku

"Belum lah Van, gue minta pendapat lo dulu. Lagian kalau dari Yona sendiri kayaknya dia juga agak ogah-ogahan sih. Tapi dia berusaha profesional, she is such a good worker!!" jawab Hadi

"Ngapain lo minta ijin segala?? Dia karyawan lo by the way" ujarku sedikit tertawa mendengarkan alasannya

"Ya tapi tetep lo sahabat gue Van, gue enggak masalah kehilangan proyek daripada hubungan pesahabatan kita rusak hanya gara-gara masalah yang muncul nantinya" ujarnya

"Haha, thank you anyway Had. Gue beruntung punya sahabat kayak lo. And by now, gue enggak keberatan Yona ngehandle proyek cafe itu. Asal sabtu jangan diberi lembur ya?? Lo tahu kan??" ujarku sambil sedikit bernego licik dengannya

"Itu bisa diatur laah, ez" ujarnya menyanggupi permintaanku

Obrolan kami berlanjut beberapa menit hingga akhirnya Hadi berpamitan untuk kembali ke kantornya, kami berpisah di loby kantor dan kulihat seorang gadis datang ke kantor ku pagi ini. Ayolah, ini masih pagi!! Mana bisa aku tahan kalau lihat yang beginian..

28650666ba0e692887937ba08463b3959d53fd67.jpg



**To Be Continued**
 
exe scene-nya juicy banget dan bagus, walau baru dua kali exe dalam 7 chapter tapi high quality semua cara penulisannya ga kayak mayoritas cerita lain di subfor fiksi. mantap pertahankan hu
 

The Others​



"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?? Loh?? Kak Shania?" tanya Grace dengan wajah terkejut

Aku yang berdiri tidak jauh dari Grace yang berada di meja resepsionis kantor, memandangnya dengan sedikit menelan ludah. Ada yang berbeda dari tampilannya, meskipun dengan pakaian yang tidak terbuka, tapi entah kenapa gadis ini terlihat sangat seksi. Tingginya, lekuk tubuhnya, kakinya yang jenjang dengan pantat yang proporsional terlihat seksi dan berkelas. Sekilas ku tatap wajahnya, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?? Perang ingatan membuatku sedikit terbengong dan mengacuhkan keadaan sekitar hingga tersadar karena sentuhan lembut Grace di pundakku.

"Pak Evan, pak Charles ingin bicara" ujarnya membuatku tersadar dan menyodorkan gagang telepon padaku

"Eh?? Ada apa??" ujarku sambil menerima panggilan dari pak Charles.



*****​

Dia adalah Shania Junianatha, keponakan dari pak Charles yang ternyata ingin bekerja di tempat omnya. Meskipun peraturan disini mengharuskan pegawai baru berstatus magang selama kurang lebih 3 bulan, tapi aku sedikit sangsi dengan itu. Dia keponakan pak Charles, mungkin 2 minggu sudah diangkat jadi karyawan. Ngomong-ngomong soal magang, sepertinya aku punya ingatan manis dengan hal yang berbau tentang magang, hehehe.

"Jadi, hari ini pak Charles sedang ada meeting di luar kota. Saya diminta menginterview anda secara formal."

"Terima kasih pak Evan" balasnya dengan semangat dan senyum lebar di wajahnya yang membiusku beberapa detik karenanya.

Terima kasih pak Evan balasnya dengan semangat dan senyum lebar di wajahnya yang membiusku beberapa detik karenanya



"Baiklah, mungkin saya belum tahu banyak soal anda. Bisa tolong perkenalkan diri??" tanyaku sambil memperhatikannya

Dia mulai memperkenalkan dirinya, lulusan sebuah kampus yang cukup berkelas di Jakarta Pusat dan mengambil jurusan ilmu komunikasi. Hal ini cukup membingungkan, mau ditempatkan dimana dia nanti??

"Baiklah, mungkin terlepas dari anda adalah keponakan dari pak Charles, saya harap anda bisa bekerja as professional employees. Mungkin selanjutnya saya akan panggil anda dengan nama Shania saja ya??"

"Silahkan, pak Evan. Saya biasa dipanggil Shania, Nia, atau Shanju"

"Begitu ya, oke sepertinya Nia jauh lebih simpel. Jadi mungkin ini sedikit membingungkan, karena saya pribadi belum tahu pasti dimana akan menempatkan anda di perusahaan ini. Kecuali pak Charles sudah memutuskannya dan kami belum berdiskusi soal itu. Untuk hari ini mungkin sampai disini dulu. Nia bisa pulang, atau mau keliling dulu melihat-lihat??"

"Saya terserah pak Evan saja, tapi mungkin berkeliling kantor bisa jadi jawaban saya. Dan untuk sekedar informasi saja, saya sedikit banyak tahu tentang perusahaan pak Charles ini karena kebetulan papa saya juga seorang arsitek. Jadi meskipun saya lulusan ilmu komunikasi, paling tidak saya sedikit mengerti bagaimana sistem kerja di konsultan arsitek" jelasnya dengan nada lembut

"Oh ya?? Baguslah kalau begitu, sepertinya adaptasi anda akan berjalan dengan cepat" ujarku menjawab sambil melihat cv yang dia bawa.

Beberapa menit kemudian kami terdiam, aku yang fokus pada cv miliknya dan dia hanya terdiam memandang ke arahku.

"Ada yang mau ditanyakan lagi??" ujarku yang membuatnya sedikit salah tingkah.

"Eh?? Sepertinya tidak ada pak" ujarnya tersipu malu

"Baiklah, sekarang jam...?? Masih jam 10 kurang, mungkin Nia bisa berkeliling kantor supaya lebih familiar, setelahnya bisa kembali ke rumah. Dan untuk selanjutnya pak Charles sendiri yang akan memberi kabar"

"Baik pak, eummm. Saya berkeliling kantor sendirian pak??" tanyanya lagi setelah beranjak dari kursi.

"Oh iya, mungkin Grace yang akan menemani, karena saya harus memeriksa proyek. Nanti saya akan minta tolong Grace, tidak apa-apa kan??" tanyaku

"Bukan masalah kok pak, saya tadi berpikir kalau pak Evan yang akan menemani" jawabnya

Aku tersenyum, "Mungkin nanti Nia akan banyak menemani saya untuk bertemu dengan klien" jawabku setelah membaca balasan chat dari pak Charles. Dia masih diam mematung, dan sedikit terkejut. "Sepertinya akan menyenangkan bisa menemani pak Evan seharian. Saya pamit keluar ruangan, pak" balasnya kemudian sambil tersenyum.

Kututup pintu ruangan dan berjalan menuju lobby, ku hampiri Grace dan meminta tolong padanya untuk menemani Nia berkeliling kantor. "Siap pak Evan, kebetulan saya kenal dengan dia" jawab Grace

"Beneran??" tanyaku yang dijawab dengan anggukan imut. "Dia juga keponakan pak Charles, jadi... Kamu tahu kan??" jelasku

"Loh, keponakannya pak Charles?? Saya baru tahu pak, baik pak nanti saya akan bantu dia" ujarnya bersemangat

Aku memanggilnya dan meninggalkannya bersama Grace, terlihat dari jauh mereka tampak akrab dan memang sepertinya sudah kenal lama. Sepertinya ini semua akan berjalan dengan mudah.

 Sepertinya ini semua akan berjalan dengan mudah






*****​



Hari ini aku harus bertemu klien baru yang ingin membuka usaha FnB di daerah Jakarta Selatan, padahal daerah itu sudah penuh sesak dengan bisnis FnB dan entertainment. Memang kawasan elit sih, jadi mungkin banyak yang tertarik untuk usaha disana.

Sudah hampir 3 minggu ini Nia resmi jadi sekretarisku, entah apa yang membuat pak Charles memberiku seorang sekretaris. Padahal kalau dipikir-pikir juga belum terlalu butuh.

"Pak Evan, saya sudah atur tempat untuk meeting dengan influencer Alief. Bertepatan dengan jam makan siang pak." ujar Nia setelah kupersilahkan masuk ke dalam ruanganku.

"Oh iya, terima kasih. Nia masih banyak pekerjaan??" tanyaku sembari merapikan beberapa lembar kertas yang berisi gambar-gambar rancangan drafter di kantor ini.

"Sebetulnya pak Charles meminta beberapa dokumen tender yang gagal untuk di evaluasi. Dan sudah selesai sih pak, tinggal saya berikan ke ruangan pak Charles."

Ah iya, beberapa waktu yang lalu kami sempat gagal dalam beberapa tender proyek pemerintah. Hal itu cukup berdampak bagi perusahaan ini. Dan dalam beberapa hal aku turut serta bertanggung jawab selaku project manager yang menyebabkan kegagalan kami memenangkan tender tersebut.

"Baiklah, terimakasih" ujarku yang bisa langsung dimengerti olehnya dengan langsung keluar dari ruanganku

Aku menghela nafas panjang, menyandarkan tubuhku pada sandaran kursi yang berwarna coklat gelap. Terlintas di benakku bayangannya, ya, Yona. Sedang apa dia?? Sudah dua kali dia absen untuk menghabiskan hari sabtu dan minggunya bersamaku. Di hari kerja ini pun kami sangat sulit untuk bertemu, karena dia sekarang full di Bogor untuk menghandle proyek renovasi cafe itu.



Evan : Hey, how is it going??

Love : Not so good :(

Evan : Why ??

Love : I miss you so bad, can handle it longer

Evan : You knew something?? I did three things today

Love : Wow?? Sounds good. What was it??

Evan : Miss you, miss you, and miss you more

Love : So do I. The only one thing that I need is your hug, I really miss you. SO BAD!!

Evan : Haha, i can't imagine how cute your face is saying that. I'll catch you later. I'm gonna meet a client. xoxo

Love : Take care. xoxo




Ku simpan ponselku ke dalam saku, dan beranjak pergi. Jadwal siang ini adalah meeting dengan client sekalian makan siang. Kuhampiri Nia di mejanya yang terlihat sedang membereskan beberapa dokumen.

"Sudah beres?? Temenin saya ya??" ajakku

"Eh?? B-baik pak, ini juga sudah selesai" jawabnya

"Ya udah, saya tunggu di depan ya" ujarku sambil meninggalkan mejanya

Kami berdua berangkat menuju tempat yang telah diatur oleh Nia, sejauh ini kerjanya bagus. Meskipun dia keponakan pak Charles, sepertinya dia tidak menggunakan itu untuk keuntungan dan kepentingannya. Dia sangat profesional dengan etos kerja yang baik, meskipun ini pengalaman pertamanya di usia yang masih muda.

"Saya baru sadar kalau kamu potong rambut. It looks good" ujarku memujinya

"Ah iya pak, lagi pengen cari suasana baru aja. Biar lebih fresh. Terima kasih" jawabnya sambil memainkan rambut pendeknya yang baru

Perjalanan sekitar 45 menit kami lalui di tengah padatnya ibukota. Jarak yang sebenarnya tidak terlalu jauh terpaksa kami lewati selama itu. Lama-lama kami tua dijalan.

Pertemuan kami dengan influencer ini berjalan dengan baik, bahkan tanpa berlama-lama, dia menyetujui proposal desain dari kami dan ingin segera menandatangani kontrak kerja sama. Sebelumnya ku tawarkan untuk menandatanganinya di kantor kami, karena menurutku pribadi bisa jadi dokumentasi yang menarik kalau tempatnya proper, lagian dia juga seorang influencer, bisa jadi strategi marketing yang bagus bagi kami jika dia turut membagikan kejadian hari ini. Syukur-syukur kalau dia bikin konten tentang kami.

"Nia sudah siapkan kontrak kerja samanya??" tanyaku setelah terjadi kesepakatan verbal antara pihak kami dengannya

"Sudah pak, ini" jawabnya sambi mengeluarkan dokumen dari map yang berada di tasnya

"Gue baca sebentar ya" ujarnya sambil menerima dokumen kontrak kerja sama

"Silahkan, kalau mungkin berkenan kita bisa melakukannya di kantor, atau di tempat mas Alief." ujarku menawarkan sekali lagi

"Disini juga enggak masalah kok, di bagian mana nih gue harus tanda tangan??"

"Disini mas, tapi mungkin lebih enak kalau di kantor. Gimana mas Alief??"

"Iya juga sih. Bolehlah, kapan kira-kira??" tanyanya memastikan

"Besok senin bisa mas, di waktu yang sama dengan hari ini juga enggak masalah. Tempatnya lebih resmi dan nyaman. Gimana mas Alief??" tanyaku

"Ah iya besok senin gue ke kantor ya mas Evan. Eh, kalau misal kita bikin vlog tentang kantor konsultan arsitek gimana mas?? Boleh?? Nanti kontennya bakalan naik selama proses pembangunan" ujarnya tiba-tiba

"Oh boleh mas, boleh banget. Kita juga berharap banyak orang akan memakai jasa arsitek untuk membangun rumah tinggal ataupun membangun tempat usaha mereka. Selama ini kan kebanyakan orang jarang yang mau pakai jasa arsitek mas." jawabku

"Oke deh, besok senin ya gue ke kantor. Kalau gitu ini udah beres, gue pamit ya. Kalian enggak balik juga??" tanyanya

Aku melihat jam di tangan kiriku, hah?? Jam 5 sore??

"Iya mas, sepertinya kami juga mau balik. Terima kasih atas waktunya sudah mempercayakan perencanaan tempat usaha mas Alief kepada kami." ujarku seraya bangkit dan menyalaminya

"Sama-sama, gue juga mohon kerja samanya ya, supaya usaha ini bisa berkembang dan tempatnya menarik banyak pelanggan. Gue cabut dulu ya, bye semua.. Thankyou!!" ujarnya sambil meninggalkanku dan Nia

Aku duduk kembali menghempaskan tubuhku yang sangat lelah. Begitu juga dengan Nia kulihat dia memutar kepala dan lehernya untuk merenggangkan otot-otot yang kaku disana. Terlihat olehku leher yang jenjang dan putih mulus.

"Kita balik yuk, capek semua badan. Gue anter pulang ya" ujarku menawarkan

"Iya pak, enggak ngerepotin??" tanyanya

"Enggak lah. Oh ya, kalau sudah diluar jam kerja, panggil nama aja ya, enggak usah pak" ujarku

"Eh??" ujarnya bingung sambil melihat ke arah jam di tangannya, "Iya sih, udah diluar jam kerja sekarang"

"Kalau udah off kantor, kita ini teman. Oke??" ujarku seraya beranjak dari tempat duduk dan diikuti oleh senyuman manis dari wajahnya.



*****​

Suara klakson dari kendaraan membuat riuh senja ibukota. Banyak orang yang sama seperti kami, pulang dari menyelesaikan pekerjaan, berharap segera sampai dirumah, melepas lelah dan memejamkan mata. Tapi apadaya, inilah kenyataan, bersesakkan di jalan, dan membuang banyak waktu yang sebenarnya bisa dihabiskan bersama keluarga dan orang tercinta.

"Mmm, enggak mau mampir kemana dulu nih?? Gue lihat di aplikasi map macet parah loh" ujar Nia tiba-tiba

"Ide yang bagus. Mau kemana??"

"Cari cafe yang ada live musiknya aja, gimana??"

"Lo minum enggak??" tanyaku yang kemudian tidak direspon olehnya, atau mungkin dia takut kalau aku memberitahu omnya??

"Tenang aja, ini hari jumat, besok kan off. Lagian kalo lo minum, gue juga gak masalah, dan enggak akan bilang ke om lo. Itu sih bukan urusan gue ya" ujarku menjelaskan

"Mmm, bener lo gak akan bilang om Charles??" tanyanya memastikan dengan wajah memelas dan mata membulat

"Haha, enggak akan lah. Pokoknya kalau lo sampe tipsy, gue bakalan langsung bawa lo balik. Nanti repot kalau lo berulah" ujarku

"Gue kalau tipsy enggak bakalan bikin ulah kok, palingan diem doang, kalau enggak...." ujarnya terdiam tiba-tiba

"Kalau enggak kenapa?? Jackpot??" tanyaku

"Palingan ya sange doang sih. Itu aja" jawabnya sedikit tersipu

Aku terkejut mendengar jawabannya yang blak-blakan. Memang sih dia ini dari tampilannya saja aura seksinya begitu kentara, entah dari mana itu semua berasal. Tapi yang jelas, nih anak diem aja udah keliatan seksi.

"Jadi?? HW?? Mumpung deket nih" tawarku

"Boleh, senopati??" tanyanya

Aku hanya mengangguk dan mulai menuju ke arah cafe tersebut. Setelah 15 menit, akhirnya kami tiba di tempat tersebut. Sudah mulai ramai tampaknya banyak kendaraan yang juga mengantri untuk parkir setelah kami.

"Mmm, gue mau ganti baju dulu ya?? Lo duluan deh" ujar Nia tiba-tiba

"Oh oke, lo mau minum apa??" tanyaku

"Cocktail ya, Lychee Martini" ujarnya sambil tersenyum dan menuju ke kamar mandi

Aku segera menuju meja bar dengan bartender yang tengah menyiapkan beberapa minuman. Segera aku memesan minuman yang diminta Nia dan juga segelas rum untukku sendiri. Kemudian ku ambil ponselku karena ingin mengabari Yona.



Evan : Are you home??

Love : Not yet, lagi meeting sama pak Hadi di Bogor

Evan : Ha?? Dia ke Bogor??

Love : Iya, kamu sudah di apartement??

Evan : Belum, lagi diluar sama temen kantor habis meeting sama klien. I'll catch you later. xoxo

Love : xoxo




Tumben sekali Hadi meluncur ke Bogor?? Apa ada sesuatu yang penting?? Atau jangan-jangan ada masalah dengan proyeknya??

"Haaiii" suara Nia mengagetkanku

"Eh.. Hai. Nih duduk dulu" ujarku mempersilahkannya.



Kulihat dia tampilannya kini terlihat lebih dewasa, entah karena pilihan fashionnya, dia tetap menggunakan rok yang sama, hanya berganti pakaian dan dibalut dengan blazer cantik warna merah tua

Kulihat dia tampilannya kini terlihat lebih dewasa, entah karena pilihan fashionnya, dia tetap menggunakan rok yang sama, hanya berganti pakaian dan dibalut dengan blazer cantik warna merah tua. Makeup nya pun sebenarnya tidak terlalu berlebihan, terlihat natural dan juga cantik.

"Jadi, gimana??" tanyaku sambil memberikan minumannya

"Hmmm.. Gimana apanya??" tanyanya sembari meneguk minumannya

"Kerja di kantor om sendiri lah. Gimana rasanya??" tanyaku yang juga meneguk minuman berwarna coklat tua itu

"Hmm, sebenarnya enggak ada yang spesial sih. Gue kerja disitu juga pengen cari pengalaman baru aja" ujarnya sambil menikmati alunan live music yang dibawakan oleh sebuah band.

"Emang lo udah pernah kerja??" tanyaku

"Gue dulu bisa dibilang talent, gue pernah ikut jeketi" ujarnya yang membuatku terkejut dan terdiam beberapa saat. Kalau dia pernah ikut jeketi girl band itu, berarti dia juga kenal dengan Yona dan Shinta??

"Lo kok diem aja?? Jangan bilang lo fans jeketi juga?? Aduuh duuh bos gue wota dooong" ujarnya sedikit meledek

"Woy, gue bukan fansnya. Gue cuma tahu doang ada girlband namanya jeketi. Dan juga anggotanya gue cuma tahu Melody, Nabilah, sama satu lagi gue lupa namanya" ujarku membela diri

"Hmm, itu awal banget lo taunya. Yang satu lagi siapa?? Kayak gimana orangnya??" tanyanya sedikit ingin tahu

"Mmm dia tinggi sih.. Oh iya, gue juga ingat dulu emang ada lo sih barengannya Melody. Tapi yang gue maksud satunya bukan lo." jawabku berusaha mengingat-ingat

"Apa mungkin kak Ve??" ujarnya

"Ah iya, Ve. Gadis satu huruf doang itu haha" jawabku sedikit tertawa

"Iya sih dulu kak Ve salah satu member yang badannya tinggi. Oh iya, lo tahu enggak sih darimana gue bisa kenal sama Grace??" lanjutnya

"Hmm, Grace?? Kalian temen SMA?? Temen kuliah?? Temen nongkrong?? Temennya temen??" tebakku yang sepertinya salah semua karena Nia selalu menggeleng mendengar jawabanku

Dia masih belum memberikan jawaban dan membiarkanku menebaknya."Hei, tunggu dulu. Jangan-jangan Grace juga anggota girlband itu??" tanyaku mulai serius

"Bingooo!!" jawabnya sambil terkekeh.

Sore itu berlalu dengan cepat, kami saling bertukar cerita hingga terlihat wajahnya mulai memerah dan kepalaku juga sedikit pusing

Sore itu berlalu dengan cepat, kami saling bertukar cerita hingga terlihat wajahnya mulai memerah dan kepalaku juga sedikit pusing. Dia bersandar di pundakku dengan tubuh yang sudah lemas. Kulihat satu,dua... tiga gelas dia habiskan. Kalau nih anak enggak mabok berarti ada yang salah sama nih anak, pikirku. Padahal aku sudah memperingatkan sebelumnya.

"Kuy pulang, bokap liat lo mabok kayak gini enggak masalah??" tanyaku

"Balik ke apartement gue aja ya.. Gue..." ujarnya sambil mendekap erat lenganku dan juga juga kakinya merapat.

"Hei, lo mau jackpot?? Ke toilet gih, jangan disini nanti repot bersihinnya" ajakku yang mengira bahwa dia akan muntah

"Enggak kok. Gue cuma... Hmmmmff" dia mulai menciumi lenganku yang masih memakai kemeja biru tua.

"Woy Nia.." ujarku sambil menepuk pipinya supaya dia tersadar

"Apartement lo dimana??" tanyaku kemudian

Tanpa pikir panjang aku segera membayar semua minuman yang kami pesan, dan menggotongnya ke mobil. Sepanjang perjalanan ke mobil dia terus mendekap erat pada lenganku. Sial, nih anak kalau naik gini amat ya?? Andaikata dia mabok sendirian jadi apa nih anak??

Ku dudukkan dia di jok depan, dia terlihat mulai tak sadarkan diri dan bersandar lemah. Kunyalakan sedan putihku, namun sebelum ku injak pedal gas, dia sedikit tersadar dan tersungkur di pangkuanku. Tangannya meraih apa yang berada di balik resleting celana bahanku yang berwarna hitam. Refleks si junior ini jadi terbangun dengan serangan yang mendadak dan sangat barbar.

"Nia woy, sadar lo.. Enggak disini juga dong.. Woy" ujarku sambil menggoyang-goyangkan badannya

Kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan terasa dia mulai mengelus-elus si junior yang masih terbalut rapi dari luar. Terdengar suara desahan lembut dari dia yang membuat akal sehatku mulai tersesat. Dia sekretarisku, keponakan dari bos kantor tempatku bekerja. Bisa tamat ini kalau pak Charles tahu!!

Posisinya yang tersungkur membuatku bisa melihat dengan jelas lekukan tubuhnya, begitu juga padat bongkahan pantatnya meskipun tertutup blazer merah. Aku hanya mengusap-usap punggungnya ketika dia masih dengan asyiknya bermain dengan apa yang berada di tengah selangkanganku, meskipun masih tertutup dengan rapi.

Dia bangkit dan tersenyum ke arahku, membuatku sedikit bergidik melihat tingkahnya. Liar banget nih anak jangan-jangan kalau udah sange berat?? Kulihat dia melepas blazer merahnya, dan kini hanya terlihat bajunya yang ternyata tidak menutupi lengannya. Ketiaknya yang mulus ketika dia melepas blazernya membuatku benar-benar tidak bisa berpikir lagi. Dia melempar blazernya ke jok belakang dan kembali tersungkur di pangkuanku. Kali ini usapannya lebih keras dan jauh lebih terasa daripada yang sebelumnya. Tangan kiriku mencoba meraih bongkahan dalam pantatnya. Apa ini?? Dia sudah basah?? Gila nih anak.

Kejadian itu terus berlanjut, dia mulai berani membuka resleting celanaku dan melorotkan celana dalamku. Dia terkejut ketika si junior bernafas dengan lega dengan posisi beridiri tegak menantang.

"Sudah keras aja nih??" ujarnya menggoda lirih

"Gue masih normal, yang lo lakuin wajarlah kalau sampe ngaceng gini. Kita pindah tempat dulu woy, ini masih di parkiran HW, gila lo!!" ujarku

Hembusan nafasnya mengalir diujung penisku, dan masih tidak ada aksi yang dia lakukan selain hanya memandang ke arah si junior. Kalau emang pengen, langsung aja ngapa woy, ini di parkiran kalau ada yang lihat terus di gerebek bisa malu tujuh turunan nih.

"Mulai ya??" ujarnya dengan lembut

"Suka-suka lo dah, cepetan ini masih di parkiran" jawabku

Dia mulai mengocok penisku dengan tangan tepat dihadapan wajahnya. Mulutnya yang tipis dan seksi itu sedikit terbuka seperti tidak sabar hendak melahapnya. Sejujurnya aku juga sudah tidak sabar merasakan penis ini masuk di dalam mulutnya.

"Jjjuuuuh" suaranya keluar disertai dengan rasa dingin pada ujung kepala penisku. Dia meludahi penisku?? How good she does that?? F!! Sudah lama aku tidak merasakan ini. Yona yang sekarang sedang jauh, begitu juga antara aku dan Shinta yang sedikit agak canggung semenjak pertemuan kami dengan Yona. Oke aku mulai menikmatinya sekarang. Tapi, adrenalinku terpacu, konsentrasiku terbagi. Kami masih di parkiran HW, dan sekarang aku lihat ada satpam yang berdiri dan kurasa melihat ke arahku. Pikiranku semakin tak karuan ketika kurasakan mulutnya mulai melahap habis penisku dari pangkal hingga ke ujungnya.

"Anjiiiirrr... Hmmm enak banget woyy" ucapku meluapkan kenikmatan yang diberikan oleh mulutnya

Perlahan tapi pasti gerakan maju mundur kepalanya membuatku cenut-cenut, ditambah lagi satpam itu mulai berjalan menghampiriku. Bangsat, kalau ketahuan bisa masalah ini??!! Ku raih blazer merah di belakang jok dan menutupi kepala Nia. Gerakan kepalanya sangat terlihat naik turun meskipun sudah kututupi dengan blazer merah.

Deg.. Jantungku serasa berhenti berdetak, satpam ini telah tiba di samping sedan putihku dan mengetok kaca jendela. Aku beruntung kaca film sedan putih ini sekitar 80% lebih, dan sepertinya tidak terlihat olehnya yang berada diluar.

"I-iya pak??" ujarku setelah menurunkan kaca jendela mobil

Petugas satpam itu tidak langsung menjawab, dia hanya melihat ke dalam mobil. Dan aku yakin dia pasti melihatnya. Seorang gadis yang tersungkur di pangkuan seorang lelaki. Entahlah, kalau seandainya aku dan Nia diseret keluar mau gimana lagi. Nih anak main hajar aja. Dalam bayanganku sekarang adalah kengerian, seperti kejadian yang pernah aku lihat. Sepasang kekasih diarak tanpa busana keliling kampung karena ketahuan berbuat mesum. Bangsaat?! Gimana kalau kejadian beneran dalam hidupku?! Aaarrggh aku sama sekali tidak bisa fokus, disisi lain apa yang dilakukan Nia bener-bener terasa nikmat!!

"Ehemm, jangan lama-lama disini mas. Segera pindah tempat, banyak hotel deket sini kok" ujarnya pelan

"Eh?? I-iya pak ini udah mau jalan kok" jawabku dengan tidak fokus

"Ya sudah, buruan" ujar petugas satpam itu sambil berlalu meninggalkan kami

"Fiuuuh" hela panjang nafasku mengetahui petugas itu sudah pergi

"Sudah pergi??" tanya Nia dengan polosnya dan beranjak menjauh dari juniorku

"Gila lo!! Kalau digerebek terus kita diarak telanjang gimana??!! Mau ditaroh dimana ini muka??!!" cercaku dengan kepanikan

"Tenang aja, pak satpam juga pernah muda. Ya udah, yuk ke apartement gue. Lo nyetir aja, biar ini gue selesein dulu" jawabnya sambil kembali mengulum penisku

Bajingaaaan nih anak gila juga!!

Bajingaaaan nih anak gila juga!!



"Ahhh... ngghhhhh aaahhhhhhhhhhh" rancau sekretaris cantikku ini, dia tertelungkup dengan pantat yang terangkat dan membusung ke arahku. Membuat lubang surgawi milikya terasa lebih mengigit

Kami telah sampai di apartementnya dalam kondisi yang sudah payah. Bayangkan saja selama perjalanan setelah dia menghisap spermaku dengan mulutnya, dia membuatku tidak konsentrasi karena memainkan memeknya di sebelahku. Mendesah penuh gairah, hingga membuatku tidak berani mengangkat panggilan dari Yona, yang bener aja, bisa mati aku dibantai Yona jika dia mendengar suasana seperti itu.

Aku terus menggenjotnya dengan gaya doggy, dia terlihat sudah lemas. Punggungnya yang mulus dan juga pantatnya yang benar-benar sekal membuatku sungguh bersemangat untuk terus memompa memeknya.

"Aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh gueeeeeee keluaaarrrrr" teriaknya melengking disertai dengan membusurnya punggung mulus miliknya. Cairan hangat membasahi penisku, ini cairan orgasmenya yang ketiga terhitung dari permainan yang dia lakukan sendiri di perjalanan.

Dia terjatuh lemas diatas tempat tidur apartementnya dan sama sekali tidak berdaya. "Guee lemes banget... Nghhhhh" ujarnya lemah

"Tahan lo diem aja" ujarku membalikkan tubuhnya dan kini dia terlentang menghadapku. Goyangan pinggulku semakin cepat dan cepat.

Plaakkk...Plaakkkk...Plakkkk bunyi hentakan kulit kami berdua. "Ngggghhh agak cepet guee mau keluar lagi ngghhhhh" rancaunya pelan

Aku tidak menjawab dan hanya semakin mempercepat goyangan pinggulku, denyutan terasa memijat dengan keras penisku, dia mengerang dan menjepitkan kakinya pada pinggangku, hingga akhirnya teriakannya tidak bersuara lagi, namun aku tahu dia merasakan orgasme lagi ketika cairan hangat kembali keluar hampir bersamaan dengan muncratnya spermaku.

"Aaahhhhhhh, gue mau crooott. Crot dimana iniiiii??!!!!" tanyaku

Dia tidak menjawab dan hanya membuka mulutnya lebar-lebar. Tampaknya dia ingin aku keluar di mulutnya. Seluruh tubuhnya bergetar dan mengejang hebat, kurasakan aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Kucabut penisku dari memeknya dan segera menyodorkan di depan wajahnya.

"Aaaaaaaaaahgghghhghhhg"

Crooott croooott crooooottt

Penisku yang masuk di dalam mulutnya benar-benar membuat spermaku tertampung seutuhnya di mulutnya. Dia memaju mundurkan kepalanya, memompa dan menyedot penisku dan menghabiskan hampir semua sperma di dalamnya. Wajahnya sangat payah, putih mulus dan sedikit lebih bersinar. Keringat di leher dan dadanya benar-benar pemandangan indah.

Aku terjatuh lemas di sampingnya, menengadah ke atas, kulihat dia masih berusaha menelan spermaku yang cukup banyak. Setelah habis tertelan dia mendekat ke arahku dan memelukku.

"Gue bahagia banget! Udah lama gue enggak ngerasain ini" ujarnya dengan manja

"Kapan-kapan lagi, mau??" rayuku

"I'm yours" jawabnya sambil tersenyum



Deg...



Perasaan apa ini??

Tiba-tiba aku teringat akan Yona



Apa aku mulai melupakannya??

Apa aku...

Mulai berpaling??



**To Be Continued**
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd