Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT As Elegant As Aurora [TAMAT]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part 2


Slrrrp...

Slrrp...

Slrrpp...

“Mmmhhh... Mmmnhh...”

Slrrpp...

Slrrpp...

Jinan terus mengulum penisku bagai sebuah permen lolipop. Bahkan sampai terdengar bunyi decakan saat dia ‘menyiksa’ penisku itu.

Kau tidak akan percaya apa yang aku alami pagi ini. Beberapa menit setelah aku terbangun, niat awalku yang hanya ingin mengerjai Jinan agar bangun dengan menyentuh dan menggelitik badannya menjadi kacau. Pada akhirnya aku malah ‘menghajar’ lagi vaginanya itu pagi ini, padahal aku harus presentasi jam tujuh. Namun kau tahu kenapa aku menyesal sudah ‘mengerjai’nya pagi ini?

Jinan ‘mengerjai’ku balik. Saat aku sedang mengambil handuk dan bersiap mandi, dia merengkuhku lalu mulai mengulum penisku seperti yang sekarang terjadi. Dia sukses membuatku sange lagi dengan rangsangan-rangsangan yang dia berikan.

Slrrpp....

Jinan melakukan deep throat. Kedua tanganku mencengkeram erat sprei. Aku menggigit bibir bawah dan terpejam menikmati betapa hangat dan nikmatnya mulut Jinan yang memanjakan penisku.

“Mmngh... Aahh...” Aku berusaha menahan desahanku.

Jinan kembali mengulum penisku, diselingi dengan kocokan di batang penisku yang sudah basah dengan liurnya. Tak lupa juga dia memberi pijatan di testisku.

Slrrp...

Slrrpp...

Jinan semakin liar. Aarrgg! Aku sudah tidak tahan!

“Ahh... Nan... g-gue keluarr!”

CROOT

CROOT

Aku muntahkan semuanya didalam mulut Jinan. Dia menahan penisku didalam mulutnya saat aku memperingatkannya tadi. Selepas menelan spermaku yang tidak terlalu banyak tadi, Jinan menindih badanku lalu mulai melumat bibirku.

Damn it!

Kedua tanganku yang tadinya hanya diam kini mulai meraba-raba kulitnya yang sudah basah dengan keringat itu. Nafas kami saling memburu ketika berciuman, desahan pelannya terdengar sesekali. Aku balas dengan mencium dan menjilati lehernya lagi. Keringat kami yang bertemu ini mulai menghasilkan bau yang khas, membuatku malah semakin bergairah.

“Lu sange kan Dim? Hhh... Dasar...”

“Hhh... ini yang lu mau kan... Hhh...”

Jinan merangkak mundur sedikit, lalu tanpa aba-aba darinya, dia memasukkan perlahan pensiku yang sudah kembali tegang itu kedalam vaginanya. Sepertinya dia sudah becek juga. Dia mendiamkan penisku itu didalam vaginanya untuk beberapa saat. Dia menatapku.

“Lo diem aja...”

Ya ampun, woman on top. Aku menelan ludah. Jinan tersenyum lalu setelah siap di posisinya, ia mulai memompa penisku. Sementara aku hanya bisa diam, berbaring pasrah, menikmati permainan Jinan. Payudaranya bergoyang-goyang saat Jinan begerak menusuk-nusukkan penisku ke vaginanya. Wajahnya yang memerah, mulutnya yang menganga, dan rambutnya yang berantakan juga menjadi pemandangan indahku dari sini.

Tanganku yang semula hanya diam mulai tidak tahan dengan payudaranya, alhasil, kedua payudaranya itu akhirnya aku remas-remas. Putingnya yang imut itu juga turut aku cubit dan putar-putar sedikit.

“Mmhh... Ssshh... Aahh...” Desahnya ketika aku terus meremas-remas dan memutar-mutar payudaranya.

Jinan merem-melek, beberapa kali menggigit bibir bawahnya. Sesekali aku merapikan rambutnya yang berantakan dan menutupi wajahnya. Melihatnya agak kelelahan, kedua tanganku memegangi pinggulnya, membantu mengatur tempo permainannya. Akhirnya setelah beberapa menit, Jinan sampai pada puncaknya. Tubuhnya bergetar, Jinan menutup mata dan mendongak dengan mulut terbuka.

“AaaAAHH...”

Orgasme itu akhirnya ia dapatkan. Penisku kembali terlumuri dengan cairan orgasmenya. Setelah mengeluarkan pensiku dari vaginanya, Jinan berbaring disampingku. Nafas kami tergengah. Kerigat kami yang banyak keluar juga membasahi sprei ini. Sepertinya aku harus benar-benar menggantinya.

Aku memandang jam, sudah setengah delapan lebih. Sepertinya aku memang harus benar-benar skip. Ah, biarlah. Nilai bisa diperbaiki besok. Tinggal bagaimana aku menghadapi teman-teman di kelompokku, sepertinya itu juga bukan masalah yang besar.

“Hehe...” Dia tersenyum saat menoleh kearahku dan kembali aku membalasnya dengan senyum.

Aku menghela nafas sambil memandang langit-langit. Untuk sejenak, aku merasa bersalah dan telah mengkhianati Cindy...

“Dim...”

“Kenapa? Aku menoleh kearahnya.

“Emm... gue boleh jujur enggak?”

“Soal apa?”

“Emm... Perasaan gue ke elu, Dim...”

“Hah?”

“I-iya...”

“Maksud lo apa?” Aku memposisikan diri duduk di pinggir kasur. Jinan masih berbaring, dia tampak berpikir.

“Y-ya... gimana ya... emm...” Jinan menghela nafas. “Gak jadi deh.”

“Lah anjir, ngom-“

“Gue mandi dulu.” Jinan buru-buru bangkit dari kasur lalu mengambil handukku yang tergeletak di lantai. Aku memilih diam di tempatku karena lemas setelah ‘dikerjai’ olehnya tadi.

Perasaan? Apa maksudnya? Apa jangan-jangan Jinan...

Aku menggeleng cepat. Tidak mungkin hal itu terjadi. Lagipula dia sudah menolak menerimaku saat aku menyatakan perasaanku dulu. Aku menghela nafas. Penisku terasa agak perih. Keterlaluan memang Jinan. Aku yakin kemaluannya itu juga sudah perih sekarang. Emm... tapi... padahal jika ditelisik... ini semua berawal dari kesalahanku sih...

Perlahan aku bangkit dari posisiku, mengambil kaus dan celana pendek dari lemari lalu memakainya sebelum berjalan ke dapur. Risih juga jika berkeliaran didalam rumah dengan keadaan telanj-

Astaga.

Jinan mandi dengan keadaan pintu kamar mandi yang tidak ditutup. Aku yakin 100% bahwa pintu itu tidak rusak sama sekali. Sumpah. Kuncinya pun masih berfungsi.

Bagian belakang tubuhnya yang basah itu bisa aku lihat dengan jelas. Rambut panjangnya menutupi sebagian punggungnya, sedangkan pantat itu, bersih, bebas terlihat tanpa terhalang apapun. Aku menelan ludah. Tidak, cukup untuk hari ini.

“Kalo mandi tuh ya... Pintunya ditutup!”

Aku bergegas menutup pintu itu setelah sampai didepan kamar mandi. Jinan terdengar tertawa kecil didalam sana.

Sialan.

Dia sengaja ya.

***

“Kenapa lu?” Aku menghampirinya. Handuk yang agak basah ini aku sampirkan di bahu kananku.

Jinan terlihat melamun saat duduk di sofa. Dia sekarang mengenakan kaus dan celana training milikku.

“Eh, eng-enggak kok, enggak apa-apa.”

Sepertinya aku membuyarkan lamunannya itu.

“Tadi lu mau bilang sesuatu kan?” Aku duduk disisi yang bersebelahan dengannya. “Tentang... perasaan lu?”

“Eh? Iya emang? Enggak... enggak... lu salah denger.”

Dia tidak menoleh kearahku. Aku bisa melihat wajahnya memerah dari samping.

“Hmm?”

“G-gue balik dulu,” Jinan beranjak dari tempatnya. Ketiga kardus yang semalam ia minta sudah aku masukkan ke mobilnya tadi.

“Yakin nih enggak mau makan dulu?”

“Enggak.” Jawabnya singkat saat keluar dari pintu itu.

Aku pun beranjak dari tempatku dan keluar. Jinan sudah masuk kedalam mobilnya. Aku menghela nafas.

“Dim...” kaca mobil itu ia buka, wajahnya yang tampak lebih segar itu telihat dari sana.

“Iya?” Jawabku dari ambang pintu.

“Makasih ya...”

Aku tersenyum sebelum membalasnya.

“Iya, hati-hati lu.” Aku melambaikan tangan seiring mobil itu perlahan keluar dari garasi. Jinan tersenyum lebar dan melempar sebuah kiss bye padaku sebelum jendela itu ditutup dan mobil itu mulai melaju menjauh dari kontrakanku. Setelah mobil itu hilang dari pandanganku, gerbang ini aku tutup lalu kembali masuk ke dalam kontrakan.

Aku mengunci semua pintu. Sepertinya aku akan kembali tidur. Jinan sukses membuat badanku ini lelah. Aku menarik kembali selimut yang masih lekat dengan aroma tubuh Jinan itu. Tanganku bergerak meraih smartphone yang ada di meja didekat kasur. Foto itu masih menjadi wallpaperku, Cindy dan aku saat wawancara. Waktu kami pertama kali bertemu...

Aku menghela nafas. Perlahan, kedua mataku ini tertutup. Mengantarku terlelap untuk mengistirahatkan diri. Aku sudah melakukan sebuah kesalahan hari ini...

***​

“Mmmphh....”

“Aaahh... T-terus Naann... mmhh...”

Sllrrpp...

Sllrrpp...

“AAAHH... Gue k-eluaarr.... MMhHH...”

Crot

Crot

Crot

“Ahh... Diimm...”

“Jinan...”

Seketika mataku terbuka. Aku tersadar dalam keadaan masih berbalut selimut, pakaianku pun masih lengkap melekat di tubuhku. Hanya saja, penisku tegang sekarang.

“Mimpi...” gumamku.

Ya ampun... bahkan sampai dalam mimpi... dia masih...

Huft... dasar...

Drrt...

Drrt....

Getar smartphone yang tergeletak di meja itu menarik perhatianku. Aku yang sebelumnya memutuskan untuk kembali tidur kini turun dari kasur dan mengambilnya.

“Wah. dari Cindy.”

“Halo? Gimana mbul?”

“Kak, dimana?”

“Di kontrakan. Kenapa?”

“Huft... kebiasaan... katanya kemarin mau anter aku latihan futsal lagi... Lupa ya?”

Astaga. Aku menoleh kearah jam dinding. Jarum panjang dan pendek itu menunjuk waktu setengah empat lebih sepuluh menit.

“Eh, ya ampun! Maaf maaf mbul, aku baru bangun. Oke oke, aku otw kos kamu yaa...”

“Enggak usah kak. Aku udah di tempat futsal. Tadi naik ojek online. Nanti jemput aku aja ya jam 5.”

“Duuhh... maaf banget mbul... aku bener-bener lupa...”

“Iya...” suaranya memelan.

“Ih, kamu ngambek ya?”

“Enggak.”

Iya, dia ngambek.

“M-maaf...”

“Udah udah... Jangan sampe lupa ya. JAM LIMA SORE. Kalau sampe lupa lagi... awas aja kak.”

“Iya mbul, nanti aku sampe sana jam lima kurang deh.”

“Serah. Aku latihan dulu.”

“Oke, Lov-

Panggilan terputus.

Aku menghela nafas panjang.

“JINAN KAMPREETTT!!!!”

***​

Aku memarkir motorku di tempat yang disediakan disini. Tempat futsal ini tidak pernah sepi, selain biaya sewa yang termasuk murah, lapangannya pun nyaman jika dipakai untuk bermain. Di tempat ini juga, turnamen futsal jurusanku akan diadakan. Nantinya, akan diikuti oleh tiga angkatan di jurusanku. Jadi tahun ini, angkatan 2016-nya Cindy, 2015 yang merupakan angkatanku, dan 2014, angkatan atasku dan Cindy akan saling bertanding. Tiap angkatan mengirim 2 tim putra dan 2 tim putri.

Drrtt....

Drrtt...

Smartphone di saku celanaku berdering, segera aku meraihnya.

“Pasti dari Cindy.” pikirku.

Ah, benar. Ini darinya.

“Halo mbul.”

“Dimana?”

“Aku udah didepan kok, santai. Hehe.”

“Yaudah. Aku keluar sekarang.”

Dia mengakhiri panggilan itu.

Aku menghela nafas.

Sembari menunggunya keluar, aku membuka beberapa chat yang ada di LINE.

Tiba-tiba, saat aku sedang sibuk memainkan jariku di layar smartphone itu,

Plakk

Bahu kiriku ditampar seseorang, aku reflek menoleh kebelakang. Oh, ternyata gembul. Dia berdiri menatapku tajam. Rahang bawahnya terlihat bergerak-gerak sebelum akhirnya berhenti lalu ia memanyunkan bibir.

“Ih kok kasar?”

“Habis. Nyebelin banget sih kakak...”

“Huft... aku kan udah minta maaf...” Aku mengelus-elus daerah tamparannya tadi. “Makan yuk. Aku laper nih, kamu juga laper kan habis latihan?”

“Emm... huft... gini aja kak... aku masakin aja gimana? Biar enggak keluar uang.”

“Hah?”

“Iya... sekarang ke kontrakan kakak aja ya.”

“O-oke...”

“Ih kok gitu? Enggak suka aku masakin ya?”

“Eh, enggak, enggak. Aku suka kok, hehe. Yaudah yuk naik.”

***​

Kami pun sampai di kontrakanku.

“Ngh... kamu mandi dulu sana! Bau banget.” Aku memencet hidungku saat mencium lagi bau keringatnya.

“Ih, laper...”

“Nanti masakan kamu jadi baru keringet. Udah sana mandi dulu!” suruhku padanya.

“Ish... iya deh iya...”

Setelah menerima pinjaman handuk dariku, Cindy bergegas masuk ke kamar mandi.

Sebenarnya, bau keringat dan wajah lepeknya itu sukses membuatku sange sejak di sepanjang jalan tadi...

Bahkan sekarang pun, aku masih menahan-nahan penis ini agar tidak mengacung tegang dan terlihat olehnya. Pada akhirnya, nafsu ini naik juga. Aku yang duduk di sofa ini tiba-tiba beranjak dan mendekati kamar mandi. Melalui lubang kecil yang ada di gagang pintu, mata kiriku berusaha fokus melihat Cindy yang ada di dalam, sementara tangan kiriku sudah memijit-mijit penisku yang sudah tegang didalam celana pendek ini.

Bingo!

Mataku berhasil menangkap Cindy yang sedang telanjang didalam sana, putih mulus tanpa lecet, dia baru saja melepas bra warna biru mudanya. Karena lubang yang kecil, aku hanya bisa melihat sebagian tubuhnya, kini mataku menangkap dua payudara besarnya yang ranum menggoda untuk diremas-remas. Tangan kiriku perlahan mengocok penis ini, naik-turun, memijit, dan meremasnya.

Cindy merubah posisinya ke kanan, hilang dari pandanganku.

Sial!

Aku pun merubah posisiku, mencari-cari sudut yang pas agar aku kembali melihat pemandangan itu.

Krek

Aargh!

Pintu itu terbuka sedikit karena kepalaku tidak sengaja mendorongnya saat merubah posisi.

Kenapa dia tidak mengunci pintunya?!

Cindy pun reflek membuka pintu itu.

“Dih, mesum! Ngintip!”

“Eh eh, m-maaf aku eng-“ Aku panik sendiri saat tertangkap basah oleh Cindy sedang mengintipnya. Parahnya, dia berdiri di ambang pintu itu tanpa menutupi payudara ataupun daerah kewanitaannya, tubuh telanjangnya itu benar-benar dengan bebas aku pandangi. Payudara besar yang bebas tak tertutup apapun itu sukses membuat mataku terbuka lebar. Ingin rasanya sekarang aku menerkamnya.

“Kakak mau bacolin aku ya?!”

“Eh m-maaf, aku-“ Tiba-tiba tangan kiriku ditarik olehnya. Aku yang terkejut tidak sempat melawan, Cindy menarikku masuk kedalam kamar mandi lalu mendorongku ke dinding. Bahuku ditekan dengan tangannya, menahanku agar tidak bisa bergerak. Dia kini menatapku tajam dengan dua bola mata besarnya.

“A-aku eng-“ Belum sempat aku selesai bicara, tangannya yang satu dengan sigap melucuti celanaku, hingga tidak ada lagi sehelai benangpun yang menutupi penisku. Aku terkejut dengan tindakannya ini. “Woi. Kamu juga mes-“ Bibirnya yang lembut itu pun membungkamku dengan lumatannya.

Baiklah, sepertinya aku paham apa yang dia inginkan.

“Mending gini kan kak...”

Nafas kami saling memburu, kedua tangannya kini menahan kepalaku. Sementara kedua tanganku yang sudah tidak sabar dari tadi ini mulai meraih payudara ranum itu dan mulai meremas-remasnya pelan, terlalu sayang untuk dianggurkan.

“Mmmhh... MmHhh..” Desahnya disela-sela ciuman kami.

Dua puting itu pun terasa mengeras setelah tak lama aku mainkan.

Ciumanku beralih ke lehernya. Aku hirup bau keringatnya itu dalam-dalam, sebelum menciumi lehernya, dengan masih kumainkan payudaranya itu, Cindy mendongak dan mendesah-desah karena rangsangan ini.

“Aakkhh... Kaakk.... mmhh... Teruss...” lenguhnya saat bibirku mulai menghisapi putingnya secara bergantian. Tangan kananku mulai berkeliaran disekitar perutnya, mengelus-elus bagian sekitar pusarnya hingga kini Cindy menggelinjang. Hingga aku sampai di bibir vaginanya, saat aku hendak memainkan klitorisnya, dia menahan tanganku kuat.

“Mmhhh... kaakk...”

Aku menghentikan semua kegiatanku.

“Denger...” Cindy mendorongku lagi ke dinding. “Jangan didalem ya...”

Tiba-tiba, Cindy merangkulkan kedua tangannya di belakang leherku, dia mulai mendekatkan badannya sehingga penisku itu sekarang menyentuh vaginanya. Dia sedikit menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga vaginanya itu tergesek-gesek oleh penisku. Aku menelan ludah. Apa dia serius?

“C-cin...”

“Ayo kak...”

“K-kamu serius...?”

“Udah... ayo kak...”

“C-Cindy... ak-“

“Kak... aku percaya sama kakak...” Dia tersenyum lebar. “Jangan didalem, oke?”

Aku menghela nafas, lalu membalas senyumannya. Tangan kiriku memegangi pinggulnya, kaki kanannya aku angkat dan tahan. Perlahan, aku mendorong penisku lebih dekat. Aku bisa merasakan nafas beratnya. Entah mengapa jantungku jadi berdegup kencang. Aku tidak percaya saat ini akan tiba secepat ini.

Jleb

“AaaKkhhHh....” Cindy membuka mulutnya. Mendesah pelan. Penisku belum sepenuhnya masuk kedalam lubang itu. Aku berhenti sejenak, menciumi bibirnya agar ia sedikit lebih rileks. Kedua tangannya kini beralih ke kebelakang kepalaku, mereka membelai rambut pendekku, lalu menarik kepalaku lebih dekat. Ciuman kami berlanjut.

Setelah merasa membuatnya lebih rileks, aku melepas ciuman itu, lalu mendorong lagi penis itu.

“MmmHhHH... Kaakk...”

Dan penisku itu berhasil terbenam kedalam liang hangat itu. Ini kali pertamanya aku merasakan hangatnya vagina Cindy. Cairan warna merah terlihat keluar dari sana.

“K-kamu enggak bakal nyesel kan...?”

“Aku... punya kakak sepenuhnya...” dia berbisik ditelinga kananku. Aku merinding, lalu tersenyum.

Tak menunggu lama, aku mulai memompa penisku dengan tempo lambat.

“Aakh.. Akkh... Kaaakk... Mmmhhh... EnaAKK...” Desahnya menikmati permainanku. Aku pun sama, sempitnya vagina Cindy ini benar-benar nikmat, tidak bisa aku pungkiri.

Plok

Plok

Plok

Bunyi ketika penisku itu menghujam vaginanya.

Aku percepat lagi tempo itu sebisaku. Tubuh Cindy bergerak seiring hujamanku. Payudaranya yang sudah mengeras itu berkali-kali bertabrakan dengan dadaku.

“AaakKKMmPPh...” Aku buru-buru membekap mulutnya.

“Sssttt... pelan-pelan... ntar ketauan...” kataku sambil terus memompa penisku.

“MMPPHHH...!” Desahannya tertahan oleh bekapan tanganku.

Tubuh Cindy bergetar hebat, penisku serasa dipijit dan ditelan. Kedua tangannya mencengkeram rambutku kuat. Tak lama, penisku terasa basah oleh suatu cairan didalam sana, Cindy berhasil orgasme. Wajahnya yang merah dan terlihat agak berantakan itu begitu indah. Ekspresi yang seperti ini belum pernah kulihat.

Aku melepas bekapanku. Nafasnya masih terengah. Matanya sayu.

“Hhh... e-enak... hhh... Mmhh... kakak belum nyampe kan...? hhh...”

“Hhh...” Aku mengangguk sebelum mencabut penisku. Memposisikan dirinya tengkurap bertumpu pada tangan dan lututnya. Beruntung kamar mandi ini cukup luas.

“Siap siap.”

“Ayo kaakk... hhh... buru...”

Aku melepas kaus yang kukenakan lalu melemparnya sembarang, keringatku mulai membuatku gerah dengan kaus itu.

Perlahan, penisku kembali menghujam vaginanya, Cindy kembali mendesah saat lubang itu dimasuki oleh penis yang masih sangat tegang itu. Sebenarnya penis ini sudah terasa perih gara-gara Jinan, namun apa boleh buat, aku juga sudah terlanjur merenggut keperawanan Cindy, terlalu sayang jika harus berhenti sekarang.

Aku langsung menyerang dengan tempo cepat, payudaranya bergelantungan saat tubuhnya bergetar menerima hujamanku. Kedua tanganku pun menangkap mereka lalu meremas-remasnya pelan.

Plok

Plok

Plok

Pantat sekal Cindy dan pahaku berbunyi ketika saling menghantam. Nafasku mulai tidak beraturan, tenagaku seperti sudah mau habis, namun aku tidak peduli, aku harus mendapatkan orgasmeku. Setelah sekitar sepuluh menit aku memompa penisku, aku putuskan untuk merubah posisi lagi.

Kini Cindy tidur terlentang, kedua kakinya aku buka lebar-lebar lalu angkat, penis itu kembali aku tusukkan kedalam vaginanya. Di posisi ini aku bisa lebih bebas memandang wajah sayunya dan payudaranya yang bergoyang-goyang. Kembali dengan tempo secepat yang aku bisa.

“Akh... Akh.. Akkhhh.... teruss... Mmhhh...”

Dia menggigit bibir bawahnya sambil menutup mata. Rambutnya berantakan, beberapa helai menutupi wajahnya. Payudaranya yang kencang menggoda itu sukses membuat tanganku beralih kesana. Dengan jempolku, aku menekan putingnya lalu memutar-mutarnya bagai analog Playstation. Itu sukses membuatnya bergelinjang. Selama hampir 5 menit, aku terus memompa penisku sambil memainkan putingnya.

Aku mendongak dan menutup mata, lalu memompanya lebih cepat. Tak lama setelah itu, tiba-tiba

DUK

“Aduhh!”

Dia meringis kesakitan lalu mengelus-elus cepat ubun-ubunnya. Kepalanya terbentur bak mandi, sepertinya aku terlalu keras dan tidak memperhatikan posisi kami saat ini. Aku merasakan juga benturan itu.

“E-eh, y-yaampun... m-maaf.”

“Bego banget sih kak!” Keluhnya.

“Maaf...”

Aku menggeser posisi tidurnya, kini tidak ada lagi dinding atau sesuatu didekatnya. Puting itu kembali aku putar-putar dan vaginanya kembali aku pompa. Bau keringat kami semakin memenuhi rongga pernafasanku.

Lebih bergairah lagi, aku percepat lagi tempoku.

Kedua tangannya yang sejak tadi diam, kini memainkan sendiri puting dan payudaranya. Sementara tanganku kini meraba-raba pahanya.

“Sshh... kaakk... e-enaakk.. t-teruss... mmhh...”

“I-iyaa... mmhhh...”

Sepertinya aku sudah mulai bisa merasakan aliran sperma ini menuju kepala penisku. Beberapa saat aku memompa lagi, dan ini dia, aku mulai bergetar hebat, bulu kudukku berdiri.

“A-aku... S-sampee...”

Segera aku mencabut penisku, lalu aku mengocoknya sedikit dihadapan mukanya.

Crot

Crot

Crot

Aku menembakkan spermaku diwajahnya, membuatnya belepotan. Nafas kami sudah sangat tidak beraturan sekarang. Aku terduduk dan bersandar ke dinding, sementara Cindy masih terbaring lemas.

“Dah, kamu mandi dulu sana...” aku bangkit berdiri, berjalan keluar.

“Kaak...” panggilnya.

Aku menoleh ke wajahnya yang masih terlihat sangat lemas.

“Mandi bareng aja... biar cepet makan...”

Aku menelan ludah.

“Ya ampun...”




To be Continued...
 
Wah, setelah saya PM langsung update ya hu (PD banget gue)


Alias nice update suhu, si Dimas semakin mengkampretkan diri :pandaketawa:
 
Wah nice update wkwkwk :army:

Semoga dimas ga jadi kampret kayak tokoh tokoh cerita lainnya deh :o
 
Wah, setelah saya PM langsung update ya hu (PD banget gue)


Alias nice update suhu, si Dimas semakin mengkampretkan diri :pandaketawa:
Wkwkww thanks suhu

Wah nice update wkwkwk :army:

Semoga dimas ga jadi kampret kayak tokoh tokoh cerita lainnya deh :o
Tuh Dim, dengerin!

Nampaknya anda kampret baru :pandaketawa:
Walah" Dimas kampret nih? Wkwkkw

Wah ini mantap lah

Ditunggu next part hu!
Okayy
 
Akhirnya Cindy merasakan hujaman titit pria alias nice update gan..... ditunggu cerita lanjutannya
 
Akhirnya cindy, setelah dari part 1 pingsan kebanyakan sama jinan sih
 
Haloo semuaa... hehe, maaf ya malah ngilang gini wkkwkwk
Lagi sibuk ngerjain tugas-tugas nih :( menjelang UAS emang nyiksa wkkwkwk
Sabar ya buat updatenya, hehe. Belum selesai sih. Mau ditambah"in lagi buat part selanjutnya.

Part 3 masih bakal fokus ke Dimas Cinhap sama Jinan sih, hehe.


Oh iya, btw. Bakal ada Special Part nantinya, dengan Cast yang ENGGAK ADA DI COVER hehe. tiba-tiba kemarin" dapet inspirasi ide ceritanya. Hehe ditunggu aja yaa... maaf kalau buat nunggu lama, huhu... makasih ya udah mau nungguin update wkwkkw
 
Haloo semuaa... hehe, maaf ya malah ngilang gini wkkwkwk
Lagi sibuk ngerjain tugas-tugas nih :( menjelang UAS emang nyiksa wkkwkwk
Sabar ya buat updatenya, hehe. Belum selesai sih. Mau ditambah"in lagi buat part selanjutnya.

Part 3 masih bakal fokus ke Dimas Cinhap sama Jinan sih, hehe.


Oh iya, btw. Bakal ada Special Part nantinya, dengan Cast yang ENGGAK ADA DI COVER hehe. tiba-tiba kemarin" dapet inspirasi ide ceritanya. Hehe ditunggu aja yaa... maaf kalau buat nunggu lama, huhu... makasih ya udah mau nungguin update wkwkkw
Siyaaap, ditunggu :o

Siapa nih cast special partnya wkwk teaser dongg
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd