Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Asrama

Apa pendapat kalian tentang cerita saya?

  • Bagus

    Votes: 845 91,2%
  • Biasa aja

    Votes: 64 6,9%
  • Jelek

    Votes: 37 4,0%

  • Total voters
    927
Status
Please reply by conversation.

Rayhan93

Kakak Semprot
Daftar
2 Aug 2015
Post
173
Like diterima
591
Terakhir diubah:
Kreak...
Secara bersamaan mereka berdua membuka pintu kamar mereka masing-masing. Sejenak mereka saling pandang, menimbulkan rasa kagum di dalam diri mereka, lalu sedetik kemudian mereka tersenyum satu sama lainnya, sedikit ada rasa canggung namun dengan cepat mereka berhasil menguasai diri masing-masing.

Untuk beberapa detik pemuda itu berdiam diri, membiarkan seorang wanita mengenakan gamis berwarna biru langit lewat lebih dulu di depannya.

Sembari mengikutinya dari belakang, diam-diam pemuda tersebut mencuri pandang kearah bongkahan pantat sang wanita yang terlihat sangat menggoda. Bentuknya bulat dan sedikit menungging. Mengingatkan Rayhan dengan salah satu artis Indonesia yang di kenal dengan goyangan itiknya.

"Makan dulu Ray!" Suruh Aya.

Pemuda yang bernama lengkap M Rayhan tampak tersenyum simpul. "Terimakasih Kak." Jawab Ray, kemudian ia duduk di kursi, sementara Aya duduk di depannya.

"Gimana sekolahmu Ray? Kamu betahkan sekolah di sini?" Tanya Aya, sembari menikmati sarapannya.

"Betah gak betah Kak, hehehe..." Jawab Rayhan.

Aya mendengus pelan. "Kok gitu, kamu gak nyaman tinggal di rumah Kakak?" Ujar Aya, membuat Rayhan merasa bersalah.

"Bukan begitu Kak!"

"Lantas?" Potong Aya, sembari melipat tangannya di atas dadanya. Dia tersenyum manis membuat dada Rayhan bergemuruh melihatnya.

"Ya...."

"Apa? Bilang aja kalau kamu tidak betah tinggal di rumah Kakak." Ujar Aya, ia memasang raut wajah sedih, yang membuat Rayhan merasa semakin bersalah atas perkataannya yang sebelumnya.

"Betah kok Kak! Cuman sekolahnya aja kurang betah." Bantah Rayhan.

"Kenapa? Coba cerita sama Kakak, siapa tau Kakak bisa sedikit memberikan nasehat untukmu." Ujar Aya, sembari menjentikan ujung jarinya.

Rayhan tersenyum mendengarnya. "Prnya banyak Kak...!" Jawab Rayhan.

Aya merenyitkan dahinya. "Kamu pasti sering di hukum ya?" Tanya Aya, dia sedikit menyibak jilbab segi empat yang ia kenakan ketika ia harus sedikit membungkuk dan menjulurkan tangannya untuk menggapai botol minuman yang ada di atas meja.

Buru-buru Rayhan mengambilkannya dan memberikannya kepada Aya.

"Terimakasih." Kata Aya.

"Sama-sama Kak!" Jawab Rayhan, sejenak Rayhan memandangi tonjolan yang cukup besar di bagian dada Aya. Walaupun payudaranya tertutup gamis yang cukup longgar, tapi tetap saja gamis tersebut tidak bisa menyembunyikan bentuk payudaranya.

Aya yang tadi sempat menyingkap Jilbab lebarnya, sempat lupa mengembalikan kembali posisi jilbabnya.

"Benarkan tebakan Kakak?" Tanya Aya lagi.

Rayhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Begitulah Kak." Jawab Rayhan. "Tapi ada lagi yang buat kurang betah Kak." Sambung Rayhan.

"Apa Dek?"

"Gak ada ceweknya, hehehe..." Canda Rayhan.

Aya menggelengkan kepalanya sembari mengulum senyum mendengar jawaban Adik iparnya.

Memang benar di Sekolah mereka anak laki-laki dan perempuan nya memang di pisahkan, sehingga mereka sangat jarang sekali bisa bertemu, kecuali di jam olah raga yang biasa diadakan setiap Ahad pagi. Aya memaklumi kalau Rayhan belum terbiasa, mengingat Rayhan memang baru satu bulan tinggal di lingkungan sekolahnya.

"Ingat gak boleh mendekati asrama putri!" Ancam Aya, ia takut Adiknya lupa dengan aturan yang sudah di tetapkan oleh pihak Yayasan.

"Iya Kak." Jawab Rayhan.

Mereka kembali melanjutkan sarapan pagi mereka, dan selama menyantap sarapan, berulang kali Rayhan diam-diam mencuri pandang kearah payudara Kakak Iparnya yang terlihat penuh.

Awalnya Aya memang tidak menyadarinya, tapi tatapan Rayhan yang terlihat mencurigakan membuat Aya akhirnya menyadari kemana mata itu memandang. Ia tersadar kalau dirinya lupa mengembalikan posisi jilbabnya ke tempat semula.

Sebagai wanita Solehah tentu saja Aya merasa tidak nyaman dengan tatapan Rayhan kepada dirinya, apa lagi ini bukan kali pertama ia memergoki Rayhan dengan tatapan anehnya itu.

Tetapi walaupun begitu Aya tidak pernah menegur Rayhan, yang biasa ia lakukan adalah dengan memperbaiki posisi jilbabnya dengan perlahan.

######

"Astagfirullah."

Erlina menggelengkan kepalanya melihat Putri cantiknya yang masih bermalas-malasan di atas tempat tidurnya, padahal jam di dinding kamarnya sudah menunjukan pukul enam pagi.

Sejenak Popi membuka matanya, tapi sedetik kemudian ia kembali memejamkan matanya.

Tanpa banyak bicara Erlina menarik selimut yang di kenakan Popi, hingga gadis cantik itu tampak menggigil kedinginan. Ia menatap Ibunya dengan tatapan cemberut, tapi ia hanya pasrah ketika Erlina menariknya untuk segera bangun, mengingat jam yang sudah menunjukan pukul enam pagi, tentunya Popi tidak ingin terlambat ke sekolah hari ini kalau ia tidak ingin di hukum.

Walaupun ia masih ingin bermalas-malasan, tapi dengan terpaksa ia beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan gontai menuju kamar mandi yang tidak jauh dari kamarnya. Sementara Erlina tampak menggelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya.

Selesai merapikan kamar Putrinya, Erlina segera menyiapkan sarapan bersama Mbak Ana, salah satu asisten rumah tangganya.

Sementara anak bungsunya yang bernama Aldi, sudah sedari tadi duduk di meja makan.

#####

Di tempat yang berbeda, di dalam sebuah kamar berukuran 3X3 tampak seorang wanita dewasa sedang memeluk seorang anak remaja berusia belasan tahun. Ia merasa sangat puas sekali, setelah semalaman anak tersebut menjadi pemuas birahinya.

Ia bangkit dari tempat tidurnya, dan tampak beberapa mainan sex toys bergeletakan di atas tempat tidurnya.

Perlahan dia membelai wajah sang anak, membuat anak remaja tanggung itu terbangun dari tidurnya. Saat membuka matanya, sang anak tersenyum lalu memeluk tubuh Andini dengan erat.

Dengan perlahan Andini mengecup sekujur wajah anak Remaja tersebut. Lalu dia memanggut bibirnya, menghisap lembut bibir sang anak remaja. Sementara tangannya meremas lembut payudara sang anak yang terasa kenyal di telapak tangannya. Puting mungilnya yang telah mengeras tak luput dari sentuhannya.

Ya... Anak remaja itu seorang perempuan, yang tak lain adalah muridnya sendiri. Sudah hampir dua tahun mereka menjalin hubungan terlarang tanpa diketahui orang lain. Kisah cinta yang tidak biasanya ini mereka sembunyikan dari banyak orang, sehingga tidak ada satupun yang tau tentang hubungan terlarang mereka.

Remaja putri itu bernama Clara, ia sangat mengagumi Gurunya, ketika ia dalam masalah Andini selalu ada untuknya, bahkan saat ia kehilangan sosok pria yang merenggut kesuciannya, Andini juga yang menguatkannya dan selalu ada untuknya. Bahkan saat ia membutuhkan kehangatan, Andini juga yang memberikannya.

"Umi... Aahkk..." Desah Clara.

Andini mengambil posisi sejajar diatas tubuh Clara, lalu dia mengarahkan dildo ikat pinggang yang ia kenakan kearah lipatan vagina Muridnya yang telah mengangah, perlahan ia menggesekkan dildo tersebut di belahan mungil vagina Clara.

Gadis belia itu memejamkan matanya, menikmati gesekan dildo tersebut di bibir vaginanya. Reflek ia memeluk pinggang Gurunya dengan kedua kakinya.

Dengan perlahan kepala dildo itu mulai menembus liang senggamanya. "Aahkk... Umi! Sakit..." Rintih Clara. Walaupun hampir setiap hari ia di setubuhi oleh dildo Andini, tapi tetap saja ia selalu kesakitan saat dildo besar itu membela vaginanya.

Andini membungkukkan badannya, dan mengecup mesrah bibir Clara. "Tahan ya sayang." Bisik Andini, sembari mulai memaju mundurkan dildonya kedalam memek Clara.

"Oughk... Aaahkk..."

Andini sangat suka ketika melihat reaksi raut wajah Clara setiap kali ia menghujami dildonya."Ploooks... Plookss... Ploookkss..." Suara benturan kelamin mereka berdua terdengar semakin keras, seiring dengan semakin cepat dildo tersebut menerobos masuk vaginanya.

Jemari Andini meremas payudara Clara yang berukuran 34B. Memainkan putingnya yang mulai mengeras, memutarnya seakan ia sedang mencari saluran radio.

Sementara Clara dengan perlahan mulai menikmati setiap gesekan dildo dengan dinding vaginanya. Hingga akhirnya membuatnya dengan cepat mencapai orgasmenya, tubuhnya menggelinjang-linjang tak karuan.

"Oughkk..."

Seeeeeeerrrr...

Pantat Clara tersentak-sentak nikmat, ia merasa sangat puas karena di pagi hari ini ia kembali mendapatkan kenikmatan dari gurunya.

#######

Lagi-lagi Rayhan terlambat ke sekolah, dengan setengah berlari ia menuju kelasnya, tetapi ketika ia tiba di depan kelas, di sana sudah tampak Ustadzah Nurul yang sedang menulis di papan tulis. Ustadzah Nurul sengaja pura-pura tidak menyadari kehadiran Rayhan, sementara Rayhan yang merasa Ustadzah Nurul tidak melihat dirinya, ia dengan langkah berjinjit masuk kedalam kelas.

"Ray..." Panggil Ustadzah Nurul.

Langkah Ray terhenti, ia menoleh kearah Ustadzah Nurul yang sedang berkacak pinggang. "Mampus." Gumam Rayhan pasrah.

"Kemari, berdiri di sini." Suruh Ustadzah Nurul.

Dengan langkah gontai Rayhan berjalan menuju Ustadzah Nurul, lalu dia berdiri di samping meja Ustadzah Nurul. Sementara itu sahabatnya Niko dan Azam diam-diam mentertawakan teman barunya yang selalu saja terlambat setiap kali Ustadzah Nurul mengajar.

Rayhan tertunduk malu, ia tidak berani memandang Ustadzah Nurul.

"Kamu terlambat lagi? Sekarang apa alasannya?" Tanya Ustadzah Nurul, dia bersandar di sisi mejanya, dengan kedua tangan yang melipat diatas dadanya.

"Maaf Ustadzah!" Rayhan melirik wajah Ustadzah Nurul.

Sebenarnya Rayhan sangat mengagumi Ustadzah Nurul dengan kecantikannya yang alami. Tapi sayang Ustadzah satu ini sangat killer dan sering menghukumnya tanpa ampun.

Ustadzah Nurul menghela nafas, tampak payudaranya yang berukuran 36b berayun di balik gamis warna merah maroon yang ia kenakan.

Kemudian dia berjalan ke depan murid-muridnya, membelakangi Rayhan. "Ini adalah contoh siswa yang suka membangkang." Ujar Nurul kepada muridnya. "Kalian tidak boleh seperti dia, yang tidak tau aturan. Apa kalian mengerti?" Tanya Ustadzah Nurul kepada muridnya.

"Mengerti." Jawab mereka serempak.

"Bagus... Jadikan ini contoh dan jangan di tiru." Lanjut Ustadza Nurul. Kemudian Ustadzah Nurul berbalik menghadap Rayhan. "Hukuman kamu untuk hari ini membersihkan WC kantor sekolah." Ujar Nurul kepada Rayhan yang hanya diam saja.

Tapi di dalam hatinya Rayhan mendumel kesal. "Iya Ustadzah." Jawab Rayhan.

Kemudian Rayhan segera keluar dari dalam kelasnya, sementara Ustadzah Nurul kembali melanjutkan tulisannya diatas papan tulis.

#######

"Syifa!" Panggil Ria.

Asyfa menoleh kebelakang, ia melihat sahabatnya setengah berlari menghampiri dirinya. "Buruan Ria, kita udah mau terlambat ni." Pekik manja Asyifa.

"Kamunya jalan kecepatan." Protes Ria.

"Woi, jangan pada ngobrol buruan." Panggil Popi yang berjalan paling depan.

"Ini juga gara-gara nungguin kamu Pop!" Ria tidak mau kalah dari sahabatnya. "Tidur kok kayak kebo." Omel Ria, sembari menggandeng tangan Asyifa.

"Astagfirullah... Kok pada berantem, kita udah hampir telat, ayo cepetan." Pinta Latifah, diantara mereka Latifah memang paling dewasa, selain itu ia juga paling pintar di bandingkan dengan yang lainnya, sehinga ia selalu menjadi penengah, dan tempat bagi teman-temannya untuk bertanya.

"Iya Ustadza!" Goda mereka bertiga, lalu diiringi dengan tawa mereka.

Latifah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya yang terkadang mengesalkan, tetapi walaupun begitu bagi Latifa mereka adalah teman yang baik dan sangat perhatian di kala salah satu dari mereka berada dalam masalah.

Suka duka sudah mereka lalui bersama dari kelas satu SMP hingga kelas 1 SMA.

######

Suasana kantin pagi ini tampak sepi, maklum saja karena sebagian besar siswa dan guru saat ini masih berada dikelas masing-masing. Hanya ada beberapa guru saja yang tidak mengajar pagi ini, dan mereka adalah Ustadzah Andini, Ustadzah Hidaya dan Ustadzah Aisya.

Mereka bertiga sedang ngerumpi di kantin sekolah, sesekali mereka tampak cekikikan. Membuat Pak Saleh penjaga kantin semakin cepat mengocok penisnya.

Ya...
Pak Saleh memang bekerja menjaga kantin sekolah putri, sehingga ia sering menjadikan para santri maupun ustadzah sebagai objek onani nya.

"Suami kamu kapan pulang Ay?" Tanya Aisyah.

Aya yang sedang menyeruput minumannya, sejenak berhenti sesaat. "Katanya Minggu depan Syah!" Jawab Aya, ia terlihat tidak bersemangat.

"Kasihan yang sudah lama tidak di belai, hihihi..." Goda Andini, sembari mencolek dagu Aya, sementara yang di goda malah mayun.

"Kamu sendiri kapan Din mau nikah? Gak bosan apa sendiri terus?" Ujar Aisya, balik menggoda Andini.

"Gimana ya masih betah sendiri sih." Jawab Andini, sembari mengerlingkan matanya.

"Sok banget si kamu... Punya suami itu enak, ada yang ngurus dan perhatian." Jelas Aya, sengaja membuat Andini panas, karena diantara mereka hanya Andini yang belum menikah.

"Dengerin tuh!" Timpal Aisya.

Andini hanya tersenyum kecut mendengar ucapan sahabatnya yang selalu mendorongnya untuk segera menikah, mengingat usianya yang mulai memasuki kepala tiga.

Sebenarnya bukan Andini tidak mau menikah, tapi ia memiliki masa lalu kelam dengan seorang pria.

Jauh sebelum ia mengajar di sini, saat ia masih duduk di bangku kuliah. Ia pernah memiliki seorang kekasih yang amat sangat ia cintainya. Dia rela melakukan apapun demi pasangannya, bahkan menyerahkan kesuciannya, tapi yang terjadi ia malah di khianati oleh pasangannya.

Semenjak saat itu ia bertekad tidak ingin menikah lagi dan mengenal pria dewasa. Tetapi karena dorongan seksual yang besar, dan akibat kecanduan seks dari mantannya, membuat Andini akhirnya memiliki orientasi seks yang menyimpang. Ia lebih suka main dengan seorang perempuan atau anak laki-laki yang masih remaja, ketimbang menjalin hubungan dengan pria dewasa. Dan hal tersebut di ketahui oleh Hidayah yang memang sudah mengenal Andini dari mereka sama-sama kuliah.

"Dari pada punya suami tapi sering di tinggal, mending jomblo sekalian." Bela Andini, kini giliran Aya yang kena sindir.

"Hahahaha...." Tawa Aisya.

"Jangan ketawa, kalian itu sama aja, yang satu gak pernah merasakan orgasme dari suaminya, dan yang satunya lagi... Sering di tinggal!" Ledek Andini.

"Hmm..." Mereka berdua kompak berdehem.

"Hahaha..." Tawa puas Andini.

"Oh ya berarti sekarang kamu cuman tinggal berdua doang dengan Adik iparmu itu ya? Siapa namanya?" Tanya Aisya berusaha mengingat-ingat.

"Rayhan..." Jawab Andini.

"Giliran brondong aja hafal namanya." Celetuk Aisya, membuat Aya tertawa renyah.

Aya menyilang kan kakinya sehingga gamis bagian bawahnya terangkat dan membuat kaos kakinya yang berwarna coklat muda terlihat mengintip. Kemudian mereka berdua kembali asyik bercerita ngarol ngidul, hingga Aisya pergi meninggalkan mereka berdua.

Obrolan mereka kini sedikit lebih serius selepas kepergian Aisya. Karena memang diantara mereka berdua tidak ada lagi rahasia.

"Mau sampai kapan melajang Din!" Tanya Aya.

Andini menghela nafas berat, ia menegakan punggungnya sehingga bagian dadanya membusung. "Kamu tau kan Ay, masa laluku." Lirih Andini.

"Ya aku tau, tapi mau sampai kapan?"

"Apa masih ada orang yang mau menerima wanita seperti aku Ay?" Tanya Andini lagi.

Aya mengerti beban berat yang di pikul oleh sahabatnya, dan ia ingin sekali membagi beban itu. "Setiap manusia pasti punya masa lalu, tapi kita harus tetap menatap masa depan. Aku yakin pasti banyak pria di luar sana masih mau menerima kamu." Ujar Aya yakin.

"Mungkin." Jawab Andini ragu.

"Kamu masih berhubungan dengan anak itu?" Tanya Aya hati-hati, ia tidak ingin menyinggung perasaan sahabatnya. Walaupun ia tau apa yang di lakukan sahabatnya itu salah.

"Masih Ay!"

"Aku berharap kamu mau berubah." Ujar Aya.

Andini tersenyum kecil. "Oh ya Ay, soal Ray... Dia masih suka jelalatan?" Tanya Andini, ia memang tau kebiasaan Rayhan dari Aya.

"Iya, aku bingung Din."

"Bingung kenapa? Kalau kamu tidak suka kamu bisa menegurnya, atau mengadukan nya ke Suamimu, dengan begitu Ray pasti tidak akan berani lagi." Jelas Andini, Aya menghela nafas.

"Gak semudah itu." Jawab Aya, ia merasa sebenarnya Ray anak yang baik, hanya saja Rayhan kurang bisa menjaga matanya. "Aku gak mau gara-gara masalah kecil seperti ini Rayhan mendapat masalah yang besar, bagaimanapun juga dia anak yang baik, hanya saja...." Aya menggantung kalimatnya.

"Hanya saja dia suka jelalatan ke kamu, hehe..."

Aya ikut tertawa. "Benar... Makanya aku bingung." Jawab Aya.

"Aku tau, sebenarnya kamu sendiri suka Adikmu memperhatikan kamu, mengagumi tubuhmu!" Tembak Andini.

"Gak lah..." Spontan Aya.

"Jangan membohongi diri sendiri, sebagai wanita wajar kok kalau kita suka di perhatikan lawan jenis, apa lagi Suami kamu sangat jarang memperhatikan kamu! Kamu tidak salah kok Ay." Jelas Andini.

"Mana mungkin."

"Kalau memang benar kamu tidak suka, kenapa kamu bilang kalau ini masalah kecil? Itu artinya kamu tidak begitu mempermasalahkan kelakuan Adikmu." Jelas Andini.

"Bukan begitu, hanya saja..." Aya bingung melanjutkan ucapannya.

"Jujur untuk menjadi diri sendiri itu lebih baik." Ujar Andini.

######

Aisya melangkah cepat menelusuri jalanan setapak menuju sebuah toilet yang sudah lama tidak di gunakan. Selain karena bangunannya yang sudah tidak layak, jarak toilet tersebut juga cukup jauh dari asrama siswa maupun bangunan sekolah, sehingga toilet tersebut sudah tidak lagi di gunakan.

Dan kesanalah Aisya sekarang, sesekali melihat sekitarnya memastikan kalau tidak ada orang yang melihat dirinya menuju toilet tersebut.

Setibanya di toilet, Aisya membuka pintunya dan di sana sudah ada seseorang yang sudah menunggunya. Pria tersebut tersenyum senang melihat Aisya datang menghampiri dirinya.

"Kamu sudah gila!" Kesal Aisya.

Pria tersebut tidak memperdulikan protes Aisya, ia membelai wajah cantik Aisya dengan jemarinya. "Sungguh aku sangat merindukanmu." Ujar pria tersebut menggombali dirinya.

"Aku juga kangen kamu Mas Reza!" Jawab Aisya dengan raut wajah yang tersipu malu.

"Apa aku boleh mencium bibir ini?" Tanya Reza.

Aisya mengangguk malu. "Boleh... Yang punya lagi sibuk ngajar." Jawab Aisya, dengan senyuman yang ia kulum, membuat Reza makin gemas dengan tingkah Aisya yang binal dan sangat menggoda.

Perlahan Reza mulai mengecup lembut bibir manis Aisya, menghisapnya dengan perlahan. Sementara kedua tangannya melingkar di pinggang ramping Aisya, lalu turun menuju bongkahan pantat Aisya, dia meremas lembut pantat Aisya, membuat wanita berstatus istri orang itu menggelinjang keenakan.

Mereka bercumbu semakin mesrah, seakan melupakan status Aisya sebagai seorang Istri yang seharusnya menjaga kehormatan Suaminya.

"Mas..." Aisya menghentikan cumbuan Reza. "Aku gak punya waktu banyak." Ujar Aisya, tangannya turun menuju selangkangan Reza yang telah mengeras dibalik celana yang ia kenakan.

"Aku mengerti!" Jawab Reza.

Kemudian Aisya berjongkok di hadapan Reza, dengan perlahan ia membuka celana Reza dan mengeluarkan benda pusaka milik Reza yang telah berulang kali membuatnya orgasmenya.

Aisya sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa jatuh kedalam pelukan Reza. Padahal ia sangat mencintai Suaminya, tapi rayuan dan kejantanan Reza akhirnya membuat Aisya takluk, dan melepaskan kesetiannya yang selama ini selalu ia jaga.

Jemari Aisya yang terdapat cincin pernikahannya, tampak gesit mengocok kemaluan Reza. Sesekali ia mengecup kepala palkon Reza, menjilatinya dengan liar, dan menghisapnya dengan penuh birahi.

Setelah merasa cukup keras, Aisya segera melepas kulumannya. Kemudian ia berbalik menghadap kearah dinding toiletnya sembari mengangkat gamisnya, hingga tampak sedikit demi sedikit kulit mulusnya, dari betis naik ke paha, dan terakhir bulatan pantatnya yang tertutupi celana dalam seksi jenis g-string berwarna merah.

Dia menyibak kesamping celana dalamnya hingga bibir kemaluannya terpampang di hadapan Reza.

Telapak tangan Reza membelai pantat mulus Aisya, meremasnya dengan gemas, lalu jari telunjuknya menelusuri belahan bibir vagina Aisya yang dengan perlahan makin basah.

"Aahkkk... Mas... Aahkk..." Aisya mendesah panjang.

Reza berlutut di hadapan pantat Aisya, kemudian dia membenamkan wajahnya. Dia menciumi bibir vagina Aisya, menjilati clitorisnya dengan rakus, membuat gairah Aisya makin menggebu-gebu.

Pantat Aisya yang montok tampak bergoyang kekiri dan kanan, menandakan kalau wanita muda itu sudah sangat terangsang sekali.

Sluuuppsss... Sluuuppsss.... Sluuuppsss... Sluuuppsss.... Sluuuppsss.... Sluuuppssss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss....

Dengan sangat rakus Reza menjilati vagina Aisya hingga semakin membanjir oleh precumnya yang keluar makin deras, bahkan pantat Aisya mulai tersentak-sentak, dengan nafas yang memburu.

"Mas... Aahkk... Masukan sekarang! Aku mau kontolmu." Ujar Aisya dengan vulgar.

Tanpa di minta dua kali, Reza segera berdiri di belakang Aisya. Ia sedikit menarik pantat Aisya agar lebih condong kearahnya. Dengan perlahan ia menggesekkan penisnya di bibir kemaluan Aisya. Lalu dengan perlahan ia mendorong pinggulnya kedepannya, memasukan penisnya kedalam lobang surgawi Aisya.

Tubuh Aisya menegang, ia merasa liang senggamanya terasa ngilu setiap gesekan antara kulit penis Reza dengan dinding kemaluannya Aisya.

"Oughkk... Mas!" Desah Aisyah.

Reza semakin kuat mencengkram pantat Aisya, seiring dengan semakin cepat dan dalam sodokkan penisnya di dalam lobang vagina Aisya yang terasa sangat menjepit penisnya, membuat Reza merem melek keenakan, dan Reza tampaknya tidak begitu kesulitannya mengocok penisnya, karena terbantu oleh lendir kewanitaan Aisya yang keluar semakin banyak.

Sementara Aisya sendiri dengan perlahan semakin menikmati setiap hentakan penis Reza di dalam liang senggamanya. Keringat yang membasahi tubuhnya tidak menghalangi Aisya untuk segera menuntaskan hasratnya.

"Mas... Aku mau keluar." Erang Aisya.

Reza semakin cepat mengocok vagina Aisya. "Aku juga sayang..." Pekik Reza, wajahnya tampak mengeras ketika semburan lahar panasnya membuahi rahim Aisya.

######

Di dalam kelas seperti biasanya Reza lebih suka membebaskan anak didiknya untuk belajar sendiri-sendiri, tapi pada kenyataannya banyak dari mereka yang bermalas-malasan, bukannya menegur mereka, Reza malah duduk tenang di atas meja guru sembari memperhatikan murid-muridnya yang masih sangat muda dan menggairahkan.

Sebagai pria normal wajar saja kalau Reza menyukai mereka, dan menginginkan mereka. Terutama kepada anak didiknya yang cantik.

Dari sekian banyak muridnya, ada satu kelompok muridnya yang menjadi pusat perhatian Reza. Mereka bertiga duduk paling belakang, di pinggir tembok. Mereka adalah Clara, Santi, dan Vera. Mereka bertiga memang di kenal sangat nakal, bahkan Clara sempat gak naik kelas dua tahun yang lalu, bahkan tahun kemarin pun ia nyaris tidak naik kelas, karena kenakalannya.

Reza turun dari duduk nya, lalu ia berkeliling seakan ia memastikan kalau anak didiknya saat ini sungguh benar-benar sedang belajar. Kemudian ia memutar kearah mereka bertiga yang tidak menyadari kedatangan Reza.

"Ganteng banget..." Gemas Vera.

"Dengar-dengar Ustad Reza belum punya Istri loh?" Celetuk Santi. "Gue mau jadi Istrinya." Jawab Santi sembari cekikikan, ia tidak sadar kalau saat ini orang yang mereka bicarakan ada di belakang mereka.

"Mana mau dia sama orang jelek kayak elo!" Ledek Clara.

Santi tampak manyun. "Bodoh." Jawab Santi ketus, ia kesal karena di ledek oleh Clara. Diantara mereka Clara memang paling cantik.

"Hahahaha... Kasihaaan..."

"Gue kasih memek bakalan mau dia!" Celetuk Santi, mendengar ucapan Santi membuat mereka berdua kembali tertawa.

Tapi tawa mereka tidak bertahan lama, ketika Vera tidak sengaja melihat sosok ustad Reza yang sudah berada di belakang mereka. Begitu juga dengan Clara, tapi berbeda dengan Vera yang mendadak pucat pasi, Clara malah tersenyum manja.

Melihat tingkah mereka Reza hanya menggelengkan kepalanya, tapi ia tetap diam.

"Yakin mau ngasih itu?" Goda Clara.

Vera yang takut kalau Ustad Reza marah segera menyikut temannya. "Clara..." Gemas Vera, tapi yang di tegur malah makin memancing Santi untuk berbicara lebih vulgar.

"Apa si yang gak untuk Ustad tersayang, hahaha..." Tawa Santi girang. "Jangankan lobang memek, lobang belakang juga pasti gue kasih." Tambah Santi, sementara raut wajah Vera makin tegang.

"Kayak berani aja!" Celetuk Clara.

"Berani dong." Santi memutar pinggangnya setengah kebelakang sembari menyibakkan jilbabnya. "Siapa duluuuu dong, Saaaan... Ustad!" Gugup Santi, ketika ia melihat Ustad Reza yang sudah berada di belakang Santi dengan senyuman khasnya.

Ustad Reza hanya menggelengkan kepalanya, lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka, seakan ia tidak perduli dengan obrolan vulgar anak didiknya.

Sembari duduk di kursinya, Reza menatap mereka yang masih saja cekikikan, sementara Santi tampak malu-malu. Sesekali mereka beradu pandang, dan tampak Santi yang tersenyum malu. Melihat tingkah mereka, membuat penis Reza bergejolak hebat. Ia ingin sekali segera mendapatkan mereka, tapi Reza tidak ingin gegabah.

Tetapi walaupun begitu, Reza sudah tau siapa gadis pertama yang akan segera ia nikmati.

######

Dengan sangat terpaksa Rayhan harus membersihkan kamar mandi yang ada di kantor sekolah. Setelah hampir satu jam lamanya dia berkecamuk dengan hukumannya, akhirnya ia bisa bernafas lega setelah berhasil menyelesaikannya. Rayhan segera membawa peralatan bersih-bersihnya untuk di simpan kembali di gudang.

Tetapi saat ia memutar tubuhnya, ia tidak sengaja menabrak seseorang, hingga membuat orang itu jatuh dengan posisi terduduk.

Sialnya rok hijau yang ia kenakan tersingkap, sehingga Rayhan dapat melihat dalaman yang di kenakan oleh santri putri tersebut. Rayhan nyaris tertawa melihat motif Spongebob yang ada di celana dalamnya.

Siswa putri tersebut tersadar kalau roknya tersingkap, gadis mungil itu segera berdiri dan membenarkan roknya yang sempat tersingkap.

"Astagfirullah..." Ucapnya.

Wajah Asyifa memerah, ia merasa sangat malu atas kejadian barusan. Walaupun sebenarnya ia tidak benar-benar salah. Tetapi walaupun begitu Asyifa merasa sangat malu, karena tanpa sadar telah memperlihatkan dalamannya kepada Rayhan, sebuah pertemuan yang sangat memalukan.

Asyifa memalingkan wajahnya yang bersemu merah, seperti kepiting yang baru di rebus.

"Lain kali hati-hati ya!" Tegur Rayhan tanpa dosa.

Asyifa merenyitkan dahinya. "Seharusnya aku yang bilang begitu ke kamu." Kata Asyifa tidak mau kalah, Rayhan hanya tertawa kecil melihat Asyifa. "Kenapa tertawa ada yang lucu." Ujar Asyifa ia terlihat kesal.

"Spongebob!" Celetuk Rayhan.

Mata bulat Asyifa melebar, wajahnya tegang menahan malu bercampur marah. "Ka... Kamu!" Kesal Asyifa, ia ingin sekali menampar wajah Rayhan.

"Nama kamu siapa?" Rayhan menyodorkan tangannya, tanpa memperdulikan amarah Asyifa.

"Maaf bukan muhrim." Ujar Asyifa.

Kemudian Asyifa segera berlalu meninggalkan Rayhan yang masih berdiri di tempatnya. Sembari memandangi Asyifa ia tersenyum girang. Baru kali ini ia melihat seorang wanita yang tidak muda untuk ia taklukan.

Biasanya ia dengan muda bisa membuat wanita bertekuk lutut di hadapannya.

"Suatu hari nanti, aku akan membuat mu jatuh cinta kepadaku." Ujar Rayhan. Lalu sembari bersiul ia segera kembali ke kelasnya.

######

Di saat semua Santri sedang sibuk belajar di kelas mereka masing-masing, tetapi tidak dengan Aldo, Boris dan Jaka. Mereka bertiga dengan sengaja bolos sekolah dan menjadikan gubuk tua yang sudah tidak terpakai menjadi markas mereka.

Di sana mereka terlihat sedang merokok sembari membuka-buka majalah porno.

Tidak lama kemudian seorang Santri datang menghampiri mereka. Dilihat dari postur tubuhnya yang kecil, Santri tersebut sepertinya masih duduk di bangku SMP. Sembari menunduk ia masuk kedalam gubuk tersebut.

"Mana?" Tanya mereka.

Dengan tangan gemetar Aldi memberikan secarik kain segitiga berwarna merah kepada mereka bertiga. Yang di ambil oleh Aldi selaku pimpinan gank mereka. Aldi mencium aroma celana dalam tersebut membuatnya seperti orang yang sedang sakau.

"Wangi sekali memek Ustadza Erlina!" Gumam Aldo.

Dia mulai mengocok kontolnya tanpa berhenti mencium celana dalam Ustadza Erlina. Sementara Aldi, santri yang memberikan celana dalam tersebut ke pada Aldo tampak tertunduk marah, ia sangat kesal, tapi ia tidak berdaya di hadapan Kakak kelasnya.

Wajar saja kalau Aldi sangat marah, karena celana dalam itu milik Ibu kandungnya, yang dia ambil dan dia serahkan kepada Aldo. Walaupun ia tidak ingin melakukannya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, setelah ia ke pergok oleh mereka sedang beronani dengan celana dalam Ibunya.

Selama ini Aldi diam-diam sangat mengidolakan Ibunya, ia sangat suka menciumi celana dalam Ibunya. Karena ia takut ketahuan, Aldi sering melakukannya di luar rumah dan siapa yang menduga, ia akan ketangkap basah oleh mereka bertiga. Semenjak hari itu Aldi menjadi kaki tangan mereka, dengan sebuah ancaman foto dirinya yang sedang mencium celana dalam Ibunya.

######

Sengatan sinar matahari tidak menjadi penghalang bagi siswa Tunas bangsa, mereka masih tampak bersemangat menempah ilmu yang kelak akan sangat bermanfaat bagi mereka ketika dewasa nanti. Karena di sekolah ini, selain diajarkan ilmu umum, mereka juga diajarkan Ilmu Agama.

Pria berusia 60 tahunan itu tampak kagum dengan semangat yang di perlihatkan oleh para siswa Tunas Bangsa. Setelah puas memandangi kelas-kelas yang terlihat penuh, Pak Bejo kembali melanjutkan langkahnya menuju salah satu rumah yang ada di komplek sekolah tersebut.

Setibanya di depan rumah Pak Bejo segera memanggil sang pemilik rumah.

"Assalamualaikum." Panggilnya.

Tidak lama kemudian seseorang membukakan pintu rumahnya. "Waalaikumsalam." Jawab si pemilik rumah, yang terlihat cantik dengan gamis sederhana khas wanita rumahan.

Saat tau siapa yang datang, membuat wajah wanita tersebut pucat pasi. Ia tampak tidak suka dengan kehadiran sang Bapak.

Tetapi sebagai tuan rumah, dan bentuk hormatnya kepada orang tua Nurul terpaksa bersikap sopan kepada Pak Bejo untuk mempersilahkannya masuk. Dengan senang hati Pak Bejo masuk kedalam rumah tersebut yang terbilang cukup mewah untuk lingkungan Sekolah.

Dari belakang, ekor mata Pak Bejo tidak lepas dari bulatan pantat Nurul yang melenggak-lenggok kekiri dan ke kanan bak peragawati yang berjalan diatas panggung.

"Sudah lama sekali saya tidak ke sini!" Ujar Pak Bejo. Ia menjilati bibirnya yang hitam. "Sungguh cantik sekali dirimu, betapa beruntungnya putraku bisa memperistri dirimu." Bisik Pak Bejo di dalam hatinya, setelah enam tahun tidak bertemu, siapa sangka kalau Istri anaknya ini tetap sangat cantik.

Nurul segera mempersilakan Pak Bejo untuk duduk. "Silakan duduk Pak, aku buatkan minuman dulu." Ujar Nurul, lalu ia berlalu meninggalkan Pak Bejo diruang tamunya, sementaranya ia segera ke dapur.

Tidak terasa sudah 6 tahun mereka tidak bertemu, dan selama itu juga Pak Bejo yang tak lain adalah mertua Nurul mendekam dalam penjara, karena kasus pemerkosaan dan penganiayaan yang di lakukan Pak Bejo terhadap salah satu Istri anaknya. Akibat kasus yang menimpah Pak Bejo, membuatnya di benci oleh anak-anaknya, kecuali Ardi, Suami dari Nurul.

Selama ini Ardi sering bolak balik ke penjara untuk menjenguk Bapaknya. Ia merasa kasihan terhadap Bapaknya, oleh sebab itu ia berpesan kepada Bapaknya kalau keluar nanti untuk tinggal dirumah mereka.

Sehingga wajar saja kalau saat ini Nurul menjadi sangat khawatir, ia takut kasus tersebut kembali terulang kepada dirinya.

"Ini di minum Pak!" Ujar Nurul.

Pak Bejo tersenyum. "Terimakasih Nduk!" Jawab Pak Bejo, ia meminum teh buatan menantunya sembari menatap wajah cantik Nurul, walaupun usia Nurul saat ini sudah tidak muda lagi.

"Sama-sama Pak!" Jawab Nurul seraya tersenyum.

Pak Bejo meletakan kembali cangkirnya. "Dimana cucu dan anakku?" Tanya Pak Bejo.

"Aziza mungkin masih di sekolah,, nanti akan saya kasih tau kalau Bapak ada di rumah. Kalau Abi mungkin nanti sore dia pulang." Jawab Nurul, ia berusaha seramah mungkin. Pak Bejo menganggukkan kepalanya bertanda kalau ia mengerti. Mereka mengobrol cukup lama, tentang kehidupan Nurul dan anaknya. Ia sangat senang ketika mendengar cucunya yang tumbuh menjadi anak remaja, ia yakih kalau Aziza akan secantik Ibunya, tappi ia sedikit merasa sedih, karena belum bisa langsung bertemu dengan cucunya.

Sembari mengobrol, mata tua Bejo tidak henti-hentinya memandangi lekuk tubuh Nurul. Di usia Nurul yang sudah memasuki kepala empat, tidak ada tanda-tanda kerutan di wajahnya, bahkan ia terlihat semakin matang.

Bentuk tubuh Nurul juga tidak berubah dari terakhir ia melihatnya. Tetap kencang dan sangat menggoda.

Di dalam benaknya Pak Bejo sudah merencanakan niat jahat untuk mendapatkan Istri dari putranya. Ia berencana menjadikan Nurul sebagai pemuas nafsu birahinya.

#######

Setibanya di rumah, Rayhan segera menghempaskan tubuhnya diatas sofa rumah Kakaknya. Ia mengangkat kedua kakinya diatas meja, seandai saja saat ini ada Saudaranya, tentu ia akan di marahi habis-habisan karena posisi duduknya yang kurang ajar.

Rayhan menghela nafas panjang, sembari memejamkan matanya. Karen kelelahan Rayhan sempat terlelap beberapa menit.

Tapi tidak lama kemudian ia terbangun dari tidurnya karena desakan alam yang memaksanya untuk segera menuntaskannya didalam kamar mandi. Ia segera menuju kamar mandi, dan membuka pintu kamar mandi selebar mungkin, ketika pintu terbuka, ia di kaget kan dengan sesosok wanita yang tengah duduk di closed.

"Astaghfirullah..." Kaget Rayhan.

Bukan hanya Rayhan yang kaget, Ustadza Andini juga sempat terkejut melihat sosok Rayhan yang berada di depan pintu kamar mandi. Tapi Ustadza Andini dengan cepat menguasai dirinya, sehingga ia tidak sampai berteriak, bisa bahaya kalau ia berteriak sehingga suara terdengar oleh sahabatnya Aya yang berada di dapur.

Bukannya segera pergi, Rayhan malah mematung sejenak, kedua kakinya seakan terpaku di lantai, hingga sangat sulit ia gerakan. Sementara bola matanya menatap nanar kearah vagina Andini yang dicukur habis.

Seeeeerrrr.... Seeeeeeeeeerrrr.... Seeeeeeeeeerrrr.... Seeeeeeeeeerrrr...... Seeeeeeeeeerrrr....

Terdengar sayup-sayup suara air kencing Andini yang jatuh kedalam closet, dan Rayhan dapat melihat jelas bagaimana air kencing Andini keluar bagaikan air mancur yang ada di kolam ikan. Mata Rayhan terbelalak, ia tidak menyangkah kalau akan mendapatkan durian runtuh seperti saat ini.

Sadar kalau saat ini adik ipar sahabatnya sedang terpesona oleh selangkangannya, membuat Andini semakin ingin menggodanya. Sebagai wanita Andini merasa bangga kalau ada anak remaja seperti Rayhan mengagumi dirinya.

Ia dengan sengaja mengangkat satu kakinya diatas closet sehingga Rayhan dapat melihat jelas belahan bibir vagina miliknya yang kemerah-merahan. Tampak celana Rayhan di bagian selangkangannya mulai mengembung membentuk tenda, menandakan kalau pemuda itu sudah terangsang.

Cukup lama Rayhan menikmati pemandangan yang ada di hadapannya, hingga akhirnya terdengar suara Kakak iparnya sedang memanggil Ustadza Andini. "Din... Kamu sakit perut ya?" Panggil Aya.

Mendengar suara Kakak Iparnya membuat Rayhan tersadar, ia bergegas meninggalkan kamar mandi dan melupakan niatnya yang ingin buang air kecil.

Sementara Andini tersenyum kecil, ia senang karena telah berhasil menggoda Rayhan. Tapi tentu saja ini belum selesai, ia memiliki sebuah rencana untuk membuat Rayhan menjadi miliknya.

########
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd