Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.

Black_kapatuli

Semprot Lover
Daftar
6 Oct 2019
Post
266
Like diterima
6.589
Bimabet
Mohon izin buat jajaran admin, momod dan Supmod, serta suhu-suhu di mari untuk membuat satu cerita yang biasa saja.


31e9c21329527883.jpg


:ampun::ampun::ampun:
 
PROLOG


Persimpangan jalan bertata lampu-lampu yang menerangi jalan, suasana di sepanjang jalan berderet bangunan-bangunan dengan papan nama berhiaskan lampu. Kendaraan roda empat di setiap parkiran gedung saling berdempetan menandakan jika setiap tempat sedang ramai oleh para pengunjung.

Masyarakat sini bahkan seluruh penduduk ibu Kota sering menyebut daerah ini dengan sebutan Jambu Besar. Para lelaki hidung belang baik yang berduit maupun yang hidupnya pas-pas-an kerap kali mengunjungi tempat ini untuk melampiaskan nafsuh birahi mereka.

Di antara para pejalan kaki yang berlalu lalang di jalan, salah seorang pria memakai jaket hitam dan topi sedang berjalan melewati salah satu tempat sambil menunduk seolah ingin menyembunyikan wajahnya agar tak ada yang mengenalnya.

Dari arah berlawanan seorang pria bertubuh besar sedang melihat ke kiri dan kanan. Kesibukannya yang seperti ingin memilih tempat yang pas, tanpa di sadari ia bertabrakan bahu dengan pria bertopi.

Bugh !

“Maaf mas,” ujar si pria bertopi.

“Makanya kalau jalan pake mata,” bukannya menerima permintaan maaf si pria bertopi, justru dia malah memberikan kalimat yang tak menyenangkan.

“Iya maaf mas,”

“Sudah sudah sana pergi.” Karena tak ingin repot mengurusi pria bertubuh besar tersebut, maka ia pun segera berjalan.



Ia berjalan semakin menjauh. Jauh meninggalkan tempat keramaian yang di kelilingi oleh gemerlap prostitusi ibu Kota. Bukan faktor kesengajaan ia berada atau melewati tempat itu, karena sejujurnya ia tak tahu kemana arah yang akan ia tuju.

Hingga ia tiba di sebuah gang sempit. Minim pencahayaan akan tetapi kedua indra pendengarnya menangkap suara yang tak semestinya ia dengar. Teriakan seorang wanita yang sepertinya sedang mendapatkan masalah.

“Tolong jangan sakiti saya.”

“Haha kami gak bakal nyakitin lo kok, kecuali lo diam aja... cukup menikmatinya saja.”

“Haha...”

“Tolong hiks... hiks... hiks.”

“Percuma lo nangis neng, gak bakal ada yang nolongin lo.”

Sepertinya seorang wanita yang sedang mendapatkan bencana. Sial apa dia, hingga berhadapan dengan tiga pria yang sedang mabuk. Ini bukan urusan si pria. Biarkan kejahatan di negara ini tetap seperti ini. Karena sudah semestinya orang jahat akan selalu berada di tingkat tertinggi rantai kekuasaan di negara ini.

Maka ia bergegas berjalan ke samping meski ia sempat melihat wajah si wanita yang masih memohon pengampunan terhadap ketiga pria yang sedang lapar dan ingin segera menuntaskan hasrat birahinya.

Bukan karena ketakutan yang menderanya. Bukan juga karena ia tak mampu untuk menolong wanita tadi. Semua karena ia tak ingin berada di kondisi yang sama seperti 5 tahun yang lalu.

Kondisi yang telah berapa nyawa ia lenyapkan. Melenyapkannya bukan karena faktor kesengajaan, bukan pula karena sebuah kejahatan. Melainkan tuntutan pekerjaannya yang mengharuskan melakukan semua itu.

Hingga suatu kejadian yang mengharuskan dirinya meninggalkan semua itu.



Meninggalkan organisasi Militer gabungan negara-negara lain yang bernama ‘BLACK KAPATULI’. Dulunya ia seorang perwira militer yang bekerja untuk menjaga perbatasan negara yang setiap saat terjadi peperangan. Gerakan yang di lakukan oleh Organisasi mereka di beri nama gerakan perdamaian dunia. Namun naas, ia harus kehilangan seorang sahabat terbaiknya. Kehilangan kepercayaan oleh negaranya sendiri, juga kehilangan orang-orang yang ia sayangi.

Padahal ia adalah satu-satunya terbaik dari yang terbaik yang di miliki oleh negara ini. Keahliannya dalam bela diri, keahliannya dalam menggunakan berbagai senjata, juga kemampuannya dalam membuat strategy perang. Namun semuanya seperti tak di manfaatkan oleh negara ini, dan memberikannya mimpi buruk sebagai seorang buronan di setiap negara.



DOORR !!!

Timah panas meluncur cepat keluar dari lubang moncong Pistol Glock mengenai sasaran dengan tepat. Membuat satu lubang tepat di tengah-tengah jidat seorang pria bernama Ronald.



“Hosh ! Hosh ! Hosh !” pria bertopi sedang berlari dengan kencang ketika mengingat kejadian kelam. Memory yang tak akan pernah hilang dari tempurung kepalanya.

Jika saja waktu dapat di ulang, ia jauh lebih memilih untuk lebih dulu pergi. Memilih untuk meninggalkan dunia kelamnya agar sahabatnya bernama Ronald tidak bernasib buruk.

Tapi-

Dia telah berjanji, dan janjinya itu pun yang hingga sekarang belum dapat ia laksanakan.



Pria yang mempunyai nama asli ‘AKSAN WILARDI’, kini hidup dengan kesendirian. Kini hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Hidup yang ia jalani hanya demi satu tujuan, adalah penuntutan balas terhadap orang-orang terkait yang membuat hidupnya seberantakan sekarang ini.
 
CHAPTER 1



Ronald dan Aksan! Adalah dua sahabat yang beberapa tahun lalu berhasil menamatkan akademi militernya, bersama-sama terpilih menjadi Pasukan Khusus militer negara ini.

Persahabatan mereka terbangun sejak berada di bangku Sekolah Menengah Atas. Ronald yang berbeda kepribadian dengan Aksan, selalu saja mempunyai kelebihan dari Aksan. Ronald sangat supel, ceria, dan juga ramah terhadap orang lain. Berbeda dengan Aksan yang cenderung lebih pendiam. Kepiawaiannya dalam mengolah kata yang membuatnya sering dekat dengan berbagai gadis. Salah satunya yang hingga sekarang masih awet hubungannya, adalah Lita.

Namun lebih dari semua itu, otak Aksan lebih cemerlang di bandingkan Ronald. Kemampuannya dalam segala hal, kecuali menaklukkan hati wanita. Aksan lebih unggul. Terbukti dengan semua kemampuannya sebagai seorang anggota militer, Aksan saat ini mempunyai pangkat lebih tinggi dari Ronald.



Teringat kejadian kala itu. Tepat tanggal 14 Februari. Ronald dan Lita sedang bersama menuju sebuah cafe yang kerap kali mereka jadikan tempat kencan. Adalah tempat favorit si gadis.

“Kak Aksan dimana?” Lita bertanya ke Ronald saat mereka tiba di cafe. Menanyakan keberadaan Aksan malam ini.

“Paling bentar lagi nyariin kok. Haha !” Jawaban Ronald di balas Lita dengan melempar senyum.

“Emangnya kak Aksan seriusan belum mau nyari cewek, kak?” tanya Lita selanjutnya.

“Yaah begitulah sayang” kata Ronald. “Lagian apa iya ada cewek yang mau sama tuh anak? Haha !”

“Ihh kok gitu sih kak, gitu juga kan kak Aksan sahabat kakak.”

“Hahahaha udah ngapain bahas dia”

“Iya juga sih, hehe.. btw, tumben beberapa pekan kakak gak dapat misi lagi?”

“Belum ada kejahatan kali sayang” Ronald menjawab seadanya saja. Karena dia yakin jika membahas pekerjaannya saat bersama kekasihnya, maka akan selalu di akhiri dengan suasana baper.

“Semoga saja gak pergi lagi.” Lita bergumam, terdengar helaan nafas yang berat. Pandangannya kosong ke arah pintu masuk cafe.

“Hahaha ! sesuatu yang mustahil atuh yank!” Melihat kekasihnya yang terbawa suasana, maka Ronald mencoba untuk tertawa. Meski terdengar garing, namun sukses mengalihkan perhatian Lita.

“Au ah.”

“Udah udah, gak usah ngambek gitu. Btw, pesan dulu yuk”

“Kakak aja yang pesan, Lita ngikuti aja.”

“Oke.”

Mereka menyempatkan untuk memesan kepada pelayan cafe makan dan minuman.

Di tengah-tengah obrolan mereka, tiba-tiba sosok yang sejak tadi mereka selipkan dalam obrolan muncul.

“Lah... Tuh orangnya.”

“Hai kak Aksan.”

“Hi Lit, ganggu gak?” tanya Aksan ketika tiba di meja sepasang kekasih itu.

“Heheh gak kok kak, lagian kami sedang nyariin kakak. Iya kan kak Onald?” panggilan Onald adalah panggilan akrab Ronald.

Aksan sengaja melirik ke Ronald. Senyum menyeringai tersirat di wajah pemuda itu.

“Oh ya kak, tau dari mana kalo Lita dan Kak Onald ada disini?”

“Yahh Lit, tempat kalian itu Cuma satu. Makanya aku tau jika kalian akan ke sini malam ini.” Kata Aksan memberikan jawaban atas pertanyaan Lita. Aksan menarik bangku lalu duduk di samping Lita, berhadapan dengan Ronald.

“Hehehe ketahuan deh.” Celetuk Lita.

“Boleh duduk kan?”

“Yaelah nyet, udah duduk saja gak usah sungkan.” Balas Ronald.

“Kalian sudah pesan?” tanya Aksan.

“Sudah... tuh pesanan kami kayaknya,” tunjuk Ronald ke pelayan yang sedang berjalan membawa nampan di tangan kanan mengarah ke meja mereka.

Setelah pelayan mengaturkan pesanan di atas meja, “Ada tambahan lagi?” lalu pelayan itu pun bertanya, ketika melihat ada orang lain selain Ronald dan Lita yang di awal tiba.



“Air mineral dingin, mba.”

“Cie cie yang tau banget apa yang biasa di pesan ma kak Aksan.” Lita mencibir ke Ronald ketika menyebutkan apa yang akan di pesan oleh Aksan.

“Hahahaha.. kan sudah kebiasaan dia sayang, minumnya kalo bukan air mineral dingin, paling es teh manis.”

Setelah bercanda sejenak, Ronald dan Lita melanjutkan menyantap makan malam. Sedangkan Aksan hanya asyik dengan ponsel pintarnya.

Selesai makan, Aksan menyadari jika dirinya akan menjadi pengganggu kencan sepasang kekasih itu, maka berniat untuk berpamitan.

“Mau kemana nyet?” tanya Ronald saat Aksan berdiri dari duduknya.

“Gak mungkin kan, saya menjadi obat nyamuk lagi.”

“Ya elah santai napa.” Balas Ronald.

“Gak lah, kebetulan juga saya lagi ada urusan kok.”

“Paling urusan berdiam diri doang lo mah.” Balas Ronald, mengetahui dengan jelas kebiasaan sahabatnya selama ini.

Aksan hanya menggidik bahunya.

“Udah ya, saya tinggal dulu.” Kata Aksan.

“Hati-hati kak, mugi-mugi di jalan nemu cewek cantik. Biar kakak gak jomblo terus. Haha !” kata Lita melempar candaan ke Aksan.

“Nyaho lo.. haha !”



Baru berjalan dua langkah, ponsel Aksan berdering. Aksan lalu meraih ponsel dan melihat nama si penelfon. Aksan lalu menoleh ke Ronald saat mengetahui siapa yang menelfonnya saat ini.

“Bro !” panggil Aksan ke Ronald.

“Yahh kenapa?”

“Komandan telpon,”

“Berarti ada yang urgen” kata Ronald karena mengetahui kebiasaan komandan mereka, jika saja komandannya menelfon maka ada hal yang penting yang harus segera di jalankan.

Aksan hanya mengangguk membenarkan yang di katakan oleh Ronald. Kemudian ia menjawab panggilan telfon penting tersebut.

“SIAP! Selamat malam ndan”

Berbeda dengan Ronald. Bersamaan pula ponselnya berdering saat Aksan masih sibuk mengobrol di telfon.

“Kak...” kata Lita mengingatkan ke Ronald. Ekspresi sendu di tunjukkan Lita, tiba-tiba saja dadanya terasa sakit. Perasaan yang tak mengenakkan, hal yang sudah cukup lama ia tak alami.

“Kantor menghubungi, wait ya sayang !” Lita hanya mengangguk pelan di hadapan Ronald.

Sebelum menjawab telfon, Ronald sempatkan melempar senyum kepada sang kekasih.

“SIAP, selamat malam.” Kata Ronald dengan tegas menjawab panggilan telfon dari markas besar militer.

“Lapor, semua unit TIGER BOLT segera berkumpul di markas. A108 ! Segera...” sang operator berbicara dari sambungan telfon, menyebut code 108 yang artinya adalah code yang harus di jalankan segera.

“SIAP ! Laporan di terima, 15 menit lagi saya tiba di markas.” Kata Ronald.



“SIAP NDAN ! 5 menit lagi saya tiba di markas.” Bersamaan terdengar juga suara Aksan.

Aksan dan Ronald saling berpandangan.

“A108 !”

“A108 !” lalu, Ronald dan Aksan menyebut code tersebut hampir bersamaan.

Keduanya menoleh bersamaan ke Lita.

“Again ?” tanya Lita. Ekspresinya semakin tertekuk, goresan yang di landa kesedihan. Biar bagaimana, hari ini adalah hari special bagi mereka berdua. Yang adalah hari jadian mereka yang ke-4 tahunnya.

“Maaf sayang !” Ronald hanya bisa melempar kata maaf, karena beribu alasan pun tak akan mampu mengembalikan suasana hati Lita yang ceria seperti tadi.

Melihat Ronald yang akan mencoba untuk membujuk Lita, maka Aksan pun tak ingin mengganggu, meminta berpamitan.

“Bro, saya duluan yah... saya janji 5 menit harus tiba di markas.” Aksan menyela di tengah-tengah obrolan Ronald yang meminta maaf ke Lita.

“Oke ketemu di sana.” Balas Ronald menoleh sejenak.

Kejadian yang sama terulang lagi. Hari yang begitu special, mengharuskan Ronald pergi menjalankan tugas negara meninggalkan Lita dengan kesendiriannya.

Sebelum balik markas, Ronald menyempatkan mengantarkan Lita kembali ke rumah. Berbeda dari sebelum-sebelumnya, entah mengapa perasaan Lita malam ini sangat tidak mengenakkan. Perasaan seperti akan terjadi sesuatu, terlihat jelas genggaman tangan Lita yang sangat kuat di tangan Ronald.

“Kak, kapan semua ini berakhir?”

“Kakak gak bisa jawab lit, tapi kamu harus yakin kalo saya akan selalu baik-baik saja.”

Tarikan nafas panjang, pun mengiringi perpisahan mereka. Kesedihan yang meliputinya tak akan mampu hilang dalam waktu dekat. Wajah yang cantik, nan ceria tak akan pernah lagi terlukiskan hingga sang kekasih berdiri kembali di hadapannya dengan keadaan sehat wal-afiat.



-000-



“Hash ! Hash ! Hash !” Aksan baru saja terjaga dari tidur.

Suara sang ayam pejantan terdengar samar-samar. Sedangkan Azan subuh belum di perdendangkan di mesjid sekitar, namun kebiasaan seorang Aksan lebih dulu terjaga dan tak akan pernah balik tidur lagi seperti semula. Dia akan memulai beraktivitas sepagi ini.

Aksan berganti pakaian menggunakan hoodie hitam bertudung menutup kepalanya. Celana berbahan karet pun berwarna hitam, tanpa melupakan masker penutup wajah. Aksan keluar dari gubuk tempatnya tinggal selama berada di negara ini, untuk memulai berolah raga sepagi ini.

Berlari sekuat tenaga tanpa menghiraukan sekitar. Karena tempat dia tinggal jauh dari kota, maka waktu sekarang ini sangat jarang kendaraan berlalu lalang. Hidup penuh dengan kesendirian, Aksan mulai terbiasa.

Beberapa saat Aksan merasa seperti ada seseorang yang mulai mengikutinya dari belakang. Aksan mulai mempercepat gerak kedua kakinya untuk berlari.

Aksan berlari menuju ke daerah yang banyak pepohonan. Bukan hutan, melainkan tanah lapang yang di penuhi pohon-pohon rimbun di sana. Aksan lalu berputar arah dan menghentikan kegiatannya sesaat. Tak lupa untuk memasang insting jika saja ada ancaman yang akan ia hadapi.



Rupanya tak ada siapa-siapa disana. Mungkin saja hanya orang yang lewat atau bahkan ikut berolah raga seperti Aksan sepagi ini. Maka Aksan memasang sikap biasa berjalan keluar dari tempat itu.

Ketika Aksan mulai keluar dari tanah lapang, berdiri sesosok gadis menatap tak jauh darinya.

Aksan menyadarinya jika si gadis memperhatikan dari kejauhan. Maka Aksan meliriknya sesaat, lalu berlanjut berlari ke arah berlawanan. Rupanya perhatian Aksan terganggu lagi, ketika mengetahui si gadis mengikutinya dari belakang. Sedang bersusah payah mengejar langkah Aksan dari kejauhan.

Dengan gerak cepat Aksan berputar melewati dua pohon besar, tanpa gadis itu sadari posisi Aksan sudah berada di belakangnya berjarak 5 meter.

Aksan meraih sesuatu dari pinggangnya. Sebuah belati tajam untuk berjaga-jaga dari ancaman yang mungkin akan datang sebentar lagi. Mungkin gadis itu ancaman baginya, mungkin juga ada orang lain.

Lalu –

Gadis itu berhenti berlari ketika menyadari pria yang ia kejar tak lagi tampak di hadapannya.



“Kenapa anda mengikuti saya?” Aksan lalu bertanya setelah ikutan berhenti melangkah.

“KYAAAAA! Eh kenapa lo bisa di belakang gue?” gadis itu terkejut, sempat berteriak kaget sambil berbalik ke belakang.

“Siapa anda?”

Gadis itu menyipitkan kedua matanya menatap ke Aksan. “Lo hantu ya?”

“Anda belum menjawab pertanyaan saya, kenapa anda mengikuti saya, dan siapa anda?”

“Gue gak ikutin lo, kok! Pede banget cuih !”

“Oke !” Aksan lalu berbalik, dan berlari kencang meninggalkan gadis itu yang berdiri bingung.



“Lah dia pergi... Pufhhh !” gadis itu mendesah lelah, berat nafasnya tertarik, dan menyadari jika dia berada sendirian di tempat sesunyi ini. Tubuhnya bergidik, lalu – “Kyaaaaaa ! Kabuuur ahhhhhh!”



Melewati beberapa pepohonan, tiba-tiba si gadis di kejutkan lagi oleh keberadaan Aksan yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Bugh ! gadis itu tak dapat mengontrol kedua kakinya, hingga tubuhnya bertabrakan dengan tubuh Aksan.

Sontak si gadis terkejut, dan membelalak kedua mata.

“KYAAAAAA ! HAAAANTUUUUUUUUUU !”
 
CHAPTER – 2



Hosh ! Hosh ! “Untung saja gue cepet-cepet kabur. Hufh ! Sial apa sih gue nih, pagi-pagi gini bisa ketemu hantu cowok ganteng. Ihhh !” Gerutu seorang gadis yang baru saja berhenti berlari. Nafasnya terdengar ngos-ngosan. Tubuhnya bungkuk kedua tangan memegang di lutut. Pipinya kembang kempis mengeluarkan udara dari dalam mulutnya.

Tubuhnya bergidik ketika mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Pakaian olah raga yang ia gunakan sudah basah oleh keringatnya sendiri. Beberapa bagian tubuhnya tampak transparan, juga pakaian dalam berwarna hitam (Bra)-nya pun samar-samar terlihat. Untung saja suasana di sekitarnya masih sepi, jika tidak maka sosok gadis cantik bergigi ginsul ini akan menjadi perhatian oleh para lelaki hidung belang.

Merasa cukup, si gadis berdiri kembali dan sempat menolehkan kepala ke arah belakang. “Sepertinya tuh hantu gak ngikutin gue lagi sampai ke sini. Hi hi hi !”

Sekali helaan nafas, si gadis memutuskan untuk berjalan menuju ke parkiran mobil yang tak jauh dari posisinya sekarang ini. Ketika ingin membuka pintu mobil, ponselnya berdering.

“Hadeh nenek sihir nelfon lagi.” Si gadis kembali menggerutu sendiri ketika melihat nama si penelfon tertera di layar ponselnya. “Halo ya kak, what happend?” tangan kanan memegang ponsel yang menempel di telinga, sedangkan tangan kirinya membuka pintu mobil.

“Dinda kamu dimana?” Panggilan si gadis adalah Dinda. Bernama lengkap Dinda Raharjo. Putri kedua dari 5 orang terkaya di negara ini. Gadis cantik yang selalu saja menjadi nomor dua di keluarganya, mempunyai kakak yang selalu ia sebut dengan panggilan ‘Nenek Sihir’ bernama Alinda Raharjo.

Dinda dan Linda, adalah dua gadis cantik yang selalu menjadi sorotan media masa karena kecantikan keduanya. Juga jadi incaran oleh para pengusaha negara ini bahkan negara tetangga. Menjadi incaran untuk di jadikan pendamping hidup.

“Di jalan mau pulang rumah,” jawab Dinda kepada Linda yang menelfonnya.

“Kamu itu, kakak selalu bilang kalau keluar rumah jangan sendiri.. kamu tau kan, kalau keluarga kita sedang menjadi target oleh musuh-musuh bisnis keluarga?”

“Jiahhh kak, kenapa sih jadi orang kok penakut banget.”

“DINDA ! kamu itu –“

“Sudah lah kak.. Dinda masih bisa jaga diri kok, lagian Dinda kan keluar gak jauh dari rumah kok.”

“Kamu itu kalau sudah terjadi, baru deh bakal menyesal”

“Kalo terjadi, yah terjadilah toh kak. Hehehehe !”

“Grrrrr –“

“Dah ah, Dinda mau pulang sekarang byeee kakakku yang cerewet”

Selesai memutus sambungan telfon dengan Linda, Dinda sempat menghela nafas sesaat sebelum ia menjalankan mobilnya. Dan dari kejauhan, tampak sosok pria menggunakan hoddie menatap tanpa berkedip ke suatu arah.

Bukan arah mobil Dinda yang pergi menjauh. Melainkan dua sosok memakai pakaian serba hitam yang sedang memperhatikan sejak tadi ke arah mobil tersebut.



-000-



Hidup dalam kesendirian membuatnya mulai memikirkan untuk mencari pekerjaan. Karena perut dan juga kebutuhannya sehari-hari memaksakan dirinya untuk keluar dan berbaur di luar sana.

Maka pria bernama Aksan Wilardi mulai mengeluarkan beberapa pakaian bersihnya yang telah lama tak pernah ia pakai, dan berjalan menuju ke sebuah cermin. Sudah saatnya lah dia mencari pekerjaan, juga sudah saatnya lah ia keluar dari tempat kegelapan. Karena menurut Aksan, semua orang di dunia ini mempunyai urusan masing-masing hingga tak akan dapat melihat berita beberapa tahun yang lalu yang memberitakan akan suatu kejadian kala itu. Berarti Aksan bukanlah orang yang dapat di kenal oleh khalayak orang banyak. Tapi tetap saja, Aksan selalu memasang kewaspadaan penuh, jika saja adanya ancaman yang mendekat maka Alan tak akan segan-segan untuk bereaksi.

Bercukur rambut dengan alat ala kadarnya, juga membersihkan badan di kamar mandi. Aksan telah siap untuk menghirup udara di luar sana. Kehidupan di luar sana, yang penuh dengan kemunafikan.

Tak lupa Aksan menggunakan topi, kemeja hitam dengan jaket kulit berwarna hitam. Aksan berjalan menjauh dari tempat persembunyiannya.



-000-



Sebuah gedung appartemen yang terletak dibilangan Jakarta. Seorang pria dengan berperawakan tinggi, menggunakan kaos berwarna hitam, celana jeans dan masker penutup wajah. Sedang membersihkan pelataran parkir. Pria yang pagi tadi mendapat pekerjaan sebagai Cleaning Service – adalah Aksan Wilardi.

Terlihat Aksan sangat cekatan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Bahkan terlihat dia sangat menikmatinya.

Dari arah kejauhan, seorang pria sedang berjalan mendekat.

“Mas Wi ini sudah larut malam, kenapa masih kerja juga?” ternyata yang datang adalah seniornya di bagian CS.

“Hehe iya mba, kebetulan tinggal dikit lagi.”

“Sudahlah, istirahat aja dulu. Kan masih ada waktu besok untuk lanjutin kerjaan mas Wi.”

Aksan hanya tersenyum saja, namun tak menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyeka dinding besi pembatan parkir VIP.

5 menit lamanya mereka berdua berbasa-basi, maka wanita itu berpamitan ke Aksan untuk lebih dulu pulang.

Aksan menyempatkan berhenti sejenak untuk menikmati sebatang rokok. Bersandar di sudut parkir, menikmati tarikan demi tarikan hisapan rokok filter miliknya hingga ia menyentil puntung rokok tak jauh darinya. “Oke, waktunya bekerja kembali Aksan.” Ia bergumam, lalu dengan santai berjalan menuju ke pintu masuk pekerja.

Ia bermaksud untuk membersihkan koridor lantai basement saat ini.

Ketika tiba, terlihat 4 orang pria berjas hitam dan menurut Aksan seperti petugas keamanan gedung sedang berjaga-jaga di kedua sisi pintu kedua yang tak jauh dari posisi Aksan berdiri saat ini. Aksan menghentikan langkahnya sesaat. Karena insting yang telah terlatih, Aksan mengernyit saat merasakan ada hal aneh yang terjadi. “Mereka bersenjata...” Gumamnya pelan. Kemudian dengan santai melanjutkan langkahnya masuk ke dalam.

“Tunggu...” Petugas keamanan menahanya. “Anda mau kemana?” Petugas tersebut bertanya ke Aksan.

Aksan mengangguk sopan, sambil memperlihatkan ID-nya yang sengaja ia jepit di saku celana bagian depan. “Petugas cleaning Pak.” Jawabnya.

“Ini sudah lewat jam kerja.” Ucap Petugas keamanan,

“Saya kesini karena disuruh lembur oleh atasan Pak.” Aksan masih sopan menjawab pertanyaan petugas.

“Mending anda pulang saja, karena semua karyawan Cleaning sudah tidak ada di sini sekarang. Ini sudah bukan waktu jam kerja.” Aksan hanya mengangguk pelan, kemudian menyempatkan mengangguk beberapa kali dihadapan keempat petugas keamanan tersebut.

“Saya permisi dulu Pak...” Ujar Aksan, kemudian kembali melangkah keluar.

Aksan berfikir, sengaja ia tak mau ikut campur dengan masalah yang terjadi di dalam gedung. Menurut Aksan asalkan mereka tidak mengganggu kehidupannya saja. Maka Aksan masa bodoh dengan semuanya.

Tapi apa yang di pikirkan Aksan hanya bertahan 5 detik saja.

Saat Aksan mulai melangkah meninggalkan para petugas keamanan. Samar-samar terdengar suara salah satu dari petugas keamanan sedang berbicara.

“Itu dia.”

Aksan hanya memelankan saja langkahnya.

Derap langkah kaki terdengar. Seperti suara orang-orang yang sedang berlari mengejar. Aksan menoleh dan mendapati petugas keamanan tadi berlari mengejar sosok dari kejauhan.

Aksan pun menghela nafas, lalu mulai berjalan kembali. Hingga langkahnya terhenti ketika suara langkah yang berlari malah terdengar makin jelas. Beberapa orang berlari keluar ke arah Aksan berjalan saat ini.



“TOLONG !” Aksan menajamkan indera pendengarannya ketika mendengar suara meminta tolong dari seorang gadis.

Tap ! Tap ! Tap ! Langkah kaki berlari makin mendekat.

“Tolonggg saya –“

BUGH ! Tubuh Aksan tertubruk oleh sesosok gadis, lalu menarik tubuh Aksan memaksa berbalik ke arah ke-empat pria yang mengejar.

“Tolong saya mas... mereka penjahat, mereka ingin perkosa saya.” Kata si gadis yang saat ini sedang bersembunyi di belakang Aksan.

“BERIKAN GADIS ITU !”

Aksan menaikkan alis kanannya, kemudian sedikit memiringkan kepala.

“KALAU ANDA MENGHALANGI KAMI, MAKA KAMI TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MEN – “

“Silahkan. Bukan urusan saya,” kata Aksan menyela, sambil menarik dengan cepat lengan si gadis yang bersembunyi di belakangnya.

“Mas jahatttt ! mereka mau bunuh saya.”

“Oh ya? Benar kalian mau bunuh dia?”

“ITU BUKAN URUSAN ANDA !”

“Kalau ada kejadian pembunuhan di sini, dan di saat saya sedang bekerja. Maka tentu saja itu akan menjadi urusan saya.”

“Eh Anda mau menentang kami?”

“Saya tidak menentang kalian, biarkan saya pergi dulu baru kalian melanjutkan apa yang seharusnya kalian kerjakan. OKE !” jawab Aksan dengan ekspresi yang datar. “Well ! maaf non, saya harus pergi sekarang”

“Tolong masss jangan pergi, tolong bawa saya pergi dari sini.”

“Ini bukan urusan saya, permisi !” Aksan pergi setelah menghempas tubuh si gadis mendekat kepada petugas keamanan tersebut.

Aksan berjalan sambil mengambil headset dari saku celana. Berniat untuk menutup kedua telinga agar teriakan minta tolong si gadis tak lagi terdengar olehnya. Karena Aksan berfikir ini semua bukan menjadi urusan dia. Apapun yang terjadi terhadap gadis itu, memang sudah seharusnya terjadi. Aksan tak ingin merusak garis takdir hidup seseorang. Jika gadis itu terbunuh malam ini, maka mungkin memang sudah takdir si gadis seperti itu.

Ketika ingin memasang headset, tiba-tiba langkah Aksan terhenti ketika bersamaan 4 orang pria bertopeng masuk melalu pintu dan mengarahkan moncong senjata ke arahnya.

TFFTT.. TFFTT.. TFFTT!!!

Aksan bereaksi dengan cepat, menunduk membuat dua peluru melewatinya menuju ke arah belakang. Tembakan dengan senjata menggunakan Silencer mengenai para petugas keamanan di belakang Aksan. Satu persatu tumbang. Si gadis terlihat menunduk menghindar tembakan berikutnya.

Terlambat. Para petugas keamanan tadi, sudah tewas terkapar di lantai.

“TIDAKKKKK !!”

“TOLOONGGGGGGGGG !!”

Dengan sigap Aksan berlari dan melemparkan sebuah obeng kecil yang baru saja ia keluarkan dari tas pinggangnya.

ZLEBB!!! “Arghhhh...” Ujung obeng, menancap di tangan salah satu pria bertopeng yang memegang pistol.

Tentu saja kawan lainnya cukup terkejut atas aksi Aksan barusan yang datang secara tiba-tiba. Dengan cepat mereka mengarahkan pistol yang sama dan segera menyerang Aksan.

TFFTTT...TFFTTT...TFFTTT !!! dengan cepat Aksan menghindar, menggulingkan tubuhnya dan melemparkan obeng lainnya ke arah salah satu dari mereka. JLEB ! Aksan berhasil menancapkan ujung obeng di jidat salah satunya.

Terjadi tembakan beberapa kali namun tak mengenai tubuh Aksan.

Aksan dengar gerakan cepat memukul, menendang ke mereka yang tersisa. Ketiganya tak dapat membaca gerakan cepat dari Aksan hingga membuat semua serangan dari Aksan berhasil memukul jatuh mereka.

Aksan berlari ke arah si gadis.

“AYO IKUT SAYA !” Aksan menarik lengan si gadis untuk pergi dari tempat itu. Begitu mendekat ke arah pintu masuk, dimana para pria bertopeng yang aksan pukul jatuh mulai bangkit satu persatu.

Aksan melepaskan lengan si gadis dan memberikan serangan dengan tendangan terputar ke arah mereka. Memukul, menunduk lalu memberikan sundul dua kali menggunakan lutut.

Merasa cukup Aksan meraih dan menarik kembali lengan si gadis. Aksan berlari keluar bersama si gadis, dan para pria bertopeng yang tersisa tampak mulai bangkit dan mengejar Aksan bersama si gadis.



“Kamu disini dulu.” Aksan berkata kepada si gadis untuk tetap bersembunyi di salah satu deretan mobil yang terparkir. “Jangan lakukan apapun, jangan berisik”

“I-iya”

“Oke ! saya ke sana dulu, mereka sudah keluar”

Dari arah pintu masuk, Aksan melihat tersisa tiga orang pria bertopeng memegang senjata.

Mereka bertiga melangkah sambil siaga dengan memegang pistol masing-masing. Salah satu menggerakkan jarinya seakan memberikan kode kepada yang lainnya untuk bergerak berpencar. Sedangkan Aksan yang cukup terlatih selama ini. Mencoba berjalan menjauh dari posisi si gadis dan mengalihkan para penjahat bertopeng agar mengejar ke arah Aksan.

Sengaja Aksan mengetuk membunyikan salah satu mobil. Dan berhasil ! ketiga penjahat mulai fokus ke posisi Aksan saat ini.

Aksan yang masih menunduk, melihat kaki salah satu penjahat. Aksan sesaat memejamkan matanya. Jauh dari lubuk hati yang paling dalam, sebetulnya Aksan tidak ingin kembali ke jalan seperti ini lagi. Namun entah mengapa karena seorang gadis-lah, prinsip baru dalam hidup Aksan tergoyahkan. Mungkin ia ditakdirkan tak bisa lepas dari hal-hal kekerasan serta pembunuhan di dunia ini.

Aksan mengambil sesuatu dari dalam tas, kemudian sebuah obeng yang berukuran lebih kecil dari sebelumnya ia keluarkan. Dengan gerakan cepat ia bergerak melompat dan keluar dari persembunyiannya sambil melemparkan obeng tadi ke arah penjahat yang sangat dekat jarak darinya bersembunyi tadi. ZUIINGGGGG!!! Zleb!!! BRUKK!!!

Darah segar keluar dari kepala penjahat tersebut, bersamaan obeng yang dilemparkan oleh Aksan menembus di kepala.

Lalu Aksan kembali bersembunyi di belakang mobil lainnya.

“Dia disitu...” TFFFTTT...TFFTTT...TFFTTT!!! Melihat temannya telah tewas, dua penjahat langsung menyerang membabi buta membuat mobil tempat Aksan bersembunyi menjadi penyok-penyok terkena peluru.

“KELUAR...” Teriak salah satu penjahat yang sudah mulai tak sabaran menghadapi Aksan. “Sebelum anda menyesal.”

Aksan mendengarnya hanya menyeringai, kemudian ia berjalan mengendap-ngendap dengan posisi menunduk mendekati salah satu petugas yang juga sedang menoleh ke mobil SUV tempat kedua Aksan bersembunyi.

Penjahat itu kembali melihat ke depan membuat Aksan menyelinap dibalik tiang penyangga bangunan. Aksan mengeluarkan sebuah pisau dari dalam tas. Lalu memegang ujung pisau yang tajam. Aksan menarik nafasnya sebelum melemparkan ke penjahat itu.

“Woi...” Aksan keluar dari persembunyiannya membuat penjahat itu terkejut. Dan bersamaan, Ia mengarahkan pistolnya ke arah Aksan, dan Aksan juga melemparkan pisaunya ke arah penjahat itu. Zuiiingggg...!!! Kalah cepat.

Belum sempat penjahat itu menarik pelatuk pistol, pisau Aksan sudah menancap di tengah-tengah batok kepalanya. Hingga membuatnya tergeletak tak bernyawa. “Tiga orang ko’it,” Gumam Aksan lalu kembali bersembunyi.

Aksan memutar tubuhnya, lalu melihat sebuah mobil tak jauh dari posisinya bersembunyi. Dengan perhitungan yang sangat matang, Aksan berlari menuju ke mobil tersebut. Melompat dan berguling hingga membuat tubuhnya sedikit sakit.

TFTTT..TFFTT..TFFTT !!! Terlambat, peluru penjahat yang tersisa sama sekali tak mengenai tubuh Aksan. Selanjutnya Aksan mencoba berhitung berbagai peluang untuk mendekati penjahat terakhir.

TFTTT! TFFTTT! TFFTTT! TFFTTT! PRANK...PRANK!!! Peluru itu menembak mobil tanpa perhitungan. Jelas-jelas, Aksan sedang bersembunyi. Apa yang ia tembak sama saja akan mengurangi peluru dalam pistolnya.

Aksan mendapatkan ide cemerlang. Dan dengan perhitungan yang sangat matang. Di dukung oleh faktor pengalamannya selama ini, Aksan berdiri lalu memancing penjahat satu-satunya untuk menembakinya. “BAJINGANN...” TFFTTT! TFFTTT! TFFTTT!

Aksan dengan cepat melompat ke kanan, lalu berguling ke depan. Kemudian menyempatkan bersembunyi dari satu mobil ke mobil lainnya.

Lalu tembakan terakhir hampir saja bersarang ke tubuh Aksan. ZEP! Sangat tipis, untung saja Aksan segera menghindar. Hanya kaos yang ia gunakan dan lengannya terlihat berdarah seperti goresan kecil. “Stttt...” Aksan meringis sesaat.

“ANDA SIAPA... KENAPA ANDA IKUT CAMPUR DENGAN MASALAH KAMI?” Teriak penjahat itu yang sudah merasa putus asa melawan ketangguhan Aksan. Dalam hati, pria itu bukan pria sembarangan. Gerakannya sangat cepat, cara melempar pisau maupun obeng menandakan pria itu sangatlah terlatih.

Aksan tak menghiraukan ocehan penjahat itu. Lalu apa yang Aksan nantikan akhirnya kejadian. Ceklek! Ceklek! pistol si penjahat kehabisan peluru.

Sesaat Aksan menyeringai, kemudian berdiri dan mengangkat kedua tangannya menatap ke depan.

“Sorry... kehabisan peluru ya?”

Aksan melangkah mendekatinya.

“ANDA SIAPA?”

“Hmm, saya? Anggap saja, saya adalah malaikat pencabut nyawa anda !” balas Aksan.

Penjahat itu terlihat gentar. Lalu perlahan-lahan ia melangkah mundur. Aksan membaca gerak-gerik dan mengetahui gelagat penjahat itu yang mencoba meraih sesuatu.

Aksan melompat, lalu menyerangnya dengan tendangan maupun pukulan.



BUGH!!! BRAKK!!!



Merasa dirinya mulai terdesak, penjahat itu melempar apa saja yang bisa ia gapai. Dengan cepat, sambil menghindar dan berlari menerjang. Aksan melompat melepaskan tendangan tepat mengenai kepala. Di susul beberapa pukulan pada dada dan perut, dan diakhiri dengan tendangan keras yang mengenai dada penjahat itu.

Aksan tak melepaskannya begitu saja, hantaman keras terjadi di dagu. Pria tinggi besar itu terpelanting ke belakang dan tersungkur.

Aksan langsung melompat, lalu memegang di leher. CRACKKK!!! Aksan memutar kepala penjahat itu, dan mematahkan lehernya hingga membuatnya terkapar tak bernyawa.

PLAK...PLAK...PLAK !!!

Aksan menepuk-nepuk telapak tangannya yang baru saja memberesi ke-empat penjahat bertopeng. Kemudian Aksan berjalan menjauh, namun terhenti sesaat.



“Silahkan keluar, dan pergi melapor ke pihak berwajib. Saya pergi dulu.” Aksan bergerak cepat meninggalkan parkiran.

Si gadis yang sejak tadi bersembunyi akhirnya berdiri. “Eh dia kemana?”



Tak menemukan yang ia cari, dan hanya melihat empat orang tak bernyawa telah terkapar. Tubuh gadis itu merinding, kemudian ia meraih ponsel dan menelfon seseorang.

“Halo kak, tolong Dinda. Lagi di appartemen ABHC.”

“Iya kak, penjaga Dinda tewas semua. Tolongin Dinda kak.”

“Iya iya... Dinda tunggu di sini”



-000-



Beberapa hari kemudian, setelah kejadian di appartemen ABHC. Maka penjagaan Dinda makin di perketat.

Pak Raharjo, sedang duduk di kursi memandang dua orang kepercayaannya.

Pak Raharjo menyempatkan membakar rokok cerutunya, mengeluarkan asapnya setelah menghisap dalam-dalam nikotine dari rokok tersebut.

“Ada berita apa, Barak?”

“Saya, baru saja mendapat copy CCTV di gedung parkir appartemen.” Jawab pria bernama Barak.

“Oke silahkan tunjukkan ke saya.” Kata Pak Raharjo.



Klik –

Play. Tampak jelas kejadian yang di maksud. Namun bukan hal itu yang menjadikan salah satu tangan kanan Pak Raharjo terdiam sejenak. Adalah sosok satu-satunya yang dengan cekatan menghabisi 4 lawannya yang bersenjata.



“Tidak.. ini tidak mungkin.” Gumam pria di sebelah Barak.

“Kenapa Merdin?”

“Barak tolong di replay dan di perlambat videonya?”

“Oke.”



Barak malah mulai menzoom wajah seseorang !

“Tidak... ternyata Wild Death masih hidup,”



“APA? WILD DEATH? SIAPA DIA?”

“Tapi ini tidak mungkin,”

“Wild Death? Black Kapatuli?”

“Yes Barak !”

“What the-“

“Cuma kita harus memastikan kebenarannya, beri saya waktu dua hari dan akan saya temukan jawabannya.”



“Oke Merdin, silahkan kerjakan apa yang seharusnya menjadi tugasmu.”
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd