Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Awas Kentang

darksatan

Adik Semprot
Lomba Cerpan
Daftar
15 Nov 2012
Post
142
Like diterima
227
Lokasi
Neraka gang 13
Bimabet
e8Idr8UC.jpg

"Dasar bandot tua, udah dibilangin masih ngeyel aja" ujar Dewi setelah melihat pesan di smartphone miliknya.
"Ada apa sayang?" tanya suaminya yang sedang berbaring di sebelahnya.
"Si tua Joko ini, masih saja ngerayu mama, padahal dia udah punya anak dan istri loh, mentang-mentang mama udah janda, seenaknya saja dia ngerayu" cerocos Dewi panjang lebar, sementara suaminya hanya tersenyum saja.
"Sabar, sayang. Jangan marah-marah terus" balas suaminya lembut sembari mencumbunya.
"Gimana ga marah, orang ga tau diri itu udah brani main ke rumah mama loh" Dewi semakin berapi-api. Suaminya sampai bingung bagaimana menenangkannya. Wanita yang cantik dan seksi itu memang terkenal agak galak, tak hanya di sikapnya saja, tetapi juga di ranjang.
"Lah terus mama gimana?" suaminya mencoba mengalihkan isu.
"Mama ya biasa-biasa aja, tau sendiri kan kalo mama itu orangnya nggak tega-an" Dewi masih membaca pesan dari mamanya itu sambil menggerutu.
"Susah juga sih ya, harusnya mama yang nolak tuh orang" balas suaminya lagi, kali ini ikut melihat pesan di smartphone itu.
"Pokoknya sekali lagi dia datang ke rumah mama, bakalan aku labrak" Dewi menutup percakapan dengan penuh emosi, suaminya kembali tersenyum karena sudah paham dengan watak istrinya.
###
"Sayang, aku ijin ke rumah mama ya" Dewi menelpon suaminya untuk berpamitan.
"Lho, ada apa yang siang-siang gini" balas suaminya yang masih ada di kantor.
"Si bandot tua itu datang ke rumah mama lagi" jawab Dewi penuh emosi.
"Sabar ya sayang, ya gpp kalo km mau ke rumah mama, pokoknya hati-hati di jalan" balas suaminya lembut.
"Iya sayang, makasih ya" Dewi mengakhiri percakapan dan bergegas menyiapkan motor matic yang terparkir di halaman. Tanpa membuang waktu Dewi segera berangkat ke rumah mamanya. Hanya memakai kaos lengan pendek dan celana jins panjang saja, baru kali ini dia keluar rumah tanpa memakai make-up.
Rumah mamanya tidak begitu jauh dari rumahnya, hanya sekitar 15-20 menit saja jika ditempuh dengan kendaraan. Tak lama kemudian Dewi pun sampai di rumah mamanya, namun ternyata kondisi rumah itu sudah sepi.
"Lho, mana orangnya?" ujar Dewi penuh emosi saat melihat mamanya yang ternyata sendirian.
"Baru aja pulang, Wi" balas mamanya singkat, agak kuatir juga melihat anaknya yang lagi emosi.
"Rumahnya di mana sih? Biar aku datengin rumahnya, sekalian aku laporin ke istrinya" Dewi sudah tidak bisa menahan emosi. Dengan terpaksa mamanya pun memberikan alamat lelaki tua bernama Joko itu, yang ternyata tidak jauh dari sana.
Setelah pamit ke mamanya, Dewi kembali memacu motornya, beralih pergi dari rumah itu. Melewati jalanan yang agak ramai dan ditambah sengatan matahari. Tak lama kemudian Dewi pun sampai di perumahan yang sesuai dengan alamat dari mamanya. Segera saja dia menuju ke pos satpam untuk bertanya.
"Permisi, pak. Rumahnya pak Joko itu yang mana ya?" tanya Dewi ramah, dia sedikit menahan emosinya agar tidak melibatkan pihak lain.
"Oh, itu yang di ujung gang, mbak. Lurus aja, terus belok kanan. Nah yang pojokan itu rumahnya, kebetulan ini tadi baru aja datang orangnya" balas si satpam panjang lebar.
"Baik, pak. Terima kasih" balas Dewi sambil membalas dengan senyum ramahnya. Lalu dia kembali mengendarai motornya menuju tempat yang diarahkan oleh si satpam.
Perumahan itu sangat besar, sayangnya terlihat sepi dan lengang, apalagi siang-siang begini, kebanyakan penghuninya mungkin sedang di tempat kerja. Motor Dewi melaju perlahan sampai tiba di tempat yang dimaksud. Pagar rumahnya masih terbuka, sepertinya sang pemilik baru saja masuk dan belum menutup pagar. Dewi segera memasukkan motornya dan memarkirnya di halaman. Dewi juga menutup dan mengunci pagarnya, untuk jaga-jaga agar tidak diambil oleh pencuri yang cukup marak akhir-akhir ini.
"Permisi" teriak Dewi dari pintu depan, meski pintunya masih terbuka tetapi dia tidak mau langsung masuk, marah bukan berarti harus menjadi tidak sopan juga.
"Iya, masuk aja langsung" balas suara lelaki dari dalam, tampaknya dia sedang melakukan sesuatu.
Meski agak ragu-ragu, namun Dewi memberanikan diri untuk masuk ke dalam, dia kembali mengumpulkan amarahnya yang tadi. Agar siap untuk dilepaskan saat bertemu dengan lelaki tua itu.
Dewi sampai di ruang tengah bersamaan dengan lelaki tua itu keluar dari kamar mandi. Wajah lelaki tua itu terlihat garang dengan kumis dan brewok yang lebat, apalagi ditambah tubuhnya yang kekar dengan kulit kehitaman, membuatnya lebih terlihat seperti seorang preman. Saat itu dia hanya memakai celana boxer dan bertelanjang dada, bulu lebat menghiasi dadanya yang bidang.
"Siapa ya?" tanya lelaki bernama Joko itu.
"Apa benar anda yang bernama pak Joko?" Dewi balik bertanya, emosinya sudah mulai kembali.
"Benar, kalo mbak ini siapa kok tiba-tiba datang ke sini?" lelaki tua itu tersenyum mesum melihat body Dewi yang memang aduhai. Apalagi kaosnya agak menempel ke tubuhnya akibat keringat, alhasil semakin menampakkan lekuk tubuh Dewi.
"Saya anaknya bu Dewi" balas Dewi dengan nada penekanan, nama mamanya memang sama dengan namanya, hanya berbeda nama panjangnya saja.
"Oh, anaknya si janda tua itu toh" balas lelaki itu tanpa merasa bersalah. Saat itulah emosi Dewi kembali meledak. Berbagai macam umpatan dan kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Kira-kira sekitar 5-10 menit Dewi memberondong lelaki itu dengan ucapannya, sampai lelaki itu hanya bisa diam saja.
Setelah Dewi selesai berbicara, suasana menjadi hening selama beberapa saat karena lelaki itu hanya diam saja. Raut wajahnya terlihat misterius. Namun tiba-tiba dia berlutut di hadapan Dewi, wajahnya menunduk dan mulutnya berulangkali mengucapkan permintaan maaf. Dewi agak terkejut dengan reaksi dari lelaki itu, awalnya dia mengira lelaki itu juga akan melawan dengan kata-kata atau argumennya, tetapi lelaki itu malah bersujud di kakinya dan membuat Dewi bingung hendak berkata apa.
"Baiklah, untuk kali ini akan saya maafkan, tapi lain kali jangan diulangi lagi" Dewi akhirnya mengalah dan menurunkan emosinya.
"Makasih, mbak" ujar lelaki itu tanpa beralih dari posisi sujudnya.
"Saya pulang dulu kalau gitu" lanjut Dewi sembari berbalik dan menuju ke pintu depan.
"Tunggu, mbak. Saya antarkan" lelaki itu dengan cepat beranjak dari sujudnya dan bergegas ke pintu depan. Bukannya membukakan pintu, lelaki itu malah menutup pintu depan dan menguncinya, membuat Dewi agak terkejut.
"Lho, kok malah dikunci?" ujar Dewi polos, sementara raut wajah lelaki itu telah kembali seperti semula, bukan lagi raut wajah bersalah yang ditunjukkan sebelumnya.
"Lu kira bisa seenaknya pulang setelah ngehina orang, lu pikir ini rumahnya siapa?" kali ini Joko yang berkata dengan nada tinggi.
"Kirain beneran minta maaf, ternyata emang bandot tua sialan lu ya" Dewi masih tidak mau kalah.
"Wah wah, besar juga nyalinya lonte satu ini, segede teteknya ternyata" Joko membalas dengan tidak kalah kasar.
"Ngapain takut sama bandot tua" Dewi kembali melawan. Meski dalam hati mulai merasa waswas juga.
"Boleh juga nih lonte, sini lu lawan gue" tantang Joko dengan logatnya yang sok jakarta, padahal medok. Dengan perlahan dia mendekat ke arah Dewi.
"Siapa takut, biarpun cewek tapi aku dulu pernah ikut beladiri" balas Dewi sambil memasang kuda-kudanya.
"Banyak bacot nih cewek" Joko menerjang Dewi sampai keduanya terkapar di lantai. Dengan cepat Joko menindih perut Dewi yang jatuh dalam keadaan telentang, kedua tangan Dewi dicekal dengan tangan kanan Joko saja, ternyata tenaga lelaki tua itu besar juga, sampai Dewi tidak bisa melepaskan diri dari tindihannya.
"Lepaskan aku" teriak Dewi sambil meronta-ronta. Joko pun segera membungkan mulut Dewi dengan tangan kirinya. Sebuah ide melintas di kepalanya, lelaki itu melepaskan cekalan di tangan Dewi, kali ini kedua tangannya membungkam mulut dan hidung Dewi sampai wanita itu megap-megap karena tidak bisa bernafas. Tak lama berselang Dewi pun pingsan karena kehabisan nafas.
###
Sebuah guyuran air menyadarkan Dewi, kepalanya terasa agak pusing, matanya segera melihat ke sekeliling, rupanya dia sedang berada di dalam kamar mandi yang cukup besar dan mewah. Setelah matanya terbuka lebih lebar, dia baru menyadari jika tubuhnya sudah tidak ditutupi oleh sehelai benang pun, bahkan kedua tangannya terikat ke atas, sebuah tali terikat erat dengan besi yang menggantung di tembok tepat di belakangnya.
"Lumayan, ga dapet ibunya malah dapet anaknya" sebuah suara lelaki mengingatkan Dewi dengan kejadian yang menimpanya.
"Lepaskan aku, dasar bajingan" teriak Dewi begitu melihat siapa yang menyiramnya dengan air tadi.
"Teriak saja sesukamu, ga akan ada yang bisa denger" Joko tersenyum penuh kemenangan. Matanya berkilat melihat suguhan indah di depannya. Kedua payudara Dewi yang masih kencang terlihat begitu mulus dan montok, dengan ukuran sekitar 36C dan puting berwarna merah kecoklatan. Daerah vagina Dewi terlihat tembem dan mulus, sama mulusnya dengan area ketiaknya yang tidak ditumbuhi rambut sedikit pun, entah perawatan apa yang dipakainya. Dengan santai Joko memotret tubuh polos Dewi dengan kamera hapenya beberapa kali, bahkan dia juga sempat merekamnya selama beberapa detik, sedangkan Dewi terus-terusan menghujani lelaki itu dengan umpatan dan sumpah serapah.
"Dasar wanita bodoh, kalau video ini kusebar semua bakalan tau tubuh indahmu dan mulut busukmu hahaha" Joko tertawa puas, dengan santai dia meninggalkan Dewi sejenak untuk menyimpan hapenya. Sementara Dewi mulai merasa menyesal karena tidak menuruti nasihat suaminya yang selalu menyuruhnya agar bersabar.
Beberapa saat kemudian Joko kembali ke kamar mandi, dia membawa sebuah alat kecil yang biasa dipakai di film-film bokep. Dewi yang tidak pernah melihat film porno selama hidupnya tentu tidak tahu kegunaan benda itu. Meski demikian dia tentu melawan saat Joko mencoba memegang area kewanitaannya.
"Apa maumu?" hardik Dewi, meski dalam keadaan terikat tetapi nyalinya belum ciut. Bahkan dia sempat menendang Joko yang mencoba memegang kemaluannya, meski Joko bisa menghindarinya.
"Cuma mau masang ini aja, setelah itu nanti aku bebaskan deh" rayu Joko, kali ini dia agak melunak agar tidak kesulitan untuk memasang benda itu.
"Aku tidak percaya dengan omonganmu" balas Dewi tak mau kalah. Alhasil membuat Joko harus memakai cara yang kasar. Sisa tali yang tergeletak di lantai dipakainya untuk mengikat pergelangan kaki Dewi, setelah itu dia langsung menyelipkan benda itu ke belahan vagina Dewi, meskipun agak susah karena perlawanan dari Dewi.
Tubuh Joko basah akibat perlawanan dari Dewi, wanita itu tidak hanya mengumpatnya tetapi juga meludahinya. Namun tetap saja Joko berhasil memasukkan benda itu, dan benda itu juga sudah mulai bekerja.
"Barang apaan ini?" teriak Dewi saat benda itu mulai bergetar mengikuti irama yang telah diatur oleh Joko.
"Udah, nikmati aja" balas Joko santai, dia hanya duduk di atas kloset sambil mengawasi Dewi. Sementara Dewi mulai merasa gatal akibat getaran dari benda itu. Awalnya dia masih bisa menahan rangsangan yang diterimanya, namun lama kelamaan tentu saja naluri kewanitaannya terpancing, bahkan sesekali dia mulai mendesah pelan agar tidak terdengar oleh Joko.
"Lepaskan benda ini" teriak Dewi tiba-tiba, Joko malah tertawa karena alatnya bekerja sebagaimana mestinya. Sementara raut wajah Dewi semakin memerah karena menahan rangsangan yang terus-menerus menyerangnya. Bahkan tak lama kemudian area vaginanya pun menjadi basah, puting payudaranya pun ikut menegang.
"Beneran mau dilepas aja?" goda Joko saat dia mengetahui bahwa birahi Dewi sudah menguasai wanita itu, terbukti dari putingnya yang menegang dan vaginanya yang basah.
"Aahhh,,barang apa ini, ahhh" Dewi akhirnya tidak kuasa menahan gejolaknya, dia pun mulai mendesah dan meracau tak karuan, seperti kebiasaannya saat berhubungan dengan suaminya. Bagaimana pun juga Dewi hanyalah wanita biasa yang tentu saja tak kuasa menahan birahinya, apalagi sebenarnya Dewi tergolong wanita yang cukup hyper untuk masalah seks. Suaminya terkadang sampai kewalahan dibuatnya.
"Enak ya?" ujar Joko tiba-tiba sambil mencabut benda itu, padahal Dewi hampir saja mencapai klimaksnya, membuat wanita itu merasa seperti ada yang masih mengganjal.
"Nggak" balas Dewi ketus, meski ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong, tetap saja dia menolak untuk menyerah.
"Boleh juga nih lonte, bikin makin nafsu aja" gumam Joko, kali ini dia melepaskan celana boxernya dan membebaskan penisnya yang telah menegang sedari tadi. Benda tadi telah dia simpan di saku celananya.
Dewi cukup terkejut melihat batang penis milik Joko, baru kali ini dia melihat kemaluan lelaki lain selain suaminya, apalagi batang Joko ternyata lebih besar dan lebih panjang daripada milik suaminya. Ditambah dengan rambut kemaluan yang lebat membuat batang itu terlihat semakin garang.
"Gimana? Lebih gede dari suamimu ya?" goda Joko lagi sambil memamerkan batangnya.
"Jangan sombong kau bandot tua" balas Dewi masih dengan nada tingginya.
"Wah, berarti bener ya hahaha" Joko tertawa puas. Dia mulai mendekati Dewi yang berdiri tak berdaya di dekat tembok.
"Mau apa kamu?" bentak Dewi saat Joko telah berada di depannya. Lelaki itu hanya tersenyum sambil meremas kedua payudara Dewi. Dewi memalingkan wajahnya dan menutup matanya, karena bagaimana pun juga dia tidak bisa melawan karena kedua tangan dan kakinya terikat.
"Eh, jangan itu, geli tau" teriak Dewi saat Joko mulai menjilati ketiaknya yang terbuka. Aroma ketiaknya yang khas semakin menguat karena keringatnya telah mengering. Dengan lahap Joko menjilati kedua ketiak Dewi bergantian sampai wanita itu menjerit kegelian. Tak berhenti di sana, lidah Joko berpindah untuk menjilati puting Dewi yang telah menegang, sementara tangannya turun ke bawah untuk mengecek liang senggama milik Dewi.
"Enghh,,emphh,,akhh" Dewi semakin tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan oleh Joko, tetapi dia masih memaksakan diri untuk menahan desahannya.
Jari tengah Joko sudah memastikan bahwa liang Dewi telah becek, maka jari tengahnya itu segera menusuk liang Dewi secara perlahan, bersamaan dengan mulutnya yang menghisap puting Dewi. Makin lama hisapan Joko semakin keras, begitu juga dengan kocokan jari tengahnya di liang Dewi, alhasil Dewi menjadi semakin tak berdaya dan akhirnya kembali mendesah dan meracau tak karuan.
"Dasar bajingan, buruan masukin, aku udah nggak kuat ini" teriak Dewi tiba-tiba, dia semakin tak sabaran karena Joko seolah hanya mempermainkan dirinya saja. Lelaki tua itu pun tertawa terbahak mendengar ucapan Dewi.
"Akhirnya runtuh juga ya pertahananmu" ejek Joko puas. Dia pun segera menyiapkan batangnya, karena dia sendiri juga sudah tidak tahan sebenarnya. Bahkan dengan santai Joko melepaskan ikatan tali di kaki dan tangan Dewi, karena dia yakin bahwa wanita itu sudah takluk kepadanya.
Namun di luar dugaan, ternyata Dewi memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorong tubuh Joko hingga terjatuh. Kemudian dia berlari keluar dari kamar mandi. Bahkan dengan cerdik dia mengunci pintu kamar mandi dari luar sehingga Joko terkunci di dalam. Dewi menemukan pakaiannya masih tergeletak di ruang tamu, dengan cepat dia memakainya kembali dan bergegas keluar dari rumah itu. Dalam sekejap motor matic Dewi telah melaju meninggalkan tempat itu, meninggalkan Joko yang terkunci di kamar mandinya sendiri.
###
 
Pertamax.
Moga2 itu dewi ketemu sekelompok "BULE GAY" biar dia bisa bales dendam dengan tuh bandot tua joko...
Hahaha...
 
Yg ane tau sih kamar mandi itu kuncinya bs dibuka dari dalem, mungkin ini model baru kali yah bs dikunci dr luar.... Wkwkwkwkwk
 
Yg ane tau sih kamar mandi itu kuncinya bs dibuka dari dalem, mungkin ini model baru kali yah bs dikunci dr luar.... Wkwkwkwkwk

Justru yg model jadul gan, di luarnya kan ada kayak selot gitu toh buat ngunci. Inspirasi dari kamar mandi keluarga ane yg ada di desa hahaha
 
Wah ini sih bukan cuma kentang. Wortel, tomat, kubis, kol, toge dan lainnya. Pasar Induk ;););)
 
Bimabet
Mantaaaaaaaaaap, bikin kentang beneran. Btw, untung dewi bisa kabur. Tapi, dewi gk sempat bawa hasil fotonya ya.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd