Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bayang Senyum Semu

Part 24

Hujan turun dengan sangat lebat. Asti memeluk Kanaya erat erat, melindunginya dari angin dingin yang bertiup di selasar rumah sakit. Mereka melangkah hati-hati menuju kasir pembayaran Rumah Sakit. Sepulang menjemput Kanaya tadi, Asti menyempatkan diri untuk memeriksakan kondisi kehamilannya dan melakukan pemeriksaan rutin bagi keadaan kesehatan jantung Kanaya. Asti bersyukur Kanaya semakin pulih dan sehat. Kandungan Asti yang sudah menginjak usia 4 bulan pun dalam keadaan sehat. Bulan depan dokter akan bisa melihat jenis kelamin anak Wisnu yang berada didalam rahim Asti.
Asti meminta Kanaya duduk di kursi tunggu.
"Kanaya tunggu disini ya ..." ujar Asti sambil tersenyum. Ia menyodorkan sekotak susu UHT kepada Kanaya. "Ayo diminum susunya habiskan ya sayang .. hati hati jangan sampai tumpah kena baju seragamnya."
Kanaya mengangguk kecil berulang ulang. "Iya Bunda .." jawabnya singkat.
"Bunda ke loket pembayaran sebentar. Disana .. Kanaya bisa melihat Bunda disana dari sini" ujar Asti sambil menunjuk lokasi loket yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. "Tunggu disini, jangan kemana mana ya .. tunggu sampai Bunda kembali."

Asti melangkah menuju loket pembayaran. Ada 3 orang yang mengantri di hadapannya. Asti menoleh kearah Kanaya, tersenyum dan melambai kepadanya. Kanaya tersenyum sambil menikmati susu kotaknya dari tempat duduknya. Asti menunggu dalam antrian. Ia mengelus perut bulatnya dengan kasih, seolah berbisik pada anak dalam kandungannya bahwa mereka akan baik-baik saja.
Asti menjalani semua seorang diri setelah kepergian Wisnu. Asti menyaksikan pemakaman Wisnu walau ia tidak sempat memberikan salam perpisahan terakhir kepadanya. Jenazah Wisnu telah dimandikan dan dimasukkan kedalam peti saat Asti tiba di Rumah Sakit. Berminggu minggu Asti menghabiskan waktunya dengan menangisi kepergian Wisnu sampai kata kata Damar menyadarkannya.
"Ada Kanaya yang masih memerlukanmu As .. memerlukan perhatianmu" ujar Damar sore itu. "Jangan biarkan rasa sedih mengungkungmu seperti ini. Wisnu tidak akan kembali. Tapi harimu masih panjang .. masa depan Kanaya ada di tanganmu."
Damar masih beberapa kali mengunjungi Asti sampai akhirnya ia pamit untuk fokus mengurus bisnisnya yang mulai merambah Manca Negara. Dalam surat wasiatnya Wisnu mewariskan beberapa bisnis untuk diteruskan oleh Damar.
"Aku tahu hatimu tidak untukku, As .." ujar Damar. "Tapi aku juga tahu, hatimu telah kamu berikan untuk orang yang tepat."
Perlahan Damar mulai menyadari bahwa mungkin semua yang dikatakan Asti mengenai Wisnu adalah benar adanya. Terlebih setelah ia memegang sendiri perusahaan milik almarhum sahabatnya tersebut, Damar mulai membuka dokumen-dokumen lama perusahaan yang menunjukkan semua kemungkinan kecurangan yang pernah dilakukan Rinta.
"Aku tidak akan mengecewakan Wisnu" ujar Damar. "Ia menitipkan perusahaan perusahaan ini padaku. Akan aku jaga sebaik mungkin dan meneruskan apa yang telah ia bangun selama ini."

Asti bisa bernafas lega saat tahu kedua laki laki yang bersahabat baik ini telah kembali bersama, walau Wisnu tidak bisa menyaksikan langsung perdamaian mereka. Sesekali Damar masih menelepon, menanyakan kabar Asti dan mengabarkan kemajuan perusahaan mereka.
"Wisnu pasti ingin perusahaan ini menjadi milik anaknya nanti As" ujar Damar. "Kelak aku akan mewariskan semua ini padanya."

Asti melangkah maju dalam antrian. Masih tersisa satu orang lagi dihadapannya. Asti meraih dompet dari dalam tasnya untuk menyiapkan pembayaran. Dompet coklat cantik terbuat dari kulit yang diberikan Tyo kepadanya, saat ia berkunjung kerumah Asti 1 bulan setelah pemakaman Wisnu.
"Aku dipindah tugaskan As .. karena keberhasilanku menangkap Wisnu, mereka mempromosikanku" ujar Tyo malam itu. "Mereka menempatkan aku di wilayah Kalimantan."
Asti tau, Tyo masih mencintainya. Namun diatas segalanya, Asti telah memahami bahwa apapun yang mungkin terjadi, Tyo tidak mungkin meminta Asti untuk menjadi pendampingnya. Asti telah menerima semua dengan hati lapang tanpa rasa terluka. Ia telah menemukan cinta sejatinya dan ia berharap Tyo pun kelak akan menemukan hal yang sama.
"Aku akan tetap menyimpanmu dalam hatiku As .." ujar Tyo, meminta Asti menyimpan dompet tanda mata darinya. "Aku harap kamupun begitu ... Apa yang sudah kita alami bersama merupakan pelajaran berharga untukku."
Tyo berpamitan dan sampai saat ini masih menjalankan tugasnya di Kalimantan.

Tak terasa antrian Asti telah sampai pada gilirannya. Asti menyerahkan nota pembayaran pemeriksaan kepada petugas loket.
"Atas nama Asti dan Kanaya" ujar Asti menginformasikan kepada petugas.
"Maaf bu Asti .. pembayarannya sudah lunas" ujar petugas menginfokan. Asti terkejut.
"Lho .. tapi saya belum membayar" ujar Asti dengan nada heran. "Saya baru menyelesaikan pemeriksaan tadi pak .. mungkin ada kesalahan, coba di cek sekali lagi."
Petugas menatap komputer beberapa saat.
"Benar Bu, sudah lunas" ujarnya setelah beberapa saat. "Bahkan ibu telah terdaftar untuk melahirkan di Rumah Sakit ini dan deposit biayanyapun telah kami terima."
Asti memandang petugas masih dengan rasa tidak percaya, sampai petugas memberikan secarik kertas bukti lunas kepadanya.
Sambil menatap kwitansi di tangannya Asti berjalan kembali ke tempat Kanaya. Tidak tercantum nama pembayar di kwitansi tersebut sehingga Asti semakin bertanya tanya. Mungkin kah Damar? Atau Tyo? Tidak terbayang orang lain yang bisa membayar biaya sebesar ini untuknya. Biaya persalinan dengan kamar VVIP.

"Bunda ..." sapa Kanaya. Asti duduk disampingnya dan membelai rambut Kanaya. Ia memperhatikan Kanaya menggenggam sekuntum Mawar dan secarik kertas.
"Apa itu Nak?" tanya Asti heran. "Kanaya dapat bunga dari siapa?"
Kanaya menyodorkan Mawar merah segar yang digenggamnya sambil tetap menghirup susu kotaknya acuh tak acuh. Asti meraih Mawar yang disodorkan Kanaya dan membuka kertas yang menggantung di tangkainya. Ia membaca tulisan di kertas tersebut.

"Mawar ini tidak lebih cantik darimu, bidadariku .. Aku akan selalu ada di dekatmu"

Asti terkesiap. Ia memandang sekeliling dengan tatapan nanar. Jantungnya berdegup kencang. Tapi ia tidak menjumpai siapapun di sekitarnya.
"Sayang .." ujarnya lembut pada Kanaya, berusaha menahan emosi dalam dadanya. "Kanaya dapat ini dari siapa?"
Kanaya menoleh ke kiri dan kekanan, kemudian menatap Asti.
"Ayah .." jawabnya santai.
"Ayah Tyo?" tanya Asti lagi menyebut Tyo dengan panggilan yang biasa disebut oleh Kanaya. Kanaya menggeleng.
"Ayah siapa?" tanya Asti dengan sabar. Ia tidak ingin membuat Kanaya kaget.
"Ayah Wisnu katanya ..." jawaban Kanaya hampir membuat jantung Asti berhenti karena terkejut.
"Ayah Wisnu?" tanya Asti. Air matanya mulai merebak. "Dimana Ayah Wisnu sekarang Nak?"
"Tadi disini .. terus kesana" ujar Kanaya menunjuk pintu keluar.
Asti segera menarik tangan kanaya dan dengan langkah cepat menuju pintu keluar Rumah Sakit. Ia memandang dan mengamati semua orang yang ada disekitar namun tidak menemukan sesuatu yang aneh. Tubuh Asti terasa lunglai. Ia melangkah bersama Kanaya menuju mobil dan sopir mereka untuk pulang.
Dalam mobil yang melaju, Asti kembali membuka kertas yang diberikan Kanaya dan membaca kalimat didalamnya sekali lagi. Ini tidak mungkin kebetulan. Hanya Wisnu yang tahu kata kata romantis ini. Tapi apakah mungkin dia? Ataukah hanya kebetulan orang yang mengaku sebagai Wisnu? Tapi kenapa kalimatnya begitu persis dengan kalimat yang diciptakan Wisnu?
Air mata mengalir di pipi Asti tanpa terasa. Rindu membuncah dalam dadanya. Ia mengelus lembut rambut kanaya yang tertidur di pangkuannya.
Asti teringat pesan terakhir Wisnu saat mereka bertemu untuk terakhir kalinya bahwa Wisnu akan selalu ada didekatnya.
Asti tersenyum. Entah itu Wisnu atau bukan, ia tahu Wisnu akan selalu menepati janji. Tidak ada alasan bagi Asti untuk kuatir menghadapi masa depan. Asti menarik nafas lega, dalam hati kecil masih berharap suatu saat Wisnu akan kembali kesampingnya dan hidup bahagia bersama. Entah kapan, Asti akan tetap menunggu.








Seseorang memberikan berkas kepadanya. Ia mengeluarkan foto dari dalam amplop coklat dan menatap foto dihadapannya dengan penuh Rindu. Foto jarak jauh Asti yang tengah menggenggam bunga Mawar merah pemberiannya. Ia tersenyum bahagia.


T A M A T
Kalau ada epilognya makin manteb Hu
Biar bisa melihat kebahagian Asri dan Kanayya
Entah dg Wisnu atau dengan Damar yg merasa bertanggung jawab menjadi warta warisan "wisnu" (yg dianggap mati)
 
Terimakasih utk like, komen dan atensi suhu semua atas cerita kami. Tentunya masih banyak kekurangan. Ane dan wife mohon maaf. Cerita hanya sekedar utk menyalurkan hoby nulis. Sukur-sukur ada yg bisa menikmati. O ya..*** ada epilog ya karena nanti akan disiapkan sekuel jilid 2 nya 😬.
Wah sekuel kedua?
Siapa lagi nih musuh nya Hu?
 
Ini cerita drama yg keren banget. penceritaan, susunan konflik & plotnya kelas maestro. gak sabar nunggu jilid 2 keluar.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd