Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Kehangatan Bersama Adik Ipar

Wangikehidupan

Guru Semprot
Daftar
13 Nov 2016
Post
539
Like diterima
2.162
Bimabet
THR I

Terduduk aku di kursi makan di ruang belakang rumahku. Sendok yang berada didalam mangkuk kolak pisang, aku mainkan. Menunggu memang menjemukan dan sudah hampir setengah jam aku menunggu kedatangan kekasihku, adik iparku, Amir.
Amir tidak pernah menciderai janjinya. Meski sering terlambat datang, dia selalu hadir dan aku memakluminya. Hubungan asmara kami memang terlarang. Terlalu banyak resiko yang kami hadapi sehingga kami harus hati-hati menjaga kerahasiaannya. Amir bercerita, setiap akan mengunjungiku, dia harus sabar menunggu. Lama dia mengintai rumahku, bersembunyi dibalik pohon dengan di temani nyamuk. Ketika dirasa sudah aman, baru dia berani menyelinap masuk ke rumahku.

Ingat aku kejadian dua minggu lalu ketika Amir mengunjungiku. Saat itu rumah kosong karena para lelakinya pergi ke langgar untuk mengikuti salat tarawih, jadi aku setuju saat dia bilang akan mendatangiku.

Dalam kondisi rumah yang sepi, tubuh telanjang kami menyatu. Awalnya di ruang tengah, di depan televisi yang menyiarkan acara pengajian, Amir menelanjangi aku. Tidak berhenti bibirnya menjarahi tubuh telanjangku. Titik-titik sensitif di tubuhku dia jamah, membangkitkan birahi. Kemudian Amir mengajak berpindah ke ruang depan. Di atas sofa di ruang depan, dalam kegelapan, kami bergaya enam sembilan. Di dalam jepitan dua pahanya, aku mengulum kontolnya sementara Amir yang berada di antara dua pahaku menjilati memekku. Kecipak bibir-bibir kami yang terus mencumbu kemaluan lawan mainnya terdengar. Sayangnya kenikmatan ini terganggu oleh langkah-langkah kaki di luar rumahku, gedoran di pintu rumahku, dan ramainya anak-anak yang mengantar anakku lelakiku pulang dari langgar.

Pun aku masih ingat, setelah anak-anak yang mengantarkan pulang anak lelakiku menghilang, kami melanjutkan bersenggama di ruang belakang. Dengan doggy style, Amir menunggingi aku yang berpegangan di meja makan. Piring dan sendok yang berada di atas meja beradu berdenting ramai, sendok-sendok dalam gelas-gelas kosong bergoyang menimbulkan bunyi seirama dengan gerakan tubuhku yang maju mundur akibat desakan kontol Amir yang memenuhi lubang kemaluanku. Sayangnya kenikmatan itu kembali terganggu. Belum sempat Amir memuncratkan spermanya di lubang kemaluanku dan aku pun belum mencapai titik kepuasan, anak-anakku memanggil dari luar rumah karena salat tarawih sudah selesai.

(Kalau mau tahu cerita selengkapnya, silakan baca Tawaran Kehangatan dari Istri Kakak Ipar, bab Bulan Puasa I-III hal. 13-14)

Dan malam ini, untuk menghindari gangguan, Amir aku suruh mengunjungi aku di waktu biasa dia mendatangiku, yaitu tengah malam setelah penghuni rumah tertidur. Amir memang sudah biasa mendatangi aku. Hubungan asmara kami sudah terbilang bulan. Sudah berbilang bulan pula kami bersama melampiaskan rindu dan birahi dan aku menikmatinya.

"Tok-tok-tok!"Akhirnya terdengar ketukan di pintu belakang.

Mendadak jantungku berdetak kencang. Tidak sabar aku menunggu pintu itu membuka karena pintu memang tidak pernah aku kunci bila Amir janji akan datang. Pintu membuka dan diambang pintu, berdiri Amir. Sosok tinggi dan langsing itu melangkah masuk. Dia tutup pintu dan menguncinya. Aku tetap duduk, menunggu dia yang melangkah mendekat.

"Ada apa Eceu menyuruh aku datang malam ini? Eceu kangen sama aku, ya?"canda Amir setelah berada didepanku.

Dengan tinggi yang aku kira lebih dari 170, Amir begitu menjulang, sehingga aku perlu mendongak tinggi agar bisa mendapati wajah tampannya. Aku memang rindu Amir. Aku rindu hangat tubuhnya saat dia memeluk tubuh telanjangku, rindu dengan kekasaran bibirnya saat mencumbu tubuh telanjangku, dan terutama desakan kontolnya di lubang memekku.

Pundakku dia pegang. Seperti terhipnotis, aku berdiri. Tinggiku yang 150 senti terlihat liliput dihadapannya. Dipeluknya aku. Dapat aku rasakan detak jantungnya di telingaku, bertalu kencang. Dia cium rambutku, dia elus punggungku, dan aku eratkan dua tanganku ke tubuhnya.

Masih dalam pelukannya, Amir membawa aku menuju kamar tidurku. Tiba di kamar tidur, Amir melepaskan aku. Duduk dia di pinggir tempat tidur, membiarkan aku berdiri didepannya.

"Eceu kangen aku, ya?"Amir bertanya lagi.

Hanya tersenyum aku. Aku memang rindu Amir, tapi tabu bagi seorang perempuan menyatakan rasa rindunya. Maka aku tatap dia. Aku elus pipinya. Semoga sikapku ini membuat dia percaya bahwa aku benar-benar membutuhkan dia malam ini.

"Ya, sudah kalau Eceu tidak kangen,"ucap Amir kemudian,"biar aku saja yang kangen."

Merenggut aku jadinya. Kemudian kuambil kepalanya, aku peluk. Payudaraku menempel erat di wajahnya.

Tidak lama kemudian, Amir berontak. Dia tarik lepas kepalanya dari pelukanku. Lalu,"Aku tidak bisa bernapas. Eceu mau membunuhku, rupanya."

Amir memegang dadanya. Nafasnya terengah-engah. Lalu,"Aku memang kangen Eceu. Tapi karena Eceu tadi mau membunuhku dan gagal, aku mau menghukum Eceu."

Dihadapannya, aku bertolak pinggang. Kumajukan payudaraku, menantang dia dan,"Apa hukumannya?"

"Eceu harus telanjang,"ucapnya cepat,"Kalau tidak mau telanjang, aku akan teriak. Akan aku beri tahu ke orang-orang kalau Eceu mau membunuhku."

Tertawa aku dibuatnya. Mana mungkin dia berani. Kalau dia berteriak, berarti akan membongkar rahasia hubungan kami. Pasti dia tidak akan mau mengambil resiko kehilangan aku. Lagipula tanpa diminta pun aku ikhlas melepaskan pakaianku. Aku suka tatapan mesumnya saat melihat aku telanjang.

"Ayo, mendekat sini."Amir menarik aku. Hanya diam aku ketika tangannya jatuh di pundakku. Dia geser tali dasternya dan daster pun melorot meninggalkan tubuhku.

Aku telanjang. Melotot mata Amir melihat payudaraku yang imut berada di hadapannya. Kubiarkan payudaraku dia remas. Kubiarkan telapak tangannya menyentuh kemaluanku, memainkan bulu-bulu kasarnya yang rapi aku cukur.

Mundur selangkah aku ke belakang ketika Amir turun bersimpuh didepanku. Dua tangannya mencengkeram pantatku. Kepala Amir ke depan mendatangi selangkanganku, menciumnya. Maka aku lebarkan dan aku tekuk dua kakiku, memberi kesempatan bibir Amir menjangkau kemaluanku.

Ah, merinding aku karena Amir meniup area kemaluanku. Lalu dia tekan dalam-dalam mulutnya di kemaluanku, mengusek-usekkan bibirnya di kemaluanku. Mata ini terpejam manakala memekku dia gigit-gigit lembut. Lidahnya menggerayangi belahan memanjang di selangkanganku, memainkan daging kecil di dalamnya. Enak, Amir, batinku. Terus, Amir.

Tetapi, lelaki itu berhenti menjilati kemaluanku. Mundur kepalanya. Saat itu, kuambil kesempatan untuk memanjangkan kedua kakiku. Capek karena sedari tadi mengangkang. Amir pun berdiri. Dia elus pipiku sekilas, lalu duduk dia di sisi tempat tidur. Ditariknya aku duduk, berdampingan.

"Geli,"lemah suaraku terdengar ketika puting susu itu dia sentuh, dia raba, tapi Amir tetap mengelus lembut bola kecoklatan itu dan aku membiarkannya.

Dia dorong rebah aku di tempat tidur. Dia naiki aku dan duduk dia. Dia remas kedua payudaraku. Ada rasa sakit di dadaku, tapi aku biarkan. Kemudian jatuh dia menindih aku. Kusambut hangat bibirnya dan ganas bibir kami bertaut.

Lidah Amir memaksa membuka bibirku, maka aku sambut. Begitu kubuka mulutku, segera lidahnya menyelinap masuk ke dalam mulutku, mencari lidahku. Aku biarkan lidahnya memainkan lidahku. Kuladeni saat lidah Amir menarik lidahku keluar. Kini lidahku yang menjulur memasuki mulut Amir. Lama bibir-bibir kami bertaut, memilin. Bergantian bibir-bibir kami saling lilit, saling tarik, saling berganti mulut.

Bibir-bibir kami terlepas. Amir meninggalkan tubuh telanjangku. Turun dia dari tempat tidur. Kesempatan itu aku pakai untuk menyeka mulutku yang basah dengan ludah kami. Amir pun menyeka mulutnya. Lalu, dia menelanjangi dirinya. Dengan tubuh telanjangnya dia naik kembali ke atas tempat tidur. Sambil bersimpuh, dia ambil kakiku dan dia kuakkan lebar. Beringsut masuk dia di antara dua kakiku, mendekati selangkanganku. Ditariknya aku dan menjengit aku ketika batang daging itu menempel di lubang kemaluanku.

"Ah!"teriakku tertahan karena kontol Amir mendesak masuk. Terangkat tubuh ini ketika lubang kemaluanku pelan-pelan dipenuhi batang daging itu. Kontol Amir terus merangsek masuk, terus masuk ke kedalaman lubang kemaluan, hingga akhirnya mentok.

Amir mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi dan ditaruhnya di dadanya. Dia peluk kakiku. Perlahan batang panjang yang memenuhi lubang kemaluan milikku itu mulai dia tarik mundur dan kemudian dia dorong masuk dan aku yang mendesah,"Ah..."

Masih di dalam lubang kemaluanku, kembali lagi kontol itu tertarik mundur dan kembali pula terdorong masuk. Berulang-ulang Amir melakukannya dan berirama sedangkan aku hanya bisa mendesah."Ah... ah... ah..."

Dua kakiku Amir buang ke samping, menggeletak di tempat tidur. Dengan posisi tubuhku yang menyamping, dengan Amir berada di belakang pantatku, batang daging itu tetap mendesak-desak, maju dan mundur menggagahi kemaluanku. Aku hanya bisa terpejam dan desahan tak bisa aku kontrol."Ah.. uh... Ah... uh..."

Amir berbaring dibelakangku. Dia angkat paha kananku meninggi dan lalu kembali kontolnya maju mundur menerjang lubang kemaluanku. Tanpa henti dan aku tetap mendesah. Dengan tetap memajumundurkan kontolnya, Amir mengambil payudaraku, meremasnya sementara bibirnya mencumbu leherku, menjilati telingaku dan aku hanya bisa pasrah mendesah."Ah-ah-ah....ah-ah-ah...ah-ah-ah."

Hingga akhirnya, di telingaku, di sela desahanku, terdengar ucapan,"Aku mau keluar."

Berbarengan dengan itu, Amir mencabut kontolnya dari kemaluanku. Dia bangkit. Dia terlentangkan aku, masuk dia dan bersimpuh diantara dua pahaku. Batang daging mengeras itu menempel di ambang lubang kemaluanku dan, ahh..., lenguhku panjang karena Amir menekan masuk kontolnya ke lubang kemaluanku.

Lubang kemaluan kembali terisi penuh daging panjang besar itu. Cepat dan semakin cepat daging keras itu maju mundur di dalam lubang kemaluan sehingga desahan pun menjadi sama cepatnya.

Tusukan kontol Amir terhenti, tetapi bersamaan dengan itu ada percikan air hangat menerpa lubang kemaluanku. Berkali-kali air hangat itu memercik, memenuhi lubang kemaluan.

Ketika percikan sperma terhenti, Tubuh Amir terjatuh menimpa aku. Nafas kami sama menderu. Detak jantung pun sama cepatnya. Keringat pun sama menyatu. Tapi aku menikmatinya.

Setelah detak jantung menjadi stabil dan nafas pun kembali normal, Amir turun dari atas tubuhku, terlentang di tempat tidur. Aku menggeser, merapat dengan tubuhnya. Tangannya memeluk aku sedang tangan satunya aku jadikan sebagai bantal untuk kepalaku. Kupejamkan mata dan kueratkan pegangan tangannya di tubuhku. Irama detak jantungnya terasa di kulitku, begitu pula nafasnya yang hangat menerpa kulit wajahku.

"Eceu tidur?"suara Amir menyadarkan aku.

"Tidak."

"Besok kita pergi, yuk, Ceu,"ucap Amir di telingaku.

"Kemana?"tanyaku.

"Beli baju lebaran."

"Suamiku belum memberi uang."

"Aku yang membelikan untuk Eceu, juga untuk anak-anak."

"Tidak usahlah."

"Tidak apa-apa,"ucapnya,"Hitung-hitung sebagai ganti rugi untuk anak-anak Eceu."

"Kenapa?"

"Mereka banyak berkorban untuk kita,"jawabnya,"Banyak mengalah mereka. Mereka rela tidur di lantai, sementara Mimihnya enak-enakkan di tempat tidur."

Tersenyum aku. Kucubit lengannya, tapi benar apa kata Amir. Setiap Amir datang, aku harus memindahkan kedua anakku ke lantai agar kami leluasa bersetubuh di tempat tidur.

Aku tinggalkan dia. Aku turun dari tempat tidur. Aku duduk di lantai, duduk didekat dua anakku yang lelap. Lalu,"Tunggu saya dapat te-ha-er dari suamiku, ya."

"Pakai uangku saja."Amir ikut turun. Ikut duduk dia, duduk didepanku. Dia ambil celana panjangnya yang menggeletak di lantai. Tangannya masuk ke saku celana. Banyak permen dia keluarkan dari dalamnya. Permen-permen itu ditebarkan di kakiku yang bersila.

"Jangan, Amir."Kuambil botol minum dari bawah tempat tidur dan meminumnya, lalu,"Saya takut suami curiga melihat saya pulang dari pasar dengan membawa banyak belanjaan. Dia pasti nanya darimana uangnya."

Amir mengambil botol minum dari tanganku. Dia meminumnya.

"Kapan suami Eceu ngasih te-ha-ernya?"

"Belum tahu,"jawabku sambil menimang-nimang permen di tanganku,"Nanti kalau sudah dapat, saya kasih tahu Amir."

"Semoga besok, ya. Soalnya aku ingin jalan-jalan lagi sama Eceu."
 
Terakhir diubah:
Ak doakan semoga amir bs bawa kekasih nya eceu dan anak nya jalan beli baju lebaran heheee
Mantap huuuuuu👍🏻👍🏻👍🏻
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd