Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Bercinta dengan siapa?? [LKTCP 2018]

qwaqwiqweq

Semprot Kecil
Daftar
27 Feb 2014
Post
51
Like diterima
6
Bimabet
Kisah yang akan kuceritakan ini merupakan kisah yang tidak akan mungkin untuk kulupakan, Apa yang kualami ini merupakan kejadian pertama kali dalam hidupku.

Namaku Andi, aku bekerja di sebuah perusahaan yang cukup ternama di kotaku, pada suatu hari, aku pulang cukup larut karena lembur menyelesaikan pekerjaanku. Malam itu cuaca sedikit mendung, angin berhembus kian kencang dan langit gelap mulai menjatuhkan air satu persatu. Mungkin hujan deras akan segera turun. Aku pun mempercepat langkahku sebab aku tak ingin pakaian dan tas kerjaku basah. Pada saat berada di halte, tetes hujan mulai deras, segera kuhentikan angkutan umum yang kebetulan lewat.

Sambil mengucapkan terima kasih aku duduk dekat dengan supir. Lalu dia bertanya, kenapa aku pulang larut. Kukatakan padanya bahwa aku harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaanku yg menumpuk.

“Biasanya bila cuaca malam seperti ini pertanda tak baik. Apalagi anda pulang pada jam-jam seperti ini.” Ujar supir angkot tersebut padaku. Mendengar ucapanya aku hanya dapat tersenyum kecut.

Kuakui aku memang belum lama pindah ke kota ini, kepindahanku ke kota ini hanyalah karena tugas. Jadi biarpun kondisi dan situasinya membuatku tidak betah aku harus berusaha bertahan, karena semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan akhir-akhir ini,

Tak lama kemudian kendaraan yang kutumpangi berhenti di depan sebuah gang, gang sepi nan gelap yang merupakan satu-satunya jalan menuju tempat tinggalku. Mungkin gang tersebut lebih tepat dikatakan lorong. Pohon rindang di kanan kiri gang memberikan kesan angker pada malam hari ini.

“Hati-hati di jalan itu. Jangan menyahut jika ada yang memanggil!” kata sang supir. Tapi omongan itu bagiku seperti olok-olokan yang cocok untuk anak di bawah umur. Tapi, entah kenapa aku meng”iya”kan perkataan supir tersebut.

Kulangkahkan kaki dengan sedikit santai. Aku tahu hujan deras akan segera turun. Namun pekerjaan kantor membuatku sedikit lelah. Langkah santaiku segera kupercepat ketika kurasakan tetes hujan kian deras.

Ketika memasuki jalan yang amat gelap, tiba-tiba kurasakan hawa yang sangat sejuk. Hawa sejuk itu menusuk hingga ke dalam tulang. Lalu hawa tersebut berganti dengan harum parfum yang tiba-tiba menusuk hidungku. Aku sadar malam itu aku sendirian, jantungku tiba-tiba berdegup sangat kencang.

“Pak, kumohon tunggu saya sebentar!” terdengar suara wanita memintaku menunggu. Tiba-tiba aku teringat ucapan supir angkot tadi.”Malam sudah larut, lagipula lorong ini sepi. Jika wanita ini tetanggaku pastinya ia mengenali dan memanggilku Andi. Suara wanita yang memanggilku ini pun terdegar asing,” pikirku dalam hati. Namun perasaan penasaran membuatku harus berbalik.

Dibelakangku hanya tampak jalanan yang sepi nan gelap. Tak kulihat seorangpun, apalagi wanita. Aku merasa yakin tadi ada suara di belakangku, aku juga sangat yakin suara itu tadi adalah suara wanita.

Saking penasarannya, aku sempat menelusuri tiap bagian gelap di jalan ini. Bahkan akupun memerjelas tiap sudut tergelap di jalan itu.

“Ah, mungkin ini hanya halusinasiku saja, atau mungkin karena pengaruh kelelahanku saja.” Pikirku sambil meneruskan langkah kakiku menuju rumah dinasku.

Tak berapa lama akupun sampai. Rumah dinasku ini berjarak cukup jauh dari rumah penduduk lainnya, semula rumah ini adalah rumah penduduk, namun perusahaan telah membeli rumah tersebut karena aku akan bertugas di kota ini. Meskipun disebut rumah dinas, hanya aku seorang saja yang tinggal di rumah tersebut.

Setibanya di depan pintu, aku merasa lega. Hujan pun bertambah deras. Entah kenapa aku merasa lega dan terbebas, aku sendiri pun tidak tahu lega dan terbebas dari apa. Segera aku keluarkan kunci dari dalam saku. Tiba-tiba kurasakan ada orang di belakangku, segera kuputar kepalaku dan mataku mendapatkan sosok gelap mendekat ke arahku.

“Ka…. Kau,,,” ucapku terbata-bata. Bayangan itupun secara perlahan tapi pasti mendekati diriku. Kulihat wajah cantik dan rambut panjang di bawah cahaya remang-remang lampu teras. Ternyata, bayangan tersebut adalah wanita cantik berambut panjang, kulihat ia mengenakan baju hitam sedikit transparan. Aku sempat tertegun ketika melihat bentuk tubuhnya yang tersiram lampu teras. Wajah cantik wanita tersebut kuamati, sepertinya wanita ini sedang mengalami kesusahan, mendadak aku merasa iba padanya. Rasa gugup dan takut perlahan berubah menjadi rasa iba, perasaan dan pikiranku kembali tenang.

“Kenapa anda meninggalkanku? Bukankah aku telah meminta anda untuk menunggu?” Kudengar suara halus nan sendu dari bibirnya. Aku tersentak mendengar ucapannya, aku memang pernah mendengar suara tersebut. Aku hanya diam merasa bersalah karena telah meninggalkannya tadi.

“Anda tinggal dimana nona? Lalu kenapa anda membuntutiku?” ujarku beberapa saat kemudian.

“Aku salah naik mobil, juga di turunkan di tempat yang salah. Selain itu langit sudah gelap dan akan turun hujan. Aku tak tahu harus melakukan apa, lalu kulihat anda sedang berjalan, maka aku mengikutinya.” Ujar wanita tersebut.

Aku berpikir untuk mengantarnya menggunakan taksi, tetapi hujan semakin deras dan kulihat badannya menggigil kedinginan. Selain itu aku pun tinggal sendiri, jadi apa salahnyha kalau aku memberinya tempat tinggal untuk malam ini.

“Kumohon beri aku tumpangan hanya malam ini saja, aku janji pagi hari aku akan segera pergi. Aku juga tidak akan mengganggu aktifitasmu,” ujarnya lagi dengan nada memelas. Ucapannya mengingatkanku pada lorong gelap itu, lorong itu akan semakin gelap dan licin apabiala hujan turun, jika ia pergi sendiri, maka ia akan mengalami kesulitan, dan juga aku tak ingin sesuatu yang buruk menimpa wanita cantik uyang berdiri di hadapanku ini.

“Baiklah, kau boleh tinggal di sini sampai kau merasa tidak betah, bila kau memutuskan untuk pergi esok hari aku pun tidak akan melarang,” ujarku sambil membalikkan badan untuk membuka pintu.

Setelah pintu kubuka, aku lalu menyalakan lampu. Ruangan pun menjadi terang, kupersilahkan wanita tersebut untuk masuk. “Masuklah, jangan sungkan, aku tinggal sendiri di sini, jangan merasa tidak enak, anggaplah ini rumahmu sendiri,” ucapku sambil tersenyum.

Pada saat ia melewatiku, tercium bau harum tubuhnya. Perasaanku menjadi tak menentu, apalagi cahaya ruangan menyebabkan lekuk tubuhnya semakin terlihat jelas di balik bajunya yang sedikit transparan dan basah itu.

Setelah mempersilahkan wanita itu masuk dan mempesilahkannya duduk, aku pun segera berganti pakaian. Setelah itu, aku membuatkan teh panas sembari membuka topik pembicaraan.

“Siapa namamu dan apa pekerjaanmu nona?” tanyaku sembari membawa teh panas ke hadapannya. “Aku bernama Susan, aku bekerja sebagai wanita penghibur sebuah klub malam di kota,” ujarnya sambil menggeraikan rambut. Dadaku semakin berdesir ketika rambut panjangnya tergerai. Tampak baju bagian dada wanita itu begitu rendah sehingga menampakkan bagian dadanya yang putih mulus.

Kulihat pakaiannya basa, segera aku bangkit dan berjalan menuju kamar tidurku. Aku mencari piyamaku, setelah kutemukan segera kuberikan pada Susan. “Gantilah pakaianmu Susan, jika kau tak ganti, nanti akan sakit,” Ujarku sembari menyodorkan piyama.

Susan tak menolaknya. Sambil tersenyum dia menerima piyama yang kuberikan. Lalu ia berdiri dan membalikkan badannya. Aku sempat menelan ludah ketika aku melihat Susan melepaskan seluruh pakaiannya, tampak kemulusan tubuhnya terlihat jelas. Aku tak berkedip sedikitpun menyaksikan pemandangan yang baru kulihat itu.

Wanita bernama Susan ini bukan hanya melepas pakaian luarnya saja, ia pun melepas pakaian dalamnya sehingga benar-benar polos. Baru kali ini aku melihat tubuh mulus polos seorang wanita tanpa sehelai benangpun, bahkan aku baru tahu bahwa wanita bernama Susan ini memiliki tubuh yang sangat menawan. Tak lama kemudian Susan pun mengenakan piyama yang kuberikan.

Aku masih terkejut dan menatapnya tanpa berkedip. Padahal aku tahu ia telah membalikkan badannya. Pakaian yang dikenakannya memang sangat pas di tubuhnya. Kuperhatikan lagi dirinya, ia mengancingkan piyama tersebut seenaknya sehingga bagian dadanya sedikit tersembul.

“Apa yang kau lihat? Apakah pakaian ini tak pantas untukku?” suaranya mengejutkanku. Aku segera sadar, bahwa Susan berkerja sebagai wanita penghibur. Jadi ia takkan merasa risih untuk melepaskan pakaiannya di hadapan laki-laki. “Kau sedang memikirkan apa?” tanyanya kembali mengejutkanku. “Apakah wajahku jelek? Sehingga kau ketakutan melihatku?” tanyanya lagi.

“Oh! Tid…tidak, anda sangat cantik dan… sek… seksi, ucapku terbat-bata. Tiba-tiba Susan tertawa genit. Kulihat dia berjalan menghampiriku. “Apakah kau ingin tidur denganku? Apakah kau ingin tubuhku menghangatkan tubuhmu di malam yang dingin ini?” tanyanya sambil memelukku.

“Ti… dak, ti… dak!” ujarku sambil melepaskan diri dari pelukannya. Tiba-tiba Susan menjatuhkan dirinya ke sofa. Kudengar dia terisak-isak. “Oh… rupanya anda tidak menyukaiku. Aku sadar bahwa aku hanyalah pelacur. Sedangkan kau pria baik-baik, sudah tentu anda tidak menginginkan diriku,” isaknya,

“Bukan… bukan itu, aku… aku… tidak pernah melakukan itu. Lagipula aku takut pada hukum dan norma,” ujarku mengakui.

Mata Susan yang memerah menatapku. Air matanya perlahan bergulir, mengalir di pipinya yang putih mulus. “Kenapa mesti takut pada hukum? Kenapa mesti takut pada norma? Lagipula kita hanya berdua malam ini, tidak akan ada yang mengetahui perbuatan kita. Dan juga, aku menyerahkan diriku dan akan melayanimu sepenuhnya sebagai balas budi. Jika kau tidak mau, bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu?” ujarnya di sela-sela tangisnya.

Aku segera duduk di sampingnya, kubelai rambutnya yang panjang. “Perlu kau ketahui, baru kali inilah aku berhadapan dengan wanita. Aku juga belum pernah melakukannya dan juga tidak memliki pengalaman dalam hal itu. Jadi, aku takut mengecewakanmu,” ucapku menghibur dirinya.

Tiba-tiba ia memelukku begitu erat. Kurasakan kehangatan tubuhnya, dadanya yang gempal dan ranum terasa hangat di dadaku. Segera aku angkat wajahnya dan mencium bibir ranumnya, kami pun saling berpagut. Kuakui Susan begitu mahir mempermainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, kami saling meraba dan tanpa sadar kami sudah saling menelanjangi. Malam yang dingin ini berubah menjadi malam yang panas bagi kami berdua, Dengan gemas kuciumi bukit di dadanya kombinasi jilatan dan kuluman membuat dia mendesah.
Tangan Susan membimbing tanganku ke arah dadanya dan lantas menempatkannya pada bungkahan payudaranya, seiring itu ia juga membantu tanganku supaya meremas payudaranya sendiri.

Aku lakukan pertama dengan lembut lalu semakin kuat dan penuh nafsu. Kemudian aku memeluk tubuh Susan dengan erat.
Ciumanku pun turun pada leher jenjang Susan. Desahan lembut keluar dari bibirnya, sementara tanganku bersentuhan langsung dengan lembutnya payudara Susan.

Desahan Susan berubah menjadi erangan penuh gairah.
“Aaahh.. aahh.. mas.. oohh..” erang Susan.
Tanpa melepas piyamanya, aku menikmati kelembutan dan keindahan tubuh Susan.

Waktu berlalu dan ciumanku pun telah berubah arah ke payudaranya erangan dan gelinjang tubuh Susan semakin keras dan kuat.
Ciuman dan jilatanku pada payudara Susan membuatku mengerang semakin keras.

Apalagi ketika jariku menggosok vagina Susan yang telah basah kuyup oleh cairan pelumas kenikmatannya.

“Aaah.. aahh.. mass.. aahh.. aahh..” erang Susan. Setelah beberapa saat Susan kembali mengerang panjang.. langsung kulumat bibirnya.. mencoba mengurangi keluarnya suara erangan kuat Susan.

Tubuh Susan menggelinjang hebat sambil memelukku erat-erat. Tubuh kami berhimpitan ketat.

Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya.. terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya cairan cintanya. Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari-nari di bibir vaginanya kakinya menjepit kepalaku, aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku.

Selang beberapa saat Susan yang telah ‘panas’ menarikku untuk berganti posisi ia merebahkanku di sofa lantas bergerak pelan mengangkang di atas tubuhku.
Berbalik kini ia yang duduk di atas pangkuanku dengan kaki terbuka lebar Setelah beberapa saat kemudian Susan telah tenang.
Ia lepaskan pelukannya padaku ia tersenyum manis dan berkata di sela deru nafasnya.

“Hah.. enak.. banget.. mas.. hah.. hah.. enakk.. banget.. kini giliran hah.. hah.. Susan..”

Ia berdiri dan kemudian menarik turun celana dalamku dan Tuink..!
Betapa terkejutnya dia ketika melihat penisku yang sudah sangat tegang berdiri dengan kokohnya, penisku yang berukuran sekitar 12 cm tak begitu panjang namun diameternya yang gemuk membuatnya terlihat besar.

Susan memegangnya penuh rasa hati-hati dan nafsu setelah terpegang, Susan mengocoknya perlahan membuatku yang sudah sangat terangsang menjadi lebih mudah mencapai puncak gairahku.

Aku lantas mengangkat pantatku menyodorkan penisku ke mulutnya, dia menggenggam dan mengocoknya, memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya.

Tanpa kesulitan segera penisku meluncur keluar-masuk mulut mungil Susan yang cantik, kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya.

Antara jilatan kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi.
Eranganku mengeras seiring dengan kocokan Susan pada penisku.

Beberapa saat berselang Susan mengangkat tubuhnya kubantu geraknya dengan menuntunkan penisku tepat berdiri tegak di bawah bibir vaginanya.

Dengan bertumpu sebelah tangan di pundakku Susan menurunkan tubuhnya perlahan
Slebbhh.. “Nghhh..hhh..” Erangnya nikmat ketika kepala lalu batang penisku membelah lepitan vagina sempit nan membasahnya.

“Erghhh..hhh..” Geramku tak kalah penuh nikmat saat merasakan sekujur kulit batang penisku dibekap kehangatan kerapatan belahan nikmat otot dinding-dinding liang vaginanya.

Penisku pun membelah bibir vagina Susan terbenam padat di selorong liang hangat membasah nan menjepit penuh nikmat.
Rasa hangat dan basah serta denyutan kuat menyapa penisku..
Oughh.. Sungguh kenikmatan yang belum pernah aku rasakan selama ini.

Dengan satu gerakan penisku melesak terbenam dalam liang vagina Susan pijatan dan denyutan dinding vagina Susan kurasa sangat nikmat..

“Aaahh.. mas.. aahh.. enakk.. bangett.. aahhh..” Rintihnya nikmat mengiringi gerusan batang penisku di liang vaginanya..

“Erghh.. Mas juga..” Eranganku tak kalah nikmatnya.. menerima segala rasa nikmat yang membekap di sekujur kulit batang penisku di lepitan hangat membasah vaginanya itu.

Setelah beberapa saat berdiam diri beradaptasi.. Susan lalu bergoyang dengan lembut maju-mundur memutar dan naik-turun.

Sementara itu penisku bagaikan dipelintir dipijat diremas-remas lembut oleh dinding vagina Susan membuat hanya tak sampai 2 menit aku harus mengerang panjang.
“Aaahh.. aahh.. Susan.. Susan.. aahh.. aku.. mauu.. k-keluarr.. aahh.. aahh..” erangku.
“Aaahh.. aahh.. keluarrinn.. keluariinn.. mas.. aahh.. aahh.. enakkk.. bangett..”

Susanpun semakin memainkan tekniknya hingga memaksaku mengerang panjang sambil memeluk tubuh Susan penisku berkedut kuat memuntahkan sperma berkali-kali dalam liang vagina Susan.

Di atas selangkanganku Susan semakin liar mengggoyang mengaduk-aduk batang penisku di liang nikmat vaginanya.
Sementara pijatan dan remasan dinding vagina Susan semakin liar pula memberikan rasa nikmat yang tiada tara.

Rasa nikmat yang tiada tara itu kembali menguasaiku sesaat setelah selesai mencapai puncaknya Susan tak berhenti malah semakin liar bergoyang menggerus batang penisku yang terbenam di liang vaginanya.

Tiba-tiba Susan memelukku erat disertai dengan gelinjang dan kejangan liar tubuhnya bibirnya dengan nafas terengah mencari-cari bibirku, kusergap hingga kamipun berciuman panas.

Sementara di bawah Susan semakin kuat menekankan pinggulnya mendesak-desakkan vaginanya pada batang penisku yang dibekap megap-megap digerus keliatan liang vagina hingga penisku terbenam seluruhnya
Arrgghh.. Betapa rasa nikmat itu memang amat sangat memabukkan.

Kami berpelukan beberapa saat sampai semua itu mereda.. dan Susan yang pertama melepaskan pelukannya dan sambil memegang wajahku, ia berkata.. “Mas.. hah.. hah.. enak banget. Makasih mas, enak banget rasanya.. hah.. hah..”

“Iya, aku juga enak. Makasih Susan, enak banget. Mas puas banget..”

“Hihihihi.. Mas Andi nakal juga ya..”
Kata Susan yang bersimpuh di hadapanku.

Ia pegang penisku yang masih tegang itu dan mengelusnya.. lalu menjilatinya dari buah pelirku sampai dengan kepala penisku.

“Ahh.. enak Susan, enak.. ahh.. Maaf ya tadi aku keluar duluan..?” erangku kembali diserang nikmat.

Tidak apa-apa mas, kalo mas keluar lagi juga tidak apa-apa kok.. ”Kata Susan yang kemudian mengulum penisku.

Ia menjepitnya dengan bibir tipisnya dan menaik-turunkan kepalanya.. sementara itu lidahnya menjilati kepala penisku.. Susan juga melakukan isapan lembut pada penisku.
Perpaduan dari semua itu sangat memberikan kenikmatan padaku.

Susan melepaskan kulumannya.. lantas kembali mengocok penisku dengan lembut.. mengulumnya kembali.. membuatku mengerang-erang keenakan.

Susan melakukan itu berulangkali.. sampai penisku kembali menegang dan mengeras..

Puas dengan permainan oralnya kutuntun untuk kemudian merebahkannya ke sofa..
Aku lalu setengah berjongkok di depannya.. tangannya meraih batang penisku yang telah mengacung lagi.. lalu menyapukan ujung penisku ke belahan vaginanya..

Dia menatapku dengan pandangan penuh gairah.. aku jadi agak malu memandangnya.. namun nafsu ternyata masih lebih berkuasa..

Susan sedikit beringsut mengangkat pinggulnya ia tuntun penisku yang telah kembali menegang itu tepat di bawah lepitan bibir vaginanya.. lagi..!

Slebbhh.. Dengan sekali dorong melesaklah lagi penisku kembali ke vaginanya..
Dan ahh.. ia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya.
Clebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crekk..crekk.. clebb..

Kakinya lantas bergerak menjepit pinggangku.. kutarik dia dalam pelukanku.. kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi.. saling cium.. saling lumat.

Susan mendesah liar seperti sebelumnya.. kurebahkan tubuhnya lebih dalam ke sofa.. lalu kutindih.. satu kaki menggantung dan kaki satunya di pundakku.

Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya vaginanya.. dia memegangi dan meremasinya sendiri.

Beberapa saat kemudian kuputar tubuhnya untuk posisi doggie dia tersenyum
Tanpa membuang waktu kulesakkan lagi penisku kali ini dari belakang..

Slebbh.. Jleghh.. “Oughh.. Mass..!”
Dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan tak ada penolakan. Kupegang pantatnya yang padat berisi, Susan melawan gerakan kocokanku
Kami saling mengocok dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya.

Aku bisa melihat penisku keluar-masuk vagina Susan
Kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya dia menggeliat kegelian sambil menoleh ke arahku.
Kuraih buah dadanya yang menggantung bergoyang indah dari sela piyama yang terburai.. kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya.

Aku benar-benar menikmati tubuh indah Susan dengan berbagai caraku sendiri..
Ada rasa nikmat tersendiri di hatiku yang sangat berbeda sekali.

Kuraih tangannya dan kutarik ke belakang dengan tangannya tertahan tanganku tubuh Susan menggantung aku jadi lebih bebas melesakkan penisku sedalam mungkin di liang nikmat vaginanya.

Desah kenikmatan Susan makin keras memenuhi ruang.
Kudekap tubuhnya dari belakang kuremas kembali buah dadanya.

Batang penisku masih menancap di vaginanya kuciumi telinga dan tengkuknya Geliat nikmat Susan makin liar.
“Aduh Masshh.. enak banget masshh.. Susan sukaa, trus Mashh..”

Kulepaskan tubuh Susan kembali kami bercinta dengan doggie style
Entah mungkin lebih setengah jam kami bercinta belum ada tanda-tanda orgasme di antara kami.

Kami berganti posisi Susan kembali sudah di pangkuanku tubuhnya turun-naik mengocokku.. buah dadanya berayun-ayun di mukaku segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam di antara kedua bukitnya.

Gerakan Susan berubah menjadi goyangan pinggul berputar menari hula hop di pangkuanku.
Berulangkali dia menciumiku dengan gemas.

Tak lama kemudian tiba-tiba Susan menghentikan gerakannya dia juga memintaku untuk diam.
“Sebentar Mas, Susan ngga mau keluar sekarang.. masih banyak yang Susan harap dari mas Andi” katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya aku hampir tak bisa napas.

“Kamu turun dulu deh” pintaku.
“Tapi Mas.. Susan kan belum” protesnya.
“Nghh.. Udahlah percaya Mas Andi deh” potongku.

Perlahan kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding kubungkukkan sedikit lalu kusapukan penisku ke belahan vaginanya dari belakang. (Tidak sia-sia pembelajaranku dari miss S. Aoi, akhirnya bisa kupraktekan^^)

Susan mengerti maksudku kakinya dibuka lebih lebar mempermudah aku melesakkan penisku.
Tubuhnya makin condong ke depan Slebbh.. jlebhh..
“Oughh.. Masshh..” desah kenikmatan kembali mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya.

“Sss.. aduuh Mass, enak bangethh Masshh.. belum pernah aku.. aauuh..”
Desahnya lagi sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok.

Kami saling bergoyang pinggul saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya.
Nikmat sekali goyangan Susan lebih nikmat dari sebelumnya.

Berulangkali dia menoleh memandangku dengan sorot mata penuh kepuasan mungkin dia belum pernah melakukan dengan posisi seperti ini.
Tubuhnya makin lama makin membungkuk hingga tangannya sudah tertumpu meja sebelah dinding.

Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya, aku tetap masih mengocoknya dari belakang.
Dia lantas menaikkan satu kakinya di pinggiran meja penisku melesak makin dalam, kocokanku makin keras, sekeras desah kenikmatannya.

Kubalikkan tubuhnya, dia jadi menelentang di atas meja, kunaikkan satu kakinya di pundakku..
Lantas kukocok dengan cepat dan sedalam mungkin.

“Sss.. eegghh.. udaahh Mashh.. Susan nggaak kuaat, mau keluar niih..” desahnya
“Sama.. Mas juga..hhhh..”

“Kita sama-sama, keluarin di dalam saja, aman kok, Susan pake pil, jangan ku..aa.. sshhiit ..”

Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya ternyata sudah orgasme duluan..

Sontak aku makin cepat mengocoknya..
Tak kuhiraukan teriakan orgasme Susan.. makin keras teriakannya makin membuatku bernafsu.

Semenit kemudian aku menyusulnya ke puncak kenikmatan..
“Erghhh.. orghh..” Crett.. crett.. crett..
“Auughh.. masshh..!”
Kembali dia teriak keras ketika penisku berdenyut menyemprotkan sperma di vaginanya.
Untuk keduakalinya aku membasahi vagina dan rahim Susan dengan spermaku.

Dia menahanku ketika kucoba menarik keluar. “Tunggu, biarkan keluar sendiri.” cegahnya..
Maka kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya kucium kening dan pipinya sebelum akhirnya kucium bibirnya.

“Makasih Mas permainan yang indah, the best deh pokoknya” bisiknya menatapku tajam.
Kuhindari tatapannya.. tak sanggup aku melawan tatapan tajam Susan.

“Sekarang gantian Mas aku pengin membantu Mas Andi sekali lagi”
Susan berkata sambil mendorong tubuhku lalu turun mengambil posisi agak berjongkok di pinggir meja.

Aku sangat mengerti apa yang akan dilakukan oleh Susan. Akupun segera berdiri di hadapannya.
Kedua tangan mungil Susan merengkuh pantatku dan menariknya mendekat ke wajahnya yang jelita itu.

Tanpa basa-basi dia segera menciumi batang kejantananku dengan bibirnya yang tipis itu.
Perlahan lidahnya yang lembut mulai menjilati seluruh permukaan kemaluanku.
Kadang diselingi pula dengan kecupan dan hisapan lembut di kantong bijiku.
Aku mulai terbuai oleh permainannya.

Susan sudah mulai mengulum kepala penisku dengan sangat lembut.
Kemudian dengan sangat mesra dia mulai memasukkan seluruh tongkat pusakaku ke dalam mulutnya yang mungil.

Sementara di dalam kuluman hangat mulutnya.. lidahnya menggelitik leher penisku.
Bagian yang paling sensitif dari tubuhku. Aku mulai menggelinjang penuh kenikmatan.

Aku belai lembut kepala Susan.. dia bereaksi dengan menyedot ringan kepala penisku.
Lidah dan bibir Susan masih terus menggerayangi kemaluanku. Nafasku semakin memburu sambil mataku lekat memandang adegan panas gadis yang tengah berjongkok dengan pakaian semrawut di depanku.
Sepertinya Susan juga menikmati apa yang dia lakukan lirikannya juga tak lepas dari mataku.

“Ahhh.. ahhhh.. San.. nikmat.. ah.. San.. kamu pinter San.. ahhh terus.. iya.. iya..”
Tanpa bisa aku kontrol mulutku mulai menyuarakan apa yang aku rasakan.
Susan membalas desahanku dengan gelitikan lidahnya di batang penisku. Ini membuat aku semakin terbang ke awang-awang.

“Ahhhhh.. ahhh.. enak Susan.. mulutmu enak sekali.. terus.. ahhhhh.. aku nggak tahan.. ahhh..”

Susan bisa membaca gelagat bahwa puncak gunung kenikmatan sudah di depan mataku.
Dia lantas agak mengubah gayanya.. bibirnya mengecup kepala penisku.

Tangan kanannya yang sedari tadi mengelus pantatku mulai mengocok batang penisku.
Mula-mula lambat.. semakin lama kocokannya semakin cepat.

Tubuhku tak bisa kutahan untuk tidak gemetar penuh kenikmatan. Mau ga mau aku mengerang keras hingga peniskupun kembali mengembang semakin besar dan tiba-tiba penisku menyemprotkan sperma di dalam mulut Susan.

Susan yang mengetahui gejala aku mendapatkan puncak kenikmatanku tak melepaskan kulumannya malah semakin kuat menghisapnya.
“Aaah.. aahh.. Susan.. ohh.. Susan.. aahhh..!”

Croot.. croott..
“Aaahhh..”
Beberapakali semprotan di dalam rongga mulut Susan tidak sebanyak yang tadi-tadi memang namun ada beberapa tetes spermaku yang keluar di sela bibir tipisnya yang sedang mengulum penisku.

Susan melepaskan kulumannya sambil masih bersimpuh ia menelan spermaku yang memenuhi mulutnya.


Susan terlihat agak kusut dengan keringat yang bermunculan di sekujur tubuhnya, sementara bekas spermaku yang sempat mengenai payudaranya pun tak dibersihkan.

Susan pun tersenyum manja, Hubungan seks yang kami lakukan malam ini memberikan pengalaman pertama yang begitu nikmat bagiku. Demikian juga Susan ia merasa puas karena telah membalas budi baikku.

Pada pagi harinya, aku bangun cepat, aku masih meras bahwa apa yang kulakukan dengan Susan merupakan mimpi yang indah. Aku sampai terkejut, ternyata apa yang kualami adalah kenyataan. Kulihat Susan masih terbaring di sisiku dalam keadaan telanjang. Pada saat aku menatapnya, Susan pun terbangun aku pun tersenyum demikian juga Susan. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut, Susan pun membalasnya. Pagi ini bukan hanya kecupan, kami pun mengulang kembali kenikmatan yang kami lalui semalam.

Selang beberapa menit setelah aku sampai pada kenikmatan hakiki, Susan segera bangkit. Aku hanya tersenyum memperhatikan tubuhnya yang putih mulus melenggok menuju kamar mandi. Pagi itu Susan pun pergi,

Pada malam harinya, aku sengaja pulang larut malam, pada saat melewati lorong gang yang gelap, ada sedikit rasa kecewa, karena aku tak mendengar panggilan wanita. Tapi sesampainya aku di rumah, aku melihat Susan sudah menunggu kepulkanganku.

“Pulang malam lagi?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku. Pertanyaan itu hanya kujawab dengan anggukan dan senyuman, pikiranku sudah merasa senang karena aku akan kembai menikmati tubuh Susan lagi malam ini.

Ternyata benar, ketika aku mengajaknya masuk dan menutup pintu, Susan langsung menghambur dan memelukku. tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Susan yang menawan itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu.

Susan memeluk tubuhku erat erat, Susan sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik meremas susu Susan yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Susan memejamkan matanya karena geli.

Dengan sigap aku melepaskan pakaian Susan, dan tidak disangka-sangka Susan sudah tak mengenakan apa apa dibalik bajunya itu ternyata Susan memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku. Tubuh Susan benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah vagina yang tak berambut mencembung.

Ketika kubentangkan bibir vaginanya, itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Susan langsung menjerit lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku yang sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas.

Ketika kudekatkan penisku ke wajah Susan, dengan sigap pula Susan menggenggamnya dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir Susan yang ranum itu sampai membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Susan sepertinya sengaja memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia berkali kali melirik kearahku.

Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis Susan malam ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Susan yang sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Susan melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku berbaring dengan agak tergesa gesa Susan merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling penisku, mulai dari pelirku, terus naik keatas sampai ke lubang kencingku semuanya dijilatinya, bahkan Susan dengan telaten menjilati lubang duburku yang membuat aku benar benar blingsatan.

Aku hanya dapat meremas remas susu Susan serta mengobel vaginanya dengan jariku. Aku sudah tak tahan dengan kelihaian Susan ini, kusuruh dia berhenti tetapi Susan tak memperdulikanku malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya yang hangat itu. Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar yang disambut Susan dengan pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan akan dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas. Ketika Susan merasa kalau air maniku sudah habis keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil tersenyum manis ia melirik kearahku.

Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan oleh Susan. Susan langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Andi diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu.

Dengan tubuh telanjang bulat Susan mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Susan benar benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai mengurut penisku yang setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng lagi, mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih bergelora.

Aku juga makin bernafsu melihat susu Susan yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba vaginanya ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Susan juga masih bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem . Melihat penisku yang sudah tegak itu,

Susan langsung mengangkangi aku dan menepatkan penisku diantara bibir vaginanya, kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya sehingga akhirnya penisku habis ditelan vaginanya itu.

Setelah penisku habis ditelan vaginanya, Susan bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Susan.

Setiap kali Susan menekan pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung penisku itu. Putaran pantat Susan membuktikan kalau Susan memang jago bersetubuh, penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap hisap oleh dinding vagina Susan.

Hebatnya vagina Susan sama sekali tidak becek, malahan terasa legit sekali, seolah olah Susan sama sekali tak terangsang oleh permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Susan juga sangat bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu dan itilnya yang mengeras seperti batu itu. Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan Susan itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan vaginanya.

Begitu posisiku sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki vagina Susan. Susan menggigit bibirnya sambil memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk kebagian yang paling dalam dari vagina Susan. Rojokanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku, sementara Susan sendiri sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku.

Mulutku menciumi susu Susan dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Susan memintaku untuk menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah, Susan makin keras merintih rintih, kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan vagina Susan mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang penisku.

Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa vaginanya, Susan dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari vaginanya sementara pantatnya bergoyang terus diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya.

Dengan suara agak gemetar merasakan kenikmatannya, Susan menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku menggelengkan kepala, Susan menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku kucabut, Susan langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang berkumpul disitu menjadi bersih. Penisku saat itu warnanya sudah merah padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar lingkar disekeliling batang penisnya.

Susan sesekali menjilati ujung penisku dan juga buah pelirku. Ketika Susan melihat penisku sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku memasukkan penisku, tetapi kali ini Susan yang menuntun penisku bukannya ke lubang vaginanya melainkan ke lubang duburnya yang sempit itu.

Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta hangatnya lubang dubur Susan, ketika penisku sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya, Susan menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku mulai menggerakkan penisku pelan pelan sekali. Kurasakan betapa ketatnya dinding dubur Susan menjepit batang penisku itu, terasa menjalar diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar biasa, baru beberapa kali aku menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu harus segera lenyap.

Susan menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku. Setelah kurasa agak tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku menyelusuri dinding dubur Susan itu, dasar sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Susan juga mencengkeram pundakku.

Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air mani yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku terguling disamping tubuh Susan, kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh lendir yang membasahinya. Susan langsung bangun dari tempat tidur, dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku itu, aku tahu kali ini dia tak mau membersihkannya dengan lidah karena mungkin dia kuatir kalau ada kotorannya yang melekat.

Setelah itu, disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur, disamping karena memang lelah, pijatan Susan benar benar enak, sambil memijat sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku. Aku benar benar puas menghadapi perempuan satu ini.

Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Susan terus memijit tubuhku. Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata Susan masih saja telanjang bulat, penisku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Susan yang sintal itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Susanpun mulai meremas remas penisku yang tegang itu. “Yuk kita ke kamar mandi” ajakku “Sapa takut…..” Aku menarik tangan Susan keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” San…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum. Susan membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya. Susan mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat.

Susan mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Susan ke bak mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat.

Kumasukan dua jari tanganku ke dalam liangnya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa.

Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding rumha tetangga.

Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati liangnya. ”Ahhh…ahhh….Mas…Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok liangnya. Semenit kemudian, Susan benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya.

Ia tersenyum lalu mengambil jariku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat. Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya.

Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Susan melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah.

Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku. Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar.

Susan tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku.

Tapi tampaknya Susan makin terangsang.Penisku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit… Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Susan merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku. ” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh…Ohhhhh uhhhhhh…” Susan orgasme untuk kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.

Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Susan tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak-acakan.

Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. Penisku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Susan naik turun sesuai irama kocokanku, dan penisku semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat.

Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya. “Susan..aku juga mau keluar nih….” ” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!! “Susan langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok penisku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Susan menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan. Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Susan berlutut dan menjilati seluruh penisku dengan rakus.

Setelah Susan menjilat bersih penisku, ia memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri.Malam itu aku dan Susan kembali melakukan hubungan sex tapi hubungan sex malam ini, lebih panas daripada kemarin malam, kurasakan Susan lebih agresif dalam melayaniku, kami melakukannya hingga jam 4 subuh, entah berapa ronde dan berbagai macam gaya kami lakukan, dari di kamar, dapur kamar mandi, hingga ruang tamu pun menjadi alas pertempuran kami.

Anehnya, perasaan lelah setelah seharian bekerja tidak kurasakan. Bahkan, pada saat bangun tidur pada pagi harinya, sebelum berpisah, kami selalu berhubungan sex dahulu.

“Susan, maukah kamu datang lagi besok malam? Jika kau ingin bayaran, aku akan membayarnya,” ucapku sambil membaringkan tubuh di sisinya, kulihat Susan hanya tersenyum lalu bangkit berjalan menuju kamar mandi.

Keesokan harinya pada jam yang sama, aku mengharapkan Susan datang kembali. Tetapi harapan hanyalah harapan, Susan tidak kujung datang. Aku mulai gelisah dan merindukan Susan setelah beberapa hari Susan tidak datang, sepertinya aku mulai menyukai Susan. Akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya.

Pada malam minggu aku segera berangkat menuju klub malam tempat kerja Susan. Kucari klub malam yang pernah disebutkan Susan, tapi orang yang kucari tak juga dapat kutemui. Segera kutemui pengelola klub malam tersebut, “Anda mencari Susan?” Tanya pengelola. “Dia memang pernah bekerja di sini, tetapi itu tahun lalu. Apakah anda tidak tahu bahwa susan sudah meninggal setahun lebih?” jawab pengelola klub. Tubuhku menjadi gemetar mendengar jawabannya. Tanpa basa-basi aku segera meninggalkannya.

Keesokan harinya aku segera menemui atasanku, tanpa alasan yang jelas aku meminta untuk di pindahtugaskan. Ternyata bekerja di perantauan merupakan tugas yang berat. Tanpa sadar aku telah menjalin cinta bahkan berhubungan sex dengan hantu seorang wanita penghibur. Terus terang pengalaman ini tak mudah kulupakan.
 
Ndut mendukungmu Ang..
Ceritanya ringan, SS lumayan detail..

Semoga pembaca lain sependapat dan bisa ngasih suaranya ke karya suhu..
 
ceritanya gurih gurih enyoiii om...
miss susan'y bikin:konak::konak:
sayang endingnya ceritanya kurang greget sdikit..,

tp secara sekelurahan sih So Nice So Good iS very Good....
:mantap::mantap::mantap:
 
Terima kasih suhu2 besar yg sudah mendukung, memberi like dan vote, maaf ga bs bales satu2, semoga terhibur dengan cerita super ss, :ampun::ampun:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd