Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bibalik Pria Sukses Pasti Ada (Tag ; Jilbab, Tocil, Anal ) Bag. 2

Lanjutttt gan, kalo bisa pegawai barunya diajak juga tuh hahaha
 
Tanpa bermaksud untuk membuat cerita ini terbagi-bagi, Neubi sengaja membuat thread baru agar para pembaca dan silent rider sekalian yang sudah membaca cerita awal lebih mudah menikmati kelanjutan kisah Reno Sang Pengusaha muda.

Mohon maaf jika penulisannya masih jauh dari sempurna karena hanya ditulis dengan ponsel jadul diselingi berbagai aktifitas penulis.

Ahkir kata, ijinkan neubi menikmati es cendol dari para suhu sekalian yang sudi berbagi sebelum dan atau sesudah menikmati kisah ini.

NB : bagi silent rider neubi ucapkan selamat dan sukses bercoli karna mungkin itu merupakan kesempatan terahkir kalian bercoli sebelum ahkirnya dicoliin pasangan SESAMA JENIS.

... Pagi itu Mbak Win sedang mengelap meja saat Reno datang. Mereka berdua tampak canggung terlihat saat pandangan mata keduanya saling beradu. Mbak Win cepat mengalihkan pandangan ke arah meja mencoba menutupi raut wajahnya yang tersipu, sedangkan Reno yang biasanya mantap melangkah, kali ini tertunduk berjalan mendekat ke arah mbak Win.

Dengan sedikit ragu, Reno menyentuh pinggul mbak Win yang memang sedikit membunguk saat membersihkan meja.
"...seeerrr..." Hati Reno berdesir, bagaimana tidak jika pinggul ramping mbak Win itu tercetak jelas dibalut celana kain itu bagaikan pinggul artis korea, bahkan tepian celana dalam mbak Win yang tercetak pun bagai magnit untuk telapak Reno.

Mbak Win seketika menghentikan aktifitasnya dan kemudian sedikit menggerakan pinggulnya perlahan.
Seolah hendak mengatakan, "jangan mas, pintu warung terbuka lebar atau nenti mas, di belakang aja". Reno pun paham sehingga melepaskan telapak tangannya dari pinggul mbak Win, meski ia tetap menyempatkan untuk meremas lembut pantat kecil mbak Win yang kencang itu.

"Mas Reno ....!" Mbak Win seolah hendak memukul Reno meski wajahnya mengatakan sebaliknya. Terlihat jelas dari ujung bibir mbak Win yang terangkat dan kelopak matanya yang menyempit.

"Mas Reno ah ..."

Reno melenggang diatas awan, seperti seorang "silent rider" yang bebas ber-coli tanpa perduli perasaan penulis yang selama ini sudah membuatnya ngaceng.

Mbak Win berlalu meninggalkan Reno yang sudah duduk di salah satu meja makan warung soto kebanggaannya. Tak lama kemudian mbak Win kembali sambil membawa secangkir kopi hitam dan diletakannya di hadapan Reno.

"Makasih mbak ..."

"Eh mbak, mbak Win bisa masak masakan rumahan kan?" Reno mencoba mencairkan suasana antara mereka berdua yang masih canggung dengan peristiwa kemarin.

"Masakan Rumahan gimana mas?" Mbak Win tampak bingung dengan pertanyaan Reno.

"Duduk dulu deh ... " Reno meminta mbak Win yang saat itu berdiri di samping Reno.

"Jadi gini, semalam Reno pasang lowongan kerja di internet, ya biar mbak Win ada yang bantuin."

"Nah, mungkin besok sudah mulai ada pelamar yang datang kesini"

"Iya mas...., terus?" Meski tanpa kata-kata, mbak win memberikan respon atas perkataan Reno melalui alis wajahnya.yang terangkat namun kelopak matanya menurun dengan tatapan matanya yang bening ke arah Reno.

"Jadi nanti kalau sudah ada anak baru, Reno mau ada menu tambahan disini. Gak cuman jual soto, kita juga jualan nasi sayur ... Oseng tempe, sop, ya semacam itulah, nanti gimana-gimananya mbak atur aja?"

"Kalau itu sih bisa mas ..".

"Bener lho?!"

"Iya mas ..."

"Omong2 Si Eny ama si Mirna semalam udah dibelin martabak?"

"Ah... Mas Reno" mbak Win kemudian berdiri dan melangkah ke dapur meninggalkan Reno.

Reno tersenyum puas seiring dengan nafsunya kembali memuncak dengan sikap mbak Win yang bagaikan anak remaja itu. Malu tapi mau, sepeti itulah kesan yang disampaikan oleh mbak Win pada Reno.

Kejantanan Reno seakan diuji, Reno yang merasa sudah memiliki kuasa atas mbak Win ditambah rutinitas paginya bercoli di kamar mandi ia lewatkan tadi. Reno pun ikut berdiri dan membuntuti mbak Win ke dapur.

Mbak Win yang sedang berkonsentrasi mengaduk kuah Soto dikejutkan dengan pelukan Reno dari belakang.

"Mas... Nanti kalau ada pembeli gimana?"

"Iya deh ... Tapi aku kangen say ..." Sahut Reno

"Mas Reno ... Nanti kalau ada yang liat loh?!" Mbak Win menepuk paha Reno disusul dengan cubitan.

"Iyaaaa ...!" Reno meremas payudara 34A mbak Win yang memang menggemaskan itu, sebelum ahkirnya melepaskan dekapannya ...

Satu persatu pembeli pun berdatangan, entah apa yang ada di pikiran Reno hingga ia berharap agar warungnya sepi untuk sementara agar ia bisa memuaskan rasa kangennya pada Mbak Win. Pesona mbak Win benar-benar sudah membuat Reno menjadi lupa daratan.

Warung Soto milik Reno memang tak pernah sepi pembeli. Selain enak dan murah, tak sedikit pula yang menjadi langganan adalah para penganggum mbak Win. Reno tahu itu, ia pun kadang cemburu melihat pelanggannya menggoda mbak Win. Meski Reno tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa menambah kesabarannya dengan keadaan itu.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, mbak Win pun berpamitan pada Reno dan menuju suaminya yang sudah menunggu diatas Jok Honda astrea grand butut ditemani sebatang rokok djarum super yang entah beli sebungkus atau ngeteng itu. Mbak Win meraih helm yang disodorkan suaimnya kemudian duduk di jok belakang sambil membenahi helmnya.

Sesaat sebelum mereka berdua pergi, mbak Win masih sempat mengerlingkan mata pada Roy yang membuat pemuda tampan itu semakin bergejolak perasaannya. Pikirannya limbung, hatinya kacau saat mbak Win pulang. Ia bagaikan seekor anjing yang ditinggal pergi majikannya. Matanya liar seolah. mencari jejak peninggalan mbak Win.
Yang Reno temukan hanyalah celmek yang biasa mbak Win kenakan saat bekerja. Celmek itu diraihnya kemudian dikenakannya setelah ia melucuti pakaiannya. Reno pun mulai menggerayangi dirinya sendiri. Meremas kontolnya yang tegak dan besar lalu mulai mengocoknya sambil sesekali terpejam membayangkan mbak Win.

"Ssshhh ..."
"Mbakk ...."

Reno merancau namun ia masih kurang puas hingga diraihnya gagang panci yang biasa digunakan mbak win memasak. Reno masih terus mengocok batang penisnya sementara tangan kirinya memegang panci. Sesaat Reno merasa kenikmatannya akan memuncak, iapun membungkus kontolnya dengan celmek yang tergerai di tubuhnya .

"Seeerrrr..." Kuah panas yang dimasak dalam tubuh Reno pun mengalir membasahi celmek motif hello kitty yang biasa dipakai mbak Win.

Sensai hangat dan basah dari sperma Reno yang membalur kontolnya dialam bungkusan celmek cukup memuaskan Reno dalam melancarkan birahinya sore itu.

Hari berganti dan para pelamar kerja yang tahu informasi dari lowongan yang disebar Reno melalui internet mulai berdatangan. Satu-persatu pelamar langsung diinterview karena Reno harus cepat mendapatkan tenaga tambahan untuk warungnya.

"Gimana menurut mbak Win? Mbak ada yang sreg gak dari mereka semua?"

"Mbak sih terserah mas Reno aja ..."

"Ok deh..."

Jam makan siang sudah berlalu saat waktu menunjukkan pukul 13.00. Melihat tak ada pembeli satupun yang masih duduk di warungnya. Reno buru-buru menutup puntu warungnya meski memang tidak tertutup penuh.

"Loh mas, kok udah ditutup?!" Mbak Win terheran dan sedikit curiga. Tak biasanya Reno tutup lebih awal apalagi setelah kejadian beberapa hari yang lalu.

"Iya mbak, hari ini ada etalase mau dikirim, kemaren lusa Reno ke toko kaca dan pesen untuk display masakan. Sekarang lebih baik kita bereskan sebagian, biar nanti kalau etalasenya datang sekalian ditaroh di situ." Reno menunjukan salah satu sudut yang rencananya akan diletakkan etalase untuk menu barunya.

"Lagian juga kita pasti gak mampu buat menggesernya, apalagi kalau ada pembeli yang sedang makan kan gak enak juga?"

"Iya juga ya mas ..."

"Nah itu pinter ..." Reno tersenyum sambil mengusap lembut pantat mbak Win.

"Ih ..." Mbak win terkejut menggelinjang. Taktala itu pula mereka serentak hening mendengar ada kendaraan berhenti di depan warung soto "esek-esek" itu.

Reno membuka pintu warungnya dan benar memang itu kendaraan bak terbuka yang mengantarkan pesanan Reno.

Etalase sudah diletakan di tempat yang sudah ditentukan, Reno pun sudah melunasi pembayaran hingga para pengantar berpamitan dan Reno pun kembali menutup rapat pintu warungnya sementara mbak Win juga sudah hampir menyelesaikan tugasnya membersihkan dapur.

"Mbakkkk ... Sini deh ..." Reno sedikikit mengeraskan suaranya memanggil mbak Win.

"Wahhh ... Ada yang baru nih ..."

"Heeee ..." Reno hanya bisa meringis menanggapi cletukan mbak Win"

"Bakalan tambah kerjaan nih mas ..."

"Iya ... Ngerti ... Nanti kalau laku juga pasti dikasih tambahan kok ..."

"Heee ..." Kali ini mbak Win yang meringis.

"Mbak kan udah janji mau kelola warung ini sungguh-sungguh?!"

"Iya mas ..."

"Nah, nanti sore juga Reno mau telfon salah satu pelamar biar secepat mungkin mulai kerja"

"Nanti kalau sudah ada yang bantuin, mbak Win kan lebih ringan, soal bonusnya namti diatur deh".

"Mulai besok, Reno juga mau ada pembukuan"

"Pembukuan gimana mas?" Mbak win memotong pembicaraan"

"Besok, Reno ajarin..."

Satu persatu penjelasan Reno diutarakan pada mbak Win hingga ahkirnya ...

"Motor Reno sekarang juga boleh mbak Win pakai, maksudnya boleh mbak bawa pulang...". Mbak Win yang sudah lama ingin punya motor sendiri tentu saja girang, apalagi motor inventaris dari Reno itu Honda Scoopy warna "Gold". Sangat kontras dengan sepeda motor butut milik suaminya yang sudah lama telat pajak.

"Beneran mas?" Mbak Win mencoba meyakinkan perkataan Reno.

"Iya, bener, tapi coba tanyakan dulu ke Suami mbak, setuju atau enggak? Jangan2 malah tersinggung dan marah?"

"...uhft.." Pandangan mbak Win mendadak kosong teringat sosok suaminya. Yah, sebagaimana Reno tahu tentang mas Yadi, suami mbak Win ini memang seorang yang idealis namun tak punya daya untuk mewujudkan idealismenya. Tak banyak yang bisa diberikan untuk anak istrinya kecuali tuntutan-tuntutan tanpa memandang kemampuan dirinya sendiri.

"Ya sudah ... Nanti mbak coba bilang dan liat reaksinya".

"Iya mas ... Makasih sebelumnya ya mas Reno"

"Iya sayangku ...." Reno mengangkat dagu mbak Win sehingga mereka berdua saling beradu pandang.

Perlahan Reno mendekatkan wajahnya ke arah mbak Win, Reno kemudian mengecup lembut bibir mbak Win. Hanya sebuah kecupan kecil meski mereka masih berhadapan. Saat Reno menarik bibirnya dan menelanjangi wajah mbak Win, Bibir tipis mbak Win tampak merekah sehingga Reno sekali lagi menciumnya.

Kali ini mbak Win tak diam saja, ia menyambut kecupan Reno hingga kemudian bibir mereka saling beradu.

"...slurph..."
"Emmmh..."
"...cTak..."
"..Cpokk..."

Ciuman yang awalnya penuh kasih itu berubah menjadi peraduan nafsu. Keduanya sudah terhanyut bahkan saat reno membimbing mbak Win untuk bersandar di dinding warung, mbak Win hanya pasrah sambil terus saling merengkuh bibir masing-masing.

Mereka masih terus melahap, bahkan lidah pun sudah mulai berperan disini.
Reno mengambil inisiatif menyudahi pergulatan bibir itu dan mulai memainkan lidahnya di wajah mbak Win. Mulai dari pelipis, kelopak mata mbak Win, tulang hidung, semua tak luput dari sapuan lidah Reno. Sementara itu tangan Reno tak tinggal diam dan bergerak satu persatu melepas kancing baju yang dikenakan mbak Win.

Mbak Win yang saat itu mengenakan jilbab ungu senada dengan celana kain berbahan tipis dipadu lengan panjang putih tampak seperti bidadari turun dari khayangan. Terlebih saat bajunya terurai dan terpampanglah gundukan kecil yang masih malu-malu bersembunyi dibalik beha katun dan tanpa busa itu.

Perutnya yang ramping dengan dengan otot perut yang kencang namun samar dan dihiasi pusar yang tak terlalu dalam. Sungguh perfecto numero uno.

Saat mbak Win, berinisiatif melepas jilbab, Reno justru mencegah dan mbak Win pun pasrah mengikuti kemauan Reno hingga ia tetap mengenakan jilbabnya namun hanya menggunakan beha dan juga celana panjangnya.

Reno yang seolah menguasai keadaan lalu membalik tubuh mbak Win sehingga mbak Win menghadap ke dinding. Reno terus memberikan kenikmatan melalui sapuan tangannya, lengan mbak Win, pundak, punggung hingga kemudian kedua tangan Reno sudah bergerak melucuti celana mbak Win ...

"...Wow ....". Segitiga pengaman mbak Win melekat sempurna disana. Tidak kedodoran,, tak pula terlihat slip di belahan pantatnya ...

Meski sangat indah, namun Reno tak bisa berlama-lama menikmati pemandangan itu. Demi melancarkan nafsunya, Reno kemudian menarik celana dalam mbak Win hingga terlepas, dengan penuh nafsu Reno melahap bongkahan pantat mbak Win hingga beralih ke kawah kenikmatan mbak Win yang terasa asin dan getir di mulut Reno. Lubang pembuangan mbak Win pun tak luput dari sapuan lidah Reno, sesekali Reno berusaha menusukan lidahnya kedalam lubang hajat wanita pujaannya hingga mbak Win tak bisa menahan rasa geli bercampur nikmat sehingga menggelinjang..

Reno sudah puas bermain dengan lidahnya dan kemudian berdiri sedangkan tangannya meremas-remas lembut payudara tocil mbak Win yang tampak nyaman bergantung meski hanya ditopang beha kain tanpa busa dan kawat.

Tangan Reno kemudian turun memegang pinggang mbak Win, menariknya sedikit ke belakang hingga lubang surgawi mbak Win sejajar dengan batang Reno yang siap menghujam.

"Zhleebbz..." Perlahan batang reno merangsek masuk ke dalam bibir kemaluan mbak Win yang berwarna merah pucat dengan gradasi warna coklat tua di tepiannyaM Reno memainkan ritme herakan secara perlahan, sesekali menekan pinggang mbak Win agar tongkat ajab Reno lebih dalam bersemayam disana.

Sesekali Reno mengusapkan jempolnya ke lubang dubur mbak Win yang tampak kembang kempis mengikuti alur permainan Reno. Jempol tangan kanan Reno sesekali mencoba memasukan jempulnya ke lubang belakang milik mbak Win hingga mbak Win sesekali terkecut menarik tubuhnya kedepan. Tangan kiri Reno yang memang sedari tadi merangkul pinggang mbak Win membuat kedua lubang mbak Win tak kuasa menolak hujaman benda tumpul milik Reno.

"Cplek ... plek ... Cplek..." Suara paha Reno yang beradu dengan pantat mbak Win seiring rittme genjotan Reno semakin cepat$

"...flopp..."Reno mencabut penisnya dari lajur kenikmatan mbak Win, Dijilatinya anus mbak Win yang kembang kempis seiring dengan nafas mbak win yang terengah dan denyut nadinya yang tak beraturan.

Reno kembali mengambil posisi berdiri, ditenkannya kembali pinggang mbak Win, sehuingga kaki ramping mbak Win lebih mengangkang,, pantat mbak Win yang semakin lebih rendah memudahkan Reno mengetuk lpintu bo'ol mbak Win.

"Masss ..." Mbak Win melenguh sambil mengibaskan bokongnya.

"Sakit....." Mbak Win merajuk pada Reno

"Tahan sebentar ya sayang ..." Reno mencoba meyakinkan kekasih hatinya kemudian mengecup kepala mbak Win yang masih berbalut Jilbab, aroma jilbab yang khas semakin membuat gairah Reno berkobar hingga kemudian

"Zhleeebbb..."

Seluruh batang Reno sudah tenggelam dan hanyut dalam kenikmatan. Sementara mbak Win memekik lirih, matanya terbelalak dan dari sudut matanya menetes bilur-bilur air mataM Seluh tubuh mbak Win berubah menjadi kaku. Reno yang sangat bernafsu itu pun mampu menguasi keadaan. Reno hanya diam menunggu reaksi mbak Win yang terkejut karena batang Reno yang besar melesat melalui saluran boolnya.

Kontol Reno serasa dicengkeram dengan kuat, seolah mulut anus mbak Win mencekik leher batang kenikmatan Reno.

Tak berapa lama kemudian cengkeraman dubur mbak Win mulai mengendor namun tetap memberikan pikatan pada penis Reno seiiring dengan denyut nadinya yang mulai normal.

Benar-benar kenikmatan tiada tara saat itu yang dirasakan Reno, Sementara itu tangan Reno sesekali meremas payudara mbak Win berpindah ke vagina mbak Win yang terasa bengkak.

Reno mulai memainkan penisnya, ditariknya mundur perlahan, lalu dimajukannya kembali hingga beberapa kali. Bahkan dengan nakal nya Reno menarik penuh seluruh batangnya lalu dengAn tiba-tiba menghujamkan di lubang pantat mbak Win. Reno menikmati itu semua, cengkeraman anus mbak Win, ketidakberdayaan mbak Win, kepasrahan mbak Win pada diri Reno membuat Kenikmatan Reno semakin memuncak, ia pun mempercepat kocokan kontolnya dan bahkan tangan mbak win pun ikut mengarahkan paha Reno, seolah memberi isyarat agar Reno terus dan terus menusukan batangnya hingga kemudian

"ZhRrrrooooottttt..."

Saat Reno merasakan lahar panasnya akan meluber, ia justru memperlambat gerakannya yang membuat otot penisnya seolah bagai pelatuk senjata api rakitan yang siap melontarkan amunisi sekuat-kuatnya. Mungkin hal itupun terjadi pada sperma Reno yang entah melesat hingga usus 12 jari mbak Win atau bahkan lambung kekasih hatinya itu.

Yang pasti mereka berdua sudah sama-sama mencapai kepuasan. Reno mendekap erat tubuh kekasihnya dari belakang.

"Terima kasih sayang..." Reno mengecup pipi mbak Win yang menoleh dan mengerlingkan mata seolah sepakat dengan Reno..

Mantap ceritanya hu
 
belum ada yang baru yah....
ngopi lagi kalo gitu di warung mbak win sambil nunggu pegawai baru datang
:nenen:
 
Itu bro wanitanya tambah lagi terus dilanjut main bareng...
 
Mangstap gaaaaan... Paling suka adegan dibalik menghadap dinding. Terus berkarya.
 
Bimabet
Tanpa bermaksud untuk membuat cerita ini terbagi-bagi, Neubi sengaja membuat thread baru agar para pembaca dan silent rider sekalian yang sudah membaca cerita awal lebih mudah menikmati kelanjutan kisah Reno Sang Pengusaha muda.

Mohon maaf jika penulisannya masih jauh dari sempurna karena hanya ditulis dengan ponsel jadul diselingi berbagai aktifitas penulis.

Ahkir kata, ijinkan neubi menikmati es cendol dari para suhu sekalian yang sudi berbagi sebelum dan atau sesudah menikmati kisah ini.

NB : bagi silent rider neubi ucapkan selamat dan sukses bercoli karna mungkin itu merupakan kesempatan terahkir kalian bercoli sebelum ahkirnya dicoliin pasangan SESAMA JENIS.

... Pagi itu Mbak Win sedang mengelap meja saat Reno datang. Mereka berdua tampak canggung terlihat saat pandangan mata keduanya saling beradu. Mbak Win cepat mengalihkan pandangan ke arah meja mencoba menutupi raut wajahnya yang tersipu, sedangkan Reno yang biasanya mantap melangkah, kali ini tertunduk berjalan mendekat ke arah mbak Win.

Dengan sedikit ragu, Reno menyentuh pinggul mbak Win yang memang sedikit membunguk saat membersihkan meja.
"...seeerrr..." Hati Reno berdesir, bagaimana tidak jika pinggul ramping mbak Win itu tercetak jelas dibalut celana kain itu bagaikan pinggul artis korea, bahkan tepian celana dalam mbak Win yang tercetak pun bagai magnit untuk telapak Reno.

Mbak Win seketika menghentikan aktifitasnya dan kemudian sedikit menggerakan pinggulnya perlahan.
Seolah hendak mengatakan, "jangan mas, pintu warung terbuka lebar atau nenti mas, di belakang aja". Reno pun paham sehingga melepaskan telapak tangannya dari pinggul mbak Win, meski ia tetap menyempatkan untuk meremas lembut pantat kecil mbak Win yang kencang itu.

"Mas Reno ....!" Mbak Win seolah hendak memukul Reno meski wajahnya mengatakan sebaliknya. Terlihat jelas dari ujung bibir mbak Win yang terangkat dan kelopak matanya yang menyempit.

"Mas Reno ah ..."

Reno melenggang diatas awan, seperti seorang "silent rider" yang bebas ber-coli tanpa perduli perasaan penulis yang selama ini sudah membuatnya ngaceng.

Mbak Win berlalu meninggalkan Reno yang sudah duduk di salah satu meja makan warung soto kebanggaannya. Tak lama kemudian mbak Win kembali sambil membawa secangkir kopi hitam dan diletakannya di hadapan Reno.

"Makasih mbak ..."

"Eh mbak, mbak Win bisa masak masakan rumahan kan?" Reno mencoba mencairkan suasana antara mereka berdua yang masih canggung dengan peristiwa kemarin.

"Masakan Rumahan gimana mas?" Mbak Win tampak bingung dengan pertanyaan Reno.

"Duduk dulu deh ... " Reno meminta mbak Win yang saat itu berdiri di samping Reno.

"Jadi gini, semalam Reno pasang lowongan kerja di internet, ya biar mbak Win ada yang bantuin."

"Nah, mungkin besok sudah mulai ada pelamar yang datang kesini"

"Iya mas...., terus?" Meski tanpa kata-kata, mbak win memberikan respon atas perkataan Reno melalui alis wajahnya.yang terangkat namun kelopak matanya menurun dengan tatapan matanya yang bening ke arah Reno.

"Jadi nanti kalau sudah ada anak baru, Reno mau ada menu tambahan disini. Gak cuman jual soto, kita juga jualan nasi sayur ... Oseng tempe, sop, ya semacam itulah, nanti gimana-gimananya mbak atur aja?"

"Kalau itu sih bisa mas ..".

"Bener lho?!"

"Iya mas ..."

"Omong2 Si Eny ama si Mirna semalam udah dibelin martabak?"

"Ah... Mas Reno" mbak Win kemudian berdiri dan melangkah ke dapur meninggalkan Reno.

Reno tersenyum puas seiring dengan nafsunya kembali memuncak dengan sikap mbak Win yang bagaikan anak remaja itu. Malu tapi mau, sepeti itulah kesan yang disampaikan oleh mbak Win pada Reno.

Kejantanan Reno seakan diuji, Reno yang merasa sudah memiliki kuasa atas mbak Win ditambah rutinitas paginya bercoli di kamar mandi ia lewatkan tadi. Reno pun ikut berdiri dan membuntuti mbak Win ke dapur.

Mbak Win yang sedang berkonsentrasi mengaduk kuah Soto dikejutkan dengan pelukan Reno dari belakang.

"Mas... Nanti kalau ada pembeli gimana?"

"Iya deh ... Tapi aku kangen say ..." Sahut Reno

"Mas Reno ... Nanti kalau ada yang liat loh?!" Mbak Win menepuk paha Reno disusul dengan cubitan.

"Iyaaaa ...!" Reno meremas payudara 34A mbak Win yang memang menggemaskan itu, sebelum ahkirnya melepaskan dekapannya ...

Satu persatu pembeli pun berdatangan, entah apa yang ada di pikiran Reno hingga ia berharap agar warungnya sepi untuk sementara agar ia bisa memuaskan rasa kangennya pada Mbak Win. Pesona mbak Win benar-benar sudah membuat Reno menjadi lupa daratan.

Warung Soto milik Reno memang tak pernah sepi pembeli. Selain enak dan murah, tak sedikit pula yang menjadi langganan adalah para penganggum mbak Win. Reno tahu itu, ia pun kadang cemburu melihat pelanggannya menggoda mbak Win. Meski Reno tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa menambah kesabarannya dengan keadaan itu.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, mbak Win pun berpamitan pada Reno dan menuju suaminya yang sudah menunggu diatas Jok Honda astrea grand butut ditemani sebatang rokok djarum super yang entah beli sebungkus atau ngeteng itu. Mbak Win meraih helm yang disodorkan suaimnya kemudian duduk di jok belakang sambil membenahi helmnya.

Sesaat sebelum mereka berdua pergi, mbak Win masih sempat mengerlingkan mata pada Roy yang membuat pemuda tampan itu semakin bergejolak perasaannya. Pikirannya limbung, hatinya kacau saat mbak Win pulang. Ia bagaikan seekor anjing yang ditinggal pergi majikannya. Matanya liar seolah. mencari jejak peninggalan mbak Win.
Yang Reno temukan hanyalah celmek yang biasa mbak Win kenakan saat bekerja. Celmek itu diraihnya kemudian dikenakannya setelah ia melucuti pakaiannya. Reno pun mulai menggerayangi dirinya sendiri. Meremas kontolnya yang tegak dan besar lalu mulai mengocoknya sambil sesekali terpejam membayangkan mbak Win.

"Ssshhh ..."
"Mbakk ...."

Reno merancau namun ia masih kurang puas hingga diraihnya gagang panci yang biasa digunakan mbak win memasak. Reno masih terus mengocok batang penisnya sementara tangan kirinya memegang panci. Sesaat Reno merasa kenikmatannya akan memuncak, iapun membungkus kontolnya dengan celmek yang tergerai di tubuhnya .

"Seeerrrr..." Kuah panas yang dimasak dalam tubuh Reno pun mengalir membasahi celmek motif hello kitty yang biasa dipakai mbak Win.

Sensai hangat dan basah dari sperma Reno yang membalur kontolnya dialam bungkusan celmek cukup memuaskan Reno dalam melancarkan birahinya sore itu.

Hari berganti dan para pelamar kerja yang tahu informasi dari lowongan yang disebar Reno melalui internet mulai berdatangan. Satu-persatu pelamar langsung diinterview karena Reno harus cepat mendapatkan tenaga tambahan untuk warungnya.

"Gimana menurut mbak Win? Mbak ada yang sreg gak dari mereka semua?"

"Mbak sih terserah mas Reno aja ..."

"Ok deh..."

Jam makan siang sudah berlalu saat waktu menunjukkan pukul 13.00. Melihat tak ada pembeli satupun yang masih duduk di warungnya. Reno buru-buru menutup puntu warungnya meski memang tidak tertutup penuh.

"Loh mas, kok udah ditutup?!" Mbak Win terheran dan sedikit curiga. Tak biasanya Reno tutup lebih awal apalagi setelah kejadian beberapa hari yang lalu.

"Iya mbak, hari ini ada etalase mau dikirim, kemaren lusa Reno ke toko kaca dan pesen untuk display masakan. Sekarang lebih baik kita bereskan sebagian, biar nanti kalau etalasenya datang sekalian ditaroh di situ." Reno menunjukan salah satu sudut yang rencananya akan diletakkan etalase untuk menu barunya.

"Lagian juga kita pasti gak mampu buat menggesernya, apalagi kalau ada pembeli yang sedang makan kan gak enak juga?"

"Iya juga ya mas ..."

"Nah itu pinter ..." Reno tersenyum sambil mengusap lembut pantat mbak Win.

"Ih ..." Mbak win terkejut menggelinjang. Taktala itu pula mereka serentak hening mendengar ada kendaraan berhenti di depan warung soto "esek-esek" itu.

Reno membuka pintu warungnya dan benar memang itu kendaraan bak terbuka yang mengantarkan pesanan Reno.

Etalase sudah diletakan di tempat yang sudah ditentukan, Reno pun sudah melunasi pembayaran hingga para pengantar berpamitan dan Reno pun kembali menutup rapat pintu warungnya sementara mbak Win juga sudah hampir menyelesaikan tugasnya membersihkan dapur.

"Mbakkkk ... Sini deh ..." Reno sedikikit mengeraskan suaranya memanggil mbak Win.

"Wahhh ... Ada yang baru nih ..."

"Heeee ..." Reno hanya bisa meringis menanggapi cletukan mbak Win"

"Bakalan tambah kerjaan nih mas ..."

"Iya ... Ngerti ... Nanti kalau laku juga pasti dikasih tambahan kok ..."

"Heee ..." Kali ini mbak Win yang meringis.

"Mbak kan udah janji mau kelola warung ini sungguh-sungguh?!"

"Iya mas ..."

"Nah, nanti sore juga Reno mau telfon salah satu pelamar biar secepat mungkin mulai kerja"

"Nanti kalau sudah ada yang bantuin, mbak Win kan lebih ringan, soal bonusnya namti diatur deh".

"Mulai besok, Reno juga mau ada pembukuan"

"Pembukuan gimana mas?" Mbak win memotong pembicaraan"

"Besok, Reno ajarin..."

Satu persatu penjelasan Reno diutarakan pada mbak Win hingga ahkirnya ...

"Motor Reno sekarang juga boleh mbak Win pakai, maksudnya boleh mbak bawa pulang...". Mbak Win yang sudah lama ingin punya motor sendiri tentu saja girang, apalagi motor inventaris dari Reno itu Honda Scoopy warna "Gold". Sangat kontras dengan sepeda motor butut milik suaminya yang sudah lama telat pajak.

"Beneran mas?" Mbak Win mencoba meyakinkan perkataan Reno.

"Iya, bener, tapi coba tanyakan dulu ke Suami mbak, setuju atau enggak? Jangan2 malah tersinggung dan marah?"

"...uhft.." Pandangan mbak Win mendadak kosong teringat sosok suaminya. Yah, sebagaimana Reno tahu tentang mas Yadi, suami mbak Win ini memang seorang yang idealis namun tak punya daya untuk mewujudkan idealismenya. Tak banyak yang bisa diberikan untuk anak istrinya kecuali tuntutan-tuntutan tanpa memandang kemampuan dirinya sendiri.

"Ya sudah ... Nanti mbak coba bilang dan liat reaksinya".

"Iya mas ... Makasih sebelumnya ya mas Reno"

"Iya sayangku ...." Reno mengangkat dagu mbak Win sehingga mereka berdua saling beradu pandang.

Perlahan Reno mendekatkan wajahnya ke arah mbak Win, Reno kemudian mengecup lembut bibir mbak Win. Hanya sebuah kecupan kecil meski mereka masih berhadapan. Saat Reno menarik bibirnya dan menelanjangi wajah mbak Win, Bibir tipis mbak Win tampak merekah sehingga Reno sekali lagi menciumnya.

Kali ini mbak Win tak diam saja, ia menyambut kecupan Reno hingga kemudian bibir mereka saling beradu.

"...slurph..."
"Emmmh..."
"...cTak..."
"..Cpokk..."

Ciuman yang awalnya penuh kasih itu berubah menjadi peraduan nafsu. Keduanya sudah terhanyut bahkan saat reno membimbing mbak Win untuk bersandar di dinding warung, mbak Win hanya pasrah sambil terus saling merengkuh bibir masing-masing.

Mereka masih terus melahap, bahkan lidah pun sudah mulai berperan disini.
Reno mengambil inisiatif menyudahi pergulatan bibir itu dan mulai memainkan lidahnya di wajah mbak Win. Mulai dari pelipis, kelopak mata mbak Win, tulang hidung, semua tak luput dari sapuan lidah Reno. Sementara itu tangan Reno tak tinggal diam dan bergerak satu persatu melepas kancing baju yang dikenakan mbak Win.

Mbak Win yang saat itu mengenakan jilbab ungu senada dengan celana kain berbahan tipis dipadu lengan panjang putih tampak seperti bidadari turun dari khayangan. Terlebih saat bajunya terurai dan terpampanglah gundukan kecil yang masih malu-malu bersembunyi dibalik beha katun dan tanpa busa itu.

Perutnya yang ramping dengan dengan otot perut yang kencang namun samar dan dihiasi pusar yang tak terlalu dalam. Sungguh perfecto numero uno.

Saat mbak Win, berinisiatif melepas jilbab, Reno justru mencegah dan mbak Win pun pasrah mengikuti kemauan Reno hingga ia tetap mengenakan jilbabnya namun hanya menggunakan beha dan juga celana panjangnya.

Reno yang seolah menguasai keadaan lalu membalik tubuh mbak Win sehingga mbak Win menghadap ke dinding. Reno terus memberikan kenikmatan melalui sapuan tangannya, lengan mbak Win, pundak, punggung hingga kemudian kedua tangan Reno sudah bergerak melucuti celana mbak Win ...

"...Wow ....". Segitiga pengaman mbak Win melekat sempurna disana. Tidak kedodoran,, tak pula terlihat slip di belahan pantatnya ...

Meski sangat indah, namun Reno tak bisa berlama-lama menikmati pemandangan itu. Demi melancarkan nafsunya, Reno kemudian menarik celana dalam mbak Win hingga terlepas, dengan penuh nafsu Reno melahap bongkahan pantat mbak Win hingga beralih ke kawah kenikmatan mbak Win yang terasa asin dan getir di mulut Reno. Lubang pembuangan mbak Win pun tak luput dari sapuan lidah Reno, sesekali Reno berusaha menusukan lidahnya kedalam lubang hajat wanita pujaannya hingga mbak Win tak bisa menahan rasa geli bercampur nikmat sehingga menggelinjang..

Reno sudah puas bermain dengan lidahnya dan kemudian berdiri sedangkan tangannya meremas-remas lembut payudara tocil mbak Win yang tampak nyaman bergantung meski hanya ditopang beha kain tanpa busa dan kawat.

Tangan Reno kemudian turun memegang pinggang mbak Win, menariknya sedikit ke belakang hingga lubang surgawi mbak Win sejajar dengan batang Reno yang siap menghujam.

"Zhleebbz..." Perlahan batang reno merangsek masuk ke dalam bibir kemaluan mbak Win yang berwarna merah pucat dengan gradasi warna coklat tua di tepiannyaM Reno memainkan ritme herakan secara perlahan, sesekali menekan pinggang mbak Win agar tongkat ajab Reno lebih dalam bersemayam disana.

Sesekali Reno mengusapkan jempolnya ke lubang dubur mbak Win yang tampak kembang kempis mengikuti alur permainan Reno. Jempol tangan kanan Reno sesekali mencoba memasukan jempulnya ke lubang belakang milik mbak Win hingga mbak Win sesekali terkecut menarik tubuhnya kedepan. Tangan kiri Reno yang memang sedari tadi merangkul pinggang mbak Win membuat kedua lubang mbak Win tak kuasa menolak hujaman benda tumpul milik Reno.

"Cplek ... plek ... Cplek..." Suara paha Reno yang beradu dengan pantat mbak Win seiring rittme genjotan Reno semakin cepat$

"...flopp..."Reno mencabut penisnya dari lajur kenikmatan mbak Win, Dijilatinya anus mbak Win yang kembang kempis seiring dengan nafas mbak win yang terengah dan denyut nadinya yang tak beraturan.

Reno kembali mengambil posisi berdiri, ditenkannya kembali pinggang mbak Win, sehuingga kaki ramping mbak Win lebih mengangkang,, pantat mbak Win yang semakin lebih rendah memudahkan Reno mengetuk lpintu bo'ol mbak Win.

"Masss ..." Mbak Win melenguh sambil mengibaskan bokongnya.

"Sakit....." Mbak Win merajuk pada Reno

"Tahan sebentar ya sayang ..." Reno mencoba meyakinkan kekasih hatinya kemudian mengecup kepala mbak Win yang masih berbalut Jilbab, aroma jilbab yang khas semakin membuat gairah Reno berkobar hingga kemudian

"Zhleeebbb..."

Seluruh batang Reno sudah tenggelam dan hanyut dalam kenikmatan. Sementara mbak Win memekik lirih, matanya terbelalak dan dari sudut matanya menetes bilur-bilur air mataM Seluh tubuh mbak Win berubah menjadi kaku. Reno yang sangat bernafsu itu pun mampu menguasi keadaan. Reno hanya diam menunggu reaksi mbak Win yang terkejut karena batang Reno yang besar melesat melalui saluran boolnya.

Kontol Reno serasa dicengkeram dengan kuat, seolah mulut anus mbak Win mencekik leher batang kenikmatan Reno.

Tak berapa lama kemudian cengkeraman dubur mbak Win mulai mengendor namun tetap memberikan pikatan pada penis Reno seiiring dengan denyut nadinya yang mulai normal.

Benar-benar kenikmatan tiada tara saat itu yang dirasakan Reno, Sementara itu tangan Reno sesekali meremas payudara mbak Win berpindah ke vagina mbak Win yang terasa bengkak.

Reno mulai memainkan penisnya, ditariknya mundur perlahan, lalu dimajukannya kembali hingga beberapa kali. Bahkan dengan nakal nya Reno menarik penuh seluruh batangnya lalu dengAn tiba-tiba menghujamkan di lubang pantat mbak Win. Reno menikmati itu semua, cengkeraman anus mbak Win, ketidakberdayaan mbak Win, kepasrahan mbak Win pada diri Reno membuat Kenikmatan Reno semakin memuncak, ia pun mempercepat kocokan kontolnya dan bahkan tangan mbak win pun ikut mengarahkan paha Reno, seolah memberi isyarat agar Reno terus dan terus menusukan batangnya hingga kemudian

"ZhRrrrooooottttt..."

Saat Reno merasakan lahar panasnya akan meluber, ia justru memperlambat gerakannya yang membuat otot penisnya seolah bagai pelatuk senjata api rakitan yang siap melontarkan amunisi sekuat-kuatnya. Mungkin hal itupun terjadi pada sperma Reno yang entah melesat hingga usus 12 jari mbak Win atau bahkan lambung kekasih hatinya itu.

Yang pasti mereka berdua sudah sama-sama mencapai kepuasan. Reno mendekap erat tubuh kekasihnya dari belakang.

"Terima kasih sayang..." Reno mengecup pipi mbak Win yang menoleh dan mengerlingkan mata seolah sepakat dengan Reno..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd