Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat [Remake by : Bantengamuk]

Siapa Perempuan yang Suhu-Suhu Favoritkan di Cerbung ini ?


  • Total voters
    750
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.

Bantengamuk

Semprot Lover
Daftar
29 Jan 2019
Post
223
Like diterima
5.695
Lokasi
Anfield Road
Bimabet
PRAKATA

Selamat malam suhu-suhu sekalian. Cerbung ini merupakan remake dari cerita yang dibuat oleh temen ane hu @banyulangitttt yang telah meninggal dunia dan cerita tersebut belum selesai. Cerita aslinya bisa dibaca pada link yang tertera di bawah ini.

Bimbingan Skripsi Membawa Nikmat

Pada saat ane jenguk di RS, dalam keadaan sakit pun almarhum masih memikirkan kelanjutan cerita yang ditulisnya. Hal ini yang membuat ane bertekad untuk melanjutkan dan mengubah sedikit cerita almarhum agar bisa dinikmati oleh suhu-suhu yang membaca cerbung ini. RIP kawanku :norose:. Sekali lagi ane tegaskan bahwa cerita ini murni fiksi. Jika ada nama dan tempat yang tersebut dalam cerita ini, itu hanya kebetulan saja. Ditunggu saran dan kritik dari para suhu.

____________________________________________________________________________________________________________



PROLOG

Menyandang status sebagai ‘mahasiswa abadi’ memang berat bagi mahasiswa yang mengalami. Pertanyaan “kapan lulus ?” dari keluarga, teman, dosen, bahkan adik tingkat selalu terngiang di kepala. Bukan cuma hal itu yang dirisaukan olehnya, lebih dari 75% teman-teman seangkatannya telah lulus dan meniti karir di berbagai tempat. Kini tiap pergi ke kampus banyak wajah-wajah asing yang pasti akan ditemui, maklum tiap tahun kampus selalu menerima mahasiswa baru namun belum tentu pula tiap tahun semua mahasiswa akan lulus. Bagi mereka ada perasaan terasing dan tak punya semangat untuk pergi ke kampus.

Tahun ajaran 2018/2019 menjadi tahun ke-7 bagi seorang mahasiswa fakultas hukum di salah satu universitas swasta di Bandung. Namanya M. Ali Mufti, panggil saja Mufti, usianya telah menginjak 25 tahun. Soal penampilan fisik sebetulnya biasa-biasa saja, Mufti memang tak diberkahi rupa setampan Arjuna namun juga tak bisa dianggap buruk rupa. Kebetulan ia baru saja mendapat ‘surat cinta’ dari kampus berupa peringatan bahwa masa studinya akan habis pada Agustus 2019. Jika tak berhasil lulus sebelum waktu tersebut, otomatis statusnya berganti menjadi ‘mahasiswa DO’.

Nak, kamu kembalilah ke Bandung. Kerjakanlah skripsi dengan baik, jangan sampai terbebani atau hilang fokus karena hal-hal di luar itu. Ibu cuma bisa berharap dan berdo’a agar kamu diberi kelancaran untuk menyelesaikan kuliah” pesan ibu dari Mufti ketika berpamitan. Orangtua mana yang tak sedih ketika anaknya diancam dropout oleh kampus ?

Perkuliahan Mufti pada awalnya berjalan lancar-lancar saja, hingga menjelang semester 8 musibah menghampirinya (dan keluarga tentunya). Ayah Mufti sebagai tulang punggung keluarga meninggal dunia secara mendadak. Sebagai satu-satunya laki-laki dalam keluarganya, mau tak mau dia harus mengambil alih peran yang ditinggalkan ayahnya untuk menghidupi ibu dan kedua adik perempuan yang masih duduk di bangku sekolah. Tentu saja proposal skripsi yang telah disiapkan pada waktu itu hanya menjadi tumpukan kertas belaka.

Mufti memilih untuk membuka coffee shop kecil di kota kecil tempatnya tinggal, Karanganyar, singkat cerita sahabat karib almarhum ayahnya menanamkan modal yang cukup besar bagi usahanya. Pelan tapi pasti, usaha Mufti berkembang dan kini ia bisa kembali konsentrasi pada pengerjaan skripsi yang terbengkalai kurang lebih selama 2 tahun. Bagi orang-orang terdekatnya, sayang saja kalau membuang waktu 7 tahun menyandang status sebagai mahasiswa tanpa merasakan suasana wisuda. Hanya senyum ibu dan kedua adiknya pada saat ia wisuda yang menjadi penyemangatnya untuk merampungkan studi.

Hari pertama di tahun ajaran baru dan tentu menjadi tahun ajaran terakhir untuk Mufti, digunakan untuk menemui kepala departemen jurusan. Di kampusnya, setiap judul skripsi wajib disetujui terlebih dahulu oleh kepala departemen masing-masing jurusan. Proposal penelitian yang ia ajukan langsung diterima oleh kepala departemen, mengingat statusnya sebagai mahasiswa tahun terakhir. Jangan salah, para dosen sebetulnya ditekan oleh pihak rektorat untuk tidak mempersulit mahasiswa-mahasiswa semacam aku ini, katanya jika ada mahasiswa di-DO akan mempengaruhi akreditasi fakultas. Untung saja pak kepala departemen menjadi dosen pembimbing I, dimana semua berkas yang diajukan akan diparaf dan ditulis “acc” meskipun banyak kesalahan, begitu kata anak-anak kampus yang pernah di bawah bimbingannya. Tapi tiba-tiba kepala departemen menulis nama “Puspa Amanda Putri, SH,LLM,PhD” sebagai dosen pembibing II. “Jancok” umpat Mufti dalam hati.

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing

Bagi mereka yang tidak mengenal Bu Puspa, dalam arti hanya melihat face, body, atau background pendidikan, semua orang bakal terkagum-kagum. Wajahnya cantik ala mojang priangan, badan yang masih kencang untuk ukuran perempuan berumur 36 tahun. Apalagi gelar akademiknya, umur 23 tahun jenjang S2 (LLM) dia tuntaskan di Belanda sementara S3 (PhD) di Australia di umur 34 tahun.

Tapi lain cerita bagi mahasiswa yang pernah diajar atau dibimbing Bu Puspa. Ada yang bilang dia terlalu galak, terlalu disiplin, atau bahkan terlalu perfectionist dalam mengajar di kelas maupun membimbing mahasiswa dalam penulisan skripsi. Pada tahun ajaran lalu Bu Puspa tidak memberi kemudahan bagi mahasiswa tahun terakhir, ada dua kakak tingkatku yang menjadi korbannya. Tentu itu bukan kabar baik untuk mahasiswa ‘di ujung tanduk’ seperti Mufti. Bagaimanapun sulitnya situasi aku harus melewati ini, tekad Mufti dalam hati. Sebetulnya ia sendiri adalah mahasiswa yang belum pernah berinteraksi dengan Bu Puspa, karena belum pernah mendapat kesempatan diajar olehnya. Sebagai mahasiswa yang dibimbing Bu Puspa akan lebih etis kalau Mufti menghubungi dia dan memperkenalkan diri via WA. Kemudian Mufti menulis pesan yang akan dikirimkan pada Bu Puspa dengan hati-hati agar tidak membawa masalah kemudian

[09.15] Mufti : Selamat pagi Bu Puspa, perkenalkan nama saya Mufti mahasiswa bimbingan ibu untuk penulisan skripsi. Adapun proposal penelitian saya yang berjudul “Model dan Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang” baru saja diterima oleh bapak kepala departemen. Saya mohon bimbingan ibu dalam pengerjaan skripsi nanti, terima kasih.
[11.00] Bu Puspa : Ok, u bawa proposalnya bsk.

Singkat, padat, dan jelas sekali balasannya. Hmm..... semoga besok nggak apes, gumam Mufti dalam hati.

Keesokan hari Mufti datang pagi-pagi di depan ruangan Bu Puspa untuk menyerahkan proposal penelitian. Setelah menunggu hampir 2 jam, Bu Puspa mempersilahkannya untuk masuk. Sang dosen yang hari itu mengenakan kemeja flanel dan rok berwarna hitam tanpa basa-basi langsung meminta proposal penelitian yang telah Mufti kerjakan. Ketika ia membaca draft penelitian secara seksama, wajah ayunya membuat Mufti terkesima. Seolah Brain dan Beauty dapat didapat dengan mudah olehnya. Bahkan kedua buah gunung yang bersemayam di tubuhnya membuat jejaka yang berada di hadapannya ini hanya menelan ludah. Untuk melihat sekalnya tubuh Bu Puspa saja ia harus curi-curi pandang, apalagi untuk bertindak lebih jauh. Rasanya hanya angan-angan saja.

Setelah beberapa saat membaca dan mencoret lembaran demi lembaran, ia menggeser proposal yang dibuat Mufti. Seperti cerita teman-temannya yang pernah digembleng oleh Bu Puspa, tak ada satu halaman proposal penelitiannya yang bersih dari catatan-catatan Bu Puspa.

Kurang dari setengah jam saya sudah banyak menemukan kesalahan-kesalahan. Pertama, banyak typo penulisan. Kedua, banyak referensimu yang berasal dari blog padahal banyak buku yang bisa jadi sumber. Ketiga, metode penelitianmu kurang matang. Kalau kamu bawa draft ini buat seminar proposal nanti saya yakin kamu bakal disuruh ngulang” ucap Bu Puspa tegas tanpa tedeng aleng-aleng.

Bagi Mufti perkataan Bu Puspa bagai dart yang mengenai papan target, tentu ia tak bisa membantah dan hanya bisa berkata, “Maaf bu, akan segera saya perbaiki”.

Oke, kamu bisa setor revisi ke saya kapan ? Minggu depan ya. Saya nggak ingin ada kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan oleh mahasiswa yang sudah lama kuliah seperti kamu” ujar Bu Puspa tanpa perasaan kasihan.

Baik bu segera saya email ibu perbaikannya. Terima kasih atas bimbingan ibu hari ini” jawab Mufti meskipun menahan sakit di hatinya akibat juteknya Bu Puspa.

Ia pun keluar dari ruangan tersebut dengan hati yang ‘ambyar’, istilah populer yang sekarang identik dengan Didi Kempot. Andai saja Bu Puspa tahu apa yang menjadi alasan Mufti lama berkuliah, mungkin kata-kata pahit itu tak keluar dari mulutnya. Tapi untuk apa juga ia tahu apa kondisi yang kualami, aku juga tak perlu dikasihani kok, ucap Mufti dalam hati. Dengan langkah gontai dan kepala tertunduk ia menuju ke perpustakaan untuk mencari literatur yang diperlukan untuk mengerjakan revisi. Namun sayang hari itu bukan hari yang tepat baginya untuk memperbaiki coretan-coretan Bu Puspa.

Pikirannya buntu, semangat yang tadinya menggebu-gebu kini lenyap tak berbekas. Ponsel yang ada di saku celana kini sudah berada di tangan Mufti. Mencari kontak yang bisa ia hubungi saat ini untuk menumpahkan segala uneg-uneg yang ada di pikirannya. Kemudian Mufti menghubungi Rio, sobat lamanya di kampus ketika ia masih aktif berkuliah. Rio sendiri masih menetap di Kota Bandung dan bekerja di salah satu BUMN ternama. Mereka berdua pun berjanji untuk meet up di PVJ setelah maghrib, karena Rio sendiri baru memiliki waktu luang setelah kerja.

Maghrib pun tiba. Berbekal motor pinjaman dari anak kosan, Mufti berangkat menuju PVJ, yang tergolong sebagai mall ‘horang kaya’ di Kota Bandung. Semasa masih aktif berkuliah Mufti sendiri jarang menginjakkan kaki disini, maklum ia sendiri tergolong mahasiswa pas-pasan. Sudah setengah jam ia menunggu Rio di sebuah kedai kopi yang menjadi tempat ketemuan mereka. Tak berselang lama, Rio datang bersama seorang perempuan.

Hello bro, udah lama ya nunggu gue ?” sapa Rio sambil cengar-cengir.

Iyeee udah setengah jam gue nungguin lu disini” jawab Mufti bete.

Hehehe maaf maaf, udah dua tahun ya kita gak ketemu. Gimana kondisi lu sekarang ?” tanya Rio.

Alhamdulillah baik bro, seenggaknya lebih settle dari dua tahun lalu. Masih gue tunggu nih janji lu buat main ke coffe shop gue hahaha. Tahun ajaran ini gue mau kebut nyelesaiin skripsi” jawab Mufti.

Emang pembimbing lu siapa bro ?” tanya Rio.

Pak Wicak sama Bu Puspa” jawab Mufti menyebutkan nama dua pembimbingnya.

HAHAHA MAMPUS LU ! Kuliah udah diujung tanduk malah dapet pembimbing kayak Bu Puspa hahaha” tawa Rio setelah mendengar nama Bu Puspa.

Ya mau gimana lagi bro” tanggap Mufti pasrah.

Sayang, kebetulan kamu ada temen senasib nih” goda Rio kepada perempuan yang duduk di sampingnya.

Oh ya bro, kenalin cewek gue, Irma” kata Rio memperkenalkan pada Mufti.

Halo kak” sapa perempuan cantik yang menjadi pacar Rio. Irma merupakan mahasiswi angkatan 2015 yang saat ini mengerjakan skripsi di bawah bimbingan Bu Puspa.

Irma Anindya

Halo Irma, nama gue Mufti” sapa balik Mufti pada Irma.

Dua jam mereka habiskan setelah sekian lama tak bertemu. Baik Rio maupun Mufti saling bercerita ngalor-ngidul, mulai dari karir, masa depan, bahkan obrolan absurd seperti Pilkada maupun Pilpres. Sedangkan Irma hanya menjadi pendengar yang baik di tengah obrolan mereka berdua. Saat akan meninggalkan kedai kopi, Irma meminta nomor HP dari Mufti. Keduanya bertukar nomor ponsel agar suatu saat bisa mengerjakan skripsi atau bimbingan dengan Bu Puspa bersama-sama. Mufti dan Rio yang bersama Irma berpisah mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

3 Hari Kemudian

Setiap hari Mufti mengerjakan skripsi di perpustakaan kampus sampai sore hari menjelang tutup. Alasannya sederhana, supaya mendapat akses internet gratis yang tak tersedia di kosannya. Untuk apa ia datang ke perpustakaan setiap hari, dia sendiri bukan kutu buku. Meskipun dalam jangka waktu selama itu kegiatannya tak hanya mengerjakan skripsi. Bisa dibilang pengerjaan skripsi hanya mendapat porsi 30%, sementara hal-hal lain seperti browsing, main socmed, atau bahkan main game bisa memakan 60% dari waktunya di perpustakaan. Itu pun belum dihitung dengan waktu yang digunakannya untuk istirahat, sholat, dan makan siang.

Hari ketiga, ia merasa bosan dengan kondisi perpustakaan yang sepi, Mufti memutuskan untuk WA Irma untuk mengerjakan skripsi.

[13:15] Mufti : Hi Irma, ini Mufti temennya Rio. Kamu longgar nggak sekarang ? Ayo ngerjain skripsi bareng.
[13:20] Irma : Halo kak, sekarang aku lagi kelas nih. Nanti jam setengah tiga aku kesitu ya kak.
[13:21] Mufti : Oke Irma, gue tunggu.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 14:30 dan Mufti masih sibuk main game di laptopnya sambil menunggu kedatangan Irma. Tak lama kemudian Irma tiba dan menyapa Mufti.

Yeeee, malah main game kamu mah” kata Irma saat melihat layar laptop Mufti.

Hehehe abis bosen ngerjain skripsi dari pagi” jawab Mufti cengengesan.

Ya udah atuh kak, ayo ngerjain skripsi” ajak Irma.

Kemudian keduanya asyik mengerjakan skripsi sambil bercakap-cakap. Keberuntungan bagi Mufti ketika ada Irma yang menguasai metode penelitian, sehingga sub bab metode penelitian yang sebelumnya amburadul kini telah diperbaiki berkat bantuan Irma. Ia adalah salah satu mahasiswi berprestasi di kampus, konon IPK nya masih ada di angka 3,9. Mematahkan anggapan yang mengatakan bahwa kecantikan tak bisa bersanding dengan kecerdasan. Beruntung sekali Rio bisa mendapatkan perempuan ini, kata Mufti dalam hati.

Sore menjelang dan perpustakaan akan tutup. Kemudian keduanya turun ke bawah dan berpisah untuk pulang menuju kosan masing-masing. Setelah sampai kosan, Mufti merebahkan diri di kasur. Kemudian ia membaca pesan yang masuk di ponselnya. Pegawai coffe shopnya mengabarkan kalau stok biji kopi Java Preanger telah habis. Kebetulan belum terlalu larut untuk mengambil biji kopi dari distributor langganan yang ada di Pangalengan.

1,5 jam dihabiskan Mufti untuk menuju Pangalengan dengan motor pinjamannya. Sesampainya disana ia memesan biji kopi sebanyak 1 kilogram. Biasanya ia memesan biji kopi yang diproduksi Petani Pangalengan via WA lalu dikirimkan dengan paket menuju tempat tinggalnya. Setelah sekian lama bercakap-cakap sambil ngopi dengan distributor langganannya, Mufti kemudian pamit untuk pulang karena hari sudah mulai larut.

Dengan waktu tempuh yang kurang lebih sama, Mufti tiba di kosannya dengan selamat dan mengembalikan kunci motor pada pemiliknya. Namun ia lupa mengisi perutnya yang sudah bersuara nyaring. Segera ia menuju warung burjo yang cukup dekat dengan berjalan kaki. Untuk mempersingkat perjalanan, ia melewati jalan sebuah perumahan baru dibangun yang sepi dan gelap.

KRRKKKSSKKKK,, HMMMPPPPPP,,KRSSKKKK

Suara itu terdengar begitu jelas di telinga Mufti. Karena ia penasaran, diikutilah sumber suara hingga sampailah di sebuah rumah kosong dan tak jauh dari sana terparkir sebuah mobil Genesis G80. Tentu saja hal ini membuat Mufti curiga, secara perlahan ia masuk dan mengintip melalui lubang pintu. Matanya terbelalak ketika melihat apa yang terjadi di dalam rumah. Ada dua orang pria dan satu orang perempuan terbaring dengan tangan terikat. Pria pertama memegang kain untuk menutup mulut perempuan itu dan tangannya meremas-remas payudara perempuan yang cukup besar. Sementara pria lainnya mengobel vagina perempuan yang tak berdaya ini. Merasa tak tega melihat kejadian ini Mufti menendang pintu yang ada di depannya. BRAKKK.

Lebih kaget lagi Mufti ketika menyadari bahwa perempuan yang sedang diperkosa adalah Bu Puspa. Segera ditendang kepala pria pertama dengan sekuat tenaga. Kemudian pria yang satunya bangkit dan memukul Mufti. Namun terlalu cepat baginya untuk merobohkan Mufti yang telah belajar beladiri bertahun-tahun, Mufti menghindar dan berhasil menangkap tangan pria ini. Dengan kekuatan penuh ia memukul wajahnya bertubi-tubi. Pria ini pun pingsan tergeletak di lantai. Sementara pria pertama yang ditendangnya kini bangkit sempoyongan dan berusaha memukul Mufti. Dengan gerakan sederhana, Mufti menendang kemaluan pria ini dan kemudian mengaduh kesakitan di lantai. Kedua pemerkosa tersebut telah terkapar.

Dengan segera Mufti melepaskan ikatan yang membelit kedua tangan Bu Puspa, sedari tadi ia hanya menangis tersedu. Kemeja yang dikenakannya telah robek dan kancingnya telah terlepas semua menampilkan payudaranya yang lumayan besar dan perutnya yang rata. Rok span berwarna hitam pun terangkat ke pinggangnya, jadilah Mufti melihat vagina dosen pembimbingnya yang bulunya tercukur rapi.

"Udah bu....orang-orang itu udah tepar kok. Ayo kita pergi dari sini" kata Mufti.

Bu Puspa yang masih menangis kemudian bangkit dan menutupi vaginanya dengan roknya. Sementara Mufti melepaskan jaket yang dikenakannya dan dikenakan kepada Bu Puspa untuk menutupi tubuhnya. Bagi Mufti sudah cukup melihat kemaluan Bu Puspa, dosen cantik di kampusnya. Segera mereka berdua keluar dari rumah kosong itu.

"Itu mobil Bu Puspa kan ? Bu Puspa bisa pulang sendiri apa mau saya antar ?" tanya Mufti yang hanya dijawab gelengan kepala Bu Puspa.

Keduanya masuk ke dalam mobil dan Mufti yang duduk di bangku pengemudi langsung menyalakan mobil. Mobil diarahkan olehnya ke tempat tinggal Bu Puspa yang berada di daerah Dago Atas. Tak lama kemudian mereka berdua sampai di rumah bergaya minimalis tanpa pagar rumah Bu Puspa. Dengan mudah Mufti memarkirkan mobil Genesis ini, kemudian menyusul Bu Puspa yang membuka kunci pintu rumahnya.

Dalam keadaan sudah tenang Bu Puspa berkata, "Mufti, kamu nginep dulu disini ya... aku masih takut".

Dengan perasaan agak sungkan Mufti menerima tawaran dari dosen pembimbingnya. Lagipula Bu Puspa dalam keadaan shock dan masih takut karena kejadian tadi, pikir Mufti. Segera ia buang jauh-jauh pikiran-pikiran kotornya, emang hidup ini cerita panas apa, kata Mufti dalam hati. Tanpa disambut bak tamu agung, Mufti dipersilahkan untuk tidur di sofa ruang tamu dan memasak sendiri makanan instan yang ada di dapur. Bu Puspa pun segera masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Mufti sendiri di ruang tamu. Sementara perut keroncongan Mufti minta diisi, jadilah dia memasak spaghetti instan yang ada di dapur. Setelah makan dan mencuci piring yang dipakainya, Mufti merebahkan diri di sofa. Jam sudah menunjukkan pukul 23:30, ia pun terlelap dalam mimpi setelah hari yang melelahkan ini.

*****

Keesokan Pagi

POV Mufti


Suara panci penggorengan dan harum masakan, membangunkanku dari mimpi indah. Segera aku menuju kamar mandi dan mencuci muka untuk bersiap-siap pulang. Kemudian aku berjalan menuju dapur saat Bu Puspa masih sibuk memasak untuk sarapan.

"Bu, saya pamit dulu mau pulang" kataku meminta izin.

"Kok malah pulang, nggak. Kamu sarapan dulu disini. Semalem kan nggak bisa nyuguhin kamu properly" jawab Bu Puspa.

"Baik bu" hanya dua kata itu yang terucap dari bibirku.

Aku pun menunggu di meja makan dan tak lama kemudian datang Bu Puspa membawa dua piring yang telah tersaji scramble egg dan roti bakar.

"Hayu dimakan..." ujarnya sambil menaruh piring di hadapanku.

"Iya bu..." jawabku.

Saat menikmati sajian, tak sepatah kata pun kami ucapkan seolah ada tembok yang memisahkanku dengan Bu Puspa.

"Mufti, makasih ya kemarin. Kalau nggak ada kamu aku nggak tau apa yang terjadi" ucap Bu Puspa dengan senyum indahnya.

Baru pertama kali aku melihat dosen yang dikenal galak ini tersenyum, "Iya bu... sama-sama. Sebagai manusia kita harus tolong-menolong"

"Sebagai rasa terima kasihku, kamu mau minta apa muf ?" tanyanya kepadaku.

"Nggak bu, saya nggak minta apa-apa. Namanya menolong nggak boleh pamrih bu" jawabku.

"Nggak jadi pamrih kalau yang minta dari orang yang ditolong bukan ? Justru kalau aku nggak mengabulkan permintaanmu, aku yang nggak bakal tenang. Aku hutang nyawa sama kamu" tegas perempuan cantik ini.

"Sebetulnya saya malu ngomong ini ke ibu, takut kurang berkenan di hati ibu" kataku sungkan.

"Apapun yang kamu mau deh, nggak usah malu-malu" paksa Bu Puspa agar segera mengatakan keinginanku.

Dengan menghela nafas aku pun berkata, "Anu bu, saya mau......"

BERSAMBUNG
__________________________________________________


Mohon cendol dawet dan like para suhu sekalian agar ane lebih semangat nulis lanjutannya.
Matur sembah nuwun
:ampun:
 
Terakhir diubah:
DAFTAR ISI

Tokoh di dalam Kampus :

Puspa Amanda Putri a.k.a Dosen Pembimbing



Irma Anindya


Fitriana Ambarini


Tokoh di luar Kampus :

Silla


Arumi alias Arum


Larasati alias Ayas
 
Terakhir diubah:
Ijin bangun tenda yach om.... :beer:
Nyimak dulu yes

Dipersilahkan hu

waduhh:pandabelo:hhhh bimbingan​

Iya hu, disimak baik-baik ya bimbingannya hehehe

Jadi ingat gue masa muda menyelesaikan s1 8th......benar2 ngerasain klo ke kampus udah kek datang ke tempat asing nggak ada yg di kenal kecuali dosen sama karyawan yayasan

Wah agan senasib sama Mufti berarti hehehe
Simak ya hu
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd