Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA C I N T A [LKTCP 2020]

Kisanak87

Pendekar Semprot
Daftar
19 May 2017
Post
1.934
Like diterima
82.636
Bimabet


C I N T A


Hiuffttttt.. huuuuu..

Aku menarik nafasku dalam – dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Pikiranku lagi kalut dan sangat tegang sekali. Aku sekarang lagi duduk didepan ruang persalinan, disebuah rumah sakit terkenal dikota ini.

Aku duduk disini, karena istri tercintaku sedang bertaruh nyawa didalam ruangan sana, untuk melahirkan buah hati kami tercinta.

Aku tidak sanggup mendampingi istriku didalam sana, karena aku terlalu pengecut mendengar rintihan kesakitannya dan aku terlalu pengecut untuk melihat darah yang keluar dari tubuh mulus istriku. Aku tidak sangup dengan mendengar dan melihat semua itu.

Kalau aku tetap memaksakan diriku untuk masuk dan berdiri disebelah istriku, bisa – bisa bukan istriku yang ditangani oleh dokter, tapi aku yang pengecut ini yang akan ditindak didalam ruangan sana. Assuuu..

Padahal, segala bentuk perkelahian tersadis pernah aku lihat dan aku jalani waktu itu di Kota Pendidikan. Aku sudah biasa melihat orang terbunuh dihadapanku, bahkan aku sendiripun pernah membunuh. Entah berapa orang yang sudah menjadi korbanku. Aku pernah mematahkan kaki, tangan, leher, punggung, bahkan hidung preman jalananpun, pernah aku buat rata dengan wajahnya.

Bau amis darahpun sudah biasa aku hirup dan aku rasakan disetiap pertempuranku. Tapi aku justru takut, ketika aku melihat darah dan rintihan kesakitan dari orang yang aku cintai itu. Bajingan..

Kondisi istriku yang sudah tidak muda lagi dan bayi kembar kami yang ada diperutnya, membuat kekhawatiranku semakin menjadi. Dan diusia kami yang sudah diatas 40 tahun ini, memang rentan sekali bagi kami untuk mempunyai momongan. Terlalu banyak resiko yang akan dihadapi, selama istriku mengandung dan ketika akan melahirkan. Apalagi istriku bersikeras untuk melahirkan secara normal.

Hiuuffttt.. huuuuu..

Oh iya. Namaku Aldo, Aldo Septian Hadi. Aku berasal dari Kota Pendidikan. Aku lahir dan besar dilingkungan yang keras, sekeras permainan bola yang selalu diterapkan klub kebanggaanku dikota itu.

Aku menikahi seorang wanita yang cantik dan sangat kucintai. Aku mencintai wanita ini pada pandangan pertama, saat kami bertemu waktu itu.



Bertahun – tahun yang lalu di Kota Pendidikan.


“do.. kodew..” ucap Satria sahabatku ketika kami berkumpul tidak jauh dari sekolah kami. (kodew = wedok = wanita)

Satria ini kakak kelasku di STM, tapi dia lebih senang bergabung dengan kami anak kelas satu.

Aku pun langsung melihat kearah wanita yang disebutkan Satria tadi. Dan benar saja, Diseberang jalan sana rombongan wanita cantik dengan perkaian putih abu – abu, berjalan dari ujung jalan dan akan melewati kami.

“kodew.. kodew.. kodew..” tiba – tiba semua temanku yang melihat rombongan para wanita itu, langsung menoleh kearah para wanita itu juga.

Ya biasalah kalau anak – anak STM melihat para wanita, apalagi dari SMEA, pasti mata mereka seperti mau keluar saja..

“SMEA Negeri iki ker..” (SMEA Negeri ini bro) ucap temanku yang bernama Dono.

“ayu ne rek.. rek..” sahut temanku yang bernama Eko.

“wani’ a nyedek’i.?” (beranikah dekatin.?) ucap Dono kepadaku, ketika rombongan para wanita itu sudah berada disebarang jalan dan tidak terlalu jauh jaraknya dengan kami.

Semua temanku yang berjumlah belasan inipun, langsung melihat kearahku.

“cuukkk’i.. lapo ndelok’i aku.?” (cukkk.. kenapa ngelihatin aku.?) Ucapku lalu aku menghisap rokokku..

“umak lek wani kenalan, tak tukokno oker do.” (kamu kalau berani kenalan, kubelikan rokok do..) Ucap Dono kepadaku.

“temanan’a Don.?” tanyaku dan Dono langsung menganggukan kepalanya.

“oyi tok wes..” (pokoknya iya aja) ucapku dengan semangatnya dan Satria yang ada disebelahku, hanya menggelengkan kepala sambil menikmati rokoknya.

Kenapa aku bisa semangat seperti ini dan aku menyanggupi tantangan Dono itu..? karena aku melihat ada salah satu wanita yang cantik diantara rombongan anak – anak SMEA itu, dan dia temanku waktu SMP. Terus terang aku suka dengan dia dari dulu, tapi belum sempat jadian. Eh.. lebih tepatnya sih, aku yang takut mengungkapkan perasaanku. Hehehe.

Aku lalu berjalan sendirian mendekati rombongan itu, dan aku mengarahkan langkahku kearah Tari yang berjalan paling kanan diantara teman – temannya.




Tari Widya Anggraini

Ya.. wanita itu bernama Tari, Tari Widya Anggraini. Dan ketika Tari melihat kearahku, dia langsung menghentikan langkahnya dan diikuti semua temannya..

Cuukkk.. tatapan ini cuukkk.. gak pernah berubah dari dulu dan itu makin membuat aku menyukainya.

Wanita yang ada dihadapanku ini, adalah cinta pertamaku dan sampai sekarang dia masih tetap cintaku. Gendeng (gila)

Tapi kenapa aku tidak mempunyai keberanian, untuk mengungkapkan apa yang ada didalam hatiku ya.? kenapa aku pengecut sekali ketika berhadapan dengan mahluk yang namanya wanita.? Dan kenapa juga aku tidak mempunyai keberanian, untuk menembaknya dari dulu dan mungkin sampai detik ini.? Bajingan. Jangankan mengungkapkan perasaan, mendekati wanita ini saja, aku sudah pasti sangat grogi sekali. Apa karena alasan itu ya, Dono menantangku tadi.? Assuu..

“hai Tar..” ucapku ketika aku sudah berdiri dihadapannya dan aku mencoba menguatkan diriku, ketika menyapanya ini.

“Aldo..” ucap Tari sambil menatapku lalu menunduk malu.

“cieeeee.. Tari..” ucap semua temannya menyoraki Tari.

“gimana kabarnya..?” ucapku sambil menjulurkan tanganku kearahnya.

Assuuu.. kok tiba – tiba aku berani seperti ini ya.? bisikan apa yang membuat aku nekat, sampai aku berani menyapa terus mengajaknya bersalaman.? Apa karena taruhan dengan Dono tadi.? Enggah ah, ga mungkin. Pasti ini karena aku sudah gak kuat lagi, menahan semua gejolak didalam hatiku. Tapi kalau dia gak mau menjabat tanganku gimana ya.? bukan malunya ditolak atau kalah taruhan, tapi pasti ini akan membuat kekecewaan yang mendalam dihatiku. Jiancuukkk..

Cukup lama aku menjulurkan tanganku dan Tari tidak menyambutnya, dia hanya terus menunduk dihadapanku. Bajingann..

“hahahahaha..” terdengar tawa dari semua temanku diseberang jalan sana.

Tiba – tiba Tari mengangkat wajahnya pelan sampai wajah manisnya menatap wajahku, lalu dilanjutkan mengangkat tangan kanannya perlahan, dan menjabat telapak tanganku dengan agak gemetar.

TAPPP..

Cuukkk.. pegangan tangannya yang lembut dan tatapan matanya yang sendu itu, langsung membuat tubuhku panas dingin.. Gendeng (gila).

Baru pertama kali didalam hidupku, aku menjabat tangan wanita dengan menggunakan perasaan cinta yang menggelora seperti ini. Dan itu rasanya luar biasa banget cuukkk.

Pegangan tangannya yang lembut, mampu menyirami hatiku yang gersang selama ini. Dan tatapan matanya yang sendu, mampu menumbuhkan bunga – bunga cinta yang telah lama layu dihatiku.

“JIANCOOOKKKK..” terdengar makian yang keras dari Dono diseberang jalan sana, tapi aku tidak menghiraukannya.

Pandanganku ini sudah terhipnotis oleh tatapan mata Tari dan aku tidak mampu melihat kearah lain, selain melihat pemandangan yang terindah dihadapanku ini.

Pandangan yang paling menyejukan, meneduhkan, menentramkan dan mendamaikan seluruh jiwaku. Bajingannn..

“kabar baik do..” ucap Tari dengan suaranya yang merdu itu..

“cieeeee.. Tari..” ucap semua temannya dengan kompak.

Tapi kami berdua tidak menghiraukan suara – suara itu, kami berdua tetap berpandangan, dengan tangan yang masih saling menggenggam.

“TERUSNO CUUKKK.. JIANCUUKKK..” suara Dono terdengar lagi.

“CIEEEEE..” dan kali ini, teriakan teman - teman Tari terdengar lebih keras, sampai mengejutkan kami berdua.

Asuuu.. kenapa sih mereka ini.? Apa mereka ini calon – calon penonton bayaran dimasa depan, ya selalu mengucapkan eeeee.. yaaaaa.. eeee… yaaaa.. gitu.? Bajingaann.

Aku dan Tari langsung melepaskan jabatan tangan ini, lalu sama – sama menunduk malu.

“ayo wes Tar. gak muleh’a awakmu.?” (Ayo sudah Tar.. gak pulangkah kamu.?) ucap teman Tari dan Tari langsung melihat kearah temannya lalu mengangguk.

“aku pulang dulu ya do.” Ucap Tari sambil melihatku lagi, lalu tersenyum malu.

“i.. iya..” ucapku terbata.

Teman - teman Tari lalu berjalan duluan, dan Tari menyusul dibelakangnya.

“Tar.. nomor telpon rumahmu masih tetap kan.?” Tanyaku dan Tari langsung menghentikan langkahnya lalu menoleh kearahku.

“emang kamu tau nomor telpon rumahku..?” tanya Tari dan aku langsung terkejut dibuatnya.

Jiancuukkk.. akukan gak pernah minta nomor telpon rumahnya ke Tari, tapi aku minta keteman dekatnya Tari waktu SMP dulu. Gendeng (gila)

Tapi walaupun aku tau dan hafal nomor telponnya, aku gak pernah sekalipun menelponnya.

“hehehehe..” dan aku hanya bisa tertawa sambil menggaruk kepalaku..

Tari lalu tersenyum lagi kepadaku dan memalingkan wajahnya kearah depan, lalu mengikuti temannya pergi..

Hiuuffttt.. huuuu..

Apa cintaku ke Tari kesampaian ya.? Apa dia mencintai aku juga.? Atau malah hanya bertepuk sebelah tangan.? Gendeng (gila) ternyata aku terlalu bau kencur untuk masalah percintaan.. bajingann..

Dan malam harinya, berbekal koin yang ada dikantongku, aku lalu menuju telpon umum dan menelpon Tari untuk pertama kalinya.

Tut.. Tut.. Tut.. Tut..

Suara nada telpon yang terdengar ditelingaku, membuat jantungku berdetak dengan cepat. Senang, gugup, bahagia dan takut, bercampur aduk dipikiranku, sehingga membuat nada detak jantungku semakin tak menentu.

“halo..” suara seorang wanita yang menjawab telponku dan membuat aku menarik nafasku dalam – dalam.

Hiuuffttt.. huuuuu

“halo Tar..” ucapku yang kubuat setenang mungkin.

“Aldo.” Ucap Tari dengan senangnya.

“gimana kabar Tar.” Ucapku yang terdengar kaku sekali.

“tadi siangkan kita ketemu, masa malam ini kamu tanya kabarku sih.? Hihihi..” Ucap Tari lalu tertawa dengan sangat merdunya.

“emang kenapa.? Gak boleh ya kalau aku tau kabarmu setiap saat.?” Tanyaku dan sekarang aku sudah sangat santai sekali.

“boleh dong, apa sih yang gak buat kamu do. Hihihihi..” ucap Tari lalu tertawa lagi.

“hatimu aja yang belum buat aku Tar..” jawabku dengan refleknya.

Cuukkk.. kok berani sekali bibirku ini berucap seperti ini.? Gendeng (gila). Entar kalau Tari marah terus tutup telponnya gimana.? kok aku buru – buru banget sih..? ah.. gak sabaran banget aku ini. Assuuu..

Dan setelah itu tidak ada ucapan dari Tari lagi. Hening dan senyap, hanya suara kendaraan yang berlalu lalang didekatku saja yang terdengar, dan itu membuat suasana tegang sekali.

Jiancuukk.. masa dia marah sama aku sih.? Tapi kalau beneran marah, kenapa gak langsung ditutup aja telponnya.

Tut.. tut.. tut..

Terdengar suara digagang telpon yang menandakan waktu telponku akan habis, dan aku langsung memasukkan koin lagi ke mesin telpon ini..

Kletek.

“Tar..” panggilku.

“ya..” jawab Tari singkat.

“kok diam.?”

“kamu marah ya sama ucapanku barusan.?” Tanyaku dengan agak panik.

“engga kok..” ucap Tari lalu dia menarik nafasnya agak dalam.

“terus kenapa kamu diam.?” Tanyaku.

“ngga apa – apa do..” ucap Tari..

Jadi beneran gak marah nih.? Tapi kenapa dia diam.? Apa dia terkejut karena Arjuna ini baru saja memanahkan panah cinta dan tepat mengenai hatinya.? Asuuu.. Kalau gitu aku nembak dia sekarang aja gimana.? memang sih terdengar gak jantan, karena aku nembaknya lewat telpon. Tapi anggap aja ini gladi, besok baru aku kesekolahnya, terus aku tembak langsung dia disana.

“hiffttt.. huuuuuu..” Aku lalu menarik nafasku dan menguatkan hatiku sekali lagi.

“Tar, kamu mau..?” ucapku terpotong..

“iya do.. aku mau pamit sama kamu.” Ucap Tari yang langsung mengagetkanku..

Jiancuukk.. maksudnya apa ini.? Baru aku mau ngomong, ‘Tar, kamu mau gak jadi pacarku’ gak? kok sekarang dia langsung mau pamit.? Pamit kemana.? Bajingaann..

“kamu mau kemana Tar.? Kamu mau tutup telpon terus tidur gitu.?” Tanyaku..

Tut.. tut.. tut..

Terdengar bunyi telpon yang menandakan waktu telponku akan habis lagi, dan aku memasukkan koinku lagi..

Kletek.

“gantian cuukkk..” teriak orang dibelakangku.

“sabar cuukkk..” ucapku sambil menoleh kearah orang itu dan menutup telpon dengan tangan kananku.

“asuuii’ig..” gumam orang itu pelan.

“Tar..” ucapku ke Tari dan tidak menghiraukan orang dibelakangku.

“besok aku pindah keibukota khayangan do. Ayahku dipindah tugaskan disana.” Ucap Tari dengan sedihnya.

Jiancuukkk.. kok jadi begini sih.? Belum juga aku ungkapkan perasaan hati ini, dia sudah mau pergi aja. Bajingan.. terus aku harus bagaimana.? apa aku tetap menembaknya.? Iya kalau diterima. Kalau dia menolak dengan alasan karena mau meninggalkan kota ini bagaimana.? Apa sakitku gak berlapis - lapis.? Asuu.. asuu..

“maaf do..” ucap Tari dengan nada yang sangat terdengar menyedihkan.

Tuhkan. Belum apa – apa sudah minta maaf aja. Kok begini amat ya nasib cinta pertamaku.. cukk’i..

“maaf untuk apa Tar..?” tanyaku.

“hiks.. hikss.. hikss..” dan bukan jawaban yang aku terima, tapi isakan tangis yang menggores kalbu. Assuu..

“hiks.. hikss.. hikss..” tangisnya makin terdengar lirih, dan aku hanya bisa diam sambil menjambak rambutku dengan tangan kiri, sedangkan tangan kananku memegang gagang telpon.


Tut.. tut.. tut..

Terdengar bunyi telpon yang menandakan waktu telponku akan habis lagi..

Cuukkk’i.. kok cepat banget sih habisnya.? Aku lalu memasukkan koinku lagi..

Kletek.

“gantian bos..” teriak orang dibelakangku lagi dan aku langsung menoleh kebelakang.

Tampak lima orang sedang berbaris dibelakangku, menunggu antrian untuk menelpon..

“nde prapatan ngarep kono loh..” (diperempatan depan sana loh) ucapku dengan emosinya.

“rusak cuukkk..” ucap mereka berlima dengan kompaknya.

“yo lapor nang kantor telekomunikasi cuukk.. lapo koen ngomong nang aku.. assuuu..” (ya lapor ke kantor telekomunikasi cuukk.. kenapa kamu ngomong keaku.. anjing..) ucapku sambil melotot kearah mereka.

“ooo.. mengong..” (mengong = gila) sahut mereka dengan kompaknya, dan aku langsung melihat kearah mesin telpon lagi.

“ka.. kamu.. marah sama aku ya do.?” Ucap Tari pelan, ditengah isakan tangisnya yang mulai mereda.

“untuk apa aku marah Tar. Aku itu siapa.?” Ucapku dengan melasnya.

“maaf kalau tadi aku salah ucap do.”

“Mungkin bagimu, kamu bukan siapa – siapaku. Tapi bagiku, kamu adalah segalanya. Semoga dilain waktu dan kita dipertemukan lagi, kamu juga menganggapku seperti itu. Aku sayang kamu.” Ucap Tari lalu.


Kletek.

Kali ini bukan koinku yang masuk, tapi telponnya yang langsung ditutup. Bajingaannn..

“halo.. haloo.. haloo Tar..” ucapku..

Assuuu.. kenapa ditutup sih telponnya.? Bajingaann..

Aku memasukan koinku lagi dan mencoba menelponnya, tapi telponnya terdengar sibuk..

Arrrggghhhhh..

“gantian cuukkk..” maki orang dibelakangku, dan kulihat makin banyak aja orang yang antri.. bajingaannn..

“iyo cuukk.. iyo..” ucapku sambil meletakkan gagang telpon dimesin telpon, lalu pergi sambil menjambak rambutku dengan kedua tanganku..

Gantung banget ini cuukk.. gantung.. Oh iya, apa lebih baik aku kerumahnya Tari aja ya..? aku tembak dia malam ini dirumahnya, lagiankan tadi dia bilang sayang sama aku.. huuuuu..

Aku lalu berlari menuju rumahku dan mengambil kryptonku, lalu aku menarik gas krypton dengan kencangnya.

Dan ketika aku sampai tidak jauh dari rumah Tari, pemandangan yang sangat membangsatkan pun, menyambut kedatanganku. Seorang teman SMPku dulu, berlutut dihadapan Tari sambil menyerahkan seikat bunga kepadanya. Dan bangsatnya lagi, Tari menerima bunga itu dengan wajah yang… asuuu.. asuuu..

Kenapa kamu tega sama aku Tar.? kenapa.? Tadi kamu pamit sambil nangis waktu aku telpon, kok sekarang bahagia dengan laki – laki lain.? Tadi kamu mengucapkan sayang dan berharap aku juga sayang sama kamu, kok sekarang kamu malah sayang – sayangan sama yang lain.?

Jiancuukkk.. ngenes men nasibku cuukkk.. (sedih banget nasibku) belum mengucapkan kata cinta, tapi sudah ditinggal pergi cuukkk.. belum jadian, sudah diselingkuhi cuukk.. ini cinta pertamaku cuukkk.. gagal cuukk.. jiancuukkk..

Ternyata aku ditakdirkan hanya untuk mengaguminya, tanpa memilikinya. Aku ditakdirkan mencintainya, tapi dia cinta dengan yang lainnya. Aku menyayanginya, tapi dia sayang – sayangan sama yang lainnya. Bajingaann..

Dan semenjak kegagalan cinta pertamaku, aku tidak mempunyai gairah untuk mencintai lagi. Padahal begitu banyak wanita yang aku kenal, tapi tidak ada yang mampu menata hatiku yang telah diporak – porandakan Tari. Kalaupun aku dekat dengan seorang wanita, aku hanya membuatnya sebagai tempat pelampisan. Bajingann..

Dan kehidupanku di STM, hanya kuisi dengan bersenang – senang bersama para sahabatku. Mulai dari tawuran, bolos, ‘bercinta’, dan mabuk – mabukan. Dan waktu STM itu juga, aku ditinggal sahabat terbaikku, Satria. Dia harus pendidikan di dalam sel, karena dia membunuh salah satu preman kampus Kuru yang menyerang sekolah kami.

Setelah lulus STM, aku mendaftarkan diri untuk kuliah dikampus teknik kita. Aku memilih kampus ini karena kakak pertamaku kuliah disana, namanya Mas Bendu.

Dikampus inilah hatiku yang telah diporak – porandakan Tari, mulai tertata lagi. Bunga – bunga cintaku yang sempat layu, kembali bermekaran. Dan itu karena sesosok wanita dari pulau seberang.

Aku mengenal wanita itu dari sahabat baruku yang bernama Sandi Purnama Irawan, ketika orientasi hari ketiga mahasiswa baru angkatan kami.




Adalia Adriana Agatha

“Adalia Adriana Agatha, biasa dipanggil Lia. Aku dari pulau seberang, teknik sipil.” Ucap wanita cantik dihadapanku ini, sambil menjulurkan tangannya kedepan.

Ini adalah pertemuanku pertama kali dengan Lia. Dan kalian tau apa yang kurasakan ketika aku menatap wajah Lia pertama kali.? Bergetar..

Tatapan mata kami sempat beradu beberapa saat dan itu membuat seluruh isi didalam ruang tubuhku, bergetar dengan hebatnya.

Gilaaa.. cantik banget cuukk wajahnya. Dan itu terekam jelas dimemori otakku.

Selain memiliki wajah yang cantik, suaranya juga renyah banget cuukk.. dan itu membuat seluruh tubuhku semakin bergetar. Tatapan matanya pun, langsung menghantam seluruh hatiku dan membuat hatiku menyerah tanpa syarat. Gendeng (gila)

Apa benar hatiku ini dengan gampangnya, telah bertekuk lutut dihadapan wanita cantik ini.? Apa aku telah melupakan kekecewaan cintaku kepada Tari semudah ini.?

Hiuftttt.. huuuu..

“Aldo, aku asli kota ini, teknik sipil..” ucapku dan aku langsung memegang punggung tangannya yang ada dihadapanku ini..

Jiancuukk.. selain putih, punggung tangannya lembut banget cuukk.. kulitnya terasa pulen dan membuat hatiku langsung meleleh. Ini kalau di ibaratkan itu, seperti makan ketan legendaris dikota yang ada dipuncak sana. Ketan rasa original yang isinya cuman ketan, parutan kelapa dan serbuk jahe yang dicampur gula jawa. Dan itu kalau sudah masuk kedalam mulut, hummmmm.. lezatos.

Assuuu.. ini bahas apa sih.? Kulitnya Lia apa ketan legendaris.? Gendeng (gila). Pokoknya aku jatuh cinta pada keduanya cuukkk..

“Yuda, aku dari propinsi seberang, teknik sipil juga.” sahut temanku yang lain dengan tangannya berada dipunggung tanganku..

“Surya, aku dari kota sebelah, juga teknik sipil”

“Sandi, aku dari pulau seberang, aku teknik sipil juga. BERARTI KITAAAA…”

“POWER RANGER.. HAAAA..” ucap kami sambil melakukan tos bersama, lalu menghentakkan tangan kiri yang menyatu kebawah, dan diakhiri dengan teriakan kami yang sangat kencang. Assuuu..

Mereka berempat ini adalah teman – teman baruku dikampus teknik kita tercinta. Dan dengan berjalannya waktu serta segala hal yang kami lewati bersama, kami berlima bukan hanya menjadi teman biasa. Hubungan kami berlima bahkan melebihi hubungan persaudaraan, persaudaraan tapi melibatkan cinta didalamnya. bajingan..

Aku mencintai Lia, Lia mencintai Sandi dan Sandi mencintai Lia. Sementara Lia sudah mempunyai kekasih bernama Bowo. Assuuu gak kalau gitu..?

Tapi walaupun aku mencintai Lia, aku memendam perasaanku ini jauh didalam hatiku. Aku sadar diri tentang siapa aku ini. Aku tidak ingin merusak persahabatan kami, karena percintaan yang rumit ini. Kalau seandainya hanya Bowo saja yang menjadi penghalang, mungkin aku tidak akan memikirkannya. Tapi sosok seorang Sandi yang membuat aku berpikir ulang, untuk memperjuangkan cintaku ke Lia.

Selain karena hal itu, aku juga belum siap untuk bercinta lagi. Aku sudah terlanjur kecewa dengan apa yang namanya cinta.

Tiga tahun aku memendam cinta dengan Tari. Mulai dari aku kelas dua SMP sampai kelas satu STM..

Tiga tahun yang berbunga - bunga berakhir dengan sebuah kalimat, ‘aku pamit’ dan ditambah sebuah perselingkuhan sebelum ada ikatan.

Jiancuukk.. ‘aku pamit’ kalimat yang singkat, tapi membuat selangkanganku sampai bokongku gatal gak garuan. Kalimat yang singkat, tapi mampu membuat batangku yang tadinya berdiri ketika membayangkan wajah cantik Tari, langsung lemas seketika. Kalimat yang singkat, tapi mampu membuat seluruh isi hatiku berantakan dan sulit untuk bangkit.

Tiga tahun aku memendam cinta dan sayangku kepada Tari, dan harus diakhiri dengan sebuah adegan yang sangat membangsatkan.

Aku tidak pernah menyesal menjadi pengagum yang setia. Tapi yang membuat aku menyesal, aku memberikan kesetiaanku kepada orang yang salah. Dia pergi bukan karena orang lain, tapi dia pergi karena tidak ‘setia’ dengan ucapannya. Bangsatkan.?

Oke.. cukuplah mellow – mellownya. Aku mau menikmati kembali masa muda ini, tanpa harus ada bayang – bayang orang yang tidak setia kepadaku..

Dan sekarang kita lanjutkan lagi ceritanya.

Setelah beberapa bulan kami masuk kuliah, kami berlima merencanakan untuk naik kepuncak mahameru. Aku, Sandi, Yuda, Surya dan Lia.

Kami berlima ingin menenangkan pikiran sejenak, dari segala rutinitas selama perkuliahan.

Rencana kepuncak mahameru pun, sebenarnya rencana yang gila. Kenapa aku bilang gila.? Karena kami hanya mempersiapkan diri selama dua hari. Gila gak.? Kalau menurutku sih gila, karena aku sudah pernah naik kesana dan aku merencanakan perjalanan itu sebulan sebelumnya.

Perjalanan ini bukan hanya perjalanan biasa. Oleh sebab itu kami harus menyiapkan mental dan fisik jauh - jauh hari. Apalagi aku tau tentang kebiasaan teman – temanku ini. Bergadang, mabuk, merokok dan jarang berolah raga. Apa kuat fisik teman – temanku ini.? belum lagi ditambah dengan seorang wanita yang ikut diperjalanan ini, apa gak tambah ‘luar biasa’ perjalanan kami nanti.?

Dan orang yang mempunyai ide gila seperti itu, pasti orang gila juga. Siapa lagi kalau bukan Sandi Purnama Irawan, sipujangga yang gila. Dan yang lebih gila lagi, kami semua menyanggupi ide gila itu. assuu..

Tapi aku sudah mewanti – wanti para sahabatku. Kalau memang salah satu diantara kami ada yang tidak kuat, lebih baik beristirahat aja, kalau perlu kami kembali ke Desa Ranu Pane. Aku juga mengusulkan agar perjalanan ini, cukup sampai Ranu Kumbolo. Dan kalau memang fisik kami mendukung, mungkin perjalanan bisa dilanjutkan ke puncak Mahameru.

Kring.. Kring.. Kring.. Kring..

Hpku berdering dan tau siapa yang menelponku.? Adalia Adriana Agatha cuukkk.. gilaa.. kalau orang yang lain yang menelpon, mungkin Hpku aja yang berdering dan bergetar. Tapi kalau wanita satu ini yang menelponku, hatiku pun ikut bergetar. Assuuu..

Kring.. Kring.. Kring.. Kring..

Cukkk.. saking senangnya hatiku, aku sampai termenung menatap layar Hpku yang terpampang jelas nama Lia disana. Gendeng (gila).

Kring.. Kring.. Kring.. Kring..

Aku lalu mengangkat Hpku menggunakan tangan kananku. Kenapa tangan kanan.? Karena yang menelpon ini pujaan hatiku cuukkk. Masa iya aku angkatnya pakai tangan kiri.? kan ga sopan banget. Lagian tangan kiriku baru aku pakai cebok, entar kalau Lia mencium aroma sesuatu yang menjancukkan gimana.? Hahahaha.. assuu.. kok gila gini ya aku.?

“ha.. ha.. halo ya’..” ucapku terbata..

Cukkk.. kenapa grogi gini sih aku.?

“halo do.. kok lama banget sih ngangkatnya.?” Ucap Lia dengan nada yang sedikit jengkel.

“anu ya’.” jawabku yang masih grogi ini.

“kenapa anumu.?” Tanya Lia.

“anuku masih disini ya’.. masih nempel diselangkangan.” Ucapku dengan refleknya, sambil memegang batangku.

Cukkk.. kok aku jawab begini sih.? Assuu..

“astaga do.. do.. kok kamu ketularan Purnama sih mesumnya.?” Ucap Lia yang terkejut mendengar jawabanku. (Purnama itu Sandi, entah apa maksudnya Lia memanggil seperti itu ke Sandi. Apa itu panggilan kesayangan.? Gak tau juga sih.)

“mesum apa ya’..? maksudku tadi itu, sempakku masih nempel diselangkanganku.” Ucapku yang makin bingung harus menjawab apa.

“apa hubungannya aku nelpon, sama sempakmu yang masih nempel diselangkanganmu itu.?” Tanya Lia dan aku hanya bengong mendengar ucapan Lia itu.

“do..” panggil Lia dan aku masih bengong..

“ALDO SEPTIAN HADI.” teriak Lia mengagetkanku, sampai aku menjauhkan Hpku dari telingaku.


“apa sih ya’.? kok kamu pakai teriak segala sih..?” ucapku sambil menempelkan Hpku ditelingaku lagi.

“habisnya kamu diajak ngomong ga nyambung, terus malah ngelamun lagi..” omel Lia.

“yang ngelamun siapa.?” Tanyaku

“ya kamulah, masa paklek bakso yang lewat depan kosan.?” Ucap Lia dengan sewotnya.

“iya.. iya sudah.. kenapa telpon.?” Tanyaku dan sekarang aku sudah tidak segrogi tadi.

“sudah pesan tenda yang mau kita bawa ke mahameru besok.?” Tanya Lia.

“ini aku mau pesan.” Jawabku.

“sama aku ya pesannya..” ucap Lia.

Ha..? maksudnya Lia ini apa.? Dia mau mesan tendanya bareng sama aku gitu.? Berarti kami berdua aja jalannya.? Gendeng.. (Gilaaa..) beneran ini.?

“tempat penyewaannya kan dekat rumahku ya’, kalau kamu ikut berarti aku jemput kamu dulu dong dikosanmu.?” Tanyaku basa basi. Iya basa – basi, soalnya aku pasti gak nolak kalau disuruh jemput Lia dulu..

Tapi kenapa aku gak langsung mengiyakan sih.? Kenapa juga aku harus pakai basa – basi.? Asuuu..

“kenapa memangnya.? Kamu gak mau jemput aku.?” Tanya Lia.

Cuukkk.. Lia marahkah ini.? Duhhh..

“iya ya’.. iya.. aku jemput sekarang ya..” ucapku.

“terserah..” ucap Lia lalu menutup Hpnya.

Ha.? Terserah.? Terus maksudnya apa itu.? dijemput atau ngga..? kata terserah itu kalau diucapkan seorang wanita, diibaratkan seperti melihat para wanita cantik yang berpakaian super ketat. Dilihat dikira kurang ajar, buang muka dikira hom – hom. Dilihat pakai nafsu dikira sange’an, dilihat dengan tatapan biasa dikira ada kelainan. Bingungkan.? bajingan.

Terus pakai acara tutup telpon tanpa basa basi lagi. Arggghhhh.. terus bagaimana kalau sudah begini.? Apa aku harus lari keluar rumah dengan kondisi telanjang bulat.? Bangsat. Bisa – bisa bijiku di sentil sama Mas Bendu. Assuuu.. assuu..

Sudahlah.. lebih baik aku kekos Lia aja, daripada dia marah beneran dan membuat suasana perjalanan kemahameru besok jadi gak nyaman.

Akupun mengganti pakaianku, setelah itu dengan mengendarai sepeda motor kesayanganku, krypton kelemahannya superman, aku menuju kekosan Lia.

Aku menuju kekosan Lia dengan perasaan senang, bahagia, jengkel, benci, bingung dan dibungkus dengan perasaan cinta yang menggelora.

Senang dan bahagia, karena aku sangat mencintainya dan sangat menyayanginya.

Jengkel dan benci, karena aku tau cintanya hanya untuk sahabatku Sandi. Bagaimana aku tau kalau Lia sangat mencintai Sandi dan kelihatannya Sandi juga mencintai Lia, padahahal Lia sudah memiliki kekasih Bowo.? Itu karena aku melihat sendiri, ketika Lia diganggu salah satu preman dikampus teknik kita dan preman yang bernama Alex itu senior jauh diatas kami, dihajar oleh Sandi tanpa ampun. Mereka duel dengan sangat menggila diparkiran kampus teknik kita.

Dan dari tatapan Sandi ketika membantai Alex, bukan seperti tatapan seorang sahabat yang melindungi sahabatnya. Tapi seperti seorang ksatria yang melindungi kekasih pujaan hatinya. Gendeng (Gila).

Tatapan Lia pun terlihat berbeda, ketika membersihkan luka diwajah Sandi akibat perkelahian itu. Tatapannya seperti sangat khawatir dan penuh cinta. Belum lagi perhatian diantara mereka berdua selama ini, yang sangat terlihat sekali bukan sebagai sahabat. Assuu.

Walaupun mereka berdua setauku tidak pernah jadian dan saling mengucapkan kata cinta, tapi tatapan mereka berdua telah mengatakan itu semua.

Dan akhirnya semua mengerucut dikepala, menjadi kebingungan yang membuat kepalaku terasa mau pecah.

Aku sudah mencoba untuk menepiskan rasa yang ada dihati ini, karena aku tidak ingin merusak persahabatan yang terjalin. Tapi disisi lain, setiap hari aku harus berhadapan dengan Lia ketika ada dikampus. Apa yang mau kutepis kalau seperti itu kondisinya.? Perasaanku.? Cintaku.? Rasa sayangku.? Assuuu..

Dan kelihatannya, perjalan kemahameru esok hari, akan menjadi perjalanan ujian bagi perasaanku ke Lia. Aku pasti akan disuguhi permainan perasaan diantara mereka berdua dan aku pasti akan terlibat, tanpa mereka berdua sadari. Gendeng.. gendeng.. (Gila.. gila..)

Hiuffttt.. huuuu..

Dan sekarang aku sudah sampai didepan pintu pagar kosan barbara, kos - kosan Lia. Aku lalu mengambil Hpku dan mengirimkan sebuah pesan padanya.

*aku “aku sudah didepan kosanmu..”

Setelah mengirimkan pesan, akupun menyimpan Hpku dikantong.

Dan gak menunggu waktu lama, seorang wanita cantik keluar dari arah pintu kosan barbara. Dia memakai celana jeans yang ketat di area pinggul dan di bagian paha atas, serta longgar di bagian paha bawah, lutut dan betis. Lalu dipadukan sweter yang melekat menutupi kaosnya..

Cuukkk.. dia adalah Adalia Adriana Agatha dan dia makin cantik aja. Jiancok’ig.. ini nih salah satu yang membuat rasa yang ada dihati dan coba aku pendam, perlahan mulai bangkit dan ingin aku perjuangkan. Bajingan.

Dan kalau aku lihat dari caranya berdandan serta berpakaian, kelihatannya dia sudah menungguku dari tadi. Kalau seperti ini, kenapasih harus ada kata terserah yang terucap, ketika dia menutup telponnya tadi.? Kenapa gak dia menjawabnya, ‘iya.. aku tunggu dikosan’, itukan lebih enak didengar. Huuuuuu.. assuuu..

Tapi entar dulu, kok matanya terlihat sembab.? Ada apa ini.? Apa dia marah sama aku atau dia ada masalah lain.? Jiancuukkk..

Lia melangkahkan kakinya kearahku dengan kepala yang menunduk, dan sesekali diangkatnya untuk melihat kearahku. Dan setelah dia membuka pagar kosannya, dia keluar lalu menutup pagar kosannya lagi, setelah itu naik keatas kryptonku tanpa memegang pinggangku, lalu diam tanpa bersuara.

Kira – kira kalau kalian yang ada diposisiku bagaimana.?

Kalau aku sih pengennya, masukkan gigi persneling ke posisi satu, lalu tekan rem depan, terus tarik gas agak tinggi sampai ban depan terangkat, supaya dia meluk aku tanpa perlu aku suruh. Asuuu..

Tapi masa iya aku harus begitu sih.? Kan dia lagi sedih. Dia gak sedih aja aku gak berani angkat ban depan, apa lagi kondisinya seperti ini. Bisa – bisa bukan perutku yang dipeluk, tapi kedua bijiku yang langsung dicengkramnya. Gendeng (Gila). Apa gak ngilu kalau begitu.. iiiiiiiiiiii..

Dan akhirnya, akupun menarik gas motorku sangat pelan sekali.. aku sangat menghayati sekali tarikan gas motorku ini, sampai angin sepoi – sepoi membelai wajahku dan aku terbuai dengan lamunan.

Hiuffttt.. huuu..

“kamu gak ikhlas ya jemput aku.?” Tiba – tiba terdengar suara Lia dan langsung mengagetkanku dari lamunan.

Bagaimana gak kaget. Dia mengucapkan tepat dikuping sebelah kananku, dan suaranya keras ditambah nada yang ketus. Asuuu.. asuuu..

“yang gak ikhlas siapa sih non..?” ucapku dengan nada memelas sambil menolehkan wajahku kearah kanan, melihat wajah sampingnya yang masih ada disampingku, setelah itu aku menghadap lurus kedepan lagi.

“non.?” ucap Lia agak bingung.

“kenapa.? Ga boleh panggil nona.?” Tanyaku.

“terserah.” Jawab Lia singkat, lalu diam lagi.

“kamu kenapasih non.? Kok BT banget kelihatannya.?” Tanyaku.

“siapa yang BT.?” Tanya Lia dengan nada yang meninggi lagi..

Cuukkk.. jadi dia gak BT ini.? Terus dia marah – marah gak jelas seperti ini, bukan karena BT.? Terus karena apa.? Karena dia ingin memberikan aku pelajaran hidup, tentang menghadapi wanita yang dicintai ketika meraju.? Gitu.? Assuu.. asuuu…

“iya.. iya..” ucapku pelan..

“iya apanya..?” tanya Lia dengan sewotnya..

Bajingaann.. salah lagi ya ucapanku..? apa yang keluar dari mulutku ini salah terus ditelinganya.? Hiuuftttt.. huuuu..

“iya kamu gak BT.” Jawabku.

“tau ah..” jawab Lia lalu diam lagi..

Arrgghhhh.. mana superman ini.? Mana.? Mau aku tabrak dia pakai kryptonku, sampai dia terkapar dijalan dan gak bisa terbang lagi. supaya semua orang didunia ini tau, kalau mahluk yang paling kuat dibumipun pasti ada kelemahannya. Apalagi mahluk seperti aku, aku yang mempunyai kelemahan ketika melihat wajah pujaan hatiku seperti ini.. assuuu.

Dan sisa waktu perjalanan kami ketempat penyewaan tenda pun, harus ditemani dengan kebisuan yang menyiksa batin. Bajingan.

Ada apasih dengan Lia ini.? Tumben banget dia bersikap seperti ini sama aku.? Biasanya kalau dikampus, dia selalu lembut aja keaku walaupun lagi BT, tapi kenapa sekarang seperti ini.? Apa ada masalah yang menyiksa pikirannya.? Apa dia selingkuh dengan Sandi terus ketahuan Bowo.? Wah.. gila banget kalau sampai seperti itu.

Setelah sampai tempat penyewaan tenda dan kami menyewa satu tenda, aku dan Lia langsung menuju sebuah kafe dipinggiran kota ini.

“makan apa non..?” tanyaku ketika kami sudah didalam café dan duduk berhadapan.

“ngga usah.” Jawab Lia singkat, padat dan langsung membuat kepalaku berkunang – kunang. Assuuu.

Lia pun sempat menatapku sebentar lalu melihat kearah yang lain, dengan wajah yang terlihat bingung, sedih dan kecewa.

“mas.. kopi susu sama coklat panas ya..” ucapku kepada seorang pelayan yang berdiri tidak jauh dari kami.

Setelah pelayan itu pergi, aku lalu mengambil rokokku dikantong belakang. Setelah itu aku mengambilnya sebatang, lalu aku membakarnya dan menghisapnya perlahan, sambil terus menatap wajah Lia.

“huuuuuu..” aku membuang asap rokokku kesamping..

“kalau kamu gak mau cerita tentang masalahmu, paling engga jangan kamu tunjukkan wajah sedihmu dihadapanku.” Ucapku dengan seriusnya dan Lia langsung menatap wajahku lagi.

“Bukan aku gak mau melihat wajahmu yang seperti ini, tapi aku seperti terlihat bodoh dan tidak bertanggung jawab sekali. Aku bodoh karena hanya bisa melihat wajahmu yang terlihat sedih, dan aku terlihat tidak bertanggung jawab ketika membiarkan kebodohanku ini terus berlanjut sampai detik ini.” Ucapku pelan tapi menggunakan penekanan kata yang tegas.

Lia lalu menatapku sambil memiringkan kepalanya sedikit dan memajukan wajahnya kearahku. Aku tidak menghindari tatapan matanya itu dan kami terus beradu pandang, sampai dia menundukan wajahnya dan kalah dengan tatapan mataku ini.

“hiuuffttt.. huuuuu..” terdengar dia menarik nafasnya pelan lalu mengeluarkan perlahan, dan Lia tetap menunduk ketika melakukan itu.

Cuukkk.. tiba – tiba hatiku teriris melihat Lia seperti ini. Dia seperti sedang menanggung beban hidup yang teramat besar dipundaknya, sampai dia merasa tidak kuat menahannya dan dia tetap memaksakan untuk berdiri dengan tegaknya. Gendeng. (gila..)

Kamu wanita yang kuat Lia, kamu bukan wanita yang mudah mengeluh dan meratapi kerasnya kehidupan ini. Aku tau kamu pasti mau menanggungnya seorang diri, tanpa butuh belas kasihan siapapun. Aku tau juga, pasti hanya air mata yang akan bisa kamu keluarkan saat ini dan kamu gak mau meneteskannya dihadapanku. Jiancuukkk..

“aku bukan mau mengasihani kamu ya’.. tapi aku duduk dihadapanmu ini, karena..” ucapku terpotong karena Lia langsung mengangkat wajahnya dan menatapku. Aku memanggilnya ya’, bukan non lagi.

“karena..?” tanya Lia dengan tatapan mata yang sangat tajam..

Karena aku mencintaimu ya’.. mencintaimu.. tapi aku gak sanggup melanjutkan ucapanku ini, karena aku tidak mau mengacaukan semuanya. Bangsat..

“karena kamu sahabatku..” ucapku dengan suara yang agak bergetar.

“ooo..” ucap Lia lalu melihat kearah yang lain lagi.. asssuuu..

Kami lalu diam dengan lamunan masing – masing. Aku melanjutkan menikmati rokokku dengan pikiran yang melayang, sedangkan Lia hanya melihat mahameru yang terlihat dari tempat kami duduk.

Tidak lama kemudian, pesanan kamipun datang. Kopi susu untuk aku dan coklat panas untuk Lia.

“minumlah ya’.. sengaja aku pesan coklat panas untuk kamu, karena coklat panas memiliki efek yang positif bagi tubuh. Minuman itu bisa sedikit menenangkan pikiranmu.” Ucapku sambil meraih kopi susu pesananku lalu meminumnya..

“oh iya..?” ucap Lia sambil mengambil coklat panas itu, lalu meniupnya dan meminumnya sedikit, lalu melihat kearah mahameru lagi.

“apa kita sanggup berdiri diatas puncak sana ya do..?” ucap Lia tanpa melihat kearahku.

“semoga ya’. karena perjalanan kepuncak mahameru itu sangat berat.” Jawabku.

“berat bukan berarti tidak bisa kan.?” Tanya Lia sambil melihat kearahku, lalu meniup coklat panas itu lagi dan meminumnya..

“ya.. sama seperti semua permasalahan hidup yang kita hadapi. Berat dan sulit. Berat tapi bukan berarti tidak ada jalan keluar, sulit bukan berarti tidak bisa selesai.” Ucapku lalu aku juga meminum kopi susuku dan kulanjut dengan menghisap rokokku.

Tiba – tiba Lia langsung tersenyum dan menyeruput kembali coklat panas itu.

“kamu ga sendiri dijalanmu ya’. banyak cinta yang tulus mengiringi setiap langkahmu.” Ucapku lagi.

“apa kamu termasuk cinta yang mengiringi jalanku itu.?” tanya Lia.

“iya..” jawabku singkat dan Lia langsung melebarkan kedua matanya kearahku.

“tapi cinta sebagai sahabat.” Ucapku dengan kebohongan yang aku sembunyikan.

“ooo..” ucap Lia sambil meletakkan gelasnya dan terlihat ada sedikit raut kekecewaan diwajahnya.

Kenapa wajah Lia berubah seperti ini.? Apa dia tau kalau aku bohong.? Apa dia merasa kalau aku mencintainya bukan sebagai sahabatnya, tapi sebagai pejuang cinta.? Assuuu..

“kita balik yo.” Ucapku lalu aku menyeruput kopi susuku sampai habis.

Aku sengaja mengajaknya balik, karena aku sudah tidak kuat menahan semua gejolak didalam hatiku. Aku takut kalau sedikit lama lagi kami disini, aku akan mengutarakan semua isi hatiku kepadanya.

“kenapa buru – buru.?” Tanya Lia.

“kita harus istirahat ya’. besok perjalanan yang panjang dan melelahkan sudah menanti.” Jawabku.

“oke..” jawab Lia lalu meminum coklatnya sampai habis.

Besok memang perjalanan kepuncak mahameru yang panjang dan melelahkan, menanti kami berlima. Tapi bagiku, mulai detik ini hatiku sudah memulai perjalanan yang melelahkan itu. asuuu.

Setelah aku membayar minuman, kami berdua pun balik kekosan Lia. Dan sekarang, kedua tangan Lia sudah melingkar diatas perutku dan dadanya merapat dipunggungku. Jiancuukkk..

Pacar orang dan wanita yang dicintai sahabatku, sekarang meluk aku cuukkk.. bukannya aku gak senang, bukan.. siapa coba yang gak senang dipeluk sama orang yang dicintainya.? Asuuu.. asuuu..

Setelah sampai dikosan barbara, sebuah sepeda motor sport terparkir didepan pintu pagar kosan itu. Dan ketika aku berhenti didepan pagar kosan, sang pemilik sepeda motor sport yang duduk diteras, langsung berdiri dengan tatapan tajam kearahku.

“ooohhhh.. jadi dia yang buat kamu ngotot minta putus sama aku ya’?” tanya orang itu dan dia adalah Bowo, kekasih Lia..

Cuukkk.. minta putus.? Berarti Lia sudah mengakhiri hubungannya dengan Bowo.? Atau baru mau mengakhirinya.? Bajingann.

“apa sih kamu itu kak.” Ucap Lia sambil melepaskan pelukannya diperutku.

“aku kira karena Sandi kamu minta putus sama aku, gak taunya malah sama laki – laki ini..” ucap Bowo sambil melangkahkan kakinya kearahku.

Jiancukkk.. ini kira – kira kalau aku langsung turun, terus aku hantam batang hidungnya itu sekali aja, Lia marah gak ya.?

“kamu kenapa sih kak.? Ini nih yang bikin aku males sama kamu. kamu itu cemburuan banget.” Ucap Lia yang sudah turun dari krypton dan menghalangi jalan Bowo yang sudah dekat denganku.

Dan aku tetap diam sambil terus menatap wajah Bowo yang sedang emosi itu, dengan sangat santainya.

“gimana aku gak cemburu, kamu meluk dia didepan mataku.” Ucap Bowo yang makin terlihat emosi.

“dia ini sahabatku kak. Sahabatku.” Ucap Lia dengan nada yang keras.

Cuukkk.. ketika aku mendengar kata sahabat keluar dari bibir Lia, hatiku terasa seperti dicakar – cakar singa cuukkk.. sakit banget rasanya.. bajingaannn..

“sahabat kok pake acara meluk, sahabat apa itu.?” ucap Bowo dengan jengkelnya.

Dan aku tetap diam mendengar ucapan – ucapan Bowo yang makin membuat gatal selangkanganku ini. Kenapa aku diam.? Karena kalau aku sedikit aja berucap, bukan hanya mulutku yang mengeluarkan kata – kata indah. Tapi juga kedua kepalan tanganku ini, akan menyenandungkan sebuah syair yang sangat merdu, dan pasti akan menjadi syair yang berdarah. jiancuukk..

“mending kamu diam kak ya. dari pada aku marah sama kamu dan kamu pasti taukan kalau aku marah seperti apa.” Ucap Lia dengan sangat emosinya.

“anjing..” gumam Bowo sambil menatapku, lalu melangkahkan kakinya kearah motor sportnya.. lalu..

BRUMMM.. BRUMMM.. BRUMMM..

Bowo menarik gasnya kencang sekali, lalu pergi dengan kecepatan yang menggila..

Bajingann.. angkuh sekali kau anak muda. Baru naik motor sport begitu aja sudah sombong. Aku yang naik motor krypton dan bisa mengalahkan superman yang super cepat dan kuat itu aja, ga sombong – sombong banget. Assuu..

“Kamu gak cerita masalah ini ke Purnama kan do..?” tanya Lia yang sudah menoleh kearahku dan aku masih menatap kearah Bowo mengendarai motornya tadi.

“untuk apa ya’.? kalau menghadapi manusia seperti Bowo begitu, cukup aku sendiri aja.” Ucapku sambil melihat kearah Lia.

“terus kamu mau berkelahi dengan Kak Bowo gitu.?” Tanya Lia dengan penekanan kata yang tegas dan aku hanya tersenyum aja, tersenyum dengan sangat dipaksakan.

“ternyata kamu saja seperti Purnama ya.” ucap Lia dengan emosinya lalu berbalik.

Dan ketika Lia akan melangkahkan kakinya, aku langsung memegang tangan kirinya lalu menariknya pelan, sampai berbalik kearahku.

“laki – laki mana yang tidak emosi, ketika melihat ‘wanitanya’ diperlakukan kasar seperti itu tadi.?” Ucapku sambil menatap mata Lia.

Tatapannya yang emosi tadi, perlahan berubah menjadi sayu.

Dan entah kenapa, tiba – tiba tanganku yang memegang pergelangan tangan Lia, sekarang sudah turun dan menggenggam jemarinya dengan lumayan erat. bangsaatt..

“kenapa kamu melakukan ini do.?” Tanya Lia sambil menatapku dengan tatapan sayunya dan jemarinya membalas genggaman eratku.

Hiuufftttt.. huuuuu..

“karena kamu sahabatku ya’.” ucapku berbohong lagi sambil menghindari tatapan mata Lia, yang seolah menyelidiki aku itu.

Lalu tiba – tiba..

CUUPPP..

Lia mengecup pipiku dengan lembutnya.

“itu kecupanku sebagai seorang sahabat.” Ucap Lia lalu melepaskan pegangan telapak tanganku di telapak tangannya, kemudian dia membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya menuju pintu kosannya.

Dan aku hanya bisa menatap punggung wanita yang sangat kucintai ini, dengan hati yang nelongso.. jiancuukkk..

“apa semua laki – laki baik itu, gak ada yang mau jujur tentang perasaannya ya..?” ucap Lia ketika didepan pintu kosannya tanpa melihat kearahku, lalu dia membuka pintu kosannya dan masuk kedalam.

Bajingaannn..

Hiufftttt.. huuuuu..



Selamat datang para pendaki gunung semeru


Sebuah kalimat yang menyambut kedatangan kami, ketika kami akan berjalan kearah pos satu landeng dowo.

Ya.. kami berlima sekarang sedang mendaki mahameru yang gagah nan perkasa itu. kami berlima focus dengan perjalanan ini dan sesekali bercanda untuk menghilangkan rasa letih yang mulai terasa.

Tidak ada kejadian yang begitu menyiksa perasaanku, ketika melihat Sandi dan Lia. Mereka berdua hanya saling menatap dengan tatapan cinta, tanpa berpegangan tangan seperti yang aku bayangkan semalaman.

Jiancuukk.. kok gini ya aku.? Harusnya kan aku mengusir pikiran jahatku ini. Kenapa juga aku harus cemburu dengan mereka berdua.? Mereka berdua ini kan sahabatku. Harusnya aku menyatukan mereka berdua, karena mereka saling mencintai. Bukannya malah memainkan perasaanku disini. Gendeng (gila)

Dengan pikiranku yang makin tak menentu, kami berlima melanjutkan perjalanan sampai di Ranu Kumbolo.

Malam yang dingin, Hamparan rerumputan dan indahnya pantulan bulan ditengah danau Ranu Kombolo, menyambut kedatangan kami ditempat yang indah ini.

Kami lalu disibukkan dengan kegiatan masing – masing. aku dan Sandi mendirikan tenda, Surya dan Yuda mencari kayu bakar, sedangkan Lia memasak air untuk minuman hangat dan mie untuk makan malam kami..

Lalu setelah mendirikan tenda dan dilanjutkan makan malam, kami semua duduk melingkar ditengah api unggun yang kami buat dan dengan posisi yang agak merapat. Posisi kami duduk. Aku, Lia, Sandi, Yuda dan Surya.

“piye rek, sanggup ta munggah..?”(gimana teman – teman, sanggup kah naik keatas..) tanyaku kepada teman – teman, karena aku yang awalnya menyarankan agar perjalan ini sampai di Ranu Kumbolo saja. Tapi berhubung fisik teman – temanku masih terlihat kuat, mau gak mau aku menawarkan untuk melanjutkan perjalanan kepuncak mahameru.

“siap..” mereka pun menyahut dengan kompaknya.

“oke kalau gitu kita istirahat sekarang, besok perjalanan akan lebih berat dan lebih menantang..” ucap Sandi kepada kami semua..

“iyo. aku tak turu disek..” (iya. aku tidur dulu ya.) kata Surya berdiri lalu pergi dan diikuti Yuda..

Aku sempat melirik Lia yang duduk diantara aku dan Sandi. Mungkin sekarang saatnya aku meninggalkan mereka berdua. Kalau dikota sana, mereka pasti tidak mempunyai kesempatan berdua seperti ini.

Aku lebih ikhlas melepaskan cintaku kalau Lia bersanding dengan Sandi, daripada dia jalan dengan sibangsat Bowo.

Aku lalu beranjak dari tempat ini menuju tenda yang di sudah ditempati Yuda dan Surya, sedangkan tenda satu lagi untuk Lia tidur.

Pada saat aku masuk ke tenda dan membalikan tubuhku untuk menutup tenda, aku sempat melihat Lia berdiri lalu..

CUUPPP..

Lia mengecup bibir Sandi dengan lembutnya. Bajingaann..

Walaupun aku ikhlas Lia bersanding dengan Sandi, tetap saja ada goresan luka yang terasa dihati. Bohong kalau dibilang aku tidak cemburu, bohong kalau dibilang aku tidak sedih, dan bohong kalau dibilang hati ini tidak menangis.

Tapi itulah cintaku. Aku tidak ingin menunjukan kepada semua orang. Jangankan cinta.. sakit, sedih, cemburu dan luka ku saja, aku pendam sendiri di keheningan malam ini.

Dan yang lebih menyakitkan, tenda yang harusnya cukup empat orang ini, aku buat cukup untuk tiga orang. Aku memiringkan tubuhku agar tenda ini terlihat sesak.

Kenapa aku melakukan ini.? Karena aku kasihan dengan Lia, kalau dia tidur sendiri ditenda sebelah. Dengan segala kesedihan yang nampak diwajahnya dari kemarin, dia pasti butuh seseorang untuk memeluknya. Dan yang bisa menenangkan dia dari kesedihannya, tentu saja orang yang dicintainya. Sandi Purnama Irawan.

Aku tau Sandi pasti tidak mau tidur disebelah, karena mungkin tidak enak dengan aku, Surya dan Yuda. Makanya aku membuat tenda ini seperti sudah penuh, walaupun masih bisa menampung satu orang.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian Sandi membuka tenda dan akan tidur bergabung dengan kami. Tapi karena melihat seperti ini kondisinya, Sandi langsung mengambil sleeping bag dan keluar lagi lalu masuk ketenda sebelah.

Aku yang pura – pura tidur ini, hanya bisa tersenyum dengan luka dalam yang terasa nikmat sekali.

Hiuffttt.. huuuu..

Dengan semua keletihan tubuh dan hati ini, akhirnya akupun bisa memejamkan mataku. Dan dipagi buta, malah aku yang lebih dulu membuka mata dari pada teman – temanku.

Aku lalu bangun dan keluar tenda, menuju tempat kami duduk semalam. Aku duduk sendiri sambil menatap danau Ranu Kumbolo dan menantikan sunrise diantara perbukitan yang menjulang tinggi didepan sana.

Aku lalu mengambil rokokku dan membakarnya lalu menghisapnya perlahan. Setelah itu asap rokokku aku keluarkan dan asap itu menyatu dengan embun dipagi buta ini. Pengaruh dari nikotin, hawa dingin dan indahnya tempat ini, mampu memenangkan sedikit jiwaku. Jiwa yang sedang gundah gulana dan merana. Hehe.. assuu..

Dan tiba – tiba, sesosok mahluk yang aku cintai duduk disebelahku, sambil memasukkan kedua tangannya dijaket yang dia kenakan. Dia adalah, Adalia Adriana Agatha.

Lia duduk disebelahku tanpa berucap apa – apa. Dia hanya menatap lurus kedepan, seperti yang aku lakukan.

Setelah beberapa saat, awan mulai berwarna jingga dan menandakan sang penguasa jagat siang hari, akan menampakkan wujudnya.

Detik – detik munculnya sang penguasa itu, terasa sangat indah sekali. Apalagi ditemani bidadari disebelahku ini. Bidadari yang hanya mampu aku pandang, tanpa bisa aku menyentuhnya. Bidadari yang hanya mampu aku kagumi, tanpa bisa aku miliki. Seperti matahari.

“terimakasih do..” ucap Lia akhirnya bersuara ketika matahari sudah menampakan separuh wujudnya.

“terimakasihlah kepada Sang Pencipta, karena Dia yang membuat semua ini terasa indah.” Ucapku dan kami berdua berbicara, tanpa saling memamandang.

“mungkin untuk pemandangan yang indah didepan sana, aku mengucapkan terimakasih kepada Sang Pencipta..” Ucap Lia terpotong sejenak.

“tapi untuk semalam yang indah, aku harus mengucapkan terimakasih kepada laki – laki disebelahku ini.” Ucap Lia.

“gak perlu kamu mengucapkan terimakasih kepadaku ya’. karena aku tidak berbuat apapun untukmu.” Jawabku lalu aku menghisap rokokku lagi.

“kamu tau do. Segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita itu, tidak ada yang kebetulan. Semua telah tuliskan olehNya dan kita hanya tinggal melakukannya saja. Percaya atau tidak, segala apapun itu pasti ada campur tanganNya, walaupun melalui mahluk ciptaanNya.”

“Dan semalam itu, mahluk ciptaanNya yang ada disebelahku ini, yang membantu malamku menjadi malam yang sangat indah.”

“walaupun hatinya terluka..” ucap Lia lalu berdiri dari duduknya.

Aku hanya diam mendengarkan dia berbicara, dan aku juga diam ketika dia berdiri tanpa aku menahannya untuk duduk lagi bersamaku.

“begitu banyak masalah yang ada dihadapanku, tapi banyak juga cinta yang mengiringi jalanku. Banyak persimpangan yang akan aku lewati dan aku bingung kemana arah jalan yang akan aku tuju.”

“entah siapa yang akan menuntunku nanti..” ucap Lia lagi lalu membalikkan tubuhnya, dan meninggalkan aku yang termenung mendengar semua ucapannya itu.

Jiancuukkk.. rupanya dia tau kalau aku suka dengannya, dan itu malah membuat semakin banyak beban yang ditanggungnya. Bajingaann.

Cukup. Cukup. Aku tidak akan menambah beban kehidupan yang ditanggungnya itu. Aku akan melepaskan dia bersama dengan orang yang dicintainya. Sekarang waktunya bagi cintaku untuk undur diri dan pamit dari kehidupannya. Aku akan mendampinginya sebagai sahabat dan aku akan mengarahkannya, menuju cinta yang ada dihatinya.

Mahameru ini akan menjadi saksi cintaku yang sangat besar, melebihi kebesarannya. Tapi mahameru ini juga akan menjadi saksi cintaku yang akan aku pendam, melebihi dalamnya palung yang ada disamudra sana.

Hhiuuffttt.. huuuuu..

Dan setelah matahari bersinar seutuhnya, kami semua bersiap untuk melanjutkan perjalanan kepuncak mahameru. Dan begitu perjalan kami lanjutkan, banyak kejadian yang membuat aku harus menarik nafasku dalam – dalam. Mulai dari perjalanan di tanjakan cinta sampai kelereng arcopodo, Sandi selalu menggandeng tangan Lia dengan mesranya. Lalu ketika kejadian Lia yang mau jatuh dilereng arcopodo dan Sandi langsung memegang tangannya, kami bahu membahu menyelamatkan Lia yang tubuhnya menjuntai kebawah lereng. Setelah kami berhasil menyelamatkannya, disitu kembali aku disuguhkan pemandangan yang membuat hatiku seperti dimantapkan untuk meninggalkan Lia.

Lia mencium bibir Sandi sebagai ucapan terimakasih, karena Sandi telah menyelamatkannya dari tepi jurang pertama kali. Dan ketika kami berada dipuncak mahameru, lagi - lagi mereka berdua berciuman dengan sangat mesranya.

Hiuuffttt.. huuuu..

Apa iya nasib cintaku seperti ini.? Kenapa aku selalu gagal, sebelum aku mengucapkan isi hatiku kepada wanita pujaanku.? Dan kenapa aku selalu menyaksikan wanita yang aku cintai, bermesraan dengan orang lain didepan mataku.? Kenapa.? Apa kesalahan yang pernah aku perbuat kepada Sang Pencipta, sampai aku dihukum seperti ini.?

Bukannya aku menyesal telah meninggalkan cintaku kepada Lia dan Tari. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin menyampaikan keluh kesahku kepada Sang Pencipta. Tidak bolehkah aku bersanding dengan wanita yang kucintai.? Atau aku hanya disuruh menikmati cinta tanpa harus bersama.? Jiancuukk..

Setelah cinta pertamaku aku tinggalkan didepan rumah Tari, sekarang cintaku yang kedua aku tinggalkan dipuncak Mahameru.. hehe..

Dan hari – hariku berikutnya setelah turun dari puncak mahameru, aku isi dengan menata kembali puing – puing hatiku yang berantakan. Aku melakukannya seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Kalau seandainya Sandi tau aku menyimpan cinta untuk Lia, aku gak bisa bayangkan kemurkaannya kepadaku. Dia pasti akan marah dan menyatukan aku dengan Lia.

Tapi untuk apa.? Sama aja aku membunuh cintanya Sandi ke Lia dan aku berbahagia diatas lukanya. Bajingaan.

Dan Hari ini aku kekampus dengan suasana hati yang baru dan semangat yang baru. Aku ingin membuka lembaran baru dikehidupanku, tanpa memikirkan cinta. Mungkin Sang Pencipta ingin agar aku mengejar cita – citaku terlebih dahulu, lalu membahagiakan kedua orang tuaku, setelah itu baru memberikan cinta yang aku cari selama ini. Hehe.. ini adalah kata – kata yang aku buat sendiri, untuk menguatkan hatiku sendiri dan menghubur diriku sendiri. Assuuu..

Dan ketika sampai didekat perpustakaan, aku lihat Lia menerima telpon dari seseorang.

“halo Bu..” ucap Lia yang sedang menerima telpon dan duduk dikursi beton.

“………..”

“kok bisa Bu..?” ucap Lia dengan terkejutnya dan dia tidak mengetahui kedatanganku, yang berdiri dibelakang Lia.

“………..”

“ya ampun.. hikss.. hikss.. hikss..” ucap Lia dan langsung menangis. Lia seperti sangat terpukul mendengar suatu kabar yang entah apa itu, tapi yang jelas dia sangat sedih sekali.

“………..”

“apa gak ada cara lain bu.? Hikss.. hiksss..”

“………..”

“engga bu. Lia gak bisa kalau balik dengan Kak Bowo. Lia gak cinta sama Kak Bowo Bu. Hikss.. hikss..”

Ha.? Balik sama Bowo.? Jadi Lia sudah putus sama Bowo, terus sekarang dipaksa balik.? Kok bisa.? Ada apa ini.?

“………..”

“Ibu jangan begitu dong bu.. Lia jadi malah kepikiran kalau begini.”

“………..”

“ibu gak salah bu.. ga salah.. hikss.. hikss..”

“………..”

“maaf bu, maafin Lia yang hanya menyusahkan Ibu. Harusnya Lia gak kuliah, jadi adek bisa sekolah tanpa Ibu harus memikirkan biaya Lia disini..” ucap Lia dan tangisnya langsung terhenti.

“………..”

“bu jangan ngomong seperti itu..”

“………..”

“baiklah bu.. kalau memang itu jalan yang terbaik, Lia akan lakuin dan Lia mohon Ibu jangan sedih lagi. Biarlah Lia yang akan menyelesaikannya bu..”

“………..”

“iya bu.. semoga semua permasalahan ini cepat selesai dan kita bisa berkumpul lagi.”

“………..”

“iya bu..” dan Lia langsung menutup telponnya, lalu tangisnya kembali pecah..

“hiksss.. hikss.. hikss…”

Ada apa dengan Lia ini.? Kok sepertinya dia sedih sekali.?

Aku lalu mendekat kearah Lia yang masih duduk dan bersandar dikursi beton, dengan tangisnya yang terdengar sangat menyedihkan itu. Aku lalu duduk disebelahnya dan menatap lurus kedepan.

Lia melirikku sebentar lalu menghadap lurus kedepan juga dan perlahan kepalanya disandarkan dipundakku.

“kantor peninggalan almarhum Ayahku dan sekarang dikelola Ibuku, mengalami kerugian do. Hutang kami menumpuk dan sebentar lagi rumah kami akan disita oleh bank.” Tiba – tiba Lia bercerita tentang apa yang dialaminya selama ini.

“aku anak tertua dan aku gak bisa berbuat apa – apa do.. aku gak bisa berbuat apa – apa.. hikss.. hiks..” ucap Lia dengan tangisnya yang makin terdengar sedih itu dan masih bersandar dipundakku ini.

“tenang ya’.. tenang.. perjalanan kemahameru aja, kamu bisa melewati loh. masa perjalanan hidup gak bisa kamu hadapi dengan ketenangan.?” Ucapku mencoba menenangkannya.

“ini gak semudah yang kamu kira do. Ini bukan hanya permasalahan kantor yang diurus Ibuku saja, tapi ini juga tentang masa depanku.” Ucap Lia dan dia menghentikan tangisnya.

“keuangan kantorku dan keluargaku bisa terselamatkan, kalau aku balik lagi dengan Kak Bowo dan setelah selesai kuliah, aku menikah dengannya.” Ucap Lia dengan suara yang bergetar.

“cuukkk.. kenapa bisa begitu ya’?” tanyaku yang terkejut mendengar ucapan Lia ini.

“keuangan kantor Ibuku dan keuangan keluargaku, akan dibantu lagi oleh Ayahnya Kak Bowo. Dan kamu taukan artinya.? Bantuan itu gak gratis..” ucap Lia lagi dan sekarang sudah tidak ada tangis yang terdengar sama sekali. Diapun mengucapkannya dengan sangat dingin sekali.

“assuu.. berarti selama ini, kantor yang dikelola ibumu, banyak dibantu Ayah Bowo.? terus gimana dengan Sandi.? Apa dia tau tentang ini.? Kan kalian satu kota ya’.” Tanyaku.

“dia gak tau dan aku harap dia juga jangan sampai tau.” Ucap Lia.

“kenapa ya’? kamu mencintainya dan dia mencintai kamu.? Kenapa harus seperti ini.?” Ucapku dan Lia langsung mengangkat kepalanya dari pundakku.

“do. Berkali – kali Purnama menyampaikan perasaannya kepadaku, tapi aku selalu menolaknya. Karena apa.? Karena berkali – kali juga Ayah Kak Bowo membantu keuangan keluargaku dan ini puncak dari segala bantuannya.”

“jadi tidak usah berbicara tentang cinta disaat seperti ini do. Aku memang mencintai Purnama dan dia mencintai aku juga, tapi ada hati yang membeku dengan cinta kami.” Ucap Lia sambil melihat kearahku.

“kalau ‘dia’ bisa membekukan hatinya demi cintanya, akupun bisa melakukan itu.” ucapnya dan aku langsung membalas tatapannya.

“mungkin ‘dia’ membekukan cintanya hanya untuk dirinya saja, tapi aku membekukan hatiku untuk ‘dia’ dan juga untuk keluargaku.” Ucap Lia lalu berdiri.

Cuukk.. ‘dia’ ini maksudnya siapa..? aku atau ada pria lain yang menyukainya.?

“aku harap kamu tidak menceritakan ini kepada Purnama, karena keputusanku sudah bulat. Aku mau balik dengan Kak Bowo dan aku akan menikahinya setelah lulus kuliah nanti.”

“Seburuk apapun Kak Bowo, dia dan keluarganya telah banyak membantu keluargaku dan itu sudah cukup kujadikan alasan untuk hidup bersamanya. Mungkin selama ini aku aja yang tidak terlalu paham akan sifatnya yang pemarah itu, dan dengan berjalannya waktu, aku pasti akan memahami Kak Bowo dan akan menerimanya sebagai pendamping hidupku.” Ucap Lia dan ketika dia akan melangkah meninggalkan aku,

“Segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita itu, tidak ada yang kebetulan. Semua telah tuliskan olehNya dan kita hanya tinggal melakukannya saja. Percaya atau tidak, segala apapun itu pasti ada campur tanganNya, walaupun melalui mahluk ciptaanNya.” Ucapku membalikkan kata – kata Lia kepadaku, ketika itu didanau Ranu Kombolo.

“maksudmu Purnama yang akan membantuku.? Atau kamu sendiri.?” Ucap Lia sambil melihat kearahku.

“ayolah do.. Sang Pencipta telah membantuku lewat keluarga Kak Bowo, jadi apalagi yang mau dibantah.?” Ucap Lia dan aku hanya terdiam melihatnya berkata dengan tatapan dingin seperti itu. mungkin sekarang dia lagi emosi dan tidak mungkin aku mendebatnya.

Lebih baik aku berbicara dengan Sandi, Aku harus meluruskan semuanya, agar permasalahan ini tidak berlarut. Karena Lia juga sudah membulatkan tekadnya untuk bersama Bowo, aku harus memberi pengertian ke Sandi agar dia bisa melepaskan Lia dan tidak mengejarnya lagi. Bukannya aku ingin menjauhkan Sandi dari Lia, tapi ini untuk kebaikan semuanya..

Tapi bagaimana aku akan bercerita dengan Sandi.? Aku lihat beberapa waktu ini, Sandi seperti banyak masalah. apa masalah itu karena cintanya ditolak Lia, seperti yang dikatan oleh Lia barusan.? Gendeng. (gila.) kok rumit sekali sih masalah percintaan ini.?

Beberapa hari kemudian, ketika aku ada kesempatan untuk berbicara dengan Sandi, aku mendekatinya untuk berbicara empat mata dengannya. Tapi sebelum aku memanggilnya, Mba Amel yang juga sepupu Lia, memanggil Sandi dan mereka berdua berbicara serius sekali.

Dan kalian tau setelah berbicara serius mereka melakukan apa.? Mereka berdua berciuman.

Jiancuukkk. Mba Amel itu sepupu Lia dan juga pacar Mas Alan. Mas Alan itu teman satu kos Sandi loh. Gila gak.? bajingaann..

Aku yang sudah pamit dan undur diri dengan segala perasaan cintaku ke Lia, demi kebahagian mereka berdua, malah harus menyaksikan adegan yang paling membangsatkan didalam hidupku. Asuuu..

Memang harus kuakui, Sandi itu bajingan lendir dan gampang membuat jatuh cinta wanita yang ada didekatnya. Salah satunya ya Mba Amel itu. Tapi aku ga menyangka aja, disaat aku sudah mengorbankan perasaanku dia malah menggila seperti ini. Bajingan..

Atau dia melakukan ini karena cintanya telah ditolak Lia.? Bangsaatt.

Dan ketika Mba Amel sudah meninggalkan Sandi, aku lalu mendekati Sandi.

“woiii San.. ngelamun ae rek..” ucapku menegurnya, karena terlihat dia sedang melamun.

Assuu.. habis ciuman kok melamun. Apa dia telah menyesal mengecup bibir sepupu Lia itu, yang juga pacar teman kosannya.? Bajingan.

“loh.. ga kuliah kamu cuukkk..?” ucap Sandi yang terkejut dengan kedatanganku..

“ngga, lagi malas aku.. tadi aku dah titip absen sama Surya, kamu juga dah diabsenin.. eh ga jadi rapatnya..?” ucapku lalu aku mengisap rokokku.. aku juga menanyakan tentang rapat persiapan ospek yang rencananya siang ini dilaksanakan.

“ngga.. ditunda sore..?” jawab Sandi dengan wajah yang terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

Ada apa dengan sandi ini.? Apa dia sedang memikirkan Lia.? Kalau memikirkan Lia, kenapa juga mengecup bibir sepupunya.? Assuu..

“ada apa denganmu ksatria, kenapa beberapa hari ini seperti ada sesuatu yang menganggu pikiranmu..?” tanyaku memancing Sandi, supaya dia bercerita tentang apa yang dipikirkannya.

“ntahlah kisanak, aku bingung.. aku dan keempat saudaraku telah kalah dimedan perjudian dan aku telah kalah segalanya.. harta, tahta dan wanita telah dipertaruhkan disana dan aku telah kehilangan semuanya.. aku malu sama dunia, tapi aku lebih malu pada Drupadi istriku.. aku menyesal kenapa aku tidak mencegah Kakanda Yudistira, yang menerima tantangan Duryudana untuk meminta Drupadi dipertaruhkan dimeja perjudian.” Ucap Sandi memulai drama yang memuakkan ini..

“selama manusia mempunyai nafsu yang tidak bisa ditahan, maka semua itu bukan hal yang tidak mungkin.. tapi yang perlu kau ingat ksatria.. segala sesuatu yang dimulai dengan tidak baik, akan berakhir dengan tidak baik.. kita lihat aja nasib Duryudana dimasa yang akan datang..” ucapku yang ikut larut dalam drama yang membangsatkan ini..

“baiklah kisanak, kalau begitu aku akan mengembara kepuncak semeru.. siapa tau, aku disana akan mendapatkan ilmu kesaktian dari para dewa, supaya aku bisa menaklukkan wanita dikerajaan ini.. aku ingin menambah istri untuk menemani Drupadi..” ucap Sandi sambil melihat kearah puncak Mahameru..

“hei ksatria.. kamu ga pakai ilmu dari dewa saja, sudah bisa menaklukkan beberapa wanita cantik dikerajaan ini.. bagaimana kalau kamu tambah dengan ilmu dari para dewa, dapat apa kami kaum sudra ini..” ucapku

“jancoook..” maki Sandi kepadaku..

“hahahahaha..” kamipun mengakhiri drama yang gila ini dengan tertawa lepas..

Bajingann.. walaupun aku jengkel dengan manusia satu ini, tapi aku gak bisa marah dengannya. Sandi ini baik dan sangat setia kawan sekali. Kalau kami menghadapi suatu masalah, dia pasti akan maju duluan dan akan menyelesaikan masalah itu. tapi ya itu tadi, dia itu membangsatkan kalau urusan wanita.

Aku gak sepenuhnya menyalahkan Sandi sih, karena dia gak tau kalau aku menyimpan hati dengan Lia. Kalau dia tau, pasti gak serumit ini masalahnya. Bajingan.

“San..”

“hem.. kenapa..?”

“jangan berpirkiran macam - macam tentang Lia..”

“maksudnya.?.” tanya Sandi sambil menatapku.

“sudahlah.. aku tau semua tentang apa yang terjadi antara kamu dan Lia. Aku juga tau apa penyebab Lia melakukan ini semua..” ucapku dengan seriusnya

“hem.. apa yang kamu tau do?” ucap Sandi yang tidak kalah serius.

“sebenarnya aku ga boleh cerita sama Lia, tapi aku ga mau semua berlarut - larut.. ga enak kalau kita lagi kumpul, seperti ada pembatas di antara kalian.. suasananya canggung ga seperti biasanya dan candaan pun terdengar garing..” ucapku..

Asuuu.. sebenarnya ini juga sih yang aku rasakan ketika lagi kumpul. Tapi bedanya aku bisa mengendalikan hatiku, beda dengan Sandi.

“intinya kamu mau cerita apa ga?” tanya Sandi

“aku akan cerita, kuharap kamu bijak dalam mendengar ceritaku..” ucapku karena kutau Sandi ini cepat banget terbakar emosinya.

“hem..” jawab Sandi singkat

Aku lalu menceritakan semua kejadian yang dialami Lia, mulai dia menerima telpon dari Ibunya, permasalahan kantor Ibunya, sampai permasalahan dia akan dijodohkan dengan Bowo.

Aku lihat Sandi terdiam setelah mendengar ceritaku. Dia seperti merasa bersalah karena baru mengetahui apa yang dihadapi Lia selama ini.

“cinta ga harus memiliki San.. jika cinta kalian tak bisa bersatu, cukup di doakan.. semoga masing - masing mendapatkan yang terbaik, karena Dia tidak mungkin menjatuhkan pada pilihan yang salah..” ucapku kepada Sandi, sekalian menasehati diriku sendiri. Assuuu..

“kalau memang itu yang terbaik buat dia, apa mau dikata do.. aku hanya bisa pasrah dan menerima..” ucap Sandi sambil menunduk..

Gilaa.. kelihatannya Sandi masih belum menerima dengan semua ini.

“kamu masih belum terima kelihatannya ya San..?” tanyaku..

“jujur.. iya.. karena aku sayang..” jawab Sandi dan terlihat kejujuran dimatanya.

“aku pernah dengar suatu kalimat dari presidenku, presiden jancukk.. ‘sekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi.. sekuat apapun kamu menolak, yang datang akan tetap datang.. semesta memang kadang sering bercanda…’” ucap yang mencoba menangkan sandi lagi…

“cuukkk.. presiden kita sama.. jancok..” ucap Sandi lalu tersenyum kecut dan langsung berdiri..

“kamu mau kemana..” tanyaku ke Sandi yang tiba – tiba berdiri.

“ada yang harus aku selesaikan do, ini untuk kebaikan ku dan kebaikan Lia..” ucap Sandi lalu melangkah pergi..

Cuukkk.. semoga Sandi tidak menggila dan dia bisa menyelesaikan masalah ini, itu saja yang bisa kuharapkan sekarang ini.

Dan dengan berjalannya waktu, semua permasalahan pun bisa diselesaikan dengan baik. Lia kembali dengan Bowo dan Sandi menemukan tambatan hatinya, Kirana Ayu Pramesti. Sedangkan aku.? Aku masih tetap dengan kesendirianku. Bajingaann..

Tapi kesendirianku ini sedikit terobati, ketika sahabatku Satria telah keluar dari penjara dan kuliah dikampus teknik kita. Aku, Satria, Yuda dan Surya, bergabung menjadi satu dikeluarga besar kos Pondok merah. Kos yang ditempati Sandi sibajingan lendir itu.

Bersama keluaga besar pondok merah yang berisi bajingan – bajingan kampus teknik kita, aku menikmati semua kegundahanku tentang cinta, dengan cara pondok merah. Kami menghajar habis kos Black House, tempat berkumpulnya bajingan dari kampus kuru. Dan kami juga berperang dengan gerombolan aliansi selatan, yang berisi bajingan – bajingan jalanan yang terlatih. Kami dari pondok merah bergabung dengan keluarga Jati, yang juga keluarga Sandi, menghancurkan aliansi selatan. Gendeng (gila).

Aku menikmati setiap pertempuran itu dan aku menikmati setiap darahku serta darah musuhku yang menetes. Aku melampiaskan semua kemarahanku tentang cinta, di setiap pertempuranku.

Aku semakin liar dan buas, padahal aku sudah mengikrarkan kata ikhlas disetiap kandasnya cintaku. Entahlah, kenapa bisa seperti itu, mungkin ini memang sudah jalanku.

Dan kembali disuatu kejadian, aku harus berkutat dengan masalah hatiku lagi dengan Lia. Bajingann.. padahal dua tahun sudah aku memendam rasa itu sedalam – dalamnya. Entah itu permainanNYa, atau karena ucapanku yang selalu bercanda dengan hatiku.

Dan kejadian itu ketika aku habis berduel dengan salah satu maba, pada saat orientasi penerimaan mahasiswa baru dikampus teknik kita. Aku yang menjadi panitia keamanan, duel dengan maba itu. dan dengan kondisi wajahku yang terluka dan berdarah, Lia melihatnya dan dimulailah permainan perasaan saat itu juga.

“kamu itu ya.. sudah dibilang jangan berkelahi, masih juga berkelahi.” Ucap Lia sambil membersihkan luka diwajahku, dengan kapas yang ditetesi alcohol.

Terlihat wajahnya begitu menghawatirkan diriku. Matanya berkaca – kaca tapi tidak menatap kearah mataku. Dia hanya menatap luka – lukaku yang dibersihkannya, sambil membersihkan dengan sangat lembutnya.

Cuukkk.. aku kangen wajah ini.. aku kangen sekali.. perih luka ini pun tidak terasa, karena wajah cantik yang kutatap dihadapanku ini.

Hiuuufftt.. huuuu..

“kalau diajak ngomong itu didengarin, jangan malah diam aja.” Omel Lia dan kali ini dia menatap mataku dan menghentikan kegiatannya, dalam membersihkan lukaku.

Tatapan mata Lia ini pun, langsung membangkitkan lagi cintaku yang telah aku pendam sedalam – dalamnya. Bajingaaaann.

“kenapa kamu menatap aku seperti itu.? kamu gak suka aku omelin.?” Tanya Lia dengan wajah yang sedikit terlihat marah.

Cuukkk.. aku kangen dengan wajah marah ini cuukkk.. walaupun dia marah, tapi wajah ini selalu menyejukkan hati cuukkk.. jadi bagaimana aku bisa marah, kalau dia marah dengan wajah penuh cinta seperti ini.? jiancuukkk

Eh entar dulu.. emang dia cinta aku gitu.? Kan dia pacaran dengan Bowo.? Terlalu ngarep betul sih aku ini. Bajingaann.. baru dibersihkan luka aja, aku sudah berpikiran macam – macam. Gendeng (gila)

Suasana tegang pun langsung menyelimuti ruang kesehatan ini. Lia terus menatapku dengan tatapan yang.. sudahlah..

“ya’.. aku boleh sayang kamu gak..?” ucapku bercanda, untuk menghilangkan ketegangan diantara kami.

Lia tampak terkejut dengan ucapanku ini beberapa saat, lalu setelah itu dia melanjutkan lagi membersihkan lukaku. Dan kali ini dia membersihkan lukaku dengan agak kuat menekannya, tidak selembut tadi.

“boleh..” jawab Lia singkat, sambil menekan kapasnya dilukaku.

Cuukkk.. perih banget.. aku sampai menahan sakitnya, dengan memejamkan kedua mataku. Jiancuukk..

Tapi entar dulu, beneran omongan Lia ini..? aku boleh sayang dia..? berarti dia juga sayang sama aku dong..? serius..?

Huufftttttt... akhirnya perih luka diwajahku ini, kembali tidak terlalu terasa karena aku mendengar jawaban Lia barusan.

Aku pun menarik nafasku dalam – dalam lalu mengeluarkannya perlahan.. asuuu.. hatiku senang banget cuukkk.. senang dan bahagia.. hahahahaha..

Lalu tiba – tiba akupun tersadar. Lia kan sudah punya pacar dan pasti akan menjadi suaminya.? Bangsat.. gak apa – apalah.. selagi masih banyak pohon kelapa yang mengasilkan janur kuning dan janur kuning itu juga sebagai identitas para pahlawan dahulu ketika berjuang, aku akan memperjuangkan cintaku kepada Adalia Adriana Agatha, sampai tetes darahku yang terakhir. Merdeka..

Hiufftttt.. huuuuu..

Kembali aku menarik nafasku dalam – dalam, lalu mengeluarkannya perlahan sambil membuka mataku.

“tapi ya’, kamu kan sudah punya pacar..” ucapku sambil menatap wajahnya..

“emang kenapa..?” tanya Lia dan dia sudah selesai membersihkan lukaku.

Cuukkk.. Lia nantangin nih..? dia mau main gila dibelakang Bowo..? oke.. oke.. kalau memang maunya seperti itu, aku akan dengan senang hati bermain gila dengan Lia dibelakang Bowo. Aku akan membawa Lia kepusaran cintaku yang maha dasyat, lalu aku tarik dia kedalam palung kasih sayangku yang terdalam, sampai cintanya terlepas dari genggaman Bowo dan Lia akan menjadi pendamping hidupku selamanya.. bajingan.

“lagian kan yang sayang kamu, bukan aku.” ucap Lia lagi sambil menempelkan kapas yang telah diberi obat, lalu mengeratkannya dikulit wajahku dengan plester. dan akupun langsung terdiam mendengar ucapan Lia kali ini.

Cuukkk.. Ternyata wanita ini memang sadis sekali kalau ngomong. Gila, ga ada basa - basinya sama sekali. Tapi itu yang makin membuatku jatuh cinta kepadanya saat ini.. aku pasti akan memperjuangkan rasa ini sampai terbalas dan cinta kami menyatu. siapa yang suruh membangkitkan cinta yang telah lama terpendam ini..? bajingann.

Tapi aku tau, dia bukan type wanita yang mudah jatuh hati dengan gombalan – gombalan yang memuakan, dan dia juga bukan type wanita yang gila akan materi. Dia itu type wanita yang akan menyerahkan hatinya, ketika dia sudah nyaman dengan laki – laki yang ada disampingnya.

Dan untuk Bowo, entah aku harus kasihan, marah atau benci kepadanya. Dia hanya bisa mendapatkan ‘title’ kekasih dari Lia, tapi dia tidak mendapatkan cintanya Lia sedikitpun. Dia hanya mendapat keberuntungan dari kondisi kantor Lia yang sekarang sedang terpuruk itu..

Dan sekarang aku hanya bisa menatap wajah Lia, yang terlihat sangat dingin itu..

“bercanda aja itu ya’.. hehehehe..” ucapku menutupi rasa grogiku ini.

“ohhh.. jadi bercanda aja ya..?” ucap Lia dengan sinisnya..

Cuukkk.. ini maksudnya apa ya..? apa dia ada masalah lagi dengan Bowo.? Apa dia mau putus lagi sama Bowo, terus sekarang mau kasih aku celah untuk menyelinap dihatinya.? Gendeng (gila)

Lalu tiba – tiba..

CUUPPP..

Lia mengecup pipi kananku dan langsung membuat aku terkejut, sampai aku terpaku menatapnya..

“y.. ya’.. ke.. kenapa..?” ucapku terbata sambil memegang pipiku bekas kecupannya tadi.

“kenapa emangnya..? akukan cuman bercanda.” Ucap Lia dengan santainya..

Jiancuukkkk.. dia membalasku cuukkk.. ternyata sakit banget ya bercanda sama hati itu, bajingaaannn..

“emang kamu aja yang bisa bercanda.?” Ucap Lia lalu meninggalkan aku, keluar dari ruang kesehatan ini.

Aku diam beberapa saat, mencerna ucapan Lia ini.

Cuukkk.. dia sayang aku juga cuukk.. dia sayang aku juga.. itu terlihat jelas dimatanya barusan cuukk..

Dan ketika aku menyadari semuanya, aku langsung berbalik dan mencoba mengejar Lia keluar ruang kesehatan ini. Tapi ketika sudah diluar, langkahku terhenti karena melihat Lia bergandengan tangan dengan Bowo kearah lapangan. Bajingan laknat.. asuu.. asuu..

Disaat cintaku mulai dibangkitkan, aku malah kembali diuji seperti ini. jiancuukkk..

Dan diorientasi kali ini, aku sempat mengalihkan rasa cintaku kepada adek angkatnya Sandi yang bernama Mira. Tapi mungkin karena Mira bukan jodohku dan aku tidak terlalu memperjuangkan cintaku kepadanya, akhirnya cintaku kandas juga dengan Mira.
 
Terakhir diubah:
Kehidupan cintaku yang ruwet inipun, berlanjut ketika aku mengikuti Kuliah Lapangan di ibukota propinsi. Aku, Lia, Sandi, Yuda, Surya dan Mas Alan, satu kelompok dalam kuliah lapangan ini. Dan yang menjadi dosen pembimbingku adalah Bu Jenny Kusuma, seorang dosen yang sangat cantik tapi juga judes. Tapi kejudesannya, dapat ditaklukan oleh seorang sahabatku si bajingan lendir. Siapa lagi kalau bukan Sandi Purnama Irawan. Bajingann.

Pada malam itu.. aku, Sandi, Yuda, Surya, Mas Alan dan dua sahabatku lainnya yang menyusul dari kota pendidikan, Ilham dan Satria, berpesta minuman dan ditemani wanita - wanita di salah satu lokalisasi terbesar negeri ini. Setelah berpesta minuman, kami lanjutkan berpesta dengan para wanita didalam kamar – kamar yang ada dilokalisasi itu.

Setelah selesai berpesta, kami semua balik untuk beristirahat di hotel dolly tempat kami menginap. Dan pada saat kami balik kehotel, terjadi keributan antara Sandi yang menjadi ketua kelompok kuliah lapangan, dengan Bu Jenny yang menjadi dosen pebimbing.

Aku, Mas Alan, Yuda dan Surya, disuruh naik kekamar masing – masing, sedangkan Sandi tetap di Lobby untuk menyelesaikan masalahnya dengan Bu Jenny. Sebenarnya sih bukan masalah pribadi Sandi, tapi itu masalah kami semua.

Bu Jenny marah dengan kami dan mengancam tidak meluluskan kuliah lapangan kami, karena kami semua mabuk dan pergi kelokalisasi. Sebenarnya aku ingin bertahan di lobby dan membantu menyelesaikan masalah ini dengan Bu Jenny, tapi Sandi memaksa kami kekamar karena dia merasa ini tanggung jawabnya sebagai ketua kelompok. Bajingaann..

Ketika aku sudah sampai dikamar dan aku merebahkan diriku dikasur..

TOK.. TOK.. TOK..

Kamarku diketuk dan aku langsung bangun dari tempat tidurku lalu membuka pintu kamarku. Dan betapa terkejutnya aku ketika tau yang berdiri didepan pintu kamarku. Adalia Adriana Agatha.

Bajingaann.. ngapain dia malam – malam begini datang kekamarku..? dia butuh belaian kasih sayangku kah.? Assuu..

Kami pun diam beberapa saat sambil saling pandang. Dan kalian tau apa yang diucapkannya setelah itu.?

“mana Sandi.?” Tanya Lia dengan tatapan yang tajam kearahku.

Cuukkk’i.. kenapa juga dia nanya Sandi.? Kenapa gak tanya kabarku dulu gitu.? Ya memang sih aku berdua dikamar ini bersama Sandi, tapi gak gini juga kali caranya. Cemburu aku.. cemburu..

“mana aku tau..” ucapku yang masih terasa pusing karena efek minuman dilokalisasi tadi.

“kalian habis pesta minuman ya.?” tanya Lia dan aku langsung mengerutkan kedua alisku.

“emang kenapa.?” Tanyaku dengan cueknya.

“kok sikapmu begini sih do.? Kamu kenapa.?” Tanya Lia yang tiba – tiba marah kepadaku.

“kok kamu marah sih ya’.? kalau tujuanmu kesini cari Sandi, dia gak ada. Besok aja kamu kesini lagi, sekarang balik kekamarmu sana.” Ucapku lalu membalikan tubuhku dan menutup pintu kamarku dengan lumayan keras..

BRAKKKK..

Cuukkk.. kok aku kasar banget sama Lia.? Emang dia salah apa sama aku, kok aku sekasar ini sama dia.? Apa gara – gara dia menanyakan Sandi.? Bangsat. Itu bukan alasan yang tepat untuk aku marah cuukk.. apa karena aku mabuk.? Engga juga, aku gak pernah rese kalau mabuk.

Terus karena apa.? Karena cintaku belum padam untuknya dan dia masih pacaran sama Bowo.? Gendeng (gila) kok bisa begini ya aku.? Asuuu.

Aku harus kekamarnya dan aku harus minta maaf sama Lia, malam ini juga. Efek mabuk pun langsung hilang dikepalaku dan aku langsung membuka pintu kamarku.

Dan ketika aku membuka pintu kamarku, Lia masih berdiri sambil menunduk ditempatnya tadi. Pundaknya terlihat bergetar dan terdengar isakan tangis yang memilukan hati..

Jiancuukkk.. jahat banget sih aku jadi laki – laki.. bajingaannn..

Dan dengan kurang ajarnya, aku langsung memeluk tubuh Lia ini dengan eratnya..

“maaf ya.. maafin aku.” Ucapku dengan suara yang bergetar sambil memeluk tubuh wanita yang kucintai ini..

“hiks.. hiks.. hiks..” Lia hanya menangis dan tidak membalas pelukanku ini.

Asuuu.. ini makin membuat aku merasa bersalah cuukkk.. bajingaannn..

“maafin aku ya’.. maafin aku.. hanya orang bodoh, yang bisa membuat wanita yang dicintainya menangis ya’.. maafin aku..” ucapku dengan paniknya dan aku tidak sadar, dengan kejujuranku tentang perasaanku ini kepadanya.

Dan aku merasa, tangis Lia tiba – tiba berhenti. Dadanya yang menempel didadaku pun, tidak terasa bergetar lagi. Hanya tersisa isakan tangis pelan saja yang terdengar.

Aku lalu melepaskan pelukanku dan aku langsung meraih kedua pipi Lia yang lembut itu, lalu mengangkatnya sampai menatap kearah wajahku.

“aku sayang kamu ya’. aku cinta kamu. Maafin aku yang bodoh ini ya.” ucapku dengan tatapan sayu kearah mata Lia yang sembab itu.

“kamu jahat do.. kamu jahat..” ucap Lia dan perlahan kembali air matanya menetes.

“jangan kamu teteskan air matamu ini ya’.. jangan.. itu sama aja kamu membunuhku perlahan. Kalau kamu ingin marah, silahkan ya’. kalau kamu ingin memukulku, silahkan. Aku akan menerima semuanya. Tapi aku mohon jangan kamu teteskan air matamu ini.” Ucapku sambil membersihkan air matanya yang mengalir dari mata indahnya itu.

Tiba – tiba Lia mendorongku masuk kedalam kamarku dan langsung menutupnya dengan menggunakan tumitnya, lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lia langsung melumat bibirku sambil memegang kedua pipiku.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Dan aku langsung membalasnya dengan menghisap bibir bawahnya perlahan. Tubuh kami semakin merapat dan aku menyandarkan tubuh Lia di pintu kamar hotel ini.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lalu kami melepaskan ciuman ini dan kami saling memandang sejenak.

“ke.. kenapa kamu lakuin ini ya’.?” ucapku bertanya kepada Lia.

“apa kamu harus menunggu pengaruh alkohol menguasai pikiranmu, baru kamu berani mengungkapkan isi hatimu.?” Ucap Lia dengan suara yang bergetar dan linangan air mata yang mengalir dipipinya.

Dan ketika aku akan menjawab ucapannya, Lia langsung memajukan lagi bibirnya dan..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Kembali Lia melumat bibirku, setelah itu dilepaskannya lagi..

“kenapa kamu sejahat ini sama aku do.? Kenapa.? Kalau kamu mencintai aku, kenapa kamu gak mengucapkan dari dulu.? Kenapa kamu menyiksa batinmu sendiri.?” Ucap Lia sambil mengelus kedua pipiku. Lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH…

Lia melumat bibirku lagi lalu melepaskannya..

“aku sayang kamu do.. aku sayang kamu.. hiksss.. hiksss..” ucap Lia lagi lalu disusul dengan tangisnya yang semakin deras..

Bajingaannn.. kok bisa seperti ini sih..? kenapa..? aku yang terlalu bodoh, aku yang gak peka, atau aku yang terlalu pengecut untuk bersaing mendapatkan cinta Lia, padahal dia mencintai aku juga..

Jiancuukkk.. Air mataku pun perlahan menetes mendengar ucapan Lia ini. Aku tidak sanggup mengucapkan apa – apa lagi, karena aku seperti orang bodoh saja didalam situasi seperti ini. Bangsaattt..

“bukan hubunganku dengan Kak Bowo yang membuatku bersedih do, tapi kamu yang membuat hati ini menjerit.”

“Aku ga mencintai Kak Bowo do, gak sedikitpun. Tapi kamu taukan kenapa aku tetap menjadi kekasihnya.? Hikss.. hikss..” ucap Lia lalu menangis lagi.

“aku pernah bilang sama kamu, kalau aku berada dipersimpangan jalan cinta yang membuat aku bingung memilihnya kan.? Itu bukan untuk Kak Bowo dan Purnama, tapi untuk kamu dan Purnama. Kamu paham gak sih.?”

“dan ketika aku sudah menjatuhkan pilihanku ke Purnama, dia malah menjatuhkan pilihannya kehati yang lain.”

“Memang itu kesalahanku do, itu kesalahanku. Aku yang terlalu banyak pertimbangan, karena terlalu banyak cinta yang bermain dilingkaran ini.”

“Aku sakit do.. aku sakit.. hikss.. hikss..” ucap Lia yang terdengar makin menyedihkan itu.

Aku lalu memeluknya dan aku mengelus rambut indahnya itu, perlahan Lia membalas pelukan ini sambil mengelus punggungku dengan lembutnya.

Gilaaa.. ini situasi yang sangat membangsatkan sekali cuukk.. terus sekarang aku harus bagaimana.? Lia sudah menjadi kekasih Bowo dan pasti akan menikahinya. Bangsat.. dan yang lebih bangsatnya lagi, hati Lia sudah ditambatkan ke Sandi.

Lah terus aku diposisinya mana..? diposisi kiper gitu.? Yang kerjanya cuman menjaga hati ini supaya gak kebobolan terus, dan aku meratapi setiap kekalahan dalam pertandingan cintaku. Begitu maksudnya.? Bajingan laknat..

Jiancuukkk.. ngenes men nasibku cuukkk.. (sedih banget nasibku)

Dan sekarang, aku hanya bisa memeluk wanita yang aku cintai ini, tanpa tau bagaimana kelanjutan ‘hubungan’ yang membangsatkan ini.

Mungkin orang mengatakan aku ini laki – laki bodoh, karena aku masih mempertahankan cintaku dengan segala kejadian yang aku alami ini.

Bangsat. Tau apa mereka tentang cinta.? Cintaku ini dari hati cuukk, bukan dari selangkangan. Kalau dari selangkangan, pasti mudah mencari wanita pengganti Lia. Apalagi aquarium itu masih buka, tinggal bawa uang selesai perkara. Assuuu.. Jadi jangan mengajari aku tentang cinta lagi atau mengomentari tentang cintaku ini, kalau enggak kupejuhi wajah orang yang suka berbicara rendah tentang cinta. jiancuukkk..

Tapi kenapa aku gak memperjuangkan cintaku ke Tari seperti Lia ya.? assudahlah.

“do..” ucap Lia pelan dipelukanku ini.

Aku lalu melepaskan pelukanku dan memegang kedua pipi Lia lagi, sampai dia menatap wajahku dan tetap memelukku.

“aku mau memperjuangkan cintaku ya’.” ucapku dengan tatapan yang sangat dalam sekali kematanya.

Lia langsung melepaskan pelukannya, sambil menggelengkan kepalanya sampai pegangan tanganku dipipinya terlepas..

“kamu laki – laki baik do.. dan laki – laki baik seperti kamu, harus mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari seorang wanita baik juga. Dan itu bukan dari aku. Maaf.. hikss.. hikss..” ucap Lia lalu membalikkan tubuhnya dan membuka pintu kamarku lalu menutupnya dengan keras..

BRAKKKKK..

Bangsaatt.. sakit banget cuukk.. sakit banget mendengar ucapan Lia itu.. aku ini bukan laki – laki baik seperti yang dipikirkan Lia, aku itu bajingaann.. tapi kenapa Lia menolakku dengan ucapan yang seperti itu.? apa dia memang dia sudah benar – benar memantapkan hubungannya dengan Bowo.? Hubungan yang tanpa dilandasi oleh cinta itu.? kejam sekali permainan perasaan ini cuukkk.. kejam banget..

Dan ketika Lia menutup pintu kamar hotel tadi dengan keras, aku merasa dia seperti menutup pintu hatinya untukku cuukkk..

Hiufftttt.. huuuuu..

Dan hari – hari berikutnya, aku bersikap biasa dengan Lia dan dia juga bersikap biasa ketika kami berdua berkumpul bersama – teman – teman. Kami berdua menutup lembar cerita kami ini, tanpa ada yang tau.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, akhirnya Lia lulus lebih dulu dari pada aku, Sandi, Yuda dan Surya.

Kepergian Lia terus terang meningalkan luka yang terdalam dihati ini. Karena aku tau, setelah ini dia pasti akan segera menikahi Bowo.

Dan benar saja. Beberapa bulan kemudian, aku mendengar kabar yang membuat langit terasa runtuh dan menimpa kepalaku. Lia bertunangan dengan Bowo.

Tidak ada kabar yang lebih menyakitkan, dibandingkan mendengar kabar seseorang yang kita cintai itu, bertunangan dengan laki – laki lain dan segera akan menikah.

Perih sih, perih banget. Tapi masa iya aku akan terus menyesali hal ini.? Semua kejadian ini kan bukan salahku. assuuu..

Okelah kalau begitu. Biarlah rasa sakit yang kualami saat ini, akan aku jadikan sebagai pelajaran hidup, supaya aku kuat dan tegar mengadapi patah hati selanjutnya.. hehe.. Masih banyak wanita diluar sana yang akan masuk dan keluar didalam kehidupanku. Tapi aku yakin, pasti ada satu wanita yang akan menetap dan akan menemani aku disisa hidupku nanti.

Sekarang cukup, cukup untuk kesedihan ini. Aku akan mengikhlaskan Lia berbahagia dengan orang lain. Perjalanan masih terlalu panjang yang harus aku tempuh dan tidak mungkin aku berhenti ditengah jalan. Kalau aku berhenti ditengah jalan, bisa mati ditabrak bus patas aku cuukkk..

Dan dikelulusan berikutnya, giliran Sandi yang pergi meninggalkan aku, Yuda dan Surya. Bajingaann..

Aku terlalu santai menikmati kehidupan ini, sampai kuliahku terbengkalai seperti ini. Assuu..

Tapi bagaimana aku akan menyelesaikan semua tanggungan perkuliahanku ya.? Aku masih belum ada semangat untuk menyelesaikannya cuukkk. Selain itu aku juga bingung, aku harus memulai dari mana dulu supaya aku bisa lulus dari kampus teknik kita tercinta ini. Masih ada tanggungan mata kuliah, tugas dan praktikumku yang belum selesai. Jiancuukkk..

Ada aja ya masalah dikehidupanku ini. Kemarin masalah percintaan, sekarang masalah perkuliahan. Tapi itulah kehidupan. Kalau gak mau punya permasalahan, ya ga usah hidup.. hehe..

Dan disuatu hari, ada sebuah telpon dari pulau seberang. Bukan dari Lia tapi dari sepupunya, Mba Amel.

Cuukk’i.. ada kabar apa ini.? Kok tiba – tiba Mba Amel telpon aku.?

“hallo mba..” ucapku menjawab telpon Mba Amel

“hallo do.. gimana kabarmu..?” tanya Mba Amel

“seperti biasa keseharian mahasiswa lama Mba, nongkrong sambil ngopi.. hehehe..” ucapku lalu tertawa yang agak kupaksakan.

“ooo..” ucap Mba Amel lalu seperti berat untuk melanjutkan ucapannya.

“ada apa Mba. Tumben banget Mba telpon saya.” Tanyaku.

“ini masalah Lia do.” Ucap Mba Amel lalu terdengar seperti sedang menarik nafasnya dalam – dalam.

“Lia.? Emangnya ada apa dengannya Mba.?” Ucapku yang langsung terkejut, ketika Mba Amel menyebut nama Lia.

“kamu harus memutuskan pertunangan Lia dengan Bowo.” Ucap Mba Amel dan aku semakin terkejut mendengarnya.

Jiancuukk.. maksudnya apa coba.? Kenapa Mba Amel tiba – tiba menelpon aku, terus berkata seperti ini.? Gak ada angin dan gak ada hujan, aku disuruh memutuskan pertunangan Lia dan Bowo, emang aku siapanya.? aku walinya Lia gitu.? terus kenapa juga aku harus melakukan itu.? asuuu..

“Mba Amel ini kenapa sih.? kok tiba – tiba ngomong seperti ini sama saya.? Emang ada apa dengan mereka berdua.? Bukannya mereka berdua baik – baik aja.?”

“gak ada yang baik – baik aja, semua itu cuman sandirawa. Bowo itu laki – laki jahat do, jahat banget. Kamu tega wanita yang kamu cintai itu hidup dengan laki – laki jahat seperti Bowo.?” Ucap Mba Amel yang sekarang terdengar emosi.

Bajingaann.. emang ada apasih ini.? Kok Mba Amel sampai seperti ini.? Emang sejahat apa Bowo itu.? Apa dia main gila dibelakang Lia.? jiancuukk..

“loh bukannya keluarga Bowo sudah membantu keluarga Lia ya.? kok sekarang dibilang jahat sih.?” tanyaku yang bingung dengan permasalahan ini.

“bukan keluarga Bowo yang membantu Lia do, tapi keluarga Sandi yang membantu keluarga Lia selama ini.?”

“tunggu dulu Mba, kok aku bingung ya.? gimana cara keluarga Sandi membantu keluarga Lia dan gimana ceritanya malah Bowo yang seperti dewa penyelamat.?” Tanyaku yang semakin bingung.

“do.. Ayahnya Sandi kontraktor besar dikota ini dan beliau saingan terberat keluarga Bowo. Beberapa tahun ini Ayahnya Sandi tidak mengambil satupun proyek dikota ini, dan Beliau menyerahkan semua proyeknya kepada kantor yang dikelola Ibunya Lia, tanpa sepengetuan Ibunya Lia. ”

“loh kok bisa begitu.? Emang Sandi mau dijodohkan dengan Lia.? Kan Sandi mau tunangan sama Ayu Mba.?” Tanyaku lagi.

“bukan seperti itu do.? Aku juga gak tau apa tujuan Ayah Irawan (Ayahnya Sandi) menyerahkan proyeknya ke kantor Ibunya Lia. Yang jelas semua sudah diatur dikantor pemerintahan, supaya kantor Ibunya Lia yang menang.”

“Oke. Oke.. kalau masalah itu nanti aja kita cari tau. tapi intinya, kalau beberapa tahun ini Om Irawan menyerahkan proyeknya kepada Ibunya Lia, seharusnya kan kantornya gak merugi..?” tanyaku.

“disitulah masalahnya do. Sebelum Om Irawan membantu Ibunya Lia, Ayahnya Bowo terlebih dahulu membantu semua proyek yang dikerjakan Ibunya Lia, dan akhirnya mereka bekerja sama. Dan setelah Om Irawan memberikan proyeknya, mereka tetap bekerja sama.”

“mereka banyak sekali mengambil keuntungan dan membuat laporan seolah proyeknya merugi, dan kamu tau siapa yang bertanggung jawab.? Kantor Ibunya Lia.. karena semua proyek ini memakai nama kantor Ibunya Lia. Sampai disini kamu paham do.?” ucap Mba Amel.


“cuukkk.. bangsat sekali ternyata keluarga Bowo ini. Mereka yang membuat rugi, tapi mereka juga yang datang membantu seolah mereka itu adalah pahlawan pembela kaum yang lemah. Jiancuukk banget itu mba..” ucapku yang terpancing emosi.

“itulah kenapa aku memintamu untuk datang kesini dan memutuskan hubungan pertunangan ini.” Ucap Mba Amel.

“tapi kenapa harus aku mba.? Kenapa bukan Sandi yang sudah ada disana.?” tanyaku.

“karena kalau sampai Purnama yang menyelesaikan, pertunangannya bisa batal dengan Ayu dan banyak hati yang tersakiti.”

“tapi kalau kamu yang menyelesaikan, Lia akan kembali menemukan cintanya dan kamupun menemukan cintamu.” Ucap Mba Amel.


“tapi mba..”

“semua keputusan ada ditanganmu do. Kamu mau membiarkan Lia jatuh pada orang yang salah dan kamu juga pasti akan menderita, atau kamu berjuang demi kebahagianmu dan kebahagiaan Lia. Itu saja..” ucap Mba Amel yang langsung membuatku terdiam.

“maaf kalau aku mengganggu waktumu.” Ucap Mba Amel lagi lalu menutup Hpnya.


Jiancuukk.. kok bisa seperti ini sih.? disaat aku sudah belajar melupakan cintaku ke Lia, aku malah dihadapkan keputusan yang sulit seperti ini.

Apakah aku harus kesana.? Tapi kan Lia menolakku waktu itu. Kalau kali ini dia menolakku lagi gimana.? beneran aku sudah siap kalau terluka lagi.? Terus kalau aku berdiam diri, Lia pasti akan menderita disamping Bowo. Bajingaann.

Oke. Oke. Aku akan pergi kepulau seberang, aku gak mau Lia menghabiskan hidupnya dengan laki – laki yang tidak cintainya, apalagi laki – laki itu sejahat Bowo. Aku gak perduli nantinya Lia akan menerimaku lagi atau tidak, Aku melakukan ini dengan ikhlas dan demi cintaku kepada Lia. Akupun tidak akan memberitahukan kedatanganku kepulau seberang kepada Sandi, aku takut dia akan menggila. Biarkan dia berkonsentrasi dengan acara lamarannya kepada Ayu.

Dan berbekal alamat yang diberikan Mba Amel, akupun berangkat kepulau seberang seorang diri. Ini adalah kepergianku pertama kali keluar pulau ini dan aku tidak pernah pergi sejauh ini. Aku juga tidak mengenal seluk beluk pulau seberang sama sekali. Hanya perasaan cinta didalam hatiku yang menuntunku sampai dipulau yang sangat asing bagiku ini.

Dan ketika aku sudah sampai dibandara pulau seberang, aku lalu keluar pintu kedatangan dan berjalan ke arah taksi bandara ini terparkir. Dan ketika aku melewati cafe bandara,

“mau kemana kamu do.?” Tanya seseorang dan aku langsung melihat kearah suara tersebut.

Dan betapa terkejutnya aku, ternyata orang yang menegurku itu adalah Om Irawan, Ayahnya Sandi.

“Om Irawan. Kenapa Om ada disini.?” Tanyaku

“ditanya kok malah balik tanya.” Ucap Om Irawan lalu berdiri dan berjalan mendekati aku.

“anu om..” ucapku yang bingung harus menjawab apa.

“ayo ikut aku.” Ucap Om Irawan lalu berjalan melewati aku.

Ha.? Aku mau dibawa kemana.? Kerumahnya gitu.? Waduh, entar kalau Sandi tau gimana.? bisa marah dia sama aku, karena aku tidak memberitahukan kedatanganku.

“tapi om.” Ucapku terpotong karena Om Irawan langsung menoleh kearahku.

“i.. i.. iya om..” ucapku terbata karena tatapan Om Irawan ini sangat menakutkan sekali.

Om Irawan lalu melangkah lagi dan aku mengikutinya dari belakang, tanpa banyak bersuara lagi. Kami berjalan kearah parkiran mobil, setelah itu kami berdua naik mobil Om Irawan dan meninggalkan bandara.

Ah.. gila juga Ayahnya Sandi ini. Beliau tau darimana kalau aku datang kesini.? Apa Mba Amel yang cerita.? Karena yang tau kedatanganku kesini Cuma Mba Amel, Lia pun tidak tau tentang kedatanganku kesini. Tapi masa iya Mba Amel cerita sih.?

Dan satu yang menjadi pertanyaanku didalam otakku. Kenapa Om Irawan membantu keluarga Lia.? Dan kenapa setelah membantu memberikan proyek, Om Irawan membiarkan kantor Ibunya Lia dikuasai oleh keluarga Bowo.? Gak mungkin seorang Om Irawan tidak mengetahui kalau kantor Ibunya Lia merugi, gara – gara bekerja sama dengan Kantor Ayahnya Bowo.

Om Irawan ini seorang kontraktor besar dan mempunyai jaringan dimana – mana, dan Beliau juga seorang yang sangat disegani dipulau seberang. Jadi pasti Beliau tau tentang semua kebusukan keluarga Bowo, aku yakin itu. tapi kenapa dibiarkan.? Ada apa ini.?

“aku membantu keluarga Lia, karena Ayahnya Lia itu yang membantuku, waktu aku pertama kali merantau kepulau seberang ini do.” Ucap Om Irawan bercerita, tanpa aku bertanya. Dan beliau bercerita sambil focus pada menyetirnya.

Gilaa. kok bisa tau yang ada didalam pikiranku ya.?

“tapi setelah membantu, kenapa Om membiarkan Ibunya Lia bekerja sama dengan Ayahnya Bowo.? Kenapa Om membiarkan kantor Ibunya Lia merugi, gara – gara kelakuan Ayahnya Bowo.?” Tanyaku.

“maksudmu Pak Gunawan.?” Tanya Om Irawan.

“Pak Gunawan.?” Tanyaku balik

“Pak Gunawan itu Ayahnya Bowo.” Jawab Om Irawan.

“oohh.. terus gimana Om.?” Tanyaku lagi

“terus apanya.? Maksudmu aku membiarkan kantor Ibunya Lia merugi.?” Ucap Om Irawan lalu aku mengangguk.

“kalau semua aku bantu, untuk apa kamu datang kemari.” Jawab Om Irawan dengan cueknya..

Jiancuukk.. enak sekali jawaban Om Irawan ini. Ternyata Ayah dan Anak sama – sama slengean. Bajingaann.

“Om, saya serius loh.” Ucapku sambil melihat kearah Om Irawan.

“emang aku kelihatan bercanda ya do.?” Ucap Om Irawan sambil melihat kearahku sebentar lalu melihat kearah depan lagi.

“ada sesuatu hal yang perlu kita lakukan dan ada juga sesuatu hal yang harus dikerjakan orang lain. Bukannya karena kita tidak perduli atau membiarkannya. Karena kehidupan ini bukan kita yang mengatur.” Ucap Om Irawan dan aku langsung terdiam tidak bertanya lagi.

Mobil kami pun terus melaju dan Om Irawan langsung membelokkan mobilnya kearah perumahan yang elit, lalu beberapa saat kemudian mobil kami berhenti disalah satu rumah yang sangat mewah.

Cuukkk.. ini rumah siapa ya.? rumah Om Irawankah.?

“aku hanya mengantarkanmu sampai sini. Setelah itu, giliranmu yang berjuang.” Ucap Om Irawan.

“maksudnya Om.?” Tanyaku.

“itu rumah Lia.” Ucap Om Irawan.

“I.. i.. iya om.” Ucapku.

“Hidup itu berjuang nak. Bahkan orang yang kalah pun, pasti sempat berjuang. Dan sekarang kembali lagi kekita. Apakah perjuangan kita itu selesai setelah kalah, atau justru itu menjadi titik balik kita untuk meraih kemenangan.”

“Dan satu lagi. Jangan dikira setelah meraih kemenangan, orang gak akan berjuang lagi. Karena kemenangan tanpa berjuang untuk mempertahankan, kalahnya lebih sakit daripada kalah ketika akan merebutnya.” ucap Om Irawan sambil melihat kearahku lalu menepuk pundakku pelan.

Gila.. dalam banget sih ucapan Om Irawan ini. Beliau tau aja kalau aku lagi kebingungan dengan perasaanku saat ini. Luar biasa banget Ayahnya Sandi ini.

“kejarlah cintamu.” Ucap Om Irawan lalu tersenyum.

“terimakasih Om.” Ucapku sambil mengangguk.

“terus kamu nunggu apa.? Gak turun.?” Ucap Om Irawan sambil melotot.

“i.. i.. iya Om..” ucapku sambil membuka pintu mobil lalu aku keluar dengan cepatnya.

“oh iya Om..” ucapku terpotong sambil melihat kearah Om Irawan.

“pergilah sana, aku gak akan cerita ke Sandi tentang kedatanganmu ini.” Ucap Om Irawan.

Cuukk’i.. Om Irawan ini tau aja apa yang mau aku omongin. Gendeng (Gila)

“terimakasih sekali lagi Om.” Ucapku lalu menutup pintu mobil, setelah itu mobil Om Irawan meninggalkan aku didepan rumah Lia.

Hiuuuffttt.. huuuu..

Aku lalu menarik nafasku dalam – dalam dan mengelurkannya perlahan, setelah itu aku melangkah kearah rumah Lia.

TENG.. TONG..

Aku memencet bel yang ada didekat pintu. Lalu beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan dihadapanku, seorang wanita yang sangat kucintai berdiri dengan wajah yang sangat terkejut sekali.

"Aldo..” ucap Lia dengan suara yang bergetar dan mata yang berkaca – kaca.

“hai.” Ucapku lalu tersenyum.

“ka.. kamu ngapain kesini.?” Tanya Lia terbata.

“mau mengambil cintaku yang sudah lama pergi non.” Ucapku dengan santainya.

“gak lucu do.. gak lucu..” ucap Lia sambil menggelengkan kepalanya dan deraian air matanya, lalu menutup mulutnya dengan tangan kiri.

Bajingaann.. itu dijari manisnya, cincin tunangan ya.? walaupun aku tau dia sudah bertunangan, tapi tetap saja hatiku seperti terasa disayat – sayat. Perih banget. jiancuukk..

“emang aku kelihatan lagi melucu ya.?” ucapku dengan suara yang bergetar.

“do.” Ucap Lia dan tanpa banyak bicara, aku langsung memeluknya dengan erat.

“do..” ucap Lia lagi dipelukanku tanpa membalas pelukanku ini.

“aku gak perduli non.. aku gak perduli.. walaupun kamu telah bertunangan, aku akan tetap memperjuangkan cintaku ini.” Ucapku sambil mengelus punggung Lia.

“tapi do.” Ucap Lia terpotong karena aku langsung melepaskan pelukanku.

Aku langsung memegang kedua pipinya, sambil menatap matanya yang telah dipenuhi air mata.

“banyak bicara kamu non..” ucapku, lalu..

CUUPPP..

Tanpa permisi, aku langsung mengecup lembut bibir Lia yang tipis itu sebentar, lalu aku aku tatap kedua matanya lagi.

“aku cinta kamu Adalia Adriana Agatha, aku cinta kamu..” ucapku lalu..

CUUPPP..

Aku kecup lagi bibirnya lalu aku tatap lagi matanya.

“aku gak bisa do.. aku gak bisa.. aku bukan wanita yang baik dan aku bukan wanita yang sempurna buatmu.. hiks.. hikss..” ucap Lia lalu menangis.

“kamu kira aku laki – laki baik.? Kamu kira aku laki - laki sempurna.?” Ucapku sambil tetap memegang kedua pipinya.

“cinta itu bukan hanya tentang baik dan sempurna, tapi cinta itu juga tentang menerima. Menerima bagaimanapun kondisi orang yang kita cintai dengan ikhlas. Dan ketika kita sudah melakukan itu, kebaikan dan kesempurnaan akan datang dengan sendirinya lalu mengiringi langkah kita.” Ucapku, dan..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia langsung merangkul leherku dan melumat bibirku dengan sangat lembut. akupun langsung mendekap tubuh orang kucintai ini dengan erat, sambil membalas kulumannya. Lia memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri, dengan air mata yang terus mengalir.

Cuukkk.. ciuman ini seolah menjadi jawaban semua penantian panjangku dan segala kesakitan yang aku alami selama ini.. ciuman ini seolah penyiram dahaku yang berkepanjangan dan ciuman ini seolah memberikan aku semangat baru.

Walaupun Lia tidak mengatakan kalau dia menerima cintaku, ciuman ini telah mengatakannya semua. Tapi apa aku akan puas setelah ini.? Ngga, karena aku belum menang dalam pertempuran kali ini.

Kalau semula tujuanku hanya ingin memutuskan hubungan pertunangan Lia dengan sibangsat itu, sekarang aku memiliki tujuan lain lagi. Aku ingin memberi pelajaran kehidupan kepada satu orang yang telah menyakiti Lia dan keluarganya. Aku ingin membuat rata hidungnya dan aku akan mengirimnya keneraka yang paling dalam. Dan dia adalah sibangsat Bowo.

“ooooo.. datang juga si anjing ini kesini..” ucap sesorang yang mengejutkan aku dan Lia, sampai ciuman kami terlepas lalu melihat kearah orang tersebut. Dia adalah manusia incaranku, sibangsat Bowo.

“kamu datang kepulau ini, sama aja kamu menggali kuburmu sendiri, anjing..” ucap Bowo dan dibelakangnya, empat orang temannya berdiri sambil membawa senjata tajam.

Emosiku pun perlahan naik kekepala dan kedua tanganku langsung terkepal..

“kamu mau apa kak.?” Ucap Lia lalu berdiri melangkah kedepanku dan menghalangi langkahku ketika aku akan mendekati Bowo.

“kamu memang kurang ajar ya.. kamu itu tunanganku dan kamu malah berciuman sama sianjing ini.. bangsaatt..” ucap Bowo dengan emosinya.

“kalau kemarin kamu memang tunanganku kak, tapi sekarang..” ucap Lia sambil meraih cincinnya dijari manis tangan kirinya dengan tangan kanan, lalu melepaskannya dan melemparkannya kearah Bowo

Wuutttt.. tappp.. klinting.. klinting.. klinting.. klinting..

Cincin itu mengenai tepat wajah Bowo, lalu jatuh kelantai..

“ANJINGGG..” teriak Bowo dengan emosinya.

“PERGI KAMU WO.. PERGI.. cukup sudah kamu menyakiti aku dan keluargaku, sekarang kamu pergi dari sini..” ucap Lia yang tidak kalah emosinya..

“kamu memang lonte yang gak tau diuntung, setelah kami menyelamatkan keluargamu, begini balasannya.?” ucap Bowo dan emosiku langsung memuncak..

Aku lalu menggeser tubuh Lia, tapi Lia langsung menahan tubuhku dengan punggungnya..

“KUBUNUH KALIAN BERDUA DISINI. KUBUNUH..” ucap Bowo sambil mengeluarkan sesuatu dari balik kemeja yang dikenakannnya dan itu sebuah pisau..

Bowo lalu melangkah mendekati aku bersama keempat temannya, dan itu bertepatan dengan mobil Om Irawan datang berhenti didepan rumah Lia.

Kami semua melihat kearah mobil itu dan Om Irawan keluar dengan santainya, lalu menatap kearah Bowo dan teman – temannya.

Mereka berlima langsung memucat dan ketakutan sekali, ketika Om Irawan menatap mereka dengan santai tapi sangat tajam dan mengerikan.

“saya gak akan menyuruh kalian pergi, tapi kalau kalian tetap disini.. hehehe..” ucap Om Irawan lalu tersenyum dengan wajah yang.. uuhhhh.. gilaa.. mengerikan banget.

Mereka berlima langsung mundur perlahan, dengan wajah yang sangat ketakutan.. lalu setelah itu mereka bergegas meninggalkan rumah Lia ini tanpa ada suara sama sekali.

Gilaa.. mengerikan sekali Om Irawan ini. baru berbicara seperti itu saja, Bowo dan teman – temannya sudah sangat ketakutan. Gendeng (Gila)..

“Ayah Irawan..” ucap Lia lalu menghambur kearah Om Irawan dan memeluknya dengan erat.

Om Irawan pun langsung menyambutnya dengan pelukan yang hangat dan tatapannya berubah, menjadi tatapan yang penuh dengan cinta.

“halo sayang.” Ucap Om Irawan sambil mengelus rambut Lia dengan sangat lembut. beliau seperti sedang memeluk putrinya sendiri..

“hikss.. hikss..” Lia pun langsung menangis sesenggukan dipelukan Om Irawan.

“hei.. ada arjunanya disini kok nangis begini sih.?” ucap Om Irawan sambil melirik kearahku dan aku langsung menunduk malu.

Cuukkk.. bukannya arjuna itu sudah miliknya Sandi.? Kenapa sekarang disematkan keaku juga.?

“hikss.. hikss.. apasih Ayah ini.” ucap Lia dengan suara yang manja.

Om Irawan melepaskan pelukannya dan langsung memegang kedua pipi Lia, sampai mereka saling menatap.

“wanita yang hebat itu boleh meneteskan air matanya, tapi jangan banyak – banyak.. karena air mata seorang wanita yang hebat itu, bisa membangkatan amarah dari arjunanya. Dan kalau arjunanya itu sampai mengangkat busur gandiwanya, dunia ini akan berguncang dengan hebatnya.” Ucap Om Irawan dan itu langsung membuat Lia tersenyum lalu menunduk malu..

“hey arjuna. Sekarang waktunya aku mengantarkanmu kembali kekerajaanmu dan selesaikan lah dulu tugasmu disana, setelah itu kembali kemari dan jemput permaisuri Drupadimu ini.” ucap Om Irawan sambil merangkul Lia yang menunduk malu.

“tapi om..” ucapku terpotong.

“betul yah.. Lia gak mau kalau dia belum menyelesaikan semua tanggungan kuliahnya.” Ucap Lia sambil menatap kearah Om Irawan lalu melihat kearahku..

Cuukk’i.. oke.. oke.. aku akan menyelesaikan urusan kuliahku, lalu aku akan kemari dan aku akan menjemput kembali cintaku. Tapi sebelum aku melanjutkan hubunganku dengan Lia ketingkat selanjutnya, aku akan membantai Bowo dulu. Ingat itu. Ini adalah janji seorang Aldo. Aldo Septian Hadi.

“iya om, Aldo balik kepulau sana. Tapi bisa gak Aldo pamit ke Ibunya Lia dulu.” Ucapku sambil menoleh kearah rumah Lia.

“Ibunya gak ada, ibunya ke ibukota propinsi. Sekarang kamu masuk kemobil.?” Ucap Om Irawan..

“hihihihi..” dan Lia hanya tertawa saja..

Akupun mendekat kearah Lia dan Om Irawan.

“aku balik dulu ya ya’” pamitku ke Lia yang masih dirangkul Om Irawan..

Lia langsung mengangguk dan meraih tangan kananku, lalu mengecup punggung tanganku dengan lembutnya..

CUUPPPP..

Uhhhhh.. gilaaa… lembut banget kecupannya cuukkk.. berasa sudah jadi suaminya aja aku.. assuuu.. ini kalau gak ada Om Irawan, sudah kulumat bibir Lia ini.. bajingaannn..

Lalu dengan diiringi senyum dan tatapan cinta dari Lia, aku diantar Om Irawan kebandara lagi dan kembali kepulau ini..

Aku lalu menyelesaikan semua perkuliahanku dengan semangat dan dukungan dari pujaan hatiku. Lia selalu memberikan aku semangat dan selalu memberikan aku perhatian yang sangat luar biasa. Cinta dan sayangnya dari seberang lautan sana, sangat luar biasa terasa sampai dihatiku ini.

Dan setelah wisuda, aku kembali kepulau seberang untuk membantu semua urusan kantor Ibu Lia. Sebenarnya aku malu dengan keadaan itu, aku itu pengennya membuat perusahaan sendiri dan memulainya dari nol. Tapi ketika aku tau semua permasalahan yang ada didalam kantor Ibunya Lia, aku menunda dulu rencanaku itu.

Aku dan Sandi lalu bekerja sama untuk memperbaiki semua masalah administrasi dikantor Ibu Lia, yang sekarang telah dipegang Lia sepenuhnya. Dan dibantu teman – temannya Sandi, kami menemukan semua kejanggalan – kejanggalan yang telah membuat kantor ini merugi. Dan semua mengerucut pada satu nama, Pak Gunawan, Ayah Bowo. Bajingannn.

Dendamku ke Bowo pun semakin menjadi. Dan ketika kami semua menyusun rencana untuk membuat kantor Pak Gunawan hancur, kabar duka menyelimuti kami semua. Ayah Irawan meninggal karena sakit kanker hati. Dan belum usai kabar duka itu kami nikmati, kabar menyakitkan selanjutnya pun datang. Pertunangan Sandi dan Ayu bubar, Lalu Ayu menikah dengan laki – laki lain. Gilaa.. sahabatku itu hancur lebur perasaannya.

Kondisi kami yang seperti ini, justru dimanfaatkan oleh Pak Gunawan. Ketika Sandi dipulau sana, kantor Sandi diserang dan dua sahabatnya pun menjadi korban kebrutalan anak buah Pak Gunawan.

Sandi langsung datang kepulau seberang dan malam itu juga kami melakukan balas dendam. Para jendral perang pondok merahpun, datang juga untuk membantu kami. Mas Pandu, Mas Rendi, Satria, dan dua sahabatku lainnya, Surya dan Yuda ikut dalam serangan itu.

Kami semua melakukan balas dendam dan menghancurkan kelompok Pak Gunawan. Dan lawanku pada malam itu adalah Bowo. Aku menghajarnya dengan sangat brutal dan aku luapkan semua emosiku pada malam itu. Hidungnya aku hantam berkali - kali sampai patah dan tidak berbentuk. Aku patahkan kedua tangannya dan kedua kakinya, lalu aku tutup dengan mematahkan lehernya..

Pertempuran itu salah satu pertempuran yang terhebat yang pernah aku ikuti. Dan pesta penutupan kali itu di tutup dengan kehadiran Pak Tito, lalu..

BOOMMM.. BOOMMM.. BOOMMM..

Markas mereka diledakan, bersama dengan Bowo dan Pak Gunawan didalamnya. Gendeng (Gila).

Beberapa bulan kemudian, Sandi telah menemukan pengganti Ayu.. dia adalah Mba Mery sepupu Mas Rendi. Setelah mereka berdua menikah, akupun melamar Lia dan kami menikah dipulau seberang.

Kami hidup berbahagia dan penuh dengan kasih sayang, apalagi dengan hadirnya buah hati kami tercinta. Putri semata wayang kami.




Anggelia Putri Aldo
Angelia Putri Aldo. Dan setelah Angelia tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik, putri kami itu pergi kekota pendidikaan untuk melanjutkan kuliahnya.

Dan pada suatu malam ketika aku ada dirumah dipulau seberang..

“yang..” ucapku sambil merangkul pundak istriku.

Kami berdua sedang duduk diruang tengah sambil menonton televise.

“apa.” Jawab Lia yang menyandarkan kepalanya dipundakku.

“kita buat adeknya Angel yuukk..” ucapku sambil menurunkan rangkulanku dipundak istriku ini, ke arah pinggulnya.

“apa sih kamu yang.. usia kita sudah gak muda lagi loh. lagian apa Angel setuju punya adek.?” Ucap Lia sambil mengangkat wajahnya dan menatapku.

“emang kamu gak kesepian kalau aku tinggal kekantor.?” Tanyaku sambil mendekatkan wajahku kearah wajah Lia.

“iihhh.. kamu ini ada - ada aja loh..” ucap Lia sambil mendorong pelan pipiku, lalu aku memajukan wajahku lagi.. dan.

CUUPPP..

Aku mengecup bibir Lia pelan, dan kami berduapun duduk berhadapan.

“kita tinggal dirumah sebesar ini berdua aja loh yang..” ucapku sambil membelai pipi Lia lalu..

CUUPPP..

Aku kecup bibir Lia lagi, lalu memandang wajah istriku yang telah mendampingi aku belasan tahun ini.. wajahnya makin terlihat cantik aja, walaupun usianya sudah kepala empat.

“kamu pengen bangetkah yang.?” ucap Lia sambil membelai wajahku.

“hehehe..” dan aku hanya tersenyum saja lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku lumat bibirnya dengan sangat lembut, sambil memasukkan sedikit lidahku kedalam mulut Lia, lalu menyapu gigi bagian atasnya dan dilanjut dengan bibir atas bagian dalamnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia lalu melingkarkan kedua tangannya dileherku sambil mengemut lidahku, dan aku langsung mendorong tubuh istriku sampai tertidur disofa panjang ini..

Ciuman kami semakin dalam dan perlahan tanganku kedada Lia yang masih tertutup kaosnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Sambil berciuman, aku meremas pelan buah dadanya dengan sangat lembut. lalu..

MUAAACCHHHHHH..

Ciuman kami terlepas dan kami saling memandang.

“eeehhhmmmm.. yang..” ucap Lia lalu tersenyum dengan manisnya dan aku langsung menghentikan remasanku.

“hem..” ucapku sambil menempelkan hidungku kehidungnya.

“aku sayang kamu.” Ucap Lia lalu.

CUUPPP..

Bibirnya mengecup bibirku.

“aku juga..” ucapku lalu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku melumat bibir Lia yang sudah basah itu, sambil melanjutkan remasanku didadanya..

“hemmm.. hemmmm.. hemmmm..” desah Lia disela lumatan bibir kami dan kedua tanganku langsung menyelinap masuk kedalam kaosnya, lalu meraba perut istriku yang sedikit berlemak tapi masih seksi ini..

Setelah itu aku memegang ujung kaosnya dan mengangkatnya keatas. Aku menghentikan kuluman bibirku sejenak, untuk melepaskan kaos Lia dan dilanjut dengan melepas kaosku lalu melumat lagi bibirnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

“hemmm.. hemm… hemmm..” aku mengangkat punggung istriku sampai terduduk, dan aku menyandarkan tubuhku di kursi sofa dengan tetap saling melumat..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia duduk mengangkangi aku dan aku langsung meraba punggungnya, sambil mencari pengait branya, lalu..

Klik.

Aku buka pengaitnya branya dan tali branya langsung menjuntai kebawah. Aku meloloskan satu persatu tali branya dari pundak Lia sampai terlepas, lalu Lia merangkul leherku lagi.

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku menggapai buah dada istriku yang sudah tidak kain yang menutupnya ini, dengan sangat lembut. buah dada yang masih lumayan kencang ini, terasa sangat kenyal sekali dikedua tanganku..

“heemmmmm..” Lia lalu melepaskan kulumannya dan menatapku.

“sayang gak bosan ya meremas ini..” ucap Lia sambil melirik buah dadanya yang ada ditelapak tanganku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan, lalu memajukan bibirku dan melumat putting sebelah kanannya..

“ahhhhh..” desah Lia sambil menjambak rambutku pelan.

Aku lumat kedua puttingnya bergantian sambil terus meremasnya.

“ahhhhhh..” desah Lia yang sangat terdengar merdu.

Lalu aku kecup buah dadanya bagian atas, leher bagian samping, telinga, lalu aku melumat bibirnya lagi..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia melepaskan kulumanku lalu turun dari pangkuanku dan langsung jongkok dihadapanku.

“sayang beneran nih mau buat adek buat Angel.?” Ucap Lia dengan tatapan yang menggoda, sambil memegang kancing celanaku.

“sayang gak mau kah.?” Tanyaku sambil memegang tangannya.

Lia hanya tersenyum lalu menepis tanganku dan membuka kancing celanaku. Diturunkannya resleting celanaku sambil terus menatapku dengan tatapan yang.. assuudalah..

Setelah resleting terturun, Lia menurunkan celanaku beserta CDnya secara bersama – sama.. aku lalu mengangkat pinggulku dan mengangkat kedua kakiku bergantian sampai celanaku terlepas..

“tambah besar aja ya yang.” ucap Lia sambil memegang batangku dengan tangan kanannya dan batang sudah berdiri dengan sangat tegak sekali.

“masasih yang.?” tanyaku. Lalu..

CUUPPP..

Lia mengecup ujung kepala batangku, lalu menjilatnya perlahan..

“uhhhhhh.. gilaaaa.. jilatanmu itu memang luar biasa yang..” ucapku dan kembali Lia menjilat kepala batang sambil menatap mataku..

Sluurrpppp..

“uuhhhhh..” ucapku mendesah sambil memegang kepala samping Lia.

Lia lalu menegakkan tubuhnya sambil menggenggam batangku, setelah itu menjilat puttingku sebelah kiri..

“aahhhhhh..” desahku sambil menggelinjang, dengan sentuhan lidah Lia diputting dan kocokan lembut dibatangku..

Sluurrpppp..

Lalu berganti Putting kananku yang dijilatnya..

Wawwww.. luar biasa banget sensasinya.. bajingannn..

Lalu Lia menurunkan lagi tubuhnya dan jongkok dihadapanku..

Bibir Lia menempel dikepala batangku, lalu memasukan kedalam mulutnya, sampai sebatas kepala batangku dan menghisapnya sampai pipinya kempot kedalam..

Jiancuukkk.. nikmat banget cuukk.. walaupun Lia sering melakukan ini kepadaku, tapi aku selalu merinding ketika Lia melakukannya lagi. Kepala batangku seperti dihisap dan dijepit dimulut mungil Lia itu.

“aahhhhhh..” desahku sambil memundurkan sedikit pinggulku.

Lalu sambil menghisap kepala batangku, Lia memegang batangku bagian bawah dan mengocoknya pelan..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

“ahhhhh.. ahhhh..” desahku sambil memegang rambut bagian belakang Lia, seperti gerakan menguncir rambut.

Lia lalu memasukkan lagi sampai separuh batangku didalam mulutnya, sambil terus mengocok batangku..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Aku menikmati kuluman Lia sambil memejamkan kedua mataku..

Lia memaju mundurkan kepalanya, sambil terus mengulum batangku, sedangkan tangan kanannya mengocok batangku bagian bawah dan tangan kirinya meremas kedua bijiku pelan..

“ahhhh..” desahku lagi..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Bunyi kuluman Lia yang sedang memaju mundurkan kepalanya di bawah sana..

Clok.. clok.. clok.. clok.. clok..

Aku yang tidak kuat dengan sensasi nikmatnya kuluman Lia ini, langsung memegang kedua pipinya dan melumat bibirnya..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Tapi Lia langsung melepaskan kulumanku dan menatapku lagi.

“kenapa yang.? mau keluar ya..? hihihi..” goda Lia lalu tertawa, yang membuat nafsuku semakin menguasai kepalaku..

“awas ya..” ucapku lalu aku menariknya dan mendorongnya pelan, sampai Lia tertidur kursi sofa dan aku langsung mengangkanginya.

“hihihiihi..” Liapun hanya tertawa saja sambil menutupi kedua buah dadanya..

Aku lalu memegang kancing celananya dan menarik turun resletingnya, setelah itu aku melepaskan celananya yang panjang selutut itu berserta Cdnya..

“yang.. yang.. kamu mau balas dendam..?” ucap Lia sambil menutupi mekinya yang selalu dicucurnya bersih.

Aku tidak menjawabnya, Aku kemudian mendorong kedua kaki Lia keatas sampai tertekuk dan mengangkang dihadapanku.. lalu aku buka pahanya sedikit lebar dan aku singkirkan tangannya yang menutup mekinya itu.

“yang.. yang..” ucap Lia dengan manjanya, ketika aku menatap belahan mekinya yang telah basah, dan menatapnya sambil tersenyum dengan penuh nafsu.

“sekarang giliranku.” Ucapku sambil membuka belahan meki Lia dengan kedua jempolku, lalu..

Sluurrpppp..

“yaaanggg..” rengek Lia dengan sangat manjanya dan kembali aku menjilat belahan dalam meki Lia..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

“aahhhhh..” desah Lia sambil meliuk – liukan pinggangnya..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Meki Lia perlahan mengeluarkan cairan dan aku terus menjilat meki Lia itu, sambil sesekali menatap kearahnya. Lia mendongakkan kepalanya keatas dengan tubuh yang sedikit bergetar.

Aku lalu memasukkan jari tengahku sedikit kedalam meki Lia dan Lia langsung melihat kearahku.

“ampun yang.. ampan..” ucap Lia sambil mencoba menepis tanganku..

“pembalasan lebih kejam yang.. hehehe..” ucapku lalu aku menjilat daging mungil ditengah meki Lia, sambil mengocokan jari tengahku agak cepat..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“aahhh.. ahhhh.. ahhhh..” Lia semakin menggelinjang..

Ini memang kelemahan Lia.. kalau sudah seperti ini posisinya, dia pasti akan kelojotan dan pasti akan cepat keluar..

“aahhhh.. ahhh.. ahhhh..” desah Lia lalu menjambak rambut bagian atasku..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Aku makin bersemangat menjilat daging mungil itu, sambil terus mengocok mekinya menggunakan jari tengahku..

“ampun yang.. ampuuuuuuunn.. ahhhhh.. ahhhhh..” racau Lia yang makin gak karuan..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Meki Lia benar – benar basah dan aku merasa dinding mekinya berkedut, seperti akan mengeluarkan sesuatu yang sangat dasyat dari dalam sana..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“aku mau keluar yang.. aku mau keluar.. ahhhhh..” teriak Lia..

Sluurrpppp.. Sluurrpppp.. Sluurrpppp..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

“yaaaanggggg..” ucap Lia panjang sambil mengejangkan tubuhnya.. lalu..

Sreeet..sreett.. sreettt..

Cairannya keluar dengan derasnya dari meki Lia, dan aku langsung mencabut tanganku dan memundurkan wajahku..

Sreeet..sreett.. sreettt..

“aaahhhhhhh..” desah Lia dengan wajah kemerahan dan kepala yang menggeleng kekanan dan kekiri..

“hu.. hu.. hu.. hu..” desah Lia cepat dan memburu..

Lia memejamkan matanya lalu meluruskan kedua kakinya kearahku..

Aku lalu menggodanya dengan menyentuh mekinya yang basah itu..

“jangan pegang – pegang.. hu.. hu.. hu..” ucap Lia lalu melotot kepadaku..

“huuu.. jahat..” ucapku sambil memundurkan tubuhku..

“kamu itu yang jahat.. huu.. huu.. huuu..” ucap Lia sambil mengatur nafasnya..

“yahhh.. dah ga kuat ya yang..” ejekku ke Lia..

“awas ya.. huuuuuuu….” Ucap Lia lalu menarik nafasnya dan mengeluarkannya..

Lalu setelah nafasnya tenang, Lia langsung bangun dari tidurnya dan mendorongku sampai tersandar dikursi sofa..

Lalu dia duduk dan mengangkangi aku, dengan kedua lututnya berada disamping pahaku dan bertumpu diatas sofa..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Lia merangkul leherku dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Aku menyambutnya dengan mendekap tubuh Lia dan mengimbangi lumatannya yang sangat luar biasa itu..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

“aku masukin ya yang.?” ucapku sambil melepaskan kulumanku dan memegang batangku.

“ga usah..” jawab Lia sambil melirikku dengan penuh nafsunya.

“jahat..” ucapku sambil menggesekkan batangku ditengah meki Lia.

“ssstthhhh.. uhhhhh..” desah Lia sambil memejamkan kedua matanya, ketika kepala batangku sudah mulai masuk kedalam mekinya. Dan sekarang aku memeluk tubuh Lia lagi, lalu merapatkannya kearahku..

CUUPPP.. CUUPPP.. CUUPPP.. MUAAACCHHHHHH..

Aku melumat lagi bibir Lia sambil menekan batangku masuk kedalam meki Lia..

“heemmmmmm..” desah Lia disela lumatan bibirku..

Perlahan batangku mulai masuk kedalam meki Lia yang masih agak sempit dan basah itu..

“heemmmm..” desah Lia lagi lalu mengemut bibir bawahku..

Dan setelah batangku masuk semua, aku membiarkan sejenak batangku didalam sana, dan menikmati sensasi dijepit dinding meki Lia.

“heemmmm..” giliran aku yang mendesah..

Lalu perlahan Lia mulai memaju mundurkan pinggulnya..

“aaaahhhhh..” gilaaaa.. enak banget cuukkkk..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Bunyi batangku yang bergesak dengan dinding meki Lia..

Clokk.. clokk.. clokk.. clokk..

Lalu setelah itu Lia menghentikan gerakannya dan melepaskan lumatannya sambil menatap mataku..

Perlahan dinding meki Lia seperti menghisap batangku lebih dalam lagi, lalu menjepitnya dengan jurus andalannya..

“yang.. yang.. ahhhhhhh..” ucapku lalu mendesah kenikmatan..

“kenapa yang..? uhhhhhh..” ucap Lia sambil mengedutkan dinding mekinya dan membuat sensasi yang sangat menjacukkan sekali.. bajingaannn..

“ampun yang.. ampunn.. bisa keluar duluan aku.. uhhhhh..” ucapku ketika Lia mengedutkan mekinya terus..

Batangku seperti diremas didalam sana dan di jepit dinding meki Lia..

“uuhhhhhh..” desah Lia dan makin membuatkubernafsu.

Aku lalu memegang bokong Lia dan mengangkatnya, lalu aku memaju mundurkan pinggulku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“ahhhhh..” kedutan Lia berakhir lalu dia merangkulku dengan posisi setengah jongkok.

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Bunyi selangkanganku ketika bertemu dengan bokong Lia.

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..”desahku…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hu.. hu.. hu… hu..” ucap Lia dengan nafas yang kembali cepat..

“entar yang entar.. coba aku jongkok ya..?” ucap Lia dan aku menghentikan gerakanku..

“emang masih kuatkah.?” Tanyaku..

“jangan meremehkan aku ya..” ucap Lia lalu mengangkat kedua lututnya dari sofa dan sekarang kedua telapak kakinya yang bertumpu pada sofa..

Lalu Lia jongkok lagi dan memasukkan batangku kedalam mekinya..

Blesss…

“aahhhhhh..” Lia mendesah lalu merangkul leherku..

“huu.. hu.. hu…” lalu Lia mulai menaikan pinggulnya dan menurun kan pinggulnya pelan..

“kalau gak kuat jangan dipaksain yang..” ucapku..

“berisik..” ucap Lia sambil terus menaikkan dan menurunkan pinggulnya..

Cuukkk.. Sensasinya sih enak banget, tapi stamina istriku ini kan gak sekuat dulu lagi. Akupun langsung memegang bokongnya, dan membantunya menaikan lalu menurunkan pinggulnya..

“aahhhh..” aku mendesah sambil memegang bokong Lia…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Bunyi batangku yang keluar masuk dimeki Lia..

“aahhh.. ahhh.. ahhh.. ahhh..” Lia mendesah sambil terus menaik turunkan pinggulnya..

“aahhhhhhhh..” sahutku mendesah kenikmatan..

“hu.. hu.. hu.. hu..” Lia menghentikan gerakannya dengan posisi batangku didalam mekinya.

“sudah yang.. sudah..” ucapku sambil memegang bokongnya lalu aku menegakkan tubuhku..

“uuhhhhhh..” desah panjang Lia..

Aku lalu memutar tubuhku kekanan dan menidurkan Lia disofa lagi, lalu aku mengangkangi Lia dan kembali aku menggenjotnya..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” desahku…

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hu.. hu.. hu… hu.. hu…” desah Lia dengan nafas yang kembali cepat..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Aku menggoyang dengan tempo yang makin lama makin cepat.. kedua tanganku meraih kedua buah dada Lia dan meremasnya dengan lembut..

“aaahhhh..” desah Lia sambil menoleh kekanan dan kekiri..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhh.. ahhhh.. ahhhhh..” Lia terus mendesah dan aku langsung mencium bibirnya

CUUPPP..

Goyanganku pun semakin kuat dan aku menggoyang sambil meremas kedua buah dada Lia bersamaan..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aaahhh.. ahhhhh.. ahhhhh..” desah Lia dengan wajah yang memerah..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Aku terus menggoyang kan pinggulku, lalu aku menundukan tubuhku dan menggenggam buah dada Lia lalu melumat putting Lia..

“aahhhh.. ahhhh..” Lia mendesah dengan kuatnya..

“aahhh.. aku mau keluar yang..” ucapku sambil menggoyangkan pinggulku dengan cepat dan aku mengangkat wajahku kearah wajah Lia..

CUUPPPP.. CUUPPP.. MUUAACCHHHHH…

Aku melumat bibir Lia sambil memaju mundurkan pinggulku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“hemmm.. hemmmm.. hemmm..” desah kami didalam lumatan kami..

“aku juga mau keluar yang..” ucap Lia sambil melepaskan ciumannya..

“iya yang.. barengan..” ucapku sambil memepercepat goyanganku..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

“aahhhhhh..” desahku ketika air maniku sudah mau keluar dari ujung kepala batangku..

“aahhhhhhhh..” dan Lia mendesah panjang..

PLOKKK.. PLOKKK.. PLOKKK..

Lalu aku menekan batang sampai kedalam meki Lia, dan meki Lia berkedut dengan kencangnya, lalu..

Sreeet.. sreett.. sreettt.. sreeet..

Cairan dari meki Lia keluar dan gak lama kemudian..

Croottttt… croottttt… croottttt… croottttt…

Aku juga memuntahkan air maniku kedalam meki Lia..

“aaahhhhh..” desahku sambil menekan kedalam batangku..

“aaahhhhh,..” dan Lia mengejang kenikmatan…

Tubuh kami sama – sama mengejang dan kami berdua merasakan gelombang kenikmatan yang begitu hebatnya..

“hu.. hu.. hu.. hu.. hu..”

“hu.. hu.. hu.. hu.. hu..”

Nafas kami berdua memburu dan saling bersahut sahutan..

“gilaaa.. masih kuat juga ya kamu yang.. hu.. hu.. hu..” ucap Lia lalu bernafas dengan cepat..

“kamu juga masih kuat loh yang.. hu.. hu.. hu..” ucapku sambil menahan tubuhku dengan kedua tanganku yang berada disebelah kepala Lia..

“huuuu.. huuuu.. huuuu..” Lia mengatur nafasnya..

“aku cabut ya yang..” ucapku ketika batangku sudah mulai mengecil didalam sana.

Liapun mnenganggukan kepala dan aku langsung mencabut batangku..

Plop..

Lalu..

CUUPPP..

Aku kecup bibir Lia dengan lembut, setelah itu aku bersandar di kursi sofa. Sementara Lia masih tertidur disofa.

Kring.. Kring.. Kring.. Kring..

Hpku berdering didekat meja televise. Aku lalu berdiri dan berjalan gontai untuk melihat Hpku. Dan setelah memegang Hpku, terlihat nama Mas Bendu di layar Hpku. Loh tumben Mas Bendu telpon, biasanya cuman kirim pesan singkat aja. Ada apa ya?

“halo Mas..” ucapku menjawab panggilan telpon Mas Bendu, sambil melihat kearah Lia yang perlahan bangun dari sofa.

“do..” ucap Mas Bendu yang langsung terhenti dan seperti berat untuk melanjutkan perkataannya..

Tiba – tiba jantungku terasa berhenti berdetak, nafasku berat dan lidahku tercekat. Lalu ketakutan yang sangat luar biasa, menguasai diriku. Perlahan keringat dinginpun keluar dari keningku dan kedua tanganku bergetar.

Ada apa ini..? kenapa aku seperti ini..? belum pernah aku merasakan apa yang kurasakan saat ini, seumur hidupku. Bangsat. Apa ada suatu kejadian yang menimpa keluargaku dipulau sana..? tapi kejadian apa..? kenapa aku jadi seperti ini..?

“yang.. kenapa yang..?” tanya Lia yang melihat perubahan diekspresi wajahku, lalu berjalan mendekati aku dan tubuh kami berdua masih sama – sama telanjang..

“ke.. ke.. kenapa Mas..? a.. a.. ada apa..?” tanyaku dengan terbata dan ketakutan yang sangat luar biasa. Aku juga tidak menghiraukan pertanyaan Lia barusan..

“A.. A.. Angel do.. hikss.. hikss..” ucap Mas Bendu lalu diakhiri dengan isakan tangis..

Jiancuuuk.. ada dengan putri kesayanganku itu..? kenapa..?

“kenapa Angel Mas..? kenapa putriku itu..?” ucapku dan emosiku mulai merambat naik kekepala.

“ada apa dengan Angel mas..? ada apa..?” ucap Lia yang panic sambil memegang pundakku..

“A.. A.. Angel..” jawab Mas Bendu yang masih tidak bisa melanjutkan ucapannya..

“KENAPA MAS..? KENAPAAA..?” teriakku dengan emosinya dan tetesan air mata yang jatuh dipipiku.



“Pak Aldo..”

“Pak Aldo..”

“Pak Aldo..” panggil seorang suster yang mengejutkanku dari lamunan.

Aku lalu melihat kearah suster itu dengan nafas yang memberat dan keringat yang membasahi seluruh tubuhku.

“y.. y.. ya.. sus..” ucapku terbata sambil membersihkan air mata ku yang mengalir.

“kondisi istri anda sedang melemah. Kami harus melakukan operasi cesar secepatnya.” Ucap Suster dan itu langsung membuatku panic gak karuan.

“ja.. jadi gimana sus..?” tanyaku.

“kami harus melakukan operasi cesar dengan persetujuan anda.” Ucap suster itu.

“oke.. oke.. oke.. saya setuju.. yang penting lakukan yang terbaik untuk istriku dan bayi kembar kami..” ucapku dengan paniknya.

“baik pak, tapi ada berkas yang harus ditandatangi didalam.. silahkan Bapak tanda tangani dulu dan kami akan mempersiapkan operasinya.” Ucap suster itu lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan aku..

Jiancuukkk.. aku sudah menyarankan ini dengan istriku dari jauh – jauh hari, tapi dia ngotot untuk melahirkan secara normal. Terus bagaimana kalau seandainya ada apa – apa dengan dia.? Diakan sudah dari tadi didalam sana, apa operasi itu bisa menyelamatkan semua.?

Aku lalu bergegas dan mengurus semua administrasi yang diperlukan, agar operasi segera dilaksanakan. dan setelah semua selesai, aku lalu menuju ruang operasi dan menunggunya dikursi luar ruangan.

Perasaan takut yang sangat luar biasa, langsung menghantam pikiranku. Bajingaann.. apa istri dan anakku akan selamat.? Apa istriku akan kuat ketika perutnya nanti dibedah.? Apa dia tidak akan merasa kesakitan.? Ahh.. bodoh sekali aku, nanti kan istriku dibius dan tidak merasakan apa – apa. Lagipula dokter yang akan mengoperasinya ini kan sangat berpengalaman..? jiancuukkk..

Akupun langsung menyandarkan kepalaku didinding dan perlahan mataku terpejam..

Lalu tiba – tiba, aku merasa ada tangan halus yang mengelus pundak kananku.

“pah..” tersengar suara seorang wanita dan itu adalah suara Angelku, dia putri kesayanganku.

Aku lalu menoleh kearah samping kananku dan benar saja, Angelku tersenyum dengan manisnya kepadaku.

“A.. A.. Angel..” ucapku dengan deraian air mata..

“ihh.. Papah kok gini sih..? kan Angel jadi sedih..” ucap Angel sambil membersihkan kedua mataku dari air mata.

“Papah kangen kamu nak.. Papah kangen..” ucapku dan aku langsung memeluk putri tercintaku ini.

“iya Pah.. Angel juga kangen, makanya Angel datang kesini..” ucap Angel sambil mengelus punggungku.

“apa Angel mau mengajak Papah kesana.?” Tanyaku sambil melepaskan pelukanku dan memegang pipi putriku yang terasa sangat dingin ini.

“enggak.. kan belum waktunya.” Ucap Angel sambil membelai wajahku.

“kenapa nak.? Kenapa.?” Tanyaku dan tetesan air mataku mulai mengalir lagi.

“karena Papah harus menjaga adeknya Angel dulu disini.” Ucap Angel lalu tersenyum lagi.

“nak..” ucapku.

“jangan bersedih dan jangan panic ya pah, semua kan baik – baik saja.” ucap Angel.

“jaga baik – baik adenya Angel ya Pah..” ucap Angel lagi dan aku hanya bisa meneteskan air mataku didepan putri tersayangku ini.

Lalu perlahan pundak kiriku pun ada yang meremas dengan sangat lembut. Aku lalu menoleh kearah kiriku dan seorang wanita yang tidak kalah cantik dari Angelku, tersenyum kepadaku.

“sabar ya sayang, semua akan baik - baik saja.. kamu adalah laki – lakiku yang hebat dan kuat..” ucap wanita disebelah kiriku ini lalu dia mengelus rambutku dengan penuh cinta.

“sayang tau. Segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita itu, tidak ada yang kebetulan. Semua telah tuliskan olehNya dan kita hanya tinggal melakukannya saja. Percaya atau tidak, segala apapun itu pasti ada campur tanganNya, walaupun melalui mahluk ciptaanNya.” Ucap wanita ini lagi lalu dia tersenyum kepadaku.

“kalian berdua adalah penyemangat hidupku dan kalian adalah sumber kebahagiaanku.. tapi sekarang kalian telah pergi meninggalkan aku, jadi bagaimana aku akan baik – baik saja dengan semua ini.?” ucapku sambil memegang tangan kiri Angel dengan tangan kananku dan tangan kanan Lia dengan tangan kiriku.

Ya.. wanita disebelah kananku adalah Lia.
Adalia Adriana Agatha, istriku tercinta..

“yang.. disinikan sudah ada Mba Tari. Dia wanita yang hebat dan dia sangat mencintai sayang.” Ucap Lia lalu membelai wajahku dengan tangan kirinya.

“kenapa Sang Pencipta harus memberikan ujian yang teramat sangat berat kepadaku, dan tidak henti – hentinya yang..” ucapku sambil menatap mata Lia..

“jangan pernah berprasangka buruk kepada Sang Pencipta yang. Ingat, sayang dulu pernah berprasangka buruk tentang Mba Tari yang mengkhianati sayang. Ternyata sayang salah sangka kan.? Laki – laki yang memberi bunga itu ternyata sahabat Mba Tari, dan dia memberikan bunga itu hanya untuk menghibur Mba Tari yang sedih, karena akan berpisah dengan sayang. Iya kan.?”

“untungnya Sang Pencipta telah membuat scenario terhebat dan dia menemukan sayang lagi dengan Mba Tari. Semua terbuka dengan jalannya dan sayang bisa kembali pada cinta pertama sayang.”

“aku bersyukur Mba Tari mengajari sayang, tentang cinta dan kasih sayang. Dan aku menjadi wanita yang sangat sempurna, ketika sayang memberikan semua kesetiaan dan cinta sayang kepadaku dan Angel.”

“sekarang waktunya sayang kembali kecinta pertama sayang, dan memberikan semua cinta sayang kepada Mba Tari dan anak – anak sayang kelak.”

“kami disini sudah tenang dan kami disini sudah dipenuhi cintanya sayang.” Ucap Lia sambil melepaskan pegangan tanganku, lalu berjalan kesebelah Angel dan Angel juga melepaskan pegangan tanganku, lalu berdiri disamping Lia.

“aku pamit ya sayang.” Ucap Lia

“pamit ya pah..” sambung Angel.

“tidak bisakah kalian lebih lama lagi disini.?” Ucapku dengan deraian air mata.

“engga.. kami telah memiliki kebahagian tersendiri dan sayang juga harus memiliki kebahagiaan sendiri.” Ucap Lia.

“kita pasti akan bertemu lagi pah.. dan kita semua pasti akan berkumpul bersama, termasuk dengan adek – adek Angel juga.” Ucap Angel.

Mereka berdua tersenyum lalu membalikan tubuh mereka, dan berjalan kesebuah lorong yang bercahaya sangat terang sekali.




“LIAAAA.. ANGEELLLL..” ucapku sambil membuka kedua mataku dan menegakkan dudukku. Pikiranku tegang dan keringat membasahi seluruh tubuhku..

“kedukaan yang pernah kualami selama ini, tidak ada apa – apanya dibanding kan dengan apa yang kamu alami.” Ucap seseorang yang duduk disebelahku.

Aku lalu menoleh kearah orang tersebut dan dia adalah Sandi Purnama Irawan, sahabat karibku.

“kamu adalah manusia yang tersabar, terkuat dan terhebat, yang pernah aku temui. Kalau seandainya aku diposisimu, entah apa yang aku lakukan. Mungkin aku akan menggila sejadi – jadinya.” Ucap Sandi sambil menatap lurus kedepan.

“Hiuffttttt.. huuuuu.. entahlah San, aku juga bingung dengan diriku sendiri. Kadang kala aku bisa tenang menghadapi suatu permasalahan, dan ada kalanya aku bingung dengan apa yang akan aku lakukan, setelah mendapat masalah.”

“aku tidak sesabar, sekuat dan sehebat yang kamu pikirkan. Buktinya istriku didalam sana saja, aku tidak sanggup mendampinginya. Padahal dulu ketika Angel Lahir, aku selalu mendampingi Lia ketika didalam ruang persalinan dan aku yang langsung mengendong putri tercintaku itu. tapi aku sekarang terlalu pengecut San. Aku terlalu pengecut. Hikss.. hikss..” ucapku lalu menunduk dan menangis.

“aku paham do.. aku paham.. setelah semua yang kamu alami selama ini, aku paham ketakutanmu seperti apa.” Ucap Snadi lalu mengurut pundakku pelan.

“aku takut san.. aku takut.. hiksss.. hiksss..” ucapku sambil mendekap diriku sendiri.

“aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, darah memenuhi wajah cantik Angelku yang telah meninggal.. dan ditangan ini pula, Lia menghembuskan nafas terakhirnya.. darah segar dua orang yang kucintai itupun, masih tercium olehku sampai saat ini san.. sampai saat ini.. hikss.. hikss..” ucapku.

“kedua wanita yang sangat kucintai itu, telah meninggalkan aku dengan luka dalam yang tidak bisa diobati oleh siapapun juga.. hikss.. hikss.. hikss..” ucapku lagi dan tubuhku menggigil dengan hebatnya

Sandi lalu merapatkan kearahku dan seperti biasa, ketika aku dalam keadaan seperti ini, tangan Sandi langsung mengelus punggungku pelan.. aura mistispun langsung aku rasakan dengan hebatnya, dan aku langsung menoleh kearah wajah Sandi. Bola matanya menghitam dan memerah. Bukan emosi Sandi yang menggila yang aku rasakan, tapi sebuah ketenangan yang langsung membuat alam bawah sadarku, seperti dikendalikan oleh tatapan mistisnya itu.. gilaaa..

“kalau kamu gak sesabar, sekuat dan sehebat sekarang, mungkin kamu gak akan duduk disini do. Jadi tenangkan pikiranmu, semua akan baik – baik saja..” ucap Sandi dengan tatapan matanya yang sangat dalam sekali itu.

“Hiuffttttt.. huuuuu..” aku menarik nafasku dalam - dalam lagi, lalu mengeluarkannya perlahan..

“Pak Aldo.. bayi kembar anda lahir dengan sehat dan selamat..” ucap seorang suster yang berdiri didepan ruang operasi..

Aku terdiam dan tidak sanggup berucap apapun. Aku terdiam sambil terus menatap wajah sang suster yang ada dihadapanku ini.

“Pak Aldo..” ucap sang suster..

“Pak..” kembali sang suster memanggilku.

Air matakupun langsung menetes seketika. Entah ini karena mengingat Angel dan Lia, atau karena kabar bahagia yang baru disampaikan suter ini.

“Pak Aldo..”

“eh.. iya sus..” ucapku lalu aku membersihkan air mataku yang mengalir.

“jangan tegang lagi Pak.. Bapak ga mau lihat putra putrinya dulu kah..? supaya bisa menenangkan ketegangan Bapak dari tadi.” Ucap sang suster lalu tersenyum.

“oh iya sus.. tapi bagaimana keadaan istriku sus..?” tanyaku sambil berdiri dan kembali aku membersihkan sisa - sisa air mataku.

“Bu Tari sehat Pak.. beliau cari Bapak dari tadi didalam..” ucap sang suster.

“oh iya sus.. terimakasih..” ucapku, lalu sang suster membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju ruang operasi.

“masuklah do.. kamu akan menemukan arti kedamaian yang sebenarnya didalam sana..” ucap Sandi sambil menepuk pundakku pelan.

Aku lalu menoleh kearah Sandi, dan tatapan matanya sudah menghitam dan memutih seperti biasa. Dia mengangguk pelan lalu tersenyum.

Aku lalu berdiri dan dengan langkah yang bergetar, aku pun masuk kedalam ruang operasi.

Dan ketika aku sudah didalam kamar operasi, aku disambut oleh senyum manis istriku, lalu deraian air matanya tumpah seketika..

“Ayah.. hiks.. hiks..” ucap Istriku dengan wajah yang masih terlihat memucat dan terbaring diranjang operasi. Kedua tangannya pun langsung diarahkan kepadaku dan dia butuh pelukanku saat ini.

Kembali aku tidak bisa berucap apapun. Aku langsung mendatangi istriku dan dengan perlahan, aku membungkukan tubuhku lalu memeluk pelan istriku tercinta ini.

“hiks.. hiks.. anak kita lahir yah.. anak kita sudah lahir hiks.. hiks..” ucap istriku dengan tangis haru dan bahagianya.

“hikss.. hikss.. hupss..” istriku menangis lagi, lalu dia seperti menahan sakit sambil memelukku dengan erat.

“sabar Bunda.. sabar.. tenangkan dirimu.. bekas operasimu pasti akan sakit kalau kamu menangis terus..” ucapku menenangkan Tari sambil mengelus punggungnya dengan lembut dan suaraku yang bergetar..

“hiks.. hikss..” tangisnya pun perlahan mulai mereda.

“oeee.. oeee… oeeee..” terdengar suara tangis bayi didalam incubator.

Aku lalu melihat kearah wajah istriku dan istriku mengangguk pelan.

Akupun langsung berjalan kearah incubator dan melihat dua bayi mungil kami didalamnya.

Hiuuffttt.. huuuuu.. bener kata Sandi. Inilah kedamaian yang sebenarnya. Ketika kita melihat wajah polos anak kita yang baru lahir, kita akan menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Aku pernah merasakan ini sebelumnya, ketika Angel Lahir.

Gilaa.. Aku kira kedamaian itu tidak akan datang lagi. Ternyata Sang Pencipta masih menyayangi aku dan memberikan aku kesempatan untuk berbahagia lagi. Bahagia itu bernama Adelio dan Adelia.



#cuukkk.. cinta, bahagia, duka dan sengsara, berjarak sangat dekat sekali kawan. Jadi nikmatilah secukupnya, karena Sang Pembuat Hidup, bisa membolak balikan semuanya, dalam satu kejapan mata.
 
Terakhir diubah:
Selamat siang Om dan Tante.
Ijinkan saya untuk mengupdate cerita untuk meramaikan gelaran akbar ini.
Semoga berkenan dan selamat menikmati.

Terimakasih karena diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Salam hormat dan salam persaudaraan. :beer:
 
Terakhir diubah:
ikut kemana om, hahaha??

liat aja ntar om, masih bingung buat ide ceritanya
ahhh gak mungkin om @D 805 KI bingung cari ide.
jangan terlalu merendah om, entar aku bingung mau ambil bawahnya lagi.. :Peace:
 
Akhirnya sang legend kembali reborn.. :tepuktangan: :tepuktangan: :tepuktangan:
Apakah ini berarti sebuah pertanda kelanjutan atas segala hal hal yg tertunda sebelumnya..???

Atau ini hanya sebuah..???:(:(
sssttttttt.. entar ada kelanjutannya om.. :Peace:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd