Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cah Rantau: Mbak Narti

Mohon maaf baru sempat Update tipis-tipis suhu semua. Mohon maaf kalau banyak typo dan ceritanya kurang menarik. Silahkan dinikmati.

Gagal Liburan: Budhe Yayuk

Walaupun sudah membuka jalan dengan Mbak Narti, sudah hampir sebulan aku belum bisa kembali berbagi keringat lagi dengannya karena berbagai kesibukan dan tidak sinkronnya jam kerja kami, apalagi terkadang aku harus menginap di kantor hingga beberapa hari ketika harus kejar target. Terlebih lagi, entah mengapa aku sedikit merasa sungkan padanya setelah acara memasak daging kurban beberapa waktu yang lalu walaupun sebenarnya dia bersikap biasa saja, bahkan cenderung lebih berani menggodaku. Mungkin nanti pasca liburan akhir tahun akan mencoba peruntunganku padanya lagi.

Akhir tahun akhirnya aku memutuskan pulang kampung karena Bos mengijinkan kami untuk libur mulai dari Natal sampai tahun baru. Aku bersyukur karena setelah pekerjaan yang super padat akhirnya mendapatkan jatah liburan hampir seminggu. Aku tiba di rumah ketika suara Adzan subuh masih bersahutan setelah semalaman naik Bus dari Pulogadung disambung dengan naik ojeg, dan memutuskan untuk tiduran saja di atas dipan kecil di teras rumah, tak mau mengganggu istirahat penghuninya, hingga benar-benar tertidur dan dibangunkan oleh penghuni rumah yang kaget dan sempat dikira orang gila karena memang lokasinya berada di tepi jalan. Di rumah, tinggal Kakak tiriku Mbak Atik, Mas Agung suaminya dan anaknya yang masih SD (I respect my older sister so much, nggak usah ngarep ada cerita ML dengan beliau, hehehe). Pagi itu kuhabiskan dengan bercengkrama dengan mereka dan bermain-main dengan ponakanku. Riang sekali dia mengetahui pamannya pulang. Selepas Mas Agung berangkat kerja dan Ponakanku Sekolah, aku memaksa kakakku untuk ke pasar untuk membeli berbagai kebutuhan sehari-hari. Aku bersyukur penghasilanku di Ibu kota terasa lebih dari cukup untuk sekedar membelikan barang belanjaan untuknya karena aku tahu penghasilan Mas Agung hanya pas-pasan, walaupun begitu, aku sangat menghormatinya karena dia adalah sosok baik, pekerja keras dan bertanggung jawab.

Agak siang selepas muter-muter di pasar, aku tidur di kamar yang dulu kutempati. Jauh lebih bersih dan rapi daripada saat kutempati dulu. Kakakku memang orang yang gemati (care), walaupun sebenarnya aku bukan adik kandungnya. Hari hampir gelap ketika kudengar suara gaduh di depan. Samar-samar aku dengar suara gaduh orang bercakap-cakap dan tangisan dari orang yang sepertinya agak familiar bagiku. Aku bangkit dan keluar dari kamar ketika tamu sudah pulang. Kulihat wajah Mbak Atik entah cemas dan sedikit kesal aku tidak tahu.

‘Barusan tadi siapa Mbak?’ Tanyaku.

‘Budhe Yayuk, baru saja si Tono kecelakaan di deket kabupaten, mobilnya nabrak pohon dan luka parah dan dibawa ke rumah sakit.’ Budhe Yayuk sepupu dari Ayah Mas Agung, sedangkan Tono anak kedua Budhe.

Mas Agung pulang selepas Maghrib. Ketika diberitahu masalah Budhe Yayuk tadi, dia malah marah-marah. Memang seingatku dulu hubungan antara keluarga Mas Agung dengan Budhe Yayuk tidak begitu baik, kami yang merasa kecil memilih untuk mengalah dan menyingkir karena dari dulu dia terkenal serakah, sombong dan galak. Orang juga menganggap ialah yang membuat suaminya meninggal karena sakit jantung sebab dimarahi setiap hari. Mas Agung pun menyimpulkan, pasti keluarga besarnya telah menutup pintu untuknya, sehingga Budhe Yayuk datang kemari. Belum selesai kami ngobrol, pintu depan diketok-ketok orang. Guest Who? Budhe Yayuk lagi. Kali ini dia datang sambil menghiba kepada Mas Agung untuk meminta bantuan mengurusi anaknya di rumah sakit. Aku tahu kondisi Mas Agung saat ini, dulu dicampakkan, sekarang disembah-sembah ketika minta bantuan. Aku tahu sifat Mas Agung, baik, tekun tapi kuat pendiriannya dan tak pernah goyah sedikitpun. Mbak Atik jadi merasa serba salah dan menatapku dengan melas. Kemudian aku meyakinkan Mas Agung dan minta ijin menggantikannya, walaupun pada awalnya Mas Agung menentang.

‘Budhe, gimana kalau aku saja yang coba bantu, Kasian Mas Agung baru pulang dan besok pagi sudah jalan lagi. Mumpung saya lagi liburan.’

‘Yowes, kalau kamu mau ya ndak apa-apa. Minta tolong ya Le.’

Akupun mengambil jaket jaket dan pamit pada Kakakku dan kemudian ke rumah sakit dengan Budhe mengendarai motor matik yang masih baru. Kami tidak banyak cakap waktu itu. Dari parkir motor kami langsung ke UGD untuk melihat kondisi Mas Tono. Di sana aku tidak terlalu lama dan hanya disarankan untuk standby, sementara Budhe wara-wiri mengurus administrasi dan kebutuhan lain. Beruntung tadi Budhe sudah menyiapkan bekal dari rumah berupa tikar dan beberapa makanan kecil plus termos. Jam 9 malam kami terpaksa menggelar tikar berada di emperan dekat dengan UGD karena beberapa lokasi yang terang dan strategis sudah ditempati orang lain yang juga menunggui sanak saudara mereka yang sakit, untungnya tempat itu masih lumayan dekat tetapi jarang dilalui orang karena berada di sudut, plus minim penerangan dan nyamuknya luar biasa banyak. Akupun terlibat obrolan dengannya. Dia bercerita tentang anak pertamanya yang jarang nengok, Mas Tono yang agak ndugal dan Tina, anak ketiganya yang yang belum lama melahirkan, dan diapun menyadari tentang kesalahan-kesalahan di masalalunya yang menyebabkan dujauhi keluarga besarnya dan bahkan meminta maaf kepadaku. Tak lama iapun minta ijin untuk berbaring dan kemudian tertidur sementara aku tetap membuka halaman sosial media menggunakan HP Android murah dengan brand lokal.

Sejenak akupun merenung, gini amat sih pulang kampung. Niatnya liburan sambil refreshing tapi malah nyasar di emperan rumah sakit, bareng emak-emak lagi. Sebagai gambaran, bentuk tubuhnya khas ibu-ibu yang berusia hampir setengah abad, dada membusung berukuran agak besar, agak gemuk, perut agak buncit, pantat yang besar dan tingginya tak lebih dari pundakku. Ia mengenakan gaun mirip gamis tapi hanya sebatas bawah lutut dan legging hitam tipis membungkus bagian bawah tubuhnya. Tapi tak apalah, anggap saja membantu kakakku.

Samar-samar kudengar getaran HP yang ternyata di dekat sandal di belakang tubuh Budhe, yang ternyata tak cukup mampu untuk membuatnya terbangun. Awalnya kubiarkan saja, tapi lama kelamaan risih juga setelah ada beberapa panggilan tak terjawab. Khawatir jika itu adalah dari pihak kepolisian atau orang rumah, akupun mengambil HP Android dengan brand asal Korea punya Budhe. Sebenarnya aku ingin membangunkannya, tapi entah kenapa malah penasaran, dan akupun beruntung karena HPnya ternyata tanpa kunci kode pola ataupun pin.

Kulihat dari bar notifikasi: 6 Panggilan Tak terjawab – Mas Yono

Selanjutnya Kulihat notifikasi di WA, beberapa dari grup keluarga, ibu-ibu kampung dan lain-lain. Namun ada satu yang membuatku penasaran:

Mas Yono (yang entah siapa aku tak tahu)

Dik, aku kangen…

Dik, mbok diangkat…

(Foto)

Akupun tambah dibuat penasaran olehnya. Agar tidak membuatnya curiga di lain waktu, akupun langsung membuka galerinya. Di folder kamera, isinya hanya berisi sekumpulan foto yang bagiku kurang menarik. Kemudian aku lanjutkan masuk ke folder WhatSapp, isinya campur aduk di situ dan ternyata ada foto kelamin laki-laki entah punya siapa. Tambah penasaran, sambil memastikan ia tetap masih tertidur, akupun masuk manajer file dan langsung ke folder WA: Gambar dan video terkirim. Dan benar saja, di situ aku melihat beberapa foto vulgar Budhe. Mulai dari yang berpakaian minim, hanya pakai BH, topless dan bahkan kemaluannya yang bulunya sangat rimbun. Di folder video terkirim, aku menemukan beberapa video isinya mirip dengan foto, yang kemudian aku kirim ke HP ku menggunakan Bluetooth. Baru saja selesai berkirim file, masuk lagi panggilan dari orang yang sama. Aku kemudian membangunkan Budhe Yayuk bahwa ada beberapa panggilan yang masuk. Kulihat ia mengetik pesan kemudian meletakkan kembali HP nya. Tak lama kemudian HP bergetar dan sekilas kulihat masih orang yang sama, iapun kemudian menjawab sambil ngomel dan meletakkan kembali HP nya tanpa tanpa sadar tidak menutup Aplikasi WA dan layar masih nyala, dan jelas terlihat beberapa foto masuk yang isinya terlihat jelas: kelamin laki-laki. Karena kulihat ia belum tertidur, aku iseng bertanya.

‘Budhe mau nikah lagi?’

‘Ngapain to Mas, aku wes tuwo’.

‘Umur kan bukan alasan Budhe, tu Buktinya masih pacaran dan kirim-kiriman foto anu’. Pancingku. Iapun terkesiap.

‘Kurang ajar, Kamu buka-buka HPku?’ ia terlihat marah, tapi masih bisa merendahkan suaranya.

‘Enggak, itu dari tadi WA nya nggak ditutup sama Budhe, nggak perlu saya buka udah kelihatan semua’.

Iapun terlihat gugup.

‘Budhe, hati-hati kalau pacaran. Apalagi sampai kirim-kirim foto dan video itunya. Kalau kemudian dia minta duit banyak lalu ngancam disebar terus piye Budhe, apalagi misal video Budhe lagi nguleg itunya trus kelihatan muka lalu nyebar?’ kataku sedikit menakutinya. Padahal, kalau nyebar tinggal laporain ke Polisi aja pake pasal UU ITE, tapi ntar dulu, sepertinya ada peluang ini sama Ibu-ibu setengah abad.

Kemudian iapun beringsut mendekat dan memegang tanganku memohon-mohon agar aku tidak bercerita kepada orang lain. Akupun tak langsung menjawab.

‘Katanya wes tuwo, kok masih pacaran Budhe?’

‘Budhe manusia normal Mas, kalau dipancing tiap hari dan yo nyangkut dan masih bisa panas’.

‘Budhe udah pernah gituan sama dia?’ tanyaku tanpa segan.

‘Yakin Mas, belum pernah, kan tempat Budhe rame orang. Kalau bawa tamu yang tidak wajar yo bahaya tha?’

‘Oh, artinya, kalau ada kesempatan berarti mau ya Budhe?’

‘Ih Mas kamu ngomong opo tha, terus maunya apa?’

'Ya nggak apa-apa. penasaran aja'. Jawabku santai.

Mungkin karena sudah gemes dengan cecaran pertanyaanku, tiba-tiba saja dia meraba selangkanganku lalu meremasnya dan langsung menangkap basah Lil P ku yang memang sudah tegang dari tadi.

‘Kowe ngaceng Mas?’ Bisiknya sambil tertawa kecil.

‘Budhe aja masih bisa panas, opomeneh aku yang masih muda.’ Kilahku kikuk, tanpa berusaha memindahkan tangannya dari sana.

Suasana malam itu sangat mendukung untuk berbuat lebih. Sudut lorong dengan teras pembatas dengan tinggi setengah meter yang jarang dilalui orang ketika malam hari dan penerangan yang sangat minim, ditambah lagi dengan rintik hujan di penghujung tahun yang semakin deras.

Budhe berusaha menelusupkan tangannya ke dalam celanaku, dan kubantu dengan mengendorkan ikat pinggang. Kemudian iapun mulai memainkan mainan barunya dengan meremas-remas dan mengocok perlahan walaupun terasa kurang nikmat karena sempit. Akupun tidak mau kalah, aku mendorong dia agak maju dan memposisikan dia menyandar padaku. Kedua tanganku masuk melalui bagian bawah gaun panjangnya dan langsung ke atas melepas kait bra menuju payudaranya. Kuremas-remas keduanya bersamaan, kemudian kuputar-putar putingnya.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, naik juga gairahnya. Nafasnya menjadi naik turun tak beraturan. Sementara tangan kanan masih asyik di putting, Tangan kiriku kemudian turun menyusuri perut, kuusap-usap sebentar dan menyusup ke dalam legging dan celana dalamnya. Disana kurasakan rimbunan bulu yang sangat lebat dan cenderung kusut di atas permukaan daging tebal yang membusung. Kebawah lagi hingga kurasakan sela-sela bibir yang sudah basah dan lengket oleh cairan kental. Lalu kuusap perlahan tonjolan daging kecil yang lembut di ujung atas lipatan bibir lembut itu. Seketika Budhe Yayuk menghentikan gerakan pada Lil P ku walaupun masih menggenggam, dan tangan satunya menahan tanganku yang sedang membelai clitnya.

Sementara itu, hujan turun dengan sangat deras yang membuat kami semakin terlarut dalam kenikmatan. Akupun mengeluarkan tangannya dari dalam celanaku, menidurkannya dan kemudian menyingkap gaunnya hingga payudara. Kini gantian tangan kananku yang membelai clitnya dan mulutku menghisap habis putingnya, bergantian kiri dan kanan. Budhe pun semakin tidak kontrol dan tiba-tiba menarik tanganku keluar.

‘Mas, aku ora tahan, piye iki aman nggak?’ Katanya sambil terengah engah.

‘Lanjut Budhe.’ Jawabku, sambil berusaha meloloskan legging dan CD dari pahanya. Dia merespon dengan mengangkat pantat dan membuka pahanya lebar ketika sudah terlepas. Aku sendiri kemudian membuka celana jeans dan hanya menyisakan celana boxer yang agak longgar saja, dan kemudian menempatkan diri di antara dua kakinya. Gaun bawahnya kusingkap hingga sebatas pusar dan Dengan sedikit menyingkap celana, aku keluarkan Lil P ku dan kugesek-gesekkan ke bibir vaginanya yang tebal. Kucoba menekan lebih dalam tetapi gagal karena terasa seret dan tidak nyaman. Akhirnya aku berinisiatif untuk membasahi lubangnya dulu. Akupun turun dan menempatkan wajahku tepat di depan vaginaya. Aku tak begitu suka aromanya (enak punya Mbak Narti) tapi tetap saja kujilat. Awalnya kujilati labia mayoranya, kiri dan kanan kemudian sedikit ku kuak isinya dan kusapukan lagi lidahku dari mulai clitnya kemudian sampai ke lubangnya. Budhe merespon dengan menjambak rambutku dan sesekali pantatnya naik turun sampbil menjepit kepalaku hingga membuatku gelagapan tak bisa nafas. Akupun bangkit melepas boxer dan CD kemudian kembali mencoba memasukkan Lil P ku ke vaginanya, dan masih tetap kesulitasn hingga akhirnya Budhe memegangi Lil P ku kemudian digesek-gesekkan ke area clit dan mengarahkannya ke lubang nikmatnya. Sensasinya luar biasa saudara-saudara, hingga membuatku bergidik keenakan.

‘Tekan Mas, alon-alon. Dah lama nggak dimasuki burung.’ Instruksinya sambil menggigit bibir.

‘Tahan ya Budhe.’ Jawabku sambil pelan-pelan menekan pinggulku dan membuat Lil P ku perlahan menerobos lubang nikmat punya Budhe. Terasa agak linu karena sempit sekali dan seret. Mungkin karena pengaruh umur yang membuat hormon tak lagi memproduksi cairan pelumas dengan jumlah yang cukup. Dengan penuh perjuangan beserta gangguan dari nyamuk yang mengerubungi sekitar pantatku, akhirnya Lil P ku bisa sepenuhnya masuk walaupun masih terasa agak seret dan kurang nyaman.

Dengan kondisi yang sama sekali tidak aman, aku berusaha untuk meminimalisir suara gerakan kami. Tak bisa kulihat ekspresi Budhe saat intu karena keadaan gelap gulita, yang pasti, nafasnya naik turun tak beraturan. Dengan posisi aku berada di atas dengan bertumpu pada kedua tanganku, Perlahan aku genjot Budhe dengan ritme pelan dan konstan. Berbeda dengan Mbak Narti, Budhe Yayuk ternyata sangat cepat panas. Terbukti dengan lenguhan kecil yang sepertinya tak mampu ia tahan. Akupun menurunkan badan dengan bertumpu pada siku dan berusaha menyumpal mulutnya dengan bibirku untuk meminimalisir gaduh yang ditimbulkannya, iapun merespon dan kami saling melumat bibir dan lidah hingga air liur kami agak membanjir di sekitar mulut. Untuk acara adu mulut ini, Budhe Yayuk terasa lebih lihai dibandingkan Mbak Narti. Ia tak segan untuk menggigit kecil bibirku, menyedot dengan buas lidahku hingga meloloskan lidahnya ke rongga mulutku.

Lama hanya pasif, iapun mulai sedikit-sedikit merespon, mulai dengan mengangkangkan kedua kakinya lebih lebar dan memegangi kedua lututnya sendiri dan Sesekali ikut menggoyangkan pinggulnya walau awalnya hanya pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin intens hingga sedikit membuatku leluasa bergerak dan melesakkan Lil P ku lebih dalam ke lorong rahimnya yang membuatku kelojotan. Alamat cepet jebol aku kalau dibiarkan seperti ini terus-terusan, hingga Akupun berhenti sebentar untuk menurunkan tensi si Lil P dan menaikkan gaunnya hingga sebatas lehernya dan kemudian membebaskan kedua payudara dari kungkungan bra yang dipakainya. Tak butuh waktu lama aku langsung menerkam kedua bulatan kenyal itu dengan mulutku yang membuat Budhe semakin beringas keenakan dan menggoyangkan pinggulnya lebih liar sementara aku masih menahan untuk tidak melakukan pompaan pada vaginanya. Puas memainkan payudaranya, akupun kembali melumat bibirnya dan mulai melakukan pompaan dengan perlahan dan terkadang dengan tempo yang tidak beraturan, tiba-tiba cepat dan terkadang lambat. Gantian sekarang Budhe yang mulai blingsatan. Tempo goyangan pinggulnya semakin cepat dan tiba-tiba memeluk tubuhku yang membuatku menindih tubuhnya. Tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan di belakangku dan menjepit pinggulku sangat kuat, juga tangannya mencengkeram dan mencakar punggungku sehingga membuatku tak bisa bergerak. Ia sedikit menjerit tertahan sambil terengah-engah dan kurasakan Lil P ku seperti diremas-remas oleh daging hangat dan basah. Sejenak kami mematung dengan posisi saling peluk. Kubiarkan Budhe menikmati sisa orgasme yang entah kapan terakhir kali ia rasakan, kemudian Budhe menurunkan lilitan kakinya di pinggangku dan melebarkannya.

Sejenak kemudian akupun melanjutkan pendakian kenikmatan yang sempat tertahan. Terasa sangat licin di bawah sana sehingga memudahkan pompaanku pada vaginanya. Tubuh Budhe sedikit terguncang-guncang tanpa perlawanan, seolah diriku sedang menyetubuhi gedebok pisang. Makin lama kurasakan tak mampu lagi untuk menahan desakan kenikmatan dari beradunya dinding Lil P ku dan dinding kemaluan Budhe. Kuayunkan pinggulku makin cepat hingga selangkangan kami bertabrakan dan hingga akhirnya tak kuasa lagi untuk menahan desakan dari dalam tubuhku, kulesakkan dalam-dalam Lil P ku menghujam lorong rahim Budhe disertai dengan semburan-semburan benih cikal bakal kehidupan yang sepertinya tidak akan sempat tumbuh dan berkembang menjadi manusia. Akupun lemas dalam posisi memeluk dan menindih seorang wanita paruh baya bernama Rahayu yang sering dipanggil Yayuk, orang dikenal dengan galaknya, angkuhnya, beringasnya, kini takluk di bawah kangkangan tubuhku. Suatu pencapaian patut kubanggakan untuk diriku sendiri, aku sangat puas.

Kami sama-sama terengah-engah, bermandi keringat walaupun udara di sekeliling kami dingin karena hujan lebat yang belum terhenti. Setelah beberapa lama, Lil P ku mengecil dan keluar dari vagina Budhe dengan sendirinya. Akupun bangkit dari pelukannya dan melangkah ke pojok dekat tembok belakang tak jauh dari posisi kami untuk menadah air hujan dari talang air kemudian mencuci Lil P ku dengan air hujan ternyata sangat dingin sekalian kencing, Lil P ku semakin menyusut dan terkulai tak berdaya yang kemudian kuseka menggunakan tissue yang dibawa Budhe. Kupakai kembali CD, boxer dan celana panjang kemudian berbaring di samping Budhe yang masih telanjang bagian bawahnya. Kenikmatan pergumulan tadi ternyata mampu mengalihkan gatal akibat gigtan nyamuk, yang kini mulai terasa merata di sekitar betisku. Sial.

‘Budhe, celananya dipakek, banyak nyamuk’. Bisikku.

‘Lha emang kamu nggak cebok?’.

‘Udah, pake air hujan. Bersih kok, tapi dingin.’ Jawabku nyengir.

‘Edan kowe Mas, aku ke WC dulu, kowe jaga barang-barang?’.

Sekitar jam 11 malam, Ia bangkit sambil merapikan gaun dan memasukkan legging dan CD nya ke dalam plastik kresek kemudian menuju WC tanpa mengenakan celana dalam. Beruntung dia tak membawa serta HP nya sehingga aku kembali melancarkan operasi seek and send ke HP ku, yang ternyata tak ada yang lebih spesial selain yang telah ku kirimkan ke HP ku sebelumnya. Hanya saja kali ini aku leluasa membuka isi pesan pada sosial medianya, kemudian membuka history web browsernya. Dan memang, aktivitas nakal di sosial media hanya dengan satu orang saja, tak lebih, juga tak ada history di Web browsernya - tak pernah dipakai.

Aku meletakkan kembali HP nya setelah tanpa meninggalkan jejak sama sekali sehingga dia sama sekali tak curiga ketika kembali dari WC dan membuka HP nya. Kamipun kembali berbincang-bincang sejenak, dia bertanya banyak tentang aktivitas seksku selama ini dan tentunya tak kujawab sepenuhnya dengan jujur dan sepakat untuk megulangi lagi di lain kesempatan. Tak berapa lama kantuk menyerang kami dan tak lupa aku setting alarm jam 4.45 pagi. Kamipun tidur di bawah kain jarit (sejenis kain batik lebar) sambil berpelukan, dan sempat saling lumat bibir dan saling remas sebelum terlelap dalam gelap hingga alarm ku menyalak di pagi buta.​
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd