Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita dari Rantau Pulung (1): Tante Masitoh Partner Seksku (Copas + Bonus Gambar)

RoccoSifreddy

Semprot Baru
Daftar
18 Sep 2017
Post
34
Like diterima
237
Bimabet
Selamat menikmati kamis malam suhu....


Cerita dari Rantau Pulung (1): Tante Masitoh Partner Seksku (Copas + Bonus Gambar)

Aku dalam perjalanan pulang setelah mengantar Tante Masitoh kondangan di Rantau Pulung dengan sepeda motorku, melewati jalanan tanah yang masih agak licin karena beberapa hari yang lalu hujan. Tanteku itu berkulit bersih, berbadan agak gemuk, bokongnya besar dan teteknya juga besar. Setahuku, ia pernah menikah tiga kali dan sudah bercerai dengan semua mantan suaminya. Sebelumnya, aku tak pernah memikirkan sepupu jauh dari bapakku itu, sampai beberapa minggu yang lalu aku tanpa sengaja memergokinya sedang berduaan dengan Bang Tosan, anggota tentara yang bertugas di desaku. Saat itu aku hendak ke rumahnya membeli gado-gado, karena Tante Masitoh –Aku memanggilnya Bi Itoh—memang membuka warung makan untuk menghidupi dirinya. Satu-satunya anaknya, Nunung yang seumuran denganku sudah menikah dan tinggal dengan suaminya di Batam.

0608b7647824243.jpg
[/
SPOILER]

Aku memang datang dari belakang rumahnya waktu itu, dan saat mendekat, terdengar obrolan Bi Itoh dengan Bang Tosan itu. Aku berhenti dan menguping. Rupanya waktu itu Bi Itoh sudah menutup warungnya dan bersama dengan Bang Tosan di dalam rumahnya.

“Udah.. nanti Abang kasih lah... gampang itu...” kata Bang Tosan, aku hafal betul suaranya. “Sekarang kita senang-senang dulu, Abang udah kangen betul sama kau...” lanjutnya.

Aku penasaran, lalu mengintip ke dalam lewat dinding rumahnya yang terbuat dari papan yang disusun dan punya banyak celah.. dan... aku melihat Bang Tosan sama Bi Itoh sama-sama telanjang... lalu... yah begitulah.. aku mengintip apa yang mereka lakukan sampai selesai, dan pulang tanpa jadi beli makanan... Sejak itu, pikiranku soal Bi Itoh berubah. Aku jadi sering memperhatikannya, dan mengingat apa yang dilakukannya dengan Bang Tosan.

Sampai tadi pagi, Bi Itoh memintaku mengantarnya ke kondangan temannya. Aku memang sering nyambi jadi ojek saat pulang kerja di perkebunan. Di tempat kondangan, aku melihatnya bertemu dengan Bang Tosan, dan Bi Itoh tampak gusar karena Bang Tosan asyik bersama dengan seorang perempuan lain yang juga bukan istrinya. Karena itulah, setelah menyalami penganten, Bi Itoh segera mengajakku pulang dengan muka masam.

“Bi, tadi Bang Tosan nyariin Bibi...” kataku di jalan.
“Alaaah udah, jangan ngomongin dia!” kata Bi Itoh dengan ketus.
“Kenapa sih Bi? Bukannya Bibi selama ini dekat dengan dia!” tanyaku lagi.
“Ah kamu tau apa...” katanya lagi.
“Ya tau lah Bi... Bibi kan punya hubungan spesial dengannya!” aku memancingnya lagi.
“Udah diem ah... sok tau kamu!” katanya lagi.
“Tau lah Bi.. kan saya pernah liat Bibi lagi berduaan dengannya...” aku makin berani, entah kenapa.
“Berduaan gimana? Dia kan emang sering ke warung, beli makan!” katanya.
“Yaa berduaan... Bibi sama dia, lagi begitu...” jawabku.

CyrSAi7UAAE-6eG.jpg
[/
SPOILER]

Tiba-tiba Bi Itoh mencengkram pundakku, “Berhenti dulu!” katanya. Aku mengerem motor dan meminggirkannya.
“Apa kamu bilang tadi?” tanyanya sambil menatapku dengan tajam.
Aku kaget juga digituin, “Nggak Bi...” kataku.
“Kamu ngomong apa tadi?” tanyanya lagi.
“Maaf Bi... saya nggak sengaja!” kataku lagi.
“Apa yang kamu lihat? Jawab yang jujur!” katanya lagi.
“Saya bilang, saya pernah liat Bibi berduaan dengan Bang Tosan!” jawabku.
“Berduaan gimana maksudmu?” tanyanya lagi.
“Yaaa gitu Bi... begituan...” jawabku lagi.
Bi Itoh diam sejenak, “Kamu liat sama siapa?” tanyanya, kali ini agak lembut.
“Sendirian Bi...” jawabku.
“Terus kamu cerita sama siapa?” tanyanya lagi.
Aku menggeleng, “Saya nggak cerita sama siapa-siapa Bi...” jawabku.
Ia melepaskan tangannya dari pundakku, “Bagus kalo gitu... tolong jangan cerita sama siapa-siapa ya Dang... takut kedengeran istrinya, gawat!” kata Bi Itoh.
“Tapi kenapa Bibi melakukannya kalau takut sama istrinya?” tanyaku.
Ia menunduk, “Kamu kan udah gede Dang, udah tahu kebutuhan laki-laki dan perempuan dewasa...” jawabnya.
“Terus, kenapa harus sama Bang Tosan sih Bi, kan dia punya istri?” tanyaku lagi.
“Yaah dia kan tentara, fisiknya bagus, dan bisa memuaskan perempuan.. tapi ternyata.. dia mainnya sana-sini...” jawabnya.
“Kamu jangan bilang siapa-siapa ya Dang...” katanya lagi sambil menatapku.
“Saya nggak bakalan bilang siapa-siapa Bi.. tapi...” kataku.
“Tapi apa?” tanyanya.
“Tapi... Bibi harus ngajarin saya!” kataku.
“Ngajarin apa?” tanya Bi Itoh dengan ada meninggi.
“Ngajarin kayak Bang Tosan!” jawabku.
Dan, plak... ia menampar pipiku. “Kamu jangan macam-macam ya... begini-begini aku ini tantemu!” katanya.
“Tapi kan, tadi Bibi bilang, Bibi butuh... saya juga butuh Bi.. pengen ngerasain!” jawabku, terlanjur.
“Iya, tapi nggak sama aku, kamu nyari perempuan lain sana!” hardiknya.
Aku menggeleng, “Saya pengen sama Bibi...” jawabku.

Ia membentak lagi, “Kamu jangan gila Dang!” katanya.
Aku turun dari motor dan berdiri di depannya, “Saya nggak gila Bi... saya cuma pengen ngerasain...” kataku.
“Iya, tapi bukan denganku...” katanya.
“Kenapa? Karena Bibi sodara bapak?” tanyaku.
“Ya itu kamu tau!” jawabnya.
“Berarti kalau saya bukan sodara, Bibi mau?” tanyaku lagi.
“Jangan ngomong gitu Dang, dosa!” katanya.
“Apa yang Bibi lakukan sama Bang Tosa juga dosan kan? Kenapa harus ngomongin dosa?” tanyaku.
“Dang... sadar Dang... kamu masih muda, kamu bisa cari perempuan lain yang sebaya...” kata Bi Itoh lagi.
“Saya maunya sama Bibi... kan Bibi bilang, Bibi juga butuh!” kataku sambil menyodorkan tanganku dan menyentuh bagian dada Bi Itoh yang menggelembung, bagian yang sedari tadi menyentuh-nyentuh punggungku, dan aku meremasnya dengan gemas.
Bi Itoh langsung menepis tanganku, “Dang, jangan gila, aku ini Tantemu!” katanya.

Tapi aku kembali mengulanginya, kali ini dengan dua tanganku. Ia menepisnya lagi, turun dari motor dan hampir menamparku lagi, tapi aku sigap menepisnya dan langsung memeluk dan mendekap tubuhnya, terasa dadanya menempel dengan empuk di dadaku. Bi Itoh meronta-ronta, tapi aku makin kuat memeluknya.

“Dang... jangan gila... kalau ada orang lewat, aku bisa teriak lho!” katanya.
“Teriak aja Bi... Bibi tau, jarang orang yang lewat di sini!” kataku sambil kemudian membopong tubuhnya dan menjauhi jalan ke arah pepohonan yang lebat di pinggir jalan itu.

Bi Itoh terus meronta-ronta, tapi tenagaku jauh lebih kuat, sampai akhirnya kakiku tersandung akar dan terjatuh ke depan menindihnya. Dan hal itu malah kugunakan untuk sengaja menindihnya lebih kuat, lalu aku mulai menciumi pipi dan lehernya sambil terus menahan tangannya. Bi Itoh nggak cantik-cantik banget, meskipun dia sudah berdandan saat akan kondangan tadi, tapi aku nggak peduli, karena yang kupikirkan adalah nafsuku.

588e84646945473.jpg
[/
SPOILER]

Sampai suatu ketika aku berhasil menarik paksa kebaya yang dipakainya hingga kancingnya terlepas, lalu tampaklah sepasang gunung kembar yang membulat gede tertutup beha hitam yang juga langsung kutarik dengan kasar. Begitu penutup terakhir gunungnya terbuka, aku langsung menaruh sebelah tanganku dan mulai meremasnya dengan kasar, disusul dega ciuman dan sedotan-sedotan mulutku di puting susunya yang hitam sebesar kelereng.

Aku bener-bener bernafsu, hingga tak lagi mempedulikan tangan Bi Itoh yang memukul-mukul tangan dan kadang kepalaku. Setelah puas menggerayangi susunya, aku menarik rok panjang yang dipakainya, sekalian dengan celana dalamnya, tampaklah di selangkangannya daging tembem yang tertutup bulu hitam lebat. Aku memegangi dua tangannya, lalu mulai menyosor ke arah daging berbulu itu. Bi Itoh tak berdaya karena kakinya terlilit rok, sementara tangannya kupegangi dengan kuat. Ada aroma aneh saat aku menciumi pangkal selangkangannya itu, tapi justru itu membuatku tambah bernafsu, dan tanpa sadar, burungku sudah berdiri dengan tegak.

Aku lalu menindih tubuh Bi Itoh dan satu tanganku kugunakan untuk melepaskan kancing dan resleting celanaku lalu menariknya ke bawah sekalian sambil melepaskan rok Bi Itoh dan celana dalamnya. Begitu roknya lepas, aku langsung menindihnya lagi agar kakinya tak menendangku. Dan batang kontolku pun menempel di atas daging tembem berbulu itu, lalu aku mulai menggosok-gosokkannya.

Tak berapa lama, aku membuka pahanya dengan lututku, kupegangi batang kontolku da kuarahkan ke celah di daging tembem berbulu itu. Lalu aku menekan bokongku, dan batang kontolku meleset. Kuulangi lagi, meleset lagi. Dan pada upaya yang keempat barulah batang kontolku melesak masuk ke dalam celah di selangkangannya yang terasa basah dan hangat itu. Aku menekannya hingga semua batangnya amblas, lalu dua tanganku kembali memegangi tangan Bi Itoh lagi sambil terus menindihnya di atas rerumputan yang basah.

Aku menarik batang kontolku sedikit dan menghujamkannya lagi. Tubuh Bi Itoh menggeliat saat aku menghujamkan batang kontolku itu lalu mengulanginya lagi dan setelah itu aku mulai menggenjotnya dengan makin cepat, merasakan penjelajahan pertama batang kontolku di lubang kenikmatan perempuan yang tak lain dari tanteku sendiri itu, lubang kenikmatan yang memang terasa nikmatnya!

Makin lama, tangan Bi Itoh makin melemah dan tak lagi berontak sekuat tadi sampai akhirnya aku melepaskannya dan memindahkan dua tanganku di kiri dan kanan tubuhnya untuk menyangga tubuhku, sementara tangan Bi Itoh tiba-tiba saja berpindah memegangi pangkal lenganku tanpa melakukan hal yang terlihat sebagai sebuah perlawanan. Bukan itu saja, aku juga merasakan Bi Itoh dengan sukarela membuka selangkangannya lebih lebar hingga aku bisa lebih leluasa menyodokkan batang kontolku lebih dalam lagi.

“Dang... kamu bener-bener gila!” kata Bi Itoh, yang kali ini sudah sama sekali tidak berontak lagi, “Kamu tidak seharusnya melakukan ini pada tantemu sendiri!” lanjutnya. Tapi aku sama sekali tak peduli, dan asyik merasakan kenikmatan yang baru pertama kalinya kurasakan itu.
Sampai suatu ketika, tangan Bi Itoh menampar pipiku dengan pelan. “Bangun dulu!” katanya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala. “Bangun dulu... aku nggak bakalan kabur... aku kesakitan ditindih begini, ada batu di punggungku!” katanya lagi.

Aku sebetulnya tidak terlalu percaya, tapi kasian juga kalau iya. Maka akupun bangkit dan lepaslah kontolku dari lubang kenikmatannya yang makin terasa basah. Bi Itoh bangkit, dan aku segera memegangi tangannya, takut kabur. Ia mendelik, “Aku nggak bakalan kabur... udah tanggung!” katanya, “Aku mau balik badan, pegel!” katanya lagi, dan ia memang membalikkan badannya lalu nungging ke arahku dan menahan tubuhnya dengan lututnya dan dua sikunya, ia lalu melirik ke arahku, “Udah, situ, masukin lagi kalau masih mau!” katanya.

Aku melirik ke bawah, dan tampaklah bulatan bokongnya yang supergede itu, sangan menggairahkan. Dan aku teringat pada apa yang dilakukan Bang Tosan saat itu, ia memasukkan burungnya lagi dari belakang. Aku mengikutinya, lalu setelah batang kontolku kembali amblas, aku mulai menggenjotnya lagi sambil meremasi bulatan bokongnya itu. Enak juga ternyata...

Setelah sekian lama, Bi Itoh melirik lagi ke arahku, “Cabut dulu!” katanya. Kali ini aku percaya kalau dia nggak bakala kabur, makanya aku menurutinya. Setelah batang kontolku yang masih tegak berdiri itu lepas dari lubang kenikmatannya, Bi Itoh bangkit dan mendekatiku, lalu mendorong tubuhku ke belakang hingga tersandar di batang pohon dan kakiku selonjor ke depan.

6a8b21646794503.jpg
[/
SPOILER]﹑

Bi Itoh lalu berdiri mengangkangi pahaku, lalu menurunkan bokongnya, memegangi batang kontolku, dan mengarahkanya ke lubang kenikmatannya lagi sambil menekannya hingga kembali amblas. Tangan Bi Itoh berpegangan di bahuku, lalu ia mulai menaikturunkan bokongnya. Tanganku pun mendarat di bulatan bokongnya dan meremasinya denga gemas, sementara kepalaku kubenamkan di antara dua gunung kembarnya yang gede dan tampak melorot dan ikut berguncang-guncang saat ia menaikturunkan bokongnya. Enaknya....

“Gantian, kamu yang nyodok!” kata Bi Itoh beberapa saat kemudian, dan akupun menyodokkan kontolku dari bawah sambil memegangi bokongnya, sementara Bi Itoh sesekali menggoyangkan bokongnya saat batang kontolku melesak amblas di lubang kenikmatannya. Tak terdengar lagi celotehnya, yang kudengar justru dengusan nafasnya dan suara mulutnya yang kadang terdengar mendesis kadang terdengar seperti mendesah.

Sampai suatu ketika, saat aku sedang menyodokkan batang kontolku dari bawah dengan cepat sesuai dengan permintaanya, tiba-tiba lubang kenikmatannya menjepit batang kontolku dengan sangat kuat, lalu ia memutar-mutar bokongnya dengan cepat, dan tubuhnya mengejang dengan sangat kuat diikuti desahan dari mulutnya, “Aaaah Daaaang....” ia memutar lagi bokongnya, dan tubuhnya mengejang lagi sambil memeluk tubuhku dengan kuat dan lubang kenikmatannya terus menjepit-jepit batang kontolku.

Dibuat begitu, aku mulai merasakan batang kontolku mulai mengedut, aku memegangi bokongnya dan menyodokkannya dengan lebih cepat, dibalas dengan jepitan lubang kenikmatannya dan goyangan bokongnya. Begitu terus, hingga aku merasakan batang kontolku makin berdenyut, dan akhirnya, dalam satu sodokan, batang kontolku menyemburkan amunisinya di dalam lubang kenikmatannya yang menjepit dengan kuat. Tanpa sadar tubuhku juga mengejang sambil meremas kuat-kuat bokongnya.. uuuh rasanya nggak karuan.. nikmat banget... sampai akhirnya aku terduduk lemas dengan batang kontolku yang masih berdenyut dan akhirnya diam...

Bi Itoh pun berhenti, dan duduk di atas pangkuanku, sementara batang kontolku yang tak lagi tegang masih berada dalam lubang kenikmatannya yang basah kuyup oleh cairan licin.

9985b2646599593.jpg
[/
SPOILER]

Aku disadarkan oleh tamparan pelan di pipiku, “Kamu bener-bener ponakan kurangajar!” katanya, tapi tak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya.
Aku megap-megap sambil mengatur nafasku, “Maaf Bi...” kataku pendek, sementara tanganku masih mengelus-elus bokongnya.
Bi Itoh menatapku, “Lain kali... kamu minta baik-baik... nggak kayak gini... kalau gini namanya kamu memperkosaku!” katanya lagi.
“Maaf Bi...” hanya itu yang kembali kuucapkan. Bi Itoh lalu mengangkat bokongnya dan berdiri, maka lepaslah batang kontolku yang sudah terkulai berlumuran cairan putih yang juga merembes di celah lubang kenikmatannya.
Bi Itoh melongoknya, “Lihat, apa yang kamu lakukan... untung aku sudah tua, jadi mungkin gak bakalan hamil gara-gara perbuatanmu!” katanya sambil berdiri di depanku dan menatapku.

Aku hanya diam. Ia sendiri lalu mengambil roknya yang tergeletak dan memberesi pakaiannya. Aku juga lalu mengambil celanaku dan memakainya. “Hancur kebayaku...” kata Bi Itoh sambil memegangi bagian depan kebayanya yang gak bisa ditutup.
“Nanti saya ganti Bi...” kataku.
Ia melirik, “Ayo antar aku pulang, sebelum ada orang yang melihat kelakuanmu ini!” katanya. Aku segera beringsut dan mengikutinya berjalan ke arah motor yang masih terparkir di pinggir jalan.

Aku menghidupkan motor, Bi Itoh naik dan mulai berjalan. Saat motor berjalan tak ada lagi yang bicara, tapi aku merasakan Bi Itoh memeluk punggungku dengan erat, hingga aku bisa merasakan gunung kembarnya menempel di punggungku.

Untungnya, sampai di rumahnya, tak ada orang yang melihat. Aku lalu ikut masuk ke dalam rumahnya untuk numpang bersih-bersih. Saat aku keluar kamar mandi, aku menemukan Bi Itoh juga sudah berganti pakaian. Malu bener rasanya saat aku tahu ia sedang menatapku.
“Bi... maafkan saya ya...” kataku.
Ia mendelik. “Kau ingat janjimu soal Bang Tosan?” tanyanya.
Aku mengangguk, “Iya Bi, saya janji nggak bakalan ngomong siapa-siapa...” jawabku.
“Bagus, karena kalau kamu ngomong, aku juga akan ngomong soal apa yang kamu lakukan padaku!” katanya.
Aku mengangguk, “Iya Bi, jangan bilang-bilang soal yang tadi ya.. saya bener-bener nyesel...” kataku.

Tanpa kusangka, ia malah berdiri dan memelukku. “Kita saling jaga rahasia kita ya...” katanya.
Aku mengiyakan. Ia lalu menatap wajahku yang sangat dekat dengan wajahnya, “Jangan lakukan yang tadi pada perempuan lain ya, kecuali pada istrimu yang sah nanti!” katanya.
Aku mengagguk. “Tapi, selama itu, kamu boleh melakukannya padaku!” kata Bi Itoh lagi.
Aku melongo, “Maksud Bibi?” tanyaku.
Ia tersenyum, “Aku nggak mau lagi bermain api dengan si Tosan itu... tapi karena kamu, aku mau bermain api denganmu....” katanya.
“Ternyata kamu lebih perkasa dari si Tosan, Dang... kamu punya stamina yang bagus, punya barang yang gede... pokoknya, kamu lebih baik dari si Tosan...” sambungnya.
“Kalau kamu mau lagi kayak tadi, kamu tinggal bilang baik-baik, saya akan kasih...” katanya lagi. Aku makin melongo dan hampir tak percaya dengan apa yang kudengar. “Kalau kamu sering ke sini, bahkan menginap sekalipun, tak akan ada orang yang curiga, karena kamu adalah keponakanku... jadi, kita bisa bebas melakukannya.... kamu mau kan?” ia menatapku. Jelas saja aku mengangguk. Ia tersenyum, “Ya sudah, sekarang kamu pulang dulu sana... besok-besok, kamu harus lebih sering ke sini ya!” katanya. Aku mengangguk.

Akupun pulang dengan memikirkan apa yang telah kulakukan pada tanteku sendiri. Tapi, aku sama sekali tak menyesalinya, apalagi Bi Itoh juga tak terlihat menyesal. Keesokan harinya, aku nggak berani nongol. Baru hari berikutnya aku mampir sore-sore menjelang hari gelap. Bi Itoh menyambutku dengan senyuman, “Kamu nginep di sini ya Dang...” katanya. Aku mengangguk. Bi Itoh lalu menutup warungnya, lalu mengajakku ke kamarnya. “Sekarang, kamu tak perlu memaksaku Dang... aku yang akan mengajarimu...” katanya, sementara tangannya mulai menyasar ke selangkanganku dan mulai mengelus-elus batang kontolku yang masih tersembunyi di sarangnya...

Dan malam itu, Bi Itoh bener-bener mengajariku cara bercinta dengan berbagai gaya dan variasi gerakan, hingga aku bener-bener lupa kalau dia adalah tanteku sendiri, dan ia juga kayaknya tak lagi memikirkan soal hubungan darah itu. Yang ada adalah, aku dan dia sama-sama saling berbagi kenikmatan, tidak hanya malam itu, tapi malam-malam dan hari-hari berikutnya, tanpa kenal waktu dan tempat. Aku pernah bercinta dengannya di gubuk tengah hutan, di kali, bahkan pernah pula melakukannya di rumah sodaraku yang lain yang tengah hajatan. Tengah malam, ketika yang lain tertidur pulas di ruang tengah karena kecapekan, aku malah bercinta dengannya dengan hanya ditutupi selimut di antara orang-orang yang tidur bergelimpangan.....
***
*NB:
- Hanya copas, sedikit edit, cerita 100% fiktif.
- Gambar hanya ilustrasi.
- Terima kasih sudah berkunjung, saya tunggu 'jempol'nya Gan.
*Baca juga post lainnya:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd