Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Cewek Liar

Status
Please reply by conversation.
Flashback

“Gue pikir lu bakal dateng sama Toni, Sa. Taunya malah keluar dari mobilnya pak Alex.” ucap Jenny saat kuhampiri barisan kelompok kami. Seperti rutinitas sekolah pada umumnya, Senin pagi selalu diadakan upacara.
“Eh, beneran Sa? Kok gue gak lihat sih.” ucap Vivi yang juga penasaran.
“Hehe.” akupun hanya terkekeh seolah mengakui kebenaran tersebut.
“Ck ck ck..., parah. Ngapain aja lu sama pak Alex?” ucap Vivi penuh selidik.
“Ssst... udah! Dilirikin Toni tuh!” sergah Ratna menghentikan pembicaraan kami. “Entar, elu mesti ceritain ke kita semua.” tambahnya lagi pelan. Lalu kami semua mengikuti rangkaian upacara pagi itu.
- - - - -​
Seusai upacara, semua murid berhamburan. Sembari menantikan pelajaran pertama, sebagian besar murid laki-laki menuju kantin untuk sekedar membeli cemilan, sedangkan sebagian murid perempuan bergosip di kelas seperti halnya kelompok kami.
Tempat duduk kami pada hari ini sebenarnya tidak berdekatan, karena di kelas kami melakukan rotasi rutin yang diacak sesuai keinginan wali kelas. Namun, sesampainya di kelas Ratna dan Vivi menyerbu diriku yang duduk di bagian belakang kelas dan mulai mewawancaraiku mengenai bagaimana aku bisa berangkat ke sekolah bersama pak Alex.
“Eh, Sa lu dibayar berapa sama bandot tua itu?” tanya Vivi merujuk pada pak Alex.
Malu-malu kumulai bercerita mengenai kejadian semalam. Bahkan karena saking penasarannya mereka, terpaksa kuceritakan segala halnya secara detail sejak sore hari saat aku pulang diantar Toni, sampai kegiatan oral seksku di dalam mobil pak Alex tadi.
“Gila, sekarang kayaknya udah jadi maniak lu, Sa.” ucap Vivi.
“Ini semua gara-gara kalian juga, kali. Haha.” jawabku diikuti ketiga temanku.
- - - - -​
Sejak memasuki tahun kedua, aku mulai berteman dengan Jenny, Ratna, dan Vivi karena kami terkumpul di kelas yang sama. Bisa dibilang kami berteman cukup akrab, bahkan kami saling terbuka sampai hal-hal tabu sekalipun. Bagi kami, hal tersebut bukan lagi rahasia, meskipun hanya dalam bentuk candaan.
Bisa dibilang, selain pengaruh internet aku menjadi binal seperti sekarang ini memang karena pengaruh mereka. Mulanya aku hanya tahu mengenai masturbasi. Namun, lama-kelamaan akupun jadi tahu dan menirukan hal-hal seperti eksibisionis karena teman-temanku. Aku semakin sering bermasturbasi. Akupun mulai berani berpenampilan lebih seksi daripada sebelumnya.
Bisa dibilang, mulanya aku menjadi orang paling cupu diantara mereka bertiga. Dari cerita-cerita mereka, kutahu mereka sudah sering melakukan hubungan seksual. Bahkan dari rayuan-rayuan cerita mereka juga, akhirnya aku melepas perawanku. Perawanku direnggut oleh pria yang kukagumi, yang juga merupakan pacar Jenny.
- - - - -​
“Pak Rudi, ambilin minum dong.” ucap Jenny kepada pembantunya.
“Iya non. Mau saya beliin cemilan sekalian, non?” tawar pak Rudi.
“Gausah pak, kita nanti pesen delivery aja kok.” tolak Jenny.
“Oke non, bapak ambilin minum sebentar.” ucap pak Rudi sambil berlalu menuju dapur rumah Jenny.
Sore ini, sepulang sekolah kami sedang berkumpul di rumah Jenny. Mulanya kami berencana untuk sekedar hangout, karena saat ini kami baru memasuki masa liburan tengah semester. Namun ternyata cuaca sore ini tidak menghendaki kami untuk pergi, meski sekedar ke pusat perbelanjaan sekalipun. Terpaksa sepulang sekolah langsung berkumpul di rumah Jenny, karena rumahnya cukup dekat dengan sekolah.
Sambil berkumpul di ruang tengah, kami menunggu hujan reda. Brian, pacar Jenny, sedang bermain game, sedangkan aku, Jenny, dan Ratna sedang bermain laptop. Untuk menghilangkan kebosanan, kami browsing beberapa e-commerce untuk menggantikan rencana hangout kami sebelumnya.
“Ahhh, cape gue ngegame sendirian gini. Stok gamenya Jimmy cupu.” tiba-tiba Brian nimbruk duduk di antara kami bertiga yang sedang bermain laptop.
“Ihh sayang, rusak ntar laptop aku. Udah sana lanjut main game lagi. Ini urusan cewek.” ucap Jenny yang segera mnutup laptop dan mengusir pacarnya.
“Bosen ah, gamenya cupu. Andre juga belum dateng. Gue kagak ada temen main.” ucap Brian membela diri.
“Yaudah, main Brick aja lah yuk. Bosen juga sih, shopping online doang.” ajak Ratna memberi ide. Sepertinya dia juga mulai bosan melihat-lihat barang di e-commerce.
“Tapi pake hukuman ya, Rat. Biar asoy.” ucap Brian.
“Ogah deh, ntar sayang doang yang seneng. Lagian Sasa belum pernah.” tolak Jenny.
“Emang hukumannya apa, Jen?” tanyaku.
“Apa aja sih, Sa. Yang kalah mesti ngelakuin perintah yang menang.” jawab Jenny. Aku hanya bingung membayangkan hukuman yang dimaksud Jenny, karena belum tahu sampai taraf apa hukuman akan diberikan.
“Engga aneh-aneh kok, Sa. Paling Cuma hukuman buka baju atau masturb doang. Lu udah tau, lah, Sa.” jawab Brian enteng .
Akupun terkaget mendengarnya. Ternyata Jenny bocor juga menceritakan kegiatan-kegiatanku yang pernah kuceritakan pada mereka. Kulirik Jenny dan Ratna yang hanya tersenyum biasa saja seolah sudah biasa memainkan game ini. “Santai aja, Sa. Kita kan bertiga. Gue jamin kita bakal menang. Lagian katanya elu suka sama Brian. Entar gue suruh dia tujukin dada sixpacknya buat elu deh.” ucap Ratna meyakinkan, sambil menyiapkan Brick yang telah dia ambil.
“Apaan sih, Rat.” ucapku sambil tersipu di hadapan Brian dan Jenny.
“Ohh, kalo mau, bisa gue tunjukin sekarang kok, Sa. Nih.” ucap Brian santai sambil membuka seragamnya ke atas.
Aku hanya melongo menyaksikan dada bidang Brian yang memang menjadi idolaku di sekolah.
“Oke, pakaian yang udah dilepas gaboleh dipake lagi ya, sayang.” ucap Jenny.
“Siap sayang. Muaachh...” jawab Brian sambil mengkissbye pacarnya.
“Berarti ini kita bertiga sekelompok, lawan elu ya.” ucap Ratna pada Brian.
“Eh, pak Rudi ikut sama gue dong. Yuk pak” ucap Brian pada pak Rudi yang saat itu datang membawa seteko minuman.
Mulanya Jenny menatapku seolah meminta persetujuan. Namun aku masih diam saja karena masih tidak percaya dengan game ini. Hingga dia berkata, “Terserah deh, yang. Jenny duluan yang mulai ya.” ucap Jenny seolah tidak sabar untuk memulai permainan.
Perlahan Jenny mulai mengambil satu blok kayu di bagian tengah. “Yes.” Jenny berhasil mengambilnya dengan aman.
Selanjutnya gantian Brian yang mengambil satu balok dengan lancar juga. Setelah itu Ratna berusaha mengambil satu balok, dan berhasil. Namun pada saat giliran pak Rudi, tumpukan brick pun jatuh. “Yeey, kita menang.” ucap Ratna.
Merasa bersalah, pak Rudi mohon maaf pada Brian. “Udah gapapa pak. Ntar kalo kita udah menang banyak, kita suruh mereka macem-macem.” ucap Brian santai. Seolah sudah bersekongkol, pak Rudi pun menyetujuinya.
Aku hanya kaget mendengar perkataan Brian tersebut. Kubayangkan seperti apa hal ‘macam-macam’ yang dimaksud Brian. “Enak aja macem-macem. Buka dulu celana kalian!” perintah Ratna.
Brian dan Pak Rudi pun membuka celana mereka. Saat ini Brian masih mengenakan celana boxer dan celana dalam saja, sedangkan pak Rudi sepertinya hanya mengenakan kaus dan celana dalam saja. Akupun tercengang menyaksikan penampilan dua pria di hadapanku yang sungguhan melaksanakan perintah Ratna.
Bisa dibilang, kini mereka sudah setengah telanjang. Aku membanyangkan bagaimana jika nanti kami yang kalah, dan akhirnya mesti bertelanjang di depan mereka. Namun dibalik ketakutanku tersebut, juga mulai muncul rasa penasaran dalam benakku. Tanpa terasa vaginaku mulai sedikit basah.
“Udah gih, lanjut lagi. Ayo pak Rudi giliran pertama!” perintah Brian setelah dia susun kembali Bricknya.
Sebagai pengambil pertama, pak Rudi lancar saja mengambil satu blok kayu. “Ayok Sa, giliran elu!” perintah Jenny menyuruhku. Dengan berdebar, perlahan berhasil kuambil satu balok kau dari tumpukan.
Kami pun terus bergiliran hingga akhirnya kembali lagi pada giliranku. Sudah ada tujuh balok yang berhasil terambil, sehingga keadaan tumpukan saat ini sudah sangat rapuh. “Elu aja deh Jen, yang ambil.” pintaku pada Jenny karena tidak yakin akan berhasil.
“Eh gabisa, ini giliran kamu Sasa. Gaboleh diwakilin!” perintah Brian.
Akupun hanya pasrah dan menuruti karena kulihat Jenny dan Ratna juga waswas. Perlahan kucoba mengambil satu balok, hingga akhirnya balok tersebut berhasil terlepas. ‘huuuhh...’ kuhembuskan nafas legaku. Namun tiba-tiba tumpukan balok tersebut runtuh karena angin yang kutiup.
“Yeah, kita menang pak.” ucap Brian gembira. Akupun hanya menatap Jenny dan Ratna dengan menyesal. “Sip, sekarang buka seragam kalian!” perintah Brian menambahkan.
“Iya iya, santai kali.” ucap Ratna santai sambil mulai melepas kancing seragam sekolahnya diikuti oleh Jenny.
“Eh, Sasa juga buka dong.” ucap Brian mengingatkanku yang terpaku pada kegiatan Ratna dan Jenny.
“Eh... iya-iya.” ucapku terbata malu.
“Gue bantuin deh, Sa. Gaperlu malu, ntar kita buat mereka telanjang.” ucap Jenny yang sudah mempertontonkan payudara setengah telanjangnya masih tertutup kutang putihnya, segera membantuku melepas kancing seragamku.
Akupun pasrah saja mengikuti apa yang dilakukan Jenny padaku. “Sayang, pak Rudi, nih, Jenny persembahkan tetek Sasa buat kalian semua.” ucap Jenny yang secara tiba-tiba menyibakkan seragamku ke kanan dan kiri mempertontonkan payudaraku yang masih tertutup kutang.
“Ih, Jenny...” keluhku malu-malu menutup payudaraku.
“Udahlah Sa, santai aja. Lagian masih pake beha.” ucap Ratna menenangkanku. Ditariknya tangaku dari payudaraku. Akupun pasrah saja mengikutinya.
Kulihat selangkangan Brian dan pak Rudi sedikit menonjol. “Asik kan pak. Rejeki nih bisa lihat enam tetek langsung begini.” ucap Bian pada pak Rudi.
“Udahlah lanjut main lagi. Sa, giliran elu!” perintah Jenny yang telah merapikan tumpukan kayu.

- - - - -​
Hingga setengah jam berlalu, tiga putaran terlah berlalu. Saat ini kami semua sudah setengah telanjang, menyisakan celana dalam kami masing-masing. Sebelumnya, pada game ketiga, Brian menjatuhkan tumpukan, sehingga dia harus melepas boxernya sedangkan pak Rudi melepas kausnya. Atas kekalahan tersebut, mereka semakin berhati-hati, hingga pada game keempat dan kelima Jenny dan Ratna bergantian merubuhkan tumpukan. Sehingga kami harus melepas rok dan kutang.
Dengan malu-malu, susah payah kami bertiga bermain sambil menutupi payudara kami. “Udahlah, gak peru ditutupin tuh tetek. Biasa aja kayak kita.” ucap Brian sambil merapikan tumpukan Brick. “Gih Rat, giliran elu!” perintah Brian.
“Iya, santai kali, ngegas amat. Gue buka semua, makin mupeng kalian.” ucap Ratna santai sambil mulai mengambil balok pertama dengan kesulitan karena masig ingin menutup payudaranya.
Hingga beberapa giliran berlalu, tibalah giliranku untuk mengambil balok kayu. Maskipun sudah dengan hati-hati, tetapi akhirnya aku meruntuhkan tumpukan Brick. Akupun menyesal kepada Jenny dan Ratnya.
“Yah, kalian kalah lagi.” ucap Brian. “Kita kasih keringanan deh, kalian gak perlu lepas cangcut kalian.” tambah Brian.
‘Huh...’ akupun lega mendengar ucapan Brian tersebut, karena dengan demikian kami tidak perlu melepas penutup terrakhir di tubuh kami. “Tapi...” tiba-tiba Brian menambahkan.
“Kayaknya pak Rudi pengen remes tetek kalian. Iya pak?” tanya Brian mengagetkanku.
“Ih, apaan ogah.” tolak Ratna.
“Tadi katanya sepakat, yang menang boleh menentukan hukuman apapun.” ucap Brian mengingatkan.
“Udahlah terserah. tapi lima menit aja.” ucap Jenny pasrah.
“Oke. Silahkan pak Rudi, pilih teteknya siapa!” perintah Brian.
“Emm, saya pilih non Ratna aja, den.” ucap pak Rudi tanpa malu-malu.
“Oke. Aku mau remes punyalu aja, ya Sa” Brian lalu mendekatiku dan pak Rudi mendekati Ratna.
“Eh...” aku kaget karena Brian bukannya payudara Jenny, tapi justru menginginkan milikku.
“Udah gapapa, Sa. Gue temenin. Lima menit aja ya sayang” ucap Jenny sambil menarik tanganku yang menutupi payudaraku hingga tertampang di depan Brian.
Sungguh malu sekali aku rasanya, karena baru pertama kali memperlihatkan payudara telanjangku di depan pria. Bahkan tidak hanya satu pria, tetapi dua, karena kulihat pak Rudi juga menyaksikan payudaraku meski didepannya sudah terpampang payudara milik Ratna. Sungguh suatu keadaan yang belum dapat kubayangkan sebelumnya, meskipun aku sudah sering bermasturbasi dengan khayalan-khayalanku.
“Siap sayang. Muachhh...” Brian lalu mencium bibir Jenny tetapi tangannya menggapai paydaraku dan payudara Jenny.
‘Ashhh...’ desahku. “Kok pake cium segala sih.” ucap Jenny protes.
“Kalo gamau yaudah. Cuphhh...” tiba-tiba Brian mencium Bibirku dengan tangannya tetap aktif. Namun selain payudara kiriku, dia juga meremas payudara kanan Jenny.
Aku kaget atas ciuman Brian. Dia menahan kepalaku supaya pagutannya tidak dapat kulepas. Akupun canggung di depan Jenny, namun sepertinya dia justru biasa saja seolah membiarkan aku untuk menikmati permainan bibir Brian.
Sambil kubiarkan dia mencium bibirku, kurasakan ada satu tangan lagi yang menyentuk payudaraku. Kulihat ternyata, Jenny membantu Brian mempermainkan payudaraku. “Ahhh... ssshhh... Jenn...” desahku dan Jenny.
Saat ini Brian benar-benar meremas dan merangsang kedua payudaraku sambil mencium bibirku. Sedangkan Jenny hanya asik bergeliat di pundak Brian dengan tangannya mengelus telapak tangan Brian yang sedang asik.
“Buka aja bibir kamu, Sa. Santai aja.” ucap Jenny di telingaku. Akupun pasrah membuka bibirku, hingga tiba-tiba Brian memasukkan lidahnya ke mulutku. Ternyata sungguh nikmat melakukan french kiss. Mulut dan lidah Brian terasa buas menerkam seluruh bibir hingga rongga mulutku sampai aku merasa sesak, meski masih bisa bernafas dengan hidung.
Sampai beberapa menit, Brian melepaskan pagutan bibir kami. ‘Ahhh... ssshhh...’ akupun mendesah mengambil nafas sambil merasakan tangan Brian yang terus meremasi payudaraku.
‘Cuphhh... cupshhh...’ tiba-tiba Jenny menciumku. Dia melakukan hal yang sama dengan Brian, yakni memfrench kiss bibirku. “Ntar kita bales Brian ya, Sa.” ucap Jenny.
Aku hanya mengangguk. Hingga kurasakan jari Brian mulai memaikan kedua putingku. ‘Asshhh... emhhh...’ desahku saat Brian mencubit dan mempelintir putungku.
“Eh, udah lebih lima menit. Brian, Pak Rudi, stop!” tiba-tiba Jenny menghentikan kegiatan Brian dan pak Rudi.
- - - - -​
Terlihat bahwa Brian dan pak Rudi merasa tanggung. “Yah sayang, padahal pak Rudi lagi enak-enaknya tuh tadi.” ucap Brian sambil melihat pak Rudi yang tadi juga menikmati bongkahan payudara Ratna.
“Tetek aku juga pengen diremes, sayang.” ucap Jenny pada Brian tetapi justru menggapai tangan pak Rudi untuk meremas payudara kirinya.
Ini sungguh gila. Kupikir tadi Jenny sungguhan menghentikan kegiatan kami. Bahkan, kulihat Brian sebagai pacarnya justru membiarkan saja Jenny untuk menggelendot manja dengan pak Rudi. “Yaudah, yuk kita lanjut yang tadi, Sa.” ucap Brian santai dengan tangannya langsung menggapai vaginaku yang masih tertutup celana dalam.
‘Ehmppp...’ aku terkaget dan mencoba mencegah kejahilan Brian dengan menahan lengannya sebisa mungkin. Namun tangannya lebih kuat, sehingga aku tidak mampu menyingkirkannya.
Tanpa kusadari, ternyata Ratna telah berada di sebelahku. ‘Cuphhh... cuphhh... shhh...’ dia mencium bibir Brian dengan ganas.
“Napsu amat lo, Rat. Yuk deh, udah kangen juga gue sama meki lo.” ucap Brian. Sambil kurasakan tangan Brian di vaginaku, kulihat Ratna hanya sedikit mengangguk pada Brian. Brian dan Ratna pun lalu bercumbu dengan ganasnya. Kulihat Ratna juga membalas permainan lidah Brian.
Ruang tamu ini pun menjadi penuh gairah atas kegiatan kami. Meski bingung dengan keadaan ini, gairahkupun semakin memuncak karena rangsangan jari-jari Brian dan percumbuan mereka, Brian dengan Ratna, sedangkan pak Rudi dengan Jenny.
“Sayang, kita pake kamar kamu ya.” Izin Brian pada Jenny yang sedang asyik mencumbu pak Rudi.
‘Mmmhhh... ssshhh...’ tanpa membalas Brian, Jenny hanya terus menyosor bibir pak Rudi. Sedangkan pak Rudi kulihat sedikit gelagapan merespon nafsu Jenny. Dia hanya mengikuti arahan tangan Jenny supaya terus mempermainkan payudaranya.
Sebagai pria, tentu hal tersebut seperti rejeki yang tidak dapat ditolak pak Rudi. Namun, tidak seperti hubungan antar pembantu dengan majikan, pak Rudi justru terlihat terbiasa dengan hal ini. Akupun jadi berpikir, apakah mereka sering melakukan hal seperti ini, bahkan di depan pacarnya sendiri.
Saat aku bingung memikirkan hal tersebut, kurasakan Brian berusaha memasukkan jarinya dari bawah melalui celah celana dalamku. “Ah... janganhhh... kak.” ucapku pada Brian sambil menahan tangannya, namun terlambat. Karena dia telah berhasil memainkan jari telunjuknya di permukaan vaginaku. Sungguh kurasakan hal yang berbeda dibandingkan dengan saat aku memainkan vaginaku dengan tanganku sendiri. Kurasa seperti ada sengatan yang menyambar permukaan vaginaku melalui sentuhan jari Brian.
“Yakin mau berhenti, Sa?” tanya Brian menghentikan sejenak ciumannya dengan Ratna. Namun aku tidak sanggup menjawabnya, karena aku cukup bimbang dengan nafsuku.
Memang aku pernah mengakui bahwa sebenarnya aku terpesona dengan penampilan Brian meskipun dia adalah pacar Jenny. Tubuhnya yang atletis dan berkharisma saat bermain basket membuatku selalu bermasturbasi sambil membayangkannya diam-diam.
Tiba-tiba Brian menghentikan permainan jarinya di vaginaku. “Kita pindah yuk.” ajak Brian kepada kami. Lalu Brian menarik Ratna dan aku.
“Tapi Jenny...” ucapku mengingatkan keberadaan pacarnya yang ternyata sudah telanjang bulat bercumbu dengan pak Rudi ‘cupshhh... ssshhh... aaashhh...’ Kulihat satu tangan pak Rudi asing menjamah payudara sedangkan tangan satunya bermain di vagina Jenny.
Mendadak dari belakang Brian mengangkat kedua kakiku supaya tubuhku dapat dia angkat. “Udah, biarian aja Jenny sama pak Rudi. Kalian ntar juga gue enakin kaya mereka.” kata Brian sambil menggendong dan membawaku ke kamar Jenny, dengan diikuti Ratna di sampingnya.
- - - - -​
Brian menidurkanku di kasur Jenny dan lagi-lagi mencium bibirku ‘cuphhh... cuphhh...’ Aku hanya gelagapan dan pasrah menerimanya, sedangkan Ratna membelai tubuh Brian dari samping. Semakin lama nafsuku pun naik dan secara naluri kubalas ciuman Brian.
“Ahhh... sshhh... emmhhh...” desahku dan Ratna bersahutan seiring rangsangan tangan Brian pada payudara kami. Kini secara bergantian Brian menciumku dan Ratna yang terbaring di kasur. Sesekali Brian mempermainkan aerola dan puting kami berdua dengan jari-jarinya.
“Kalian suka?” tanya Brian sambil mencubit pelan puting kami.
“Ahhsss... buruan entot gue, Bri... sshhh...” desah Ratna memohon.
“Sabar dong, Rat. Sasa juga pengen dicoblos, kan?” tanya Brian sambil memainkan kedua putingku.
“Emmhhh... gue belum pernah, kak... asshhh...” jawabku yang sepertinya justru membuat Brian semakin bergairah. Kurasakan tangannya semakian kuat memainkan kedua payudaraku dan mencium bibirku ‘cuphhh... cuphhh...’ Cukup lama Brian mencumbu dan mempermainkan payudara serta putingku, hingga kurasakan sekali lagi salah satu tangannya menuju selangkanganku.
“Gue pastiin dulu ya, Sa.” ucap Brian sambil berusaha melepas celana dalamku.
“Jangan, kak... ssshhh...” ucapku sambil menahan celana dalamku.
“Udahlah Bri. Biar aja kalo Sasa masih ragu. Mending lu puasin gue.” ucap Ratna menyela sambil menyosor bibir Brian.
“Dasar lonte. Lu simak ya Sa, ntar kalo udah gak tahan bilang aja.” ucap Brian yang kini berada di atas Ratna.
Akupun terpaku menyaksikan percumbuan Brian dan Ratna di sebelahku. ‘cuphh... cuphhh...’ kecupan Brian mempermainkan puting kiri Ratna. Kulihat lidah Brian menjilat ujung puting Ratna seperti bayi. Menyaksikannya, tanpa sadar tangku ikut memainkan payudara dan putingku.
Lalu Brian menghentikan aktivitasnya dan melepas kain terakhir yang dikenakan Ratna. Kulihat vagina Ratna yang sedikit berbulu seperti rajin dirawatnya. “Udah basah aja memek lu, Rat.” ejek Brian saat jarinya menyentuh permukaan vagina Ratna.
“Buruan Bri... aasshhh... emmhhh...” desah Ratna yang kini menerima permainan jari Brian di vaginanya.
Bukannya menyanggupi permintaan Ratna, Brian kini justru semakin gencar mempermainkan vagina dan payudara Ratna. Sambil mengecup puting kanan Ratna, tangan kanan Brian semakin kecang mencolok vagina Ratna. “Ahhh... ssshhh... Bri...” desah Ratna seiring dengan colokan jari Brian yang semakin kencang di vaginanya.
‘Clophhh... clopphhh...’ suara kecipak antara cairan vagina Ratna denga jari Brian semakin keras menggema. Akupun terbawa suasana dan tanpa sadar juga menyelipkan tanganku ke dalam celana dalamku seolah menginginkan hal yang sama dari Brian.
“Ashhh... gue gak tahan, Bri... ssshhh...” desah Ratna diikuti dengan keluarnya cipratan cairan vaginanya. Kulihat Ratna orgasme hingga kelojotan. ‘Crrr... crrr... crrr...’ orgasme Ratna membasahi jari Brian dan sebagian muncrat membasahi kasur.
“Gimana Rat? Puas?” tanya Brian sambil membiarkan Ratna meresapi kenikmatan yang baru saja dirasakannya.
“Enak Bri... Gue mau lagi... ssshhh...” jawab Ratna. Dengan hanya melihatnya pun aku juga seolah merasakan kenikmatan yang sama dengan Ratna. Kurasakan vaginaku juga basah menyaksikan orgasme Ratna.
“Oke. Tapi sebelum gue entot, sepong dulu dong Rat.” pinta Brian sambil berdiri di atas kami.
Tanpa menunggu lama, Ratna bangkit dan memposisikan diri untuk duduk dan segera mempelorotkan celana dalam Brian. Kini terpampanglah penis tegak Brian di depan kami. Ratna menggenggam penis Brian dan mulai mengocoknya perlahan.
‘Cuphh... cuphhh...’ sambil menyaksikan ekpresi keenakan Brian dari bawah, Ratna sesekali mengecup kepala penis Brian. Perlahan Ratna memasukkan penis Brian ke dalam mulutnya. Sambil menyaksikan hal tersebut, kubanyangkan sedang melakukan hal yang sama seperti Ratna. Kubayangkan bagaimana rasanya jika penis tersebut kulahap dalam mulutku.
Kusaksikan perlahan Ratna menelan seluruh batang penis Brian. Setelah tertelan seluruh batang penis tersebut, Ratna tanpa malu-malu mulai memaju-mundurkan kepalanya membuat penis Brian keluar-masuk dalam mulutnya. Sesekali Ratna memvariasi gerakannya dengan sekedar menjilat batang maupun ujung penis Brian. Sungguh tak terbanyang saat menyaksikan kebinalan Ratna yang kesehariannya terlihat santai. Kulihat juga raut muka Brian yang keenakan atas permainan mulut Ratna di penisnya.
Tiba-tiba Ratna menghentikan aktivitasnya, lalu menggapai tanganku. “Bantuin gue, Sa.” pinta Ratna.
Akupun hanya mengangguk. “Ini namanya Brian’s junior, Sa. Katanya lu sering bayangin ini kan?” ucap Ratna membuatku malu. “Udah gausah malu. Elu lihat kan tadi? Gini caranya.” tambah Ratna sambil mengarahkan tanganku untuk menggenggam penis Brian dan mengocoknya perlahan.
Semakin lama tanganku seolah bergerak sendiri memberi kepuasan pada penis Brian. Hingga kini Ratna membiarkan tangaku aktif sendiri mengocok penis Brian, sedangkan dia mengecup dan menghisap kepala penisnya.
Beberapa menit kami melakukan kombinasi ini. Namun semakin lama tanganku mulai lelah, sedangkan kulihat raut muka keenakan Brian tidak terlalu berubah.
Hingga tanpa sadar, akupun berinisiatif untuk saling bergantian dengan Ratna. Kini aku mulai mengecup ujung penis Brian dan perlahan memasukkannya ke dalam mulutku. Awalnya memang terasa jijik, tapi karena sebelumnya kulihat Ratna seolah terbiasa, kubayangkan saat ini aku sedang menghisap pisang, seperti yang biasa kulakukan saat masturbasi.
Sekarang penis Brian telah sepenuhnya kulahap dalam mulutku. Kurasakan tangan kiri brian juga menekan kepalaku ke depan hingga terasa bahwa ujung penisnya menyentuh pangkal kerongkonganku. Brian sedikit menahan kepalaku seolah meresapi hangat penisnya dalam mulutku hingga aku merasa akan tersedak.
“Embb... Brr...” kucoba melepas dorongan Brian dan memundurkan kepalaku yang ditahannya.
“Sorry Sa. Itu tadi biar selanjutnya elu terbiasa nyepong kontol. Hehe.” kekeh Brian. “Gih, kalian lanjut lagi.” tambahnya.
Akupun hanya pasrah dan semakin lama rasanya memang mulai terbiasa untuk menghisap penis Brian. Ratna mengajakku untuk bergantian mengocok dan menghisap penis Brian. Semula kami melakukannya secara perlahan, sampai beberapa saat kami percepat tempo kocokan dan hisapan kami.
Kami terus mempermainkan penis Brisan selama beberapa menit. “Mmmhhh... ssshhh...” erangan Brian seolah menjadi penyemangat kami untuk terus mempermainkannya.
Hingga akhirnya Brian menahan kepalaku untuk berhenti menghisap penisnya. “Stop... gue pengen entotin kalian... sshhh...” ucap Brian lalu memposisikan kami supaya berbaring siap untuk menikmati menu utamanya.
 
Pacar Temanku

‘Sluurrpp... slurrppp... ssshhh...’ saat ini Brian sedang mempermainkan vagina Ratna dengan mulutnya. Sedangkan tangan kirinya asik mengkobel permukaan vaginaku dari luar celana dalam.
“Asshhh... emmhhh... Bri... buruan...” desah Ratna memohon.
Tapi Brian justru bergantian. Kini Brian menyibak bagian bawah celana dalamku dan menjilat pemukaan vaginaku dengan mulutnya, sedangkan jari tangan kanannya mencolok vagina Ratna.
“Ahhss... kak... stophh...” desahku jaim sambil sedikit menahan kepala dan tangan Brian. Sungguh malu rasanya, karena ini adalah pertama kalinya vaginaku terpampang dan dinikmati seorang laki-laki. Kurasa ingin menolak, tetapi kenikmatan yang diberikan oleh lidah Brian sangat tidak dapat kutahan.
Kini Brian lagi-lagi mencoba mempelorotkan celana dalamku, namun kali ini aku sudah tak sanggup menolak dan membiarkan saja tubuh polosku kini benar-benar terpampang seperti Ratna. Brian tampak tersenyum menyaksikan tubuh telanjang kami. Mungkin dia merasa bangga karena telah mampu membuat dua perempuan seperti kami pasrah dan mungkin bersedia untuk dicabulinya sesaat lagi.
“Memek kalian udah basah banget.” ucap Brian terlihat bangga atas perbuatannya pada vagina kami. ‘Sluurp.. sluurrpp...’ dia terus permainkan vagina kami bergantian. Kini Brian menjilat dan menyeruput cairan cinta yang meleleh dari vagina Ratna, sedangkan vaginaku dikobel dengan dua jarinya.
‘Asshhh... cuphh... mmhhh...’ tiba-tiba Ratna menarik kepalaku dan mencium bibirku. Sepertinya dia sudah tidak tahan atas permainan Brian dan ingin melampiaskannya padaku. Meskipun mulanya teasa aneh saat berciuam dengan sesama perempuan, tetapi atas nafsu yang sudah diujung, aku hanya bisa mengikuti permainan mereka berdua. ‘Mmhhh... cuphhh... sshhh cuphh... aashhh...’ sembari berciuman, sesekali kami mendesah atas rangsangan Brian.
“Bri... ssshhh... stop... ssshhh... gue gak... tahan... emmhh...” Ratna sepertinya akan orgasme lagi, namun Brian justru terus menjilat vagina Ratna. Hingga tak lama Ratna memuncratkan cairan cintanya untuk kedua kalinya, ‘crrr...crrr...’
‘Sluurrpp... slurpp...’ tak lupa Brian juga menghisap lagi cairan tersebut. “Belum gue coblos aja udah skuirt dua kali lo, Rat.” ucap Brian.
“Buruan entot gue, Bri...” pinta Ratna dengan sedikit terengah.
Namun Brian justru segera menuju vaginaku, “Gue pengen lihat Sasa orgasme dulu. Yuk Sa, gak perlu ditahan.” ucap Brian sambil mengganti tusukan jarinya pada vaginaku dengan jilatan lidahnya. ‘sluurrpp... ssshhh... aahhh... emmhh...’ seolah mengikuti sugesti Brian, aku keluarkan desahanku, bercampur dengan suara seruputannya di liang vaginaku.
Kurasakan kali ini dia semakin cepat dalam menstimulasi vaginaku. Sesekali disentilnya klitorisku dengan ujung lidahnya. “Asshhh... Bri... Oshhh...” desahku semakin keras seiring muncratnya orgasmeku, ‘crrr... crrrr... ccrrr...’ Cukup banyak cairan vaginaku yang keluar dan membasahi mulut Brian. ‘Slurpp... slurpp...’ Dia juga menghisap cairan vaginaku seperti saat Ratna orgasme tadi.
“Oke selir-selirku, saatnya gue nikmatin threesome kita.” ucap Brian seolah sedang menjadi raja. Aku dan Ratna tidak menggubrisnya dan hanya meresapi orgasme kami barusan.
Kini Brian mengangkangkan kaki Ratna lebih lebar dan memposisikan kepala penisnya di permukaan vaginanya. Digesek-gesekkan kepala penisnya dengan vagina tersebut hingga Ratna kembali mendesah, “Masukin... Bri... sshhh...”
‘Aaahhhh...’ tiba-tiba Ratna mendesah karena ternyata penis Brian langsung dilesakkan ke dalam vaginanya begitu saja. “Gimana Rat? Boleh gue goyang?” tanya Brian sambil tersenyum menatap Ratna.
Ratna hanya mengangguk menjawabnya. Mendapat persetujuannya, Brian perlahan mulai memompa penisnya keluar-masuk. “Ashhh... Bri... emmhhh...” desah Ratna seiring goyangan Brian.
Sambil menggoyangkan pinggangnya, Brian tak lupa untuk tetap merangsang vagina basahku dengan jarinya. ‘Ahhh... sshhh... emmhhh...’ desahku dan Ratna terus bersahutan mengikuti permainan Brian.
Kusarakan kasur kami bergoyang seiring semakin cepatnya Brian memompa vagina Ratna. ‘emmmhhh... Bri... ashhh... plokk... plokkk...’ suara tepukan selangkangan mereka semakin keras bersamaan dengan desahan Ratna.
Cukup lama Brian menikmati kami berdua seperti ini. Sesekali Brian mencium Ratna atau mempermainkan payudaranya bergantian. Meski aku juga keenakan dengan rangsangan jari Brian yang tetap berada di vaginaku, kulihat Ratna seperti lebih kewalahan mendapat kenikmatan dari Brian.
“Asshhh... Bri... gue... keluar... sshhh...” desah Ratna yang sepertinya diiringi dengan orgasmenya yang tertahan penis Brian.
“Gimana Rat? Puas?” tanya Brian yang perlahan melepas tusukan penisnya dari vagina Ratna. Tapi Ratna hanya menjawabnya dengan anggukan lemah.
“Oke. Sekarang saatnya pecah perawan selir baru gue. Lu siap, Sa?” tanya Brian yang kini telah memposisikan kakiku mengkangkang seperti halnya Ratna tadi.
Sebenarnya aku ingin memberikan perawanku untuk suamiku kelak. Namun semenjak pergaulanku dengan Ratna, Jenny dan Vivi semenjak masuk SMA seolah membangkitkan gairahku. Beberapa kali aku masturbasi karena keterbukaan mereka dalam menceritakan pengalaman seksual. Bisa dibilang akulah perempuan yang masih polos di antara mereka.
Dengan malu kutatap Ratna seolah meminta persetujuannya. Namun dia justru dian saja seolah menyerahkan segala keputusan tersebut pada diriku sendiri. Tanpa menunggu persetujuanku, kurasakan kepala penis Brian telah meggesek permukaan vaginaku.
Gairahku kembali naik atas perbuatan Brian. “Gue jamin elu bakal keenakan dan ketagihan kontol kok, Sa.” ucap Brian lalu mencium bibirku seolah mengalihkan perhatianku pada penetrasi yang bisa saja segera dia lakukan.
Aku benar-benar kewalahan atas ciuman bibir Brian, remasan tangannya pada payudaraku, dan gesekan kepala penisnya pada vaginaku. “Ashhh... emmhhh...” desahanku saat Brian mempermainkan putingku dengan lidahnya.
Kemudian aku merasa seperti tersengat karena kini kepala penis Brian mulai masuk ke liang vaginaku. Aku hanya terpejam meresapi tusukan tersebut. Perlahan kurasakan liang vaginaku berkontraksi seolah menerima kepala penis tersebut.
Meski penisnya belum sepenuhnya masuk, Brian seolah membiarkan vaginaku untuk membiasakan kepala penisnya di salam sana. Digoyangkan sedikt penisnya keluar-masuk meski sekedar kepalanya saja. Lama-kelamaan kepala penis Brian semakin masuk ke dalam vaginaku. Aku tak tahu apakah kini dia sudah merobek selaputku atau belum. Yang jelas, saat ini aku hanya keenakan dan tidak merasakan sakitnya pecah perawan, atau mungkin belum. Aku hanya dapat meresapi segala permainan Brian pada tubuhku.
“Ahh... gila, memek lu sempit banget, Sa... sshhhh... Siap-siap ya...” ucap Brian tanpa kugubris. Brian kembali mencium bibirku. Namun bersamaan dengan ciumannya, kurasakan sakit luar biasa saat ada sesuatu yang sobek di dalam penisku karena tusukan penis Brian. Sungguh kuingin menjerit pada saat itu, tapi tertahan oleh ciuman Brian dan aku hanya bisa meringis memejamkan mataku sekuat mungkin. Brian seolah sudah tahu bahwa aku mungkin akan merasakan rasa sakit ini, sehingga dia terus menciumku dengan lembut. Ratna yang seperti mengetahui apa yang kurasakan juga menenangkanku dengan mengusap rambutku dan sedikit meremas lembut payudaraku dari samping.
Beberapa saat, Brian hanya mendiamkan penisnya. “Tahan ya, Sa. Bentar lagi lu bakal keenakan.” ucap Brian. Sedangkan aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
Perlahan kurasakan Brian menarik penisnya keluar. Kurasakan dinding liang vaginaku sedikit ikut tertarik akan tarikan tersebut. ‘Auuhhh... ssshhh...’ sebisa mungkin kutahan rasa sakit di vaginaku saat Brian mendorong kembali penisnya. Karena selain kurasakan nyeri, terselip kenikmatan yang samar kurasakan.
Bian terus mengeluar-masukkan batang penisnya secara perlahan sambil tangannya meremas payudara kananku. Sedangkan payudara kiriku kini dihisap oleh Ratna dari samping. ‘Ahhh... sshhh... emhhh...’ kini rasa nyeri mulai hilang dan berganti dengan nikmat bercinta yang semakin memenuhiku.
“Gimana Sa? Enak?” tanya Brian sambil terus memompa penisnya.
“Emmmhhh... Iya... Bri... enak... sshhh...” jawabku keenakan.
“Memeklu juga sempit banget, Sa... Kontol gue gak muat masuk semua... Oshhh...” ucap Brian yang juga keenakan.
Semakin lama Brian mempercepat pompaan penisnya. Kini kurasakan kepala penisnya seperti menyentuh pangkal liang vaginaku. Hal ini membuatku semakin keenakan. Padahal kulihat masih ada seperempat batang penis Brian yang belum tertelan vaginaku.
‘ssshhh... mmmhhh... cuphh... cuphhh...’ tak lupa, Ratna juga terus merangsangku. Kini Ratna mencium bibirku, kedua payudaraku juga masih dipermainkan oleh tangannya dan tangan Brian sedangkan di bawah sana penis Brian tetap melesak keluar-masuk vaginaku.
‘Slebb... slebbb... slebb...’ kurasakan kuatnya goyangan Brian pada vaginaku. “Ashhh... Bri... emmhhh...” aku tak dapat mengungkapkan kenikmatan ini. Kurasakan bahwa aku akan segera orgasme. ‘Crrr... serrr... cerrr...’ rongga vaginaku berkontraksi menyiramkan cairan cintaku pada batang penis Brian yang terus memompanya.
“Ashhh... gila... enak banget memeklu, Sa... Ahhh...” desah Brian keenakan karena prosesi orgasmeku barusan.
Segera Brian melepaskan penisnya dari vaginaku. Dengan cepat mengocok batang penisnya dibantu oleh Ratna yang saat ini basah oleh cairan cintaku dan beberapa sisa darah perawanku. ‘Crottt... srottt... crottt...’ kurasakan sperma Brian yang muncrat di sekitar perutku diarahkan Ratna.
‘Ahhhh... ohhh...’ desah kenikmatan Brian bersautan dengan kenikmatan yang kurasakan.
- - - - -​
Kini Ratna menghisap penis Brian. Dia bersihkan sperma yang keluar dari lubang kencing Brian sampai habis. Ratna juga menjilat sperma yang tercecer di perutku hingga bersih. Lalu dia mendekatiku dan mengajakku untuk berciuman.
Kupikir Ratna telah menelan semua sperma Brian. Akupun pasrah saja diciumnya, meski kurasakan ada beberapa rasa aneh darinya. “Gimana Rat? Sperma enak gak?” tanya Ratna sambil menjulurkan lidahnya yang ternyata masih menampung sedikit sperma Brian.
Aku tidak menjawabnya, karena aku juga tidak begitu dapat menggambarkan rasa baru saja Ratna berikan. Lalu kulihat Ratna menelan bulat-bulat sperma Brian. “Daripada pejuhnya sia-sia, mending ditelen aja, Sa. Buat ngilangin haus juga.” ucap Ratna.
Dari belakang Ratna, Brian menyuruhnya untuk berbaring seperti semula di sebelahku. “Istiharat dulu ya, lonte-lonteku.” ucap Brian sambil mengambil ruang diantara tubuhku dan Ratna untuk dia berbaring. Sedangkan kami hanya membiarkannya saja, meresapi kenikmatan yang barusaja kami dapatkan.
- - - - -​
“Akhirnya Sasa pecah perawan.” ucap Jenny yang ternyata masuk diikuti oleh pak Rudi. Kini dia mendekati kasur tepat kami bertiga berbaring. “Gimana sayang? Memek Sasa enak?” tanya Jenny pada Brian.
Brian hanya menjawabnya dengan acungan jempol.
“Tapi pak Rudi belum puas ih dari tadi, yang.” rajuk Jenny yang kini menungging ujung bawah kasur tempat kami berbaring. “Ayo pak, entot Jenny lagi... Emmhhh...” pinta Jenny pada pak Rudi supaya menusuk vaginanya dari belakang.
“Saya minta ijin ya, den Brian.” ucap pak Rudi yang dijawab jempol lagi oleh Brian.
 
So frickin hot....
Bikin melek pagi pagi...
Thanks for this magnificent update, bro...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd