Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[CHALLENGE 2] The Last Valentine

upil_hero

Guru Semprot
Daftar
16 Nov 2013
Post
530
Like diterima
249
Bimabet
Hai...hai...sudikah kiranya kalian semua membaca sebuah cerita usang buah pemikiranku ini. Terima kasih sekali kalian membaca coretan-coretan ini. Dan semoga kalian terhibur.






[size=+8]THE LAST VALENTINE[/size]

[size=+2]Tak ada alasan apapun untuk mencintaimu[/size]
[size=+2]Sampai nafas ini habis, masih tiada alasan untuk mencintaimu[/size]



[size=+4]PROLOG[/size]​

14 Febuari 2015


" Bunda ini makam siapa " tanya seorang anak yng tampak kebingungan saat diajak sang bunda ke sebuah makam untuk pertama kalinya.

" Kok bunda nangis " ucap anak tersebut seraya memeluk tubuh bundanya yang kini masih terisak.

" Nak, ini adalah makam ayahmu," kata sang bunda sambil tersenyum tipis.

" Ayah bunda," ucap sang anak kegirangan didalam kepolosannya.

" Ayah...adek sudah gede, adek sudah masuk sekolah loh," ucap sang anak didepan makam ayahnya.

Mendengar kepolosan sang anak, wanita tersebut tersenyum bahagia, dia tak menyangka jika anaknya itu mewarisi sifat ayahnya. Bisa dibilang anak tersebut tiruan ayahnya.

Disaat sang anak berceloteh dimakam sang ayah, wanita tersebut mengeluarkan secarik kertas dengan bercak darah yang mulai memudar.

Hai, Ratih selamat hari valentine ya...

Jika mencintaimu merupakan sebuah kesalahan, maka akan aku dengan sangat rela mempunyai kesalahan itu.

Jika mencintaimu merupakan sebuah dosa, maka akan sangat rela aku mengemban dosa tersebut seumur hidupku.

Ratih, engkaulah separuh jiwaku, separuh dari nafasku, engkaulah hidupku.

Dan jika hari ini merupakan valentine terakhirku, aku tak peduli selama nafas masih merasuki rongga pernafasanmu, selama itulah aku akan tetap mencintaimu.

Dan jika ini valentine terakhirku, aku tak akan pernah menyesal karena mencintaimu.

Aku akan selalu mencintaimu dan akan tetap mencintaimu walaupun nafas ini telah meninggalkan ragaku ini.

Yang sangat mencintaimu, Dion.

Air mata itu tanpa terasa membanjiri wajah Ratih, sudah lima tahun sudah secarik surat ini menemaninya menjadi penguat hari-harinya selama ini. Sepucuk surat inilah yang menjadikannya kuat menghadapi hidupnya. Karena Ratih yakin akan selamanya Dion mencintainya.
 
Terakhir diubah:
[size=+2]The last valentine[/size]

Berdiri disana sesosok pria dengan kaos singlet yang menghiasi dada bidangnya. Dia berdiri didepan sebuah pintu kamar dimana terbaring tubuh lemah tak berdaya milik seorang wanita yang amat dipujanya. Senyum tipis diwajahnya mengisyaratkan sebuah kemenangan. Bagaimana tidak, karena mulai malam ini dia bisa menguasai kehidupan wanita tersebut.

Kini sang pria tersebut berjalan menjauh dari kamar, dengan langkah penuh kemenangan dia berjalan menuju sebuah sofa panjang yang terletak di ruang tamu rumah tersebut.

Dia duduk sambil menyalakan sebatang rokok kesukaannya. Dihisapnya dalam-dalam memenuhi setiap rongga dalam paru-parunya dengan nikotin. Dengan pelan-pelan dihembuskannya asap putih bernikotin tersebut melalui hidung dan mulutnya, dinikmatinya seakan tak rela nikotin itu terbuang percuma.

Menikmati rokoknya sambil menonton acara televisi yang tak jelas. Dihisapnya lagi untuk yang terakhir kalinya sebelum membuangnya ke dalam asbak. Lalu dia pun beranjak menuju kamar tempat wanita tersebut terbaring lemas.

Dibuka secara perlahan daun pintu itu, dilihatnya kembali sosok diatas ranjang tersebut. Posisinya masih sama seperti tadi pagi saat dia meninggalkannya. Terlihat rupa kamar tersebut bak kapal pecah, semua berserakan dimana-mana. Semua masih tergeletak begitu saja.

Wanita tersebut masih terlelap tidur dibalik selimut. Tubuh polosnya hanya ditutup oleh selimut bermotif bunga mawar berwarna hitam yang tampak kusut.

Pria tersebut kini berdiri disamping ranjang, dilihatnya wanita itu secara seksama. Senyumnya kembali terkembang saat melihat bercak merah yang tercetak jelas di seprai yang mempunyai warna dasar putih tersebut.


' Sekarang kau sudah jadi milikku ' gumam pria tersebut.

Didekatinya wajah wanita tersebut, kemudian dia mencium keningnya." Tidur yang nyenyak ya sayang ?".

Beranjak dari ranjang pria tersebut berjalan menuju sebuah sofa kecil yang cukup untuk satu orang. Sofa tersebut terletak tepat di samping jendela kamar tersebut. Sofa yang berwarna coklat itu adalah salah satu saksi kejadian tadi malam. Dimana wanita tersebut bisa dibilang terpaksa memenuhi nafsu setan pria yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

" Maafkan aku sayang, mugkin dengan cara ini aku bisa memilikimu," kata pria itu sambil tersenyum jahat." Aku hanya ingin memilikimu seutuhnya, " lanjutnya lagi sambil mengambil sebuah handycam yang berada disampingnya.

Sambil duduk tenang di sofa tersebut, pria itu memutar kembali beberapa video yang tersimpan pada memori handycam itu. Dia tersenyum melihat video yang pertama,dari video inilah memorinya lompat jauh tiga tahun yang lalu. Memori dimana dia pertama kali mengenal wanita yang kini ada dihadapannya itu.

" Kenalkan namaku, Dion atau lebih lengkapnya Dion Permana Putra," dengan penuh percaya diri Dion memperkenalkan dirinya kepada seorang gadis yang menyita matanya saat pertama kali menginjakkan kakinya di kampus biru itu.

Diulurkan tangan dengan kulit sedikit terbakar sinar matahari itu, berharap jabat tangan perkenalan ini disambut oleh gadis tersebut. Dengan ragu gadis itu menerima jabat tangan Dion tersebut sambil menundukkan kepalanya.

" Ratih," jawab gadis tersebut singkat. Dan cepat-cepat dilepaskan jabatan tangannya karena malu.

Baru pertama kalinya buat Ratih menerima perkenalan dari seorang cowok. Bisa dibilang cowok itu cukup ganteng dimatanya, dengan tinggi normal seperti kebanyakan cowok seusianya, badannya kerempeng namun berotot. Namun yang membuat Ratih enggan karena rambut cowok yang bernama Dion tak beraturan seperti orang belum mandi saja. Dan satu lagi yang dibenci Ratih saat pertama kali melihannya, tatapan mata Dion kepada dirinya begitu tajam seolah ingin melahapnya bulat-bulat.

Perkenalan yang bisa dibilang tak menyenangkan tersebut terutama bagi Ratih, berlanjut menjadi sebuah hubungan pertemanan yang cukup erat. Ratih tak menyangka ternyata Dion anaknya konyol banget, setiap didekatnya pasti ramai seperti sebuah pasar. Ada aja tingkah konyolnya untuk membuat suasana jadi meriah. Entah dari banyolannya ataupun dari keusilannya.

Bagi Ratih, Dion tak ubahnya sebagai senjata ampuhnya melepas kesedihannya. Dion selalu ada setiap Ratih membutuhkannya apapun kondisinya.

Namun bagi Dion segalanya jadi beda, semua demi Ratih. Apapun dia lakukan agar membuat Ratih sang pujaan hatinya itu tertawa. Dia korbankan segalanya demi melihat senyum dapat tersungging di wajah ayu Ratih. Bagi Dion, Ratih adalah segalanya, Ratih adalah pusat baginya. Ratih tak ubahnya sebuah oase di gurun yang tercipta untuk Dion. Yang mampu memberikan warna tersendiri bagi hidupnya.

Senyum pun terkembang menghiasi pria yang tengah duduk disofa itu, pria yang tak lain adalah Dion. Senyumnya kini memancarkan kebahagiaan yang tulus. Dia tersenyum saat melihat tawa gadis yang dia cintai tertawa lepas saat mereka berlibur bersama di pantai. Dalam video tersebut tampak dia dan ratis sedang kejar-kejaran bersama dengan teman-temannya. Tanpa terasa bulir air tampak menghiasi sudut matanya. Sungguh campur aduk persaanya kini, antara kebahagiaan dan sebuah penyesalan.

Memori-memori indah saat kebersamaannya dulu bersama Ratih tak mungkin dia lupakan begitu saja. Kebahagiaan saat berada disisi Ratih bagai angin penyejuk saat ketidakmampuan untuk memilikinya.

Dalam video berikutnya menampakkan suasana sebuah pesta ulang tahun. Sangat sederhana sekali pesta ulang tahun tersebut yang mengambil lokasi taman belakang rumah yang dia tempati saat ini. Saat itu Dion ingat bagaimana persiapannya membuat sebuah pesta kejutan untuk ulang tahun Ratih yang kedua puluh dua. Saat itu Dion minta bantuan teman-temannya untuk mempersiapkan pesta itu. Dion sendiri pun sudah jauh-jauh hari merencanakan ini semua, dimana saat pesta nanti dia akan mengungkapkan seluruh perasaannya pada Ratih.

Dion pun tersenyum kecut mengingat saat itu. Dibukanya sebuah kotak kecil yang berada dimeja sebelahnya. Terdapat sepasang cincin yang terbuat dari emas putih bertuliskan nama dia dan Ratih.

Kembali dilihatnya video yang terputar pada handycam miliknya itu. Masih video acara ulang tahun Ratih. Dalam video tersebut tampak Ratih tampak bahagia banget mendapatkan surprise party dari teman-temannya. Wajahnya yang ayu tampak tersipu, pipinya merona karena malu dan juga bahagia.

" Tiup lilinnya...tiup lilinnya...tiup lilinya " sengaja Dion menaikkan volume videonya.

Dadanya begitu sesak kala mengingat kejadian setelah itu, sangat menyakitkan dimana saat itu Ratih mengenalkan cowoknya. Padahal saat itu Dion telah mempersiapkan sedemikian rupa untuk menyatakan perasaannya pada Ratih. Tanpa terasa air matanya terkumpul di sudut matanya. Disitu terlihat Ratih tampak bahagia sekali sambil memeluk sang pujaan hati. Tampak dilayar wajahnya sendiri yang menampakkan kekecewaan.

' Sekarang kau jadi milikku sayang,' gumam Dion sambil mematikan handycam itu lalu beranjak menghampiri Ratih yang tengah tertidur pulas diranjang. Kini Don duduk dipinggir ranjang, menyelimuti tubuh polos Ratih. Diwajahnya kini tampak senyum kebahagiaan dan juga senyum penyesalan. Penyesalan karena keegoisannya untuk memiliki sosok yang ada didepannya itu. Penyesalan kini muncul seiring dengan air mata yang keluar tak terbendung lagi.

" Maaf kan aku sayang," ucapnya lirih." Maaf dengan segala keegoisanku selama ini," tangisnya kian pecah tanpa dia bisa tahan lagi.

Entah siapa dirinya semalam yang dengan sadis memperkosa orang yang paling dia cintai hanya demi ingin memilikinya. Entah apa yang menjadi dasarnya melakukan semua ini. Dilihatnya kembali wajah sayu Ratih yang kini terbaring lemah dihadapannya.

Sangat lekat dalam ingatannya bagaimana dia jadi seorang predator kemaren. Bagi Dion, kemaren bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Dan yang pasti dia sangat menyesal akan hal itu.

" Dion tolong lepasin ! " kata Ratih sambil menangis ketakutan.

Ratih terus meronta didalam dekapan Dion. Saat ini Dion telah gelap mata yang ada dipikirannya kini bagaimana bisa mengusai tubuh Ratih itu. Dari ruang tamu Ratih berlari menghindar cengkraman tangan Dion, dress yang dipakainya sampai robek karena tarikan Dion.

Kini ratih sedang terpojok didalam kamar. Dress yang ia kenakan sudah terkoyak oleh jemari kasar Dion. Kedua tangannya disilangkan didepan dadanya sambil memegangi dress yang hampir saja lepas dari badannya.

" Hentikan Dion ! " teriaknya. Meskipun begitu Dion tak menyurutkan niatnya, niat yang sangat jahat kepada orang yang pernah dia sayangi.

Kini Ratih sudah berada diatas ranjang.

Dengan kasar Dion mencoba mencium bibir Ratih. Kedua tangannya pun sibuk memegangi pergerakan kedua tangan Ratih. Dan Ratih pun terus meronta untuk melawan. Ratih menggeleng-gelengkan keplanya menghindari ciuman kasr dari Dion. Sambil terus berusaha mencium Ratih, tangannya tak tinggal diam ikut meremas payudara ranum yang masih tertutup dress.

' SREKK..' dress yang dikenakan Ratih robek karena tarikan Dion. Kini Ratih hanya mengenakan bra dan celana dalam saja. Ratih hanya meringkuk ketakutan disisis ranjang, kedua tangannya tak mampu menutupi seluruh tubuhnya. Air matanya terus mengalir tangisnya menghiasi keheningan malam itu. Ratih tak mampu lagi mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Dion yang penuh nafsu. Dion kembali mendekati Ratih dengan tatapan laparnya. Dion berusaha melepas ikatan simpul tangan Ratih yang berusaha melindungi dirinya sendiri.

Tanpa kata-kata Dion berusaha melampisakan nafsu beserta amarahnya terhadap Ratih. Tangisan Ratih tak membuat Dion menyurutkan niat iblisnya itu. Dion terus merangsek tubuh Ratih tersebut walaupun rontaan Ratih mampu sedikit menghalangi usahanya itu.

' Dugghhhh...' Dion pun terjungkal ke bawah ranjang saat Ratih punya kesempatan mendorong tubuhnya.

Dion pun berdiri memandang Ratih dengan tatapan membunuh. Sorot matanya menunjukkan kemarahan yang amat sangat besar.

' PLAAKKKK.....' sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di wajah Ratih. Dan darah menghiasi sudut bibir Ratih berkat tamparan tersebut. Batin Ratih kian perih melihat sahabatnya itu tega melakukan ini semua.

Tanpa banyak bicara lagi Dion lalu melanjutkan aksi bejatnya. Dan tak butuh waktu lama Dion kini sudah telanjang tanpa sehelai pakaian pun. Sedangakan Ratih masih tampak syok dengan tamparan tersebut. Jiwa Ratih seolah belum kembali saat Dion mulai melucuti seluruh baju yang dikenakannya. Hanya air mata yang kian seras mengalir membasahi pipi yang memerah karena tamparan tadi.

Dion mulai menjamah tubuh Ratih yang kini tampak polos setelah bra dan celana dalamnya di buka paksa oleh Dion. Leher Ratih yang jenjang dijilati Dion, tak hanya itu jilatnnya kini mulai merambah belahan dada Ratih. Bukan tanpa perlawanan, namun tenaga Ratih sudah melemah ditambah dirinya masih syok dengan tamparan tadi.

Ratih hanya menggigit bibir bawahnya saat ujung kemaluan Dion mulai menyeruak belahan vaginanya. Tanpa mengeluarkan suara kesakitan hanya ada luapan air mata yang kian deras. Jiwanya terguncang saat ini.

' BLESSS ' Dion mulai menggerakkan kemaluannya dan bergerak naik turun diatas tubuh telanjang Ratih. Reaksi Ratih hanya pasrah dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu terhadap tubuhnya. Bagi Ratih jiwanya kini sedang terguncang hebat, sahabat yang selama ini melindunginya tega melakukan perbuatan keji ini. Yang dilakukannya hanya terus menangis meskipun hampir tanpa suara.

Ratih memalingkan wajahnya yang berserai air mata sesekali dia memejamkan matanya menahan sakit dibagian kemaluannya.

' Ohhhh..mmmpphhhh ' desahan Dion mulai menggema beriringan dengan isak tangis Ratih. Dion masih bergerak naik turun diatas tubuh Ratih.

Sesekali Dion masih berusaha merangsang Ratih dengan permainan lidahnya yang menyapu leher, telinga dan juga belahan dada Ratih. Perlawanan Ratih sudah mengendur, hal ini dimanfaatkan tangan Dion yang sendari tadi memegangi kedua tangan Ratih kini mulai menjamah belahan dada Ratih yang tampak ranum.

Semua yng dillakukan Dion untuk merangsang Ratih tak sepenuhnya gagal, desahan-desahan kecil Ratih mulai tampak disela tangisnya. Dion pun juga merasakan cairan pelumas di vagina Ratih mulai keluar hingga dia tak merasakan panas lagi. Dion makin bersemangat meraih puncak kenikmatannya.
'Mmmmppphhhh....i love you ' kata Dion ditelinga Ratih disela desahannya meraih orgasme. Ratih pun hanya menggigit bibir bawahnya karena disaat yang bersamaan dia jug merasakan hal yng kini dialami Dion. Tangis dan air mata Ratih kian deras mengucur, mengutuk dirinya sendiri yang ditengah pemerkosaan ini dia justru menikmatnya.

' Crott...crott...crott...' semburan berjuta sel sperma Dion membanjiri dan mengisi rahim Ratih. Dengan nafas yang terengah-engah saat menikmati puncak kenikmataan itu, Dion mengecup kening Ratih. Tanpa sadar Dion pun meneteskan air matanya sendiri setelah kesadarannya kembali dan melihat wajah Ratih yang basah dengan air mata.

" Maaf," kata Dion sambil terisak.

Walaupun Dion menyesali perbuatannya, namun nafsu iblis masih memenuhi pikirannya. Terlebih lagi dalam posisi mereka masih terhubung, otot vagina Ratih secara kontiniu meremas-remas batang penis Dion. Hal ini juga yang menyebabkan batang penis Dion tetap terjaga ereksi.

Entah berapa kali Dion memuaskan hasrat binatangnya kepada Ratih. Yang jelas sampai fajar menyingsing Ratih tampak terlelap karena sangat kecapekan. Tenaganya habis terkuras untuk menangis dan meladeni nafsu binatang Dion.

Dion hanya duduk ditepi ranjang melihat Ratih yang tergolek lemah tak berdaya. Sayup-sayup terdengar isakan tangis Ratih dalam tidur. Kesadaannya kini sudah seribu persen kembali, air matanya pun tak kuasa dia bendung setelah melihat hasil perbuatannya beberapa saat yang lalu.

Penyesalan yang amat dalam kini begitu tampak menghiasi wajah kusut Dion. Ingin sekali dia mendekati Ratih dan memeluknya namun badannya sungguh tak mampu digerakkan. Suaranya pun seolah sirna saat ingin memanggil nama Ratih ataupun bilang maaf.


Air mata Dion kembali keluar untuk kesekian kalinya, menyesali apa yang dia lakukan kepada sosok yang kini masih terlelap di depannya itu.

Matahari telah jauh meninggalkan peraduan malamnya. Dilihatnya keluar jendela sekarang sudah terang oleh sinar sang surya. Dion pun beranjak keluar dari kamar itu, dengan langkah lemahnya itu dia menuju ke dapur untuk mengisi perutnya yang sendari tadi minta diisi. Tak lupa juga dia ingin membuatkan sarapan buat Ratih.

Tak menunggu berapa lama tangan terampilnya sudah siap menyajikan nasi goreng spesial ala Dion. Tak lupa dia juga membuatkan secangkir teh hijau sebagai pasangan nasi goreng tersebut.

Sementara itu Ratih didalam kamar sudah terjaga dari tadi, bahkan mungkin bisa dibilang dia belum tidur dalam arti sebenarnya. Yang dilakukannya hanyalah memejamkan matanya. Ratih tahu betul apa yang Dion lakukan dari tadi dikamar tersebut, berapa kali dia mendekatinya, berapa kali dia mendengarkan suara tangis penyesalannya.

Namun jauh dari itu kini Ratih amatlah terluka, batinnya begitu teriris dengan apa yang dilakukan Dion terhadapnya. Dia tak menyangka jika Dion sanggup melakukan semua ini terhadapnya. Dion yang selama ini melindunginya kini malah tega menodainya. Namun entah mengapa dia tak bisa membenci Dion. Bahkan jika mau diakuinya, dia ikut menikmati apa yang dilakukan Dion semalam. Dia menikmati saat batang penis Dion menggesek-gesek dinding vaginanya. Bahkan saat Dion mengeluarkan jutaan sperma ke rahimnya justru saat itu dia meraih orgasmenya.

Dilihatnya sisa kejadian semalam, diperhatikan dengan lekat bercak darah yang mengiasi selimut dan seprei di ranjang tersebut. Tak ada rasa penyesalan dihati Ratih saat tangannya meraba noda merah itu. Senyum tipisnya tersungging menghiasi wajahnya yang sayu.

Tercium kini harumnya masakan yang menggelitik indera penciumannya, otaknya langsung bekerja memerintahkan saraf yang ada didalam perutnya untuk meminta diisi.

Matanya masih memandangi langit-langit kamar itu, dia masih bergelut dengan pikirannya sendiri.

' Apa yang harus aku lakukan jika bertemu Dion nanti,' batinnya bimbang dengan keadaan ini.

Ada semacam perasaan yang sangat kontradiksi didalam hatinya, di satu sisi dia sangat membenci perbuatan Dion semalam namun disisi lain justru dia sangat menikmati semua itu dan tak bisa membencinya.

" Sudah bangun sayang," sapa Dion membuyarkan lamunannya.

Dengan senyum yang terkembang besar, Dion berjalan mendekati Ratih yang kini sedang terduduk di atas ranjang. Ratih hanya menatap tajam Dion yang berjalan mendekat ke sisi jauh ranjang tempatnya dia mematung sekarang. Tubuh polosnya kini hanya tertutup selimut besar.

" Idih cemberut aja, kesambet ntar lho," Dion coba bercanda pada Ratih yang menatapnya tajam.

Dion paham dengan apa yang dirasakan Ratih sekarang, dia juga paham sekali situasi sekarang ini. Ratih pasti sangat benci padanya saat ini, namun Dion mencoba menetralisir semua ini dengan menganggapnya biasa tanpa ada sesuatu yang pernah terjadi.

' Haruskah aku membencimu, Dion,' batin Ratih.

Ratih masih diam seribu bahasa, dia masih gamang dengan apa yang dirasakannya kini. Semua yang ingin dikatakan, hanya tertahan ditenggorokannya. Hati dan pikirannya masih belum sinkron sampai saat ini. Dia sangat benci dengan apa yang telah Dion lakukan semalem namun entah mengapa hatinya tak mampu membencinya. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam tak mungkin dia membenci cowok yang ada didepannya ini.

" Suapin," kata Ratih lirih.

" Bentar yah tak ambilin, nasi goreng spesial khusus buat kamu," bagai mendapat durian runtuh saat mendengar sebuah kata dari mulut Ratih.

Secepat mungkin Dion berlari menuju ruang makan tempat seporsi nasi goreng itu diletakkan. Diambilnya sebuah nampan lalu meletakkan sepiring nasi goreng tersebut dan secangkit teh hijau yang telah disiapkannya tadi.

Dengan hati berbunga-bunga Dion mempersiapkan sarapan itu, kemudian dengan langkah bahagia dia beranjak menuju kamar tempat Ratih berada.

" Sarapannya tuan putri," senyum Dion begitu mengembang.

Ditaruhnya nampan tersebut ke nakas yang terletak disamping kiri Ratih.

" Sini makan dulu, " ucap Dion sembari mengangkat sendok ke arah mukut mungil Ratih. Dengan tersenyum Ratih pun menerima suapan nasi goreng dari Dion.

" Pelan-pelan aja makannya, ntar tersedak. Nih minum dulu," Ratih hanya tersenyum.

Satu hal yang sangat membuat bahagia Dion saat ini tak lain adalah melihat Ratih tersenyum lepas seperti saat ini. Sudah lama sekali dia tak melihat tawa riang gadis pujaannya ini semenjak pacarnya mengurungnya dalam sangkar. Hati Dion sangat bahagia banget melihat senyum Ratih tersebut, dia bahkan rela menukar apapun demi sebuah senyum manis tersebut.

' Seneng bisa melihat kamu senyum, ' batin Dion disela-sela suapannya ke Ratih.

Begitu pula dengan Ratih, melihat ketelatenan Dion saat menyuapinya membuat hatinya berbunga-bunga seperti orang jatuh cinta. Segenap rasa benci yang menyelimutu pikirannya hilang begitu saja setelah melihat ketulusan dari cowok didepannya ini. Senyum selalu tersungging saat setiap suapan Dion hinggap di mulutnya.

Jika ada orang lain yang tak mengenal mereka dan melihat keduanya seperti itu pasti orang tersebut mengira mereka adalah pasangan suami istri. Tatapan mereka mencerminkan sebuah perasaan cinta yang amat mendalam. Perasaan yang selama ini mereka pungkiri sendiri. Kini tanpa sadar mereka menunjukkan semua perasaan tersebut, perasan yang selama ini mengikat kedua hati mereka.

" Hmm, tak kembalikan dulu yah," ujar Dion sambil mengangkat nampan tadi.

" Ambil aja bajuku di almari," lanjutnya lagi sambil tersenyum miring dan berlalu meninggalkan Ratih yang menahan malu.

Setelah Dion berlalu pergi, Ratih pun beranjak menuju almari pakaian yang tak jauh dari posisinya sekarang. Masih berbalut selimut dia membuka pintu almari tersebut, memilah pakaian mana yang hendak dipakainya saat ini. Matanya tertuju dengan tshirt berwarna hitam yang sangat mengusik pandangannya. Baju itu tergantung rapi di sudut almari tersebut. Diambilnya baju itu lalu dipakai, tak lupa dia juga mengambil sebuah boxer untuk dipakainya. Baju Dion tersebut tampak kebesaran hampir selutut jika dipakainya dan mungkin ini yang terbaik mengingat dia juga tak mengenakan bra dan celana dalam. Baju kedodoran itu mampu menutupi tubuh indahnya untuk sementara waktu.

Dion hanya tersenyum kala melihat Ratih sedang menatap tubuhnya di hadapan cermin yang ada di pintu almari bajunya. Dion mengagumi ciptaan Tuhan yang ada di depan matanya itu. Tak salah bagi hatinya jika selama ini sangat mencintai gadis tersebut.

Namun disaat yang sama Dion juga merutuki kebodohannya semalam, bagaimana dengan keegoisannya dia menodai gadis yang amat disayanginya tersebut. Dion tahu bahwa didalam sikap tenang Ratih tadi, menyimpan perasaan benci terhadap dirinya. Kini dia pasrah dengan apa yang akan terjadi kedepan, apapun keputusan Ratih nanti akan dia lakukan meskipun akan sangat melukai hati dan jiwanya.

" Cerminnya bisa pecah itu," canda Dion saat Ratih tersenyum sendiri memandangi tubuhnya sendiri didepan cermin.

" Ihhh, sebel deh," Ratih pura-pura cemberut.

Dengan langkah anggunnya Ratih kemudian berjalan ke arah Dion yang masih berdiri sambil tersenyum didepan pintu kamar. Dipandanginya pemuda didepannya itu, banyak hal yang ingin dibicarakan dengannya saat ini.

" Kita perlu ngobrol banyak," ucap Ratih tegas.

Tanpa banyak bicara lagi Dion pun mengikuti langkah Ratih dari belakang, Dion bisa menerka kemana arah pembicaraan nanti. Dion membulatkan tekad, siap menerima segala keputusan apapun dari Ratih.

" Duduk Dion, kita perlu bicara banyak," pinta Ratih dengan nada tegas saat mereka berada dimeja makan.

Dion hanya mengikuti Ratih dan memilih duduk didepannya. Sebelum menjawab , Dion memperhatikan raut wajah tersebut, dengan wajah datar akhirnya dia pun menjawab," maaf Ratih atas semua yang aku lakukan semalam."

" Maaf, apa katamu tadi, maaf. Gampang sekali kau bilang kayak gitu, apa kamu paham dengan akibatnya terhadap diriku, Dion ! "

" Gampang sekali kau bilang maaf," ucap Ratih dengan nada keras dan penuh emosi.

Dion hanya mampu diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Diperhatikan dengan lekat wajah emosi Ratih tadi. Dion menyadari kesalahannya itu. Namun ego dari dalam dirinya masih sangat kuat menguasai otak pikirannya.

" Kenapa, Dion kenapa ? " kata Ratih sambil meneteskan bulir-bulir air mata. Setelah itu Ratih pun terisak menangis, sekarang dia sudah tak suci lagi. Keperawanan yang sangat dia jaga hilang begitu saja dengan keegoisan orang yang kini tertunduk didepannya.

" Karena aku sangat mencintaimu," jawab Dion lirih namun masih sanggup didengar jelas oleh Ratih disela tangisannya tersebut.
" Cinta, apa ini caramu mencintai Dion. Apa ini caramu mengekspresikan rasa cintamu padaku, dengan memperkosaku. Kau tega Dion, kau sungguh tega kepadaku," semakin keras saja Ratih menangis. Dia tak dapat membayangkan bagaimana nantinya.

Semua ini bagaikan mimpi saja bagi Ratih, mimpi buruk. Dia tak menyangka kalau kemarin memenuhi permintaan terakhir sahabatnya itu akan berujung seperti ini. Dia tak menyangka Dion sahabatnya itu mampu melakukan semua ini terhadapnya. Meskipun jauh dilubuk hatinya, Ratih merasa tak begitu sedih dengan kejadian ini, justru kini dia memandang Dion lain. Kalau boleh jujur pada hatinya sendiri saat ini dia bahagia.

Bahagia ?

Ya bahagia, karena kini Ratih bagai tersadar dari mimpi bukan Agus pacarnya kini yang mencintainya tulus melainkan cowok dihadapannya kinilah yang mampu mencintainya tulus. Mungkin dia harus bersyukur dengan kejadian ini,karena dengan adanya kejadian ini mata dan hatinya terbuka lebar, siapa Dion sebenarnya.

" Kuharap kau masih memegang janjimu kemarin. Oke, mungkin kejadian semalam anggap saja tak pernah terjadi tapi tolong tepati janjimu kemarin," kata Ratih datar.

Sesaat Dion tersadar akan janjinya kemaren pada Ratih. Dion berjanji jika Ratih mau memenuhi permintaan untuk bertemu terakhir kalinya, Dion berjanji akan pergi jauh dari Ratih dan tak akan mengusik kehidupannya.

" Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menepati janjiku padamu kemarin. Namun sebelumnya aku cuma ingin mengatakan sesuatu padamu. Ini tentang perasaanku padamu sejak pertama kali kita kenalan," kata Dion lemas.

" Ratih, terima kasih sekali kamu telah mau menjadi sahabatku selama ini. Maaf jika aku belum bisa menjadi sahabat yang terbaik buat kamu, ini karena sejak saat kita kenal sejak saat itulah aku mencintaimu dan kini rasa tersebut masih ada dan mungkin semakin bertambah. Sudah aku coba untuk membunuh semua rasa ini, namun aku tak mampu, semakin kucoba semakin dalam rasa cinta ini padamu. Maaf untuk kejadian semalam, semua ini karena ego ku dalam mencintaimu, aku hanya ingin bisa memilikimu seutuhnya. Sekarang aku sadar jika semua itu salah, tak seharusnya aku melakukan semua ini," Dion mencoba menghela nafasnya dalam-dalam hanya sekedar untuk sedikit mengurang beban didalam dadanya.

Ratih masih diam saja dengan semua perkataan Dion tersebut. Seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Kemudian Dion beranjak mengambil handycam yang berada dikamarnya. Dengan langkah cepat namun tetap tenang Dion kembali ke meja makan. Ratih masih diam tak bersuara dan masih melihatinya tajam.

" Tadinya video ini akan aku jadikan alat untuk bisa memilikimu, namun kini dihadapanmu video kejadian semalam akan kuhapus," sontak Ratih kaget mendengar kata Dion barusan.

' Dion merekam semuanya semalam,' batin Ratih tak percaya.

Ratih hanya menghela nafas panjang saat dia melihat sendiri video tersebut dihapus. Ada sedikit persaan lega kala Dion menghapus video tersebut, namun hatinya belum mampu sepenuhnya percaya dengan omongan Dion. Bisa saja dia telah mengkopi video itu ke media lain.

" Bener cuma disitu saja kau simpan video itu," selidik Ratih.

" Aku tak bohong, cuma di handycam ini saja, jika kau belum percaya silahkan kau periksa sendiri, " ujar Dion sambil menyerahkan handycam tersebut kepada Ratih.

" Aku sudah muak dengan omonganmu, sini hape, tablet sama handycam itu aku mau memeriksanya semua dirumah. Aku mau pulang sekarang," kata Ratih ketus.

Emosinya tersulut kala mengetahui jika kejadian semalam sempat direkam oleh Dion. Tak peduli lagi akan persaannya, yang ada didalam kepala Ratih kini hanyalah pergi dari hadapan Dion sesegera mungkin. Ratih amat tersinggung dengan pernyataan Dion tadi yang dengan sengaja merekam kejadian semalam untuk mendapatkan dirinya.

Dion hanya pasrah menyerahkan barang yang diminta oleh Ratih. Dalam hal ini dia memang salah. Dan mungkin tak termaafkan lagi oleh Ratih. Dia hanya memandangi Ratih denga lemah kala gadis tersebut meninggalkan rumah kontrakannya itu dengan penuh kemarahan. Dipandanginya Ratih yang kini berbalut jaket hitam miliknya menaiki taksi yang telah dipesan sebelumnya.

" Selamat tinggal Ratih, aku akan menepati janjiku padamu. Aku akan pergi dari kehidupanmu mulai saat ini, meskipun akan sangat berat bagiku," ucap Dion lirih sesaat taksi yang membawa Ratih sudah tak terlihat di pandangannya.

Sejak saat itu Dion benar-benar menepati janjinya, dia menghilang dari kehidupan Ratih. Teman dan para sahabatnya tak terkecuali Ratih pun kebingungan mencari dimana keneradaannya. Dion bagai hilang ditelan bumi, tak ada yang bisa mencarinya semua alat komunikasinya masih disimpan Ratih. Bahkan Ratih belum sempat mengembalikan semua alat komunikasi Dion.

Ratih benar-benar menyesali semuanya, dia menyesali semua yang telah terucap dari mulutnya saat terakhir denga Dion. Penyesalannya semakin bertambah saat dia melihat semua video yang ada dihandycam Dion itu. Hati kecilnya tak pernah salah, Dionlah yang selama ini mampu mencintainya sangat tulus bahkan tak pernah mengharapkan apapun dari dirinya. Dion tak mengharapkan semua perasaannya dibalas olehnya.

14 febuari 2013

Pagi itu Dion bangun dari tidurnya dengan sangat malas, seolah tiada lagi gairah dalam hidupnya. Sebagian dari nafas bahkan nyawanya sudah hilang. Sudah hampir dua bulan dia menghilang dari kehidupan Ratih, selama itu hatinya sangat tersiksa. Meskipun tak benar-benar menghilang karena Dion tetaplah Dion, dia tetap menjaga Ratih walaupun dari jauh.

Namun dihari kasih sayang ini, hati dan jiwanya sudah tak kuat lagi untuk bertemu dengn pujan hatinya itu. Walaupun jika nantinya valentine ini akan jadi yang terakhir buat Dion untuk melihat paras cantik Ratih.

' Semoga Ratih akan senang dengan apa yang aku lakukan nanti, ' Dion berkata pada hatinya sendiri.

Dion pun menyusuri jalan menuju kampusnya. Sengaja dia berjalan kaki karena tempat tinggalnya sekarang tak jauh dari kampus. Tak lupa dia membawa bunga dan lembaran kertas untuk aksinya nanti.

" RATIHHHH....AWASSSS....." teriak Dion menggema saat melihat Ratih yang berjalan ditepi jalan tak menyadari bahwa dari arah belakang ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya. Tanpa pikir panjang lagi, Dion berlari kencang ke arah Ratih.

Ratih menoleh ke arah asal suara yang memanggilnya, namun belum mengetahui siapa yang memanggilnya Ratih merasa ada dorongan keras pada tubuhnya.

" BRAKKKKK " suara benturan yang sangat keras.

Tubuh Dion terpelanting jauh, sedangkan Ratih pun jatuh karena dorongan Dion. Tubuh Dion terseret beberapa meter bahkan kakinya sempat terlindas roda mobil yang menabraknya itu.

" DIONN........" Ratih pun berlari menghampiri tubuh Dion yang tergeletak bersimbah darah ditengah jalan. Sedangkan mobil yng menabraknya sudah kabur entah kemana.

Sambil menangis Ratih memeluk tubuh Dion, dia tak mempedulikan lagi jika kini dia berada ditengah jalan. Yang penting baginya kini adalah Dion Yang ada dihadapannya kini.

" Dion...bangun sayang, bangun untuk aku, " air mata mengalir tanpa bisa di tahan.

Kini kepala Dion sudah berada di pangkuan Ratih, walaupun bersimbah darah dia tak peduli. Ratih terus menangis bahkan semakin kencang saat darah Dion semakin deras mengucur dari hidung dan telinganya.

" RATIH...." ucap Dion lirih.

" Jangan ngomong dulu Dion," kata Ratih sambil terisak.

Dion dengan gerakan lemah, mengambil sesuatu dari kantong bajunya. Dengan tangan berlumur darah dia mengambil secarik kertas lalu menyerahkan kepada Ratih lalu berbisik ke telinga Ratih, dengan sisa nafas yang Dion punya nafas terakhir yang dimikinya " I LOVE YOU....".

Dion menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan sang pujaan hati. Sebuah senyuman tercipta diwajah Dion yang berlumuran darah. Namun tidak bagi Ratih, dia kini menangis sekeras mungkin melihat Dion tak bernafas lagi. Penyesalannya bertambah berkali lipat karena belum sempat meminta maaf dan terlebih lagi belum sempat membalas ungkapan cinta Dion yang terakhir kalinya.

" I LOVE YOU TOO, DION, " ucap Ratih disela tangisnya lalu mengecup bibir Dion yang penuh darah.

Ratih tak peduli lagi tanggapan orang yang kini berkerumun mengelilinginya. Peduli amat dengan orang lain, saat ini Ratih hanya ingin mengungkapkan semua perasaan cinta yang baru berkembang memenuhi hatinya.

" Please, Dion jangan tinggalin kita,"

Ratih terus memeluk tubuh tak bernyawa Dion yang berada dipangkuannya itu. Tangisnya tak kunjung berhenti tatkala tubuh Dion dibawa ke ambulan. Semua begitu cepat terjadi, Ratih yang ingin mencari Dion untuk mengungkapkan perasaanya dan kabar kehamilannya tapi kini yang dilihatnya Dion terbujur kaku tak bernyawa lagi karena menyelamatkannya.

Ratih larut dalam kesedihan, bahkan dalam pemakaman Dion air mata Ratih terus mengucur deras. Ratih masih tak mempercayai Dion kini telah pergi meninggalkan dirinya dan calon bayi yang kini ada didalam kandungannya.

" Aku akan selalu mencintaimu, Dion, dan akan aku jaga buah hati kita ini," Ratih mencium batu nisan yang terukir nama Dion sambil tersenyum.


[size=+3]TAMAT[/size]​
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kenapa Ratih menyuruh Dion pergi kalau dia juga mencintainya? Dasar cewek susah untuk ditebak. Emosinya selalu didulukan. :marah:

Nice story brada upil :jempol:
Salut ama karangannya.
Sedikit masukan banyak typo segera dibetulin iya :semangat:
 
Kenapa Ratih menyuruh Dion pergi kalau dia juga mencintainya? Dasar cewek susah untuk ditebak. Emosinya selalu didulukan. :marah:

Nice story brada upil :jempol:
Salut ama karangannya.
Sedikit masukan banyak typo segera dibetulin iya :semangat:

iyahh mkasih bgt masukannya :D
 
[Info]Salah satu Typo :

Dan satu lagi yang dibenci Ratuh saat pertama kali melihannya, tatapan mata Dion kepada dirinya begitu tajam seolah ingin melahapnya bulat-bulat.

Mohon maaf suhu... :suhu:
 
Bimabet
m'bok yo matur toh! Le..:gubrak:
yen wes ngene, njur piye..?


seperti menyaksikan
kisah drama:)

:kopi::)
ngopi sek, kang uphe
:beer:
matursuwon
sore-sore ono anghet-anghet
:D
makasih banyak eyang :kk:
dah berkenan hadir

Eyang?!??
:kacau:



:gubrak:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd