Part 21
"haaaaa" nafas ray yang mulai terengah-engah setelah selama 30 menit terus mengayun sepedanya tanpa henti. Ray seolah tak memperdulikannya dan terus mengayun sepedanya.
"brretakkkkkkk" suara rantai sepedanya putus.
"sshittttt" geram ray memukul stang sepedanya, dan langsung turun dari sepedanya, ray langsung mengambil nafas dalam-dalam.
Dengan nafas yang masih terengah ray mendorong sepeda perlahan di pinggir jalan, ia melihat jam menunjukan 20,01.
"
apa masih bisa??' tanyanya menghela nafas, seolah pasrah ia bakal terlambat menuju bandara.
"tinnnn tinnn tinnnnn~~~" klakson mobil alphard berhenti tepat di depannya, pintunya langsung terbuka.
"cepet naik, lo gak mau terlambat kan?" ucap shanty menampakan kepalanya dari kaca depan.
"cepetan rayyyyy" desis shanty kesal melihat ray yang hanya terdiam. Dengan tersenyum pelan, karena pertolongan tepat pada waktunya,
Ray pun langsung masuk kedalam mobil, menitipkan sepedanya yang rusak dekat warung nasi.
"yuk berangkat" di tepuknya pundak edo untuk segera jalan. Ray terus melihat kearah jam di ponselnya,
Perjalanan agak padat merayap saat keluar dari tol yang mengarah ke dalam bandara, ray pun semakin panik saat jam menunjukan 10 menit lagi, dan mobil masih mengantri masuk ke dalam terimal satu bandara.
"gue turun disini, thanks" ray kembali langsung berlari dengan sekuat tenaganya yang sudah terkumpul selama perjalanan kesini.
Dengan bertanya petugas untuk mencari jalur keberangkatan, dan kembali berlari setelah melihat petunjung jalur keberangkatan.
"itu cia?" ucapnya melihat perempuan mirip cia dari belakang sambil membawa koper.
"CIAAAAAAA" teriak ray langsung menorobos masuk kedalam, dan berlari ke arahnya. Tetapi ia tak berhenti, bahkan menoleh.
"Tahan!" " teriak beberapa petugas mencegah salah satu petugas saat ray berusaha terus masuk.
"pak, saya mohon izinin sebentar aja" ucapnya saat dua petugas menarik tangannya dengan paksa menuju keluar.
"ikut saya ke kantor!!" ucap petugas dengan nada membentak, ray pun pasrah di giring keluar,
"
Soryy cia" gumam ray dalam hati saat pasrah tak bisa menyampaikan secara langsung, dan penyesalan yang terdalam baginya saat ini.
***
Kepala ray terus menoleh ke belakang saat terus di giring menuju kantor keamanan yang terletak di luar. Helaan nafas panjang ray karena pasti akan membuat mama dan papanya dalam masalah lagi.
"ray" ucap seseorang yang baru saja keluar dari
foodcourt yang tak jauh dari kantor keamanan. Ray menoleh dengan wajah sangat tekejut karena seseorang yang memanggilnya adalah cia.
"kamu kenapa?" tanya terkejut karena ia terlihat di seret oleh dua petugas bandara.
"pak tunggu" ucap papa cia saat dua petugas tak memperdulikannya dan terus memaksa ray terus berjalan.
"bapak kenala sama orang ini?" tanya salah satu petugas yang mengikutinya dari belakang.
"saya kenal" jawabnya menangguk.
"oke, kalau gitu kalian ikut ke kantor"
Ray hanya bisa terdiam karena melibatkan cia dan orang tua cia masalah ini, dan sedikit lega ternyata orang yang ia anggap cia ternyata bukan.
Petugas keamanan pun menjelaskan apa yang terjadi, ray meneoribos masuk Karena mencari seseorang, hal itu sangat menganggu ketertiban bandara. Jelas kepala petugas,
Ray tak ikut masuk kedalam, karena malu melakukan hal bodoh, ia memilih duduk di kursi di luar ruangan dengan pengawasan petugas lainnya.
suara pintu terbuka, cia dan orang tuanya pun keluar dengan kepala petugasnya, "sudah selesai, kamu minta maaf" ucap papa cia, ray pun langsung bersalaman dan meminta maaf atas kejadian tadi.
"minum dulu, " ucap cia membeli kan minuman dari foodcourt yang tak jauh dari kantor keamaanan. Ray hanya tersenyum pelan dan tak banyak bicara.
"kamu kenapa lakuin itu?" tanya cia saat mereka duduk di salah satu bangku foodcourt yang tak terlalu ramai, di tambah papa dan mama cia seolah membiarkan mereka berbicara berdua.
"aku mau kasih tau kamu secara langsung, dan akan menyesal kalau tak bilang ke kamu" jawabnya menghela nafas.
"soal apa?"
"soal surat yang kamu buat, aku udah baca." Ucapnya pelan.
"uhm, itu," tangan cia meremas tangannya sendiri.
"mari kita perbaikin hubungan petemanan kita, dan kamu gak salah sepenuhnya, aku yang bersalah jauhin kamu!" ucap ray dengan nada yang serius.
Secara bersamaan cia tersenyum lebar sambil mengangguk pelan. " iah" jawabnya pelan membuat senyum ray ikut mengembang.
"hy cia" suara tak asing di telianga ray, dan langsung duduk di sampingnya, senyum ray sebelumnya merekah langsung menciut saat tau orang di sampingnya adalah andri.
"hi" senyumnya pelan.
"kalian berdua berangkat ke London?" tanya ray spontan.
"ha??, ngak kok. kebetulan aja liat kalian" jawabnya santai. Ray terus bertanya apakah selama ini andri mendekati cia lagi dan hubungan dia menjadi kembali baik.
"yuk berangkat, nanti kita telat loh" ucap mamanya yang berada di samping cia.
"eh ada andri, " ucapnya lagi.
"hi tante, om apa kabar?" senyum andri bersalaman,
"baik kok, kamu mau kemana?" tanya papa cia, ray hanya terdiam mendengarkan percakapan mereka, karena sikap andri seperti biasanya dan seolah ray harus tau diri.
"mau balik kok om, tante, kan lagi liburan musim panas disana, hehe" senyum ray sedikit lega karena ternyata andri sudah jarang bertemu dengannya.
"ouhh, kalau gitu om tinggal ya, takut telat 20 menit lagi"
"ia om tante, silahkan, " andri langsung berdiri,
"andri aku berangkat, bye,"
"ray, aku berangkat yah" ucapnya tersenyum sambil melambaikan tangannya seperti dulu, lambaian khas dirinya.
"oh ia thanks, udah jauh-jauh kasih tau" lanjutnya,
"iah, hati-hati" ray tersenyum lega sambil menghela nafas panjang.
***
Tidak sampai situ, ternyata andri tak ikut pergi dan malah duduk kembali, " tenang aja kali, gue sama cia udah gak apa-apa" ucapnya saat melihat ray duduk terdiam.
"gue sama cia sekarang seperti adik kakak kok," lanjutnya.
"sorry ya, buat kejadian tahun lalu" andri menjulurkan tangannya. Ray dengan ragu bersalaman deng anya. Karena andri yang sekarang jauh berbeda dari yang dulu masih kuliah.
"jujur, saat itu gue kesel, soalnya ada orang model kayak lo bisa deketin cia, bahkan sampai cia mau di antar naik sepeda,"
"dan hubungan pacaran gue sama cia gak lama, soalnya dia bilang ke gue. Dia terima gue karena gak mau bikin malu di depan-depan anak-anak."
"tapi ucapan cia saat itu benar, karena gue deket sama cia karena bukan rasa suka, gue deketin cia awalnya karena kasihan"
"dan dari situlah gue semakin tau apa yang cia alami, dan semakin lama gue semakin suka, dan sekarang jelas perasaan apa itu" lanjutnya tersenyum menghela nafas.
"gue juga mau bilang ke lo, terima kasih udah panggil ambulance tepat waktu,"
"satu lagi, kalau gue ada di posisi lo, ray, dan andai ginjal gue cocok. Gue belum tentu mau donorin ginjal,"
"gue gak bisa kayak lo, dan gue akui itu"
"kalau gitu gue juga balik, " andri langsung melangkah pergi begitu saja saat ray tak bisa berbicara apa-apa.
"dan kalau lo masih suka sama cia, perjuangin dia" andari langsung menjuukan jempol kearahnya.
Cukupa lama termenung memikirkan kembali saat kejadian saat itu. Dimana ia tak harusnya melakukan hal itu dan mendengarkan ucapan edo dan shanty.
Walau menyesakan tetapi terganti rasa lega dan senang, ia bisa memulai kembali hubungan dengan cia dan entah kapan ia kembali bertemu.
***
"woiiii rayyyy!!" teriak edo berlari, wajahnya terlihat terengah-engah dan telrihat air keringat mengucur deras di dahinya.
"abis ngapain lo?" tanya ray,
"cariin lo lah, gila kemana aja gue keliling gak ketemu."
"terus shanty mana?"
"cariin lo lah, enah kemana tuh anak, lo ketemu sama cia?" edo menghela nafasnya.
"iah, udah ketemu,"
"serius?" ray mengangguk pelan.
"haa, disini rupanya lo" ucap shanty yang sama seperti edo, terengah-engah menepuk pundaknya.
"gimana? Ketemu?" pertanyaan yang sama seperti edo, ray hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
"syukurlah....." senyum shanty,
"gue bakal bersalah kalau lo gak ketemu cia" ucapnya dengan nafas terengah.
"kenapa emang?"
"nanti aja di mobil gue jelasin, sekarang langsung balik aja" ajak edo langsung melangkah ke parkiran bandara,
"lagian gue belum tentu ketemu cia dalam waktu dekat" ucap ray membuka pembicaraan.
"gue bohong ke lo ray," shanty langsung menoleh ke belakang.
"cia sama orang tuanya buat liburan doank kok dua minggu di London,"
"haa serius?"
"ya lah, gue sama shanty sengaja bikin dramatis hahaah" tawa edo terbahak-bahak karena sadar ini semua kerjaan edo dan shanty.
"parah lo ah,"
"lagian, lo juga nekat sampai kayak gitu"
"kalau gak kayak gitu, susah majunya lo, makanya gue rencanain sama bebeb shanty" dengan cepat shanty langsung memukul pundak edo dengan keras.
Ray hanya tertawa, membuat muka shanty memerah padam, dan akhirnya mereka berdua akhirnya menjadi satu.
"dan lega rencananya berhasil, walau banyak hal yang di luar prediksi."
" kalau lo gak spontan pergi, sih gue sengaja ajak lo ke bandara terus ketemu cia sama di foodcourt bandara. Soalnya gue bilang gue mau nyusul dia"
"ohhhhh jadi cia di foodcourt bukannya tanpa alasan tohhh" anggukan pelan ray tak menyangka rencana edo dan shanty sampai segitu.
"sorry deh, tapi tetep kan berhasil haha"
"gue malah terima kasih, bantuin orang lemah kayak gue" senyum pasrah ray.
"emang lo lemah soal cinta kayak gitu, tetapi lo sangat sangat kuat ketika orang yang bearti bagi lo lagi lemah dan bisa bangkit lagi"
"sok ie bahasaaanya" celetuk shanty memotong pembicaraan edo,
"jangan gitu beb" di tariknya pipi shanty dengan keras. Membuat shanty memukul keras bahunya karena menjadi salah tinggkah saat ray melihatnya.
"hahahaha, pasangan yang lucu" tawa ray melihat langit dari luar kaca mobil, dan melihat pesawat yang baru saja lepas landas.
"dan gue tunggu selama dua minggu itu, kita mulai yang baru dari nol lagi" gumam ray tersenyum teringat senyuman cia seperti biasanya.
Bersambung....
#Note, wkwkw maaf lupa update..