Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CInta Bersampul

Part 5


Sudah satu minggu lebih ia tak bertemu andri, dan beranggapan kalau andri tak menggagunya setelah kejadian itu. Walau sedikit terlintas untuk menjaga jarak dengan cia.

“kempesssssssss” gerutunya melihat dua ban sepedanya, terlintas kembali kalau yang melakukannya tak lain adalah andri. Dan bisa saja dugaannya benar.

Ray pun terpaksa mendorong sepedanya menuju keluar kampus, terdengar beberapa suara motor mengahampirinya dan tepat satu motor di depan menghandangnya.

wahhh, andri kayaknya nih” hela nafas ray pasrah apa yang bakal terjadi, dan benar itu andri ia langsung membuka helm, andri pun turun.

“ndrrii stoop!!”. cia yang mencoba mengehentikan langkah andri mendekati ray. Wajah cia terlihat sangat kesal dan berbeda dari sebelumnya, cia pun mencoba melerainya dan terus menarik-narik lengan bajunya.

“kalau kelakuan kamu kayak gini, aku gak mau bareng lagi sama kamuuu!! “ ancam cia, andri pun melepaskan gengaman di kerah ray.

“cih, orang kayak gini kamu belain? Gak pantes tau gak?, gak selevel sama kita” bentaknya sambil mengarah ke wajah ray.

“Jijik liat dia deket sama kamu cia, dia kayak benalu sama kamuu.” lanjutnya lagi sambil melirik ray yang terlihat tak berani melihat wajahnya.

“andriiii, please stoppp,!!! “ bentak cia yang menarik lengan bajunya agar melihat ke arahnya.

“kenapa? Emang kenyataankan dia deket sama kamu paling minta gratisan. Aku tau kamu deket sama siapa aja, tapi jangan sama dia.” Jari telunjuknya menunjuk-nunjuk tangannya ke wajah ray yang terdiam mendengar ucapannya.

“aku bilang udah, ya udah., atau aku balik naik taksi,!!! “ ancamnya lagi. sambil menjauhi andri,

“ya ya, okeeee, dan lo..” ancaman cia pun berhasil, andri tak melanjutkan ucapannya langsung menyusul cia sambil sesekali menatapnya kesal. Dan beberapa temannya pun menatap sinis kearah ray.

Helaan nafas lega sambil matanya menatap kearah cia yang juga menatapnya walau sebentar, cia memberikan senyuman kecil seolah ingin memberitahukan ray agar ia tidak apa-apa.

“haaaa” helaan nafasnya lagi ray sambil kembali mendorong sepedanya. Apa yang harus ia lakukan, mungkin ray sudah terlalu jauh melangkah masuk kehidupan cia secara tak langsung.

Sesampainya kembali terdengar bunyi notif, dan ternyata dari cia.“sorry ya ray, si andri sampai segitunya sama kamu” terbaca,

“gpp kok, justru aku terima kasih sama kamu, dan seharusnya kamu gak belain aku tadi, ” terkirim, terbaca.

“Isshh sebel ah ngomong gitu, kamu tuh temen aku dan bukan teman andri. Lagian gak ada hubungan sama andri, wajar kok aku belain!.” terkirim, terbaca, ray beberapa kali menghela nafasnya sebelum membalasa chat cia.

“hehe sorry, tapi terima kasih banyak.” terkirim, dan lagi cia tak membaca chatnya di tengah-tengah pembahasan mereka. Suasana hatinya benar-benar kacau hari ini, pikiran semakin liar takut andri melakukan hal yang lebih parah dari ini.

***

“bukkkkk” pukulan tepat kepalanya beberapa kali dengan bantal guling, kak rani berusaha membangunkannya dengan susah payah.

“bangunnn, anterin kakak ke pasar!!” ucap kak rani terus memukul kepala ray dengan bantal guling sampai terbangun.

“huaaammm, masih ngantukkkk kak” gerutu ray mengubah posisi semakin memojok ke tembok.

“ih, bantuin aja gitu, si mama lagi agak enak badan dan papa temenin mama, ayolaahhhhhh “ kak rani memelas dengan menarik-menarik lengan baju ray.

“serius mama gak enak badan?” mendengar ucapan kak rani, ray langsung membuka matanya lebar-lebar dan membalikan badannya.

“iah, panas badannya dari pulang ke rumah” ray pun langsung berjalan ke kamar mamanya untuk melihat keadaanya.. Ia pun membuka dikit demi sedikit agar mereka tak terbangun.

“mama baru tidur, “ ucap papa dari belakang membuatnya terkejut dan langsung menutup pintunya lagi.

“sakit apa pa?” tanya ray yang begitu kwahtir, karena tak biasanya mama jatuh sakit seperti ini.

“kecapean sama masuk angin, dah kamu jangan kwahtir oke, biarin mama istirahat” ucap papa pelan.

“kalau gitu, ray ikut kak rani kepasar, “

“kamu mau?? “ anggukan pelan ray. Papa pun memberi barang yang akan di beli hari ini, matanya tertuju ke bahan seperti ikan, ayam, udang, cumi. Di tambah ray tak bisa memilih antar bagus atau tidaknya.

“kak rani tau kok cari ikan, udang, ayam, cumi segar kayak gimana, jadinya kamu bantuin bawa aja ya.” Anggunakannya lagi, seolah papanya mengerti apa yang ray pikirkan. Papa pun masuk sambil membawa baskom berisi air hangat ke dalam kamar.

Udara masih terasa sangat dingin, jam masih menunjukan 4.30 pagi. Dengan jaket cukup tebal ray mengeluarkan motor yang biasa di bawa papa. Tak lama kak rani keluar membawa keranjang yang biasa membawa bahan makanan dari pasar.

“bearti setiap jam segini papa sama mama selalu berangkat kepasar ya kak” ucap ray membuka pembicaraan agar udara tak terlalu terasa dingin.

“emberrrrr,” jawab kak rani mengigil kedinginan, jarak kepasar lumayan jauh dan melewati perumahan Oscar, jalanan yang sangat sepi membuatnya terbayang perjuangan mama dan papa nya setiap hari seperti ini.

“oii belokk” tepuk kak rani membubarkan sedikit lamunan ray yang membuatnya terfokus ke jalan.

“kelewatt ya” ray pun memutar balik, dan sampailah di tempat yang pertama kali ray kunjungi. Ramai kesan pertama hari ini, karena lebih ramai dari pada malam atau sore hari.

“ayooo, nanti keabisan ikan segarnya,” langkah pun menusuluri ke dalam pasar. Telihat beberapa pedang baru menurunkan sayuran, ikan, ayam yang baru saja sampai. Kak rani pun segera memilih ikan yang masih segar.

“yakin tuh masih seger?” tanya ray yang tak tahu yang di lakukan kak rani saat mengorek-ngorek ingsan ikan,

“ya dong, nih liat mata sama ingsangnya masih kemerahan.” Jelasnya sambil menunjukannya sedikit, dan kembali memilih ikan.

“kalau kepiting yang penting masih idup, soalnya kalau mati cepet busuk” jelasnya menunjukan satu persatu.

“terus cara tau masih hidup apa ngak?” Tanyanya lagi.

“pegang aja matanya, kalau gak gerak bearti mati” di tunjukan kembali sambil memegang mata kepiting, dan benar saja ada gerakan di matanya, karena hampir semua kepiring terikat dengan capitnya.

“padahal jarang kepasar tapi tau aja” celetuk ray saat mereka berjalan mencari bahan selanjutnya yaitu sayuran.

“preet, dari masih SMA kali ikut si papa milih, lo yang kagak tau, taunya molor doang”

“ia deh yang jago soal ginian” jawab ray dengan nada meledek, mengitu dari belakang kak rani.

Kini keranjang sudah terisi dan beberapa kantong plastik memenuhi tangannya, kak rani berjalan tanpa beban karena membawa barang yang sangat ringan,

“balik dong kak, ada kelas pagi nih” ucap ray saat kak rani sedang asik mencari bumbu pendukung lainnya.

“iaaa, udah selesai kok,” ia pun memberikannya satu kantong plastik lagi ke ray yang sedang duduk. Helaan nafas panjangnya, tak menyangka bahan yang di beli sangat banyak.

Satu persatu barang di masukan ke keranjang, “taruh di depan sayurannya, gimana duduknya kalau di belakang semua” kak rani langsung memindahkan satu karung berisi bermacam sayuran,

“busett dahh” sepeda motor hampir oleng karena baru pertama kali ini mengendarai motor dengan penuh belanjaan,

“bisa gak?”

“bisa kok, “ motor pun berjalan sangat perlahan karena ray mencoba menyeimbangkannya, setelah berhasil ia menambah kecepatannya.

Langit yang menghitam kini mulai membiru saat sampai di rumah, dan tak di sangka papa sudah menunggu di depan rumah untuk membantu menurunkan barang bawaan.

“di makan di buburnya dulu sana” pinta papa sambil membawa satu karung sayuran ke dapur.

“gimana pa, mama masih demam?” tanya ray yang langsung menyeruput buburnya perlahan.

“udah gak demam, efek kecapean aja, dah lanjutin makannya” senyumnya lega, tangannya mengusap lembut rambutnya dan melangkah pergi ke dalam dapur.

***

Dengan mata yang masih mengantuk ia segera bergegas ke kampus, sedangkan kak rani melanjutkan tidurnya.

Sambil berjalan menuntun sepedanya menuju parkiran, terlihat andri dan teman-temannya baru saja sampai dan melihat kearahnya.

cari tempat lain, dimana yaa” ray kembali memutar arah agar tak berpapasan dengan andri dan akhirnya ia pun menaruh sepedanya di belakang pos satpam lagi.

ray merasa dirinya menjadi pembicaraan andri dan teman-temannya karena arah mereka mengikuti arah ray melangkah. Tapi taka pa, daripada ia melakukan hal yang membuatnya dalam masalah.

Mata ray terpejam sesaat karena udara ac yang membuatnya tak tahan untuk memejamkan matanya sambil bersandar di tembok dengan kepala mendongak keatas.

“brakk “ pukulan buku tepat di wajahnya, membuat ray langsung terkejut dan langsung mengambil sikap duduk sempurna.

“wkwkwkwkw” tawa edo melihat tingkah ray,

“ahhh rese lo, gue kira ada dosenn” kepala ray kembali bersandar di tembok.

“hahahaaaa, kaget ya?” tanya sambil terus tertawa.

“kgak, tuhh” ray kembali mencoba memejamkan matanya. Tak lama cia pun masuk dan mengarah ke bangku ray.

“eh ada si cia tuh,” bisik edo,

“gue mau pejamin mata 15 menit aja doooooo, stop kerjain gue yah” ucapnya dengan mata terus terpejam.

“ouh gitu, oke” ucap cia yang masih berdiri, mata ray langsung terbuka lebar dan langsung menoleh kearah tersebut.

“kenapa lo gak bilang do ada cia” bisiknya ke edo dan langsung rasa kantuknya terasa hilang begitu saja saat berhadap dengan cia,

“ganggu ya” ucapnya lagi.

“ah,? Ngak ngak, hehe, ada apa emangnya?”

“uhm, kamu ada yang temen yang bisa benerin mobil mogok gak?” tanyanya sambil amtanya melirik kearah edo dan dirinya.

“wahh kurang tau deh, mobil kamu mogok?” tanya ray penasaran.

“bukan, mobil shanty mogok, dia minta tolong ke aku, tapi aku gak punya kenalan, makanya aku kesini tanya kamu” jawabnya sambil tertawa kecil.

“mogok dimana?” edo langsung memotong pembicaraannya.

“gak jauh kok dari kampus arah belokan kearah kampus” jawab cia.

“oke, gue bisa, ayo kesana” Edo dengan semangat langsung langsung berdiri. Ray dan cia hanya bisa menatap tingkah edo tanpa berkedip.

“tapi bentar lagi masuk”

“bodo,lo gak ikut gpp, ayo cia kita kesana, kasian tuh shanty sendirian lagi” ucap edo lanngsung menarik tangan cia keluar kelas.

“edooooo, edooo” tarikan nafas panjangnya sambil tertawa kecil, melihat tingkahnya. Mungkin itu kesempatan buat edo pendekatan dengan shanty.

“edo, aku gak jadi ikut yah, ada kelas, lewat chat aja yah kalau belum ketemu” cia berhenti saat mereka sudah di loby kampus.

“gue juga, 10 menit lagi masuk,” lanjur ray“

“kompak ye kalian berdua, gpp dahhh. Berang-berang bawa tongkat, berangkatttttt” edo langsung setengah berlari menuju keluar kampus.

“edo, edo. Siapa tau si shanty abis lo bantuin gak semakin galak sama lo” gumam ray sambil tertawa kecil.

“edo suka sama shanty?” tanya cia yang ternyata masih di sampingnya.

“sssttttt, hehe” tawa ray sambil mengisyaratkan untuk tak memberitahu siapa-siapa.

“ooohh ya ya aku ngerti, hahaha.” senyum cekikikan cia mengehetahui sahabatnya itu ada yang suka.

“eh aku duluan ke kelas, byeee”

“oke sama, bye” langkah pelan sambil menerka-nerka apa yang bakal terjadi edo dan shanty disana. Mungkin berantem seperti anjing dan kucing, atau menganggap edo sebagai super hero dadakan.

***

Sudah jam 12 lewat tak ada kabar dari edo sama sekali, ray penasaran kemana mereka pergi. Ia pun memutuskan untuk ke warung samping kampus karena makanan lebih murah di banding di kantin kampus.

Tak lama bunyi notif di ponselnya yang ternyata dari cia,

“ray, kamu dimana ?” terbaca.

“warung samping kampus, keluar gerbang kampus belok kanan, gak jauh deh. Kenapa emang???” balasnya panjang, terkirim, terbaca.

“bsia ttip air mnireal gak??” terkirim, terbaca. Chat cia kali ini tak bearturan membuat ray menerka apa yang terjadi.

“okeh, kamu dimana?” terkirim, dan tak terbaca, ray pun mengehentikan makannya. Ia langsung bangun membeli air mineral,

kamu dimana cia?” gumamnya kecil sambil terus melihat layar ponselnya, ray pun segera mencarinya ke kelas falkutas ekonomi,

aihh, kenapa gue jadi kwahtir” gumamnya lagi saat tak meliahat cia di dalam kelasnya, langkahnya pun terhenti untuk mengingat kembali tempat mana yang pernah cia datangi.

siapa tau disana” ia pun langsung menuju lorong mengarah ke gedung tempat cia latihan vocal. Feelingnya mengatakan cia ada disini, ia pun mencoba melihat satu persatu mahasiswa yang cukup banyak duduk di lorong ini.

“CIAAA” panggil ray saat melihatnya duduk berselonjor dengan besandar di salah satu tiang, kepala mendongak keatas seolah sedang menarik nafas dalam-dalam.

“ciaaa, lo gpp, nih minumnya” sadar ray ada di dekatnya mata cia pun terbuka dan meminumnya dikit demi sedikit.

“kamu kenapa?”

“sedikit sesak aja, tapi udah mendingan kok” ucap pelan, ray bisa melihat cia mencoba menarik nafas dalam-dalam.

“ke dokter aja, lagian rumah sakitnya gak jauh dari nih kampus” secara tak langsung membuat ray menjadi panik melihat cia tersiksa seperti ini dan berbeda jauh dari cia sebelumnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

“gpp kok, istirahat bentar aja nanti juga ilang” senyumnya

“okeh, kalau lo gak kuat bilang.” anggukan pelan sambil memejamkan mata kembali.

“tunggu bentar yah, aku mau beli sesuatu” di tepuknya pelan pundak cia, ia pun membuka matanya sedikit melihat ray berlari kencang dan kembali menutup matanya lagi.

Ray berlari menuju depan kampus,” perasaan tadi ada yang dagang” gumamnya dengan terengah-engah dan kembali menulusuri samping kampusnya.

“ha… ha,… ha…” nafas leganya melihat tukang wedang jahenya masih ada, kali ini ray merasakan rasa mual yang tak tertahan karena makanan yang di dalam perut segera keluar kembali dan kembali menahannya.

Dengah langkah pelan di tambah rasa mual yang tak kunjung reda, “gak kuat” ucapnya berlari kecil menuju saluran air di depan kampusnya, dan memuntahkan apa yang ia makan tadi.

***

Ray langsung berlari kecil karena ia sudah tak sanggup berlari kencang lagi. nafasnya tersengal saat hampir sampai di lorong. Dan menarik nafasnya dalam-dalam seolah ray berjalan biasa.

“cia, nih minum dulu” ucap ray pelan sambil menepuk bahunya pelan. Matanya pun terbuka.

“apa ini?”

“wedang jahe, minum dulu, kata mama aku wedang jahe lumayan buat redain sesak nafas” senyum ray langsung memberikannya. Cia pun mengambilnya dan langsung meminumnya perlahan,

“gak enak yah?” tanya ray karena cia hanya menyedotnya sedikit dan mengerutkan dahinya.

“gak kok, hehe soalnya baru kali ini minum “ senyumnya langsung kembali menyedotnya, wajahnya meringis saat meninumnya.

“dikit dikit aja, “ tawa kecil ray melihat wajah cia seperti itu.

“haaaaaaaa” helaaan nafas panjang cia, ray pun mengambil dan mengikat sisa wedang jahe di tangan cia yang sedang terpejam kembali. Nafasnya terdengar tak terlalu berat seperti yang tadi.

Ray kembali tersenyum sendiri melihat wajah cia yang terpejam, tapi itu tak berlangsung lama, dari kejauhan ia melihat andri seperti mencari sesuatau dan pasti mencari cia. Ia pun segera pergi diam-diam untuk menghindari masalah dengan andri. Dan memilih untuk pulang.

Malam ini juga ray pulang lebih awal menemani mama yang sudah lebih baik, kak rani dan papanya yang bertugas malam. Sesekali ray melihat ke ponselnya menunggu balasan chat dari cia.

***

Ray menuntun sepedanya untuk parkir di belakang pos satpam lagi, dari kejauhan terlihat edo turun dari mobilnya, tapi ia tak sendiri melainkan bersama shanty.

“oiii doo” teriak ray sambil melambaikan tangan, edo dan shanty sempat terdiam seperti terpegok.

“gue duluan ya ke kelas” shanty langsung melangkah pergi. Meninggalakan edo dan ray.

“asikk dahh, “ ledek ray sambil memainkan alisnya.

“asik apaan?? “ edo terlihat salah tingkah saat ray membahasnya..

“hahaaha, dah ah ke kelas… “ ray langsung menepuk pundak edo, ia tak berniat menanyakan tentang edo dan shanty saat kemarin. dan di pikirannya sekarang adalah cia. Karena tak ada kabar sejak itu sampai sekarang.

“gue duduk di depan ahh” ucap ray langsung menuju tempat shanty karena tempat duduk satunya kosong. Dan ingin berniat menanyakan keadaan cia. pasti shanty secara tak langsung tau kondisinya.

“ngapain lo” dengan tatapan tajam mengarah langsung ke arahnya, saat pantat ray belum sampai menempel di bangkunya.

“mau catetlah, gak keliatan di belakang” jawabnya langsung melanjutkan menulisnya.

“lo ada kabar cia gak hari ini?” ucapnya ray di sela-sela mencacat.

“kenapa emang?” jawabnya sambil terus mencatat.

“kemarin dada nya sesak, gue pengen tau aja udah baikan apa belum”

“ha ?? lo tau cia sakit?” ucapnya agak terkejut. Anggukan pelan ray tanpa menoleh kearah shanty yang agak terkejut.

“cia cerita semua kalau dia sakit??” tanya lagi

“iah, bilang kemarin dadanya sesak aja, jadi lo tau kabarnya?” shanty melepas nafasnya panjang seperti terasa lega mendengar ucapan ray.

“uhm, iah dia gak masuk sekarang tapi udah baikan kok. dia bilang sesak gitu, tapi itu karena… cia banyak pikiran gitu jadinya emosinya naik turun” jawab shanty sedikit menahan kata-katanya seperti ada sesuatu yang di sembunyikan darinya.

“ouh, baguslah udah baikan, dah gue balik lagi” ray langsung menutup bukunya.

“dih, tuh beneran ada maunya duduk disini. Preet” gerutu shanty meliriknya tajam.

“hahaa,,” tawa kecil ray tak menanggapi serius ekpresi wajahnya yang terlihat sebal.

Ray terlihat duduk sambil menatap layar ponselnya karena ia merasa mungkin ini ada hubungannya dengan andri. “aah ada andri pasti si cia baik-baik aja” gumamnya berusaha tak memikirkan kedaan cia.

Dari jauh ter;ihat edo dan shanty terlihat berbicara di depan mobilnya langsung melangkah pergi meninggalkan edo.

“napa lo?” tanya ray penasaran.

“ha?”

“gak, gpp. Itu si shanty gak mau di ajak pulang bareng” ucapnya sambil menutup pintu mobilnya.

“ouh, tabah ya nak. Haahaa, “ kepala ray sesekali melirik kearah lain, ia ingin melihat motor atau mobil andri berada disini.

“yang ada lo tuhh… cariin cia sama andri?” celetuk edo langsung masuk ke dalam mobilnya.

“jangan mikirin cia terus, pasti doi baik-baik aja kok, gue balik dulu rayyy oke” pamit edo melambaikan tangannya dari dalam mobil.

“oke hati-hati do..” benar hari ini tak tampak andri di kampus, mungkin ia menemani cia seharian. Entah kenapa ada rasa cemburu sambil membayangkan ia berada di posisi andri karena ingin tahu keadaannya langsung.


Bersambung....
 
Ray... Ray... Kudu gentle dalam mendapatkan cinta, hadapi segala halangan rintangan yg ada, termasuk rintangan yg namanya Andri :marah:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ray... Ray... Kudu gentle dalam mendapatkan cinta, hadapi segala halangan rintangan yg ada, termasuk rintangan yg namanya Andri :marah:

wkkwkw masih malu-malu..

Cia sakit apa tah?
uhmm sakit perut mungkin haha..

wah nanggung banget sial euy.....

sabar suhu.. di update kok.

salutt deh sama ray..sikap ray yg akan bkin cia klepek2..lanjutt suhuuu

siap hu,, pasti di lanjut
 
Suhu kapan update kembali...saran aja,lbih baik di diforum cerbung ni enak buat cari tread nya,daripada di forum ni,toh di cerbung jg bnyak yg isinya cerita,Ss nya jarang...
 
Yg disayang kan knp si ray ninggalin cia gitu aja pas liat andre,cia y ngambek nie pasti y......

takut sama si andri pastinya wkwkwk.

Suhu kapan update kembali...saran aja,lbih baik di diforum cerbung ni enak buat cari tread nya,daripada di forum ni,toh di cerbung jg bnyak yg isinya cerita,Ss nya jarang...

secepatnya ya hu.. mungkin besok..
 
Part 6



Sudah 3 hari ray tak melihat cia di kampus. Walau mendapat kabar dari shanty kalau cia baik-baik saja, tetap hal itu belum cukup sebelum melihatnya secara langsung.

Jam pelajaran sudah berakhir lebih awal hari ini, ray memilih tinggal sebentar di kelas untuk memejamkan mata.

“hoi hoi hoiiiiii” terdengar suara seperti suara cia dan terasa jarinya menyentuh bahu beberapa kali, semakin lama suara dan colekan di bahunya semakin terasa nyata. Membuat ray membuka matanya untuk meyakinkan suara itu hanya mimpi.

“cia?” gumamnya dengan mata yang terbuka lebar melihat cia berada di depannya.

“kenapa liatain gitu? Kayak lihat setan aja” cia mengerutkan dahi sambil terus menatap kearah ray.

“kamu gpp ?“ ray langsung menegakkan posisinya sambil memperhatikan dari ujung kaki dan ujung kepalanya.

“lihat aja,” jawabnya mengangkat bahunya sedikit.

“uhmm, atau jangan-jangan kamu kwahtir yaaaa?” ucapnya pelan sambil menunjuk kearahnya sambil memasang wajah tanpa ekpresi.

“haaa. Itu …hehehe bisa di bilang gituu” Ray sendiri bingung harus menjawab apa dan terpaksa berbicara seadanya karena seolah mulutnya tertutup kalau ia ingin bilang “ya aku sangat kwahtir”, tetapi seolah ia tak pantas untuk mengkwahtirkan dirinya.

“oooooo” jawabnya sambil menganguk-anguk di ikuti senyum kecil membuat ray ikut tersenyum pelan.

“oh ia ada apa kesini? Cari shanty?, kalau ia dia udah keluar dari tadi hehe” ray kembali mengatur nafasnya yang masih terkejut. Siapa yang tak terkejut orang yang tak ada kabarnya selama 3 hari, tiba-tiba muncul di depannya secara tiba-tiba.

“ouhh, ya udah aku ke lobby dulu deh, kamu gak balik?” cia menahan langkahnya sebelum keluar kelas.

“balik kok, ini juga mau balik” ray dengan sigap mengambil tas dan jaketnya,

chat aku masuk gak?” ray membuka pembicaraan saat berjalan menuju lobby kampus.

“hmmm, bentar “ cia langsung mengambil ponselnya dari kantong celananya.

“soal chat, hmmm.” Ucapnya tertahan sebentar.

“biasalah, orang tua kalau anaknya sakit gak boleh pegang hp hehe” lanjutnya sambil tertawa kecil.

“nah sekarang aku bales nihh,, tuh udah aku bales.” langsung terdengar notif dari ponsel ray.

“telat oiii huuuuuuu… haahaha,” tawa lepas ray bersamaan dengan cia membuatnya yakin kalau cia sudah sembuh.

“oh ia aku belum ucapin terima kasih buat wedangnya hehe” sesekali wajahnya menoleh kea rah ray dengan senyum yang mengembang.

“ohh ituu, sama-sama “ senyum ray sambil menoleh kearah cia yang tersenyum lepas,

“tapi kenapa kamu pergi gak bilang?? Ngeselin huuuuu” gerutunya melirik tajam kearahnya,

“ohh itu.. mendadak, belum bayar nasi tadi di warung, terus pas balik kamu udah gak ada.” Jelasnya dengan alasan yang masuk akal kali ini.

“ouhh,, gituu.. “ angguknya pelan, kini langkahnya berhenti di depan kampus.

Suasana mendung tiba-tiba menghiasi langit kampus, sepertinya cia tak menemumkan shanty berada sambil terus memainkan ponselnya,

Terdengar suara panggilan masuk di ponsel cia bordering terus. tetapi ia hanya menatapnya dan kembali memasukan kedalam kantong celananya.

“kamu balik sekarang?” tanyanya tiba-tiba.

“iah, kamu bareng andri kan?” jawab ray sedikit penasaran kenapa ia tak menjawab ponselnya yang terus berdering.

“ngak, hehee” cia hanya menyeringai sambil terus berdiri di sampingnya.

“uhmmm, boleh nebeng lagi gak?” lanjutnya membuat sedikit ray ragu menjawab karena ia hanya membawa jas hujan untuk satu orang, di tambah ray sedikit takut kalau beurusan dengan andri.

“hm.. boleh, tapi kalau hujan di tengah jalan gimana??”.

“mampir aja, dimana gitu sampai ujan reda ?” jawabnya santai seolah tak memperdulikan hujan atau tidak.

“ya udah, yuk keburu hujan nanti” anggukan pelan cia melangkah agak cepat menuju sepeda ray yang selalu terparkir di belakang pos satpam.

Ray mengayun sepedanya agak cepat agar mereka tak kehujanan di jalan. Tetapi air hujan mulai menetes dikit demi sedikit. Ray langsung menghentikan sepedanya di pinggir jalan.

“pakai ini” di keluarkannya jas hujan dari dalam tas ray.

“loh kamu gimana?” tangannya sedikit ragu menerima jas hujan.

“gpp kok, buat jaga-jaga aja takutnya hujan, mulai gerimis soalnya” senyum kecil ray, cia pun langsung memakainya. Tangan ray dengan sigap membantu menutup kepala cia dan mengancingi serapat-rapatnya sampai hanya tersisa wajahnya yang tak terutup.

“yuk, lanjut” anggukan cia langsung naik kembali. Sepeda mulai memasuki perumahan,

Hujan langsung turun sangat lebat. ray yang seketika basah kuyup terus mengayun sepedanya sekuat tenaganya.

“berhenti aja mampir di pos” ucap cia menepuk-nepuk bahu ray.

“tanggung, bentar lagi sampe kok” ray terus mengayun sepedanya/

Sepedanya berjalan sangat lambat dan terasa sangat berat, ray melihat kearah ban sepedanya yang ternyata kempes. Ia pun mengehentikan sepedanya tepat dekat taman yang tak jauh dari rumah cia.

“kenapa?” tannya cia saat ray mengecek ban sepeda.

“bocor haha, nih paku nya” jawab ray menunjukan paku yang menembus ban sepedanya sambil sesekali menyeka wajahnya yang basah.

“tin tin tinn tinnnnnnnnnnnn” suara klakson berkali-kali membuat cia dan ray menoleh kearah suara tersebut.

“kamu ngapain berdiri disini, ayo balik” ternyata andri yang menklakson kearahnya.

“ta tapi” jawab cia ragu melirik kearah ray yang masih menyeka wajahnya.

“udah gpp kok, lagian bentar lagi juga sampai kok”cia terdiam sejenak, ray mengangguk pelan agar cia ikut bersama andri.

Cia tak banyak bicara hanya membaalas dengan senyum kecil kearah ray saat menaik motor andri, dan sesekali ia menoleh terus kearah ray yang mendorong sepedanya.


***

haaa, apes banget hari ini, kenapa harus bocorrr.” Gumamnya berjalan sambil mendorong pelan sepedanya karena tenaganya terkuras mengayun sepeda yang kempes.

Hujan mulai reda saat ray sudah sampai rumahnya, terlihat papa dan mamanya sudah bersiap-siap untuk pergi.

“loh ray, kok basah kuyup?” tanya papa yang sibuk membawa bahan makanan ke teras rumah.

“iah tadi ban bocor, haha, tapi udah ngak kok,” jawabnya

“maksudnya kamu gak bawa jas hujan?” tanyanya lagi.

“oh itu, ke tinggalan di kampus hehe” ray mengelap wajahnya kembali sambil membuka pakaian yang sudah basah kuyup.

“ya udah, sana masuk terus mandi” ucap mama memotong pembicaraannya saat keluar dari pintu sambil menjitak pelan kepalanya.

“hehe iah, hati-hati di jalan pa ma” senyum ray meremas kaosnya yang basah sebelum masuk ke dalam rumah.

***

Hal yang menakutkan pagi ini terjadi, ray tak menyangka ia benar-benar masuk angin, tubuhnya mengigil saat terkena air dan rasa dinginnya seperti masuk ke dalam tulang. Di tambah sedikit flu dan wajahnya sedikit pucat. Lengkap sudah semua satu paket pagi ini.

“hufftt, “ gumamnya sambil mengatur nafasnya menahan rasa yang tak karuan di dalam tubuhnya hari ini. untungnya matakuliah hari ini tak terlalu banyak hanya 4 jam kuliah dan sisanya meliburkan diri.

“gue balik dulu doo”

“cepet amat, mau kemana emang lo” edo menoleh kearah ray yang sedang memegang hidungnya.

“gak enak badan gue, meriangg” ucapnya pelan

“ha lo meriang?” sambung shanty yang berjalan mengarah ke arahnya.

“sstttttt” ray memberi isyarat agar diam, kemungkinan cia menceritakan kejadian kemarin ke shanty.

“gue duluan ya, shanty, doooo” di tepuknya pundak edo dan shanty, ray melangkah pelan karena benar-benar campur aduk di dalam tubuhnya.

Ray langsung menaruh sepeda di samping teras, terlihat kak rani sedang menyapu teras rumah, kegiatannya sehari-hari kalau tak ada jam kuliah.

“tumben udah balik jam segini?” tanyanya saat ray langsung berbaring di sofa ruang tamu.

“flu gak enak badan” jawab ray menutup wajahnya dengan jaket.

“sini liatttt” kak rani menarik jaket langsung menjulurkan tanganya ke kening ray.

“wahh anget, masuk angin nihh pasti keujanan kemarin” ucapnya terus menerka.

“flu doank kakk” ray kembali menarik jaket,

“sini mama liat” mama langsung menarik jaketnya lagi, tanganya langsung memeriksa leher ray dan juga keningnya.

“di kerik ya, masuk angin kamu!, sini mama aja yang ngerik”

“gak mau ah, mama sadis kalau kerik” ray menarik kembali jaket menutupi wajahnya.

“gak bisa, rani ambilin mama balsem sama koin yang buat kerik dong” pinta mama sambil menarik jaketnya dan meletakan jauh dari ray.

“rasainnn hahaa” ledek kak rani berlari kecil mengambil yang mama minta.

Kerikan tak bisa terhindar kali ini, sesuatu hal yang menakutkan bagi ray. Rasa sakit karena koin menggesek kulit punggungnya. Tubuhnya meliuk-liuk saat mamanya mulai mengeriknya.

“diam dong, mana bisa cepet selesai gak mau diem!!!” omelnya ke ray,

“nah gitu, tahan dikit jadi cowok” lanjut omelannya dan kembali mengeriknya dengan cepat, ray hanya meringis menahan sakit apa lagi saat bagian perutnya di kerik ray tak kuasa menahan sakitnya.

“tahan dikit lagi… tuh merah “ ucap mama sambil membersihkan punggung ray dengan tissue.

“akhirnya penyiksaaan selesaiii” ucapnya pelan.

“jangan ke warung dulu, istirahat aja” di usapnya kembali rambut ray, senyum ray mengembang saat mamanya melakukan hal seperti itu.

Ray tau omelan mamanya bukan karena kesal terhadapnya, tetapi dengan begitulah mama menyampaikan rasa kwahtiran kepada ray. ia pun melihat punggung di cermin. Benar yang mama katakan, punggung merah kehitaman, di tambah terasa sakit di campur perih di bagian perutnya.

“ray nih ada titipan” ucap kak rani melempar bungkusan hitam

“apaan tuh?”

“tau, tadi cewek yang anterin pas lo di kerik” ucap kak rani melangkah kedalam rumah. Ray pun membukanya perlahan dan ternyata jas hujannya.

“cia?” gumamnya langsung memeriksa ponselnya ternyata sudah ada notif dari cia.

“ray kamu udah balik?” terbaca

“aku mau balikin jas hujannya” terbaca.

“aku anterin aja yah kerumah kamu, sekalian pulang” terbaca

“maaf ya gara-gara aku kamu masuk angin J cepet sembuh” terbaca.

Ray benar-benar tak menyadari ada notif yang berbunyi di ponselnya, dan tak menyangka cia tau darimana rumah ia tinggal, edo tak mungkin, apa lagi shanty. Ray pun mencoba memikirkan kembali balasan yang pas untuknya.

Dan akhirnya hanya sebuah pesan pendek membalas chat dari cia “ gpp kok udah mendingan juga”.

Mungkin itu kata-kata yang bisa ray tulis dalam situasi hari ini.

Bersambung...
 
Menanti kapan dua orang ini bersatu,,rasa2 nya dg malu2 kucing kaya gtu bakalan lama bersatu nya...hahahahaha
Thanks fot update nya suhu...
 
Menanti kapan dua orang ini bersatu,,rasa2 nya dg malu2 kucing kaya gtu bakalan lama bersatu nya...hahahahaha
Thanks fot update nya suhu...
setuju,tapi klo terlalu cepet bersatu y tamant dong nie strories.
#ikutarusmengalir aja........
 
Menanti kapan dua orang ini bersatu,,rasa2 nya dg malu2 kucing kaya gtu bakalan lama bersatu nya...hahahahaha

wkwkwk... emang bakalan lama.

setuju,tapi klo terlalu cepet bersatu y tamant dong nie strories.
#ikutarusmengalir aja........

betul hu.. gak ada bumbu penyedapnya donk.

Thanks fot update nya suhu...
Hu id wp nya apaan dah?

uhhmm cari aja hu ryanjun92 , story nya sama kok kayak ini. hahaa
 
Sakit apa cia?
Shanty seperti nya menutupi penyakit cia, mungkin itu atas permintaan cia.
Apakah ray berani ungkapin perasaan nya pada cia?
Bagaimana perasaan cia pada ray?
Hanya update yang bisa menjawab nya, penasaran kelanjutan cerita ini semoga terus di update hingga TAMAT.
 
Part 7





Hujan tak menentu akhir-akhir ini, suasana sangat cerah bisa berubah dalam waktu satu jam menjadi hujan yang sangat deras. Hal ini menjadi rejeki bagi papa dan mama, karena udara dingin cocok makan-makanan hangat.

Sudah beberapa malam ini, ray dan kak rani sibuk sampai-sampai membawa kursi dan tikar lebih, karena pelanggangan banyak yang makan di tempat.

Mata ray tertuju ke seseorang yang mencurigakan karena mirip dengan pemilik saingan orang tuanya dari seberang jalan. Iapun tak memperdulikannya karena sibuk melayani yang lainnya. Dan beberapa kali terlihat dalam beberapa hari ini.

"kecooaaaaa, ini kecoaaa!!!" teriak pelanggan orang yang ray curigai saat itu. mendengar teriakannya, semua pelanggan yang ada di dalam dan di luar tenda berhenti mengunyah.

"ia ada ini satuuu " lanjut seseorang lagi sambil menunjukan kecoa kecil,

"uwwee" beberapa orang memuntahkan makanannya saat melihat kecoa di piring dua orang itu. wajah papa dan mamanya terlihat sangat terkejut melihat kejadian seperti ini.

"jorok banget nih warung!!!" ucap pria berkumis itu sambil meludahi makananya. Secara tak langsung satu persatu pelanggan pun menyudahi makannya dan membayarnya,

"maaf, maaf maaf, maaf, ini pasti ada kesalahan" ucapan maaf keluar dari papa dan mama saat pelangan membayar, kak rani terdiam terpaku sambil sesekali menyeka matanya.

"ray udah curiga tuh dua orang sengaja lakuin itu" ucapnya pelan sambil mengelus bahu kak rani agar lebih tenang.

"egh? Kamu yakin?"tanya dengan mata yang memerah.

"yakin, tuh yang kumisan tukang masak di warung seberang, ray balik abis anterin temen sesekali ngeliat dia," ray mengingat dengan jelas itu mereka, karena beberapa kali saat pulang saat mengantar makanan ke rumah cia, sekilas ia melihat dua orang itu.

Papa dan mama terlihat tak bertenaga membersihkan sisa makanan yang tak habis dimakan, hampir satu kantung plastik penuh makanan yang tersisa. Dan terpaksa tutup lebih awal.

Ray beberapa kali mencoba menjelaskan pendapatnya karena kesengajaannya, tetapi mereka masih kekeh alasannya dan tak mau menuduh siapa-siapa, menganggap kelalaian mereka.

Efek kejadian malam itu berimbas sangat besar sampai beberapa hari ini, sudah hampir jam 11 malam, pelanggan tak sampai 5 orang lebih. Terkadang membuat kak rani tertidur sejenak.

"kita tutup aja, " papa tersenyum sambil merapihkan bangku-bangku.

"sudah mau tutup?" ucap tiba-tiba seseorang yang baru masuk, yang tak lain orang tua cia. Mereka berdua sudah sering pesan makanan, dan untuk ketiga kalinya mereka berdua kesini.

"iah, udah gak ada pelanggan " ucap mama dari samping merapihkan bahan makanan.

"iah om, ada yang fitnah masakan mama sama papa jorok karena ada kecoanya" celetuk ray karena tak tahan mama dan papanya tak menerima pendapatnya beberapa hari ini.

"huss ray!!!" geram mama sambil menatapnya tajam.

"bisa jadi, ada loh iri kayak gitu." ucapnya langsung mengambil kursi yang sudah naik ke meja.

"lagian mama kamu tuh gak pernah jorok kalau masak, dan selalu top markotop. Ya kan ?" lanjutnya sambil tersenyum.

"tuh kan ma, ray yakin tuh warung seberang yang sengaja, si kumis tebeel tuh!!" ray semangat karena kali ini ada yang mendukungnya. Mama dan papa hanya terdiam, walau sesekali tersenyum kearah ray,

Rasanya ingin berkata kasar dan menyumpahi dua orang yang mengacak-ngacak langganan papa dan mama, tetapi kalau di lakukan pun tak ada hasilnya. Tak bisa mengembalikan langganan.

***

"harus cari tambahan, di tambah minggu depan udah bayar semester dua" terpikir di benak ray beberapa malam ini, walau papa dan mama tak menunjukan rasa kekwahtirannya, tetap saja mereka sedang berpikir mendapatkan uang.

Di tambah setiap malam hanya menyediakan bahan makanan sedikit, karena takut terbuang sia-sia.

Ray duduk sambil mengangkat lututnya, tatapan menjadi kosong memikirkan cara membantu mama dan papa.

"oiiiii" ucap edo tiba-tiba langsung duduk di samping ray, membuat lamunannya pudar.

"mikirin apaan lo, cia?" tanya edo memberi minuman kaleng ke ray yang langsung menoleh kearahnya.

"gak kok, gak apa-apa haha" senyum pelan ray.

" ahhh alibi, kayaknya doi suka sama lo juga ray?!" celetuk edo mengangkat alisna.

"haha, mana mungkin lah do. Lagian gini aja gue udah seneng do. Bisa deket gini sama dia" hela nafas ray di iringi senyumnya.

"padahal mau lebih tuh, hahaa. "

" Eh ray, dari pengamatan gue ya cia kayaknya naruh perhatian ke lo,"

"sok tau ah"

"beneran ray, lo inget pas lo meriang gak?. Cia agak terkejut pas gue bilang lo meriang, tadinya dia mau balikin sesuatu, tetapi gak jadi" jelas edo sambil menenggak minumannya.

"Lagian sekarang bukan cia do, tapi masalah pribadi hehe." Ray mengalihkan pembicaraanya.

"owh, kalau boleh tau kenapa emang? Cerita aja lah sama gue" tangan edo menepuk pelan bahu ray. Sedikit keraguan untuk menceritakan ke edo karena takut ia menjadi kasihan terhadapnya.

"jadi gitu, lo ada kerjaan apa gitu? Part time juga gpp" hela nafas panjang ray setelah menceritakan apa yang terjadi kepada edo.

"uhm,, part time ya? Bukan gue gak mau bantu ray, gue gak ada kenalan juga hehe" edo mengerutkan dahinya.

"nahh, gimana lo nyanyi aja. lo kan katanya bisa"

"haaaaaaaa???"

"tapi mana ada yang mau terima?" tanyanya memelas terasa badannya tak ada tulang.

"gue?, gimana? Lo masuk ke band gue, soalnya band gue udah manggung di beberapa café sih"

"slow, gue bilangin ke yang lainnya nanti oke?" lanjutnya saat ray bingung karena menjadi tak yakin dengan suaranya.

"ayolahhhh,"

"boleh dah di coba dulu, gak juga gpp sih, nanti gue cari sendiri" berpikir lama ray pun menyetujuinya,

Selesai mata kuliah edo dan ray berjalan menuju belakang kampus, terlihat beberapa orang sedang asik merokok dengan santai.

"guys, ini temen gue ray, yang di chat gue bilang" mereka bertiga berpenampilan semaunya dengan celana jeans robek di dengkul , rambut panjang tak teratur dipadu kaos dengan kemeja, tak seperti mahasiswa lainya berpakaian rapih dan modis.

"yoo, gue Daniel, gitaris," ucapnya salah satu temannya yang berambut panjang,

"ray" jabatan tangan kecil.

"gue hery, gitaris, bass apa aja " ucap satunya yang berkepala plontos dengan kumis tipis sambil cengengesan.

"ray"

"randy, vocalis" ucap yang terakhir kacamata dan rambut sedikit klimis, dari penampilan tak meyakinkan ia vocalis,

"dan gue edooooo, drummer" ucap edo tiba-tiba,

"mohon bantuannya ya" ucap ray tak enak hati merepotkannya secara tak langsung. Ray menyadari latar belakang orang kaya mempunyai sisi berbeda-beda. Termasuk edo, randy, Daniel dan hery.

***

Hampir setiap hari sepulang dari kampus ray selalu latihan di rumah Daniel karena peralatan music disana sangat lengkap, karena satu kamarnya khusus untuk mereka latihan music.

"manteb dah, udah bisa imbangin, tinggal pengaturan nafas aja" ucap randy saat selesai latihan entah sudah berapa hari.

"yooo, udah siap tampil? " tanya Daniel sambil melirik ke kiri dan kekanan.

"gimana ray?" tanya edo.

"loh kok gue?"

"kita mah siap kapan aja, hehe"

"tapi gimana kalau suara gue fals"

"yeee..intinya di lo sendiri, yaitu percaya diri," lanjut hery .

"bener, jangan pikirin jelek atau bagus, yang penting mencoba duluu, lagian di café lo gak bakalan nyanyi sendirian, kan gantian sama randy" jelas edo.

"betul, kadang pengunjung café juga gak terlalu perhatiin kita kok, sibuk sama makanan sama ngobrol" lanjut randy meyakinkan.

"huft, oke deh gue siap" ray menghela nafasnya setelah yakin dengan jawabannya.

Tak butuh wakut lama Malam ini juga ray mengayun sepedanya agak cepat menuju café dekat kampus, edo, hery, randy, dan daniel sudah menunggu disana.

"oi ray, masuk" lambaian tangan edo di pintu samping café, mereka pun langsung mengecek alat masing-masing.

"lo duluan aja randy, gugup gue" ucap ray duduk di sampingnya

"haha oke, oke abis ini lo oke", anggukan ray sambil melihat sekeliling seperti orang-orang di café disini tak terlalu memperdulikan kalau mereka ada disini.

"test, 1 2 3, selamat malam semua. lagu pertama malam ini yaitu "Dia" dari Anji, selamat menikmati" randy langsung menyanyikan dengan suara melengking merdu, dan benar-benar randy sudah bakat bernyanyi sangat berbeda denganya.

Selesai bernyanyi seseorang pria menghampiri randy, yang ternyata meminta lagu. "ray, lo yang nanyi sekarang, tuh liriknya udah ada di buku" ucapnya

"yoi, lo nyanyi nanti kalau ada yang melenceng kita sesuain kok" anggukan mereka semua, membuat ray percaya diri dan merasa ray tak boleh menyia-nyiakan kebaikan mereka.

"wihh, untung lagunya udaah gue hafal", dengan percaya diri ray langsung bernyanyi lagu yang ia sudah sangat suka " Sahabat jadi cinta", matanya pun terpejam sambil menyanyikan tiap lirik dengan jelas.

Entah sudah berapa lagu yang mereka bawakan dari sepi sampai sepi lagi, cukup melelahkan hari ini, di tambah tenggorokan serasa sangat kering.

"selesai, tuh kan gue bilang apa!, percaya diri" ucap Daniel,

"iah suara lo gak jelek banget kok ya gak?" randy memuji ray agar ia semakin semangat memang terkadang suaranya agak sumbang menyanyi nada tinggi, tetapi tak masalah.

"oi ray nihh" ucap edo sambil memerikan amplop.

"apaan?" tanyanya bingung.

"hasil manggung buat lo" lanjutnya memaksa ray menerimanya.

"di bagi rata aja," tolak ray karena sangat tak adil ia menerima semua.

"udahlah ambil, lagian kita lakuin ini cuman hobi, ya gak edo?" ucap Daniel menendang kakinya

"ia ambil aja, lagian duit hasil manggung kayak gini besok juga abis sama si cangcut tuh" edo menunjuk ke tiga temannya dengan bibirnya.

"dah cepetan aahh" tangan edo langsung amplop k etas ray,

"kita balik dulu oke jangan kapok kapok ya, hahaa" lambaian tangan mereka menuju mobil, ray melambaikan tangannya,

***

Beberapa hari sudah berlalu, ray sudah semakin lancer dan terbiasa berdiri di depan banyak orang. Tapi ia melakukan hal ini tanpa bilang ke mama dan papanya, hanya ke kak rani.

Ray pulang lebih awal, karena ia dan band edo mengisi acara dari tadi sore, dan kali ini hasilnya di bagi rata, karena ia benar-benar egois kalau menerima semuanya. Mereka semua pun tak keberatan.

"ray pulang" ucapnya menutup pintunya tak mengetahui kalau papa sudang menunggu di ruang tamu.

"eh papa, kok tumben udah pulang?" tanya ray langsung duduk di sampingnya.

"kata kak rani kamu bener nyanyi di café?" tanya papa dengan wajah mengintograsi.

"hehe ia pa, maaf gak bilang ke papa sama mama, lagian kan lumayan buat tambahin duit semester" ray tersenyum pelan, karena merasa bersalah tak berkata sejujurnya.

" ray ray, kamu tuh ya.. kamu gak usah mikirin itu, tugas kamu cuman belajar sampai lulus." Ucap papa seolah ingin mengomel di campur rasa kwahtir.

"yah, tapi kan, kondisinya lagi kayak gini, ray juga gak keberatan juga kayak gini" jawabnya sambil mengeluarkan amplop.

"lagian uang semester kamu sama kak rani udah siap kok, " lanjutnya sambil kembali duduk.

"hehe, nih pa, hasil tadi. Lumayan buat tabungan semester depan hehe" senyum ray menahan sesuatu, karena tau papa dan mama selalu menyembunyikan soal keuangan mereka.

"ray langsung ke kamar yah, capek di tambah kering leher haha" ray langsung berlari kecil dan dirinya merasa lega karena bisa membantu dengan uang sendiri walaupun ia tak tau berapa yang ada di amplop itu.

Kerja selingan bernyanyi membuat ray lebih percaya diri berada di depan orang banyak, dan semakin percaya diri dengan suaranya sendiri. di tambah dukungan edo, randy, Daniel dan hery, tulus membantunya.

tetapi hal itu tak berlaku saat bertemu cia, ray hanya banyak bicara lewat chatting dan tak lebih dari itu.



Bersambung....
 
Udah update.... Ray ternyata anak nya peka dengan kondisi keuangan keluarga, salut karena ia punya keinginan buat membantu ortu nya.
Mengenai hubungan ray sama cia apa tetap jalan di tempat atau bakalan ada perkembangan lebih intim, perlu di ikuti nih cerita suhu...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd