Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Confession of a Sex Addict - Final Chapter

musicboy

Semprot Kecil
Daftar
8 Aug 2011
Post
59
Like diterima
461
Bimabet
Permisi suhu-suhu mau posting ending seri confession. Diposting di threas baru soalnya agak panjang. Semoga enjoy, sampai jumpa di cerita berikutnya. Cheers and enjoy sex.

Wild Days - Fantasy Explotion

Amerika. The Land of Freedom. Tanah kebebasan dengan Wanita cantik berbikini berlarian di pantai, bebas bermesraan dengan siapapun yang mereka pilih. Tinggal di apartemen yang apik, yang berubah 180 derajat saat pesta anak-anak SMU berlangsung merubah aroma apek bangunan memjadi aroma seks. Ah inilah tanah impianku...

Dan seperti mimpi yang lain, cuma butuh goyangan kecil di bahu untuk membuyarkannya.

Tiga bulan pertama saya tinggal di suburb atau kota kecil (seperti kota satelit) di timur Amerika membuat saya berjanji pada diri sendiri bahwa jika saya punya kesempatan bertemu steven spielberg, atau Michael J. Fox atau pelaku industri film Hollywood, saya akan mengajak mereka bersalaman, mengatakan mereka adalah ahli membuat film, dan menonjok hidung mereka. Thank you for all your bullshit assholes! Karena tidak satupun yang kudapatkan sama dengan yang mereka ceritakan di film.

Tiga bulan ini adalah yang terberat dalam hidupku. Lupakan dulu imajinasi petualangan seksku, karena saya harus bergelut dengan kenyataan hidup yang terbalik 180 derajat dari film-film hollywood.

Masuk di senior year Highschool (setara kelas 3 SMU) di sebuah kota kecil membuat saya terkucil dari pergaulan. Pergaulan di sekolah Amerika terkotak-kotak sesuai minat dan kedekatan personal. Setiap qlicue atau kelompok mempunyai anggota yang sudah bersama-sama sejak SD. Mencoba masuk ke dalam grup mereka pada periode makan sing akan ditanggapi dengan tatapan aneh dan senyum sinis. Grup jock (atlet-atlet olahraga) yang paling parah karena kemampuan fisik mereka yang diatas rata-rata menjadikan mereka pembully terbesar.
Bahasa Inggrisku yang saya rasa cukup mumpuni, juga tidak banyak membantu karena banyak bahasa slang yang tidak diajarkan di sekolah Indonesia ataupun kursus. Sapaan pertama seorang siswa kepadaku adalah 'sup' (kedengaran sepert sap dalam bahasa Indo) dan sukses membuat saya melongo ga tau mau menjawab apa. Usahanya mengulangi sapaannya lebih lengkap dengan mengatakan 'whaaat's uuuup?' Yang dieja lambat dan dipanjangkan di huruf vokal sukses membuat saya melihat ke atas mencari apa yang ada di atas. Untungnya tidak ada apa-apa di atas sehingga saya menjawab 'nothing' dengan nada bingung. Ini rupanya jawaban yang tepat karena anak itu kemudian tersenyum meraih tanganku, mengajariku handshake khas anak sekolah dan berjalan meninggalkanku.
Disinilah peran orang tua angkat atau host parent menjadi penting, karena mereka lah yang akan memberi penjelasan mengenai budaya masyarakat. Paling tidak jika mereka adalah orang tua angkat yang normal.

Tapi sekali lagi semesta mencari kesempatan menertawaiku.

Host parentku Tom dan Kelly adalah sepasang yuppie, istilah yang dipakai untuk pasangan muda yang sukses karena gila karir dan menikmati kesuksesan mereka dengan rumah apik, mobil bagus. Yuppies bekerja di kota besar dan tinggal di kota kecil terdekat dari kota besar itu, yang memang didesain menjadi daerah perumahan. Yuppies biasanya jarang di rumah kecuali waktu weekend karena load pekerjaan yang tinggi dan jarak tempuh rumah-kantor yang jauh. Dan weekend menjadi hari yang sakral untuk yuppies karena inilah waktu pasangan yuppie bisa bertemu dan beraktifitas layaknya rumah tangga normal. Biasanya weekend diisi dengan dinner party bersama yuppie lain dan membayar jatah tidur yang terpotong banyak selama hari kerja. Oh ya dan kegiatan seks tentunya.

Tom dan Kelly bukan pengecualian. Yang membedakan mereka dari yuppies lain adalah Kelly yang terobsesi punya anak tidak seperti yuppies lain yang biasanya menunda punya anak sampai diatas 10 tahun masa pernikahan. Dia memang adalah tipe wanita karir independen, tapi ide kehamilan dan persalinan adalah hal natural yang harus dialami seorang wanita. Sebaliknya Tom adalah tipikal Yuppie normal. Adopsi adalah jalan tengah pilihan Kelly, dan ditanggapi Tom dengan kepala dingin, mencoba menjelaskan bahwa tanggung jawab orang tua sangat besar dan gaya hidup mereka tidak mendukung untuk punya anak. Kelly yang keras kepala mencoba membuktikan bahwa dia mampu merawat anak dengan secara diam-diam mendaftarkan mereka menjadi host parent untuk program pertukaran pelajar yang saya ikuti. Bisa saya bayangkan wajah Tom yang merah padam saat Kelly membawa surat persetujuan disertai profilku dan menjelaskan bahwa saya akan tinggal bersama mereka selama setahun. Sebagai anak angkat.
Hanya butuh sebulan bagi Kelly untuk menyadari bahwa Tom benar. Tidak mungkin mencari kompromi antara kerja dan hidup barunya sebagai orang tua. Dan malam itu ketika saya dipanggil berbicara ke kamar Kelly dan Tom, merupakan malam paling membingungkan bagi saya.
Pada intinya Tom dan Kelly menceritakan latar belakang mereka (baca:Kelly) mendaftarkan diri menjadi host parent, dan saya harus menerima kenyataan bahwa saya adalah kelinci peercobaan bagi mereka (Baca: Kelly).
Perasaan marah, dan bingung pasti tampak di wajah saya karena Kelly tidak henti-hentinya meminta maaf pada saya yang hanya saya jawab dengan diam. Barulah pada saat Kelly mmenangis bersimpuh diikuti Tom yang menatap mataku dengan mata tidak kalah bersalahnya memohon agar saya memaafkan mereka, saya menariik nafas panjang dan tersenyum kecil sambil berkata 'it's okay. I'll survive'. Jawabanku disambut tangis Kelly yang bertambah keras diikuti Tom yang ikut menarik nafas panjang menutupi wajahnya. Marahku sirna, melihat mereka menyiksa diri sendiri dengan rasa bersalahnya.
'Really Kelly, saya bakal baik-baik saja. Kalau kalian memang tidak menginginkan saya disini lagi, saya bisa minta dipindahkan saja ke host parent lain.' Kataku ikut duduk di lantai sambil merangkul Kelly dan memegang tangan Tom.
'But I really wanted a child, or just soomrone to take care of. I really do'. Jawaban Kelly makin lama makin menyayat hati. Dia hanya ingin punya anak atau paling tidak orang yang bisa disayangi. Hidup sebagai Yuppie memang butuh pengorbanan yaitu kesendirian. Saya hanya bisa terdiam melihat Tom ikut berlutut disamping istrinya dan merangkul kami berdua dan memohon maaf pada istrinya. Maaf atas hidup sepi yang harus mereka jalani. Maaf atas kondisi yang tercipta. Membuat hatiku makin miris menyaksikan betapa miskinnya mereka. Bukan harta tapi kasih sayang dan afeksi.
'Or I can just be your little brother.' Jawabku memotong tangis Kelly diikuti tatapan bingung mereka.
Solusi yang saya tawarkan rupanya sangat tepat bagi mereka. Jika memang saya tidak bisa menjadi anak yang menuntut perawatan penuh, saya bersedia menjadi adik bagi mereka. Adik yang masih bersekolah jelas butuh lebih sedikit perhatian dari mereka. Saya sudah membayangkan harus mandiri masak dan mencuci baju tapi jika itu bisa mengembalikan senyum di wajah Tom dan Kelly, I'll do it.
Malam itu hubungan kami resmi menjadi kakak adik. Sang kakak yang sibuk dengan pekerjaan untuk mensuport keluarga dan adiknya yang masih sekolah dan sang adik yang harus belajar mandiri dan rela menerima kasih sayang yang diberikan kakaknya walaupun hanya sedikit. Kami saling bercerita ringan mengenai masa lalu saya. Dan malam itu saya belajar bahwa kebebasan di Amerika adalah kebebasan bertanggung jawab. Ya, yang saya maksud adalah seks. Dan sebagai kakak yang baik, Tom dan Kelly mengajarkan untuk berhati-hati dalam berhubungan. Saya juga belajar bahwa film-film tidak selamanya jujur, dan kebanyakan keeluarga masih konservatif masalah seks dan perkawinan.
Malam itu menjadi malam penyambutan bagiku, ditandai dengan saya diberikan seikat kunci rumah, agar bebas keluar masuk rumah saat mereka bekerja.
'No wild parties!' Kata Tom tegas.
'Beres boos' jawabku dalam bahasa Indonesia, yang baru dimengerti oleh Kelly disambut dengan tawanya dan memberiku pelukan hangat. Tom ikut nimbrung, tersenyum dengan mata berkaca melihat kebahagiaan istrinya.
'Thank you Dian, welcome to the family' katanya dengan suara bergetar.

Hidup berlanjut, dan seperti saya katakan baru setelah tiga bulan saya berhasil masuk ke dalam pergaulan anak-anak sebayaku di sekolah. Keberhasilanku tidak lepas dari peran kakak-kakakku Tom dan Kelly memberitahu saya 1 kunci untuk bisa masuk dalam pergaulan, yaitu gali minat.
Berhubung tidak ada klub seks di sekolahku, saya beralih ke satu minat saya yang selama bertahun-tahun berkembang tanpa saya sadari: Main Musik. Gitar jadi pilihan saya karena inilah instrumen yang biasa saya mainkan bersama teman-teman setiap kali nongkrong di warung dekat rumah. Alasan lain adalah Tom yang juga hobi ngeband sejak remaja rela membongkar gudangnya dan menyerahkan pusakanya, sebuah Gibson Les Paul Standar dalam kondisi sangat baik, disertai janji untuk mengajariku setiap hari.
Kemampuan gitarku berkembang pesat berhubung memang tidak ada yang lain yang bisa saya lakukan selain berlatih. Saya bergabung di jazz ensamble, dan dari sana mulai memiliki teman. Perlahan lingkaran saya menyeruak masuk sampai keboomunitaa musik lain. Jumlah teman bertambah tanpa saya sadari.
Masuk bulan ke 4, hidup menjadi makin ramah padaku. Tatapan sinis pada periode makan siang terganti rangkulan teman-teman dari kelas musik, suitan anak emo atau tonjokan kecil di bahu dari anak-anak punk yang mengajak makan siang bareng di hutan kecil belakang sekolah sambil merokok.
Respek dari para jock juga berhasil saya dapatkan ketika satu hari saya menantang duel seorang atlit La Crosse yang meminta uang makan siang dari saya. Bukan sok berani cuma sudah bosan dibully saja. Ternyata kabar beresar cepat, dan sore itu si bully yang datang ditemani teman-temannya terkejut ketika ternyata sudah banyak orang yang menungguinya bukannya cuma saya sendiri. Duel tetap berlangsung 1 lawan 1 berakhir seri saat ada yang melapor pada guru. Tapi menang atau kalah tidak penting lagi. Kabar sudah beredar, Respek sudah di tangan.

Lantas bagaimana adiksi saya? Yang satu ini ternyata mudah didapatkan pemuasannya jika sudah punya teman baru. Kawan baru ini sepertinya asli Arab ketahuan dari namanya: Al Kohol.
House party saya yang pertama menyebabkan julukan 'player' melekat pada saya. Ini karena saya berhasil menggaet kakak Stephanie Meyer, siswi sophomore yang mengadakan party malam itu. Sebenarnya tidak sengaja kejadiannya. Saya cuma beranjak keluar untuk merokok menjauh dari ingar bingar suara musik. Ternyata di teras ada kakak Stephanie yang mananya entah Jeane atau Jinny sedang duduk minum bir. Kakak Steph kuliah tahun pertama di community college (setara akademi). Kenapa namanya lupa ingat? Karena saat itu saya agak mabuk dan satu alasan lagi yang akan jelas sebentar.
Saya ingat baru berbicara sebentar diiringi tawa kami saat bang Al kawan baruku mengambil kontrol otakku dan mendekati duduk Jeane (kita panggil Jeane aja yah) dan menyosor bibirnya. Bibir Jeane merekah menyambut walaupun keterkejutannya tak bisa disembunyikan lewat pelototan matanya. Setelah itu blur. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kami bisa berakhir di kamar Jeane tidur berpelukan sambil telanjang. Gedoran kamar membangunkan saya, diikuti teriakan Matt kawanku mengatakan bahwa kita harus pulang karena ada tetangga yang melapor polisi. Cepat-cepat saya berpakaian dan keluar kamar meninggalkan Jeane yang masih kelenger di ranjangnya. Barulah dalam perjalanan pulang saya sadar ada yang aneh dengan teman-temanku... dan mobilnya. Mobilnya bau muntah. Mereka menahan tawa cukup lama sampai akhirnya berhenti dan keluar dari mobil kemudian tertawa terpingkal di atas kap mobil. Saya ikut keluar dan dengan bingung berkata 'what?'
'You stink dude' kata Matt menunjuk bajuku. Barulah saya sadar bahwa baju saya penuh muntahan, entah dari Jeane atau saya atau kombinasi. Yang jelas saya lepas baju itu dan membuangnya ke semak-semak.
Tom yang membuka pintu rumah malam itu hanya bisa nyengir melihat tampangku yang berantakan. 'Rough night, huh?' Tanyanya sambil cengengesan. 'Don't ask Tom, please don't' jawabku tertunduk malu.
'Did you vomit or something? Tanyanya mengendus bau aneh badanku.
'No, a girl did, all over me apparently' jawabku sambil melangkah masuk.
'Well, did you get some at least?' Tanya Tom menggaruk kepala memandangiku.
'I think so.' Jawabku disambut tawa Tom. Tawanya baru reda setelah melihat wajahku yang bercampur antara bingung dan sedih.
'Welcome to Amerika Dian. You're officially an American now.' Kata Tom menepuk bahuku. 'But get some shower will ya, you stink' sambungnya tertawa.
Akhir minggu itu dimanfaatkan dengan baik oleh Tom dan Kelly untuk melancarkan ledekan tak bermutu setara 'cieee yang baru dapat jatah'. Tapi kulewatkan juga ledekan mereka dengan ikut tertawa.

Seninnya hampir seisi sekolah menyapaku dengn senyum nakal. Seorang gadis sophomore bahkan menitip nomor teleponnya padaku menjanjikan 'a good time' di rumahnya. Gosip menyebar lebih cepat dari api terutama di antara remaja. Sambutan Pengalamanku membuktikan itu.
Hanya Stephanie Mayer yang tidak mau berbicara lagi denganku. Tatapan galaknya mengurungkan niatku menanyakan nama kakaknya dan barulah setelah Matt menceritakan kejadian malam itu, saya sadar bahwa yang tahu apa yang terjadi antara saya dan Jeane malam itu hanya Tuhan... dan semua pengunjung pesta.

Cerita Matt selalu membuat saya tertawa. Malam itu bukan hanya ciuman yang kami lakukan di teras rumah Stephanie. Matt yang menjadi whistle blower. Begini ceritanya.

Matt yang saat itu hendak menyusul saya merokok ternganga mendapati pemandangan seronok di teras rumah stephanie.
Jeane sedang berdiri mengangkang di atas kursi tanpa celana menyorongkan memeknya ke mulutku sambil berpegang di dinding belakang kursi. Refleks Matt berteriak yang rupanya membuat saya berdiri tegak, menghilangkan keseimbangan Jeane dan berikutnya 'bruuk' jeanie jatuh bertumpu di kakinya. Jeanie yang berdiri limbung rupanya sempat marah-marah pada Matt karena mengganggu privasi kami dan ditanggapi Matt dengan cengengesan. Matt kemudian beranjak ke dalam rumah... untuk memberitahu yang lain.
Jadilah permainan kami disaksikan banyak mata dari jendela. Kami rupanya sudah sampai pada tahap blowjob ketika Stephanie akhirnya ngeh apa yang membuat peserta pestanya berkumpul di jendela. Kata Matt, muka stephanie merah padam saat menyerbu keluar berteriak pada kakaknya yang sedang berjongkok di hadapanku melakukan deep throating.
Teriakan Steph pasti mengejutkannya dan membuatnya tersedak karena saat itulah insiden muntah terjadi. Untungnya saya tidak ingat sama sekali kejadiannya karena terlalu mabuk.
Menurut cerita Matt, Steph dan kakaknya sempat berantem sebelum Jeane memotong percakapan adiknya dan menarik tanganku masuk ke rumah. Seluruh peserta pesta (kecuali Steph tentunya) menyoraki kami saat melintas di ruang tamu naik ke kamar Jeanie. Dan malam itu sampai setengah jam sebelum polisi datang, pesta itu kami ramaikan dengan teriakan dan lenguhan kami diikuti sorakan peserta pesta yang berkumpul di depan pintu kamar bergantian mengintip.
Status Jeanie yang seorang mahasiswi lah yang menyebabkan saya dijuluki 'player' dan bukanny 'vomit boy'. Satu hal yang saya syukuri sampai sekarang.
Sejak insiden Jeane, kehidupan seksku jadi lebih berwarna.
Sampai bulan ke 5 saya tinggal di US, Seingatku ada 4 cewek bule, 1 cewek meksiko, dan 1 cewek hitam yang pernah tidur bareng saya. Saya bilang seingatku, karena semua kejadian terjad dalam keadaan mabuk. Untunglah saya membawa kondom ke mana-mana. Bekal dari Tom dan Kelly.
Saya tidak mau bilang bahwa seks pada saat mabuk menyenangkan, karena faktanya tidak. Memang paling tidak nafsuku tersalurkan, tapi ada kenikmatan yang hilang dibandingkan saat bercinta dalam keadaan sadar. Dan itu mulai terasa menggerus kewarasan saya. Tapi dimana? Dengan siapa? Bagaimana cara pendekatannya?

Dan untuk pertama kali saya menyesal sudah menanyakan itu pada semesta.

Tidurku pagi itu dikejutkan oleh suara teriakan Kelly dari lantai atas. Cuma lima detik yang saya butuhkan untuk loncat dari tempat tidur, lari ke atas kemudian membuka kamar Kelly.
'Kelly, you okay?' Teriakku keras sambil memandang seisi ruangan yang kosong.
Kelly keluar dari kamar mandi mengenakan kaus oblong sebatas paha tanpa bath robe. Tangan kanannya menutup mulutnya sementara tangan kirinya menggenggam benda kecil seperti seperti stik es krim yang pipih panjang. Langkahnya terhenti 1 meter didepanku menatapku dengan pandangan tidak percaya.
'Kelly what's wrong?' Tanyaku lagi masih disambut diamnya.
'I'm... I think I'm pregnant' katanya pelan sambil berkacak pinggang menatap stik es krim itu.
'Really?' Tanyaku tak percaya. Barulah saya sadar bahwa benda itu adalah alat tes kehamilan.
Berikutnya saya mengangkat tangan ke atas dan bersorak. 'Yaay, congratulation Kel' jawabku senang.
Tapi ada yang aneh, tidak tampak semburat senang di wajahnya. Hanya bingung dan tidak percaya yang ada.
'Itu berita bagus kan Kel?' Tanyaku bingung.
'Tidak untuk Tom' jawab Kelly menghela nafas panjang dan beranjak menghempaskan tubuh ke ranjangnya untuk kemudian duduk termangu menutup wajah dengan kedua tangannya.
Saya tidak tahu harus berkata apa karena tahu pendirian Tom tentang anak. Tangis Kelly meledak membuat saya refleks mendekatinya, berlutut dan memeluknya sampai tangisnya reda. Saya tahu saya tidak boleh ikut campur dalam masalah ini.
Setelah tangisannya reda, Kelly memintaku untuk keluar dari kamarnya untuk menelepon Tom dan mengabari. 'I'll be Okay' katanya tersenyum kecil sebelum saya keluar.
Karena saya sudah tidak bisa tidur, saya memutuskan mandi dulu. Keputusan yang salah.
Kamar mandi luar bersebelahan dengan kamar Tom dan Kelly. Sehingga mau tidak mau dinding rumah yang terbuat dari kayu tidak bisa menyembunyikan percakapan di kamar yang memang terdengar keras. Banyak makian terdengar dari sebelah diakhiri suara benda yang jatuh dan teriakan frustrasi Kelly. Kemudian senyap yang hanya diselingi isak tangis dan suara saya mematikan keran, dan pelan-pelan membuka pintu kamar mandi dan berjingkat turun ke kamar untuk berpakaian.
Kelly sudah ada di dapur saat saya selesai berpakaian dan memutuskan sarapan dulu. Masih bingung bagaimana harus bersikap, saya hanya berjalan sambil diam ke arah pantry untuk mengambil sereal.
'Hey' hardikan Kelly menghentikan langkahku untuk kemudian berbalik perlahan siap-siap meminta maaf, apapun salahku. Tapi bukan wajah marah yang kudapati, melainkan Kelly yang tersenyum manis.
'I'm cooking big breakfast, so don't you dare touch that thrash.' Katanya mengacungkan pisau menunjuk sereal sambil tersenyum.
'Siap boos' jawabku tertawa. 'Siap bos my ass. Come here and help me' tukas Kelly berkacak pinggang.
Pagi itu kami makan telur dan sosis sapi panggang dengan roti toast dan jus jeruk sambil bercerita dan tertawa-tawa. Tawa Kelly terlihat dipaksa, tapi saya tidak mau merusak suasana dan melanjutkan canda kami. Semua baik-baik saja sampai telepon berdering dan saya berdiri mengangkatnya. Ternyata Tom yang menelepon mencari Kelly. Setelah basa-basi sebentar, telepon saya serahkan ke Kelly. Air muka Kelly saat itu sudah berbalik 180 derajat menjadi marah. Que untuk saya meninggalkan dapur dan melangkah turun ke kamar.
Jarak kamar saya dan dapur yang cukup berjauhan rupanya tidak menghalangi suara Kelly yang berteriak di atas. Tidak komplet kedengaran, hanya makian yang jelas terdengar, cukup bagiku untuk mengetahui firasatku benar. Badai belum berlalu.
Dan 3 menit setelah suara telepon di banting, diikuti suara grasa grusu, badai itu melongokkan kepala di basement. 'I'm going out for a while, you'll be okay at home right?' Pernyataannya kutanggapi dengan mengacungkan jempol, sebelum bertanya 'You okay?' Dijawab dengan senyum kecil sebelum Kelly turun dan berlutut di hadapanku.
'Sorry you have to hear that' katanya memohon maaf atas pemandangan badai tadi. 'It's okay, but I hope you're okay Kel' jawabku.
Dan tangisnya pecah.
Meluncurlah cerita bahwa Tom memintanya menggugurkan kandungan lagi. Lagi karena ini adalah ke4 kalinya Kelly hamil dalam 5 tahun masa pernikahan mereka. Hal yang aneh karena mereka adalah orang dewasa yang mengerti safe sex. Dan keanehan ini tercium oleh Tom yang menuduh Kelly berselingkuh. Kelly akhirnya mengakui bahwa dia beberapa kali melubangi kondom Tom untuk mencoba hamil, setiap kali berharap bahwa kehamilannya bisa diterima Tom. Intinya Kelly ingin hamil, Tom tidak mau.
Acara curhat diakhiri dengan Kelly yang terduduk di sofa sambil bertopang dagu. Tangisannya reda, berganti pandangan kosong.
'So, the sign on kondom is true then' kataku berkelakar merujuk pada peringatan 99% efektif di kotak kondom, diikuti tawa Kelly.
'Yes, the 1% is your wife. Now you know' jawab Kelly diikuti tawaku.
Sepanjang siang saya mencoba mengalihkan pikiran Kelly dari masalah. Minimal sampai dia bisa tenang memikirkan masalahnya. Dan usaha saya berhasil sampai menjelang dinner dan Tom kembali menelepon. Kali ini Kelly tidak mau berbicara dan meminta saya menyampaikannya.
Mereka masih berbesar hati untuk tidak saling menitipkan makian, hanya pesan. Pesan dari Kelly bahwa dia tidak mau melihat muka Tom, dan pesan Tom bahwa Dia akan pulang senin dari Hawaii. Tom memang sedang mengikuti sebuah konferensi di sana.
'Fuck Tom' kata Kelly berlalu masuk ke kamarnya meninggalkan saya di dapur.
Berhubung makan siang biasaya hanya berupa sandwich, saya beranjak ke kompor untuk masak makan malam. Malam ini menunya spagetthi saja ah, batinku.
Saya masih merebus air saat Kelly keluar kamar. Dia sudah mengenakan kaos panjang sepahanya menggenggam telepon dan berkata 'Don't cook Dian. We're ordering out. Fancy food.' Katanya nyengir.
Malam itu kami makan steak dengan mashed potato yang nikmat dari Olove Garden yang dipesan Kelly. Selesai makan malam, Kelly berkeras untuk mencuci piring sendiri. Saya pun ngeloyor ke ruang nonton, menyalakan TV.
15 menit kemudian Kelly masuk membawa semangkuk Pop Corn dan duduk di sebelahku ikut nonton. Kami menonton That 70's show yang ngocol. Tapi acara lucu ini tak bisa membuat kami tertawa, paling tinggi senyum tipis. Saya jengah dengan situasi ini.
'Hey Kel, just in case you're still be fighting with Tom tomorrow, can we order chinese instead?' Tanyaku sambil lalu. Kalau ada 1 hal yang saya syukuri dari kondisi ini ya makanan enak yang selalu tersaji.
Joke saya efektif membuat Kelly tertawa terbahak sampai tersedak. Saya cepat melompat ke dapur dan mengambil segelas air untuknya. Setelah batuknya reda, Kelly kembali tertawa lebar menanggapi gurauanku.
Malam itu saya menemani Kelly bercerita dan tertawa. Hanya ini yang bisa saya lakukan sebagai penghiburan.
Jam menunjukkan pukul 11 malam ketika TV memutar film Titanic dan Kelly menjerit histeris. 'I love this film. Let's watch it.'
Diikuti Kelly yang meloncat ke dapur dan mengambil sebotol white wine dan 2 gelas.
'Wuaduh, bakal nemenin cewek nangis nih' batinku kehilangan semangat. Film drama memang bukan favoritku. Apalagi nonton dengan cewek. Kecuali saya mau minta jatah nantinya hehe.
Usaha saya mencoba pamit tidur diikuti pelototan mata Kelly.
'We're watching this, and you're gonna like it.' Kata Kelly pelan tapi tegas.
'I'll need a drink then.' Jawabku menghela nafas panjang diikuti tawa Kelly sambil menuang white wine ke gelas kami. Salah. Besar.
Berhubungan dengan om Al selama 6 bulan ini sudah mengajarkanku untuk mengontrol diri saat minum, dan saya tahu persis kami hanya minum 2 gelas wine. Jauh dari ambang batas mabuk kami.
Semua berjalan natural tanpa ada yang mengomando ketika tanganku merangkul bahu Kelly yang bersandar si pundakku. Tujuan saya hanya mencari posisi yang lebih nyaman bagi kami. Tapi Kelly yang memposisikan dirinya tidur di dadaku membuat tanganku harus mencari posisi yang juga nyaman. Dan posisi itu adalah perut atas Kelly, sedikit di bawah payudara montoknya.
Tidak ada penolakan ketika lengan saya harus bergesekan dengan teteknya karena Kelly menggerakkan badannya. Juga ketika tangan saya dengan refleksnya naik meremas tetek itu dari balik kaos oblongnya. Kelly tidak memakai BH, memudahkanku menemukan putingnya yang mencuat diikuti desahannya.
Lama-lama posisi badan kelly makin turun ke pahaku hingga akhirnya dia berbaring telentang di pahaku dengan kepalanya disangga tangan kiriku yang memeluk lehernya. Desahan Kelly makin keras saat tangan kananku beralih dari tetek ke area perutnya. Kaos oblong Kelly sudah naik sebatas tetek memperlihatkan perut rampingnya. Tangan saya melanjutkan perjalanannya ke arah memek Kelly yang tertutup thong hitam, memudahkan saya menyibak cd mini itu ke samping san merabai memeknya. Rambut pirang tipis yang menutupi memeknya sudah basah oleh lendirnya. Desahan berubah menjadi erangan ketika klitorisnya mulai saya gesek.
Tangan kanan Kelly kemudian meraih ke atas dan menarik kepalaku turun. Dan setelah mengangkat punggung Kelly, bibir kami bertemu. Dan kami luluh jadi satu.
Tidak ada posisi aneh malam itu. Hanya posisi misionaris. Lokasinya yang berpindah-pindah. Awalnya dengan Kelly di sofa, kemudian di lantai sebelum berpindah ke kamar tidurku. Kami saling memuaskan dengan seluruh anggota tubuh. Lidahku bermain di memeknya saat Kelly mengangkang di sofa. Hisapan Kelly di kontolku saat kami berbaring di ranjang sempitku dalam posisi 69. Denyutan memek dan semprotan cairan cintanya membasahi wajahku.
Teriakan kencangnya mengakhiri permainan kami saat saya memberi tusukan terakhir ke memeknya. Tangan kami ketat saling memeluk sementara kakinya yang menjepit erat pinggulku dari bawah bergetar kencang menyambut orgasme kami.

Buat kalian yang bertanya apakah ukuran mempengaruhi kenikmatan, saya dengan berat harus berkata: Ya. Tapi ukuran lebar, bukan panjang. Ukuran panjang berbeda tergantung preferensi tiap wanita. Tapi ukuran lebar kontol dijamin memberi kepuasan. Setidaknya begitu pangalaman mengajarkan saya. Malam ini sekali lagi teori itu terbukti.

Tapi saya tidak sempat memikirkan itu. Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi saat saya baru bisa tertidur. Perasaan bersalah dan malu pada Tom dan Kelly yang memaksa mataku melek.
Namun perasaan itu hilang ketika saya bangun keesokan paginya dengan persasaan bingung dan terperangah mendapati Kelly sedang memasak sarapan di dapur. Bukan, bukan masakannya. Tapi Kelly yang saat itu hanya memakai kimono hijau, tersenyum melihatku, berbalik menghadapku dan membuka tali kimono. 'Breakfast's ready' katanya nakal memperlihatkan bodynya yang bisa bikin model catwalk tertunduk malu.
Hanya 2 kata itu yang kubutuhkan untuk tersenyum dan menghambur mengambil jatah sarapanku. Di dapur dan kamar mandi.
Hubungan saya dan Kelly makin panas selama 4 bulan ke depan. Kami menjadikan masing-masing objek afeksi. Tl Sebaliknya dengan hubungan Tom dan Kelly. Tom semakin jarang di rumah. Kalaupun datang hanya untuk bertengkar. Ini membuat saya tidak nyaman.
Akhirnya suatu pagi keputusan mereka bercerai menghantam seperti palu godam di kepalaku.
Programku mensyaratkan host parent harus pasangan suami isteri, bukan single parent. Dan rasa tidak nyaman membuat saya memutuskan menelepon chaperone saya untuk minta pindah lokasi.
Awalnya chaperone saya menyayangkan keputusan saya, karena waktu tinggal saya sisa 3 bulan lagi. Tapi Kelly berbesar hati untuk menjelaskan perceraian mereka. Tiga hari kemudian saya sudah mendapat penempatan baru, di kota lain tidak jauh dari kotaku. Dan bonusnya ada peserta pertukaran dari Indonesia juga di sana.

Malam sebelum keberangkatan saya manfaatkan dengan berbicara dari hati ke hati dengan Kelly, dan telepon ke telepon dengan Tom. Saya ingin meminta maaf pada Tom, tapi Kelly meminta saya menutup rapat-rapat hubungan kami.

Paginya saya diantar oleh Kelly ke stasiun bus. Beberapa kawan ikut mengantar. Ciuman di tepi bibir mengiringi perpisahan kami. Dan saya hanya bisa duduk diam di bus itu.


EPILOGUE

Perjalanan tiga jam sangat panjang untuk saya. Baru sekarang saya rasakan ketegangan menghadapi perubahan. Hal yang dulu tidak saya rasakan sewaktu pertama berangkat.
Sesi perkenalan dengan orang tua angkat baru berjalan lancar. Malam itu saya tidur di ranjang empuk di kamar ataa bersebelahan dengan kamar orang tua angkat saya. Mereka tersenyum ketika keluar kamar memastikan saya sudah nyaman di kamar baru saya.

Keesokan harinya adalah hari baru di sekolah baru. Saya turun dari bus sekolah dan melangkah santai ke arah gerbang sekolah.

Berdiri di bawah pohon, sesosok gadis melambaikan tangannya padaku. Saya baru ingat bahwa anak Indonesia yang juga bersekolah di sekolah baruku harusnya menemuiku pagi itu. Dan dia menemukanku. Atau tepatnya kami saling menemukan.

Berdiri dalam kaus oblong dan jins, gadis cantik dari utara Indonesia tengah itu bersandar santai di pohon elm. Senyumnya yang manis menghiasi wajah tirusnya. Topi rasta masih setia menutupi rambut hitam ikalnya.

'Ee si sok serius sudah datang' ucapnya usil mengingatkanku pada pembicaraan terakhir kami di pesawat.

'Hai Ana, apa kabar' jawabku ringan melangkahkan kaki ke arahnya.

'Sekarang mau kan ngajarin saya rahasianya biar bisa tidur nyenyak kaya di pesawat?' Katanya sambil menggandeng tangan.

'Beres bos Anaa' jawabku ringan lagi sambil tertawa.

'Oyaa, jangan panggil saya Ana ya. Disini nama saya bukan Ana' katanya dengan nada santai.

'Habis siapa, Bambang?' Tanyaku bercanda diikuti cubitannya di perut kiriku.

'Iih enak saja. Disini saya dipanggil dengan nama lengkap saya.' Katanya melotot.

'Nama lengkap kamu apa?' Tanya saya bingung baru sadar saya tidak tahu nama lengkapnya.

'A-N-A-S-T-A-S-Y-A. Anastasya' jawabnya manja.

'Mm nama kamu cantik sama seperti orangnya' jawabku gombal diikuti semburat merah di pipinya.

'Saya suka nama kamu. Tapi saya sigkat aja yah. Boleh?' Tanyaku.

'Di singkat gimana Yan?' Tanyanya sambil melotot menunggu keisengan lainku.

Tapi saya tisak sedang bercanda. Gadis ini terlalu cantik untuk dijadikan bahan candaan. Untuk pertama kalinya saya sungguh-sungguh suka seseorang pada pertemuan pertama. Saya ingin memberinya panggilan sayang. Panggilan yang hanya saya dan dia yang tahu.

'Tasya saja yah. Boleh?' Tanyaku tersenyum lembut.

'Hmm, I'd like that' jawabnya tersenyum manis.

Dan secepat itu cinta mengunjungi kami. Menyatukan kami. Dan sekali lagi semesta berbaik hati membuka rahasianya bagiku. Bagi kami. Rahasia cinta...

THE END
 
Terakhir diubah:
:mantap:
SSnya klo di bikin lebih detail mungkin lebih siiiipppp,
Ada typo juga, tp overall :jempol:
Maaf oot, di tunggu cerita selanjutnya, tetep sehat, tetep semangat, biar bisa croot dengan nikmat.
Pokoke maknyusssss....
 
suhu.
ini mestinya ada lanjutan nya nih
hehehe
berharap semoga ada terusan nya ini cerita

nice story suhu
 
Addictnya masih kurang banyak ini wkwk, nice story om, walau kurang panjangg
 
belum ada lanjutannya y ;) kirain rumah baru udah cerita baru
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Akhirnyaa... cerita keren muncul jugaaa...
Mangstaap gaan.
Cendol sent!

:beer:
 
Bimabet
Makasih atas komen, kritik dn cendolnya. Means a lot untuk saya yang nubie. Oya seri confession memang sudah selesai, tapi barusan posting cerita baru: BEDA. semoga bisa enjoy juga. Ditunggu kritik dan sarannya lagi ya suhu-suhu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd