Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[copas] mau mama panggilin Mira?

qsanta

Semprot Lover
Daftar
17 Sep 2014
Post
269
Like diterima
987
Bimabet
[copas] mau mama panggilin Mira?​

Lia terbangun dengan perasaan yang aneh. Udara dingin serasa membelai tubuh telanjangnya. “Aku tak pernah tidur telanjang,” pikirnya. Berbaring beralas lantai membuat punggungnya kedinginan. Lia lantas duduk dan tersentak begitu melihat keadaan. Di dekatnya terbaring keluarganya.

Yusup suaminya bebaring di sebelahnya sambil mendengkur. Di sisi lain, ada Andi anak sulungnya. Dia juga melihat Ari, adinya Andi. Tiba – tiba rasa takut menyerang dirinya, namun saat dia melihat putrinya, Mira, yang juga terbaring, rasa takut itu seakan sirna. Sirna itu sempurna.

Saat menyadari semuanya telanjang, tiba – tiba Lia seperti menyadari akan suatu keganjilan. Lantas ia cepat menggoyangkan tubuh suaminya dengan harapan agar suaminya bangun. Namun yang terjadi ternyata tak sesuai harapan.

Setelah memperhatikan lebih lanjut, ternyata Lia lihat semuanya tak benar – benar telanjang. Di lehernya dan anak serta suaminya terpasang kalung berbentuk seperti kalung anjing. Lia melihat ke sekitar. Lia dapati mereka berada di sebuah kamar berukuran kira – kira lima meter kali lima meter, dengan satu ranjang di tengah – tengah. Temboknya terbuat dari kaca gelap, begitu gelapnya hinggat seperti tiada lagi yang lebih gelap.

“Akhirnya bangun juga,” sebuah suara terdengar di telinga Lia, asalnya seperti dari kalung yang di lehernya.

“Apa maumu?” Lia memandang ke sekeliling. “Kami tak punya banyak rupiah.”

“Uang bukan segalanya, tentu kamu juga tahu itu.”

“Lepaskan kami. Aku janji kami takkan beri tahu apa pun ke pada siapa pun.”

“Bodoh jika kamu mengira aku akan menuruti kata – katamu. Biar kubantu kamu untuk santai sedikit sekedar meredakan ketegangan yang mungkin kamu rasakan.”

Air mata Lia mulai mengalir, “saya mohon hentikanlah,” katanya pelan.

“Andai semudah itu. Daripada percuma, mending perhatikan.”

Ada bunyi bip kecil terdengar. Andi lantas bangun dan berteriak, “aaaa..” Setelah teriakannya mereda, Andi menyadari ketelanjangannya lantas melihat ke sekeliling.

Tiba – tiba dari lantai mendadak muncul tangga ke bawah. “Kalian berdua sebaiknya turun.”

Lia menggeleng, “tidak mau.”

Rasa sakit yang tiba – tiba datang membuat perut Lia serasa diaduk. Lia pun terkapar di lantai. Tubuhnya seperti ingin kencing, namun masih bisa ditahannya. Jeritannya membuat anaknya mendekatinya.

“Biarkan dia! Kecuali kalau kamu mau seperti mamamu!” Andi tak mempedulikannya. Dia lantas mendekat dan mencoba menghibur. Meski masih enambelas tahun, namun tingginya sudah melebihi tinggi sang mama.

Sebuah kejutan di leher membuat Andi jatuh dan terkapar seperti ikan. “Setidaknya sudah kuperingati terlebih dahulu,” kata suara di kalung Andi. Andi menggeretakan gigi mencoba menahan sakit hingga akhirnya sakitnya hilang. “Sekarang silakan turun!” suara itu muncul lagi.

Andi lantas berdiri dan membantu mama bangkit. Keduanya berjalan menuruni tangga. “Tenang mah. Andi yakin kita gak bakal di apa – apain.”

“Semoga kamu benar nak,” kata Lia sambil menatap anaknya. Lia bangga terhadap anaknya yang berusaha terlihat tegar meski Lia tahu anaknya pun sama takutnya seperti dirinya. Tubuhnya yang kekar karena senang olahraga ditambah posturnya yang tinggi membuat Lia bersyukur telah dikarunia Andi. Namun saat menatap ke bawah, Lia terkejut dengan ukuran kemaluan anaknya yang seperti di atas batas normal anak seusianya.

Lia lantas mengangkat pandangannya ke atas karena merasa malu telah melihat kemaluan anaknya. Namun ternyata Lia dapati anaknya sedang menatap payudaranya. Anaknya mengalihkan pandangan saat kembali menapaki lantai di ruangan yang gelap.

“Syukur kalau kalian saling menyukai,” suara itu kembali mengejutkan ibu dan anak.

Cahaya mendadak datang menerangi ruangan. Lantai tempat tangga muncul kembali menutup setelah tangganya secara ajaib turun dan kini tiada. DI tengah ruangan terdapat ranjang.

Lia mengerti arti ranjang dan ketelanjangan. “Tidak,” katanya.

“Kamu akan belajar untuk melupakan kata itu,” suara itu kembali terdengar. “Andai kata kudengar kamu mengatakannya lagi, kembali akan kukejutkan anakmu.”

Secara reflek Lia lantas bersuara, “Jangan!” Namun lantas menutup mulut dengan tangannya, “Tunggu!”

Terlambat, Andi kembali merasakan kejutan hingga terkapar di lantai. Mulutnya sedikit mengeluarkan busa. Kemaluannya mengeluarkan air kencing yang membasahi tubuhnnya, bahkan tubuh mamanya pun iku kena, walau secuil. Secuil. Setelah beberapa saat, Andi berhenti mengejang namun mengerang, “sakit.”

“Bersihkan tubuh anakmu itu!”

Lia mendengar suara air di belakangnya. Saat menoleh, area tempat terdengarnya suara air mendadak menyala oleh cahaya. Lia mendapati air itu meluncur dari shower. Lia mencoba membangkitkan anaknya lantas memapahnya ke pancuran air. Lia bilas anaknya dengan air dari pancuran yang ternyata hangat.

Lia mulai mengusapkan tangannya di dada anaknya, mencoba membersihkan meski tanpa sabun. Bidangnya dada anaknya membuat Lia entah kenapa seperti merasa lain. Lia ingat saat – saat dimana ayahnya anak ini bisa membuatnya bergairah hanya dengan caranya melepas baju hingga bertelanjang dada.

“Kamu menyukainya kan Lia?”

Lia mengangguk sedikit. Malu kalau anaknya sampai dengar pertanyaan itu. Namun anaknya hanya menatapanya.

“Mah, apa yang dia ingin kita lakukan?”

Lia menyadari sepertinya anaknya mulai memikirkan apa yang akan terjadi.

“Puji anakmu,” meski pelan, namun suara itu terdengar oleh Lia.

“Kamu tampan sekali nak, meski tak setampan taylor. Apalagi matamu sama kayak mata mama.”

“Tubuh mama juga bagus. Susu mama kenceng apalagi pantat mama besar,” dengan tergagap Andi mengatakan penilaian atas tubuh mamanya.

Lia mengira anaknya pun diperintah seperti itu. Sungguh tak pantas apa yang keluar dari mulut anaknya, namun di sisi lain, kata – kata anaknya membuat Lia seperti merasakan perasaan aneh yang membuatnya senang.

“Lihat kontolnya,” suara itu kembali terdengar oleh Lia. “Bukti nyata kalau anakmu jujur.”

Suara itu terdengar seperti puas. Lia menuruti lantas melihat kemaluan anaknya. Kemaluan anaknya mulai bangkit dari tidurnya.

“Puji kontol anakmu!”

Lia memalingkan mata dari kemaluan anaknya. Anehnya, Lia seperti tak ingin memalingkan mata, namun tetap memalingkan mata hingga menatap wajah anaknya.

“Kemaluanmu besar sekali,” kata Lia terengah – engah.

Selesai bicara, matanya kembali turun menatap selangkangan anaknya. Setelah menyadari kalau kemaluan anaknya telah berdiri seutuhnya, Lia agak terkejut.

Air berhenti mengalir, lampu pun dimatikan. “Silakan kembali ke ranjang,” suara itu kembali memerintah.

Lia kembali memalingkan wajah dari kemaluan anaknya lantas kembali menuju ranjang. Kekhawatirannya mulai melemah seiring menguatnya birahi karena menyadari kemungkinan kemaluan besar itu akan memenuhi kemaluannya. Saat berjalan, kemaluannya berkedut – kedut. “Apakah dia melihat pantatku?” batin Lia bertanya – tanya.

“Lebarkan kakimu !”

Lia menurut. Kepalanya menoleh ke belakang melihat anaknya yang sedang berdiri sambil menatap pantatnya.

“Karena kamu mamanya, kamu mesti dilayani terlebih dahulu,” suara itu kembali terdengar.

Lia tersentak saat memeknya serasa dijilat. Lia menoleh dan melihat anaknya berlutut dan kepalanya berada di selangkangannya. Lidah anaknya bermain menjilati bibir kemaluan dan kacangnya. Lia lantas melebarkan lagi pahanya agar lidah anaknya bermain lebih leluasa. Efeknya tentu lidah anaknya makin dalam merasuk membuat Lia mengerang kenikmatan.

“Kamu memang mama yang binal, kamu suka lidah anakmu di memekmu?”

“Iya,” bisik Lia sambil terengah – engah. “Suka.”

“Katakan, bilang pada anakmu agar dia tak minder.”

“Terus nak. Kamu hebat sayang.”

Mendengar pujian mama membuat Andi bersemangat. Kini tangannya memegang pinggul mama. Mama makin mengerang tak karuan.

“Kamu harus orgasme dalam waktu satu menit!”

Lia makin memfokuskan kenikmatan yang diberikan oleh anaknya. Lia lantas menekan selangkangan ke wajah anaknya sambil mengerang menikmati orgasmenya. Lututnya mengejang beberapa saat hingga akhirnya gelombang orgasmenya mereda. Namun anaknya tetap memegang pinggul sambil tetap menjilati selangkangannya.

“Sekarang berbalik dan duduk, isep kontolnya sebelum ngentot!”

“Kamu berdiri nak!”

Lantas Lia duduk di depan anaknya. Lia meraih pinggul anaknya dan kembali terpesona oleh kemaluan anaknya. Rasa – rasanya takkan masuk di mulutnya yang mungil, namun Lia akan berusaha semaksimal mungkin. Saat Lia menyentuh kemaluan anaknya, anaknya mengerang lantas keluarlah pelumas dari kemaluannya.

Lia mulai membungkuk sambil membuka mulut. Anaknya mengawasinya dengan seksama saat kemaluannya mulai masuk ke mulutnya. Baru sepertiga yang masuk namun Lia sudah merasa mulutnya penuh.

Lia ingin lubangnya yang lain juga diisi. Namun Lia telah belajar untuk mematuhi sang suara. Lia mulai mengisap kemaluan anaknya. Awalnya pelan namun perlahan temponya dinaikan setengah oktaf. Tangannya mengelus dan kadang meremas.

“Kamu ingin merasakan dientot anakmu? Kalau gak mau, kamu boleh berkata tidak!”

Suara itu kembali terdengar, namun Lia menggelengkan kepalanya.

“Kamu menggeleng karena tak mau berkata tidak atau karena gak mau dientot anakmu?”

Lia menghentikan isapannya lantas menatap anaknya, “mama ingin kamu setubuhi mama!” Lia terkejut akan kata – katanya sendiri.

“Wow, aku belum pernah melihat seorang ibu sejalang ini. Bener – bener pelacur,” suara itu kembali bersua. “Karena kamu udah jujur, imbalannya silakan berbaring dan biarkan anakmu ngentot.”

Lia berbaring. Lia tahu anaknya juga mendengar perintahnya sendiri. Ananknya merangkak di atas tubuhnya lantas menatapnya.

“Mah, suara itu bilang agar aku ngentot mama.”

“Mama tahu sayang. Lakukan saja supaya kita selamat. Gak apa – apa.”

“Bilang kalau kamu akan memuaskannya lagi dengan mulut nanti kalau memang dia suka,” suara itu berkata ke Lia.

Lia meremas rambut anaknya, “mama isep kamu lagi nanti. Mama janji.” Anaknya tersenyum. Lia bisa rasakan pahanya bergesekan dengan kemaluan anaknya.

“Mau mama bantu nak?”

Anaknya mengangguk sambil tersipu malu. Lia tersenyum.

“Gak apa – apa nak.”

Lia memegang kemaluan anaknya dan mengarahkan ke kemaluannya, “sekarang tekan sayang!”

Anaknya mendorong. Kemaluannya langsung masuk akibat lumasan dan basahnya kemaluannya sendiri. Meski basah, namun tetap agak sedikit sakit akibat ukurannya. Setiap dorongan membuat Lia mengerang antara nikmat dan sakit.

“Oh nak. Punyamu besar sekali,” kata Lia tanpa diminta.

Andi tersenyum. “Andi tau dia nyuruh mama bilang gitu. Tapi, makasih mah.” Andi menatap wajah mama, “mama bener – bener suka mah?” katanya sambil menghentikan gerakannya.

“Iya,” suara Lia pelan. Air matanya mulai jatuh, “maafin mama.”

Anaknya tersenyum lagi. “Gak apa – apa mah. Andi juga suka.”

Andi mulai memompa kontol di memek mamanya. Mama mendengus tiap kali kontolnya mentok.

“Oh tuhan, maafkan hamba,” bisik Lia. Lantas kakinya melingkari tubuh anaknya dan tangannya mengelus punggungnya. “Mama sayang kamu nak,” bisiknya saat orgasmenya kembali datang.

“Andi juga sayang mama,” katanya pelan sambil tetap memompa. Tubuhnya masih belum mengucurkan peluh. Senyumannya dan ekspresi kenikmatan anaknya terpatri di otak Lia saat memejamkan mata untuk orgamse lagi.

“Terus entot mama sayang!” Kini Lia menjerit saat kembali orgasme. “Ayo nak, kamu boleh orgasme!”

Anaknya memejamkan mata, mengerang lantas menyempurkan peju di memeknya. Rahimnya serasa penuh oleh peju anaknya. “Buahi mama nak,” bisik Lia sambil merasakan memeknya yang masih berdenyut. Saat kontol anaknya dicabut, terdengar suara plop. Tangan Lia mengelus selangkangannya, “kamu buahi mama sampai keluar nak.”

“Artinya apa mah, bagus atau buruk?”

Lia meraih kepala anaknya lantas mencium bibirnya.

Untuk sesaat, Andi mencoba memalingkan bibir. Namun lantas menyadari kalau dia telah ngentot mama. Andi lantas menerima ciuman mama. Lidahnya saling memagut dengan lidah mama. Kira – kira satu menit kemudian, Andi menjatuhkan tubuh di atas tubuh mama.

“Artinya bagus nak,” bisik Lia pelan.

“Indahnya melihat dua orang saling mengasihi dan memberi kenikmatan.” suara itu kembali terdengar.

Anaknya berguling dan berbaring di sebelahnya. Lia lantas duduk dan melihat berkeliling, “kuharap kamu menikmatinya karena telah membuat kami melakukan ini. Dasar sakit.”

“Kayak kamu gak menikmatinya aja. Dasar pelacur. Kamu ubah anakmu jadi liar seperti kamu.”

Lia tersipu menyadari benarnya kata – kata suara itu. Lia menikmatinya bahkan tanpa perintah untuk menikmatinya. Lia kembali menatap anaknya yang telah menikmati kemaluannya.

Tiba – tiba dari arah tangga tadi, muncul panel berisi layar yang diturunkan hingga bisa dilihat oleh Lia dan anaknya. “Nikmati acaranya!” Suara itu kembali berbunyi.

Dia tersipu di kata-kata. Dia benar, dia baru saja menikmati itu, dan telah pasti mengambil peran aktif dan tanpa diminta dalam membuat seks lebih baik dengan anaknya. Dia kembali menatap anak kecil yang tampan, yang baru saja digunakan vagina seperti tidak ada orang yang pernah. Dia masih bisa merasakan nya datang meluncur keluar dari vagina dalam menggiring bola lambat. Ada hum samar dari langit-langit dan televisi layar plasma diturunkan dari sudut atas, tepat di bawah pintu dari tangga. "Nikmati acaranya." Suara itu mengatakan dan ia mendengar klik kecil dari kerah bajunya.

***

Di layar menampilkan ruangan yang mirip dengan ruangannya. Setelah itu menampilkan suaminya sedang berjalan sambil memeluk putrinya. Saat Mira dibaringkan di kasur, Lia mulai menangis. Lia tahu suara itu akan membuat suaminya merenggut kegadisan putrinya.

Andi duduk di kasur sambil memperhatikan layar. “Apa yang akan mereka lakukan?” tanyanya. “Sial,” bisiknya setelah menyadari apa yang dilihatnya. Nada suaranya tak terdengar takut atau marah. Menyadari hal itu Lia menatap anaknya. Lia menyadari anaknya terpesona.

“Apa kamu tak paham? Suara itu akan membuat papa mencabuli Mira,” kata Lia sambil matanya berkaca – kaca. “Kamu udah besar. Namun Mira belum siap untuk apa yang akan terjadi,” isaknya. “Mira pasti akan sangat kesakitan.”

“Uh, mah,” Andi bicara sambil mengusap rambutnya sendiri. “Gak benar itu.”

“Maksudmu?” Lia bingung melihat ekspresi malu anaknya.

“Mm, ya, Mira udah gak perawan. Udah dua tahun lalu.”

“Apa?” Jerit Lia. “Kamu entot adikmu?” katanya menuduh anaknya sambil menunjuk ke monitor.

“Iya mah,” anaknya mulai menangis. “Kami gak bermaksud seperti itu,” Lia mulai menatap anaknya dengan penuh kebencian.

“Mama sama papa gak bolehin Andi pacaran. Jadi Andi hanya bisa memuaskan rasa penasaran Andi ke orang yang ada.”

“Kamu bilang andai mama sama papa izinin kamu pacaran dan ngentot mereka sesekali ...”

“Iya,” anaknya menyela, “andai Andi punya pacar. Tentu saja. Bahkan Andi gak dibolehin main sama temen perempuan. Jadinya hanya Mira yang tersedia. Dan yang penting, hanya Mira yang bersedia.”

Lia menganga mendengar penjelasan anaknya.

“Mama tak tahu kamu sebegitunya. Mungkin lebih baik mama larang kamu tumbuh gede.”

Di monitor, Mira duduk di tepi kasur. Terlihat kedunya sedang diberi petunjuk mirip dengan yang telah diterimanya. Merasa terkejut sekaligus ngeri, Lia melihat Mira meraih kontol ayahnya dan menghisapnya dengan antusias.

“Putrimu sungguh sangat kreatif. Aku hanya menyuruhnya agar membuat ayahnya senang. Dia melakukan yang seharusnya.”

Mira melepas isepannya, “papa, suara itu ingin papa ngentot Mira.”

Yusup mengangguk dan melihat putrinya berbaring lantas melebarkan paha.

“Jangan khawatir, papa gakkan menyakiti Mira kok. Tapi jangan marah kalau Mira udah gak perawan.”

“Iya sayang, papa tahu.”

Yusup mulai memposisikan diri di atas putrinya. “Papa udah menduga apa yang terjadi antara kamu dan kakakmu.” Yusup mendorong kontolnya sambil mengerang. Setelah itu, kaki putrinya mulai melingkari tubuhnya.

Air mata Lia kembali mengucur menyadari apa yang terjadi di depan matanya. Putrinya mengerang sambil menyebut papanya dan saat orgasme, suaranya terdengar mendesis. Setelah beberapa saat, putrinya mengaku kalau papanya tak menyakitinya, tak seperti kak Andi. Dan Mira menyukainya.

“Kalian semua melakukannya dengan sempurna. Tinggal satu anak lagi,” kata suara itu ke telinga Lia.

“Aku harus naik,” kata Andi lantas beranjak.

Lia menunggu dalam diam. Kemudian anak keduanya muncul ditemani Mira.

“Mah, apa yang terjadi?” kata Ari.

Lia mencoba menenangnkan dengan mengelus bahunya. “Seseorang memaksa kita berhubungan badan,” Lia mencoba menjelaskan. “Tapi, kenapa kamu kemari Mira?”

Sejenak Mira menatap mama, “suara itu bbilang Ari terlalu lama asik sendiri. Jadi dia harus dapat dua perempuan.”

“Dia bilang agar aku duduk di kasur,” timpal Ari.

“Lakukan nak. Kalau tidak dia bakal menyakitimu, atau mama, atau adikmu.”

Anaknya duduk di kasur, tubuhnya memang tak seperti tubuh kakaknya. Namun sepertinya lebih cepat dewasa. Mira lantas berlutut di hadapannya. Tangannya meraih kontol Ari dan mulutnya menciumnya.

“Dia menyuruhku memberikan mulutku,” kata Mira sambil menatap kakaknya.

“Kamu juga ikut, isep dia!” suara itu memerintahkan Lia.

Lia berlutut di sambil putrinya dan melihat putrinya sedang asik menghisap kontol kakaknya. Setelah beberapa isepan, Mira memegang pangkal kontol dan mengarahkan ke mamanya. Lia kini mulai memegang kendali. Tiap sepuluh isepan, Lia berganti dengan putrinya. Namun pangkal kontol tetep dipegang putrinya.

Kini mereka diperintah menjilati berbaringan. Saat Lia menjilat dari panggak ke ujung, putrinya menjilat dari ujung ke pangkal. Pun sebaliknya. Terkadang lidah Lia menjilat lidah anaknya secara tak sengaja.

Setelah sepeminuman teh, kini lidah keduanya berada di ujung kontol. Tangan Lia memegang rambut putrinya. Tangan putrinya memegang rambutnya. Keduanya lantas berciuman. Tangannya bergandengan dengan tangan putrinya, lantas mengocok kontol anaknya. Setelah itu, Lia menjilati testis anaknya sementara kontolnya diisep Mira hingga akhrinya memuncratkan peju di mulut mira. Setelah selesai, Mira melepaskan kontol dari mulutnya.

Lia lantas disuruh mencium putrinya. Putrinya menutup mulut saat dicium mama. Saat berciuman, Lia merasa lidah putrinya mencoba membuka mulutnya. Lia membuka mulut lantas menerima apa yang dikirim oleh mulut putrinya.

Keduanya ciuman sambil bertukar peju Ari dan menelannya perlahan hingga habis.

Mira terkikik, “Mira gak pernah lakuin itu.” Lantas tersenyum pada mamanya, “menyenangkan juga ya.”

Lia terdiam sebelum memarahi putrinya. Lantas Lia berpikir gak ada gunanya memarahi putrinya atas apa yang telah terjadi. Bahkan mungkin bagus kalau putrinya menikmati ini.

***

Monitor kembali muncul menampilkan yusup yang sedang merangkak. Di belakangnya ada Andi yang siap menusuk anus papanya.

Para pemirsa melihat wajah Yusup yang sedang kesakitan saat anusnya diterobos oleh kontol anaknya. Lia bahkan tak menyadari tangannya yang sedang mengelus kontol Ari.

“Bagus,” suara itu kembali terdengar oleh Lia. “Lebarkan kakimu agar putrimu bisa menikmati memekmu.”

Lia melakukan perintahnya sambil tetap menatap monitor. Setelah beberapa saat disodomi oleh anaknya, suaminya kini tampak seperti menikmati. Bahkan tangannya mulai mengocok kontolnya sendiri. Kepalanya terus melihat ke atas dan ke kanan.

Lantas Lia sadari kalau mereka juga sedang melihat monitor yang menampilkan ruangan tempat Lia, Mira dan Ari.

Lia kini bersandar dan mengerang saat memeknya dilahap oleh putrinya. Ari pindah ke belakang adiknya lantas memasukan kontol ke memeknya. Mira mengerang sambil tetap mencoba melahap memek mama.

Di monitor, terlihat Andi menerima perintah, lantas memegang pinggul papa dan mulai memompa dengan tempo dipercepat. Yusup pun mulai mengimbangi gerakan anaknya.

Lia menjeritkan nama putrinya saat orgasme membuat Andi dan Yusup memalingkan kepala sejenak ke monitor. Lantas Andi menyemprotkan peju di anus papanya. Setelah selesai, Andi kembali diberi perintah. Andi mendekatkan bibir ke anus papa dan mulai menghisapnya hingga pejunya berada di mulutnya. Andi lantas mencium papa untuk memberikan peju itu. Yusup lantas menelan peju anaknya lalu kembali berciuman. Andi mencium sambil mengelus kontol papanya.

Kini posisinya berganti. Andi yang merangkak dan Yusup di belakangnya siap memasukan kontol ke anus anaknya.

Mira menjerit namun teredam oleh memek mama, saat dirinya orgasme.

“Saatnya menjilati putrimu sambil dientot anakmu,” perintah kembali datang ke telingan Lia.

Mira lantas berdiri dan berbaring di ranjang. Lia mendekatkan kepala ke selangkangan putrinya dan melihat jembutnya yang masih jarang. Dia kemudian mulai menjilati putrinya.

Mira mengerang saat melihat kepala mama terbenam di selangkangan. Tangannya meraih rambut mama dan mendorongnya lebih dalam lagi.

Lia merasakan pinggulnya dipegang putranya. Lantas kontol anaknya berusaha memasuki memeknya. Lia mendengus tiap dorongan kontol anaknya sementara putrinya mengerang tiap dorongan lidahnya.

Lia kembali orgasme, lebih kuat dari sebelumnya. Dia mendengus, mengerang bahkan hampir menggigit memek anaknya. Kepalanya bergerak liar saat anaknya ikut orgasme menembakan peju di memeknya.

Mengingat perintahnya, Lia kembali memfokuskan diri setelah orgasmenya mereda. Lia menjilati dan menghisap kacang kecil putrinya membuat putrinya menggelliat dan meremas keras rambutnya.

Mira akhrinya menjerit, punggungnya melengkung dan tangannya menarik rambut mama dengan keras hingga membuat mamanya merasa sakit.

Setelah beberapa saat, Mira menangkan diri. Lia merasa kontol anaknya lepas dari memeknya dan merebahkan diri ke kasur. Ari ikut merebahkan diri di sampingnya. Dia mencium mamanya bolak balik sama Mira.

Suara yang muncul dari monitor menarik perhatian Lia. Di sana terlihat Yusup berteriak saat dia ejakulasi di anus anaknya. Lantas Yusup melakukan apa yang telah anaknya lakukan sebelumnya.

“Kalian telah melakukan semuanya dengan baik, sekarang silakan naik dan ambil hadiah kalian!” suara itu kembali terdengar.

Kelima orang tersebut menaiki tangga dan duduk di lantai mengitari sebuah keranjang. Di dalamnya ada enam botol minuman serta makan. Mereka lantas menyadari kalau mereka lapar. Lantas hidangan itu dinikmati. Di sisi lain muncul cahaya menerangi ruang seperti kamar mandi. Meski tanpa penghalang.

“Silakan nikmati sisa malam ini. Saya akan kembali esok.”

Mereka lantas melihat dua kamar tidur terbuka. Anak – anak di satu tempat tidur, sedang Lia dan suaminya di tempat tidur yang lain,

“Apa yang akan kita lakukan?” kata Lia saat berbaring bersama suaminya.

“Entahlah, Aku pun tak tahu apa yang kita hadapi ini.”

Lia tersenyum saat lampu kamar pelan – pelan meredup.

“Hari ini Mama keluar banyak.”

“Iya, papa juga. Bahkan papa suka liat apa yang mama lakuin sama anak – anak.”

“Serius nih? Mama bahkan tak mengira papa ngelakuin apa yang papa lakuin sama Andi.”

“Anak itu kayak kuda. Kayaknya dia udah bikin mama lebih baik.”

Lia terkikik, “sejelas itukah?”

“Iya lah.”

Lia mencium suaminya, lantas bicara, “mau mama panggilin Mira? Atau Andi?”

Sekian.
 
ceritanya menggugah yang sedang ngelungker ..... :semangat:
 
NJiieesssss :berbusa:

Menggelikan... joroookkk
:hua:
 
pantesan karangannya copas terus sumbernya uda gak nongol pula.
makanya endingnya gak jelas begini:(
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd