yusufzubair
Calon Suhu Semprot
- Daftar
- 29 Nov 2019
- Post
- 2.850
- Like diterima
- 4.365
Thank buat @penikmatukhti sudah boleh mendaur ulang ceritanya
Mungkin beberapa episod akan sama dengan si pencerita next ada cerita lainnya yang agak berbeda
Namaku Icha, aku dianugerahi wajah yang cantik, tubuh yang tinggi. Banyak pria yang tergila-gila padaku. Namun aku tolak karena aku ingin fokus berkarir sebagai selebgram berhijab. Sehari-hari aku berhijab, sudah sekitar 5 tahun aku berhijrah. Dahulu saat masih menjadi gadis sampul aku belum berhijab. Namun seiring dengan trend, hari ini model dan selebgram hijab pun diterima oleh pasar. Seiring dengan usia yang terus bertambah, orang tuaku menyuruhku agar segera membangun rumah tangga. Pada akhirnya aku menerima tawaran orang tuaku untuk dipinang oleh Adi, seorang pria dengan usia beberapa tahun di atasku. Dia adalah seorang eksekutif sukses yang berhasil menjadi direktur BUMN dalam usia 31 tahun. Tentu dari segi kekayaan dia sudah mapan. Aku merasa cocok dengannya karena dia juga lebih dewasa dari ku. Soal fisik dia cukup tampan dan good looking. Aku merasa beruntung bisa dipilih olehnya.
Pertunangan pun tiba, beberapa bulan kemudian kami menikah. Tak perlu waktu lama bagi kami untuk saling mengenal. Kami merasa sudah cocok satu sama lain. Tibalah waktu yang sangat sakral bagi kami, yakni malam pertama. Malam ini aku akan menyerahkan keperawananku kepada suamiku. Dia pun akan merenggut keperawananku.
Wangi harum melati semerbak ke setiap sudut kamar pengantin kami yang dihias warna dominan merah jambu. Berbalut kaos ketat yang juga berwarna pink dan celana legging, aku berbaring di ranjang. Aku masih mengenakan jilbab karena Mas Adi menginginkan aku tidak melepasnya. Mas Adi ada di sisiku. Matanya yang bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Suasana yang romantis, ditambah dengan sejuknya hembusan AC, sungguh membangkitkan nafsu. Mas Adi memelukku dan mengecup keningku, lalu mengajakku berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan pak ustaz yang mengisi khutbah pernikahan kami. ”Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.”
Dari kening, ciuman Mas Adi turun ke alis mataku yang hitam dan lebat, lalu berlanjut ke hidung dan terus hingga sampai ke bibirku. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling melumat diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tangan Mas Adi yang tadinya memeluk punggungku, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke gundukan payudaraku yang cukup besar. Tidak lama kemudian, kaosku pun terkuak, juga kaitan BH-ku yang melingkar di punggung. Kedua bukit kembar ku pun tersembul keluar. Tampak indah menggoda dengan ukurannya yang besar dan bentuknya yang bulat sempurna, lengkap dengan putingnya yang mungil kemerahan.
Sementara Mas Adi mengelus dan memandanginya dengan kagum, aku juga berhasil membuka kaosnya, melepas singlet dan juga celana panjangnya. Hanya tinggal celana dalam masing-masing dan hijabku yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kubisikkan kata-kata cinta padanya. Mas Adi tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Dia lalu melanjutkan ciumannya ke leherku, turun ke dada, dan dengan amat perlahan, mendaki bukit payudaraku dengan lidahnya. Saat sampai di puncak, Mas Adi menjilat dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Diperlakukan seperti itu, putingku yang sudah mengacung keras, makin menegak tak karuan.
”Oughhh.. Arrgghhhhh…” aku jadi mendesah dan meracau tidak jelas. Mataku terpejam, sementara bibirku yang tebal sensual sedikit merekah. Sungguh sangat menggairahkan sekali.
Sambil terus mencucup, tangan Mas Adi mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Dia seperti tidak ingin buru-buru, seperti ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Mulutnya berpindah dari satu sisi susu ke sisi satunya lagi, diselingi dengan ciuman ke bibirku, membuatku makin berkeringat. Aku cuma bisa membalas dengan mengacak-acak rambutnya liar
Mungkin beberapa episod akan sama dengan si pencerita next ada cerita lainnya yang agak berbeda
Namaku Icha, aku dianugerahi wajah yang cantik, tubuh yang tinggi. Banyak pria yang tergila-gila padaku. Namun aku tolak karena aku ingin fokus berkarir sebagai selebgram berhijab. Sehari-hari aku berhijab, sudah sekitar 5 tahun aku berhijrah. Dahulu saat masih menjadi gadis sampul aku belum berhijab. Namun seiring dengan trend, hari ini model dan selebgram hijab pun diterima oleh pasar. Seiring dengan usia yang terus bertambah, orang tuaku menyuruhku agar segera membangun rumah tangga. Pada akhirnya aku menerima tawaran orang tuaku untuk dipinang oleh Adi, seorang pria dengan usia beberapa tahun di atasku. Dia adalah seorang eksekutif sukses yang berhasil menjadi direktur BUMN dalam usia 31 tahun. Tentu dari segi kekayaan dia sudah mapan. Aku merasa cocok dengannya karena dia juga lebih dewasa dari ku. Soal fisik dia cukup tampan dan good looking. Aku merasa beruntung bisa dipilih olehnya.
Pertunangan pun tiba, beberapa bulan kemudian kami menikah. Tak perlu waktu lama bagi kami untuk saling mengenal. Kami merasa sudah cocok satu sama lain. Tibalah waktu yang sangat sakral bagi kami, yakni malam pertama. Malam ini aku akan menyerahkan keperawananku kepada suamiku. Dia pun akan merenggut keperawananku.
Wangi harum melati semerbak ke setiap sudut kamar pengantin kami yang dihias warna dominan merah jambu. Berbalut kaos ketat yang juga berwarna pink dan celana legging, aku berbaring di ranjang. Aku masih mengenakan jilbab karena Mas Adi menginginkan aku tidak melepasnya. Mas Adi ada di sisiku. Matanya yang bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Suasana yang romantis, ditambah dengan sejuknya hembusan AC, sungguh membangkitkan nafsu. Mas Adi memelukku dan mengecup keningku, lalu mengajakku berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan pak ustaz yang mengisi khutbah pernikahan kami. ”Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.”
Dari kening, ciuman Mas Adi turun ke alis mataku yang hitam dan lebat, lalu berlanjut ke hidung dan terus hingga sampai ke bibirku. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling melumat diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tangan Mas Adi yang tadinya memeluk punggungku, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke gundukan payudaraku yang cukup besar. Tidak lama kemudian, kaosku pun terkuak, juga kaitan BH-ku yang melingkar di punggung. Kedua bukit kembar ku pun tersembul keluar. Tampak indah menggoda dengan ukurannya yang besar dan bentuknya yang bulat sempurna, lengkap dengan putingnya yang mungil kemerahan.
Sementara Mas Adi mengelus dan memandanginya dengan kagum, aku juga berhasil membuka kaosnya, melepas singlet dan juga celana panjangnya. Hanya tinggal celana dalam masing-masing dan hijabku yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kubisikkan kata-kata cinta padanya. Mas Adi tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Dia lalu melanjutkan ciumannya ke leherku, turun ke dada, dan dengan amat perlahan, mendaki bukit payudaraku dengan lidahnya. Saat sampai di puncak, Mas Adi menjilat dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Diperlakukan seperti itu, putingku yang sudah mengacung keras, makin menegak tak karuan.
”Oughhh.. Arrgghhhhh…” aku jadi mendesah dan meracau tidak jelas. Mataku terpejam, sementara bibirku yang tebal sensual sedikit merekah. Sungguh sangat menggairahkan sekali.
Sambil terus mencucup, tangan Mas Adi mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Dia seperti tidak ingin buru-buru, seperti ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Mulutnya berpindah dari satu sisi susu ke sisi satunya lagi, diselingi dengan ciuman ke bibirku, membuatku makin berkeringat. Aku cuma bisa membalas dengan mengacak-acak rambutnya liar