Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Entah

Status
Please reply by conversation.

SetetesEmbun

Guru Semprot
Daftar
4 Jun 2019
Post
559
Like diterima
1.558
Bimabet
Selamat malam para senior dan para suhu serta para penikmat cerita panas yang berbahagia.

Mohon ijin nuwbie yang selama ini hanya menjadi reader untuk mencoba mempost cerita nggak jelas yang berkisah tentang seorang bocah pecinta milf dan selalu tertimpa "kemalangan".
 
prolog


“mas tangi mas” (mas bangun mas) Suara kondektur saat membangunkanku sambil menepuk-nepuk bahuku.

“Hoaaahhmm, wes suwe a nek tutuk terminal iki mas?” (hoaaaahhmmm, sudah lama ta sampai terminal ini mas?) Jawabku sekenanya sambil meregangkan badan.

“Yo lumayan se, onok paling setengah jam maeng wisan, makane ndang tangio soale wes akeh penumpang seng munggah iki, lagian bis e wes kate melaku maneh iki” (ya lumayan, ada mungkin 30 menit. Makanya ayo segera bangun karena sudah banyak penumpang yang naik ini, dan juga busnya sudah mau dalan lagi) jawabnya sambil menyalakan rokoknya.

“Lho... eh jam piro emange saiki?” (lho... emangnya sekarang jam berapa?) Tanyaku kaget sambil meraih ponsel yang ada disaku celanaku.

“Setengah pitu, wes ndang budal kono cek gak telat” (setengah tujuh, sudah sudah cepat berangkat sana biar gak terlambat) jawabnya cuek sambil menghembuskan asap rokoknya.

“Lho jancuk, kok gak digugah ket maeng-maeng lho pas lagek tas tutuk terminal iki, wah iso telat iki aku” (lho jancuk, kok gak dari tadi dibangunkan waktu baru sampai terminal ini. Wah bisa telat ini aku) jawabku seraya berdiri sambil menyambar rokok yang ada dibibir kondektur tersebut lalu berjalan keluar dari dalam bus.

“Woooo kelakuan ponakan karo pakdhene podo ae, gak mbuak blas. Podo turuane yo senengane nyaut rokok” (wooo kelakuan ponakan sama pamannya sama saja. Gak ada bedanya. Sama-sama tukang tidur dan ngambil rokok) jawabnya sedikit kesal.

“Suwon yo tumpangan karo rokoke mas” (makasih ya tumpangan sama rokoknya) jawabku sambil melambaikan tangan tanpa menoleh kebelakang.

“Lambemu, Yo ati-ati bro, titip salam yo nang lek Toha” (mulutmu, ya hati-hati bro, nitip salam ke lek Toha ya) ucapnya.

“Yo’i” jawabku singkat sambil mengangkat jempol tanpa menoleh kebelakang sambil terus berjalan.

Lek Toha adalah adik dari bapakku yang tadi mengantarkanku ke terminal dikotaku. Dia memang terkenal di seluruh terminal yang ada dikotaku, entah bagaimana masa lalunya sehingga ia sampai begitu terkenalnya.

Yosh akhirnya sampai juga di kota ini, kota idamanku sejak dulu untuk melanjutkan pendidikan dijenjang perguruan tinggi, dan tujuanku saat ini adalah untuk mengikuti tes masuk salah satu PTN negeri yang ada di kota ini.

Oh iya, perkenalkan namaku Seno, Seno Dwi putra lengkapnya. Saat ini usiaku masih 18 tahun. Perawakanku sih bisa dibilang sedikit “lebih” jika dibandingkan teman sebayaku.
Ya tepatnya sedikit lebih tinggi dari rata-rata teman sebayaku.

Sedikit lebih hitam warna kulitku jika dibandingkan teman sebayaku. Sedikit lebih tambun jika dibandingkan teman sebayaku namun dibalik itu otot ditubuh juga lebih kekar karena aku sering “bermain” dipasar dekat tempat tinggalku. Dan sedikit lebih ganteng kalau kata emakku, hahahaha. Boleh dong membanggakan diri karena cuma emakku saja yang bilang kalau aku ganteng meskipun memang banyak temanku dulu yang bilang kalau aku ini ganteng, tapi karena jarang mandi saja yang membuat kegantenganku tertutup daki. Ya intinya aku lebih bongsor lah jika dibandingkan teman-temanku yang lain.

Sesampainya di exit terminal, aku dikejutkan dengan banyaknya angkot yang membuatku kebingungan mana yang harus kunaiki untuk menuju ke PTN tujuanku. Sialnya, di depanku banyak orang berpakaian kumal, bukan gelandangan sih tapi lebih tepatnya preman terminal. Bukannya takut, tapi aku lagi malas untuk ribut jika harus bertanya ke mereka. Mengingat tujuanku kesini untuk mengikuti tes, bukan untuk sekedar jalan-jalan.

Ah kampret kampret, kenapa tadi nggak tanya saja pada mas Tejo itu sih” umpatku dalam hati. Mas Tejo ini tidak lain adalah kondektur bus tadi. Sesaat kuraih sakuku untuk mengambil ponsel lalu kutelpon seseorang yang sudah lama kukenal.

Ah kampret juga ini orang, masa jam segini belum bangun juga sih dia ini” keluhku sambil terus mencoba menghubunginya lagi dan berharap dia segera menjawab telpon dariku ini. Setelah tujuh kali menelponnya tanpa ada balasan darinya, akhirnya aku menyerah dan memasukkan kembali ponselku kedalam saku celana. Kuhisap sekali lagi rokok yang ada ditangan sambil mengedarkan pandangan berharap ada orang selain preman-preman tadi yang bisa aku tanyai.

Sekilas terlihat sebuah warung yang masih sepi dan nampak baru saja dibuka. Pemiliknya nampak sedang membersihkan meja dan menata bangku sambil melenggak-lenggokan badannya serta mengibas-ngibaskan rambut panjangnya yang dikuncir layaknya ekor kuda. Sekilas kuperhatikan body sang pemilik warung yang nampak seperti gitar spanyol. “Tanya ke wanita itu saja” pikirku.

Sebenarnya aku penasaran dengan paras pemilik warung itu karena hanya bisa memandang bagian belakang tubuhnya yang nampak sangat aduhai. Akhirnya aku bergegas menuju warung tersebut setelah menghabiskan rokok yang ada di tanganku.

“Permisi buk, sadean rokok eceran nopo mboten nggih?” (Permisi Bu, jual rokok eceran apa enggak?) tanyaku sambil memperhatikannya dari belakang.

Nampak sepasang pantat yang terlihat bulat dan sedikit melebar, pinggang yang sedikit melebar dan dihiasi lemak perut yang terlihat agak berlipat diatas pinggangnya. Fokusku teralihkan pada rambutnya yang nampak lurus dan berwarna hitam legam terkuncir rapi ala ekor kuda, tapi ada sedikit keanehan yang terlihat oleh mataku. “Kenapa lehernya hitam?” batinku. Namun keanehan itu belum selesai sampai disitu. “Eh kenapa bahunya terlihat kekar dan sedikit lebar jika dibandingkan pinggulnya?” batinku sambil menggaruk kepalaku.

“Perasaanku nggak enak nih” ucapku lirih sambil tetap memperhatikannya.

“Rokok ecerane mek Surya tok mas (rokok ecerannya cuma Surya aja mas)” ucapnya sambil membalikkan badan.

Duarrrrrrr.....

Aku terdiam mematung kala ia membalikkan badan. lidahku terasa keluh, tenggorokanku tercekat, nafasku terasa sesak, dan keringat dingin mulai membasahi wajahku. Perasaanku menjadi tak karuan kala melihat wajah pemilik warung yang tepat berdiri didepanku. “Mungkin ini yang sering dibilang BMW (body mengalahkan wajah) oleh teman-temanku dulu” batinku sambil menelan ludah.

Nampak polesan bedak diwajahnya yang bisa dikatakan sangat bertolak belakang dengan warna lehernya yang ternyata memiliki jakun dan kumis lele yang terlihat agak sedikit tebal menghiasi bagian atas bibir monyongnya yang nampak sangat menyolok karena efek dari lipstik berwarna merah darah. Kaos ketat berwarna kuning namun lebih pas bila dikatakan kekecilan menghiasi tubuh tambunnya dipadu dengan celana jins berwarna hitam yang nampak kekecilan sehingga menampakkan kesan “njeplak” pada daerah selangkangannya yang nampak sedikit menonjol. Nampak juga payudara yang terlihat besar sebelah menghiasi dadanya. ”entah itu asli atau sumpelan bodo amat lah” pikirku.

“Eh mas ganteng, mau beli rokok eceran mas?” tanyanya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya dan menyapukan lidah pada bibir atasnya. Suaranya terdengar agak berat namun dibuat secentil mungkin.

“Astaghfirulloh” ucapku terkejut saat ia mencolek perutku lalu menjilat jarinya.

“Ihhh mas ganteng kok ngelamun sih, naksir ya sama Eike” ucapnya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya dan menggigit-gigit bibir bawahnya.

“Eeee... Anuuu....”

“Kenalan dulu dong mas ganteng, nama eike Qthi lala Barbie” ucapnya sambil mengulurkan tangan dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

“Seees....se....no om” ucapku terbata karena terkejut tanpa membalas uluran tangannya.

“Ih kok om sih, emang eike suami tantemu?” Ucapnya dengan suara berat namun sedikit manja.

“Ta....nte iya... Tante maksudku” ucapku terbata sambil menggaruk bagian belakang kepalaku.

“Seno ya, cucok deh orangnya ganteng binggo” jawabnya sambil ngedip-ngedipkan mata dan memonyongkan bibirnya seperti mau mencium.

“Rokoknya ada Tante? Yang eceran aja dua batang. Berapa harganya Tante?” ucapku mulai tenang. Sejujurnya aku sedikit merasa takut jika bertatap muka dengan makhluk yang seperti ini.

“Nih, gretong (gratis) buat mas ganteng. Asal mau akika cumi (cium)” ucapnya seraya menyerahkan dua batang rokok padaku dan memonyongkan bibirnya.

“Astaghfirullah” ucapku sambil menutupi bibirku dengan kedua tangan.

“Kenapa mas ganteng?” tanyanya sambil menaikkan satu alisnya.

“Gak apa-apa Tante. Ini jadi berapa rokoknya?” tanyaku.

“Lima ribu aja mas ganteng” ucapnya.

“Cuk larange” (Cuk mahalnya) ucapku spontan.

“Eh, apa yey bilang? Maharani (mahal)? Please deh mas ganteng, hari gini gak ada yang Mursidah (murah) keles. Atau yey gak punya duta (duit) ya?” jawabnya sambil menunjukku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.

“Eh.. Bu..bukan itu maksudku Tante. Itu loh harga cicilan rumahnya mahal banget” ucapku sekenanya sambil tanganku menunjuk sebuah baliho diseberang jalan. Lalu aku berikan selembar uang lima ribu padanya.

“oh kirain yey gak punya duta. Kalau gak punya duta bisa tukar cumi (cium) loh” Ucapnya sambil memonyongkan bibirnya dan meraih uang dariku.

Cuk cik larange, ndek umahku ae rokok eceran loro ae mek telong ewu” (cuk kok mahal sekali, ditempatku saja harga 2 batang rokok gini cuma tiga ribu) gumamku dalam hati.

“Makasih tante” jawabku lalu berjalan terburu-buru meninggalkan warung angker ini.

Sesaat aku teringat bahwa aku belum menanyakan angkot yang sejurusan dengan PTN tempat tujuanku. Tanpa berpikir lama aku pun kembali ke warung si tante untuk menanyakannya.

“Tante...”

“Apa lagi? Yey jadi minta akika cumi?” ucapnya memotong perkataanku.

“Bu....kan tante, ini kalau mau ke kampus XXX naik angkot apa ya tante?” tanyaku sambil was-was karena takut keceplosan lagi.

“Olala, Eike pikir yey jadi minta cumi” jawabnya dengan mengedip-ngedipkan matanya lagi.

“Kalau ke kampus XXX naik angkot biru Indang (itu) mas ganteng karena angkot itu lewat jalan pas digerbang depan kampus XXX” ucapnya sambil menunjuk angkot biru diseberang jalan

“Oooo, gitu ya Tante” ucapku sambil melihat kearah angkot biru.
“iya mas ganteng, tapi hati-hati ya. Disindang (disana) isinya preman-preman semua” ucapnya mengingatkanku.

“Ooh iya, makasih Tante” ucapku.

“Yey mau ngapain kesindang? Bukannya sekaranjang (sekarang) masih liburan” ucapnya dengan ekspresi berpikir.

“Mau tes ke kampus itu Tante” jawabku.

“Ooo” ucapnya dengan manggut-manggut.
“sini akika cumi dulu biar nanti yey keterima disana” ucapnya lagi sambil memonyongkan bibirnya.

“Wegah” (ogah) jawabku sambil berlalu kearah angkot biru.

“Wooo dasar mas ganteng, nanti kalau kangen kesindang lagi ya” ucapnya tapi tak ku hiraukan.

Apes apa aku hari ini bisa ketemu mahluk seperti itu” batinku sambil berjalan menuju angkot. Sesampainya di angkot aku pun segera masuk. Dan ternyata tersisa satu tempat duduk yang tepat berada disampingnya pintu angkot. Tanpa berpikir lama akhirnya kutempati tempat itu. Suasana didalam angkot dipenuhi cewek-cewek seumuranku dengan memakai baju putih dan bawahan hitam. “Apa mungkin mereka ini SPG ya?” pikirku dalam hati.

Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai didepan kampus PTN tempatku mengikuti tes. Nampak cewek-cewek yang ada didalam angkot tadi juga semuanya turun sambil menatapku dengan tatapan aneh.

“Anu mbak permisi” sapaku pada salah seorang cewek di depanku yang berada paling belakang dibandingkan cewek yang lainnya.

“Ya mas, ada apa ya?” jawabnya sambil menoleh kearahku. Nampak teman-temannya berhenti dan menoleh kearahku juga.

“Duluan saja” jawab cewek di depanku itu berbicara kepada teman-teman yang ada didepannya dan mereka pun mengangguk lalu berjalan meninggalkannya.

“Tadi mbaknya kok ketawa ya waktu melihatku? Apa kita pernah ketemu sebelumnya ya?” tanyaku.

“Hehe enggak kok mas, kita nggak pernah ketemu kok” ucapnya sambil tersenyum. Nampak lesung pipit disebelah kanan pipinya menambah kesan manis pada cewek tersebut.

“Emang masnya mau tes di kampus ini juga?” tanyanya lagi.

“I... iya mbak” jawabku terbata-bata karena terbuai wajah cantiknya. Kedua mata bulatnya itu membuatnya nampak cantik sekali.

“Emang masnya gak baca syarat mengikuti tes dikampus ini?” jawabnya sambil tersenyum manis.

“Emang ada syaratnya ya mbak?” tanyaku mulai lancar karena pandanganku sudah tidak terfokuskan pada wajah cantiknya.

“Ada mas, yah syarat formalitas aja sih, pake atasan putih dan bawahan hitam, sepatu pantofel, dan ini masnya baca sendiri deh” jawabnya sambil mengambil selembar kertas dari dalam tas kecilnya kemudian menyerahkannya kepadaku.

“Oh yang itu” jawabku seraya mengambil kertas yang ia berikan dan pura-pura membacanya.

Sebenarnya aku sudah tau, tapi yah menurutku bodo amat dengan persyaratan itu. Dan juga kampus ini bukanlah PTN yang menjadi targetku karena kampus targetku adalah PTN yang berada tidak jauh dari kampus ini, sedangkan saat ini tujuanku hanya iseng-iseng untuk melihat sejauh mana kemampuanku untuk bisa menembus tes masuk dari PTN ini. Yah daripada diem dirumah dan gak ngapa-ngapain.

Well, sebenarnya tes hari ini bukan tes SNMPTN, tapi tes jalur SPMB. Dan untuk jurusan yang menjadi targetku di kampus sebelah sebenarnya hanya bisa ditempuh lewat jalur mandiri yang dilakukan dua minggu lagi. Dan kalau kalian bertanya kenapa aku gak coba mengikuti tes SNMPTN dua minggu yang lalu pasti kalian akan mendengar jawaban yang aneh, yakni karena aku gak minat. Haha sebenarnya bukan karena itu sih tapi karena aku sadar kalau aku tidak terlalu pintar. Toh kalian pasti tau kalau tes SNMPTN itu saingannya banyak sekali.

“Ya sudah mas aku masuk dulu, karena setengah jam lagi tesnya mau dimulai nih, dan juga masnya segera cari ruangan yang tertera di kertas registrasi yang dilakukan kemarin karena dikampus ini ruangannya banyak lho” ucapnya sambil tersenyum manis.

“manis banget” ucapku lirih tanpa sadar saat memandang wajah cantiknya. Yah lebih tepatnya cantik banget sih karena seperti terbius ketika melihat mata lebar dengan kelopak mata yang berwarna kebiruan, hidung mancung serta bibir tipisnya yang seperti tidak memakai lipstik namun nampak berwarna merah alami. Dan rambut hitam sebahunya yang digerai bebas menambahkan kesan anggun padanya.

“Apanya yang manis mas?” tanyanya sambil tertawa dengan satu tangan menutupi bibir tipisnya.

“Eh eh m...m...manis banget sarannya” jawabku sekenanya karena tersadar akan kebodohanku sambil membuang pandangan kesamping. “Cuk guoblook” (cuk bodoh sekali) batinku.

“Yasudah mas saya pergi dulu, oh iya jangan banyak melamun ya mas” ucapnya sambil melambaikan tangan kepadaku.

“Cuk gobloke aku iso keceplosan ngomong koyok ngunu asu asuuu” (cuk bodoh sekali bisa-bisanya aku tidak sadar bicara seperti itu anjing..anjing) umpatku sambil menggaruk-garuk bagian samping kepalaku yang tidak terasa gatal.

Yah mungkin juga karena aku sudah lama tidak berinteraksi spontan seperti tadi kepada wanita yang belum aku kenal. Memang selain dengan ibu dan juga kakak perempuanku, aku jarang tertarik ngobrol basa-basi dengan mahluk yang dinamakan perempuan karena masa laluku dulu yang menyakitkan. Perempuan yang aku cintai tiba-tiba menghilang seolah ditelan bumi. Kemudian aku langsung bergegas masuk ke dalam kampus ini untuk mencari ruangan tes yang ku tempati.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd