Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Fakultas Ilmu Seks

UPDATE - Last Chapter !!!
Chapter 7

Skripsi, satu kata yang membuat banyak mahasiswa tingkat akhir mengalami stress begitupun aku yang masih bekutat dengan salah satu tugas penentu kelulusan kuliah itu. Walau membuatku stress, namun kehadiran budak-budak seksku di rumah meredakan rasa stress itu. Namun, akhir-akhir ini jadwal seksku dengan mereka banyak berkurang dan beberapa gadisku mulai sibuk hingga pulang larut malam ke rumahku. Bahkan sejak jam 6 pagi, sebagian gadis-gadisku sudah berangkat untuk mengambil data dan hanya tinggal aku, Icha dan Nana di rumah. “Tuan mau makan apa ? Kayaknya lemes banget. Sini aku masakin.” Nana dengan nada manja memelukku dari belakang saat aku masih mengetik. “Apa ya ? hm…” aku menahan rasa geli akibat Nana yang menciumi leherku. “Na, bikinin telor dong setengah mateng aja.” Icha langsung menyambar obrolanku dan Nana dengan wajah cemberut. “Uuu… cemburu ya mbakku yang cantik ? Sini aku peluk.” Nana melepasku lalu menghampiri Icha lalu memeluknya dengan erat dari belakang sambil meraba payudaranya. “Ih, geli tau Na. lepasin ga ? tapi jangan deng uuuhhh…” desah Icha. Nana kemudian melepas pelukannya dan tertawa kecil. “Baru diremes dikit udah panas. Udah kerjain skripsinya sana. Aku mau ketemu dosen pembimbing buat persiapan sidang besok.” Nana kemudian pergi ke kamarnya untuk berganti baju. “Iya deh yang udah selesai. Nanti gw kejar lo Na.” Icha kembali sibuk dengan laptopnya. Saat aku dan Icha masih sibuk dengan skripsiku, handphoneku berbunyi dan ternyata dari dosen pembimbingku yaitu bu Ani. Bu Ani adalah dosen paling muda di kampusku dan berusia 24 tahun, hanya beda tiga angkatan dariku. Karena masih dosen muda, bu Ani sering disuruh oleh dosen senior untuk mengurus skripsi anak-anak. Bahkan, saat ini mahasiswa bimbingannya ada 15 orang termasuk aku dan Icha. Kadang, dia ingin kami memanggilnya dengan kak karena dia bilang biar ga dikira ketuaan sama angkatan bawahku. “Siang, ada apa bu , eh kak ?” sapaku di telpon. “Skripsi kamu udah sampe mana ? tinggal kamu sama Icha yang masih banyak revisian. Kalian berdua besok harus ke kampus seharian sampe skripsi kamu rampung. Walau kamu pinter dan bisa bikin cepet selesai, saya gamau banyak kerjaan jadi saya tunggu besok di ruang saya !” omelnya. “Iya kak, besok saya sama Icha kesana. Iya kak iya. Oke selamat siang.” Kututup telponku dan kulempar ke bangku. “Eh, ada apa tuan ? hape kok dilempar-lempar gitu ?” tanya Icha. “Besok bu Ani nyuruh kita ke ruangannya. Katanya gaboleh pulang sampe revisian kita selesai.” keluhku. Icha kemudian tersenyum lalu menghampiriku dan membuka celanaku. “Jangan bête gitu dong tuanku sayang, sini aku bikin tuan ga bête lagi.” Icha mengelus penisku hingga menegang lalu dimasukan ke mulutnya. Icha kemudian mengocok sambil menjilati penisku dengan lembut dan halus hingga aku mulai keenakan. “Terus Icha… uummhh…” aku merasakan sensasi yang luar biasa dari serangannya. Setelah 15 menit, Icha mengocok penisku semakin cepat hingga aku akan meledakkan spermaku. “Ichaa…. Gw keluar… terus kocok… ooohhh…” spermaku menyemprot keluar dan membasahi wajah dan jilbab Icha. Icha terus mengocok penisku yang terus menyemprotkan sperma di wajah dan mulutnya hingga semprotan terakhir. Icha kemudian menelan semua sperma yang ada di mulutnya dan menjilati sperma yang ada di sekitar bibirnya. Kemudian, Icha membersihkan sisa sperma di wajahnya dengan jari-jarinya lalu jarinya diemut hingga bersih. Setelah itu, Icha mengemut dan membersihkan sisa sperma di penisku hingga bersih. “Gile lo cha. Sepongan lo makin enak aja.” pujiku. Icha hanya tersenyum sambil menundukkan kepalanya. Setelah disepong Icha, aku kembali bersemangat dan mengerjakan revisi skrpisiku hingga selesai. Saat aku lihat jam, waktu sudah menunjukkan jam 11 malam hingga tak terasa aku tertidur di depan laptopku, lalu Icha mengambil selimut dari kamarku dan dipakai ke punggungku. Lagi-lagi satu malam kulewatkan untuk berpesta dengan gadis-gadisku demi selesainya kuliahku.

Keesokan harinya, aku dan Icha melangkah ke ruang bu Ani yang terletak di pojok ruangan dosen. “Silahkan masuk.” bu Ani menyuruh aku dan Icha masuk kedalam. Bu Ani mengenakan kemeja biru dan rok panjang hitam yang ketat sehingga menonjolkan payudara dan bokongnya yang montok. Tak lupa kacamata tebal yang membuatnya seperti tokoh guru binal di film seks. “Langsung aja ya, coba kalian presentasi hasil revisi kalian di depan saya.” Aku kemudian memulai presentasiku disusul Icha. “Topik kalian masih harus diteliti lebih dalam lagi. Sebenarnya minggu depan kalian sudah bisa sidang tapi ada syaratnya.” ujar Bu Ani yang membuatku dan Icha bertatapan heran. “Saya sering lihat kalian berdua sering barengan di kampus dan sering melakukan sesuatu yang mencurigakan. Apalagi waktu saya mampir ke sekre BEM, saya mencium bau sperma yang pastinya ulah kalian berdua. Jadi, kalian berdua harus melakukan seks didepan saya dan kamu Ken, kamu harus bisa bikin saya puas.” Aku teringat ketika aku dan Icha bermain di sekre, aku merasa seperti ada yang mengawasi sehingga aku percepat permainan hingga tidak sempat menetralkan bau sperma di sekre BEM. “Kalian gausah khawatir, saya bisa jaga rahasia kalian berdua. Saya kasih waktu lima menit, saya mau ke kamar mandi dulu.” ujar bu Ani yang berlalu ke kamar mandi yang ada didalam ruangannya. “Eh, Ken. bu Ani udah tau kelakukan kita nih. Gimana kalo sampe bocor semua-muanya ?” bisik Icha yang agak panik. “Santai aja cha. Kayaknya bu Ani baru taunya kita berdua doang. Udah gitu dia mintanya kita berdua seks didepan dia sih kan kita udah biasa hehe.” ujarku santai. “Tapi kok gw curiga sama ruangan bu Ani deh.” Icha kemudian iseng membuka-buka laci yang ternyata bersisi banyak dildo dan vibrator yang beraneka ukuran dan bentuk. Aku yang melihat barang-barang simpanan bu Ani langsung memiliki ide cemerlang dan membisikkan sesuatu ke Icha. “Oh, jadi kalian berdua sekarang sudah tau sisi gelapku.” bu Ani sudah kembali dari kamar mandinya hanya tinggal mengenakan jilbab dan kaus kaki sebetisnya. “Eh, benda-benda ini apa ya bu ?” Icha pura-pura tidak tahu. Aku hanya tersenyum dengan akting Icha. “Selain Ken yang akan muasin aku, kamu akan aku bikin puas sama barang-barang itu terlebih dahulu. Aku sudah lama ingin main sama kamu sejak pertemuan bimbingan pertama, Icha sayang.” bu Ani menyeringai dan menatap tajam ke Icha. “bu, tolong… jangan…” Icha pura-pura minta tolong dan pura-pura memohon pada bu Ani. Harus kuakui, pengalaman Icha di teater saat SMA membuatnya menjadi pintar berpura-pura. Bu Ani kemudian memegang tangan Icha dengan erat lalu ditarik ke pelukannya. Mulut Icha langsung disambar dan diciumi dengan ganas oleh dosen biseksual itu. “mmmhhh… mmmhh….” Desah Icha yang tertahan oleh ciuman ganas bu Ani. Kemudian bu Ani melepas ciuman Icha dan melucuti seluruh pakaiannya hingga tidak tersisa satupun. Bu Ani membelai rambut Icha yang terurai lalu menciumi lehernya dengan ganas. “Uuuhhh… geli…. Bu… stoopp…” desah Icha menikmati ciuman yang dilepaskan bu Ani di lehernya. Bu Ani kemudian mengambil dildo di lacinya lalu disodokkan ke vagina Icha dan dimaju mundurkan dengan cepat. “Saya sudah bilang, jangan panggil bu. Panggil saya kak Ani.” Bu Ani melepas ciuman di leher Icha lalu mengenyot payudara Icha dan menggigit putingnya. “Ooohhh… kaakkk… pelan-pelan…. Ooouuhhh… uuuhhh…” Icha meracau tidak beraturan sambil menahan serangan bu Ani di payudara dan vaginanya. “Icha keluar…. Aaahhhh…hhyaaaahhhhh….” Icha menegang lalu menyemburkan cairan vagina hingga membasahi karpet ruang bu Ani. Bu Ani mencabut dildo di vagina Icha lalu mengemutnya hingga bersih. Belum puas, bu Ani mengambil vibrator dan sebuah alat penjepit aneh kemudian penjepit aneh itu dijepitkan ke puting susu Icha dan vibrator yang bentuknya juga aneh itu dipasang di vagina Icha. “kak… stop…” Icha memohon ke Bu Ani.tanpa dibalas, bu Ani langsung menyalakan alat itu dengan power tinggi. “Aaaahhhh…. Kak….. aaaakkkhhh… stooppp…. Tolong…. Ooohhhh…. Kyaaahhh…” Icha berteriak menahan serangan vibrator itu hingga tubuhnya berguncang. “Teriaklah Icha sayang, kamu akan ku siksa seperti itu sampai aku puas sama Ken.” Bu Ani kemudian menghampiriku lalu menelanjangiku hingga habis. “Wah, ini diluar dugaan gw.” batinku. Awalnya, Icha akan berpura-pura menerima rangsangan bu Ani, lalu ketika penisku sudah masuk ke vagina bu Ani, aku akan genjot dengan caraku hingga dia minta ampun. Tetapi, ternyata bu Ani adalah seorang gadis penggila BDSM dan suka menyiksa mahasiswi yang dianggap paling cantik dan pantas untuk disiksa olehnya. Sehingga, Icha benar-benar disiksa oleh bu Ani dan sekarang, bu Ani akan menyerangku sehingga terpaksa aku mengubah rencana.

Saat bu Ani mengelus penisku hingga menegang, tiba-tiba tangannya lagsung meremas penisku hingga aku teriak. “Wah, ini penis tipeku banget.” Bu Ani langsung membuka mulutnya dan memasukkan penisku kedalamnya sambil diemut dan dikocok dengan keras. “Sialan, gw harus bergerak sekarang.” Aku langsung munculkan tiga tiruanku yang kusetting bertubuh besar dan penisnya kusetting menjadi panjang dan besar seperti tongkat baseball. Tiruanku kemudian melepas vibrator dari tubuh Icha yang kemudian terbaring lemas. Setelah membersihkan tubuh Icha dan memakaikan kembali pakaiannya, ketiga tiruanku tanpa disadari bu Ani sudah berdiri di belakangnya. “Kak, nungging dong biar penisku makin besar.. oohh…” pintaku pada bu Ani. Kemudian, bu Ani menunggingkan tubuhnya hingga memperlihatkan belahan vagina yang basah dan segar. Tanpa menunggu lama tiruanku yg pertama langsung mencobloskan penisnya ke vagina bu Ani sehingga bu Ani berteriak dan aku melepaskan penisku dari cengkeramannya. “Aaahhh… apa-apaan ini ? Sejak kapan… aaahhh… sakiiittt… ooohhh” bu Ani mulai merasakan siksaan di vagina yang tidak mampu menampung seluruh bagian penis tiruanku. Kemudian dengan beberapa kali hentakkan, penis tiruanku menembus vaginanya hingga bagian vaginanya agak menggembung. “Kyaaahhh…. Sakiiittt… terlalu besaar… oohh… ampuunnn…” bu Ani berteriak kesakitan. Aku langsung berpekaian dan menghampiri Icha. “lo gapapa cha ?” aku peluk tubuh Icha dengan erat. “Agak ngilu sih. Tapi aku ga nyangka bu Ani akan seagresif itu hingga mengubah rencana.” Icha menyandarkan kepalanya ke pundakku. Sementara itu, mulut bu Ani sudah menganga lebar menampung penis tiruan keduaku. “Mhh… gghhh… hoek…. Okkhh…” desah bu Ani tertahan karena mendapat genjotan di vagina dan mulutnya. Tiruan ketigaku kemudian merebahkan diri dan penisnya mengacung keatas, kedua tiruanku lalu mengarahkan tubuh bu Ani ke tiruanku yang berbaring sambil mengarahkan penisnya ke lubang anus yang sempit. Aku dan Icha menutup mata kami karena tidak tahan untuk melihat adegan keras itu. Penis tiruan ketigaku kemudian menyodok-nyodokkan penisnya ke lubang anus bu Ani hingga melebar. Dengan beberapa kali upaya, seluruh penis tiruanku berhasil memenuhi ketiga lubang bu Ani yaitu vagina, anus dan mulutnya. “mmmmmhhhhhhh….. mmm.hhh” bu Ani mengeluarkan air mata karena rasa sakit yang tak tertahankan akibat sodokan penis ukuran super besar ke lubang anusnya. Aku dan Icha kemudian menghampiri bu Ani sambil memukul-mukul pantat semoknya. Icha juga tidak mau kalah mengambil kain lalu dicambukkan ke pungung mulusnya. “Syarat kak Ani lucu sekali. Aku jadi kesal.” ujarku sambil memukul-mukul pantatnya. “Kalau memang mau nyuruh sidang mending langsung bilang aja jadi ga nyesel kayak gini kan ? Memang kak Ani pikir aku sepolos itu ? Siksaan mu terlalu ringan.” Icha mengelus kemudian menyambuk punggung bu Ani dengan kain itu. “mmmhhh… mmm…. Oohhh…. Maafkan saya… tolong… penis ini terlalu besar… uuuhhh…” rintih bu Ani. “Gini aja, gimana kalau bu Ani mempersilahkan kita sidang minggu depan ? jika iya, mimpi buruk ini akan segera berakhir.” aku memberikan penawaran ke Bu Ani. Belum sempat bu Ani menjawab, mulutnya langsung disumpal oleh tiruanku lalu langsung meggenjot tubuh bu Ani dengan kasar dan kulihat bu Ani terus berteriak namun tertahan oleh penis tiruanku di mulutnya. “mmmhhh…. Mmmmmmh….mmmmmm….mmmmmmm…..” bu Ani terus berteriak dengan keras hingga dia pingsan. Ketiga tiruanku terus menggenjot tubuhnya dengan kasar selama 10 menit hingga mereka bertiga menumpahkan spermanya ke lubang vagina, lubang anus dan mulut bu Ani hingga penuh dan meluber keluar hingga membentuk genangan kecil. Ketiga tiruanku kemudian memeluk bu Ani yang sudah pingsan dan berubah menjadi sperma yang membasahi seluruh tubuhnya. Kulihat lubang vagina dan lubang anus bu Ani menganga lebar dan sedikit mengeluarkan darah akibat benda besar yang menembus kedua lubang tersebut. Icha kemudian melepaskan seluruh pakaiannya dan menghampiri bu Ani yang tidak sadarkan diri dan penuh dengan sperma. “Aku mandiin bu Ani dulu, kamu bersihin sisanya Ken.” kemudian Icha membopong tubuh bu Ani yang agak berat ke kamar mandi untuk dibersihkan. Aku membersihkan sisa kekacauan dengan kekuatanku hingga bersih kinclong. Setelah 15 menit, Icha sudah berpakaian lengkap dan membopong bu Ani yang juga sudah berpakaian lengkap dan bersih dari sisa-sisa sperma. Kami berdua kemudian memasang posisi bu Ani duduk di meja dan menunggunya hingga sadar. Sambil menunggu bu Ani sadar, tentu saja aku dan Icha langsung bergerak pura-pura mengetik di laptop kami. Setelah empat jam, bu Ani sadar dari pingsannya dan melihat kami berdua. “Kak, pules banget. Kita nungguin di luar lama banget loh.” Icha membuka pembicaraan. Kulihat tubuh bu Ani bergetar dan memandang kami dengan tatapan takut. “Ka…kalian… pulang sekarang… mi… minggu depan kalian siap buat si..sid…dang..” ucapnya bergetar. “Kak Ani gapapa ? kalo sakit saya antar ke dokter.” Aku pura-pura tawarkan diri. “Ng…ga papa. Kalian berdua pulang aja. Saya baru aja abis mimpi buruk dan sangat menyeramkan. Saya mau istirahat disini, kalian pulang duluan aja sana.” ucap bu Ani sambil gemetaran. Aku dan Icha kemudian pamit keluar ruangan sambil tersenyum puas. Sementara itu, didalam ruangannya Bu Ani menangis sambil menahan sisa rasa sakit akibat siksaan tiga tiruanku. Dia tidak menyangka ternyata kedua mahasiswa incarannya lebih sadis dan kejam dibanding dirinya.

Sebulan pasca kejadian itu, aku beserta sepuluh budakku menyelesaikan sidang skripsi dan wisuda di kampus. Para adik-adik angkatanku memberikan bunga dan souvenir yang banyak. “Selamat kak Ken. Semoga lancar kerjaan sama jodohnya ya hahaha..” ledek Alya sambil memberikan bunga padaku. “Yeu… doain kita juga dong.” balas Wulan sambil mencubit pipi Alya. Sepulang wisuda, kami bersebelas yaitu aku, Eka, Fitri, Icha, Novi, Puspa, Tia, Zahra, Nana, Rizka dan Wulan merayakan kelulusan dengan jalan ke sebuah villa di puncak.

Sesampainya di puncak, kami merapikan bawaan kami lalu berkumpul di ruang tengah yang cukup luas. “Sekarang aku mau kasih hadiah special buat kalian.” aku membuka pembicaraan. “Asyik… apaan tuh ?” jawab Nana. “Kan… mulai deh Nana.” balas Wulan yang dibalas tawa kami semua. “Pokoknya ini hadiah paling special buat merayakan kelulusan kita. Kalian tau lah ya harus ngapain.” ujarku sambil melangkah ke dapur untuk mengambil sesuatu. Mendengar jawabanku, para gadis itu saling bertatapan kemudian mereka membuka seluruh pakaian mereka hingga menyisakan jilbab di tubuh masing-masing. Setibanya aku dari dapur, aku disuguhkan pemandangan indah para gadis yang sudah tidak berpakaian sedang duduk manis menanti tuannya. “Kami tau kok harus ngapain hehe… kami siap melayani tuan.” ujar Icha disambut anggukan dan senyuman tulus dari yang lainnya. “Kalian peka banget deh. Siap-siap ya.” Aku buka seluruh pakaianku dan menghampiri sepuluh gadis itu. “Loh, yakin nih sendiri lawan kita-kita ? emang kuat ?” goda Puspa sambil mengelus tanganku. “Eh nantangin kamu.” jawabku sambil memencet payudaranya. “Ih, sakit tau…” keluh Puspa. “Pesta ini hanya ada aku dan kalian. Kita main disini sampai puas.” Aku kemudian mengambil gelas yang sudah terisi gulungan-gulungan kertas. “Kita undi ya siapa yang kebagian duluan.” Aku mengocok gelas itu dan mengambil satu gulungan yang terjatuh. Aku buka kertas itu kemudian aku tersenyum lalu melihat kearah Novi. Novi yang menyadari dapat giliran pertama langsung menghampiriku lalu mengelus penisku dengan lembut. “Wah, Novi maju duluan. Hajar Nov bikin lemes dia.” ujar Puspa. “Semangat Novi.” ujar Eka. Novi mulai membuka mulutnya kemudian penisku dimasukkan ke mulutnya lalu dia jilat dan hisap sambil dikocok dengan penuh kelembutan. “Uhh… enak Nov… terus..” aku merasakan sensasi luar biasa dari hisapan Novi. Selama 15 menit Novi mengocok dan menghisap penisku, kemudian dia melepas penisku dari mulutnya dan lansung berbaring sambil membuka kedua kakinya. Aku langsung sodok penisku kedalam vaginanya lalu kugenjot dengan cepat dan dibalas Novi dengan goyangan pinggulnya. “ooh… enakk Ken… terus say…” desah Novi menikmati genjotanku. Sambil menggenjot tubuhnya, aku remas-remas payudara Novi lalu kupencet-pencet putingnya. “Aahhh… ooohhh… geli… oohhh… terus…” desah Novi meramaikan ruang tengah dan tentu saja Icha bertugas menjadi dokumentasi pesta sex yang kemungkinan akan jadi pesta terakhir kami sebelum berpisah. Mendengar desahan Novi, aku semakin bersemangat menggenjot penisku di vaginanya hingga Novi menggelengkan kepala ke kanan dan kiri. “Ohhh… aku mau keluar… terus sodok… eaakkhh… uuuhhhh…” tubuh Novi menegang kemudian aku merasakan hangat di vagina Novi pertanda dia orgasme. Aku diamkan sejenak penisku sambil menunggu Novi menyelesaikan orgasmenya. Setelah Novi menikmati orgasmenya, tubuh kecilnya mulai lemas. Aku kemudian melanjutkan genjotanku secara berpola dari lambat kemudian aku percepat lalu kembali aku lambatkan dan begitu seterusnya hingga hampir 1 jam. “Yah, memori rekamanny udah mau abis.” Icha melihat sisa durasi di rekamannya. “Isi lagi dong sama yang baru.” Rizka meremas payudara Icha dari belakang. “Uuhhh… sabar dong say… aku masih ngerekam inihh…” desah Icha. Nana tak mau kalah menjilati vagina Icha. “Oohhh… Na… geli… sabar donghh… mmmhhh…” mulut Icha juga dicium oleh Puspa. Zahra kemudian mengambil rekaman itu dan melanjutkan merekamku dengan Novi. “Aku gentian ya Cha. Kamu layanin macan-macan ganas tuh.” Zahra kembali merekamku dan Novi. Rizka dan Nana kemudian merebahkan tubuh Icha lalu bersama Puspa mereka lanjut mengeksploitasi Icha dengan ganas. “Mmmhhh… eeehh.. pelan-pelan dong…” desah Icha sambil bibirnya dicium dan dijilati oleh Puspa. “Udah gatel nih aku say. Aku lampiasin ke kamu deh hihi..” bisik Rizka sambil menjilati jilbab Icha yang membungkus telinganya. Sementara Nana terus menjilati vagina Icha hingga kedalam liangnya sambil memencet daerah sensitive di vagina Icha. “Saayy… ooogghhh… enaakkk…. Uuhhh…” desah Icha dan desah Novi seperti lomba adu menyanyi di ruang tengah villa. “Nov… aku mau keluar.. yeeahhh…” aku yang akan orgasme mempercepat genjotanku. “Ooohhh… Keennn… terus sayang…” desah Novi. “Noviii….. ooogghhh…” aku peluk Novi sambil kusemprot spermaku ke dalam vagina Novi. “Yeeshh… yang dalem say… anget…” desah Novi menikmati semburan spermaku di vaginanya. “Eh, Ken udah selesai tuh.” Rizka langsung meremas payudara Icha lalu Puspa langsung mencium bibir Icha dengan ganas dan Nana semakin mempercepat jilatan di vagina Icha. “Mmmmhhh… mmmmmhhhhhh….” Icha yang mulutnya tertahan oleh ciuman Puspa kemudian menegang dan menyemburkan cairan vaginanya hingga membasahi wajah Nana. Puspa dan Rizka kemudian melepaskan Icha lalu menjilati wajah Nana hingga bersih. “Hosh… gila lu Pus, ciuman lo bikin napas gw mau abis.” Icha mengatur nafasnya sambil menikmati sisa orgasmenya. Sementara itu, aku yang sudah menyemprotkan spermaku kemudian kucabut dari vagina Novi lalu kuarahkan ke mulutnya. Novi kemudian mengemut penisku dan menjilati sisa sperma di penisku hingga bersih. Kemudian Novi melepas mulutnya dan terbaring lemas. “Ken… aku udah gakuat lagi.” desah Novi sambil menatapku sayu. “Gapapa sayang. Kamu istirahat dulu aja.” Aku kecup pipi Novi lalu mengambil gelas undian tadi. “Guys, sekarang kita undi yang maju kedua. Loh, kalian nakal juga ya udah main duluan ke Icha.” ujarku pada Nana, Rizka dan Puspa yang dibalas senyuman. Kuambil kertas kedua lalu aku berikan kertas itu ke Tia yang sedang bengong.

Tia terkejut ketika aku menghampirinya. “Baca kertasnya. Jangan bengong. Enak ya nontonin aku sama Novi ?” tanyaku. “Eh… i..iya… eh… anu… mmm…” ujar Tia terbata-bata. Lalu aku tersenyum sambil menepuk pundaknya. “Coba baca siapa yang maju berikutnya.” kusuruh Tia membaca kertas itu. “Mmm… Zahra yang kedua.” jawab Tia. Aku rangkul Tia kemudian aku tarik juga tangan Zahra. “Zah, sebelum mulai, jilatin seluruh tubuh Tia.” kusuruh Zahra untuk bermain dengan Tia. Tanpa berlama-lama, Zahra mencium Tia lalu tangannya memainkan kedua payudara Tia dengan lembut. Kemudian Zahra mulai menjilati seluruh bagian tubuh Tia dari wajah hingga betisnya. “Uhhh… geli Zah…” desah Tia. Setelah menjilati tubuh Tia, Zahra melebarkan kedua kaki Tia lalu mengarahkan lidahnya ke dalam vagina Tia. “Ooohh… Zahh… geli..” Tia kembali menikmati jilatan Zahra di vaginanya sambil menggeliat. Setelah 10 menit, tubuh Tia menegang keatas lalu kedua pahanya mengapit kepala Zahra yang masih menjilati vaginanya. “Zah…. Gw mau keluaarrr… oooohhhh…” cairan vaginanya menyembur langsung ke wajah Zahra. Kemudian Tia melepas apitan pahanya lalu terbaring lemas. Saat Zahra masih mengelap wajah yang belepotan cairan vagina dengan jilbabnya, aku langsung menariknya lalu kupeluk dan kuremas-remas payudaranya dari belakang. “Ohhh… pelan-pelan dong Ken… uuhh” desah Zahra. Setelah aku mainkan payudaranya sejenak, kutunggingkan tubuh Zahra lalu kumasukkan penisku kedalam vaginanya dan kugenjot cepat. “aaahhh… hyaahhh… terus sayang…” racauan Zahra membuatku makin semangat menggenjot penisku di tubuhnya. Tia yang sudah bangun menghampiri Zahra lalu menciumnya dengan ganas. “mmmhhh…mmmm…” gumam Zahra sambil beradu lidah dengan Tia. Setelah setengah jam, aku makin percepat genjotanku lalu aku peluk Zahra dengan erat. “Zahraa…..” aku cium tengkuknya yang masih terbungkus jilbab. “mmmmmhhhh….” balas Zahra yang masih diciumi Tia. Aku semprotkan spermaku di dalam vagina Zahra lalu kugenjot lagi pelan-pelan hingga sebagian spermaku tumpah ke lantai. Tia dengan sigap melepaskan ciumannya lalu menjilati sisa spermaku di lantai hingga tetesan terakhir. Kutindih tubuh Zahra lalu kugoyang penisku yang masih tertancap di vaginanya. “Ooohhh… enak Ken...” Zahra memejamkan matanya sambil menikmati goyanganku di vaginanya. Kucabut penisku lalu kumasukkan kedalam mulut Zahra. Zahra mengemut penisku dari sisa sperma dan cairan vaginanya hingga bersih. Setelah bersih, aku baringkan tubuh Zahra disebelah Novi lalu aku ambil gelas undianku.

Kubuka gulungan kertas yang ketiga lalu aku buang kertas itu lalu menarik Fitri. Tarikanku membuat Fitri terkejut lalu ia memelukku dan mencium bibirku dengan ganas. Aku balas ciumannya dan aku pencet-pencet payudaranya. “Ooohhh… sakit tau..” keluh Fitri ketika aku pencet-pencet putingnya. “Soalnya gemes sama gunung kembar lo.” setelah memainkan kedua payudranya, aku rebahkan tubuh Fitri lalu aku langsung masukkan penisku ke vaginanya dan kugenjot dengan cepat. “Aahhh… enak say… terus…” desah Fitri yang berusaha mengimbangi permainanku. Tubuh Fitri kuelus-elus mulai dari payudara hingga perutnya sehingga membuat Fitri makin keenakan. “Aaak.. geli…. Terus … ooohh..” Fitri menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisku seperti diurut oleh vaginanya. Setelah 15 menit, kucabut penisku lalu kutunggingi tubuh Fitri dan kusodok kembali penisku dari belakang. “Ooohhh… legit banget Fit..” aku semakin dibuat keenakan akibat nikmatnya sensasi dari vagina Fitri. “Enak kan ? aku bakal bikin kamu lemes.” Fitri bangkit kemudian mendorongku pelan sambil penisku dimasukkan ke vaginanya dan dalam posisi woman on top. Fitri menaik turunkan tubuhnya dengan cepat sambil memainkan payudaranya sendiri, “oohh… enak banget…” Fitri kembali mendesah sambil mempercepat genjotannya. Aku yang berada di bawah tubuhnya melihat ekspresi Fitri sangat menikmati permainannya. 10 menit kemudian, penisku mulai berdenyut pertanda akan menembakkan spermanya. Fitri yang merasakan penisku berdenyut di vaginanya semakin mempercepat pompaan tubuhnya sambil menggoyangkan pinggulnya. “Fit… gw mau keluar…” , “Ayo sayang… keluarin yang banyak… mmmhhh..” aku dan Fitri berciuman sambil kutumpahkan spermaku didalam vaginanya. Fitri menggoyangkan pinggulnya sehingga membuat penisku merasakan ngilu tapi enak hingga dia ambruk ke tubuhku. Kulepas ciumanku lalu aku bopong tubuh Fitri lalu dijejerkan bersama Novi dan Zahra. Setelah itu, aku undi lagi untuk giliran selanjutnya.

Setelah kuundi, Wulan mendapat giliran keempat. “Masih lama ya ? udah ga sabar nih.” keluh Nana sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Puspa. “Sabar sayangku, siapa tau kita dapet jatahnya banyak hihi.” balas Puspa sambil memainkan payudara Nana. “Ih, geli sayang. Rasain nih.” Nana membalas dengan menarik putting susu Puspa. “Aahh…. Nana..” Puspa memeluk Nana dan menciumi bibirnya. “mmmhhh… mmmff…” desah Nana yang tertahan oleh bibir Puspa. “Yah mulai ganas lagi macannya.” ujar Eka. “Gw bikin lemes lo Na.” Puspa memasukkan jarinya ke vagina Nana lalu dikocok dengan ganas. “Ooohhh… Pus…. Ampuunn… yeesshh…” racau Nana sambil meremas payudara Puspa. Saat mereka bergumul ria, aku sudah menggenjot penisku di vagina Wulan. “oohh… yesshh… terus sayang…” desah Wulan sambil menikmati genjotanku. Aku remas kedua payudaranya lalu kuhisap bergantian sambil kugigit putingnya. “Aaww… sayang… uuugghh…” Wulan memelukku kemudian melingkarkan kedua kakinya di pinggangku seakan tidak mau permainan ini cepat berakhir. “aaakkhh… Wulan mau keluar…. oooohhhhssshhh“ Wulan mencengkeram tubuhku semakin erat sambil menikmati orgasmenya. Aku langsung lanjutkan genjotanku hingga menimbulkan suara becekan. “Enak kan memekku kalo udah licin ?” goda Wulan sambil menjilat telingaku. Aku semakin bernafsu menggenjot vaginanya dan 15 menit kemudian aku merasakan spermaku akan meledak keluar. “Wulan… gw mau keluar…” , “Keluarin semuanya sayang….” Wulan semakin mencengkeram kuat tubuhku lalu kusodok penisku dalam-dalam dan spermaku menyemur deras di dalam vaginanya. Kulihat Wulan memejamkan matanya sambil tersenyum menikmati semburan spermaku. Saat aku akan melepaskan penisku, Wulan masih tidak mau melepaskan cengkeramannya. “Lagi… Wulan mau lagi… Wulan gamau lepasin kalo belum puas…” Wulan membalik tubuhku lalu ia memompa tubuhnya naik turun sehingga sebagian spermaku menetes keluar dari vaginanya. “Bagi dong…” Nana tiba-tiba muncul dan menjilati sperma yang menetes keluar dari vagina Wulan. Kulihat Puspa sudah terkapar dan kakinya masih mengangkang. “Gila nih si Nana makin liar aja.” Batinku sambil menikmati goyangan dan pompaan Wulan. “Wulan mau keluar… Nana awas donghh… ooouuhhh” Wulan menggeser Nana kemudian memelukku dari atas sambil menekan-nekan pinggulnya. Wulan kemudian tengkurap lemas diatas tubuhku sambil mengatur nafasnya. Aku manfaatkan kesempatan itu untuk kembali membalik badan sehingga aku yang menidih Wulan. Aku genjot kembali penisku dengan cepat dan kasar sambil meremas-remas payudaranya. “Ohh… ampunn…. Yeesshhh… gilaa…. Hyaahhh…” Wulan berteriak menikmati seranganku. 10 menit kemudian aku sodok lagi penisku dalam-dalam lalu kusemburkan lagi spermaku di vagina Wulan sambil kuremas payudaranya dengan keras. “Aaaaakkkhh…. Sakiittt… uuuhhh…” Wulan berteriak keras sambil mendongakkan kepalanya. Kucabut penisku kemudian aku seka menggunakan jilbab Wulan hingga bersih. Aku jejerkan tubuh Wulan yang sudah terkulai lemas bersama tiga gadis lainnya sambil kukecup perutnya.

Setelah puas mengeksekusi Wulan, aku langsung mengampiri Tia. “Eh… Ken, hmm…” Tia mulai salah tingkah sambil mengemut jarinya. “Lo udah pengen kan ? yuk giliran lo main sekarang.” Aku peluk Tia sambil kuciumi kedua payudaranya. “Ssshh… hmmm… ssssstt…” Tia hanya berdesis ketika aku memainkan payudaranya. Tiba-tiba, Tia melepas pelukanku lalu mulutnya langsung menyergap penisku kemudian dikocok dan diemut dengan rakus. “Tia... mmhhh” mulutku langsung dijejali oleh vaginanya sehingga kami bermain 69. Aku manfaatkan kesempatan itu untuk menjilati vaginanya sambil jariku bermain di daerah sensitifnya. Seranganku membuat pinggul Tia bereaksi untuk menggoyang vaginanya hingga wajahku benar-benar seperti diseka oleh vaginanya. Setelah 10 menit, kedua paha Tia langsung mengapit kepalaku dan kubalas dengan himpitan pahaku di kepalanya. Kami berdua orgasme bersama dan Tia masih menahan penisku di mulutnya sambil menelan semburan sperma begitupun wajahku yang langsung disiram oleh cairan vaginanya yang menyembur deras. Tia berusaha menelan semua spermaku hingga tersedak dan terbatuk-batuk dan sebagian spermaku keluar lewat hidungnya. Setelah orgasme, tubuh Tia melemas kemudian dia melepaskan penisku dari mulutnya. Aku langsung tarik kedua kakinya lalu kulebarkan sehingga vaginanya yang merekah terlihat jelas. “Gw bales perbuatan lo tadi Tia sayang.” Kusodok penisku kedalam vagina Tia lalu kugenjot dengan kasar hingga tubuhnya terguncang-guncang. “Aaaahhh… Keenn…. lebih keras lagi… enakk… ooohhh…” desah Tia. Beberapa lama kemudian, aku merakan penisku mulai berdenyut lalu kupeluk Tia dengan erat dan kusodok penisku dalam-dalam. “Tiaaa….. ooohhh…” aku semprotkan spermaku didalam vaginanya dan Tia memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya untuk menikmati semprotan spermaku. Kemudian kucabut penisku dari vaginanya dan kutarik kepala Tia lalu kuseka penisku di seluruh wajahnya sambil aku lap menggunakan jilbabnya hingga bersih.

Kulihat jam sudah menunjukkan jam 2 malam yang artinya sudah berganti hari. Sudah 4,5 jam lebih aku mengeksekusi lima gadis yaitu Novi, Zahra, Fitri, Wulan dan Tia yang kini sudah tertidur sambil berpelukan. Lalu kulihat sisanya bisa dibilang gadis-gadisku yang termasuk kelas berat yaitu Icha, Eka, Puspa, Nana dan Rizka. Aku cukup beruntung Wulan diundi keluar di bagian awal karena jika tidak, aku bisa dihajar habis-habisan. “Kalian masih belum ngantuk kan ?” aku iseng bertanya pada mereka berlima. “Belom dong. Aku kan mau main sama itu.” goda Nana sambil menunjuk penisku. “Minum dulu nih. Biar bisa tahan main sama kita-kita hihihi.” Puspa memberikan minuman yang warnanya cukup aneh. Kutenggak minuman itu hingga habis dan aku sadar minuman itu adalah cairan vagina sisa permainan lesbian Puspa, Nana dan Eka. “Enak kan ? bikin seger loh campuran vitamin E, P sama N hehe.” ujar Eka. “Yeu dasar kalian. Yaudah sekarang kita lanjut.” Aku ambil kertas undian kemudian aku hampiri Icha. “Udah siap kan sayangku ?” aku elus pantat semok Icha dan dibalas senyum olehnya. Aku langsung rebahkan tubuh Icha lalu kulebarkan kedua kakinya. “Tumben gentle, biasanya udah buru-buru aja.” ujarnya. Kemudian aku bisikkan sesuatu di telinga Icha yang membuat ekspresi wajahnya berubah menjadi merah. “Eh.. se..se..” aku tutup mulutnya dengan jariku lalu kusodok penisku didalam vaginanya dan kugenjot dengan lembut. Tanganku meraba kedua payudaranya sambil kujilati dan kuhisap bergantian. “Oohhh… iya sayang… terus…” desah Icha. “Menghayati banget ya mereka.” bisik Eka ke Rizka yang masih asik dengan hp miliknya. “Kok aku dikacangin sih ?” Eka meraba-raba payudara Rizka dengan halus. “Mmhhh… jangan dong... lagi asik nih…” Rizka menepis tangan Eka lalu kembali asik memainkan game di hp nya. Eka kemudian melangkah ke dapur dan mengambil sebuah spatula gagang kayu. “Waduh, Eka mulai dah.” bisik Puspa ke Nana. “Wah pasti asik tuh.” balas Nana. Setiba dari dapur, Eka langsung menyergap Rizka dari belakang sambil menyodokkan gagang spatula itu ke vagina Rizka. “Eka ! apa-apaansih… aaahhh… Ekaaaa…” Rizka berusaha melepaskan spatula yang tertancap di vaginanya namun tangan Eka yang kuat terus memaju mundurkan spatula itu di vagina Rizka. “Ekaa… ampuunnn… stoooppp… sakiitt… oooohhh…” teriak Rizka. Selama 10 menit, Eka terus memainkan spatula itu di vagina Rizka hingga tubuhnya mulai menegang. “Ekaa…. Aaahhh… Iyaaahhh…. Oooohhhh…” Tubuh Rizka mengejang sambil mengucurkan cairan vaginanya. Eka tersenyum puas lalu mencabut spatula tersebut dari vagina Rizka. Spatula yang basah akibat cairan vagina Rizka itu kemudian diemut dan dihisap Eka hingga kering. Belum puas dengan spatula, Eka masukan jari tengahnya kedalam vagina Rizka lalu diobok sambil mulutnya menciumi bagian perut Rizka. “Geli… uuuhhh…” Rizka kembali mendesah karena rangsangan Eka. Sementara itu, aku dan Icha masih di posisi yang sama namun genjotanku sudah dipercepat. “Keenn… enak banget…. Ooohhhh… sodok lebih cepet… aku udah gatahan… aaahhh…” desah Icha sambil menatapku dengan tatapan menggoda. Beberapa saat kemudian aku langsung memeluk Icha dan kuhentak-hentakkan penisku yang masih menancap di vaginanya. “Icha… siap ya… gw mau keluar…” , “Aku juga mau sampe… ooohhhh… Keenn…” kami berpelukan erat dan kupendam penisku dalam-dalam sambil menyemburkan sperma yang banyak hingga sebagian meluber keluar. “Uuuhhh… satu ronde lagi dong say…” goda Icha sambil mengelus perutku. “Nanti ya.. masih ada yang antri tuh.” Kemudian kami berciuman dan kucabut penisku dari vaginanya. Icha dengan sigap membersihkan penisku dengan mulutnya hingga kering. Kemudian kubopong tubuh Icha dan kujejerkan dengan lima gadis sebelumnya. Kulihat Icha terbaring lemas dan matanya menatap kosong ke langit-langit ruang tamu sambil tersenyum. Di tempat lain, kulihat Rizka sudah terkapar dengan gagang spatula dan sumpit yang menancap di vaginanya lalu aku hampiri Eka yang sedang menghisap jarinya yang basah dan lengket oleh cairan vagina Rizka.

Melihat kedatanganku, Eka panik lalu mencabut spatula dan sumpit tersebut dari vagina Rizka. “Eh, hm…” Eka berbicara terbata-bata didepanku. Aku balas dengan tersenyum kemudian aku ambil spatula dan sumpit yang Eka buang. “Ma…maaf Ken.. aku…” belum sempat selesai bicara, aku cium dan kumainkan lidah Eka kemudian aku tancapkan spatula di vagina dan sumpit di lubang anus Eka. “Jangan lo cabut sampe giliran lo tiba !” kemudian aku hampiri Rizka dan langsung kumasukkan penisku kedalam vaginanya yang sudah sedikit menganga akibat gagang spatula lalu kugenjot penisku dengan kasar di vaginanya. Aku terus percepat genjotanku sambil aku peluk tubuhnya yang sudah lemas. “uuhh… jangan keras-keras… masih sakit…” bisik Rizka sambil menggoyangkan pinggulnya. “Rizka… bodi lo empuk banget.” Aku dorong kedua kakinya ke samping kepala Rizka sehingga lubang vagina yang sedang menjepit penisku terlihat jelas. Aku terus menambah kecepatanku hingga Rizka berteriak dan kepalanya menengok ke segala arah. “Aaahhh… terus…. Enak sayang… ooohhh…” erangnya sambil menahan seranganku. Beberapa menit kemudian, aku tekan penisku dalam-dalam sambil kutindih tubuh Rizka. “Gw keluar…. Ooohhh…” , “hyaahh… sayang…” Rizka membalas pelukanku sambil menikmati semburan spermaku yang mengisi vaginanya. Kucabut penisku kemudian kubalik tubuh Rizka dan kuarahkan penisku ke lubang anusnya. “Eehh… jangan disitu… aaakkhh…” Rizka mengerang kesakitan ketika penisku berusaha membobol lubang belakangnya. “Tahan say…” aku dorong penisku semakin kuat hingga berhasil menembus lubang anusnya diiringi teriakan Rizka. “Uuhh… perih… yeesshh… ooohhh…” teriakan Rizka sedikit meramaikan suasana dini hari yang sangat sepi di villa kami. Aku semakin bersemangat untuk mengeksploitasi lubang anusnya hingga aku akan meledakkan spermaku lagi. “Rizka…. Gw mau keluar lagi…” kucabut penisku dari lubang anusnya lalu langsung kumasukkan ke mulutnya. “Mmhhh… mmmm….” Suara Rizka tertahan oleh penisku yang kupompa di mulutnya hingga akhirnya kusemprotkan penisku di mulutnya. Rizka terkejut menerima semburan spermaku yang banyak kemudian sebagian ia telan dan sebagian lagi meluber keluar dari mulutnya. “Enak kan ?” tanyaku sambil memaju mundurkan kepala Rizka yang terbungkus jilbab yang agak acak-acakan. “mmm..mmhhmm…” ujarnya sambil menikmati spermaku yang tersisa. Kemudian aku cabut penisku lalu aku lap menggunakan jilbabnya hingga bersih. Setelah puas dengan Rizka, masih ada tiga gadis yang sudah tidak sabar untuk dieksekusi.

Eka masih terduduk sambil menahan spatula dan sumpit yang kusumpal di vagina dan anusnya. Puspa sedang menonton tv sementara Nana main dengan hp nya. Setelah mendengar teriakan Rizka, mereka bertiga menoleh kearahku dan sedikit merinding melihat lubang anus Rizka yang menganga lebar membentuk huruf O serta sperma yang memenuhi mulutnya. Aku rangkul Eka yang menunduk dan kedua kakinya gemetaran. “Kamu gausah takut. Giliran kamu sekarang. Puspa, bantu gw sini.” Aku suruh Puspa untuk mencabut spatula dan sumpit yang menancap di vagina dan anus Eka. “Ouuhh…” lenguh Eka saat spatula yang panjang itu dilepas dari vaginanya. “Sekarang lo berdua tindihan.” Kusuruh mereka berdua saling tindih posisi 69. Eka dibawah lalu Puspa diatas dan saling berhadapan dengan vagina masing-masing. Aku masukkan penisku ke vagina Eka dibantu oleh Puspa. “Oh… Pus… lo apain itu ? aaakhhh…” desah Eka ketika Puspa memencet klirotisnya. Aku langsung genjot penisku dengan cepat di vagina Eka dan Eka kembali berteriak. “Ooohhh… yeeeahhh… terus… lebih dalem lagi… mmmhhh…” teriakan Eka tertahan ketika Puspa menutup mulut Eka dengan vaginanya. “Mending lo jilatin nih punya gw.” ujar Puspa. Eka yang wajahnya dijejali vagina Puspa mulai beraksi menjilati vagina Puspa dengan penuh nafsu. “Ohh.. nice Eka sayangku… jilat terushh…” desah Puspa menikmati rangsangan Eka. Aksi mereka berdua membuatku semakin menggila dan kugenjot penisku semakin cepat hingga mereka berdua terguncang karena terbawa gerakanku. “Mmmhh…mmm…mmmmhhh…mmm..” tubuh Eka menegang sementara aku sodok penisku dalam-dalam sambil menyemburkan spermaku didalam vaginanya. “Ekaa…. Yeeahhh…” aku remas kedua paha Eka sambil kusemburkan spermaku dalam-dalam di vaginanya. sementara kulihat Puspa memejamkan matanya sambil kepalanya digesekkan di perut Eka karena ia juga orgasme di wajah Eka. “sekarang giliran lobang lo.” aku cabut penisku lalu aku berganti arah ke vagina Puspa. Puspa kemudian menjilati sisa sperma di vagina Eka hingga bersih. “Kebetulan nih ada penampung kalo ada sisa yang netes.” ujarku pada Eka yang dibalas cengengesan olehnya. Langsung aku masukkan penisku ke vagina Puspa dan biji bawahku diemut oleh Eka. “Oohhh… gila kalian bener-bener…. Yeaahh…” erangku menikmati hisapan Eka dan jepitan vagina Puspa. “Enak kan say ? uuhhh…” desah Puspa sambil meraba-raba paha Eka. “Puspa… geli ih… mmhhh..mm…” desah Eka sambil mengemut bijiku dengan lembut. Selama 20 menit aku menggenjot panisku di vagina Puspa kemudian aku merasa akan meledakkan spermaku lagi. “Puspa… gw mau keluar…” aku makin percepat genjotanku hingga wajah Eka sedikit tergesek-gesek oleh biji bawahku. “Terus…. Yeeshhh.. keluarin yang banyak say…. Ooohhh yeahhh…” Puspa berteriak sambli menusuk-nusukkan jarinya ke vagina Eka. “Pus… ooohh… pelan-pelan dong…” balas Eka sambil menghimpit pahanya ke kepala Puspa. “Puspaa….” Aku benamkan penisku lalu kusemprotkan spermaku yang banyak kedalam vagina Puspa hingga penuh. Saking penuhnya hingga sebagian menyemprot keluar dan membasahi wajah Eka dibawahnya. “Spermanya banyak banget… slurp..” Eka menjilati sperma yang meleleh keluar dari vagina Puspa. kemudian kucabut penisku lalu aku tarik kepala Puspa dan Eka untuk menghisap penisku. Puspa mengelus sambil menjilati biji bawahku kemudian Eka mengocok sambil menjilati penisku. “yeeaa… bagus… kocok terus…” racauku sambil memegangi kepala mereka berdua. Setelah 10 menit, aku akan orgasme lagi lalu aku sodok penisku di mulut Eka hingga dia terbatuk-batuk dan kusemburkan spermaku yang banyak di mulutnya hingga penuh. Kucabut penisku lalu Puspa langsung mencium Eka dan mereka berdua saling berbagi sperma. Aku rebahkan tubuh mereka berdua sambil kuobok vagina mereka yang becek dengan kedua tanganku. “Ooohhh… Keenn… stoopp… enaakk… udah… gakuat… aaakkhh” desah Eka dan Puspa sambil memainkan payudara masing-masing. Aku terus mengobok vagina mereka berdua hingga tubuh mereka melenting keatas dan mengucurkan cairan vagina mereka hingga tanganku basah. Kemudian aku oleskan tanganku di kedua perut mereka dan aku bopong mereka ke Novi dkk yang sedang tidur.

Setelah aku jejerkan tubuh mereka, Nana memelukku dari belakang sambil tangannya mengelus penisku. “Udah siap kan ? aku udah ga sabar nih.” bisiknya sambil menjilati leherku. Aku balik badanku lalu kucium Nana dengan ganas sambil kuremas-remas payudaranya. “Ooohh… mmhh.. yesshhh…” Nana memejam matanya sambil menikmati remasan tanganku di payudaranya. Sambil memainkan payudaranya, aku masukkan penisku ke vaginanya lalu kugenjot dengan lembut. “Mmmhhh… yeshh… terus….” desah Nana sambil menggoyangkan pinggulnya. Kugigit payudara Nana sambil kuhisap-hisap ujungnya hingga dia melenguh. “Uhh… iyaahh…” Nana memelukku erat dan menghimpit kedua kakinya di pinggangku. “Keeennn… hyaahh…” Nana orgasme dan vaginanya menjadi hangat karena semburan cairan vaginanya. aku diamkan sejenak penisku untuk memberi kesempatan Nana menikmati orgasmenya. Setelah itu, aku semakin percepat genjotanku sambil kuciumi bibirnya dengan ganas. Nana memejamkan mata sambil menghayati ciuman kami berdua. Aku berdiri sambil kugendong tubuh Nana lalu kusenderkan tubuhnya ke tembok sambil kueksploitasi terus vaginanya. “Ooohhh… yeeaahhh… terus… aaahhh…” desah Nana semakin keras. 10 menit kemudian, aku akan orgasme dan kubenam penisku dalam-dalam di vaginanya. “Nana…. Gw keluar…” , “Nana mau sperma…. Yeesshhh…” Nana menggoyang pinggulnya membuat penisku seperti dipelintir vaginanya sehingga memberi sensasi luar biasa. Lalu penisku langsung memuntahkan sperma dalam jumlah yang sangat banyak hingga memenuhi vaginanya. “Uuhhh… enaakkk… terus semprot sayang…” desah Nana. Aku gendong Nana yang masih menempel di tubuhku lalu ku lempar tubuhnya di antara Sembilan gadis yang lain. Kukocok penisku dengan cepat lalu muncratlah sisa spermaku dan kuarahkan ke tubuh mereka semua. Kemudian badanku menjadi lemas lalu tertidur disebelah tubuh mereka yang sudah bersimbah sperma.

Tiga bulan setelah pesta seks di villa itu, kami bersepuluh menjalani kehidupan masing-masing. Wulan sudah menikah dan tinggal di luar kota, Tia dan Zahra melanjutkan kuliah di luar negeri, Rizka bekerja di sebuah perusahaan besar dan kudengar dia juga menjadi simpanan bosnya, Aku menikah dengan Icha lalu menjalankan sebuah bisnis beserta Novi, Puspa dan Nana sebagai karyawanku. Nana ? kudengar ia bekerja di sebuah hotel sebagai wanita malam dan kini memiliki banyak pelanggan untuk menikmati tubuhnya. Sesekali, beberapa dari kami berkumpul di rumahku untuk bereuni sekaligus melepas kerinduan mereka akan penisku.

Fakultas Ilmu Seks - The End
 
Yaaahh tamat cerita nya..
Selamat suhu.. Lanjutkan berkarya di lain cerita suhu..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd